• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANYARAN SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANYARAN SEMARANG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN

ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANYARAN SEMARANG

Maya Cobalt Angio S. *) Wagiyo**), Purnomo**)

*)Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang, **)Dosen Program Studi D3, D4 Ilmu Keperawatan Poltekes Semarang, **)Dosen Program Studi D3, D4 Ilmu Keperawatan Poltekes Semarang.

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011 mencapai 241 juta jiwa. Salah satu usaha upaya menurunkan jumlah kelahiran dengan pemakaian kontrasepsi. Alat kontrasepsi yang sangat diminati adalah alat kontrasepsi hormonal. Berdasarkan rekapitulasi hasil pendataan keluarga tingkat wilayah Kerja Puskesmas Manyaran Semarang jumlah peserta KB aktif pada tahun 2011 tercatat akseptor KB pil 1251, suntik 2605, implant 304, IUD 222, kondom 490. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini diambil dengan teknik sampling purposive sampling sebanyak 98 orang. Analisis statistik dilakukan dengan uji spearman rho dengan hasil terdapat lima variabel yang mempunyai hubungan asosiasi yang bermakna antara umur (p=0,030), tingkat pengetahuan (p=0,006), tingkat penghasilan (p=0,010), jumlah anak (p=0,000), budaya (p=0,001) dengan penggunaan alat kontrasepsi hormonal. Sedangkan faktor tingkat pendidikan (p=0,622) sehingga tidak mempunyai hubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal.

Kata Kunci : Umur, Tingkat pendidikan, Tingkat pengetahuan, Tingkat penghasilan, Jumlah Anak, Budaya dan Pemilihan Alat Kontrasepsi hormonal

ABSTRACT

This research is considering on the number of Indonesian people in 2011. It is 241 millions. One of the efforts is decreasing the number of birth in Family Planning Program. It uses contraception. The contraceptive means, which become the most favorite, is hormonal contraception. Based on the recap on family data in working area of Manyaran Puskesmas (Health Community Center) Semarang, the number of the active members of Family Planning Program in 2011 listed as Acceptors KB (Family Planning) Pill is 1251, Injection is 2605, Implant is 304, IUD is 222, Condom is 490. This research is intended to analyze some factors, which are related to the usage of Hormonal Contraceptives. This research is analytic with cross sectional design. The sample of this research is using purposive sampling as 98 people. Statistic analytic was held in spearman rho test and in the result there are five variables which has associate relation with ages (p=0.030), knowledge (p=0.006), income (p=0.010), number of children (p=0.000), culture (p=0.001) with the use of hormonal contraceptives. While education (p=0,622) which has not relation with the use of hormonal contraceptives.

Keyword: Age, Education, Knowledge, Income, the Number of Children, Culture, the Choices of Hormonal Contraceptives

(2)

1 PENDAHULUAN

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. Meskipun tidak selalu diakui demikian, peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode – metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Kurniawati, 2008, ¶1).

Sebelum ibu memilih alat kontrasepsi, sebaiknya mencari informasi terlebih dahulu tentang cara – cara KB berdasarkan informasi yang lengkap, akurat dan benar. KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda kelahiran anak pertama, menjarangkan anak atau membatasi jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan (Kurniawati, 2008, ¶2).

Semua metode kontrasepsi mempunyai efek samping yang harus diketahui oleh akseptor sebelum memakainya. Sebagian besar para pasangan usia subur di Indonesia menggunakan alat kontrasepsi hormonal terutama suntik dan pil. Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang terbentuk dari kombinasi antara hormon estrogen dan progestin. Kontrasepsi ini tersedia dalam berbagai bentuk diantaranya, oral, suntik dan implant (Cunningham, 2005, hlm.1699). Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi yang dalam penggunaannya mempunyai efektivitas atau tingkat

kelangsungan pemakaian tinggi serta angka kegagalan rendah bila dibandingkan dengan metoda kontrasepsi sederhana. Selain memiliki efektivitas tinggi, pemakaian kontrasepsi hormonal juga harus memperhatikan efek samping. Di Indonesia khususnya di Jawa Tengah peserta KB baru pada tahun 2010 tercatat 997.425 jiwa. Peserta KB tersebut meliputi IUD 59.702, MOP (Metode Operasi Pria)/ MOW (Metode Operasi Wanita) 18.290, implant 104.180, suntik 579.761, pil 194.083, kondom 52.228 (BKKBN, 2010). Wilayah Kerja Puskesmas Manyaran Semarang yang terdiri dari tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Manyaran, Kelurahan Kembangarum dan Kelurahan Krapyak dengan jumlah peserta KB aktif pada tahun 2011 tercatat di Kelurahan Manyaran jumlah akseptor KB pil 569, suntik 1086, IUD 89, implant 54, dan kondom 273. Pada Kelurahan Kembangarum jumlah akseptor KB pil 603, suntik 1093, IUD 106, implant 54, kondom 133. Sedangkan pada Kelurahan Krapyak jumlah akseptor KB pil 219, suntik 443, IUD 56, implant 27, kondom 84 (Rekam Medis, 2011).

Dengan adanya bermacam-macam jenis alat kontrasepsi yang ada, sehingga seorang ibu harus menentukan pilihan kontrasepsi yang dianggap sesuai (Wulansari & Hartanto, 2006, hlm.13). Perilaku kesehatan termasuk didalamnya pemilihan alat kontrasepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu umur, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, tingkat penghasilan, jumlah anak, dan budaya (agama Islam) (Green,1980).

Berdasarkan uraian fenomena tersebut di atas yang disertai dengan data dan fakta yang terjadi di masyarakat, serta didukung beberapa hasil penelitian, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap fenomena tersebut dengan judul “Faktor – faktor yang berhubungan

(3)

2 dengan pemilihan alat kontrasepsi

hormonal di wilayah kerja Puskesmas Manyaran Semarang”.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal di wilayah kerja Puskesmas Manyaran Semarang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif korelatif dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional, jenis penelitian deskriptif korelatif ini merupakan rancangan penelitian dengan menggambarkan masalah keperawatan yang terjadi pada kasus tertentu berhubungan dengan distribusinya ada hubungan atau tidak dan seberapa erat hubungan tersebut.

Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB hormonal di wilayah kerja Puskesmas Manyaran Semarang pada tahun 2011 yang bersedia menjadi responden penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Manyaran Semarang. Pengambilan data dimulai tanggal 15 November sampai 14 Desember 2011. Alat pengumpul data yang digunakan yaitu instrumen yang berupa lembar kuesioner berisi tentang pemilihan alat kontrasepsi hormonal, umur, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, tingkat penghasilan, jumlah anak dan budaya akseptor KB hormonal.

Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel yang diteliti yaitu faktor – faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal. Dalam penelitian ini, analisis univariat akan dilakukan dengan mencari mean, modus dan median terhadap tiap variabel dari penelitian di wilayah kerja Puskesmas Manyaran Semarang.

Analisis bivariat dilakukan dengan uji spearman rho untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Krakteristik pemilihan alat kontrasepsi hormonal responden.

Tabel 1

Distribusi frekuensi pemilihan alat kontrasepsi hormonal di wilayah kerja Puskesmas

Manyaran Semarang bulan Desember 2011 (N=98) Pemilihan kontrasepsi hormonal Frekuensi (F) Presentase Suntik 64 65,3 Pil 28 28,6 Implant 6 6,1 Jumlah 98 100

Hasil analisis didapatkan bahwa responden yang memilih alat kontrasepsi suntik sebanyak 64 orang (65,3%), responden yang memilih alat kontrasepsi pil 28 orang (28,6%) dan responden yang memilih alat kontrasepsi hormonal implant sebanyak 6 orang (6,1%) dari jumlah responden sebanyak 98 orang.

(4)

3 2. Karakteristik umur responden.

Tabel 2

Distribusi frekuensi umur responden akseptor KB hormonal di wilayah kerja

Puskesmas Manyaran Semarang bulan Desember 2011 (N=98) Umur Frekuensi (F) Presentase 28-31 12 12,2 32-35 7 7,1 36-39 24 24,4 40-43 39 39,8 44-47 16 16,3 Jumlah 98 100

Hasil penelitian tentang umur responden pada akseptor KB yang memilih alat kontrasepsi hormonal pada umur > 35 tahun sebanyak 79 responden dengan presentase 80,7% dan yang berumur ≤ 35 tahun sebanyak 19 responden dengan presentase 19,3%.

3. Karakteristik tingkat pendidikan responden.

Tabel 3

Distribusi frekuensi tingkat pendidikan akseptor KB hormonal di wilayah kerja

Puskesmas Manyaran Semarang bulan Desember 2011 (N=98) Pendidikan Frekuensi (F) Presentase SD 3 3,1 SMP 7 7,1 SMA 44 44,9 PT 44 44,9 Jumlah 98 100

Hasil penelitian tentang tingkat pendidikan responden diperoleh, pendidikan akseptor KB hormonal adalah perguruan tinggi sebanyak 44 responden dengan presentase 44,9%, SMA sebanyak 44 responden dengan presentase 44,9%, SMP sebanyak 7 responden dengan presentase 7,1% serta SD sebanyak 3 responden dengan presentase 3,1%.

4. Karakteristik tingkat pengetahuan responden.

Tabel 4

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan akseptor KB hormonal di wilayah kerja

Puskesmas Manyaran Semarang bulan Desember 2011 (N=98) Pengetahuan Frekuensi (F) Presentase Kurang 2 2,0 Cukup 14 14,3 Baik 82 83,7 Jumlah 98 100

Hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan responden diperoleh bahwa akseptor KB hormonal yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 82 responden dengan presentase 83,7%, pengetahuan cukup sebanyak 14 responden dengan presentase 14,3% dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 2 responden dengan presentase 2,0%. 5. Karakteristik tingkat penghasilan

responden.

Tabel 5

Distribusi frekuensi tingkat penghasilan akseptor KB hormonal di wilayah kerja

Puskesmas Manyaran Semarang bulan Desember 2011 (N=98) Penghasilan Frekuensi (F) Presentase Rendah (≤961.323) 17 17,3 Tinggi (>961.323) 81 82,7 Jumlah 98 100

Hasil penelitian tentang tingkat penghasilan responden didapatkan akseptor KB hormonal yang berpenghasilan tinggi (>Rp961.323) sebanyak 81 responden dengan presentase sebesar 82,7% sedangkan yang berpenghasilan rendah (≤Rp961.323) sebanyak 17 responden dengan presentase sebanyak 17,3%.

(5)

4 6. Karakeristik jumlah anak responden.

Tabel 6

Distribusi frekuensi jumlah anak akseptor KB hormonal di wilayah kerja Puskesmas

Manyaran Semarang bulan Desember 2011 (N=98) Jumlah anak Frekuensi (F) Presentase Sedikit (≤ 2) 11 11,2 Banyak (> 2) 87 88,8 Jumlah 98 100

Hasil penelitian tentang jumlah anak responden didapatkan hasil akseptor KB yang memiliki anak banyak (> 2) sebanyak 87 responden dengan presentase sebesar 88,8% sedangkan yang memiliki anak sedikit (≤ 2) sebanyak 11 responden dengan presentase sebesar 11,2%.

7. Karakteristik budaya responden.

Tabel 7

Distribusi frekuensi budaya akseptor KB hormonal di wilayah kerja Puskesmas

Manyaran Semarang bulan Desember 2011 (N=98) Budaya Frekuensi (F) Presentase Tidak mendukung 5 5,1 Mendukung 93 94,9 Jumlah 98 100

Hasil penelitian tentang budaya (agama Islam) responden diperoleh bahwa budaya (agama Islam) yang mendukung menggunakan alat kontrasepsi hormonal sebanyak 93 responden dengan presentase sebesar 94,9% sedangkan yang tidak mendukung menggunakan alat kontrasepsi hormonal sebanyak 5 responden dengan presentase sebesar 5,1%.

8. Hubungan antara umur akseptor KB dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal.

Tabel 8

Hubungan antara umur dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal di wilayah kerja Puskesmas Manyaran Semarang bulan

Desember 2011 (N=98) Umur akseptor Frek (F) P value Coeficien corelation 28-31 18 32-35 21 36-39 22 40-43 25 44-47 12 Jumlah 98 0,030 0,219

Umur merupakan salah satu karakteristik responden yang mempunyai hubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan mempunyai keeratan hubungan yang lemah. Sebab umur berkaitan dengan potensi reproduksi yang sesuai dengan waktu reproduksi sehat bagi wanita. Masa reproduksi bagi wanita dibagi menjadi 3, yaitu masa menunda kehamilan saat umur < 20 tahun, masa mengatur jarak kehamilan saat umur 20-30 tahun dan masa mengakhiri kehamilan saat umur > 30 tahun. Wanita berumur > 35 tahun lebih banyak memilih alat kontrasepsi hormonal daripada alat kontrasepsi non hormonal.

9. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal.

Tabel 9

Hubungan antara tingkat pendidikan akseptor KB dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal di wilayah kerja

puskesmas Manyaran Semarang bulan Desember 2011 (N=98) Pendidikan F P value Coeficien Corelation SD 3 SMP 7 SMA 44 PT 44 0,622 0,050

(6)

5

Jumlah 98

Pendidikan responden tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal di wilayah kerja Puskesmas Manyaran Semarang. Diperkirakan program KB sudah merupakan kebutuhan masyarakat umum sehingga mudah diterima oleh akseptor KB dari semua golongan pendidikan.

10. Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal.

Tabel 10

Hubungan antara tingkat pengetahuan akseptor KB dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal di wilayah kerja

puskesmas Manyaran Semarang bulan Desember (N=98) Pengetahuan F P value Coeficien Corelation Kurang 2 Cukup 14 Baik 82 Jumlah 98 0,006 0,277

Pengetahuan secara statistik mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan mempunyai hubungan keeratan sedang. Ini dapat diasumsikan bahwa responden dengan mudah mendapatkan informasi tentang kontrasepsi baik di sarana pelayanan kesehatan yang ada maupun di tempat yang menyediakan macam-macam kontrasepsi secara lengkap serta didukung dengan tingkat pendidikan responden. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik pula pengetahuan responden.

11. Hubungan antara tingkat penghasilan akseptor KB dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal.

Tabel 11

Hubungan antara tingkat penghasilan akseptor KB dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal di wilayah kerja

puskesmas Manyaran Semarang bulan Desember (N=98) Penghasilan F P value Coeficien Corelation Rendah (≤961.323) 17 Tinggi (>961.323) 81 Jumlah 98 0,010 0,259

Penghasilan mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan mempunyai hubungan keeratan sedang. Responden yang mempunyai penghasilan tinggi (>961.323) lebih banyak memilih alat kontrasepsi hormonal. Kemungkinan disebabkan karena jika dihitung biaya penggunaan alat kontrasepsi hormonal lebih mahal dibandingkan dengan pemasangan kontrasepsi non hormonal. Hasil penelitian ini ditemukan biaya pelayanan pemasangan kontrasepsi non hormonal yang terendah adalah gratis dan yang termahal mencapai Rp 250.000,00 jika yang memasang dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Sehingga akseptor yang berpenghasilan tinggi lebih banyak yang memilih kontrasepsi hormonal karena biayanya lebih besar jika dibandingkan dengan pemilihan kontrasepsi non hormonal.

(7)

6 12. Hubungan antara jumlah anak

akseptor KB dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal.

Tabel 12

Hubungan antara jumlah anak akseptor KB dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal

di wilayah kerja puskesmas Manyaran Semarang bulan Desember (N=98) Jumlah anak F P value Coeficien Corelation Sedikit (≤ 2) 11 Banyak (>2) 87 Jumlah 98 0,000 0,354

Jumlah anak mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal dan mempunyai hubungan keeratan sedang. Jumlah anak mulai diperhatikan setiap keluarga, semakin banyak jumlah anak maka semakin banyak pula tanggungan kepala keluarga dalam mencukupi kebutuhan material dan spiritual masing-masing anggota keluarganya. Dengan demikian pengaturan jumlah anak sudah mulai diperhatikan oleh PUS (Pasangan Usia Subur) agar tercapai kesejahteraan keluarga.

13. Hubungan antara budaya akseptor KB dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal.

Tabel 13

Hubungan antara budaya akseptor KB dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal di

wilayah kerja puskesmas Manyaran Semarang bulan Desember (N=98) Budaya F P value Coeficien Corelation Tidak mendukung 5 0,001 0,328 mendukung 93 Jumlah 98

Budaya (agama Islam) mempunyai hubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal. Islam menganjurkan umatnya untuk memiliki keturunan yang sangat banyak tapi juga harus mengacu pada pencapaian kualitas anak yang bermutu. Islam mengatakan bahwa hukum KB bisa haram apabila bertujuan untuk membatasi kelahiran karena di Islam tidak ada pembatasan kelahiran. Tapi hukum KB bisa menjadi mubah apabila dengan kehamilan dapat membahayakan kondisi ibu.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pada variabel umur dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal, dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rho didapatkan nilai p value 0,030 < 0,05 dan nilai correlation coefficient = 0,219 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal serta menunjukkan hubungan lemah.

2. Pada variabel tingkat pendidikan, didapatkan hasil nilai p value 0,622 dan nilai correlaton coefficient = 0,050 yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal.

3. Variabel tingkat pengetahuan didapatkan hasil nilai p value 0,006 dan nilai correlation coefficient = 0,277 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal serta menunjukkan hubungan sedang.

(8)

7 4. Hasil hubungan tingkat penghasilan

dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal didapatkan nilai p value 0,010 dan correlation coefficient = 0,259 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat penghasilan dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal serta menunjukkan hubungan sedang.

5. Hasil hubungan antara jumlah anak dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal didapatkan hasil nilai p value 0,000 dan nilai correlation coefficient = 0,354 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah anak dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal serta menunjukkan hubungan sedang.

6. Hasil hubungan antara budaya dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal didapatkan hasil nilai p value 0,001 dan nilai correlation coefficient = 0,328 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara budaya dengan pemilihan alat kontrasepsi hormonal serta menunjukkan hubungan sedang.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti mengusulkan saran sebagai berikut:

1. Bagi pelayanan keperawatan

Setelah dilakukan penelitian ini para tenaga kesehatan memberikan penyuluhan atau arahan kepada akseptor KB untuk memilih alat kontrasepsi yang tepat.

2. Bagi Masyarakat

Sebaiknya akseptor yang mempunyai jumlah anak >2, berumur > 35 tahun, menggunakan alat kontrasepsi yang lebih efektif yaitu IUD, implant, tubektomi karena jumlah anak 2 orang sudah jumlah anak ideal yang merupakan tujuan program KB.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya diusulkan untuk merencanakan pengambilan

sampel lebih teliti dapat benar-benar mewakili jumlah sampel yang sebenarnya. Perlu dilakukan penelitian lagi mengenai umur, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, tingkat penghasilan, jumlah anak dan budaya (agama Islam) terhadap pemilihan kontrasepsi hormonal ditahun berikutnya, apakah masih ada hubungan atau tidak ada hubungan dan menambah ilmu dalam keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Afni N. (2005). Gambaran efek samping penggunaan kontrasepsi hormonal pada ibu-ibu usia 20-35 tahun.

http://eprints.undip.ac.id/5394/1/2388 .pdf diperoleh tanggal 5 Agustus 2011.

Al – Quran surat Al – Isra’ : 31.

BKKBN. (2010). Konversi peserta keluarga berencana menurut jenis kontrasepsi. Available online : http://www.bkkbn. go.id.diperoleh tanggal 5 Agustus 2011.

Cunningham, F. G. et.al. (2005). Obstetri williams. Alih Bahasa Hartono, Suyono Y., U. Brahm. Edisi 21. Jakarta: EGC.

Ekarini, S., M. (2008). Analisis faktor-faktor yang berhubungan terhadap partisipasi pria dalam keluarga berencana. Universitas Diponegoro

Semarang. Tesis.

http://eprints.undip.ac.id/18291/1/Sri_ Madya_Bhakti_Ekarini.pdf. diperoleh tanggal 5 Agustus 2011.

Farahwati, C., Z. (2009). Perbandingan karakteristik akseptor, lingkungan dan program antara pengguna kontrasepsi IUD dan non IUD. Fakultas Kesehatan Masyarakat

(9)

8 Universitas Indonesia. Skripsi.

jurnal.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:189 47/q/pengarang.../0/.../15. Diperoleh tanggal 5 Agustus 2011.

Hartanto, H. (2004). Keluarga berencana dan kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2003). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Kurniawati, Yeni (2008). Faktor – faktor

yang berhubungan dengan sikap ibu dalam pemilihan alat kontrasepsi suntik depo medroksi progesteron asetat (DMPA) di RB. Kharisma Husada Kartasura Sukoharjo. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi. http://etd.eprints.ums.ac.id/2738/2/J2 10040069.pdf. diperoleh tanggal 5 Agustus 2011.

Kusumaningrum, R. ( 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada pasangan usia subur. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Karya Tulis Ilmiah. http://eprints.undip.ac.id/19194/1/Rad ita_Kusumaningrum.pdf. diperoleh tanggal 6 Agustus 2011.

Laporan Rekam Medis . (2011). Puskesmas Manyaran.

Maria S. (2006). Dampak penggunaan alat kontrasepsi hormonal terhadap perubahan berat badan pada akseptor keluarga berencana. Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Makasar. Artikel ilmiah. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/ 21075058.pdf. diperoleh tanggal 4 Agustus 2011.

Panuntun Sri, Wilopo S. A., Kurniawati L., (2009). Hubungan antara akses

KB dengan pemilihan kontrasepsi hormonal di Kabupaten Purworejo. Berita Kedokteran Masyarakat. 25 (2). http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/ 252098894.pdf. diperoleh tanggal 1 Agustus 2011. UMR.(2011).http://www.hrcentro.com/um r/jawa_tengah/kota_semarang/non_se ktor/2011 diperoleh tanggal 2 Juni 2011.

Wiknjosastro, Hanifa. (2005). Ilmu kandungan. Edisi kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wulansari, P. dan Hartanto, H. (2006) . Ragam metode kontrasepsi. Jakarta: EGC.

Referensi

Dokumen terkait

a) Persepsi (perception), kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih.. b) Kesiapan (set), mencakup kemampuan dalam bentuk kesiapan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh struktur aktiva, ukuran perusahaan, likuiditas, dan profitabilitas terhadap struktur modal sektor ritel di Bursa

Kesimpulan dalam penelitian ini ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan Sadari dengan pelaksanaan Sadari pada wanita usia 20-40 tahun di BPRB Dharma Husada

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) Dihasilkan modul pembelajaran fisika dengan strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis yang tervalidasi; (2)

Penelitian tentang tindak lanjut supervisi akademik kunjungan kelas dalam upaya meningkatkan profesionalime guru SMP Negeri 2 Boja kabupaten Kendal bertujuan untuk

Jenis pohon dengan kategori sangat sesuai dengan nilai KPI &gt;81% adalah: angsana (Pterocar pus indicus), beringin (Ficus benjamina), flamboyan (Delonix regia),

Tingkat klasifikasi perkembangan desa berdasarkan data potensi desa terbagi menjadi tiga kelas, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan hasil skor yang telah

Penggunaan media baru untuk komunikasi politik yang lebih tren saat ini adalah e-government, kampanye lewat internet, komunikasi politik online warga, serta relasi