GAMBARAN MIKROSKOPIK ORGAN INTERNA TIKUS
PADA PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL
INFUSUM TABAR KEDAYAN (
Aristolochia papilifolia
Ding Hou)
DAMA AYU RANI
DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Gambaran Mikroskopik Organ Interna Tikus pada Pemberian Dosis Tunggal Infusum Tabar Kedayan (Aristolochia papilifolia Ding Hou)” adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada Perguruan Tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Dama Ayu Rani
ABSTRAK
DAMA AYU RANI. Gambaran Mikroskopik Organ Interna Tikus pada Pemberian Dosis Tunggal Infusum Tabar Kedayan (Aristolochia papilifolia Ding Hou). Dibimbing oleh EKOWATI HANDHARYANI dan IETJE WIENTARSIH. Tabar Kedayan (Aristolochia papilifolia Ding Hou) merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang banyak digunakan oleh masyarakat pedalaman Kalimantan Timur. Tanaman ini biasanya digunakan untuk mengobati diare dan penawar bisa ular. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek penggunaan tanaman ini pada organ interna tikus. Teh tanaman Tabar Kedayan diperoleh dengan menggunakan metode freeze dry dan infusum, aplikasi dilakukan secara per oral. Dua belas tikus Sprague Dawley digunakan dalam penelitian ini. Tikus tersebut dibagi menjadi empat kelompok, antara lain kelompok placebo (KN), kelompok dengan pemberian 10% infusum Tabar Kedayan (K1), kelompok dengan pemberian 20% infusum Tabar Kedayan (K2), dan kelompok dengan pemberian 40% infusum Tabar Kedayan (K3). Prosedur nekropsi dilakukan setelah 48 jam pengamatan klinis. Sampel diambil untuk pemeriksaan patologi klinik (serum glutamate piruvat transaminase/SGPT, serum glutamate okseloasetat transaminase/SGOT, blood urea nitrogen/BUN, kreatinin) dan histopatologi (pewarnaan hematoksilin-eosin). Hasil patologi klinik menunjukkan adanya sedikit penurunan pada jumlah BUN pada pemberian infusum Tabar Kedayan 20% akan tetapi tidak ada perubahan signifikan yang terjadi pada parameter lainnya. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan adanya beberapa lesio yang terjadi pada kelompok 20% antara lain degenerasi ringan pada hepatosit, degenerasi pada vili dan epitel kripta usus, serta dilatasi lumen tubuli ginjal. Pemeriksaan secara patologi klinik dan histopatologi menunjukkan bahwa pemberian teh Tabar Kedayan pada tikus dosis 20% dan 40% menyebabkan efek toksik.
Kata kunci: mikroskopik, organ interna, Sprague Dawley, Tabar Kedayan,
ABSTRACT
DAMA AYU RANI. Microscopic Changes of Rat’s Internal Organ Provided with Single Dose of Tabar Kedayan’s (Aristolochia papiliolia Ding Hou) Infusum. Supervised by EKOWATI HANDHARYANI and IETJE WIENTARSIH.
Tabar Kedayan (Aristolochia papiliolia Ding Hou) is one of traditional medicinal plants used by rural communities in East Borneo. This plant usually used to treat diarrhea and antidote for snake venom. The purpose of this study was to determine the effect of this plant on internal organs. The tea of Tabar Kedayan was obtained from infusum and dry-freeze method, and orally administrated . Twelve Sprague Dawley rats were used in this study and divided into four groups; control group (KN), the group fed with single dose 10% infusum of Tabar Kedayan (K1), the group fed with 20% infusum (K2), and the group fed with 40% infusum (K3). Necropsy procedures were performed after 48 hours of clinical examinations. Samples were collected for clinical pathology (serum glutamat piruvat transaminase/SGPT, serum glutamat oksaloasetat transaminase/SGOT, blood urea nitrogen/BUN, creatinin) and histopathology (hematoxylin eosin/HE stain) examinations. Clinical pathology results showed that there was slightly decreased in the BUN on administration of 20% Tabar Kedayan infusum but no significant changes in other parameters. Histopathological examinations demonstrated that several lesions occurred in 20% group e.g. mild degeneration in hepatocytes, degeneration of the intestinal vili and epithelial crypts, as well as dilatation of the kidney luminar tubules. According to the clinical pathology and histopathology results, preliminary study of single dose application of Tabar Kedayan infusum in rats indicated that it has toxic effect on 20% and 40% administration.
Keywords: microscopic, internal organ, Sprague Dawley, Tabar Kedayan,
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
GAMBARAN MIKROSKOPIK ORGAN INTERNA TIKUS
PADA PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL
INFUSUM TABAR KEDAYAN (
Aristolochia papilifolia
Ding Hou)
DAMA AYU RANI
DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul Skripsi : Gambaran Mikroskopik Organ Interna Tikus pada Pemberian Dosis Tunggal Infusum Tabar Kedayan (Aristolochia papilifolia Ding Hou)
Nama : Dama Ayu Rani
NIM : B04080091
Disetujui oleh
Prof. Drh. Ekowati Handharyani, MSi, PhD, APVet. Pembimbing I
Dr. Dra. Ietje Wientarsih, Apt, MSc. Pembimbing II
Diketahui oleh
Drh. Agus Setiyono, MS, PhD, APVet. Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah Tabar Kedayan, dengan judul Gambaran Mikroskopik Organ Interna Tikus pada Pemberian Dosis Tunggal Infusum Tabar Kedayan (Aristolochia papilifolia Ding Hou).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. drh. Ekowati Handharyani, MSi, PhD, APVet dan Dr. dra. Ietje Wientarsih, Apt, MSc selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh staf Bagian Patologi, staf Bagian Farmasi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan, serta staf Rumah Sakit Hewan Institut Pertanian Bogor, yang telah membantu selama pelaksanaan dan pengumpulan data. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan untuk bapak, bunda, dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayang yang sudah diberikan selama ini. Ungkapan terima kasih tak lupa diucapkan untuk Yayuk Sri Rahayu P, Fathia Ramadhani, dan Terashima Takuma atas semua bantuan dan saran yang sudah diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
METODE 5
Bahan 5
Alat 5
Prosedur Umum 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Hasil 7
Pembahasan 7
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 11
DAFTAR TABEL
1 Kandungan Tabar Kedayan 3
2 Rataan pengujian sampel darah terhadap SGOT 7 3 Rataan pengujian sampel darah terhadap SGPT 7 4 Rataan pengujian sampel darah terhadap kreatinin 8 5 Rataan pengujian sampel darah terhadap BUN 9 6 Gambaran organ usus pada tiap kelompok sampel 10
DAFTAR GAMBAR
1 Histopatologi hati dari kelompok K2 (A) dan hati pada pemberian Tabar Kedayan 20% (B),. Pewarnaan HE, obyektif 40 x. 8
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Makhluk hidup merupakan salah satu komponen penting dalam suatu ekosistem. Keberadaan makhluk hidup sendiri dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan sekitarnya, baik dengan faktor abiotik maupun faktor biotik dari lingkungan tersebut. Ketidakseimbangan dalam interaksi lingkungan dan makhluk hidup bisa menyebabkan terjadinya gangguan dalam ekosistem.
Dalam lingkup kecil, lingkungan diibaratkan sebagai suatu individu. Kondisi kesehatan suatu individu dipengaruhi faktor-faktor yang ada di sekitarnya, seperti agen penyakit dan lingkungan. Ketidakseimbangan yang terjadi antara individu, lingkungan, dan agen penyakit dapat menyebabkan gangguan pada kondisi kesehatan suatu individu.
Zaman mulai berkembang, tidak hanya teknologi dan pendidikan yang terus berkembang di kalangan masyarakat, tetapi penyakit-penyakit baru atau yang lebih dikenal dengan New Emerging Disease juga ikut berkembang. Orang yang bekerja di bidang medispun dituntut untuk bisa meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, serta obat-obat baru pun mulai dikembangkan, baik dengan menggunakan bahan-bahan kimia maupun dengan menggunakan tanaman obat.
Pengobatan dengan menggunakan tanaman obat mulai populer dikalangan masyarakat. Masyarakat menganggap pengobatan dengan menggunakan tanaman obat memiliki tingkat keamanan lebih tinggi dibandingkan dengan pengobatan dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Hal ini dikarenakan efek samping yang diberikan oleh obat-obatan yang berasal dari tanaman obat lebih kecil dibandingkan dengan obat-obatan yang berasal dari zat kimia, walaupun tanaman obat memberikan efek samping lebih kecil dibandingkan dengan obat-obatan yang berasal dari zat kimia, cara penggunaan tanaman obat tersebut haruslah tetap diperhatikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan tanaman obat ini antara lain cara penggunaan, waktu penggunaan, dan dosis penggunaannya.
Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan obat tradisional maupun herbal adalah Tabar Kedayan. Tabar Kedayan (Aristolochia papilifolia Ding Hou) merupakan tanaman obat yang masuk dalam famili Aristolochiaceae. Tanaman ini sering digunakan untuk proses pengobatan oleh masyarakat pedalaman Kalimantan Timur, yaitu masyarakat Dayak Lundayeh yang bermukim di kabupaten Malinau. Dari pengakuan masyarakat tersebut tanaman ini sering dimanfaatkan sebagai obat diare, penawar bisa binatang, dan sebagai penawar efek dari alkohol untuk orang-orang yang mengkonsumsinya (Sandri 2007).
2
Perumusan Masalah
Penelitian mengenai kegunaan dari Tabar Kedayan masih sangat minim, meskipun sudah banyak penelitian mengenai kegunaan tanaman obat tradisional lainnya. Tabar Kedayan yang digunakan pada penelitian ini akan dibuat ekstraknya dengan metode infusum dan dicekok pada tikus untuk mengetahui efek yang dapat ditimbulkan dari pemberian Tabar Kedayan tersebut. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran yang spesifik dari Tabar Kedayan terhadap organ hati, ginjal, dan usus, sebagai masukan untuk menunjang kesehatan manusia.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran mikroskopik organ interna tikus pada pemberian dosis tunggal infusum Tabar Kedayan.
.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberi informasi tentang gambaran histopatologi hati, ginjal, dan usus pada pemberian dosis tunggal infusum Tabar Kedayan (Aristolochia papilifolia Ding Hou). Penelitian ini juga memberikan informasi mengenai dosis aman penggunaan Tabar Kedayan sebagai salah satu obat tradisional.
TINJAUAN PUSTAKA
Tabar Kedayan
Tabar kedayan (Aristolochia papillifolia Ding Hou) merupakan tumbuhan yang hidup pada tanaman lain. Tanaman ini merupakan tanaman menjalar yang panjangnya bisa mencapai 15 meter. Di daerah sekitar Malaysia, bagian Sarawak dan Sabah, tanaman ini lebih dikenal dengan sebutan tanaman Babas Lontong. Menurut Ding Hou (1984) tingkatan taksonomi dari tanaman ini adalah sebagai berikut: Kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, kelas Dycotyledoneae, sub kelas Dialypetalae, ordo Aristolociales, famili Aristolochiaceae, genus Aristolochia, spesies Aristolochia papillifolia Ding Hou.
Menurut Sandri (2007) tumbuhan ini merupakan tumbuhan dikotil. Berdasarkan tingkat taksonominya tumbuhan ini termasuk dalam kelas Dycotyledoneae. Tabar kedayan biasanya dimanfaatkan bagian batangnya. Batang yang sudah tua berdiameter 1,5-2,5 cm. Batang ini akan berbentuk seperti gabus bagian tengahnya dan kulit-kulitnya akan terlihat retak (Ding Hou 1984).
3 dosis terapeuetik yang cukup luas dan pernah digunakan sebagai penghambat pertumbuhan tumor serta penstimulasi fagosit (Houghton dan Ogutveren 1991).
Menurut hasil uji coba Laboratorium Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (LPTRO) di Bogor pada (2005), ada beberapa zat yang terkandung dalam tanaman ini. Kandungan dari tanaman Tabar Kedayan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 1. Kandungan Tabar Kedayan (Laboratorium Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (LPTRO) di Bogor)
Zat yang Diuji Hasil Pengujian
Fenolik -
Steroid +++
Triterpenoid -
Alkaloid +++
Saponin ++
Flavonoid -
Glikosida +++
Tanin ++
Ket: ++ : Sangat kuat zat yang terkandung di dalam tanaman Tabar Kedayan +++: Kuat zat yang terkandung di dalam tanaman Tabar Kedayan
Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Tikus putih merupakan salah satu hewan rodentia yang sering digunakan untuk melakukan uji coba di laboratorium. Biasanya tikus putih digunakan dalam penelitian dan prcobaan yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh obat-obatan, toksisitas, metabolisme, embriologi maupun dalam mempelajari tingkah laku (Malole dan Pramono 1989).
Ada beberapa galur tikus biasa digunakan sebagai hewan laboratorium, antara lain Dark Agouti, Sprague Dawley, Wistar, dan Long Evans (Harkens dan Wagner 1983). Klasifikasi tikus putih menurut Armitage (2004) adalah sebagai berikut: kingdom Animalia, filum Chordata, kelas Mammalia, ordo Rodentia, family Muridae, genus Rattus, spesies Rattus norvegicus.
Tikus putih dianggap efisien dan ekonomis karena mudah dipelihara serta tidak membutuhkan tempat yang luas untuk pemeliharaannya. Tikus ini juga memiliki sifat yang tenang, jarang menggigit, tidak mudah stress, dan dapat menghasilkan anakan dalam jumlah yang banyak (Barnet 2001).
Tikus putih memiliki beberapa ciri-ciri, diantaranya bertubuh panjang dengan kepala lebih sempit. Telinga tikus putih terlihat tebal dan pendek dengan rambut lebih halus. Mata tikus putih berwarna merah. Selain itu tikus putih juga memiliki ekor yang panjang. Tikus putih dapat hidup dalam rentang waktu 4-5 tahun. Biasanya bobot yang dimiliki oleh tikus jantan berkisar antara 267-500 gram, sedangkan pada tikus betina berkisar antara 225-325 gram (Sirois 2005).
Hati
4
dari hati adalah lobulus yang berbentuk silindris yang mengelilingi sebuah vena sentralis (Guyton dan Hall 1997). Lobulus ini terdiri dari vena sentralis, hepatosit, dan kanal empedu kecil. Diantara barisan hepatosit terdapat sinusoid yang berlapiskan sel Kupffer dan ruang Disse yang terletak antara hepatosit dan sinusoid serta segitiga Kiernan atau daerah portal sebagai batas dari lobulus. Daerah portal ini terdiri atas cabang vena porta, cabang arteri hepatika, saluran empedu intrahepatik, pembuluh limfe, syaraf dan lain-lain (Darmawan 1973). Hati menerima sebagian besar darah dari vena porta dan sebagian kecil sisanya berasal dari arteri hepatika.
Berdasarkan fungsinya,hati dibagi menjadi 3 zona yaitu zona sentrolobular yang terletak paling dalam dan mengelilingi vena sentralis, zona periportal atau perilobular yang terletak paling luar di bagian perifer dari lobulus hati, dan zona intermediat yang terletak diantara zona sentrolobular dan periportal (Copenhaver1978). Hati sendiri berfungsi sebagai alat detoksifikasi produk buangan dari proses metabolisme, merombak sel darah merah yang telah tua, mensintesis dan mensekresikan lipoprotein plasma, serta menjalankan beberapa fungsi metabolisme. Fungsi-fungsi metabolisme tersebut antara lain sintesis glikogen, proses glukoneogenesis, tempat penyimpanan glikogen, sintesis beberapa vitamin, dan sintesis lemak (Burkitt et al. 1995). Selain itu hati juga memegang peranan penting dalam sintesis protein. Beberapa contoh protein yang disintesis dalam hati antara lain albumin dan faktor pembeku darah. Walaupun hati memiliki banyak peranan penting dalam sintesis protein serum, fungsi yang tidak bisa dilakukan oleh hati adalah transport asam amino (Cunningham 1997).
Ginjal
Ginjal merupakan salah satu organ pengatur volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mensekresikan zat terlarut dan air secara selektif (Guyton 1995). Ginjal memilki fungsi mempertahankan keseimbangan susunan darah dengan : 1). Mengeluarkan air berlebihan dari darah, 2). Mengeluarkan ampas-ampas metabolisme, 3). Mengeluarkan bahan-bahan asing yang turut terlarut dalam darah, 4). Mengeluarkan garam-garam anorganik yang kebanyakan berasal dari makanan. Fungsi ini dilakukan oleh glomeruli yang memilki fungsi saring, tubuli yang memiliki daya serap kembali, dan sel-sel tubuli yang memilki fungsi sekretorik (Ressang 1984).
Usus Halus
5 muskularis mukosa. Usus halus sendiri terletak diantara lambung dan usus besar (Hartono 1992).
Fungsi dari usus halus antara lain adalah melaksanakan pencernaan akhir dengan bantuan enzim dari pankreas dan usus sendiri, dibantu oleh empedu untuk mengemulsikan lemak sebelum dicerna secara enzimatik dengan menggunakan enzim lipase, maltase, dan peptidase yang terdapat dalam mikrovili. Usus halus juga berfungsi melakukan penyerapan makanan yang telah dicerna, seperti asam arang, asam amino, asam lemak, air, mineral, dan vitamin. Sisa makanan yang tidak diperlukan akan dibuang oleh usus halus menuju usus besar yang kemudian akan dikeluarkan sebagai feses (Hartono 1992).
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2013 hingga September 2013 dilaksanakan di Bagian Patologi dan Laboratorium Farmasi Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan - Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini antara lain batang Tabar Kedayan (Aristolochia papilifolia Ding Hou) kering, buffer neutral formaline
10%, alkohol bertingkat 70-100%, xilol, parafin, alkohol absolut, pewarnaan Hematoksilin-Eosin, ketamine untuk anaestesi hewan coba, aquades.
Alat
Peralatan yang digunakan adalah sonde lambung, syringe untuk anaestesi, gelas ukur, timbangan elektronik, freeze dryer, alat-alat nekropsi, tissue cassette, tissue processor, cover glass, rotary microtome, lemari es, gelas objek, panci infusum, ayakan farmasi dan mikroskop cahaya.
Prosedur Umum
Hewan Percobaan
6
Pengelompokan Tikus
Hewan coba dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yang setiap kelompoknya terdiri dari 3 ekor. Kelompok pertama digunakan sebagai placebo
(KN) dan hanya diberikan air minum ad libitum dan pakan. Kelompok kedua adalah kelompok tikus yang dicekok 10% teh Tabar Kedayan (K1), kelompok tiga dicekok 20% teh Tabar Kedayan (K2) dan kelompok empat dicekok 40% teh Tabar Kedayan (K3). Pemberian teh Tabar Kedayan merupakan pemberian dosis tunggal, yaitu dosis hanya diberikan satu kali yaitu 48 jam sebelum hewan coba di nekropsi.
Pembuatan Infusum Tabar Kedayan
Infusum Tabar Kedayan dibuat dengan cara infusum dalam suhu 90oC selama 15 menit dengan menggunakan pelarut aquades. Batang Tabar Kedayan kering digiling hingga menjadi serbuk halus terlebih dahulu. Infusum dibuat dengan memasukkan 10 gram serbuk Tabar Kedayan kedalam 100 ml aquades. Setelah selesai diinfusum, larutan Tabar Kedayan kemudian dibuat serbuk dengan menggunakan mesin freeze dry. Teh dibuat dengan melarutkan serbuk Tabar Kedayan ke dalam aquades sesuai dengan kosentrasi yang ingin diujikan yaitu 10%, 20%, dan 40%.
Pemberian Tabar Kedayan
Tabar Kedayan yang digunakan untuk perlakuan berupa dosis tunggal infusum Tabar Kedayan. Pemberian dilakukan secara per oral menggunakan sonde lambung (kelompok dua, tiga, dan empat) kemudian ditunggu selama 2 x 24 jam. Kelompok placebo dicekokkan aquades menggunakan sonde lambung untuk mendapatkan perlakuan pencekokkan yang sama dengan kelompok lainnya.
Pengambilan Sampel
Hewan coba dianaestesi menggunakan ketamin HCL dengan dosis 10 mg/kg BB. Setelah itu hewan diambil darah dengan rute intrakardial. Serum darah diperiksa untuk mengetahui fungsi organ hati; yaitu serum glutamat piruvat transaminase (SGPT) dan serum glutamat oksaloasetat transaminase (SGOT). Pemeriksaan dilanjutkan terhadap fungsi ginjal; yaitu Blood Urea Nitrogen
(BUN) dan kreatinin. Prosedur nekropsi dilakukan untuk pengambilan organ hati, usus halus dan ginjal, difiksasi di dalam buffer neutral formalin 10% untuk pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan Hematoksilin dan Eosin (HE).
Pengamatan
s tubuh dari su secara histop yang aktif m cepat menga hati merupak Tabel 2. Rat
Seru parameter y hati akan tet enzim ini tid seperti otot. perlakuan ti ditunjukkan Tabel 3. Rat
Enzim perubahan p atau mati ak Pada tabel d Hal ini menu
H
aman Tabar disentri, m ni sendiri me aloid, saponin
tiga organ yang terjadi p
uatu individu patologi den melakukan pr alami kerusa kan organ ya taan pengujia
m glutamat yang sering d
tapi enzim S dak hanya di
Dari tabel d idak menunj
kelompok k taan pengujia
m SGPT pada hati yan
kan melepas di atas tidak t unjukkan he
HASIL DA
Kedayan b mengurangi engandung b
n, glikosida, yang memil pada hati, gi
u. Kelainan ngan menggu
roses metabo akan diband ang memilik an sampel da
oksaloaseta dijadikan se GOT tidak b ihasilkan ole di atas dapat jukkan adan kontrol deng an sampel da
merupakan ng bersifat a skan enzim terlihat adan liki peran pe injal dan usu
yang terjadi eh hati tetapi t dilihat bahw nya perbedaa
an rentang n arah terhada
indikator akut. Hal in
SGPT ke d nya perubaha
ih dapat men
AHASAN
gunakan untu akan dan t acam zat di Ding Hou 19 enting dalam us akan mem
i pada organ arnaan HE.
ini yang me gan organ la an regeneras ap SGOT
ase (SGOT) n untuk pem
rikan acuan i juga dihasi wa hasil dari an yang sign nilai antara 7 ap SGPT
yang sensi ni disebabkan dalam aliran
an yang sign njalankan fun
m proses me mpengaruhi k
-organ ini da Hati merupa enyebabkan
ain. Walau si yang tingg
merupakan meriksaan fu yang signifi ilkan oleh ja i kelompok y nifikan dari 77-89 IU/L.
itif dalam n hepatosit y
darah (Cho nifikan dari n ngsinya deng
7
r bisa ular, rah tinggi.
antara lain
t al. 2002). etabolisme. kerja sistem apat dilihat akan organ sel-sel hati upun begitu
gi pula.
n salah satu ungsi organ ikan karena aringan lain yang diberi hasil yang
mengenali yang rusak opra 2001). nilai SGPT.
8 erian Tabar nerasi yang
at toksik, w m yang ber ebabkan atro oid mulai terj osit yang leb
Ginjal mer i utama dar ional dari g itari kapiler us kontortus 4. Rataan pe
Secara umu mpok karena
la terjadi p unan GFR gkatan pada biasanya ditu
atologi hati ahan. Hati pa id (1) dan deg
an hati pad Kedayan do terjadi di h waktu papara
rtentangan ofi dan nekro
jadi pada pe bih luas.
rupakan orga ri ginjal an ginjal adalah
glomerulus, distal (Price engujian sam
um kreatinin nilai yang enurunan p generasi sel h
da kelompo osis 10% me
hati dapat d an, dan inte
dengan me osis sel hati emberian dos an yang berp tara lain fu h nefron ya , tubulus kon e dan Wilson mpel darah te
n tidak men dihasilkan ada jumlah
ar Filtratio
atinin maka da individu y
A
pok K2 (A) an Tabar Ked
ati (2). Pewa
k kontrol t enyebabkan disebabkan
raksi bahan ekanisme p
(Abdelhalim sis 20%. Di peran pentin ungsi ekskre ang terdiri d
ntortus prok n 2006).
erhadap krea
ngalami peru masih berki kreatinin m
on Rate), menunjukka yang menga
1
, struktur se dayan 20% (B arnaan HE, ob
tidak ditemu degenerasi oleh induks n asing deng pertahanan m dan Jarrar ilatasi terliha ng dalam me esi dan non
dari kapsula ksimal, lengk
atinin
ubahan pada isar antara 0 maka mengi
sedangkan an adanya f alami diabete
1
el hati tidak B), terjadi di byektif 40 x.
ukan peruba hepatosit rin si material gan protein sehingga d r 2011). Dil at dari jarak etabolisme tu
ekskresi. a Bowman kung Henle,
T
Tabel 5. Rat
Param didapat, wal penurunan p Kedayan ya adanya pen histopatolog dan tubuli g awal sehing menunjukka
Organ tubulus yan berlebihan d kerusakan y pada kelom 40% menunj lumen tubuli Kerusa menurunkan menjadi me Protein ini tubulus sehi berhubungan (Stockham d lolos dari g tubulus, ma
meter BUN m laupun peru pada nilai B ang diberika ningkatan r gi yang didap ginjal. Keru gga hasil pe an adanya sin
n ginjal pad ng lebih nor di beberapa g yang terjadi mpok 20% dis
njukkan peru i dan pembe akan pada n kemampua
ningkat perm akan melew ingga dieksk n dengan pe dan Scoot 2 glomerulus t aka akan ter ebihan dalam nin dan tanin n efek pada g
Ginjal dari Kedayan 20 Pewarnaan H
an sampel da
menunjukka ubahan yang BUN seiring
an. Penuru reabsorbsi u
patkan, terli usakan organ ngujian sam nkronisasi te
da kelompok rmal. Ginja glomerulus.
semakin terl sertai pengen ubahan yang entukan enda glomerulu an permeab meabilitasny wati filtration
kresikan me enyakit ginj 2008). Men tidak dapat rjadi penum m lumen tubu n yang terk ginjal. Sapo
kelompok K 0% (B) terl HE, obyektif 4
arah terhada
an adanya s ditunjukkan dengan ada unan nilai B
urea oleh hat adanya k n ginjal pada mpel darah d
erhadap keru
k kontrol m al pada kel
Semakin m lihat. Dilata ndapan prote lebih jelas y apan protein us akan m bilitas slekti
ya terhadap
n barrier da elalui urin (
al akut nam nurut McGav diserap de mpukan prot ulus maka ak kandung di d onin dan tan
K2 (A) tidak n tidak begi anya pening BUN yang
ginjal, nam kerusakan p a penelitian dan gambar usakan yang
memiliki be ompok 10% meningkatnya asi lumen tu ein di bebera yaitu konge .
merusak fil
if terhadap protein pla an tidak sep (proteinuria) mun dapat ju
vin (2007), ngan sempu tein di lume kan mengak dalam Taba nin merupaka
k ada perub a dilatasi lu
bahan dari itu besar. A gkatan dosis
terlihat me mun pada pada sel-sel g ini masih da an hitopatol
terjadi.
entuk glome % mengalam a dosis yang ubuli sering apa bagian. sti glomerul
ltration ba
protein. G sma yang le penuhnya di
. Tubular uga besifat
apabila pr urna oleh e en tubulus. ibatkan dilat ar Kedayan j an bahan ya
bahan. Pem umen tubuli
9
hasil yang Ada sedikit teh Tabar enunjukkan
gambaran glomerulus alam tahap logi belum
erulus dan mi kongesti g diberikan,
ditemukan Kelompok lus, dilatasi
arrier dan Glomerulus
ebih besar. iserap oleh
proteinuria kongenital rotein yang epitel-epitel
Endapan tasi lumen.
juga dapat ang bersifat
mberian Taba pada ginjal
B
10
yang dapat gga kerusaka uner 2004; R
Usus mer erap sari-sar ibat fatal bag 6. Gambaran
umlah sampel yang Jumlah sampel ya
Proses penc i atau produ tif pada vil rapan makan dapat meny kondisi kese
laskan bahw ahan yang s kan Tabar K asi sel-sel l
dan vili usu vili dan kript
Sel Goblet gkatan perge sia lain men induksi sekr Yang et al. 2
menghamba an pada sel Reid dan Rob rupakan ba ri makanan gi pertumbuh n organ usus
g mengalami perub ang ada di tiap kelo
cernaan yan uk dari penc
li (Mescher nan dan kon yerap makan ehatan menu wa pada ke
angat signif Kedayan den
limfosit. Pe us seiring de
ta semakin p berfungsi erakan dan ra efektif (C dikator adan sehingga g han (Susanto s pada tiap k
bahan ompok
ng terjadi di cernaan yan r 2010). K ndisi kesehat nan dengan b
urun (Schil elompok kon fikan. Perub ngan dosis 2 erubahan ya engan pening parah dan tel
mensekresi penyebaran Cotran et al.
nya proses in jumlah sel G bahwa pros ebut. Bila k mukus y za 2007). S ss akandihas al dan penin
kutan oksigen
i usus halus ng dilakukan Keberadaan tan saluran p
baik sehingg ler dan Se ntrol dan k bahan mulai 20%, yaitu d ang terjadi gkatan dosis ah terjadi ne ikan mukus n bahan mak 1999). Pen nflamasi pad Goblet terjad ses peradang a terjadi in yang akan Sebagai info
silkan antibo ngkatan juml
n oleh darah al bertambah aan yang b ada organ p
mpel
+ : Sedikit terj
++ : Cukup ban
s adalah pro n oleh sel-se
vili berpen pencernaan.
ga asupan n llin 2006). kelompok 10
terjadi pada degenerasi e
semakin tam s yang diberi ekrosis pada s yang ber kanan atau n ningkatan ju
da suatu jar di pada saat gan pada us nfeksi sel-s
mempercep ormasi, bila t odi Ig-E, ya lah sel rada
h ke organ g h parah (Hop berfungsi u pencernaan d
jadi perubahan (< nyak perubahan
(5-oses penyer el epitel ata
ngaruh terh epitel vili dis
mpak jelas ikan. Kerus kelompok 4 rfungsi terh nutrisi yang umlah sel G ingan (Price
pemberian sus mulai te
el Goblet pat pengelu tikus atau he aitu antigen ang pada mu
11
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan pemeriksaan fungsi hati, fungsi ginjal dan gambaran histopatologi, dapat disimpulkan bahwa infusum infusum Tabar Kedayan masih aman untuk digunakan pada dosis tunggal 10%. Pemberian Tabar Kedayan dosis yang lebih tinggi (20%, 40%) dapat memberikan efek toksik berupa degenerasi pada hati, pengendapan protein dan dilatasi tubuli pada ginjal, serta degenerasi pada sel-sel kripta dan vili usus.
Saran
Saran dari penelitian ini yaitu perlu diadakan penelitian lebih mendalam untuk memastikan dosis toksik dari Tabar Kedayan serta efek tanaman ini pada organ lain. Penelitian dengan menggunakan proses ekstraksi yang berbeda juga diperlukan untuk mengetahui adanya kandungan zat lain pada tanaman ini contohnya ekstraksi dengan metode maserasi untuk mengetahui adanya kandungan flavonoid pada tanaman ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdelhalim MAK and Jarrar BM. 2011. Gold nanoparticles induced ludy swelling to hydropic degeneration, cytoplasmic hyaline vacuolation, polymorphism, binucleation, karyopyknosis, karyolysis, karyorrhexis, and nerosis in the liver. Lipids in Health and Disease 10:166
Armitage D. 2004.Rattus norvegicus animal diversity [internet]. [diacu 31
Oktober 2013]. Tersedia dari: http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Rattus_norvegicus/.
Azrimaidaliza. 2007. Vitamin A, imunitas, dan kaitannya dengan penyakit infeksi.
J. Kesehatan Masyarakat. I(2): 90-96.
Burkitt HG,Young B and Heath JW. 1995. Weather’s Functional Histology. A Text and Colour Atlas. Jakarta: EGC.
Chopra S. 2001. The Liver Book: A Comprehensive Guide to Diagnosis, Treatment, and Recovery. New York: Pocket Books, Simon and Schuster, Inc. Hlm 12-13.
Copenhaver WM, Kelly DE, Wood RL. 1978. Bailey’s Textbook of Histology. Ed ke-17. Baltimore: Waverly Press Inc.
Cotran RS, Kumar, and Collins.1999. Robbins Patologic Basis of Disease.Ed. Ke-6. Tokyo-London-Sydney: WB Saundres Company. Hlm 46-50.
Cunningham JG. 1997. Textbook of Veterinary Physiology. Ed ke-2. WBSaunders Company.
12
Ding Hou. 1984. Aristolochiaceae. Flora Malanesia 1 vol 10.London: Kluwer Academic Publisher. PP 53-108.
Guyton AC. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Ed ke-7. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Guyton AC dan Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.ke-9. Setiawan I, Tengadi KA, Santoso A, penerjemah; Setiawan I, editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemah dari Textbook o Medical Physiology.Ed. Ke-9.
Hartono. 1992. Histologi Veteriner Jilid II. Laboratorium Histologi. Jurusan Anatomi. Fakultas Kedokteran Hewan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hopkins WG and Hunner NPA. 2004. Introduction to Plant Physiology. Third
Edition. Ontario: John Wiley and Sons, Inc.
Houghton PJ and Ogutveren M. 1991.Alkaloids and a lignan from Aristolochia Ponticum. Phytochemistry 30 (2): 717-718.
[LPTRO] Laboratorium Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.2005. Hasil UjiLaboratorium Penelitian Tanaman Rempah dan ObatSarang Semut dan Tabar Kedayan. Bogor: Laboratorium Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Mc Gavin MD, Zachary JF. 2007. Pathologic Basis of Veterinary Disease. Ed ke-4. USA: Mosby Elsevier.
Mescher AL. 2010. Junquiera’s Basi Histology Text & Atlas. Ed. Ke-12. USA: McGraw-Hill Lange. Pp (15) 25-35.
Price AS and Wilson LM. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses Kejadian Penyakit. Pendit BU, Hartanti H Wulansari P, Mahanani DA, editor.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemah dari Pathophysiology Clinical Concepts of Disease Processes. Ed ke-6
Reid R and Roberts F. 2005.Pathology Illustrated. Edinburgh: Elsevier Churhill Livingstone. Pp 475-479.
Ressang AA. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Ed ke-2. Denpasar: Percetakan Bali.
Sandri D. 2007.Sensitivitas Escherichia coli Terhadap Ekstrak Tabar Kedayan (Aristolochia papilliforia Ding Hou) [skripsi].Samarinda:Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman.
Schiller LR and Sellin JH. 2006. Diarrhea. Di dalam: Feldman M. Friedman LS. Brandt LJ, editor. Gastrointestinal and Liver Disease: Pathophysiology, Diagnosis, and Management. Philadelphia: Saunders Elsevier. Pp 32-37. Shafi PM, Rosamma MK, Jamil K, Reddy PS. Antibacterial activity of the
essential oil from Aristolochia indica. Fitoterapia73: 439-441.
Sirois M. 2005. Laboratory Animal Medicine: Principles and Procedure.
Missouri: Mosby Inc.
Stockham SL, Scoot MA. 2008. Fundamentals of Veterinary Clinical Pathology.Ed ke-2. USA: Blackwell Plubishing. Pp 458.
13 Yang PC, Jury J, Soderholm JD, Sherman PM, McKay DM, et al. 2006. Chronic
14
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Samarinda pada tanggal 29 November 1990 dari ayah Indrawanto dan ibu Gusti Yuliani.Penulis merupakan putri pertama dari empat bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Samarinda dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan angkatan 45.