• Tidak ada hasil yang ditemukan

potensi tiga kawasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "potensi tiga kawasan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KSN) ialah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan. Hal ini karena secara nasional KSN berpengaruh sangat penting terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah di dalamnya yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Di dalam PP No. 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), ditetapkan 76 KSN yang memiliki kepentingan ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi, serta pertahanan dan keamanan.

Hingga saat ini, telah ditetapkan 4 (empat) Perpres RTR KSN Perkotaan yaitu RTR Jabodetabekpunjur (Perpres 54/2008), Sarbagita (Perpres 45/2011), Mamminasata (Perpres 55/2011) dan Mebidangro (Perpres 62/2011).

(2)

I. RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN MAMMINASATA (Perpres No. 55 Tahun 2011)

VISI KAWASAN PERKOTAAN MAMMINASATA

Kawasan Perkotaan Mamminasata yang meliputi Kota Makassar, Kabupaten Maros, Gowa dan Takalar dibentuk berdasarkan SK Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2003 dengan luas wilayah 246.230 ha. Kawasan Perkotaan Mamminasata merupakan kawasan pengembangan yang terbentuk akibat pengembangan Kota Makassar yang begitu pesat dan menyebabkan terjadinya aglomerasi antara tiga kota utama lainnya. Secara umum, Kota Makassar mendominasi semua kegiatan perkotaan di Kawasan Perkotaan Mamminasata. Maka, Kota Makassar, yang saat ini juga berkembang sebagai pintu gerbang bagi pembangunan Indonesia di Kawasan Timur, adalah representasi dari Kawasan Perkotaan Mamminasata.Di dalam sistem perkotaan nasional, Makassar sebagai kota utama dalam lingkup Kawasan Perkotaan Mamminasata berperan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Hal ini berarti cakupan pelayanan Makassar menjangkau wilayah nasional dan berfungsi sebagai pusat pelayanan produksi, distribusi dan jasa, serta berfungsi sebagai simpul transportasi untuk melayani wilayah nasional atau beberapa propinsi.

(3)

membangun sistem perkotaan Kawasan Perkotaan Mamminasata yang berhierarki, terstruktur, dan seimbang sesuai dengan fungsi dan tingkat pelayanannya, ke empat, menjaga keseimbangan fungsi lindung dan fungsi budi daya pada Kawasan Perkotaan Mamminasata sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan, dan yang terakhir adalah mewujudkan pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional di Kawasan Perkotaan Mamminasata.

Hal-hal tersebut di atas kemudian diuraikan di dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Mamminasata dengan kebijakan-kebijakan lebih detail, yang meliputi:

1. Pengembangan ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan negara, serta pelestarian lingkungan hidup sebagai satu kesatuan, 2. Pengembangan Kawasan Perkotaan Mamminasata sebagai pusat

orientasi pelayanan berskala internasional dan penggerak utama bagi Kawasan Timur Indonesia,

3. Pengembangan Kawasan Perkotaan Mamminasata sebagai pusat pertumbuhan dan sentra pengolahan hasil produksi bagi pembangunan kawasan perkotaan inti dan kawasan perkotaan di sekitarnya, dan 4. Peningkatan aksesibilitas antarwilayah dan pemerataan jangkauan

pelayanan

Untuk menyukseskan kebijakan-kebijakan di atas, diperlukan strategi-strategi. Dalam pengembangan ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan negara, serta pelestarian lingkungan hidup sebagai satu kesatuan, dilakukan strategi-strategi sebagai berikut:

 Meningkatkan pelestarian situs warisan budaya lokal yang beragam;  Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam

dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama di Kawasan Timur Indonesia;

 Mengelola pemanfaatan sumber daya alam sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;

 Mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara;

 Mengembangkan zona penyangga yang memisahkan antara kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara dengan kawasan budidaya terbangun di sekitarnya;

 Mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budidaya terbangun;

 Merehabilitasi dan merevitalisasi kawasan lindung yang mengalami kerusakan fungsi lindung;

(4)

khususnya di kawasan pantai dan daerah Kemudian dalam pengembangan Kawasan Perkotaan Mamminasata sebagai pusat orientasi pelayanan berskala internasional dan penggerak utama bagi Kawasan Timur Indonesia ada tiga strategi yang dilakukan, yaitu:

1. Mendorong kawasan perkotaan inti dan pusat-pusat pertumbuhan agar berdaya saing dalam mendukung pengembangan kawasan perkotaan di sekitarnya,

2. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang memiliki nilai ekonomi, sosial, budaya, serta yang belum terlayani oleh pusat

pertumbuhan yang ada,

3. Mendorong terselenggaranya pembangunan Kawasan Perkotaan Mamminasata secara terpadu melalui koordinasi lintas sektor, lintas wilayah dan antar pemangku kepentingan.

Sementara strategi pengembangan Kawasan Perkotaan Mamminasata sebagai pusat pertumbuhan dan sentra pengolahan hasil produksi bagi pembangunan kawasan perkotaan inti dan kawasan perkotaan di sekitarnya adalah:

1. Mendorong pengembangan pusat perdagangan dan jasa, pusat kegiatan pertanian, pusat kegiatan perikanan, dan pusat kegiatan pengolahan hasil produksi,

2. Mendorong pengembangan sentra-sentra kawasan ekonomi baru dalam pengolahan hasil produksi, pertanian, dan perikanan,

3. Mendorong pembangunan industri strategis kawasan dengan pemanfaatan sumber daya pesisir dan kelautan,

4. Meningkatkan keterkaitan wilayah penghasil bahan baku industri dengan kawasan peruntukan industri pengolahan di Kawasan Perkotaan

Mamminasata

Selai itu, peningkatan aksesibilitas antarwilayah dan pemerataan jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana di Kawasan Perkotaan Mamminasata juga memiliki strategi, antara lain:

 memantapkan aksesibilitas antarwilayah guna

mendukung pengembangan Koridor Ekonomi Sulawesi;

 meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem jaringan transportasi perkotaan yang seimbang dan terpadu untuk menjamin aksesibilitas yang tinggi antara kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya;

(5)

 mengembangkan keterpaduan sistem jaringan transportasi darat, transportasi laut, dan transportasia, untuk menjamin aksesibilitas yang tinggi antar-PKN dan antarnegara;

 meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem jaringan energi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat;

 meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem jaringan

telekomunikasi yang mencapai seluruh pusat kegiatan dan permukiman di Kawasan Perkotaan Mamminasata;

 meningkatkan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air dengan berbasis pengelolaan

wilayah sungai secara terpadu; dan

 meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan air minum, air limbah, drainase, dan persampahan secara terpadu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kawasan Perkotaan Mamminasata.

II. RENCANA TATA RUANG METROPOLITAN MEBIDANGRO (Perpres No.62 Tahun 2011)

(6)

Medan-Binjai-Deli Serdang & Karo sendiri memiliki visi yang jauh ke depan (visi 2027) yaitu kota yang nyaman dihuni, memiliki fasilitas kota yang terjangkau, mendorong gairah berakitivitas sosial, ekonomi maupun kebudayaan, banyak ruang publik yang mudah dicapai dengan bersepeda atau jalan kaki dan transportasi umum yang andal. Selain itu, sebagai PKN dan KSN Ekonomi, Rencana Pengembangan Metropolitan Mebidangro telah disiapkan sampai tahun 2030. Tujuannya agar Mebidangro mampu menjadi pusat pelayanan ekonomi skala nasional yang mampu bersaing dengan pusat pelayanan ekonomi Regional IMT-GT, di samping melayani penduduknya dengan prima. Luas wilayah Metropolitan Mebidangro adalah 301.697 ha, meliputi Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan sebagian Kabupaten Karo. Pada tahun 2009 total jumlah penduduk metropolitan ini mencapai 4.2 juta Jiwa.

Dengan perkiraan pertumbuhan penduduk selama 20 tahun terakhir sebesar 30,95%, diperkirakan jumlah penduduk Metropolitan Mebidangro pada tahun 2029 akan mencapai 5.5 juta Jiwa. Dilihat dari daya dukung fisik dasarnya, sekitar 37,55% lahan Metropolitan Mebidangro, yaitu 113.280 ha, potensial dikembangkan untuk kegiatan perkotaan. Diperkirakan daya tampung kawasan Metropolitan Mebidangro mencapai 6,8 juta jiwa.

Metropolitan Mebidangro didukung dengan keberadaan Bandara Kualanamu (dalam proses pembangunan) sebagai pengganti Bandara Polonia. Bandara Kualanamu ditetapkan sebagai bandara internasional dengan hierarki pusat pengumpul skala primer (KM 11 Tahun 2010, Tatanan Kebandarudaraan Nasional). Bandara Kualanamu direncanakan memiliki kapasitas pelayanan untuk penerbangan pesawat tipe B.747-400, dengan rencana luas wilayah bandara minimal 1.365 ha. Metropolitan Mebidangro juga didukung keberadaan pelabuhan laut Belawan dengan status pelabuhan internasional (PP No. 26 tahun 2008, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional). Dalam melaksanakan pengelolan Kawasan Metropolitan, penguatan kelembagaan eksisting melalui pola kerjasama daerah menjadi perhatian penting terkait implementasi pengembangan Metropolitan Mebidangro 2030. Penguatan kelembagaan berorientasi pada sinergi program pembangunan, kepastian hukum dan perpendekan proses birokrasi sehingga mampu meningkatkan gairah investasi di wilayah Metropolitan Mebidangro.

Kebijakan dalam Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro meliputi:

1. Pengembangan dan pemantapan fungsi Kawasan Perkotaan Mebidangro sebagai pusat perekonomian nasional yang produktif dan efisien serta mampu bersaing secara internasional terutama dalam kerja sama ekonomi subregional Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia- Thailand;

(7)

3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, serta prasarana perkotaan Kawasan Perkotaan Mebidangro yang merata dan terpadu secara internasional, nasional, dan regional;

4. Peningkatan keterpaduan antarkegiatan budi daya serta keseimbangan antara perkotaan dan perdesaan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan;

5. Peningkatan fungsi, kuantitas, dan kualitas RTH dan kawasan lindung lainnya di Kawasan Perkotaan Mebidangro.

Untuk mendukung kebijakan tersebut, maka diambillah lima langkah strategis pengembangan Kawasan Metropolitan Mebidangro, yaitu pengembangan koridor ekonomi internasional Belawan – Kuala Namu, pembangunan pusat-pusat pelayanan kota baru, revitalisasi pusat kota lama Medan dan Kawasan Tembakau Deli, pembangunan dan pemantapan Koridor Hijau Mebidangro, dan pengembangan Akses Strategis Mebidangro. Pengembangan Koridor Ekonomi Internasional Belawan-Kuala Namu dilakukan dengan menata pusat Kota Medan menjadi pusat kegiatan perdagangan dan jasa, kawasan cagar budaya, dan kegiatan pariwisata budaya dan buatan. Selain itu, dilakukan pula penataan kawasan agropolitan tembakau Deli yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau perkotaan, wisata buatan, dan trade mark perkotaan Mebidangro.

Selanjutnya yang dimaksud dengan pembangunan pusat-pusat pelayanan kota baru adalah membangun pusat-pusat pelayanan kota baru yang berfungsi sekunder dan menghubungkan mereka dengan sistem jaringan transportasi massal yang dapat menampung serta melayani sekitar 500.000 jiwa untuk masing-masing pusat pelayanan sekunder. Di sisi lain, dilakukan pula pengembangan koridor kegiatan primer berdasarkan skalanya.

Sementara itu revitalisasi pusat Kota lama Medan dan Kawasan Tembakau Deli menitikberatkan pada penataan pusat Kota Medan sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa, kawasan cagar budaya, dan kegiatan pariwisata budaya dan buatan. Penataan kawasan agropolitan tembakau Deli yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau perkotaan, wisata buatan, dan trade mark perkotaan Mebidangro.

(8)

pusat kegiatan sekunder, dan pembangunan keterpaduan simpul sistem jaringan transportasi yang memadukan transportasi darat, udara, dan laut di Pelabuhan Belawan, Bandara Kualanamu dan Stasiun Medan.

III. RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN METROPOLITAN SARBAGITA (Perpres No. 45 Tahun 2011)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Menetapkan Kawasan Perkotaan Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan (Sarbagita) sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan juga sebagai Kawasan Strategis Nasional. Dalam kaitannya dengan fungsi kawasan sebagai PKN, maka berdasarkan pasal 14 PP RTRWN, terkait dengan penetapan kriteria PKN, maka kawasan berpotensi sebagai pintu gerbang internasional kepariwisataan. Dengan demikian, simpul utama skala transportasi nasional menjadi aspek yang mendukung penetapan tersebut.

Terbentuknya wujud fisik Kawasan Perkotaan Sarbagita disebabkan oleh adanya kegiatan perkotaan yang secara fisik menyatu akibat kedekatan pusat-pusat perkotaan di Denpasar, Gianyar dengan pusat perkotaan Gianyar dan Ubud, Badung dengan kawasan Kuta dan Kota Semarapura yang akan dikembangkan, juga Tabanan dengan pusat perkotaan Kediri. Tampilan fisik dan aktivitas perkotaan sangat menyatu, terutama pada jalan-jalan utama yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan tersebut. Hubungan ini ditandai dengan makin maraknya perkembangan kegiatan pemukiman, kegiatan perdagangan dan jasa, kegiatan pariwisata dan penunjangnya, serta kegiatan penunjang kegiatan perkotaan lainnya.

Kedekatan antar pusat kegiatan tersebut menyebabkan kecenderungan pola penglaju (commuter) antara Kota Denpasar dengan kawasan sekitarnya (Kuta, Nusa Dua, Tabanan, Gianyar, Ubud). Oleh karena itu penataan Ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita membutuhkan koordinasi dalam pengembangan secara keseluruhan, mulai dari konsep pengembangan, sampai pada pengembangan sarana dan prasarana.

(9)
(10)

umum untuk mempertahankan dan melestarikan kawasan berjati diri budaya Bali. Arahan peraturan zonasi ini meliputi:

1. Penerapan konsep cathus patha, hulu – teben, tri mandala, sebagai dasar penetapan struktur ruang utama dan arah orientasi ruang kota. 2. Perlindungan terhadap kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai

kawasan suci dan kawasan tempat suci.

3. Penerapan konsep karang bengang atau ruang terbuka berupa lahan pertanian yang dikelola subak sebagai mpenyangga.

4. Pengintegrasian dan harmonisasi pemanfaatan jalur-jalur jalan utama kawasan perkotaan untuk kegiatan prosesi ritual keagamaan dan budaya. 5. Penerapan ketentuan umum ketinggian bangunan setinggi-tingginya 15

meter.

6. Penerapan wujud lansekap dan tata bangunan yang bercirikan arsitektur tradisional Bali.

Terwujudnya rencana tata ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita tentu saja tak luput dari pengelolaan Kawasan Perkotaan Sarbagita itu sendiri. Pengelolaan Kawasan Perkotaan Sarbagita dilaksanakan oleh Menteri, Gubernur, dan Bupati atau Walikota sesuai dengan kewenangannya. Pengelolaan Kawasan Perkotaan Sarbagita oleh Menteri dapat dilaksanakan oleh Gubernur melalui dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan. Dalam rangka pengelolaan Kawasan Perkotaan Sarbagita, Gubernur dapat membentuk suatu badan dan/atau lembaga pengelola, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, yang disetujui oleh Menteri. Pembentukan tugas, susunan organisasi, dan tata kerja, serta pembiayaan badan pengelola diatur oleh Gubernur.

Referensi:

- Buku Populer Perpres Metropolitan Maminasata, Perpres Metropolitan Mebidangro, Perpres Metropolitan Sarbagita disusun oleh Subdit Pegembangan Perkotaan, Direktorat Perkotaan, Ditjen Penataan Ruang,

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dari observasi dan wawancara penulis Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional engklek dapat

Tujuan penelitian ini adalah memberi gambaran mengenai kondisi geografis dan sosio-kultur Cirebon sebelum masuknya Islam, kemunculan Sunan Gunung Jati di Cirebon, wilayah, metode,

Harahap (2008 : 190) menjelaskan pengertian analisis laporan sebagai berikut: “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat

1) Proses penggilingan dimulai ketika daun teh yang berada di stasiun pelayuan sudah siap untuk digiling. Proses turunnya teh dari stasiun pelayuan ke stasiun

Quraish Shihab tentang penfasiran ayat-ayat Sumpah dalam juz‟amma, yang mana penulis meneliti-melihat dari model penafsiran yang digunakan dari masing-masing tokoh

Jenis penelitian ini adalah kualitatif lapangan, dengan pendekatan emik 24 yaitu analisis sikap dan perilaku yang menekankan pada apa yang disampaikan, dipikirkan

Sayangnya aturan yang ada ini hanya dapat diterapkan bagi wajib pajak badan dalam transaksi perdagangan online dan tidak dapat diterapkan bagi wajib pajak orang

Letak interaksi antara bahan bakar dengan gasyfaying agent akan mempengaruhi letak tahapan proses dalam gasifier dan berpengaruh terhadap efisiensi thermal,