111.
METODE
KAJIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Pembangunan hutan tanaman industri yang terintegrasi dengan industri merupakan konsep pembangunan untuk mewujudkan pengelolaan hutan produksi yang lestari, baik dalam perspektif ekonomi, ekologi dan sosial. Untuk mencapai hasil yang optimal, pembangunan HTI membutuhkan berbagai kondisional yang akan menjadi prakondisi bagi kelayakan sebuah pembangunan HTI. Pertama, kelayakan HTI harus dipandang dalam perspektif teritoriltata ruang dimana HTI akan memperoleh subsidi silang dari sektor lain yang lebih profitable. Kedua,
pembangunan HTI harus dipandang sebagai usaha agribisnis dan merupakan bagian integral dan satu kesatuan industri perkayuan yang akan didirikan. Ketiga, landsekap dan teknis operasional harus memperhatikan aspek ekonomi, ekologi, dan sosial budaya. Keempat, pemerintah (Pusat, Provinsi, dan Kabupaten) harus mampu menciptakan lingkungan strategis yang kondusif dalam mendukung pembangunan HTI (Iskandar dkk, 3003).
Pulp merupakan komoditas salah satu primadona baru dalam perdagangan produk-produk hasil industri kehutanan Indonesia. Nilainya terus meningkat seiring dengan semakin pesatnya perkembangan kebutuhan di berbagai kawasan dunia, termasuk pasar pulp di Asia Timur yang didominasi oleh pasar China. Indonesia berpotensi menguasai pasar pulp dan kertas dunia, asal industri pulp mampu meningkatkan kualitas dan sanggup memenuhi permintaan pasar secara kompetitif baik dari segi harga, kualitas maupun ketepatan penyerahannya (Iskandar, 2005). Oleh karena itu kebijakan pengembangan industri pulp harus dapat diintegrasikan secara baik dengan pembangunan HTI Pulp melalui pendekatan wilayah pengembangan kawasan hutan tanaman industri yang didukung oleh kerjasama kelembagaan dalam sistem agribisnis yang terpadu. Bertitik tolak dari pemikiran tersebut dan menghadapi otonomi daerah, maka perlu dirumuskan strategi pengembangan industri pulp di Kabupaten Pelalawan yang berbasis pada hutan tanaman industri pulp pada kawasan sentra produksi hutan tanaman industri. Kerangka pemikiran logis tersebut dapat digambarkan dalam suatu bagan seperti pada Gambar 2.
- Devisa
- Nilai Tambah PDB (PDRB)-
Tenaga Kerja Jenis Alternatifl + - 4
Kelayckan SilvikulturL
tidakI
ya Jenis terpilih Kebutuhan Lahan 1 8 I I I Kelayakan Lokasi+I
yaI
tidak I II
Analisis Kelavrkan UsahaI
I I I Perancangan I Program Stratej ik I I I I I I
Kondisi Industri Pulp yang diharapkan :
-
Kelestarian suplai bahan baku kayu HTI-
Tidak ada illegal logging-
Meningkatnya fungsi ekonomi, ekologi dan sosial.Gambar 2. Kerangka Pemikiran Konseptual Pengembangan Industri Pulp Berbasis Hutan Tanaman Industri di Kabupaten Pelalawan
Ketika suatu proyek investasi atau suatu kebijakan yang mengarahkan suatu investasi disusun, pengambil keputusan mengarahkannya kepada suatu tujuan yang khusus, contohnya suatu perusahaan mengharapkan manfaat maksimal, dan pemerintah menginvestasikan uang masyarakat untuk mencapai tujuan sosial-ekonomi secara khusus yakni peningkatan kemakmuran masyarakat. Setiap kebijakan program atau keputusan ekonomi harus dikaji dalaln rangka melihat pengaruh-pengaruh yang ada. Suatu kebijakan atau keputusan investasi yang ada dapat memberikan dampak dan efek berlawman pada kelompok yang berbeda. Suatu aksi dapat memberikan peningkatkan kemakmuran bagi beberapa, namun mengurangi dari yang lain; atau dapat meningkatkan konsumsi dari penduduk (kemakmuran) namun meningkatkan polusi untuk negara.
Teori ekonomi menyarankan untuk menambahkan semua keuntungan dari semua pihak yang berada pada situasi lebih baik, dan semua kerugian dari pihak yang berada pada situasi yang parah. Apabila yang dihasilkan adalah keuntungan bersih, maka kebijakan atau aksi harus dilakukan atau sebaliknya. Konsekuensinya, kita menganalisa manfaat ekonomi yang diakibatkan oleh produksi dan biaya ekonomi dari input dan faktor-faktor yang digunakan.
3.2. Metode Kajian 3.2.1. Lokasi Kajian
Sesuai dengan topik penelitian yang telah ditetapkan yaitu industri pulp, maka wilayah otonomi yang dijadikan lokasi kajian adalah Kabupaten Pelalawan, karena daerah ini mempunyai industri pulp dan kertas terbesar di Riau.
3.2.2. Sasaran Kajian
Untuk lebih mengarahkan pelaksanaan kajian sehingga tujuan kajian dapat dicapai, dirumuskan beberapa hipotesis operasional (sasaran kajian), yaitu:
1. Pembangunan industri pulp harus berbasis pada hutan tanaman industri dengan dukungan bahan baku yang lestari.
2. Industri pulp yang terintegrasi dengan hutan tanaman industri akan memberikan kelayakan usaha yang lebih optimal secara ekonomi, ekologi, dan sosial.
3. Industri pulp dan kertas mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Penerimaan Pemerintah dan Pemerintah Daerah, serta pembangunan fasilitas umum di sekitar lokasi pabrik.
4. Industri pulp mernberikan dampak terhadap kesempatan kerja dan perubahan pendapatan masyarakat serta pendapatan regional Kabupaten Pelalawan. 3.2.3. Metode Pengui~lpulan Data
Data yang digunakan dalarn penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder dihimpun melalui Badan/Dinas/Instansi di tingkat Pusat, Provinsi, dan kabupaten yang berhubungan dengan kajian serta dari PT. Riau Andalan Pulp and Paper.
Di dalam menilai kelayakan proyek Pembangunan Industri Pulp dan Hutan Tanaman Industri dapat digunakan dua pendekatan sebagai berikut. Pertarna, dengan cara membandingkan antara keadaan sebelum dan sesudah
pelaksanaan proyek (before and after project). Kedua, dengan cara
mernbandingkan keadaan dengan proyek dan keadaan tanpa proyek (with and without project). Dalam kajian ini digunakan cara kedua yaitu membandingkan keadaan dengan proyek dan tanpa proyek, karena pada dasarnya analisis proyek mencoba untuk menentukan dan menilai biaya-biaya dan manfaat yang akan timbul dengan adanja proyek dan rnembandingkannya dengan keadaan tanpa proyek. Jadi dalam ha1 ini, tambahan manfaat netto yang muncul dari investasi proyek yang diperhitungkan dalam rnenilai kelayakan proyek.
Untuk analisis kelayakan proyek, data yang dikumpulkan meliputi data dengan proyek dan data tanpa proyek.
a. Data dengan proyek, terdiri dari :
1) Komponen biaya (cost) pembangunan hutan tanaman industri, meliputi :
a) Biaya perencanaan b) Biaya penanaman
c) Biaya pemeliharaan I, 11,111, lanjutan I, lanjutan I1 d) Biaya pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan e) Fiaya kewajiban kepada Negara
f) Biaya kewajiban teri~adap lingkungan sosial g) Biaya sarana dan prasarana
h) Biaya pemanenan
i) Biaya Administrasi dan Umum
2) Komponen penerimaan (revenue) pembangunan hutan tanaman industri,
meliputi :
a) Kayu tanaman pokok
b j Kayu tanaman uilggulan setellipat
3) Komponen biaya (cost) pembangunan industri pulp, meliputi :
a) Biaya Tetap, terdiri dari :
(1) Investasi (2) Penyusutan
(3) Pajak Bumi dan Bangunan (4) Sewa Tanah
(5) Overhead (6) Pajak Alat Berat.
b) Biaya Variabel, terdiri dari :
(1) Bahan baku kayu (2) Bahan kimia (penolong) (3) Energi
(4) Transportasi (5) Buruh langsung
4) Komponen penerimaan (revenue) pembangunan industri pulp, meliputi :
a) Penjualan pillp b. Data tanpa proyek
Merupakan manfaat (benefit) yang diterima tanpa adanya proyek. Tanpa adanya proyek tidak ada biaya dan manfaat bagi perusahaan.
Selain data tersebut diatas, kajian ini juga ditunjang dengan data sekunder yang meliputi :
a. Gambaran umum daerah kajian seperti : keadaan zeografis, pemerintahan
daerah, potensi sumberdaya hutan, dan keadaan sosial ekonomi b. Data lain yang diperlukan bagi penyusunan laporan akhir.
3.2.4. Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah secara manual dan komputasi dengan program Microsoft Excel. Data akan disajikan dalam bentuk tabulasi untuk memudahkan di dalam mengolah dan menganalisis data. Dalam analisis proyek, biaya dan manfaat yang dihitung adalah incrementul cost dan increnlental benefit yang timbul karena adanya proyek, yaitu tambahan biaya dan tambahan manfaat dari proyek. Pada analisis finansial semua mxfaat atau biaya transfer dirnzsukkan dalam perhitungarz dan harga yang digunakan adalah harga yang berlaku setempat (market price).
Untuk tercapainya sasaran kajian, maka analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai penyerapan tenaga kerja, jenis penggunaan bahan baku, produksi dan proses produksi, besarnya pungutan terhadap industri pulp dan kertas, kapasitas produksi industri pulp dan kertas, eksternalitas positif yang terjadi di sekitar lokasi industri, dan a~slisis SWOT serta hal-ha1 lain yang tidak bisa dijelaskan secara kuantitatif.
a. Analisis Kelayakan Proyek
Analisis terhadap kelayakan proyek (kelayakan usaha) dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan kriteria kelayakan proyek berupa NPV, Net BCR dan IRR dengan rumusan matematik sebagai berikut :
I ) Net Present Value (NPV)
Net Present Value dapat diartikan sebagai selisih antara Present Value dari Penerimaan dan Present Value dari Biaya.
B" - C,,
NPV =
C
...
n=o (1
+
i)" (1)dimana :
B, = Benefit Proyek pada tahun ke- n
C, = Biaya Proyek pada tahun ke- n
i = Tingkat diskonto yang berlaku (persen)
2) Net Benefit Cost Ratio @let B/C)
Net B/C merupakan perbandingan antara Present Value total benefit yang positif (sebagai pembilang) dengan Present Value total yang negatif (sebagai penyebut). k
C
Bn-
C,/ (1+
i)"O n=O Net B/C =...
...
k ( 2 ) C B , , - C n / ( l +i)"<O
n=O dimana : B,-
C, = Benefit bersih,1 = suku bunga yang berlaku
3) Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan suku bunga atau diskonto yang membuat NPV proyek
sama dengan nol. IRR dapat dianggap sebagai tingkat keuntilngan atas investasi bersih dari suatu proyek.
Kriteria kelayakan pengusahaan hutan tanaman industri dan industri pulp dianggap layak apabila : NPV lebih besar dari no1 (positif), Net BIC lebih besar dari 1 (>I) dan IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku.
b. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats).
Analisis SWOT diawali dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi terhadap faktor lingkungan strategis, yang meliputi faktor eksternal dan faktor internal. Analisis Eksternal ciilakukan secara deskriftif terhadap faktor-faktor strategis eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman dalam pengembangan industri pulp yang berbasis pada hutan tanaman industri di Kabupaten Pelalawan dengan melakukan identifikasi faktor-faktor peluang dan ancaman.
Analisis Internal dilakukan secara deskriftif terhadap faktor-faktor strategis internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dalam pengembangan industri yang berbasis pada hutan tanaman industri di Kabupaten Pelalawan dengan melakukan identifikasi faktor-faktor kekuatan dan kelemahan.
1) Matriks Evzluasi Faktor Eksternal (EFE)
Dalam analisis faktor eksternal digunakan matriks evaluasi faktor eksternal (EFE) yang dalam prosesnya terdapat lima langkah dalam
mengembangkannya (David, 2002), yaitu :
(1) Buat daftar faktor-faktor eksternal yang diidentirlkasikan dalam proses audit internal. Cari antara 10 dan 20 faktor, termasuk peluang dan ancaman yang meinpengar~ihi organisasi dan indmtrinya. Dzftar peluang dahulu kemcdian ancaman. Usahakan sespesifik mungkin, gunakan persentase, rasio, dan angka pembanding kalau mungkin.
(2) Berikan bobot pada setiap faktor dari 0,00 (tidak penting) sampai 1,00 (amat penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut agar berhasil dalam usaha tersebut. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada faktor diatas harus sama dengan 1,OO.
(3) Berikan peringkat 1 sampai 4 pada setiap faktor sukses kritis untuk menunjukkan seberapa efektif strategi saat ini menjawab faktor ini, dengan catatan (4 = jawaban superior, 3 = jawaban diatas rata-rata, 2 = jawaban rata-
rata, 1= jawaban jelek). Peringkat didasarkan pada efektivitas strategi organisasi.
(4) Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan nilai yang dihobot.
(5) Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk menentukan nilai yang dibobot total bagi organisasi.
Tanpa mempedulikan jumlah peluang dan ancaman kunci yang dimasukkan dalam matriks EFE, total nilai yang dibobot tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4,00 dan yang terendah adalah 1,OO. Rata-rata nilai yang dibobot adalah 2,50. Jumlah nilai yang dibobot sama dengan 4,00 menunjukkan bahwa suatu organisasi memberi jawaban dengan cara luar biasa pada peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya, sedangkan nilai 1,00 berarti strategi perusahaan adalah memanfaatkan peluang atau menghindari ancaman.
2) Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI)
Matriks EFI rnerupakan alat perumusan strategi, untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai bidang fungsional dari suatu usaha, dan memberikan dasar untuk mengenali dan mengevaluasi hubungan diantara bidang-bidang ini. Dalam analisis faktor internal digunakan matriks evaluasi faktor internal (EFI) yang dalam prosesnya terdapat lima langkah dalam mengein6angkannya (David, 2002), yaitu :
(1) Tuliskan faktor-faktor sukses kritis yang diidentifikasikan daiam proses audit internal. Gunakan 10 sampai 20 faktor internal terpenting, termasuk kekuatan dan kelemahan. Tuliskan kekuatan lebih dahulu dan kemudian kelemahan. Usahakan sespesifik rnungkin, gunakan persentase, rasio, dan angka pembanding kalau mungkin.
(2) Berikan bobot pada setiap faktor dari 0,00 (tidak penting) sampai 1,00 (terpenting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut agar berhasil dalam usaha tersebut. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada faktor diatas harus sama dengan 1,OO.
(3) Berikan peringkat 1 sampai 4 pada setiap faktor untuk menunjukkan apakah faktor itu mewakili kelemahan utama (peringkat=l), kelemahan kecil (peringkat=2), kekuatan kecil (peringkat-3), atau kekuatan utama (peringkat =4).
Peringkat diberikan berdasarkan keadaan perusahaan, sedangkan bobot dalam langkah 2 didasarkan keadaan industri.
(4) Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan nilai yang dibobot untuk setiap variabel.
(5) Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk menentukan total nilai yang dibobot bagi organisasi.
Tanpa mempedulikan jumlah peluang dan ancaman kunci yang dimasukkan dalam matriks EFE, total nilai yang dibobot tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4,00 dan yang terendah adalah 1,OO. Rata-rata nilai yang dibobot adalah 2,50. Total nilai yang dibobot yang jauh dibawah 2,50 merupakan ciri organisasi yang lemah secara internal. Jumlah nilai yang dibobot jauh diatas 2,50 menunjukkan posisi internal yang kuat.
Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang penting yang membantu pengambil keputusan mengembangkan ernpat tipe strategi : Strategi SO, Strategi WO, Strategi ST, dan Strategi WT (David, 2002) yaitu :
(1) Strategi SO (kekuatan-peluang)
Adalah strategi eksplorasi untuk memaksimalkan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal.
(2) Strategi WO (kelemahan-peluang)
Adalah strategi revitalisasi untuk memperbziki dan mengatasi kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.
(3) Strategi ST (kekuatan-ancaman)
Adalah strategi proteksi untuk memaksimalkan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.
(4) Strategi WT (kelemahan-ancaman)
Adalah strategi konsolidasi yang diarahkan untuk meminimalkan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.
Analisis SWOT dilakukan dengan menggunakan Matriks TOWS dengan illustrasi disajikan pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Matriks SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, dan Threats)
Strengtlzs (S) 0 Daftar faktor-faktor kekuatan Weakness
(Fv
Daftar faktor-faktor kelemahan Opportunities ( 0 ) Daftar faktor-faktor peluang Sumber : David, 2002 Tlzreats (T) Daftar faktor-faktor ancaman Strategi SOCiptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi WO
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Strategi ST
Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi WT
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman.