• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

48 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah TVRI

Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan lembaga penyiaran yang menyandang nama negara mengandung arti bahwa dengan nama tersebut siarannya ditujukan untuk kepentingan negara. Sejak berdirinya tanggal 24 Agustus 1962, TVRI mengemban tugas sebagai televisi yang mengangkat citra bangsa melalui penyelenggaraan penyiaran peristiwa yang berskala internasional, mendorong kemajuan kehidupan masyarakat serta sebagai perekat sosial.

Dinamika kehidupan TVRI adalah dinamika perjuangan bangsa dalam proses belajar berdemokrasi. Pada tanggal 24 Agustus 1962 dalam era Demokrasi Terpimpin, TVRI berbentuk Yayasan yang didirikan untuk menyiarkan pembukaan Asian Games yang ke IV di Jakarta.

Memasuki era Demokrasi Pancasila pada tahun 1974, TVRI telah berubah menjadi salah satu bagian dari organisasi dan tata kerja Departemen Penerangan dengan status sebagai Direktorat yang bertanggungjawab Direktur Jenderal Radio, Televisi, dan Film.

Dalam era Reformasi terbitlah Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2000 yang menetapkan status TVRI menjadi Perusahaan Jawatan di bawah pembinaan Departemen Keuangan. Kemudian melalui Peraturan Pemerintah

(2)

Nomor 9 Tahun 2002 TVRI berubah statusnya menjadi PT. TVRI (Persero) di bawah pembinaan Kantor

Selanjutnya, melalui Undang

Tahun 2002 tentang Penyiaran, TVRI ditetapkan sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh Negara.

Peraturan Pemerintah RI Nomor

TVRI adalah memberikan pelayanan informasi, pendidikan dan hiburan yang sehat, kontrol dan perekat

kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah Neg

Nomor 9 Tahun 2002 TVRI berubah statusnya menjadi PT. TVRI (Persero) di bawah pembinaan Kantor Menteri Negara BUMN.

Selanjutnya, melalui Undang-Undang Republik Indonesia

Tahun 2002 tentang Penyiaran, TVRI ditetapkan sebagai Lembaga Penyiaran Publik yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh Negara.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 13 Tahun 2005 menetapkan bahwa tugas TVRI adalah memberikan pelayanan informasi, pendidikan dan hiburan yang sehat, kontrol dan perekatsosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Gambar 4.1 Logo TVRI tahun 1962 s/d 2014

Nomor 9 Tahun 2002 TVRI berubah statusnya menjadi PT. TVRI (Persero) di

Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, TVRI ditetapkan sebagai Lembaga Penyiaran

13 Tahun 2005 menetapkan bahwa tugas TVRI adalah memberikan pelayanan informasi, pendidikan dan hiburan yang , serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran

ara Kesatuan Republik Indonesia.

(3)

4.1.2 Gambaran SLI Program Berita TVRI Indonesia Malam

Unsur penting surat kabar dan semua media, termasuk radio dan televisi, adalah berita. Karena, berita merupakan satu dari sedikit kontribusi media yang orisinil. Berita juga dapat didefinisiakan sebagai informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, disajikan lewat bentuk cetak, siaran, Internet, atau dari mulut ke mulut kepada orang ketiga atau orang banyak.

Program berita Indonesia Malam yang ada pada stasiun TVRI ini merupakan program berita satu-satunya yang menggunakan sign language interpreter. Dulu ditahun 90-an program berita yang menggunakan SLI (sign language interpreter) di TVRI yaitu Dunia dalam berita yang sekarang ini hanya berganti nama menjadi Indonesia Malam yang tetap sama jam tayangnya mulai pukul 19.00-20.00 WIB. Kemunculan pertama SLI (sign language interpreter) ditahun 90-an tidak cukup bertahan lama dan ditiadakan di stasiun TVRI.

Pada tahun 90-an saat itu sempat ada perdebatan saat fitur bahasa isyarat dalam berita malam ini ditampilkan TVRI, yang saat itu direlai empat televisi swasta termasuk TPI. Satu Televisi swasta, RCTI yang sedang naik daun juga sempat menampilkan fitur penerjemah bahasa isyarat dalam programnya Seputar Indonesia. SCTV turut menampilkannya dalam Liputan 6 pukul 18:30. Disebutkan, fitur bahasa isyarat dalam jendela kecil di layar kaca bersandingan dengan jendela utama berita dianggap mengganggu penglihatan normal karena mengurangi fokus mata pada tayangan berita. Tampilan visual gerakan-gerakan tangan si penerjemah dianggap sangat mengganggu konsentrasi penonton. Tak

(4)

pelak, ide menampilkan fitur bahasa isyarat ini dianggap sangat terkendala. Selain masalah fokus penonton, sulitnya menemukan tenaga penerjemah saat itu turut menjadi pengaruh depresiasi pemanfaatan fitur berita yang satu ini.

Pada tanggal 3 Desember 2013 semua penyandang disabilitas diseluruh Indonesia merayakannya Hari Disabilitas Internasional yang dirayakan setahun sekali, kali ini perayaan tersebut diadakan di Gedung Sasana Graha Kementerian Sosial yang mengusung tema Nasional "Hapus Hambatan, Wujudkan Masyarakat Inklusif dan mengusung tema Internasional yaitu "Break Barrier, Open Doors : For an Inclusive Society for all".Sebagaimana tercantum dalam resolusi PBB No. 48/96 th. 1992 mengenai peraturan standart tentang kesamaan kesempatan bagi penyandang disabilitas, Dasawarsa II Penyandang Disabilitas Asia Pasifik th. 2003-2013 tentang tujuh program aksi Millenium Biwako Framewrok, Undang-undang No. 19 th. 2011 tentang Pengesahan Konveksi Hak-hak Penyandang Disabilitas, Undang-undang No. 11 th. 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, serta pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Penyandang Disabilitas.

Dengan ditutupnya hari perayaan disabilitas internasional di kementerian sosial maka dibuatlah nota kesepahaman oleh Dirjen Rehabilitas Sosial dengan PLT Direktur Utama TVRI dan Kementerian Sosial dengan Kemenakertras dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia. Dimana salah satunya adalah TVRI memberikan kesempatan penerjemah/ interpreter untuk membantu tunarungu mendapatkan informasi terbaru melalui tayangan berita. Dimana bahasa yang digunakan adalah bahasa isyarat SIBI (Syistem Isyarat Bahasa Indonesia) dan

(5)

juga BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia)/Bahasa Alamiah oleh penyandang Tunarungu. Dengan ini setidaknya TVRI sudah memberi quota 1% kepada penyandang disabilitas tunarungu untuk mendapatkan akses informasi baru melalui berita. 45

SIBI merupakan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia yang dikeluarkan oleh pemerintah indonesia yang dibuat oleh orang-orang normal. SIBI yang dibakukan itu merupakan salah satu media yang membantu komunikasi kaum tunarungu di dalam masyarakat yang lebih luas. Wujudnya adalah tataan yang sistematis tentang seperangkat isyarat jari, tangan dan berbagai gerak yang melambangkan kosa kata bahasa Indonesia. Sedangkan BISINDO merupakan bahasa isyarat alamiah yang dilakukan yang dibuat oleh orang-orang Tunarungu berdasarkan haknya orang-orang Tunarungu itu sendiri, BISINDO sendiri merupakan kepanjangan dari Bahasa Isyarat Indonesia.

45

Dipostingkan oleh chairunisa eka, 4 desember 2013. Disabilitas, televisI, TVRI. dari

http://cintanisatu.blogspot.com/2013/12/hari-disabilitas-internasional.html diakses pada tanggal 15 september 2014

(6)

Gamabar 4.2 Perbedaan antara Isyarat SIBI dan BISINDO

Gambar 4.3 Sign Language Interpreter di TVRI

4.1.3 Visi dan Misi TVRI

a. Visi

Terwujudnya TVRI sebagai media utama penggerak pemersatu bangsa. Adapun maksud dari Visi adalah bahwa TVRI di masa depan menjadi aktor utama penyiaran dalam menyediakan dan mengisi ruang publik, serta berperan dalam merekatkan dan mempersatukan semua elemen bangsa.

b. Misi

1. Menyelenggarakan siaran yang menghibur, mendidik, informatif secara netral, berimbang, sehat, dan beretika untuk membangun

(7)

budaya bangsa dan mengembangkan persamaan dalam keberagaman

2. Menyelenggarakan layanan siaran multiplatfrom yang berkualitas dan berdaya saing

3. Menyelenggarakan tata kelola lembaga yang modern, transparan dan akuntabel

4. Menyelenggarakan pengembangan dan usaha yang sejalan dengan tugas pelayanan publik

5. Menyelenggarakan pengelolaan sumber daya proaktif dan handal guna meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan pegawai

(8)

4.1.4 Struktur Organisasi Direktorat Program dan Berita

Tabel 4.1 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Direktorat Program dan Berita

(9)

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Deskripsi Penelitian

Dari hasil penelitian, peneliti akan menguraikan data dan hasil penelitian tentang suatu pemaknaan yang dilakukan tunarungu dalam penyampaian informasi oleh SLI (Sign Language Interpreter) program berita TVRI Indonesia malam. Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara yang mendalam dengan narasumber sebagai bentuk pencarian data dan observasi langsung dilapangan yang kemudian peneliti analisis.

Jumlah Narasumber yang dijadikan data penelitian sebanyak delapan Orang yang terdiri dari enam orang key informan yang berbeda dan dua informan sebagai pendukung informasi dalam penelitian. Dari delapan orang narasumber enam diantaranya merupakan audiens tunarungu yang menyaksikan SLI (Sign Language Interpreter) berita Indonesia malam yang berasal dari status sosial dan tingkat pendidikan yang berbeda.

Agar penelitian ini lebih objektif dan akurat maka peneliti mencari informasi-informasi tambahan dengan melakukan observasi dilapangan untuk melihat secara langsung bagaimana pemaknaan interaksi simbolik yang dilakukan oleh tunarungu terhadap penyampaian informasi oleh SLI (Sign Language Interpreter) program berita TVRI Indonesia Malam melalui bahasa isyarat.

(10)

4.2.2 Deskripsi Wawancara terhadap Narasumber

Berikut ini data narasumber yang peneliti wawancara beserta latar belakang pekerjaan ataupun kegiatan serta tanggal dimana peneliti melakuka wawancara mendalam terhadap narasumber.

Tabel 4.2 Nama – nama Narasumber dan tanggal Wawancara

Dari hasil wawancara mendalam dan melakukan penelitian deskriptif yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa narasumber telah banyak menghasilkan sebuah jawaban yang mengesankan dari pemaknaan suatu informasi melalui interaksi simbolik melalui SLI (Sign Language Interpreter) kepada tunarungu.

No. Nama Narasumber Pekerjaan/Kegiatan

Tanggal Wawancara

1. Afrizal Ketua Gerkatin (Gerakan untuk

kesejahteraan Tunarungu Indonesia) 4 Oktober 2014 2. Juniati Effendi Ketua Pusat Bahasa Isyarat Indonesia 25 September 2014 3. Phieter Angdika Sosialisasi bahasa isyarat di Bundaran

HI

21 September 2014

4. Wilma Redjeki Pengajar Bahasa Isyarat di Universitas

Indonesia 4 Oktober 2014

5. Novrinda Saputri Guru di sekolah SLB SIBI 4 Oktober 2014

6.

Dimas Hendrayanto

Alumni dari Sekolah SLB SIBI

4 Oktober 2014

7. Pingkan C.R. Warouw

Sign Language Interpreter Program

Berita TVRI Indonesia Malam 21 September 2014

8. Moh. Ridjal Sultoni

Program Dirictor Program Berita TVRI

(11)

4.2.2.1 Bahasa Isyarat Tunarungu

Kurangnya pendengaran atau hilangnya pendengaran menjadikan mereka sulit memperoleh informasi yang memang mereka butuhkan untuk kehidupan sehari-hari. Bahasa isyarat merupakan salah satu komunikasi yang memang dilakukan oleh kalangan Tunarungu. Informasi didapat oleh mereka yang tuli dengan cara belajar. Pembelajaran bahasa isyarat dapat diperoleh melalui jenjang pendikan sekolah luar biasa atau interaksi sehari – hari dengan sesama Tunarungu.

Dalam mempelajari bahasa isyarat pastinya banyak kendala ataupun kesulitan yang dihadapi oleh Tunarungu, seperti yang diutarakan oleh Juniati Effendi selaku ketua dari bahasa isyarat Indonesia yang mengalami Tunarungu sejak lahir :

“ Ya, pastinya ada kendala ataupun kesulitan ketika pertama kali saya belajar bahasa isyarat. Karena, dari saya kecil, sama sekali saya tidak bisa mendengar bentuk kata maupun kalimat apa lagi belajar mengartikannya, itu butuh sekali pemahaman diri sendiri, untuk tau maksud dan arti sebuah kata ataupun kalimat, namun dengan seiringnya waktu dan banyaknya teman untuk melakukan interaksi bahasa isyarat sayapun mulai dapat memahami isyarat yang saya lakukan

bersama teman sesama Tunarungu, keluarga ataupun lingkungan sekitar”46

Hal serupa diutarakan oleh Phieter Angdika seorang sosialisasi bahasa isyarat Indonesia yang rutin diadakan di bunderan HI di Jakarta pada hari minggu ;

“Pada umumnya semua orang yang tuli pasti mengalami kesulitan ketika awal berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat namun seiringnya dengan pemahaman dan pengalaman kehidupan sehari-hari semua itu dapat

dilakukan”.47

46

Wawancara dengan Juniati Effendi Ketua bahasa isyarat Indonesia pada tanggal 25 September 2014

47

Wawancara dengan Phieter Angdika Sosialisasi Bahasa isyarat Indonesia Bunderan HI pada tanggal 21 September 2014

(12)

Seperti yang telah diungkapkan oleh ketua dari bahasa isyarat Indonesia dan juga Phieter Angdika, bahwa orang Tunarungu tidak mudah belajar bahasa isyarat terlebih mereka yang mengalami tuli sejak lahir. Mereka perlu pengetahuan untuk mengetahui arti dari setiap kata ataupun kalimat yang memang sejak kecil mereka tidak pernah tau, sehingga butuh pemahaman pada dirinya sendiri. Mengenai pembelajaran bahasa isyarat juga turut diutarakan oleh Wilma Redjeki selaku pengajar bahasa isyarat di universitas Indonesia :

“Pada dasarnya pemahaman mengenai bahasa isyarat oleh mereka yang Tunarungu atau tuli tergantung pada pemahaman individu masing-masing dan

juga minat mereka untuk belajar bahasa isyarat“.48

Dengan nalar dan pemahaman dari setiap individu yang berbeda maka pemahaman bahasa isyarat oleh orang tuli sangat mempengaruhi faktor komunikasi, dalam hal ini ketua dari GERKATIN Afrrizal mengutarakan pendapatnya tentang bahasa isyarat :

“Sebenarnya bahasa isyarat yang ada di Indonesia sendiri terbagi menjadi dua yaitu dari SIBI dan BISINDO, SIBI sendiri merupakan sistem bahasa isyarat Indonesia yang dikeluarkan oleh pemerintah dan dibuat oleh orang normal untuk orang tuli, sedangkan BISINDO merupakan bahasa alamiah orang-orang tuli yang dibuat sendiri oleh orang tuli berdasarkan pemahamn hak orang tuli, masing-masing mempunya perbedaannya, tetapi yang saya tau berdasarkan teman-teman tuli bahwa BISINDO mendominan orang-orang tuli dalam

penggunaan bahasa Isyarat”.49

Pada prakteknya biasanya orang-orang tuli lebih dominan menggunakan bahasa isyarat yang alamiah yang merupakan bahasa isyarat Indonesia atau yang lebih di kenal BISINDO, dari pernyataan tersebut tidaklah mudah untuk menggunakan bahasa isyarat yang saat ini terdapat dua bahasa isyarat yang berbeda,

48

Wawancara dengan Wilma Redjeki Pengajar Bahasa isyarat Indonesia Universitas Indonesia pada tanggal 4 Oktober 2014

(13)

“Dengan adanya SIBI dan BISINDO tidaklah mudah bagi kaum tuli untuk berkomunikasi karena dengan adanya dua bahasa isyarat tersebut terkadang membuat kesalah pemahaman komunikasi antara kaum tuli yang butuh penalaran

yang ekstra”.50

Begitulah penuturan Novrinda Saputri seorang yang Tunarungu yang juga berwirausaha ini. Dalam kesehariannya pun orang Tunarungu juga harus bersosialisasi dengan orang yang normal dan berinteraksi dengan mereka, dalam hal ini tidak ada pilihan selain menggunakan bahasa isyarat. Dimas Hendrayanto yang merupakan Mahasiswa dan alumni dari sekolah SLB yang belajar SIBI ini menuturkan pernyataannya :

“Dalam hal komunikasi antara sesama tuli biasanya kami orang yang tuli menggunakan bahasa isyarat spontanitas atau alamiah yang mudah dipahami oleh orang normal pada umumnya dan bahasa isyarat ini merupakan bahasa BISINDO yaitu bahasa isyarat Indonesia, walaupun saya waktu sekolah belajar bahasa isyarat SIBI tapi menurut saya agak sulit orang normal ataupun tuli untuk

dapat segera memahaminya”.51

4.2.2.2 Informasi Media Televisi dan Sign Language Interpreter

Media televisi merupakan media yang menyalurkan informasi kepada khalayak, pada dasarnya media televisi mampu menjangkau setiap kalangan yang ada, namun ternyata kalangan penyandang Tunarungu sangatlah sulit memperoleh informasi yang memang mereka butuhkan sehari-hari terutama pada tayangan berita, hal ini diutarakan oleh tiga narasumber yang memiliki kurangnya pendengaran ataupun tuli :

1. Menurut Juniati Effendi selaku ketua bahasa isyarat Indonesia.

50

Wawancara dengan Novrida Saputri Wirausaha Tunarungu 51 Wawancara dengan Dimas Hendrayanto Mahasiswa Tunarungu

(14)

“Saat ini tayangan televisi yang ada di Indonesia sangat dominan, banyak televisi swasta yang menyuguhkan berbagai informasi yang ada, contohnya pada berita, sebagai orang tuli hal ini membuat kami kesulitan untuk

memperoleh informasi untuk pengembangan ilmu pengetahuan kita”52

2. Menurut Afrizal selaku ketua Gerakan kesejahteraan Tunarungu Indonesia. “Terkadang kami kaum tuli sangat butuh informasi yang memang untuk kebutuhan pengetahuan kita, namun sulit sekali kita memperoleh informasi pada berita televisi, terkadang kami hanya dapat mencerna gambar yang ada

dan tulisan yang menyatakan keterangan yang singkat”.53

3. Menurut Wilma Redjeki selaku pengajar bahasa isyarat di Universitas Indonesia.

“Untuk menjadi manusia yang berguna seharusnya kaum kami, kaum tuli dapat menerima informasi seluas-luasnya untuk kelangsungan hidup yang lebih baik, untuk berkembang kami pun butuh informasi, saat ini TVRI mungkin menjadi satu-satunya berita yang menghadirkan informasi bagi

kaum tuli seperti kami”. 54

Itulah beberapa pernyataan yang diutarakan ketiga narasumber terkait pentingnya informasi yang memang saat ini masih sulit diperoleh oleh Tunarungu. TVRI merupakan satu-satunya stasiun televisi yang mampu menghadirkan sign language interpreter. Apa sih sign language interpreter itu dan apa kegunaannya? Dalam hal ini Pingkan C.R. Warouw menjelaskan tentang SLI (sign language interpreter) dan kegunaannya :

“Sebenarnya arti dari sign language interpreter sendiri adalah penerjemah bahasa isyarat, memang kita menggukan istilah tersebut kedalam bahasa inggris, karena saya dan teman-teman interpreter di jakarta selalu membiasakan bahasa SLI atau sign language interpreter. Karena saya sebagai anggota WASLI ( World Association For Sign Language Interpreter) memang saya dan teman-teman interpreter dan Tunarungu diminta untuk memakai kata SLI secara sama dengan negara yang lain karena kalau ada kendala yang berhubungan dengan

52

Juniati Effendi, op. cit. 53

Afrizal, op. cit. 54 Wilma Redjeki, op. cit.

(15)

penerjemah kita laporannya enak, tinggal menyebutkan dengan sebutan SLI. Kalau ditanya mengenai kegunaan SLI, pastinya sudah jelas artinya penerjemah bahasa isyarat, yang diguakan untuk membantu penyandang Tunarungu untuk

mendapatkan informasi ataupun membantu Tunarungu untuk dapat

berkomunikasi secara lebih luas”.55

Menjadi seorang interpreter memanglah bukan suatu profesi yang mudah, butuh pemaham yang memang di kuasain oleh si penerjemah bahasa isyara, Pingkan C.R. Warouw atau pinky begitulah ia akrab disapa yang menuturkan bahwa ibu pinky dalam menjadi sign language interpreter di program berita Indonesia malam tidak bekerja sendiri, ia di bantu oleh kedua temannya dan belaupun menuturkan beberapa kenada yang memang sering sekali dihadapi dalam penerjemahan bahasa isyarat kepada khalayak Tunarungu.

“Jika dalam berita Indonesia malam biasanya saya tidak sendiri ada tiga orang yang bertugas untuk membantu saya, di mana ada tendem yang memang bukan dari orang tuli dan juga orang tuli yang nantinya membantu saya jika ada bahasa isyarat yang memang saya kurang kuasai, dimana tendem harus berisyarat secara cepat kepada orang tuli agar istilah yang saya kurang mengerti bias secara cepat

saya ketahui untuk saya siarkan”.56

Pingkan C.R. Warouw sendiri merupakan mantan penyanyi country yang memang tidak sengaja mengambil jalan sebagai interpreter, beliau belajar untuk menguasai bahasa isyarat secara kebetulan 16 tahun yang lalu, ketika ia rusak pita suara dan tidak mampu berbicara selama enam bulan :

"Aku menangis untuk bulan pertama, tapi kemudian saya mencoba untuk membuat sesuatu yang positif dari kejadian itu. Saya mulai belajar bahasa isyarat, dan kebetulan orang yang mengajar bahasa isyarat untuk saya rumahnya tidak jauh dari rumah saya, mulai saat itu saya tidak harus terus mengandalkan menulis catatan. Kemudia terjalinlah hubungan dengan guru tuli ini sampai sekarang dia tetap menjadi guru tuli saya. Untuk menjadi seoraang interpreter sebenarnya tidak ada niatan dihati saya, karena kejadiannya sangat tidak

55

Wawancara Pingkan C.R. Warouw SLI (Sign Language Interpreter) TVRI pada tanggal 21 September 2014

(16)

direncanakan, saya benar-benar diceburin di dalam dunia tuli untuk menjadi interpreter, guru saya waktu itu ajak saya ke croasia, saya diberi tahu dia mau jualan, ada acara tuli internasional saya yang berpikir waktu itu sangat senang, wah di ajak jalan-jalan, tapi kenyataannya ketika saya tiba disana, guru saya menjadi pembicara di acara tersebut dan saya di minta oleh belau untuk menjadi penerjemahnya untuk mengartikannya ke dalam bahasa inggris. Akhirnya semenjak itu ya keterusan sampai sekarang dan saya sering dimintai menjadi interpreter di acara-acara Tunarungu dan sekarang di berita Indonesia Malam

TVRI”.57

Dalam siaran berita pastinya penyampaian informasi SLI (Sign Language Interpreter) tidak selalu berjalan mulus banyak kendala saat berlangsungnya berita, hal ini juga turut di sampaikan oleh Pingkan C.R. Warouw:

“Dibilang banyak sih tidak, tapi pasti adalah kendalanya, salah satunya ketika ada pergantian berita atau tambahan informasi pada berita yang tidak sempat di breafing kepada kami terlebih dulu, membuat kami kualahan jika kalimat yang digunakan belum kami kuasi sebagai interpreter, walaupun ada orang tuli yang membatu tapi hal ini sangat menjadi kendala karean berita yang disiarkan langsung, ketika da kalimat yang tidak tersampaikan, biasanya kami menggunakan bahasa isyarat untuk meminta maaf kepada khalayak tunarungu

yang sedang menyaksikan tayangan berita”.58

Begitulah pernyataan dari Pingkan C.R. Warouw yang akrab di panggil Pinky ini mengenai profesinya menjadi SLI (sign language interpreter) dalam program berita Indonesia Malam. SLI (sign language interpreter) Dalam program berita TVRI Indonesia Malam seharusnya dapat menjadikan contoh kepada stasiun-stasiun televisi swasta yang lainnya agar bahasa isyarat ditampilkan di program berita mereka, namun semua ini tidak mudah banyak konflik yang melatarbelakangi penerjemah bahasa isyarat di stasiun televisi. Hal ini diutarakan oleh Moh. Ridjal Sultoni selaku Program Director Berita Indonesia Malam :

“ Dulu di tahun 90-an TVRI sempat memakai interpreter di program berita kita dan itu masih serentak dilakukan oleh stasiun Televisi yang lainnya, tapi tidak

57 Ibid 58 Ibid

(17)

bertahan lama begitu juga TVRI, karena sempat mengalami pro dan kontra. Interpreter pada waktu itu masih di anggap mengganggu jarak pandang penonton normal yang menyaksikan berita dan terkadang dianggap sebagai pelecehan. Pada tanggal 3 Desember 2013 kemensos dan TVRI mengadakan kerjasama untuk menampilkan kembali interpreter sesuai undang-undang nomer 19 tahun 2011 bahwasanya orang-orang disabilitas atau berkebutuhan khusus berhak untuk memperoleh informasi seluas-luasnya. Karena TVRI adalah Televisi republik indonesia yang tayangannya harus menjadi panutan bagi semua khalayaknya dan televisi yang memang diawasi oleh negara maka TVRI menjadi televisi yang menghadirkan interpreter untuk contoh kepada televisi-televisi swasta yang lainnya yang di harapkan nantinya akan menjadi panutan yang akan

di serentakan oleh stasiun-stasiun televisi yang lainnya”.59

Dalam hal ini Interpreter memanglah dibutuhkan pada program berita untuk menambah pengetahuan ataupun informasi bagi penyadang Tunarungu. Namun mengapa hanya di berita Indonesia malam saja yang menggukan interpreter dan kenapa harus di jam 19.00 WIB? Memandang hal bapak Moh. Ridjal Sultoni pun mengutarakan alasannya :

“Untuk interpreter yang kami adakan di Indonesia malam yang di mulai jam 19.00-20.00 WIB pada dasarnya kebanyakkan dari setiap orang berhenti melakukan aktifitas atau beristrahat di jam-jam tersebut dan memang penayangan tersebut dari pihak kemensospun memintanya, dan biasanya berita di jam tersebut memanglah berita yang teraktual yang memang menyuguhkan

informasi terkini ataupun baru saja terjadi”.60

Begitulah yang di ungkapkan Program Doirector Berita Indonesia Malam, dengan adanya interpreter yang di hadirkan di TVRI Indonesia Malam ini menjadi kebahagiaan bagi penyandang Tunarungu, Wilma Redjeki dan juga Novrinda Saputri dari narasumber Tunarungupun pun ikut bicara mengenai Interpreter yang hanya ada di TVRI

1. Menurut Wilma Redjeki sebagai guru bahasa isyarat Universitas Indonesia

59

Wawancara dengan Moh. Ridjal Sultoni PD Indonesia Malam TVRI pada tanggal 24 September 2014

(18)

“ Kami sebagai orang tuli sangat memandang hal ini sebagai langkah awal untuk kami mengalami perkembangan pengetahuan ataupun informasi yang kita butuhkan, sangat bagus tapi akan lebih bagus lagi tidak hanya TVRI yang menghadirkan interpreter namun semua stasiun televisi lainnya juga menghadirkan interpreter agar informasi yang kami dapatkan dapat secara

luas bisa kami peroleh”.61

2. Menurut Novrinda Saputri seorang Tunarungu yang keseharianya

berwirausaha

“Senang ya rasanya bisa ada interpreter di program berita TVRI, ini hal yang positif yang batut di berikan apresiasi untuk stasiun TVRI, karena mau berbagi informasi walaupun hal ini masih banyak pro dan kontra pada stasiun-stasiun televisi yang lainnya, dan kalau bisa jangan hanya berita

Indonesia Malam saja yang menampilkan interpreter”.62

Begitulah yang diutarakan oleh Wilma Redjeki seorang yang Tunarungu yang pengajar bahasa tuli di Universitas Indonesia dan Novrinda Saputri seorang yang Tunarungu dan juga aktif berwirausaha. Dalam penayangan berita indonesia malam yang di siarkan di stasiun TVRI terdapar dua bahasa isyarat yang memang ditampilkan secara bergantian setiap harinya, SIBI dan BISINDO merupakan bahasa isyarat yang digunakan oleh penerjemah bahasa isyarat, menaggapi hal ini ketua dari bahasa isyarat Juaniati Effendi hal angkat bicara :

“Sebenarnya tujuan dari adanya interpreter di berita Indonesia Malam agar informasi yang disampaikan dapat dimengerti oleh penyandang Tunarungu. SIBI dan BISINDO merupakan bahasa isyarat yang masih menuai konflik dikalangan Tunarungu dan pemerintah, SIBI sendiri merupakan system bahasa isyarat yang dibuat oleh orang normal untuk Tunarungu, SIBI juga merupakan proyek pemerintah dalam pendidikan untuk Tunarungu, namun pendidikan ini bukan menambah kaum Tunarungu semakin pintar malah menjadikan kaum Tunarungu menjadi bingung karena pada kenyataannya, walaupun banyak dari orang Tunarungu bersekolah di SLB keseharian mereka tidak menggunakan SIBI sebagai bahasa isyarat sehari-hari, malah mereka yang kaum Tunarungu cenderung menggunakan bahasa isyarat alamiah yang memang bisa mereka pahami, bahasa isyarat ilmiah tersebut yang disebut BISINDO, maka dari itu

61

Wilma Redjeki, op. cit. 62 Novrinda Saputri, op. cit.

(19)

menaggapi adanya SIBI dan BISINDO di program Berita Indonesia Malam biarlah ini terus berjalan sampai pada akhirnya pemerintah sendiri menyadari mana bahasa isyarat yang harus dipertahankan ataupun dihilangkan dan ini

merupakan PR bagi pemerintah”.63

Itulah penuturan yang disampaikan dari Ketua Bahasa Isyarat Indonesia Juniati Effendi, yang memberi pernyataan mengenai adanya dua bahasa isyarat di Program Berita Indonesia Malam TVRI. Hal ini pasti ada keterkaitan tentang suatu pemaknaan didalam penyampaian informasi Program Berita Indonesia Malam yang ada di TVRI. Beberapa pernyataan di sampaikan ke enam Narasumber mengenai pemaknaan tunarungu dalam penyampaian informasi oleh Sign Language Interpreter dan kendala-kendala apa saja yang di alami oleh mereka yang tuli ketika sign language interpreter menyampaikan suatu informasi kepada khalayak Tunarungu serta apa harapan dari mereka untuk menanggapi sign language interpreter untuk kedepannya :

1. Menurut Juniati Effendi Ketua Bahasa Isyarat Indonesia

“Pada dasarnya adanya SLI di Program Berita TVRI Indonesia malam sangat kami apresiasi dan sangat membatu kami kaum tuli menerima informasi, namun menurut saya hanya 50% dari kami kaum tuli dapat mengerti akan informasi yang disampaikan SLI. masih ada kekurangan di dalam program berita Indonesia Malam di TVRI salah satunya agar memperbesar layar pada peraga SLI di televisi, karena layar yang ditampilkan saat ini sangatlah kecil terlebih lagi tidak semua dari kami kaum tuli memiliki televisi yang besar, masih ada diantara kami yang menggunakan televisi 14’, dan akan lebih baik lagi jika ditampilkan teks berjalan agar lebih mempermudah kami menerima informasi dan memahami makna dalam keseluruhan berita, untuk SLI sebaiknya menggunakan orang tuli yang bekerja agar mempermudah di

dalam penerjemahannya”. 64

63

Juniati Effendi, op. cit. 64

(20)

2. Menurut Afrizal ketua GERKATIN

“SLI didalam Program Berita Indonesia Malam di TVRI sangat bagus, mudah-mudahan kedepannya TVRI dapat membuka jalan untuk stasiun-stasiun swasta yang ada di Indonesia agar menampilkan SLI dalam program beritanya, untuk pemaknaan saya terhadap SLI dalam penyampaian informasi menurut saya cukup baik, namun layar peraga masih sangat kecil sehingga gerak tangan sedikit kurang terlihat jelas,yang menyebabkan jarak pandang mata untuk melihat dan memaknai informasinya tidak maksimal, kalau bisa di tambahkan teks agar lebih mempermudah penyampaian informasi dan SLI yang bertugas sebaiknya dari kaum tuli, karena kaum tuli lebih mengerti dari pada orang normal pada umumnya. Kedepannya saya berharap agar TVRI dapat mempertahankan SLI agar tetap terus ada dan terus melakukan

perubahan yang baik bagi kaum tuli”.65

3. Menurut Wilma Redjeki pengajar Bahasa Isyarat di Universitas Indonesia “pemaknaan terhadap apa yang disampaikan SLI didalam Program Berita TVRI Indonesia Malam menurut saya cukup saya mengerti, tapi saya hanya mengerti dengan BISINDO untuk SIBI hanya sedkit yang saya menegerti. masih harus banyak perbaikan, mungkin dari signal, karena tayangan di TVRI di beberapa daerah atau tempat masih banyak gambar yang memang buruk dan kurang jelas terlebih lagi layar peraga sangat kecil, bisa anda bayangkan signal yang buruk dan layar peraga yang yang kecil membuat mata kami sangat sakit untuk mencerna informasi. Kedepannya saya berharap agar TVRI bisa mempertahankan yang sudah ada dan memperbaiki apa yang

memang perlu di perbaiki”.66

4. Menurut Phieter Angdika Sosialisasi bahasa Isyarat dibunderan HI Jakarta “SLI yang ada di TVRI sangat bagus, kami kaum tuli sangat memandang hal ini sebagai sesuatu yang positiv, namun jika saya boleh berbicara mengenai pemaknaan ketika saya menyaksikan suatu SLI program berita Indonesia malam, kadang mengerti kadang juga tidak, tergantung berita mana yang saya minati tapi untuk bahasa isyarat SIBI tidak mengerti, hanya sedikit dan itu tidak membuat saya mengerti apa yang di informasikan. Layar peraga sangat kecil sehingga sulit untuk memaknai suatu isyarat yang sedang disampaikan. Saya sangat berharap agar TVRI memperikan Space yang lebih besar untuk layar peraga dan saya mewakili teman-teman juga berharap agar bahasa isyarat yang digunakan di TVRI merupahan bahasa isyarat alamiah yaitu dari BISINDO banyak yang memang teman-teman saya bersekolah di SLB dan belajar bahasa isyarat SIBI namun mereka semua menyatakan bahwa mereka lebih nyaman dan faham dengan BISINDO. Kedepannya saya

65

Afrizal, op. cit. 66 Wilma Redjeki, op. cit

(21)

berharap apa yang menjadi masukan dari kaum tuli seperti kami dapat

memperbaiki sistem yang ada”.67

5. Menurut Dimas Hendriyanto Mahasiswa dari slah satu universitas dijakarta. “SLI yang ada di TVRI menurut saya maih kurang saya mengerti karna ekpresi yang disampaikan oleh SLI kurang ekspresif dan ekspresinya kurang jelas karna layar peraga yang kecil jadi informasinya yang saya dapatkan hanya secara garis besar itupun karna dibantu dengan gambarnya. Dalam menyampaikan suatu informasi saya menyaksikannya sedikit kurang puas dan terkadang banyak peragaan-peragaan yang tidak lengkap. Kedepannya mungkin untuk SLI harus lebih berlatih untuk memahami bahasa isyarat

Tunarungu”.68

6. Menurut Novrinda Saputri seorang Wiraswasta

“Jujur saya jarang nonton TVRI, karena TVRI di rumah saya gambarnya tidak bagus, pernah saya nonton tayangan berita TVRI Indonesia malam di tempat teman saya dan menurut saya layar peraga sangat kecil sehingga saya sedikit kurang mencerna informasi yang di sampaikan terlebih mata saya silinder kadang memakai kaca mata dan harus berdekatan dengan layar membuat mata saya sakit. Kedepannya mungkin saya ingin layar peraga untuk SLI di perbesar sehingga informasi yang di sampaikan dapat lebih efektiv dan juga signal untuk TVRI di beberapa daerah lebih di perbaiki agar

saya bisa menyaksikan berita TVRI di rumah saya sendiri”.69

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diatas, penulis melakukan wawancara terstruktur dan mendalam yang dilakukan dengan enam orang Tunarungu sebagai key informan dan SLI (Sign Language Interpreter) serta Program Director Berita Indonesia Malam sebagai informan pendukung informasi penelitian. Pada pembahasan ini penulis akan membahas hasil dari penelitian berdasarkan fokus

67

Phieter Angdika, op. cit. 68

Dimas Hendrayanto, op. cit 69 Novrinda Saputri, op. cit.

(22)

penelitian. sehingga dapat menjawab suatu pemaknaan yang diinterpretasikan oleh tunarungu berdasarkan fakta yang ada.

Penyampaian informasi yang dilakukan SLI (Sign Language Interpreter) program berita Indonesia malam terhadap pemaknaan tunarungu memberi banyak jawaban yang diinterpretasikan oleh tunarungu melalui interaksi simbolik.

Pada penelitian ini, SLI (Sign Language Interpreter) berperan menyampaikan suatu informasi kepada Tunarungu. Proses pengolahan informasi oleh Tunarungu berlangsung dalam diri mereka sendiri yang merupakan hasil dari sebuah pemikiran mengenai makna atau pesan dari seorang SLI (Sign Language Interpreter) yang meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Menurut Mead dalam Poloma (1987:260),”seseorang tidak hanya menyadari orang lain tetapi juga mampu menyadari dirinya sendiri”. Dengan demikian seseorang tidak hanya berinteraksi dengan orang lain tetapi secara simbolis juga beinteraksi dengan dirinya sendiri.

Dalam tahap sensasi seorang Tunarungu berusaha mencoba memahami informasi dengan alat indra yaitu mata yang berusaha melihat simbol-simbol yang diperagakan oleh SLI (Sign Language Interpreter) dalam penyampaian informasi melalui indra penglihatannya.

“Bila alat-alat indra mengubah informasi menjadi impuls-impuls saraf – dengan bahasa yang dipahami oleh otak – maka terjadilah proses sensasi” (Dennis Coon, 1977; 79).

(23)

Tahap kedua yaitu persepsi dimana Tunarungu berusaha untuk memberikan makna pada stimulus indrawi terhadap informasi berita yang disampaikan melalui SLI (Sign Language Interpreter).

“Persepsi adalah proses dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita”. (Devito, 1997; 75).

Tahap ketiga merupakan tahap memori dimana Tunarungu akan merekam kejadian ataupun informasi yang mereka tangkap dari penyampaian pesan yang dilakukan SLI (Sign Language Interpreter).

“Memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organism sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya”. (Schlessinger dan Goves, 1976; 352)

Tahap yang terakhir yaitu merupakan tahap berpikir, dalam keterkaitannya Tunarungu akan menafsirkan apa yang telah terproses melalui sensasi, persepsi dan memori. Proses berpikir pada Tunarungu ini melibatkan penggunaan lambang, visual atau grafis yang merupakan interaksi simbolik yang berlangsung antara SLI (Sign Language Interpreter) dengan Tunarungu. Proses berpikir dilakukan untuk memahami suatu informasi yang disampaikan SLI (Sign

Language Interpreter). Mead mendefinisikan berfikir (thinking) sebagai “suatu

percakapan terinternalisasikan atau implisit antara individu dengan dirinya

(24)

Gambar 4.3 Ekpresi Wajah Tunarungu dalam memproses tahapan sensasi, persepsi, memori dan berpikir dalam menyaksikan Program Berita Indonesia Malam TVRI

Pada bagian ini penelitian melakukan observasi non partisipan dengan mendatangi tempat berkumpul tunarungu untuk menyaksikan tayangan berita Indonesia malam secara bersama-sama. Dengan pengamatan langsung dilapangan peneliti melihat cara tunarungu mencoba memberikan makna dari tahapan sensasi, persepsi, memori dan berfikir.

Dalam penelitian ini dapat digambarkan mengenai suatu teori interaksi simbolik terhadap SLI (Sign Language Interpreter) dalam suatu penyampaian informasi yang disampaikan untuk penyandang Tunarungu.

“Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktifitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi dan pertukaran simbol yang diberi makna”. ((Mulyana, 2003: 59).

Pertukaran simbol dilakukan oleh seorang SLI (Sign Language Interpreter) kepada Tunarungu dimana interpreter memberikan pemahaman terhadap simbol yang memang telah disepakati atau dimengerti oleh kalangan disabilitas Tunarungu. Hal ini berkaitan dengan asumsi Blumer yaitu:

(25)

1. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain. SLI (Sign Language Interpreter) dan tunarungu menyepakati sebuah makna simbol yang sama melalui tindakan mereka.

2. Makna diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh orang lain. Tidak ada manusia yang lahir dan langsung mengetahui makna dari suatu simbol sebaliknya tanpa adanya interaksi sosial terlebih dahulu.

3. Makna-makna tersebut disempurnakan saat proses interaksi sosial sedang berlangsung. Setelah memperoleh makna, manusia memilih makna-makna yang lebih berarti baginya dan memodifikasinya dalam konteks dimana ia berada.

Dalam suatu penyampaian informasi yang dilakukan SLI (Sign Language Interpreter) terhadap penyandang Tunarungu merupakan suatu interaksi simbolik yang dilakukan secara verbal ataupun nonverbal. George Herbert Mead dipandang sebagai pembangun paham interaksi simbolis ini. Ia mengajarkan bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi diantara manusia baik secara verbal maupun non verbal.

“Dalam interaksi simbolik, bahasa Tubuh adalah salah satu aspek komunikasi nonverbal disamping aspek-aspek komunikasi nonverbal lainnya yang berkenaan dengan benda, seni, ruang dan waktu” (Mulyana, 2008 : 158).

Menurut Prof. Dr. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar mengemukakan bahwa yang termasuk

(26)

kedalam bagian dari bahasa tubuh adalah sebagai berikut: (Mulyana, 2009; 353-372)

a. Isyarat Tangan b. Gerakan kepala

c. Postur tubuh dan posisi kaki d. Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata

Dari keempat bahasa tubuh tadi yang digunakan SLI (Sign Language Interpreter) untuk menyampaikan informasi hanya melalui isyarat tangan dan ekspresi wajah, untuk tatapan mata gerakan kepala dalam bahasa isyarat masuk kedalam ekpresi wajah. Dalam pengertiannya bahasa isyarat adalah sistem tanda berupa isyarat (gerak tangan dan ekpresi wajah) yang digunakan kelompok sosial yang anggotanya orang-orang yang tidak bisa mendengar (Tunarungu). Bahasa isyarat sendiri memenuhi kriteria apa yang disebut bahasa, seperti bersifat sistematis (mempunyai aturan-atauran tertentu), konvensional (isyarat yang digunakan merupakan hasil kesepakatan bersama), dan kreatif (bahasa isyarat dapat digunakan untuk mengungkapkan hal-hal baru yang sebelumnya tidak pernah diungkapkan).70

70

Pengantar untuk mata kuliah bahasa isyarat Indonesia, program studi Indonesia, fakultas ilmu pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok 2014

(27)

1. Isyarat Tangan atau gerak tangan

Gambar 4.4 Isyarat Tangan yang dilakukan Sign Language Interpreter

Isyarat tangan atau gerakan tangan tergolong kedalam bahasa isyarat yang merupakan kedalam interaksi simbolik yang dilakukan oleh SLI (Sign Language Interpreter) dengan maksud agar penyampaian informasi dapat tersampaikan oleh khalayak Tunarungu, dalam siarannya SLI (Sign Language Interpreter) yang terdapat pada program berita Indonesia Malam menggunakan isyarat tangan dari SIBI dan BISINDO. Penggunaan isyarat tangan SIBI dan BISINDO mempunyai pemaknaan yang berbeda. Ini menjadikan akan suatu pemaknaan yang berbeda terhadap informasi yang disampaikan oleh SLI (Sign Language Interpreter)

2. Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata

Gambar 4.5 Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata Language Interpreter

Ekspresi wajah dan tatapan mata, untuk ekspresi wajah dan tatapan mata ini lebih dianggap paling penting karena lewat ekspresi wajah dan tatapan matalah

(28)

orang Tunarungu mempresepsikan mengenai informasi yang sedang disampaikan SLI (Sign Language Interpreter). Walaupun tidak menggunakan kata-kata ekspresi wajah dan tatapan mata banyak mengandung makna yang dapat membantu proses interaksi simbolik. Untuk itu tidak ada kendala yang berarti dalam memahami simbol ekspresi wajah dan tatapan mata ini karena Tunarungu dinilai lebih ekspresif dibandingkan dengan orang-orang pada umumnya. SLI (Sign Language Interpreter) pun dituntut untuk ekpresif dalam penyampaian informasi pada berita yang disiarkan. Melalui ekspresi wajah dan tatapan mata ini tunarungu akan lebih mudah memahami informasi yang disampaikan karena banyak makna yang terkandung dalam ekspresi wajah dan tatapan mata itu.

Seperti yang kita tahu bahasa tubuh itu merupakan isyarat simbol. Simbol adalah sesuatu yang digunakan atau dianggap mewakili sesuatu yang lain. (Kuswarno, 2008 : 167 ). Suatu simbol disebut signifikan atau memiliki makna bila simbol itu membangkitkan pada individu yang menyampaikannya, respons yang sama seperti yang juga akan muncul pada individu yang dituju. ( Mulyana, 2003 : 78)

Sedangkan Interaksi itu sendiri adalah Hubungan – hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan dengan kelompok manusia. ( Sukanto, 1990 : 61 )

Dari semua penjelasan diatas makna pemaknaan tunarungu dalam penyampaian informasi oleh SLI (Sign Language Interpreter) program berita Indonesia malam masih sangat sulit untuk dimaknai ataupun dipahami, ini membuat pemaknaan tunarungu terhadap informasi yang disampaikan tidak

(29)

diterima secara utuh. Pemaknaan tunarungu dalam penyampaian informasi oleh (Sign Language Interpreter) program berita TVRI Indonesia malam diantaranya :

1. Bahasa isyarat yang digunakan

2. Penguasaan bahasa isyarat yang kurang baik. 3. SLI (Sign Language Interpreter) kurang ekspresif

Gambar

Gambar 4.1 Logo TVRI tahun 1962 s/d 2014
Gambar 4.3 Sign Language Interpreter di TVRI
Tabel 4.1 Struktur Organisasi
Tabel 4.2 Nama – nama Narasumber dan tanggal Wawancara
+3

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak dalam Bahasa Indonesia, berkisar antara 200 – 250 kata, berisi ringkasan singkat dan kesimpulan dari manuskrip, dilengkapi dengan 3 – 5 kata kunci (keywords),

Perbandingan hasil ujicoba generate kunci pada algoritma Rijndael dan 3DES membuktikan bahwa algoritma Rijndael lebih unggul secara performansi, karena

Through my investigation into postdisciplinary craft methods, learning new and alternative practices such as mould making and bronze casting, I have broadened my appreciation

 Dandy-Walker Syndrome  adalah kelainan otak bawaan yang melibatkan cerebellum (suatu daerah di bagian belakang otak yang mengontrol gerakan) dan ruang cairan di

Dari studi ini dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan nilai beban ultimit balok dan kapasitas rekatan GFRP-S seiring dengan meningkatnya waktu rendaman.. Penurunan kapasitas

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis batik berjudul “Banyak Jalan Menuju” karya Rona Florentini Banguntapan Bantul Yogyakarta ditinjau dari motif, warna, dan makna

Hal ini, seperti hasil wawancara dengan pengasuh (Mudir) Ust. Syamsul Huda, M.Pd.I, yang menyatakan bahwa pada dasarnya hal penting yang dibiasakan dalam

8) formulir jalur prestasi dan jalur kerjasama jika akan mengadakan tes sekaligus. Sebelum hari pelaksanaan promosi panitia PMB mengajukan rincian anggaran untuk