• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEK DAN KENDALA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI SUMBER PRODUKSI JAGUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSPEK DAN KENDALA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI SUMBER PRODUKSI JAGUNG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 323

PROSPEK DAN KENDALA LAHAN KERING DI KALIMANTAN

SELATAN SEBAGAI SUMBER PRODUKSI JAGUNG

Aidi Noor, Khairudin, dan M. Yasin

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P. Batur Barat No. 4 – Banjarbaru, Kalimantan Selatan

e-mail : aidinoor@yahoo.com

ABSTRAK

Lahan kering yang cukup luas di Kalimantan Selatan mempunyai potensi sebagai sumber produksi jagung, mengingat permintaan akan jagung terus meningkat seiring dengan meningkatnya keperluan untuk pangan maupun untuk keperluan pakan ternak dan bahan baku beberapa industri. Hasil pemetaan agro ekologi zone Kalimantan Selatan skala 1:250.000 menunjukkan lahan yang cukup sesuai dan berpotensi untuk tanaman pangan semusim seperti jagung dengan kemiringan lahan < 8% adalah seluas 769.948 ha (20,52% dari luas total Kalimantan Selatan). Luas panen jagung di Kalimantan Selatan tahun 2013 baru mencapai 20.629 ha dengan produktivitas cukup tinggi 5,19 t/ha. Produkasi jagung di Kalimantan Selatan masih memungkinkan untuk ditingkatkan baik melalui perluasan areal tanam, peningkatan indeks pertanaman maupun peningkatan produktivitas. Peningkatan luas tanam jagung masih memungkinkan pada lahan ladang/huma seluas 280.606 dan lahan yang sementara tidak diusahakan seluas 160.731 ha. Pengembangan areal tanaman jagung mempunyai kendala terutama dalam hal persaingan penggunaan lahan dengan komoditas lain, baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan. Peningkatan luas tanam jagung dapat dilakukan dengan meningkatkan indeks pertanaman dalam pola tanam menyesuaikan dengan karakteristik curah hujan. Pemanfaatan lahan diantara tanaman perkebunan yang masih muda juga mempunyai potensi untuk pertanaman jagung. Peningkatan produktivitas jagung di lahan kering Kalimantan Selatan masih memungkinkan dengan teknologi pemupukan yang tepat antara penggunaan pupuk kimia dan pupuk organik, serta penggunaan varietas jagung adaptif dengan potensi hasil tinggi.

Kata kunci : jagung, lahan kering, produktivitas, perluasan areal

Pendahuluan

Kalimantan Selatan mempunyai potensi lahan kering yang cukup luas, yang sesuai untuk tanaman pangan semusim seperti padi gogo, jagung, kedelai, kacang tanah seluas 769.948 ha (20,52%) dengan kemiringan lahan 0-8%, sedangkan lahan kering yang berpotensi untuk tahunan/pangan dengan kemiringan lahan 8-15% adalah seluas 688.032 ha (18,34%) (Mulyani et al., 2013). Lahan kering yang cukup luas di Kalimantan Selatan mempunyai potensi sebagai sumber produksi jagung, mengingat permintaan akan jagung terus meningkat seiring dengan meningkatnya keperluan untuk pangan maupun untuk keperluan pakan ternak dan bahan baku beberapa industri.

Luas panen jagung Indonesia tahun 2013 seluas 3,82 juta ha dengan produksi pipilan mencapai 1,85 juta ton dan produktivitas 4,84 t/ha (BPS, 2014). Untuk memenuhi

(2)

Aidi Noor et al. : Prospek dan kendala lahan kering di Kalimantan Selatan | 324 kebutuhan jagung yang terus meningkat pemerintah Indonesia menargetkan produksi jagung pada tahun 2014 adalah 29,0 juta ton atau meningkat 64% dibandingkan produksi jagung pada tahun 2011. Produksi jagung propinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2013 mencapai 107.043 ton dari luas areal panen 20.629 ha dengan produktivitas rata-rata cukup tinggi yaitu 5,19 t/ha (BPS, 2014). Dari total luas areal panen jagung di Kalimantan Selatan 61,8 % (12.052 ha) terdapat di kabupaten Tanah Laut yang merupakan sentra produksi jagung, rata-rata produktivitas jagung di kabupaten Tanah Laut sudah mencapai 5,6 t/ha (BPS Kalimantan Selatan, 2013) lebih tinggi dari rata-rata produktivitas di Kalimantan Selatan maupun Nasional.

Peningkatan produkasi jagung di Kalimantan Selatan masih memungkinkan untuk ditingkatkan baik melalui perluasan areal tanam, peningkatan indeks pertanaman maupun peningkatan produktivitas. Sebagian besar petani di kabupaten Tanah Laut sudah menggunakan jagung hibrida dengan potensi hasil > 10 t/ha, hal ini menunjukkan dengan teknologi yang tepat produktivitas jagung di lahan kering Kalimantan Selatan masih bisa ditingkatkan. Petani di kabupaten Tanah Laut dalam melakukan pertanaman juga sudah terbiasa menggunakan pupuk organik (kotoran ayam maupun kotoran sapi), pupuk organik diperkirakan dapat mengurangi dosis pemupukan kimia dan juga meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman jagung.

Perkembangan Luas dan Produktivitas Jagung

Luas pertanaman jagung di Kalimantan Selatan selama 10 tahun terakhir cukup berfluktuasi yaitu pada tahun 2002 luas panen jagung baru mencapai 15.491 ha dan tertinggi yang pernah dicapai adalah seluas 22.979 ha pada tahun 2009. Luas panen jagung pada tahun 2012 mencapai 21.723 ha, pada tahun 2013 luas panen jagung mengalami penurunan menjadi sekitar 20.629 ha. Produktivitas jagung di Kalimantan Selatan pada tahun 2004 kebawah hanya mencapai 1,34-2,95 t/ha, tetapi sejak mulai tahun 2005-2007 peningkatan produktivitas meningkat tajam yaitu 3.08-4,54 t/ha, setelah tahun 2010 peningkatan produktivitas mulai melandai dan mencapai hasil tertinggi 5,19 t/ha pada tahun 2013 (Gambar 1).

Sumber : BPS Kal-Sel (2003-2013)

Gambar 1. Luas panen dan produktivitas jagung Kalmantan Selatan 2002-2013

1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50 3.000 6.000 9.000 12.000 15.000 18.000 21.000 24.000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Pr o d u kti vi tas (t/ h a) Lu as pa n e n ( h a) Tahun

(3)

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 325 Peningkatan produktivitas jagung sejak mulai tahun 2006 karena petani mulai mengenal jagung hibrida dengan potensi hasil tinggi, sebelimnya petani hanya menanam jagung non hibrida atau jagung lokal dengan potensi hasil masih rendah. Selain itu petani juga mulai menggunakan pupuk organik dan pupuk kimia, sehingga produktivitas jagung terus meningkat.

Pertanaman jagung di Kalimantan Selatan tersebar di 11 kabupaten, dari luas panen jagung Kaimantan Selatan 21.723 ha pada tahun 2012, Kabupaten Tanah Laut merupakan kabupaten dengan luas panen jagung terluas yaitu 14.034 ha (64,6%), kemudian diikuti oleh Kabupaten Kotabaru seluas 3.722 ha (17,1%), sedangkan kabupaten lainnya hanya berkisar antara 127-802 ha (Gambar 2).

Sumber : BPS Kal-Sel (2013)

Gambar 2. Luas panen jagung di masing-masing kabupaten, Kalimantan Selatan tahun 2012

Kabupaten Tanah Laut dan Kotabaru selain mempunyai pertanaman jagung terluas, juga mempunyai produktivitas jagung yang lebih tinggi dari kabupaten lainnya. Pada tahun 2012 produktivitas jagung di kabupaten Tanah Laut dan Kotabaru adalah 5,5 t/ha lebih tinggi dari rata-rata propinsi (5,16 t/ha), sedangkan kabupaten lainnya hanya berkisar antara 3,0-4,6 t/ha (Gambar 3). [VALUE](64.6%) [VALUE](17.1%) 574 127 315 [VALUE](3.7%) 460 217 530 593 349 21.723 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 18.000 20.000 22.000 Lu as Panen Jag u n g ( H a)

(4)

Aidi Noor et al. : Prospek dan kendala lahan kering di Kalimantan Selatan | 326 Sumber : BPS Kal-Sel (2013)

Gambar 3. Produktivitas jagung jagung kalsel 2012

Perkembangan luas panen jagung di kedua Kabupaten Tanah Laut dan Kotabaru pada 5 tahun terakhir menunjukkan pertambahan luas tanam atau panen jagung memang tidak begitu meningkat bahkan ada kecenderungan menurun pada tahun-tahun tertentu. Pada kabupaten Tanah Laut luas panen jagung sejak tahun 2008-2012 berkisar antara 12.052-14.034 ha dengan luas panen mengalami penurunan cukup luas terjadi pada tahun 2011 (sekitar 2.000 ha) dari tahun sebelumnya. Pada kabupaten Kota Baru selama 5 tahun tarakhir berkisar antara 3.658-4.355 ha. Produktivitas jagung tahun 2008-2012 Kabupaten Tanah Laut berkisar antara 5,20-5,69 t/ha, sedangkan Kota Baru berkisar antara 4,78-5,66 t/ha (Gambar 4).

Sumber : BPS Kalsel (2009-2013)

Gambar 4. Luas panen dan produktivitas jagung di kabupaten Tanah Laut dan Kota Baru tahun 2008-2012. 5,5 5,5 4,1 3,2 4,6 3,7 3,5 3,1 3,0 3,7 3,1 5,16 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 Pr o d u kti vi tas (t/ h a) Kabupaten-Kalimantan Selatan 13.884 14.982 14.215 12.052 14.034 3.913 4.355 4.248 3.658 3.722 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50 6,00 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 Pr o d u kti vi tas (t/ h a Lu as pa n e n ( h a)

Tanah Laut Kota Baru

(5)

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 327

Potensi Lahan Kering

Kalimantan Selatan mempunyai potensi lahan kering yang cukup luas yaitu sekitar 3 juta ha dan lahan basah sekitar 0,75 juta. Lahan kering di Kalimantan Selatan berdasarkan penggunaannya lebih banyak diusahakan untuk tanaman tahunan seluas 706.318 ha (18,8%), sedangkan tegalan/ladang/huma yang biasanya digunakan untuk tanaman semusim seperti jagung, padi gogo, jenis kacang-kacangan, sayuran dan lain-lainnya sekitar 370.687 ha (9,9%). Luas pertanaman jagung baru mencapai sekitar 21 ribu ha, pengembangan jagung masih memungkinkan pada lahan tegalan/ladang ini, selain itu masih ada lahan kering yang belum diusahakan/dimanfaatkan seluas 167.108 ha (4,5%) (BPS Kal-Sel, 2012).

Walaupun lahan kering datar dengan kelerengan <8% yang berpotensi untuk tanaman panagan sebenarnya cukup luas, namun lahan-lahan tersebut sebagian telah ditanami tanaman tahunan/perkebunan. Peningkatan luas tanaman perkebunan seperti karet dan sawit di Kalimantan Selatan cukup cepat. Tanaman perkebunan karet dan sawit yang masih muda (umur <4 tahun) sebenarnya juga bisa dimanfaatkan untuk pertanaman jagung sebagai tanaman sela.

Tabel 1. Penggunaan lahan di Kalimantan Selatan tahun 2011

Tipe penggunaan lahan Luas (Ha) %

- Sawah diusahakan 456,246 12.2

- Sawah sementara tidak diusahakan 207,212 5.5

- Tegalan/kebun 258,791 6.9 - Ladang/huma 111,896 3.0 - Perkebunan 706,318 18.8 - Hutan rakyat 216,892 5.8 - Tambak 14,181 0.4 - Kolam/Tabat/Empang 5,424 0.1

- Padang penggembalaan rumput 182,596 4.9

- Lahan kering sementara tidak diusahakan 167,108 4.5 - Lahan untuk rumah, bangunan dan halaman sekitarnya 144,478 3.9

- Rawa-rawa (tidak ditanami) 111,934 3.0

- Hutan negara 921,596 24.6

- Lainnya (jalan, sungai, danau, lahan tandus) 247,665 6.6

TOTAL 3,752,337 100

Sumber : Penggunaan lahan Kalimantan Selatan tahun 2011 (BPS Kal-Sel, 2012)

Selain lahan yang masih cukup luas, untuk pertanaman jagung di Kalimantan Selatan didukung oleh curah hujan yang cukup tinggi dan memungkinkan untuk tanam 2 kali setahun. Data rata-rata 5 tahun terakhir menunjukkan jumlah curah hujan di Kalimantan Selatan tergolong cukup tinggi yaitu 2.767 mm/tahun, dengan rata-rata curah hujan 230 mm/bulan. Bulan-bulan basah (curah hujan ≥ 200 ml) terjadi selama 6 bulan mulai bulan Nopember sampai dengan April, sedangkan bulan dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni-September (Gambar 5).

(6)

Aidi Noor et al. : Prospek dan kendala lahan kering di Kalimantan Selatan | 328 Gambar 5. Rata-rata curah hujan bulan Kalimantan Selatan 5 tahun terakhir

(2008-2012)

Kendala Usahatani Jagung di Lahan Kering

Lahan kering di Kalimantan Selatan merupakan salah satu agroekosistem yang memiliki potensi cukup besar untuk pengembangan produksi pertanian seperti jagung Dalam pemanfaatan lahan ini, kendala utama yang dihadapi adalah rendahnya kesuburan tanah, kemasaman tanah, kandungan bahan organik rendah, dan distribusi curah hujan yang tidak merata sehingga kadang-kadang tidak tersedianya air yang cukup, dan pada curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan erosis tanah pada lahan-lahan yang berlereng. Bahan organik dan beberapa unsur hara tanah yang rendah, tingginya kemasaman dan unsur meracun Al-dd merupakan salah satu kendala dalam meningkatkan produktivitas jagung di lahan kering Kalimantan Selatan. Karakteristik tanah lahan kering di Kalimantan Selatan dapat dilihat pada Tabel berikut ini (Tabel 2).

Pengelolaan kesuburan tanah merupakan hal yang penting dalam usahatani di lahan kering, yang meliputi tidak saja peningkatan kesuburan kimiawi, tetapi juga kesuburan fisik dan biologi tanah. Salah satu teknologi pengelolaan kesuburan tanah yang penting adalah pemupukan berimbang, yang mampu memantapkan produktivitas tanah pada level yang tinggi. Penggunaan pupuk anorganik yang tidak tepat, misalnya takaran tidak seimbang, serta waktu pemberian dan penempatan pupuk yang salah, dapat mengakibatkan kehilangan unsur hara sehingga respons tanaman menurun. Di samping pemupukan, pengapuran juga penting untuk meningkatkan produktivitas tanah masam, antara lain untuk mengurangi keracunan aluminium Al pada tanaman yang peka terhadap kadar Al tinggi (Santoso dan Sofyan, 2005). 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 C u rah H u jan ( mm) Bulan

(7)

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 329 Tabel 2. Karakteritik tanah lahan kering di Kalimantan Selatan

Sifat Tanah Batu Ampar Tanah

Laut 1) Sungai Loban Tanah Bumbu 2) pH 5.02 4,50 C. Organik (%) 1.86 1,65 N total (%) 0.19 0,18 P Bray I (ppm P 2O5) 3.40 4,53 P total (mg/100g P 2O5) 5.80 8,46 K total (mg/100 g K 2O) 10.18 - Ca 0.35 0,23 Mg 0.41 0,13 K 0.08 0,18 Na 0.25 0,06 Al-dd (me/100 g) 2.02 1,20 KTK (me/100 g) 20.15 7,50 Tekstur (%): Liat 49.47 26,15 Debu 28.82 40,58 Pasir 21.71 26,15

Sumber : 1 )Noor et al. (2013), 2) Ningsih et al. (1999)

Penerapan teknologi pemupukan organik juga sangat penting dalam pengelolaan kesuburan tanah di lahan kering. Pupuk organik dapat bersumber dari sisa panen, pupuk kandang, kompos atau sumber bahan organik lainnya. Selain menyumbang pupuk anorganik, seperti unsur hara mikro, pupuk organik juga penting untuk memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Lahan kering akan mampu menyediakan air dan hara yang cukup bagi tanaman bila struktur tanahnya baik sehingga mendukung peningkatan efisiensi pemupukan. Hasil-hasil penelitian di lahan kering menunjukkan bahwa penggunaan bahan organik seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan limbah panen dapat meningkatkan hasil tanaman pangan, mengurangi penggunaan pupuk N, P, K dan meningkatkan efisiensinya (Karama, 1990; Badan Litbang Pertanian, 1996; Ningsih dan Noor, 1997). Menurut Santoso (1996) bahan organik juga dapat menstimulasi pertumbuhan akar dan selanjutnya menyebabkan pengambilan P lebih besar.

Kendala pengembangan jagung di Kalimantan Selatan selain masalah kondisi kualitas lahan, juga masalah kompetisi dengan komoditas lain baik tanaman semusim lainnya maupun dengan tanaman perkebunan. Sebagian tanaman perkebunan yang seharusnya ditanam pada lahan dengan kelerengan > 8 % ditanami juga pada lahan-lahan dengan kemiringan < 8% yang sebenarnya sesuai untuk tanaman semusim seperti jagung. Peningkatan perkembangan tanaman perkebunan di Kalimantan Selatan cukup cepat dibandingkan tanaman pangan, hal ini juga berhubungan dengan nilai ekonomis tanaman perkebunan yang lebih tinggi dari komoditas jagung. Luas areal tanaman karet pada tahun 2005 seluas 173.256 ha meningkat menjadi 249.016 ha pada tahun 2012, sedangkan tanaman sawit pada tahun 2006 seluas 173.392 ha meningkat menjadi 358.190 ha

(8)

Aidi Noor et al. : Prospek dan kendala lahan kering di Kalimantan Selatan | 330

pada tahun 2012. Selama kurun waktu 8 tahun karet meningkat seluas 75.760 ha dan sawit meningkat seluas 184.798 ha (Gambar 6)

Sumber : BPS Kal-Sel (2006-2013)

Gambar 6. Perkembangan luas areal tanam tanaman karet dan sawit di Kalimantan Selatan tahun 2005-2012

Peluang Peningkatan Produksi Jagung

Produksi jagung di Kalimantan Selatan tahun 2013 sebesar 107.043 ton (BPS, 2014) masih memungkinkan untuk ditingkatkan, baik melalui peningkatan luas areal tanam, peningkatan intensitas tanam, maupun peningkatan produktivitas.

Peningkatan produktivitas jagung di lahan kering berhubungan erat dengan perbaikan kualitas tanah seperti pemupukan dan penggunaan bahan amelioran. Penambahan pupuk dalam usaha pertanian merupakan salah satu input produksi yang menentukan dalam peningkatan poduktivitas tanaman, terutama pada lahan-lahan marginal dengan kandungan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang relatif rendah. Pupuk adalah bahan yang yang mengandung satu atau lebih unsur hara tanaman yang jika diberikan ke pertanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Sedangkan pemupukan adalah pemberian pupuk ke pertanaman dalam jumlah yang rasional guna meningkatkan hasil panen dan atau keuntungan usahatani (Taslim et al., 1993). Hasil penelitian Purnomo et al. (2007) menunjukkan pemupukan fosfat dengan dosis 20 kg P (TSP) pada tanah Ultisol meningkatkan hasil tongkol jagung dari 5,04 t/ha (tanpa dipupuk P) menjadi 9,89 t/ha. Peningkatan dosis pupuk fosfat menjadi 40-80 kg P/ha tidak meningkatkan hasil jagung secara nyata.

Penggunaan pupuk secara rasional dan berimbang adalah salah satu faktor kunci untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian, khususnya di daerah tropika dimana tersedianya unsur hara yang cukup merupakan salah satu faktor pembatas. Penggunaan pupuk secara rasional dan berimbang harus memperhatikan kadar unsur hara di dalam tanah, jenis dan mutu pupuk, dan keadaan pedo-agroklimat serta

0 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000 350.000 400.000 2005 2006 2007 2.008 2.009 2010 2011 2012 Lu as (h a) Tahun

Karet

Sawit

(9)

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 331 produksi optimal. Pendekatan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan menguntungkan jika rekomendasi pemupukan dilandasi oleh kegiatan uji tanah (analisis tanah) (Tim Uji Tanah, 1999). Secara umum uji tanah adalah suatu kegiatan analisis kimia yang sederhana, cepat, murah, tepat dan dapat diulangi untuk menduga ketersediaan unsur hara tertentu dalam tanah, apakah dalam keadaan kahat, normal, atau berlebih sehingga dapat digunakan sebagai dasar rekomendasi pemupukan. Disamping itu uji tanah dapat pula digunakan dalam usaha mencegah dan memantau pencemaran lingkungan misalnya oleh tindakan pemupukan yang tidak tepat (Rochayati et al., 2000).

Tingkat ketersediaan hara dalam tanah mencerminkan tingkat kesuburan tanah dan berkorelasi sangat positif dengan hasil tanaman. Makin tinggi kesuburan tanah akan makin rendah pupuk yang diberikan dan bahkan tidak perlu lagi penambahan pupuk (Suyamto 2010). Hasil penelitian uji tanah yang telah dilakukan oleh Syafruddin (2008) pada lahan kering tanah Inceptisol diperoleh dosis pupuk P optimum untuk tanaman jagung dikelompokkan menjadi tiga kelompok masing masing terdiri atas status hara P tanah rendah membutuhkan pupuk sebanyak 76 kg P2O5/ha, status hara P tanah sedang membutuhkan pupuk sebanyak 41 kg P2O5/ha, dan status hara P tinggi hingga sangat tinggi tidak membutuhkan pupuk P.

Pemberian bahan organik selain pupuk kimia di lahan kering dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung. Hasil penelitian Supryono et al. (1998) pada tanah Ultisol di Bumi Asih Kalimantan Selatan, pemberian pupuk kandang sampai takaran 10 t/ha dapat meningkatkan hasil jagung dari 0,76 t/ha menjadi 3,47 t/ha pipilan kering. Inkubasi TSP dengan menggunakan kotoran sapi dapat meningkatkan efisiensi penyerapan P dan hasil jagung (Yasin et al., 1997). Pemberian kotoran ayam 5 t/ha + 50 kg TSP memberikan serapan hara N, P, dan K yang sama baiknya dengan pemberian 100 kg TSP tanpa pupuk kandang (Djamaluddin, 1995). Hasil penelitian Akil (2011) menunjukkan pemupukan yang rasional untuk tanaman jagung pada tanah Inceptisol Endoaquepts di Kalaserena, Gowa, adalah 225 kg N dan 36 kgP2O5/ha dengan hasil biji 11,52 t/ha dan keuntungan Rp. 17.243.500 dengan B/C rasio sebesar 5,94.

Peningkatan produktivitas jagung di Kalimantan Selatan dapat dilakukan dengan perbaikan kesuburan tanah dan penggunaan varietas unggul adaptif berdaya hasil tinggi. Produktivitas jagung di Kalimantan Selatan pada tahun 2013 mencapai 5,19 t/ha masih memungkinkan untuk ditingkatkan, karena potensi hasil jagung yang ada sekarang ini mencapai > 10 t/ha (Tabel 3).

Beberapa varietas jagung hibirida yang telah dilepas mempunyai umur genjah, sehingga penggunaan varietas ini dapat ditanam 2-3 kali setahun di lahan kering Kalimantan Selatan. Hasil penelitian analisis neraca air untuk tanaman jagung di lahan kering menunjukkan beberapa lokasi di lahan kering kabupaten Tanah Laut dapat ditanami jagung 2-3 kali dengan ketersediaan air yang cukup untuk tanaman jagung sampai panen. Hasil analisis air menunjukkan kecamatan Panyipatan dapat ditanami jagung 3 kali setahun, sedangkan kecamatan Pelaihari dan Batu Ampar dapat ditanami jagung 2 kali setahun (Noor et al., 2007).

Beberapa varietas jagung yang ada juga pada saat panen daunnya masih hijau sehingga dapat dimanfaatkan oleh petani sebagai pakan ternak sapi. Pengembangan jagung di lahan kering perlu mengintegrasikan dengan pengembangan ternak sapi, sehingga pengelolaan jagung dan ternak sapi menjadi lebih efisien dan menguntungkan bagi petani. Sisa brangkasan jagung bermanfaat untuk pakan ternak, sedangkan kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk jagung.

(10)

Aidi Noor et al. : Prospek dan kendala lahan kering di Kalimantan Selatan | 332 Tabel 3. Varietas jagung dengan potensi hasil tinggi

No. Nama Varietas Umur panen (hari) Potensi hasil (t/ha) Tahun dilepas Keterangan 1. Bima-2 Bantimurung

100 11 2007 Agak toleran bulai, daun dapat dimanfaatkan untuk pakan, beradaptasi baik di lahan sub-optimal

2. Bima-3 Bantimurung

100 10 2007 Toleran bulai, beradaptasi baik di lahan sub-optimal

3. Bima-5 103 11.09 2008 Agak peka bulai, daun dapat dimanfaatkan untuk pakan 4. Bima-6 104 10.6 2008 Agak peka bulai, daun dapat

dimanfaatkan untuk pakan, beradaptasi baik di lahan sub-optimal

5. Bima-7 89 12,1 2010 Umur genjah, agak toleran bulai

6. Bima-8 88 11.7 2010

Umur genjah, toleran bulai, daun dapat dimanfaatkan untuk pakan

7. Bima-9 95 13.4 2010 Umur genjah, toleran bulai

8. Bima-10 100 13.1 2010 Agak peka bulai

9. Bima-11 94 13,2 2010 Umur genjah, sangat peka bulai 10. Bima-14

Batara 95 12.9 2011 Tahan bulai

11 P31 109 13.9 2010

Tahan bulai, beradaptasi baik di lahan dengan kesuburan optimal

12. P28 120 11.1 2010

Tahan busuk tongkol, beradaptasi baik di lahan marginal

13 Bisi-18 100 12 2004 Tahan penyakit karat daun 14 Bisi-15 99 12.8 2001 Tahan bulai, baik ditanam pada

musim hujan dan kemarau 15. NK-82 92 11.09 2004 Umur genjah, tahan karat daun Sumber : Aqil et al. (2012)

(11)

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 333

Kesimpulan

1. Produksi jagung di Kalimantan Selatan masih memungkinkan untuk ditingkatkan baik melalui perluasan areal tanam, peningkatan indeks pertanaman maupun peningkatan produktivitas.

2. Peningkatan luas tanam jagung dapat dilakukan pada lahan ladang/huma seluas 280.606 dan lahan yang sementara tidak diusahakan seluas 160.731 ha ataupun di lahan tanaman perkebunan yang masih muda sebagai tanaman sela.

3. Peningkatan produktivitas jagung dapat dilakukan dengan pendekatan PTT jagung (teknologi pemupukan, varietas jagung dengan potensi hasil tinggi)

Daftar Pustaka

Badan Litbang Pertanian. 1996. Efisiensi penggunaan pupuk dalam strategi peningkatan produksi menuju pertanian tangguh. Dalam : prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Pupuk, Di Cipayung, 16-17 Nopember 1987. Badan Litbang Pertanian. Puslittanak. Bogor.

BPS Kal-Sel. 2003-2013. Kalimantan Selatan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru.

BPS. 2014. Statistik Pertanian. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Djamaluddin. 1985. Pemberian pupuk kandang dan fosfat serta pengaruh residualnya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) di daerah transmigrasi Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Disertasi Doktor pada Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 200p

Santoso, D. 1996. Development of phosphorus fertilizers use on acid soils in Indonesia. In. Nutrient Management for Sustainable Food Production in Asia. International Conference in Asia, at December 9-12, 1996, Bali, Indonesia. Agency for Agricultural Research and Development (AARD). Ministry of Agriculture-Republic of Indonesia.

Santoso, D. dan A. Sofyan. 2005. Pengelolaan hara tanaman pada lahan kering. hlm. 73−100. Dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering: Menuju pertanian produktif dan ramah lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Karama, A.S. 1990. Penggunaan pupuk organik dalam produksi pertanian. Makalah disampaikan pada Seminar Puslitbangtan tanggal 4 Agustus 1990. Bogor.

Mulyani, A., M. Yasin, A. Noor, dan L. Amalia. 2013. Peta zona agroekologi provinsi Kalimantan Selatan skala 1:250.000. Edisi 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.

(12)

Aidi Noor et al. : Prospek dan kendala lahan kering di Kalimantan Selatan | 334 Ningsih, R.D. dan A. Noor. 1997. Pengaruh pemberian bahan organik dan Nitrogen

terhadap pertumbuhan an hasil padi gogo di lahan kering beriklim basah. Dalam: prosiding Seminar Regional Pengkajian Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kendari. Badan Litbang Pertanian.

Ningsih, R.D., B. Prayudi, Norginayuwati, D. Ismadi Saderi, A. Noor, Murwati, dan A. Ibrahim. 1999. Pengkajian Sistem Usaha Pertanian di Kalimantan Selatan. Laporan Akhir Hasil Pengkajian T. A. 1998/99. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Banjarbaru.

Noor, A. , R.D. Ningsih dan N. Pudjilestari. 2007. Potensi waktu tanam jagung berdasarkan analisis neraca air di lahan kering kabupaten Tanah Laut. Dalam. Prosiding Seminar Nasional Lahan Kering dan Lahan Rawa. Badan Litbang Pertanian.

Rochayati, S., D. Setyorini, dan A. Kasno. 2000. Rekomendasi Pupuk Berdasarkan Taraf Kecukupan Hara (Sufficiency Level). Pembinaan Pengembangan Program Uji Tanah, Ciawi, 25 September - 21 Oktober 2000.

Tim Uji Tanah. 1999. Laporan Kegiatan Pemantapan Program Uji Tanah dan Analisis Tanaman di BPTP. Kerjasama Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat dengan ARMP-II- Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Taslim, H., S. Partohardjono, dan Subandi. 1993. Pemupukan padi Sawah. Dalam. Ismunadji et al. Buku 2 : Padi. Badan Litbang Pertanian. Puslitbangtan.

Akil, M. 2011. Pemupukan rasional pada tanaman jagung hibrida pada Inceptisol Endoaquepts. Dalam. Prosiding Seminar Nasional Serealia 2011. Balai Penelitian Jagung dan Serealia, Maros. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Purnomo, J., A. Kasno, dan D. Setyorini. 2007. Pengaruh pemberian pupuk TSP terhadap

produksi jagung dan kadar P dalam tanah Ultisol Lampung Utara. Dalam. Prosiding Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung Hari Pangan Sedunia 2007. Bandar Lampung, 25-26 Oktober 2007. Buku I : Teknologi Padi dan Palawija. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian.

Supriyo, A., R. Sutanto, dan S. Raihan. 1998. Pengelolaan bahan organik untuk keberlanjutan produktivitas tumpang gilir jagung-kacang tanah pada lahan kering masam. Dalam. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Balitjas. Maros. p:412-423.

Suyamto. 2010. Strategi dan implementasi pemupukan rasional spesifik lokasi. Pengembangan Inovasi Pertanian. 3(4):306-318. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Yasin, S., Yulanafatmawati, dan N. Hakim. 1997. Teknologi inkubasi TSP dengan pupuk kandang untuk meningkatkan efisiensi pemupukan jagung pada tanah masam. Stigma. V:129-135.

Syafruddin. 2008. Rekomendasi pemupukan P untuk tanaman jagung pada tanah Inceptisols menggunakan pendekatan uji tanah. J.Tanah Trop. Vol. 13. No. 2: 95-102

Gambar

Gambar 1.  Luas panen dan produktivitas jagung Kalmantan Selatan 2002-2013 1,001,502,002,503,003,504,004,505,005,50  3.000 6.000 9.000 12.000 15.000 18.000 21.000 24.0002002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013Produktivitas (t/ha)
Gambar 2.  Luas panen jagung  di masing-masing kabupaten, Kalimantan Selatan tahun   2012
Gambar  4. Luas panen dan produktivitas jagung di kabupaten Tanah Laut dan Kota  Baru tahun 2008-2012
Gambar 6.  Perkembangan luas areal tanam tanaman karet dan sawit di  Kalimantan Selatan tahun 2005-2012

Referensi

Dokumen terkait

Metode sterilisasi yang umum digunakan secara rutin di laboratorium mikrobiologi adalah dengan menggunakan panas, metode sterilisasi dengan menggunakan panas dibagi menjadi

Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats). Analisis SWOT diawali dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi terhadap faktor lingkungan strategis,

Cara pengisian adalah dengan mengklik tombol kanan mouse pada kolom 11 dan dari popup menu yang muncul, pilihlah funsgi ”Pilih Kelurahan” dan sebuah form akan

Berdasarkan hasil penelitian di ketahui bahwa upaya yang dilakukan oleh Pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) dalam mengatasi hambatan saat implementasi Program

Berdasarkan kerangka berfikir tersebut dapat ditarik hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran snowball throwing

7 Tahun 1989 dalam Pasal 4 ayat (2) menyatakan bahwa perkara antara orang-orang yang beragama Islam dibidang kewarisan yang juga berkaitan dengan masalah pilihan

Berdasarkan sebaran ukuran koloni, di sisi selatan memperlihatkan laju rekruitmen yang tinggi dimana populasi didominasi atas juvenil karang berukuran &lt;10 cm..

Karbohidrat netral terdistribusi pada kelenjar esofagus dengan reaksi positif kuat sedangkan lamina epitel serta jaringan ikat longgar di lamina propria dengan reaksi