• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemetaan Perubahan Penggunaan Lahan Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2007 dan 2013 | Andresi | GeoTadulako 2610 7840 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemetaan Perubahan Penggunaan Lahan Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2007 dan 2013 | Andresi | GeoTadulako 2610 7840 1 PB"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2007 DAN 2013

BUDI ANDRESI A 351 09 049

JURNAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

ABSTRAK

Latar belakang dalam penelitian ini, adanya perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Sausu. Tujuannya, pemetaan perubahan penggunaan lahan tahun 2007 dan 2013, menganalisis arahan RTRW terhadap penggunaan lahan di Kecamatan Sausu tahun 2013.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis citra, yaitu menganalisis perubahan penggunaan lahan tahun 2007 dan 2013 dengan membandingkan klasifikasi penggunaan lahan. Data yang didapat selanjutnya dibandingkan berdasarkan arahan RTRW Kabupaten Parigi Moutong.

Hasil menunjukan selama enam tahun terakhir, terjadi penambahan luas pada penggunaan lahan tanaman musiman sebesar 208,68 Ha (1,01%), perkebunan 49,43 Ha (0,24%), tambak 6,27 Ha (0,03%), kampung 1,21 Ha (0,01%), sungai 1,2 Ha (0,01%) dan muara 0,19 Ha (0,001%). Sedangkan yang mengalami penurunan luas yakni hutan sekunder formasi klimatik 166,61 Ha (0,48%), hutan sekunder formasi edhapik 99,35 Ha (0,48%), gosong pasir sungai dan pasir pantai 1,01 Ha (0,005%). Saluran irigasi dan waduk maksud ganda tidak mengalami perubahan. Perbandingan dengan arahan RTRW menunjukan, hutan produksinya masih memiliki lebih 1.738,64 Ha, perkebunan kurang 1.766,01 Ha, pertanian lahan basah dan kering kurang 197,36 Ha, dan permukiman kurang 138,9 Ha, yang sesuai arahan RTRW.

Penelitian ini diharapkan menjadi inventarisasi data bagi pemerintah Kecamatan Sausu maupun Kabupaten Parigi Moutong, sebagai bahan masukkan dalam pengambilan kebijakan.

(3)

ABSTRACT

The background of this research is there is a change in utilizing the land that occurred in the Sausu district, the objectives are mapping changes in utilizing land in 2007 and 2013 and analysing the official instructions of spatial planning of utilizing land in 2013 Sausu district. Concept analysis is the techniques data analysis used in this research, which analyzes the change of utilizing land in 2007 and 2013 by comparing the utilizing land classification, then compared with the data obtained by the instruction of spatial district of Parigi Moutong.

Results shows for the last six years, there is an extensive additions of the utilizing land for seasonal crops about 208.68 Ha (1.01%), plantations 49.43 Ha (0.24%), dike 6.27 Ha (0.03%), village 1.21 Ha (0.48%), river 1.2 Ha (0.01%) and estuary 0.19 Ha (0.001%). Whereas the broad decline is the secondary forest climatic 166.61 Ha (0.48%), secondary forest formations edhapik 99.35 Ha (0.48%), river sandbars and sand beach 1.01 Ha (0.005%), while irrigation canals and dual purpose reservoirs has not changed. Compare with the instruction of spatial shows that production forest still has more about 1738.64 Ha, plantation 1766.01 Ha, wet and dry land farming 197.36 Ha, and the residential 138.9 Ha in accordance to the spatial instruction.

This research is expected to be a data inventory fofr the sub-district government of Sausu Parigi Moutong Regency as an input material in policy making

(4)

1. PENDAHULUAN

Kegiatan pembangunan tidak terlepas dari kebutuhan akan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya alam yang mempunyai peranan penting yaitu lahan, yang akan selalu berubah seiring dengan adanya kebutuhan. Menurut Rustiadi 2007 dalam Muiz (2009:1), proses perubahan penggunaan lahan merupakan “proses yang tidak bisa dihindari karena pada dasarnya alih fungsi lahan merupakan pergeseran alokasi dan distribusi sumberdaya sebagai konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan

transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang”.

Fungsi lahan sebagai media produksi cenderung akan berubah dalam penggunaannya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah.

Kegiatan pembangunan juga dilakukan di wilayah Kabupaten Parigi Moutong khususnya wilayah Kecamatan Sausu yang mempunyai konsekwensi adanya perubahan penggunaan lahan yang tejadi. Kabupaten Parigi Moutong secara geografis terletak pada posisi 119º45’ -121º06’ BT dan posisi 4º40’ LS - 0º14’ LU. Batas administratif Kabupaten Parigi Moutong sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buol, Toli-Toli dan Propinsi Gorontalo, sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Tomini, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi, sebelah Barat berbatasan dengan Kota Palu dan Kabupaten Donggala,. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, menunjukkan Kabupaten Parigi Moutong mempunyai luas wilayah 6.231,85 km² dan jumlah penduduk 421.234 jiwa.

Sausu merupakan salah satu kecamatan dari dua puluh dua kecamatan yang ada di Kabupaten Parigi Moutong. Data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2012 menunjukan, Kecamatan Sausu mempunyai jumlah penduduk sebesar 21.977 jiwa atau 5,22% dari jumlah penduduk Kabupaten Parigi Moutong dan luas wilayah sebesar 204,7165 km² atau 3,28% dari luas Kabupaten Parigi Moutong.

(5)

Menghindari terjadinya perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai, maka Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) digunakan sebagai pedoman perencanaan penggunaan lahan. Kecamatan Sausu merupakan salah satu kecamatan yang dijadikan kawasan budidaya dalam arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Parigi Moutong, dari contoh kasus sebelumnya menunjukan adanya perubahan penggunaan lahan yang terjadi. Oleh sebab itu perlu dikaji sejauh mana perubahan terjadi sehingga diketahui penyimpangan yang ada.

Cara untuk mengetahui secara cepat perubahan penggunaan lahan yang terjadi yaitu dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penggunaan teknologi penginderaan jauh dapat digunakan untuk mengetahui dinamika proses perubahan penggunaan lahan yang terjadi dengan analisis spasial.

Seperti yang dikemukan diatas bahwa perubahan penggunaan lahan merupakan sesuatu yang logis dan merupakan konsekwesi adanya perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah. Penelitian ini akan menampilkan perubahan penggunaan lahan yang di Kecamatan Sausu tahun 2007 dan 2013 serta membandingkan dengan arahan Rencana Tata Ruang (RTRW) Kabupaten Parigi Moutong tahun 2010-2030.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dipakai adalah kombinasi antara pemetaan dan analisis peta dengan menggunakan kerangka metode Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini akan memetakan penggunaan lahan dengan menggunakan citra satelit Spot 5 tahun 2007 dan Landsat 8 tahun 2013. Data yang telah diketahui pada peta tersebut selanjutnya dilakukan analisis perbandingan klasifikasinya (Classification Comparison) sehingga diketahui perubahan penggunaan lahan yang telah terjadi pada tahun 2007 dan tahun 2013. Sumber data dalam penelitian ini meliputi, data dari hasil interpretasi citra, data observasi serta wawancara pada pemerintah Kecamatan Sausu dan masyarakat.

Teknik interpretasi citra yang digunakan yaitu dengan teknik manual atau Digitasi on screen, yaitu mendigitasi langsung pada kedua citra tersebut dengan mengandalkan visual.

(6)

Proses ini mengolah data sekunder dan data primer yang didapatkan dengan teknik GIS. Dalam proses ini yang dilakukan yaitu mengklasifikasi penggunaan lahan tahun 2007 dan 2013 yang dilakukan pada citra satelit. Keluaran dari proses ini yakni peta penggunaan lahan beserta luasan dari tiap-tiap penggunaan lahan. 2) Pemeriksaan Lapangan (Ground Check)

Hasil klasifikasi penggunaan lahan tahun 2013 selanjutnya dilakukan pemeriksaan lapangan dilakukan dengan menelusuri lokasi-lokasi pengamatan. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengambilan titik-titik pengamatan dan dokumentasi contoh-contoh penggunaan lahan yang ada. Kegiatan pengecekan lapangan dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan kondisi lapangan secara nyata sebagai pelengkap informasi dan pembanding bagi analisis selanjutnya.

3) Ketelitian Klasifikasi

Ketelitian klasifikasi interpretasi dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Short. Yakni menguji tingkat ketelitian dari interpretasi citra dengan data di lapangan.

4) Analisis Perubahan Penggunaan Lahan

Berdasarkan hasil dari klasifikasi citra dua waktu, selanjutnya dilakukan analisis perubahan penggunaan lahan. Analisis perubahan penggunaan lahan adalah dengan cara membandingkan (classification comparison) citra hasil klasifikasi pada tiap waktu secara terpisah. Dengan cara ini, bisa mengetahui luas perubahan lahan yang terjadi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1) Pengolahan Awal Citra

Pengolahan awal citra merupakan kegiatan yang dilakukan pada citra sebelum diolah lebih lanjut. Tahapan dalam pengolahan awal citra ini, meliputi Kombinasi band, koreksi geometrik dan pembatasan area penelitian

a. Kombinasi Band

(7)

natural color ini, bertujuan agar citra tersebut menampilkan warna alaminya sehingga akan memunculkan semua penggunaan lahan yang ada pada citra tersebut.

Proses kombinasi band tersebut dapat digambarkan dalam suatu proses seperti yang ditampilkan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Kombinasi band citra Landsat 8 b. Koreksi Geometrik

Citra Spot 5 tahun 2007 dan Landsat 8 tahun 2013 yang didapatkan dikoreksi geometrik terlebih dahulu agar sesuai dengan posisi sebenarnya. Sistem koordinat yang digunakan dalam koreksi geometrik ini adalah proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) zona 51 Selatan, dengan datum WGS 84. Koreksi geometrik dilakukan dengan cara memilih titik kontrol lapangan (Ground Control Point/GCP), penentuann GCP ini menggunakan bantuan GPS. Titik kontrol lapangan yang dipilih merupakan titik-titik yang permanen seperti perpotongan jalan, jembatan yang tidak berubah posisi dalam jangka waktu yang lama.

Hasil menunjukkan GCP yang memiliki nilai RMS terbesar pada citra Spot 5 adalah sebesar 0,2 dan pada citra Landsat 8 juga memiliki nilai RMS 0,2. Titik-titik GCP dari kedua citra tersebut memiliki nilai rata-rata RMS sebesar 0,14. Hasil ini menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 (Bambang Setiyono, 2006:36).

c. Pembatasan Wilayah Penelitian

(8)

2. Hasil Klasifikasi Penggunaan Lahan

Hasil klasifikasi yang didapatkan yakni pada penggunaan lahan tahun 2007 dan penggunaan lahan tahun 2013.

a. Penggunaan Lahan Tahun 2007

Berdasarkan hasil interpretasi citra Spot 5 tahun 2007 yang dilakukan, penggunaan lahan lahan di Kecamatan Sausu yaitu hutan sekunder fomasi edhapik, hutan sekunder formasi klimatik, gosong pasir sungai, kampung, muara, pasir pantai, perkebunan, waduk maksud ganda, tambak, tanaman musiman, sungai dan saluran irigasi. Standar klasifikasi (penamaan dan pengkodean) menggunakan klasifikasi penggunaan lahan MalingreauPenggunaan Lahan di Kecamatan Sausu tahun 2007 beserta luas dan persentasenya, akan disajikan dalam bentuk tabel. Hal ini dilakukan untuk memudahkan melakukan analisis penggunaan lahan tahun 2007. Data tersebut tersaji dalam Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Identifikasi Penggunaan Lahan Citra Spot 5 tahun 2007 No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1.

(9)
(10)

b. Penggunaan Lahan Tahun 2013

Hasil interpretasi citra Landsat 8 tahun 2013 yang telah dilakukan mendapatkan penggunaan lahan lahan di Kecamatan Sausu yaitu, hutan sekunder fomasi edhapik, hutan sekunder formasi klimatik, gosong pasir sungai, kampung, muara, pasir pantai, perkebunan, waduk maksud ganda, tambak, tanaman Musiman, sungai dan saluran irigasi. Standar klasifikasi (penamaan dan pengkodean) menggunakan klasifikasi penggunaan lahan Malingreau

Hasil klasifikasi penggunaan lahan tahun 2013, yang disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Identifikasi Penggunaan Lahan Citra Landsat 8 tahun 2013

No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase

(%)

(11)
(12)

c. Ketelitian Klasifikasi

Hasil uji ketelitian yang dilakukan, yakni perkebunan terdiri dari 47 titik, pengambilan titik tersebut yang terbukti adalah 40 titik sebagai perkebunan, hutan sekunder formasi klimatik terdapat 20 titik yang terbukti yakni 18 titik, hutan sekunder formasi edhapik terdiri dari 22 titik dan yang terbukti 16 titik, tanaman musiman terdapat 48 titik yang terbukti 38 titik, tambak terdapat 21 titik yang terbukti 16 titik, kampung terdapat 48 titik yang terbukti yaitu 42 titik, sungai 16 titik yang terbukti 13 titik, gosong pasir sungai 15 titik dan yang terbukti 13 titik, pasir pantai terdapat 16 titik yang terbukti 15 titik dan untuk muara, waduk maksud ganda dan irigasi masing-masing 4, 3, 20 titik dan terbukti sebagai penggunaan lahan yang diklasifikasi.

Hasil perhitungan rata-rata ketelitian yang dilakukan untuk semua penggunaan lahan, memilki persentase yaitu 85% yang menunjukkan tingkat akurasi baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutanto dalam Arsyad (2012:56) yang menyatakan bahwa “identifikasi lahan di negara tropis yang sedang

berkembang maksimal 75% sampai 85% karena daerah tropis memiliki penutupan lahan yang sangat mejemuk dan rumit”.

d. Perubahan Penggunaan Lahan

Berdasarkan hasil interpretasi citra Spot 5 tahun 2007 dan Landsat 8 tahun 2013, menunjukkan Kecamatan Sausu mengalami perubahan pada penggunaan lahannya. Luas perubahan penggunaan lahan tahun 2007 hingga 2013, disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Perubahan Penggunaan Lahan

No Jenis Penggunaan Lahan

Luas Penggunaan Lahan

Tahun 2007 Tahun 2013 Perubahan

(13)

7. Jumlah 20.471,65 100 20.471,65 100

Sumber: Hasil analisis, tahun 2014

Besar perubahan penggunaan lahan yang terjadi dari tahun 2007 hingga 2013 tidak semua mengalami perubahan yang drastis. Hasil perhitungan yang paling besar mengalami penurunan yaitu hutan sekunder formasi klimatik yang mengalami penurunan lahan sebesar 166,61 Ha atau sebesar 0,81%. Selain itu hutan sekunder formasi edhapik mengalami penurunan sebesar 99,35 Ha atau 0,48% selanjutnya yang mengalami penurunan gosong pasir sungai dan pasir pantai dari hasil perhitungan mengalami penurunan sebesar 1,01 Ha atau 0,005%.

Selain itu penggunaan lahan yang mengalami perubahan peningkatan terbesar yaitu tanaman musiman sebesar 208,68 Ha atau dengan persentase peningkatan sebesar 1,01%. Perkebunan juga mengalami peningkatan luas sebesar 49,43 Ha atau peningkatan 0,24%. Penggunaan lahan lain yang mengalami peningkatan yakni tambak sebesar 6,27 Ha atau 0,03%. kampung mengalami penambahan sebesar 1,21 Ha atau 0,01%. sungai mengalami peningkatan 1,2 Ha atau 0,01% selanjutnya muara mengalami peningkatan 0,19 Ha yang hanya berkisar 0,001%.

3. Perbandingan Arahan RTRW Dengan Penggunaan Lahan Tahun 2013 a. Kawasan Budidaya Hutan Produksi, Pertanian, Perkebunan.

(14)

Tabel 5. Perbandingan Hasil Analisis Kawasan Budidaya Hutan Produksi, pertanian dan perkebunanTahun 2013 dengan Arahan RTRW

No. Jenis Kawasan

Kawasan budidaya hutan produksi

Sumber: Hasil perhitungan, tahun 2014

Perbandingan tersebut menunjukkan Kecamatan Sausu kawasan budidaya hutan produksinya terdapat 8.343,2 Ha, sedangkan menurut proporsi arahan RTRW bahwa di Kecamatan Sausu terdapat 6.604,56 Ha. Data tersebut menunjukkan bahwa di Kecamatan Sausu masih memiliki lebih 1.738,64 Ha hutan produksinya. Selain itu untuk kawasan perkebunan di Kecamatan Sausu terdapat 10.030,79 Ha, sedangkan menurut proporsi arahan RTRW terdapat 11.796,8 Ha, hal ini menunjukan di Kecamatan Sausu memiliki kawasan perkebunan kurang 1.766,01 Ha yang sesuai dengan proporsi arahan RTRW. Dan yang terakhir kawasan pertanian baik lahan basah dan kering, hasil menunjukkan di Kecamatan Sausu terdapat 719,64 Ha kawasan pertanian, adapun proporsi arahan RTRW yakni 971 Ha, data ini menunjukan masih kurangnya kawasan pertanian di kecamatan ini yang sesuai dengan arahan yaitu seluas 197,36 ha.

Perbandingan kawasan peruntukan permukiman ini akan ditampilkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Perbandingan Hasil Analisis Permukiman Tahun 2013 dengan Arahan RTRW

Kawasan Permukiman 192,12 331,02 -138,9

(15)

Data ini menunjukaan bahwa Kecamatan Sausu, dari analisis permukiman tahun 2013 (existing condition) menunjukan permukiman seluas 192,12 Ha, sedangkan Arahan dokumen RTRW Kabupaten Parigi Moutong tahun 2010-2030 yaitu seluas 331,02 Ha. Data ini menunjukan masih kurangnya permukiman yaitu seluas 138,9 Ha.

Hasil analisis peneliti mendapatkan beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut, yaitu yang pertama dokumen RTRW Kabupaten Parigi Moutong ini memiliki jangka waktu tahun 2010-2030 sehingga dokumen ini berlaku dengan masa 20 tahun atau hingga 16 tahun akan datang, yang kedua kawasan peruntukan permukiman ini belum terisi semua sesuai dengan arahan dokumen RTRW tersebut dan yang terakhir yakni tingkat ketelitian yang berbeda. Skala yang digunakan pada peta dokumen RTRW Kabupaten Parigi Moutong menggunakan skala 1:400.000 sedangkan pada penelitian ini menggunakan skala 1:25.000, hal ini mempengaruhi dari segi kenampakan pada objeknya.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat

disimpulkan bahwa:

1) Hasil klasifikasi citra Spot 5 dan Landsat 8, Kecamatan Sausu digolongkan menjadi 12

kelas penggunaan lahan yaitu hutan sekunder formasi klimatik, hutan sekunder formasi

edhapik, perkebunan, tanaman musiman, tambak, kampung, muara, gosong pasir sungai,

pasir pantai, sungai, waduk maksud ganda dan saluran irigasi. Penggunaan lahan di

Kecamatan Sausupada tahun 2007 didominasi oleh perkebunan dengan luas 9.981,36 Ha atau 48,76% dan pada tahun 2013 perkebunan masih mendominasi

seluas10.030,79 Ha atau 49%. Dengan demikian hampir setengah wilayah Kecamatan Sausu didominasi oleh perkebunan. Jenis-jenis penggunaan lahan yang mengalami peningkatan luas dengan rentang waktu 6 tahun (tahun 2007-2013) adalah

(16)

mengalami penurunan, yaitu hutan sekunder formasi klimatik, hutan sekunder formasi

edhapik, gosong pasir sungai, pasir pantai. Selain itu penggunaan lahan waduk maksud

ganda dan saluran irigasi tidak mengalami perubahan;

2) Perbandingan proporsi arahan RTRW dengan analisis hasil penggunaan lahan 2013 didapatkan Kecamatan Sausu masih memiliki lebih 1.738,64 Ha hutan produksinya,

Kawasan perkebunan kurang 1.766,01 Ha yang sesuai dengan arahan RTRW. Sedangkan kawasan pertanian (baik lahan basah maupun kering), hasil yang didapat bahwa belum sesuai atau mengalami kekurangan, yaitu sebesar 197,36 Ha selain itu

untuk kawasan permukiman masih memiliki kekurangan seluas 138,9 Ha;

5. Saran

Dari kesimpulan di atas maka dapa disarankan beberapa hal, yaitu:

1) Perlu dilakukan pemantauan perubahan penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Sausu

menggunakan Sistem Informasi Geografi dan Penginderaan Jauh secara periodik agar

perubahan penggunaan lahan yang terjadi dapat terpantau dengan baik;

2) Agar penyimpangan penggunaan lahan terhadap rencana tata ruang dapat dikendalikan dan diperkecil, disarankan agar pemerintah Kecamatan Sausu

maupun pemerintah Kabupaten Parigi Moutong meningkatkan pengawasan dengan selalu melakukan observasi, khususnya pada lokasi-lokasi yang mengalami

penyimpangan (kawasan pertanian, perkebunan dan permukiman) dari arahan RTRW yang telah ditetapkan.

6. DAFTAR PUSTAKA

. (2011). Peraturan Daerah Kabupaten Parigi Moutong Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Parigi Moutong 2010-2030. Parigi Moutong.

. 2012. Kecamatan Sausu dalam Angka 2012. Parigi: BPS Parigi Moutong. Bambang Setiyono. (2006). Deteksi Perubahan Penutupan Lahan Menggunakan Citra

(17)

Muiz, A. (2009). Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di Kabupaten Sukabumi. Tesis pada Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor: tidak diterbitkan. Su Ritohardoyo. (2013). Penggunaan dan Tata Guna Lahan. Yogyakarta: Penerbit

Gambar

Gambar 1. Kombinasi band citra Landsat 8
Tabel 2. Hasil Identifikasi Penggunaan Lahan Citra Spot 5 tahun 2007
Tabel 3. Hasil Identifikasi Penggunaan Lahan Citra Landsat 8 tahun 2013
Tabel 4. Perubahan Penggunaan Lahan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji PCA ( Principal Component Analysis ) data lingkungan pada areal kelapa sawit umur 3 tahun, 6 tahun dan 12 tahun menunjukkan bahwa suhu udara, kelembaban relatif,

Skala ekonomi dan kurva pengalaman memengaruhi perdagangan internasional karena mereka dapat mengizinkan industri-industri sebuah negara untuk menjadi produsen

Siswa memiliki kemampuan mengaplikasikan konsep geometri dan trigonometri dalam masalah kehidupan sehari-hari pada topik:. -

Di dalam class diagram ini terdapat 9 class yaitu class login pemilik, login petugas, data user, stock barang, provider, elektrik, transaksi, laporan penjualan

Beban merata pada elemen digunakan untuk menentukan gaya dan momen yang bekerja pada sepanjang elemen frame. Intensitas beban dapat berupa beban merata atau

Karena itu agar pendidikan tetap mempertahankan ideologi bangsa untuk mencapai tujuan nasional dan juga tidak tercerabut dari tradisi dan potensi lokal yang ada, maka

Disampaikan kepada masyarakat luas Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tegal melalui Pejabat Pengadaan telah melakukan proses Pengadaan Langsung pekerjaan konstruksi

Sehubungan dengan dilaksanakannya proses evaluasi dokumen penawaran dan dokumen kualifikasi, Kami selaku Panitia Pengadaan Barang dan Jasa APBDP TA. Tangerang dengan ini