• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERDA KOTA BIMA NO 1 TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERDA KOTA BIMA NO 1 TAHUN 2014"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBARAN DAERAH KOTA BIMA

NOMOR : 146      TAHUN  2014       SERI :

       

WALIKOTA BIMA

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR  1  TAHUN 2014

TENTANG

BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BIMA,

Menimbang :  a. bahwa setiap orang berhak atas perlindungan dan perlakuan yang sama di hadapan hukum;

b. bahwa   bantuan   hukum   secara   cuma­cuma   sebagaimana telah   diatur   selama   ini   dalam   Peraturan   Perundang­ undangan belum  memenuhi kebutuhan masyarakat miskin dalam memperoleh bantuan hukum;

c. bahwa   berdasarkan   pertimbangan   sebagaimana   dimaksud dalam huruf a dan huruf b dan sebagai pelaksanaan Pasal 19 Undang­Undang   Nomor   16   Tahun   2011   tentang   Bantuan Hukum,   perlu  menetapkan   Peraturan   Daerah   tentang Bantuan Hukum Untuk Masyarakat Miskin;

Mengingat : 1.  Pasal   18   ayat   (6)   Undang­Undang   Dasar   Negara   Republik Indonesia Tahun 1945;

2.  Undang­Undang   Nomor   13   Tahun   2002   tentang Pembentukan Kota Bima di Propinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002   Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4118);

3.  Undang­Undang   Nomor   18   Tahun   2003   tentang   Advokat (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia  Tahun   2003   Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4288);

4. Undang­Undang   Nomor   32   Tahun   2004   tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun   2004   Nomor   125,   Tambahan   Lembaran   Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang­Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang­Undang Nomor 32 Tahun   2004   tentang   Pemerintahan   Daerah   (Lembaran Negara   Republik   Indonesia   Tahun   2008   Nomor   59, Tambahan   Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Nomor 4844);

5.  Undang­Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman   (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Tahun

(2)

2009   Nomor   157,   Tambahan   Lembaran   Negara   Republik Indonesia Nomor 5076);

6.  Undang­Undang   Nomor   12   Tahun   2011   tentang Pembentukan   Peraturan   Perundang­undangan   (Lembaran Negara   Republik   Indonesia   Tahun   2011   Nomor   82, Tambahan   Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Nomor 5234);

7.  Undang­Undang   Nomor   16   Tahun   2011   tentang   Bantuan Hukum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246);

8. Peraturan   Pemerintah   Nomor   38   Tahun   2007   tentang Pembagian   Urusan   Pemerintahan   antara   Pemerintah, Pemerintahan   Daerah   Provinsi   dan   Pemerintahan   Daerah Kabupaten/Kota   (Lembara   Negara   Republik   Indonesia Tahun   2007   Nomor   82,   Tambahan   Lembaran   Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

9. Peraturan   Pemerintah   Nomor   39   Tahun   2007   tentang Pengelolaan   Uang   Negara/   Daerah   (Lembaran   Negara Republik   Indonesia   Tahun   2007   Nomor   83,   Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738);

 10. Peraturan   Pemerintah   Nomor   42   Tahun   2013   tentang Syarat   Dan   Tata   Cara   Pemberian   Bantuan   Hukum   Dan Penyaluran   Dana   Bantuan   Hukum  (Lembaran   Negara Republik   Indonesia   Tahun   2013   Nomor   98,   Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5421);

11. Peraturan   Menteri   Dalam   Negeri   Nomor   13   Tahun   2006 tentang   Pedoman   Pengelolaan   Keuangan   Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri   Nomor   59   Tahun   2007   tentang   Perubahan   Atas Peraturan   Menteri   Dalam   Negeri   Nomor   13   Tahun   2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

12.Peraturan   Menteri   Dalam   Negeri   Nomor   1   Tahun   2014   tentang Pembentukan   Produk   Hukum   Daerah   (Berita   Negara   Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32) ;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BIMA dan

WALIKOTA BIMA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan   :   PERATURAN   DAERAH   TENTANG   BANTUAN   HUKUM  UNTUK MASYARAKAT MISKIN.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Bima.

(3)

3. Walikota adalah Walikota Bima.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bima.

5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bima.

6. Masyarakat Miskin adalah orang perseorangan atau sekelompok orang yang memiliki identitas kependudukan yang sah di Kota Bima yang kondisi sosial ekonominya dikatagorikan miskin dan dibuktikan dengan Kartu Keluarga Miskin atau Surat Keterangan Miskin dari Lurah.

7. Penerima   bantuan   hukum   adalah   orang   perseorangan   atau   sekelompok orang yang sedang menghadapi masalah hukum dan secara sosial ekonomi tidak mampu menanggung biaya operasional beracara.

8. Pemberi bantuan hukum adalah lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan   yang   memberi   layanan   bantuan   hukum   yang   telah memenuhi ketentuan perundang­undangan.

9. Bantuan hukum adalah pemberian bantuan hukum oleh Pemberi bantuan hukum kepada penerima bantuan hukum.

10. Litigasi   adalah   upaya   penyelesaian   masalah   hukum   melalui   proses penyidikan, penuntutan, dan peradilan.

11. Dana   bantuan   hukum   adalah   biaya   yang   disediakan   tiap   tahun   oleh Pemerintah Daerah untuk membiayai pelaksanaan bantuan hukum.

12. Dinas   Pendapatan,   Pengelolaan   Keuangan   Dan   Aset   Daerah   yang selanjutnya   di   singkat   DPPKAD   adalah   Dinas   Pendapatan,   Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kota Bima.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Bantuan hukum dilaksanakan berdasarkan asas; a. keadilan;

b. persamaan kedudukan dalam hukum; c. perlindungan terhadap hak asasi manusia; d. keterbukaan;

e. efisiensi;

f. efektifitas; dan g. akuntabilitas.

Pasal 3

Penyelenggaraan bantuan hukum bertujuan untuk:

a. mewujudkan   hak   konstitusional   warga   negara   sesuai   prinsip   persamaan kedudukan di dalam hukum.

b. menjamin pemenuhan hak penerima bantuan hukum untuk memperoleh keadilan;

c. menjamin bahwa bantuan hukum dapat dimanfaatkan secara merata oleh seluruh masyarakat; dan

d. terpenuhinya perlindungan terhadap hak asasi manusia.

BAB III RUANG LINGKUP

Pasal 4

(4)

(2) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi masalah hukum keperdataan, pidana, adalah secara litigasi.

(3) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi menerima dan   menjalankan   kuasa,   mendampingi,   mewakili,   membela,   dan/atau melakukan   tindakan   hukum   lain   untuk   kepentingan   hukum   penerima bantuan hukum.

BAB IV

PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM

Pasal 5

(1) Bantuan   hukum   diselenggarakan   untuk   membantu   penyelesaian permasalahan hukum yang sedang dihadapi penerima bantuan hukum. (2) Pemberian   bantuan   hukum   kepada   penerima   bantuan   hukum

diselenggarakan oleh pemberi bantuan hukum yang memenuhi ketentuan Perundang­undangan tentang Bantuan Hukum.

Pasal 6

(1) Dalam   penyelenggaraan   bantuan   hukum,   lembaga   pemberi   bantuan hukum yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) mengajukan permohonan kepada Walikota.

(2) Tata cara pengajuan permohonan kepada Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.

BAB V

HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 7 Penerima bantuan hukum berhak:

a. mendapatkan   bantuan   hukum   hingga   perkaranya   selesai   sampai   pada pengadilan tingkat pertama;

b. mendapatkan bantuan hukum secara cuma­cuma;

c. mendapatkan informasi dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan pemberian bantuan hukum; dan

d. mendapatkan layanan yang sesuai dengan prinsip­prinsip pelayanan publik.

Pasal 8 Penerima bantuan hukum wajib:

a. mengajukan   permohonan   kepada   pemberi   bantuan   hukum   untuk mendapatkan bantuan hukum;

b. menyampaikan   informasi   yang   benar   dan   bukti­bukti   yang   sah   tentang permasalahan hukum yang sedang dihadapi; dan

c. membantu kelancaran pemberian bantuan hukum.

Pasal 9

Pemberi bantuan hukum berhak:

a. mendapatkan bantuan pendanaan dalam menjalankan tugasnya memberi bantuan hukum kepada penerima bantuan hukum;

(5)

c. mencari dan mendapatkan informasi, data, dan dokumen lainnya baik dari instansi   pemerintah   maupun   pihak   lainnya   yang   berhubungan   dengan tugasnya; dan

d. mendapatkan perlindungan terhadap:

1) kemungkinan pemeriksaan dan/atau penyitaan terhadap dokumen yang diperoleh dan/atau dimilikinya sehubungan dengan tugasnya;

2) kerahasiaan hubungannya dengan penerima bantuan hukum; dan

3) keselamatan diri dan/atau keluarganya karena melaksanakan tugasnya. Pasal 10

Pemberi bantuan hukum wajib:

a. memberikan   bantuan   hukum   kepada   penerima   bantuan   hukum   hingga permasalahannya selesai sampai pada pengadilan tingkat pertama;

b. merahasiakan   segala   informasi,   keterangan,   dan   data   yang   diperolehnya dari   penerima   bantuan   hukum,   kecuali   ditentukan   lain   oleh   peraturan perundang­undangan;

c. melayani   penerima   bantuan   hukum   sesuai   dengan   prinsip­prinsip pelayanan publik;

d. melaporkan   perkembangan   tugasnya   kepada  Walikota  pada   akhir   tahun anggaran, meliputi:

1) perkembangan penanganan perkara;

2) penolakan permohonan disertai dengan alasan penolakan; 3) penggunaan anggaran.

e. memberikan perlakuan yang sama kepada penerima bantuan hukum, tanpa membedakan jenis kelamin, agama, kepercayaan, suku, dan pekerjaan serta latar belakang politik penerima bantuan hukum dan bersikap independen.

BAB VI

SYARAT, TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN, DAN TATA KERJA

Bagian Kesatu

Syarat Permohonan Bantuan Hukum

Pasal 11

(1) Untuk   mendapatkan   bantuan   hukum,   calon   penerima   bantuan   hukum harus mengajukan permohonan bantuan hukum secara tertulis atau lisan kepada pemberi bantuan hukum.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampiri dengan: a. foto   copy   identitas   diri   yang   sah   dan   masih   berlaku   serta   telah

dilegalisir;

b. kartu keluarga miskin atau surat keterangan miskin dari Lurah dimana pemohon bantuan hukum berdomisili;

c. uraian atau penjelasan yang sebenar­benarnya tentang masalah hukum yang sedang dihadapi.

Bagian Kedua

Tata Cara Pengajuan Permohonan Bantuan Hukum

Pasal 12

(6)

(2) Permohonan bantuan hukum dapat diajukan sendiri­sendiri atau secara bersama­sama.

Pasal 13

(1)  Dalam   hal   persyaratan   yang   diajukan   oleh   pemohon   bantuan   hukum belum   lengkap,   pemohon   melengkapi   persyaratan   permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2).

(2) Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja, pemohon bantuan hukum wajib melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Jika   pemohon   bantuan   hukum   tidak   dapat   melengkapi   persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), permohonan tersebut dapat ditolak.

Bagian Ketiga Tata Kerja

Pasal 14

Dalam hal permohonan bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dinyatakan lengkap, maka dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja   pemberi   bantuan   hukum   wajib   menyampaikan   jawaban   kepada pemohon.

Pasal 15

(1) Dalam   jangka   waktu   paling   lama   5   (lima)   hari   kerja   setelah   jawaban pemberi bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, pemberi bantuan  hukum  wajib  melakukan koordinasi  dengan  penerima  bantuan hukum tentang rencana kerja pelaksanaan pemberian bantuan hukum. (2) Rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam bentuk

kesepakatan bersama.

Pasal 16

(1)   Pemberi  bantuan  hukum   wajib  melaporkan   pelaksanaan   tugasnya   pada Walikota dengan tembusan kepada DPRD.

(2)   Tata   cara   pelaporan   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   diatur   lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

BAB VII PENDANAAN

Pasal 17

(1) Dana bantuan hukum yang diperlukan untuk penyelenggaraan bantuan hukum dibebankan kepada APBD sesuai dengan kemampuan keuangan Pemerintah Daerah.

(2) Pendanaan penyelenggaraan bantuan hukum sebagaimana dimaksud ayat (1) dialokasikan pada DPA DPPKAD Kota Bima.

Pasal 18

(1) Pemberi bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) mengajukan permohonan bantuan dana kepada Walikota.

(7)

(3) Dana pelaksanaan bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan   oleh   Pemerintah   Daerah   kepada   pemberi   bantuan   hukum melalui mekanisme hibah.

Pasal 19

Pemberi   bantuan   hukum   dilarang   menerima   atau   meminta   suatu   apapun kepada penerima bantuan hukum dan/atau pihak lain yang terkait dengan perkara yang sedang diwakilinya.

BAB VIII

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 20

(1) Pemberi   bantuan   hukum   yang   melanggar   ketentuan   sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a, huruf c, dan huruf e diberikan sanksi administrasi.

(2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a.   teguran tertulis; dan

b.  pemberi bantuan hukum harus mengembalikan semua bantuan dana yang telah diterima.

(3) Tata cara pemberian sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.

BAB IX

KETENTUAN PIDANA

Pasal 21

(1) Pemberi   bantuan   hukum   yang   melanggar   Pasal   19   dikenakan   sanksi pidana sesuai peraturan perundang­undangan yang berlaku.

(2)  Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB X PENYIDIKAN

Pasal 22

(1) Pejabat   Pegawai   Negeri   Sipil   tertentu   di   lingkungan   Pemerintah   Daerah diberi  wewenang  khusus  sebagai  penyidik  untuk melakukan  penyidikan tindak pidana pelanggaran, sebagaimana dimaksud dalam Undang­undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1),   adalah   Pejabat   Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai   dengan ketentuan Peraturan Perundang­ undangan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwenang:  

a. Menerima,   mencari,   mengumpulkan   dan   meneliti   keterangan   atau laporan berkenaan dengan tindak pidana pelanggaran, agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. Meneliti,   mencari,   dan   mengumpulkan   keterangan   mengenai   orang pribadi   atau   badan   tentang   kebenaran   perbuatan   yang   dilakukan sehubungan dengan tindak pidana pelanggaran;

c. Meminta   keterangan   dan   bahan   bukti   orang   pribadi   atau   badan sehubungan dengan tindak pidana pelanggaran;

(8)

e. Melakukan   penggeledahan   untuk   mendapatkan   bahan   bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen­dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. Meminta   bantuan   tenaga   ahli   dalam   rangka   pelaksanaan   tugas penyidikan tindak pidana pelanggaran;

g. Menyuruh   berhenti   dan/atau   melarang   seseorang   meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa indentitas orang dan/atau dokumen yang dibawa; 

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana pelanggaran; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi;

j. Menghentikan penyidikan; dan/atau

k. Melakukan   tindakan   lain   yang   perlu   untuk   kelancaran   penyidikan tindak   pidana   pelanggaran   sesuai   dengan   ketentuan   Peraturan Perundangundangan.

(4) Penyidik   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1),   memberitahukan dimulainya   penyidikan   dan   menyampaikan   hasil   penyidikannya   kepada Penuntut   Umum   melalui   Penyidik   Pejabat   Polisi   Negara   Republik Indonesia,   sesuai   dengan  ketentuan   yang  diatur  dalam   Undang­Undang Hukum Acara Pidana.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 23

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. 

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kota Bima.

Ditetapkan di Raba­Bima pada tanggal 24 Pebruari 2014

       WALIKOTA BIMA,

       TTD

     M. QURAIS H. ABIDIN

Diundangkan di Raba­Bima pada tanggal 25 Pebruari 2014

SEKRETARIS DAERAH KOTA BIMA,

      TTD

         MUHAMMAD RUM

LEMBARAN DAERAH KOTA BIMA TAHUN 2014 NOMOR  146

(9)

KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA KOTA BIMA,

                ABD. WAHAB, SH            Nip. 19650903 199803 1 005

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR  1  TAHUN 2014

TENTANG

BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

I.   UMUM

Penyelenggaraan   pemberian   Bantuan   Hukum   kepada   warga   negara, khususnya   warga   miskin,   merupakan   upaya   untuk   memenuhi   dan sekaligus   sebagai   implementasi   negara   hukum   yang   mengakui   dan melindungi serta menjamin hak asasi warga negara akan kebutuhan akses terhadap   keadilan  (access   to   justice)  dan   kesamaan   di   hadapan  hukum (equality before the law).

Hingga saat ini, di Kota Bima belum ada Peraturan Daerah yang secara khusus menjamin terlaksananya hak konstitusional warga negara tersebut, sehingga dengan dibentuknya Peraturan Daerah tentang  Bantuan Hukum Untuk   Masyarakat   Miskin   ini   akan   menjadi   dasar   bagi  Pemerintah   Kota Bima   untuk   melaksanakan   hak  konstitusional   warga   negara   di   bidang Bantuan Hukum, khususnya bagi orang atau kelompok orang miskin.

Selama ini, pemberian Bantuan Hukum yang dilakukan belum banyak menyentuh orang atau kelompok orang miskin, sehingga mereka  kesulitan untuk mengakses keadilan karena terhambat oleh ketidakmampuan mereka untuk mewujudkan hak­hak konstitusional  mereka. Pengaturan mengenai pemberian   Bantuan   Hukum   Untuk  Masyarakat   Miskin   dalam   Peraturan Daerah ini merupakan jaminan terhadap hak­hak konstitusional orang atau kelompok orang miskin di Kota Bima.

Materi   pokok   yang   diatur   dalam   Peraturan   Daerah   ini,   meliputi: pengertian­pengertian,   asas   dan   tujuan,   ruang   lingkup,   penyelenggaraan bantuan   hukum,   hak   dan   kewajiban,   syarat,   tata   cara   pengajuan permohonan, tata kerja, larangan, pendanaan, sanksi, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.

II.  PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas. Pasal 2

(10)

Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah menempatkan hak dan   kewajiban   setiap   orang   secara   proporsional,   patut,   benar, baik, dan tertib.

Huruf b

Yang   dimaksud   dengan   “asas   persamaan   kedudukan   dalam hukum”   adalah   bahwa   setiap   orang   mempunyai   hak   dan perlakuan  yang   sama   di   depan   hukum   serta   kewajiban menjunjung tinggi hukum.

Huruf c

Yang   dimaksud   dengan   “asas   perlindungan   terhadap   hak   asasi manusia”   adalah   bahwa   setiap   orang   diakui   sebagai   manusia pribadi   yang   berhak   mendapatkan   bantuan   dan   perlindungan yang  sama   serta   tidak   memihak   sesuai   dengan   martabat kemanusiannya di depan hukum.

Huruf d

Yang  dimaksud   dengan  “asas   keterbukaan”  adalah  memberikan akses   kepada   masyarakat   untuk   memperoleh   informasi   secara lengkap,   benar,   jujur,   dan   tidak   memihak   dalam   mendapatkan jaminan keadilan atas dasar hak secara konstitusional.

Huruf e

Yang   dimaksud   dengan   “asas   efisiensi”   adalah   memaksimalkan pemberian   Bantuan   Hukum   melalui   penggunaan   sumber anggaran yang ada.

Huruf f

Yang   dimaksud   dengan   “asas   efektivitas”   adalah   menentukan pencapaian tujuan pemberian Bantuan Hukum secara tepat.

(11)

Pasal 9 Huruf a

Bantuan   pendanaan   dimaksud   hanya   berasal   dari   Pemerintah Kota Bima.

Legalisir   cukup   dilakukan   oleh   Kelurahan   dimana  pemohon bantuan hukum bertempat tinggal.

Pasal 12 Ayat (1)

Apabila   permohonan   bantuan   hukum   diwakili   oleh   keluarga,   maka harus dengan surat kuasa.

Yang   dimaksud   dengan   “jawaban”   adalah   pernyataan   pemberi  bantuan hukum   untuk   memberikan   bantuan   hukum   dan  permohonan   penerima bantuan hukum segera ditindaklanjuti.

Pasal 15 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Diperlukannya   kesepakatan   karena   pada   hakekatnya   rencana  kerja tersebut   merupakan   perikatan   yang   didalamnya   memuat   hak  dan kewajiban masing­masing pihak.

Pasal 16 Ayat (1)

(12)

Ayat (2)

Cukup jelas  Ayat (3)

Cukup jelas. Pasal 21

Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Cukup jelas  Pasal 22

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR  74

RENCANA ANGGARAN BIAYA 

BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN

No Uraian Volume Satuan Harga Satuan(Rp) Jumlah(Rp)

1 Penyelesaian 

Sengketa Perdata 10 Kasus 15.000.000,­ 150.000.000,­

2 Penyelesaian Sengketa Pidana 10 Kasus 10.000.000,­ 100.000.000,­

(13)

Jangan risaukan nikmat Yang belum kita miliki  Tapi risaukanlah akan 

Nikmat yang belum kita syukuri Terkadang Allah menganugrahkan Nikmat melalui masalah

Dan memberi masalah 

melalui nikmat (Moga Bermanfaat)

“ Numpang Lewat “

Perpisahan itu bukanlah karena perjalanan yang jauh Bukan pula karena ditinggal orang tercinta

Bahkan kematian pun bukan perpisahan Sebab kita pasti bertemu kembali di akhirat Akan tetapi, perpisahan adalah ketika salah satu Di antara kita masuk SURGA

Sedang yang lain masuk NERAKA

Referensi

Dokumen terkait

(1) Untuk memperoleh IPKTM dimaksud dalam pasal 2 Peraturan Daerah ini, pemohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada Walikota dengan melampirkan foto copy yang telah

(3) Pengawasan lembaga internasional dalam kegiatan penanggulangan bencana pada   tahap   prabencana,   tanggap   darurat  dan  pascabencana 

(8) Keselamatan struktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan salah satu penentuan tingkat keandalan struktur bangunan yang diperoleh dari hasil

(1) Untuk mencegah terjadinya amblesan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) dilakukan dengan mengurangi pengambilan air tanah bagi pemegang izin pemakaian

Undang­Undang Nomor  18  Tahun  2009  tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia

(1) Tarif Retribusi Tempat Khusus Parkir sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) huruf d ditetapkan sebesar yang tercantum pada Lampiran IV Peraturan

Agar   setiap   orang   mengetahuinya,   memerintahkan   pengundangan   Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bima. .

Dalam proses Pembentukan Produk Hukum dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, pada saat ini telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang