• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pertemuan Budaya Pada Elemen Desain INterior Mesjdi Raya CIpaganti Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Pertemuan Budaya Pada Elemen Desain INterior Mesjdi Raya CIpaganti Bandung."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Kota yang dahulunya merupakan bekas jajahan memang menyimpan peniggalan sejarah dan budaya yang pernah menguasainya pada saat itu, salah satunya adalah kota Bandung yang pernah dijajah Belanda. Bandung tempo dulu memang mendapat pengaruh Eropa yang cukup kental. Banyak bangunan di Bandung yang dibuat oleh arsitek Belanda sehingga bentuk bangunannya pun ikut terpengaruh oleh budaya bawaanya. Masuknya budaya Eropa tersebut menjadi sebuah fenomena pertemuan budaya asing dengan budaya lokal.

Mesjid Raya Cipaganti merupakan salah satu mesjid yang telah ada pada masa itu karena merupakan mesjid pertama dikawasan Bandung Utara yang dahulu merupakan daerah pemukiman para bangsawan Eropa. Pengaruh dari arsiteknya yang berlatar belakang Kolonial membuat elemen desain mesjid ini memiliki pertemuan dengan budaya lokal.

Penelitian ini mencoba mengkaji mengenai pengaplikasian pertemuan budaya yang bertemu pada elemen desain interior Mesjid Raya Cipaganti. Dari elemen yang dianalisis, budaya yang ditemukan adalah budaya Jawa, Sunda, Kolonial dan Islam. Penulis menemukan bahwa budaya yang paling dominan adalah budaya Islam.

Kata kunci: Pertemuan budaya, Mesjid Raya Cipaganti, Kolonial, Schoemaker

(2)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The city which was former by a colony long time ago has a history and culture from them, one of which city is Bandung. Bandung old time ago was get a lot of Eureopean influence. Many buildings in Bandung was made by an European architects so it influenced by they culture. The entry of that European culture has being a phenomenon meeting between foreign culture with a local culture.

Cipaganti Grand Mosque is one of the mosques that existed at that time because it is the first mosque in North Bandung area of the Eueropean formers residential. Influence of Colonial architect backgrounds make the design elements of this mosque has meet with the local culture.

This research attempts to examine the application of cultural encounter which met at interior design of the Cipaganti Grand Mosque. From the analyzed elements, the culture found is Javanese, Sundanese, Colonial and Islam. The authors found that the dominant culture is the culture of Islam

(3)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Batasan Masalah ... 3

I.3 Pertanyaan Penelitian ... 3

I.4 Tujuan Penelitian ... 3

I.5 Manfaat Penelitian ... 4

I.6 Metode Penelitian dan Teknik Penelitian ... 5

I.7 Hipotesis ... 5

I.8 Kerangka Penelitian ... 6

I.9 Tabel Langkah Penelitian ... 7

I.10 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II BUDAYA DALAM TATA RUANG ... 9

2.1 Kaitan Budaya dan Arsitektur ... 9

2.2 Budaya Jawa ... 10

(4)

Universitas Kristen Maranatha

2.3.1 Tipologi Rumah Tradisional Sunda ... 17

2.4 Budaya Kolonial di Indonesia ... 22

2.5 Budaya Islam ... 23

2.5.1 Islam di Dunia ... 23

2.5.2 Islam di Indonesia ... 24

2.5.3 Arsitektur Islam ... 25

2.5.4 Elemen Dekoratif Islam ... 26

2.5.5 Ornamen Floral ... 27

2.5.6 Ornamen Geometris ... 28

2.5.7 Kaligrafi ... 29

2.6 Perbedaan Pandangan Budaya Timur (Jawa) dan Budaya Barat (Eropa) ... 30

2.7 Proses Pertemuan Budaya ... 31

2.8 Tempat Ibadah ... 34

2.9 Mesjid ... 34

2.9.1 Sarana di Dalam Mesjid ... 35

2.9.2 Sarana di Luar Mesjid ... 38

2.10 Bandung Tempo Dulu ... 39

2.11 Desain Interior ... 41

BAB III MESJID RAYA CIPAGANTI ... 44

3.1 Sejarah Mesjid Raya Cipaganti ... 44

3.2 Profil Pendiri Mesjid Raya Cipaganti ... 46

3.3 Pertemuan Budaya Pada Mesjid Raya Cipaganti ... 47

3.4 Bangunan Mesjid ... 49

3.4.1 Denah Mesjid ... 49

(5)

Universitas Kristen Maranatha

3.4.3 Bangunan Utama Mesjid ... 53

BAB IV PERTEMUAN BUDAYA PADA ELEMEN DESAIN INTERIOR MESJID RAYA CIPAGANTI ... 60

4.1 Elemen Arsitektur yang Berhubungan Langsung dengan Interior Mesjid Raya Cipaganti ... 60

4.2.3 Struktur Tiang Pada Interior Mesjid ... 70

4.3 Elemen Pelingkup Ruang ... 73

4.6.1 Tabel Analisis Berdasarkan Elemen yang Berhubungan Langsung dengan Interior Mesjid Raya Cipaganti ... 88

(6)

Universitas Kristen Maranatha

4.6.3 Tabel Analisis Pengisi Ruang ... 91

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 94

5.1 Simpulan ... 94

5.2 Temuan ... 96

5.3 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(7)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tata ruang rumah Jawa-Agraris ... 13

Gambar 2.2 Aplikasi konsep arsitektur pagar keliling pada rumah Jawa ... 14

Gambar 2.3 Bentuk atap rumah Jawa ... 15

Gambar 2.4 Sketsa Pembagian Ruang Secara Vertikal ... 17

Gambar 2.5 Atap Jolopong ... 17

Gambar 2.6 Atap Julangapak ... 18

Gambar 2.7 Atap Buka Palayu ... 18

Gambar 2.8 Atap Perahu Kumerep ... 19

Gambar 2.9 Contoh denah mushala pada tiga kampung Sunda ... 21

Gambar 2.10 Ornamen floral pada dinding Taj Mahal ... 27

Gambar 2.11 Ornamen floral pada mihrab ... 27

Gambar 2.12 Muqarnas ... 28

Gambar 2.13 Motif geometris ... 28

Gambar 2.14 Muqarnas pafa Mesjid Isfahan ... 29

Gambar 2.15 Muqarnas pada mihrab Mesjid Quba ... 29

Gambar 2.16 Tulisan kaligrafi kufic ... 30

Gambar 2.17 Tulisan thuluth ... 30

Gambar 2.18 Tulisan kaligrafi taliq ... 30

Gambar 2.19 Proses akulturasi pada Mesjid Agung Bandung ... 33

Gambar 2.20 Mihrab dan mimbar ... 36

Gambar 2.21 Hijab ... 37

(8)

Universitas Kristen Maranatha

Gambar 3.1 Foto udara Mesjid Raya Cipaganti ... 45

Gambar 3.2 Bagian Façade Bangunan (1934) ... 48

Gambar 3.3 Tampak Samping Bangunan (1934) ... 48

Gambar 3.4 Tampak dari Jl. Sastra ... 49

Gambar 3.5 Tampak dari samping Jl. Sastra ... 49

Gambar 3.6 Denah Mesjid Raya Cipaganti ... 50

Gambar 3.7 Bagian barat bangunan mesjid ... 51

Gambar 3.8 Bagian barat (fasilitas pendukung mesjid) ... 51

Gambar 3.9 Bagian timur bangunan ... 51

Gambar 3.10 Mesjid Salman Bandung ... 52

Gambar 3.11 Mesjid Istiqomah Bandung ... 52

Gambar 3.12 Pintu masuk wudhu dan toilet wanita ... 53

Gambar 3.13 Tempat wudhu dan toilet wanita ... 53

Gambar 3.14 Pintu masuk wudhu dan toilet laki-laki ... 53

Gambar 3.15 Tempat wudhu dan toilet laki-laki ... 53

Gambar 3.16 Tampak atap Mesjid Raya Cipaganti... 54

Gambar 3.17 Pendopo kab. Bandung ... 54

Gambar 3.18 Tampak samping atap Mesjid Raya Cipaganti ... 54

Gambar 3.19 Bagian entrance mesjid ... 54

Gambar 3.20 Tembok dengan ornamen ... 55

Gambar 3.21 Pintu masuk utama mesjid ... 55

Gambar 3.22 Pintu geser pada bagian depan... 55

Gambar 3.23 Tempat penitipan barang ... 56

Gambar 3.24 Pintu masuk mesjid (barat) ... 56

(9)

Universitas Kristen Maranatha

Gambar 3.26 Ruang shalat, dilihat dari arah pintu masuk ... 57

Gambar 3.27 Pintu utama, dilihat dari arah depan ruang shalat ... 58

Gambar 3.28 Lampu gantung antik ... 58

Gambar 3.29 Lampu di depan mihrab ... 58

Gambar 3.30 Mihrab ... 59

Gambar 3.31 Bangunan baru (timur)... 59

Gambar 3.32 Bangunan baru (barat) ... 59

Gambar 4.1 Atap Mesjid Raya Cipaganti ... 61

Gambar 4.2 Atap Jolopong ... 61

Gambar 4.3 Atap Masjid Agung Bandung tahun 1875 ... 61

Gambar 4.4 Pendopo kab. Bandung ... 61

Gambar 4.5 Atap bangunan baru ... 61

Gambar 4.6 Atap Julangapak ... 61

Gambar 4.7 Teras pada mesjid Raya Cipaganti ... 63

Gambar 4.8 Contoh denah mushala pada sebuah kampung Sunda ... 63

Gambar 4.9 Arc pada teras Mesjid Raya Cipaganti ... 64

Gambar 4.10 Area terbuka pada bagian tengah Mesjid Nabawi ... 64

Gambar 4.11 Arc pada bagian entrance Mesjid Nabawi, Madinah ... 64

Gambar 4.12 Arc pada bagian entrance Mesjid Al-Aqsa, Jerusalem... 64

Gambar 4.13 Hagia Sophia ... 65

Gambar 4.14 Gerbang masuk Mesjid Raya Cipaganti ... 66

Gambar 4.15 Persepsi masyarakat Sunda pada bangunan ... 66

Gambar 4.16 Denah pintu masuk mesjid ... 67

Gambar 4.17 Zoning area shalat ... 68

(10)

Universitas Kristen Maranatha

Gambar 4.19 Tata ruang rumah Jawa-Agraris ... 70

Gambar 4.20 Bagian tengah mesjid... 70

Gambar 4.21 Tiang soko guru mesjid Demak. ... 71

Gambar 4.22 Tiang soko guru Mesjid Agung Banten ... 71

Gambar 4.23 Tiang soko guru kraton ... 71

Gambar 4.24 Tiang pada pendopo Cianjur ... 71

Gambar 4.25 Soko guru pada salah satu rumah tradisional Jawa ... 71

Gambar 4.26 Salah satu tiang soko guru Mesjid Raya Cipaganti ... 72

Gambar 4.27 Bagian bawah dan atas tiang soko guru ... 72

Gambar 4.28 Tiang pada ruang tambahan ... 73

Gambar 4.29 Lantai dan karpet mesjid ... 74

Gambar 4.30 Dinding kiri mihrab ... 74

Gambar 4.31 Dinding kanan mihrab ... 74

Gambar 4.32 Dinding ruangan tambahan dan dekorasinya... 75

Gambar 4.33 Pintu pada Mesjid Nabawi ... 75

Gambar 4.34 Pintu pada Mesjid Al Aqsa ... 75

Gambar 4.35 Pintu masuk utama mesjid tampak dari dalam ... 76

Gambar 4.36 Detail ventilasi (ukiran) pintu utama ... 76

Gambar 4.37 Pintu geser dan jendela mesjid ... 76

Gambar 4.38 Detail ukiran pintu geser dan jendela mesjid ... 76

Gambar 4.39 Ceiling Mesjid Raya Cipaganti... 77

Gambar 4.40 Ceiling rumah joglo dengan struktur tumpang sari di Kota Gede ... 77

Gambar 4.41 Rangka kuda-kuda adaptasi budaya Belanda ... 78

Gambar 4.42 Sambungan menggunakan baut besi ... 78

(11)

Universitas Kristen Maranatha

Gambar 4.44 Dinding kanan mihrab ... 79

Gambar 4.45 Kubah hijau Mesjid Nabawi ... 80

Gambar 4.46 Nuansa hijau pada mihrab Mesjid Nabawi ... 80

Gambar 4.47 Moulding pada mihrab ... 81

Gambar 4.48 Moulding pada gereja Bethel ... 81

Gambar 4.49 Moulding pada Katedral ... 81

Gambar 4.50 Gedung merdeka ... 81

Gambar 4.51 Mihrab pada Mesjid Nabawi ... 82

Gambar 4.52 Mihrab pada Mesjid Al-Aqsa ... 82

Gambar 4.53 Mihrab Al- Uddin Madrasa, India ... 82

Gambar 4.54 Pewastren dan hijab ... 82

Gambar 4.55 Rak penyimpanan Al-Quran ... 83

Gambar 4.56 Tembok pembatas ... 85

Gambar 4.57 Pintu Kabah ... 85

Gambar 4.58 Pintu Mesjid Nabawi ... 85

Gambar 4.59 Lampu utama ... 86

Gambar 4.60 Tampak bawah lampu ... 86

Gambar 4.61 Bentuk segi delapan monumen kubah Al-Sakhra... 86

Gambar 4.62 Contoh penggambaran segi delapan, simetreis... 86

Gambar 4.63 Lampu tambahan ... 87

(12)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel Langkah Penelitan ... 7 Tabel 2.1 Tabel Hasta Brata ... 12 Tabel 2.2 Tabel Perbandingan Pandangan budaya Timur dan budaya Barat ... 31 Tabel 4.6.1 Tabel Analisis Berdasarkan Elemen yang Berhubungan Langsung dengan

(13)
(14)

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan jaman, perkembangan dalam berbagai bidang kini semakin terasa di Indonesia. Kemajuan teknologi telah membawa suatu pengaruh yang cukup signifikan bagi masyarakatnya. Komunikasi dan transportasi kini semakin memberi kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Hal tersebut memang berdampak berbeda pada tiap daerah di Indonesia, selalu terdapat segi positif namun tentu saja tidak lepas dari sisi negatifnya.

(15)

2

Universitas Kristen Maranatha berkembang dan beradaptasi dengan berbagai pengaruh luar yang masuk, sehingga hal tersebut membawa berbagai perubahan di bidang sosial dan budaya. Kesan budaya yang identik dengan tradisional kini semakin tergantikan dengan modernisasi kota, yang jika tidak dilestarikan lambat laun akan semakin terlupakan.

Di kota Bandung, terdapat beberapa tempat dan bangunan bersejarah yang saat ini masih berdiri, meski banyak diantaranya sudah kurang diperhatikan. Beberapa bangunan sisa masa penjajahan Belanda yang masih ada di kota Bandung tersebut mencirikan bahwa Bandung tempo dulu memang mendapat pengaruh Eropa yang cukup kental. Banyak bangunan di Bandung yang dibuat oleh arsitek Belanda sehingga bentuk bangunannya pun ikut terpengaruh oleh budaya bawaanya. Masuknya budaya Eropa tersebut menjadi sebuah fenomena pertemuan budaya asing dengan budaya lokal. Pertemuan budaya yang berbeda membuat terjadinya sebuah pencampuran budaya menjadi suatu budaya eklektik yang tampil pada elemen-elemen desain.

Salah satu bangunan yang telah ada sejak masa penjajahan tersebut adalah mesjid. Bangunan tempat ibadah umat beragama Islam tersebut banyak dibangun karena mayoritas penduduk Bandung pada saat itu beragama Islam. Keberadaan mesjid saat itu sangat penting, tidak hanya sebagai tempat ibadah saja, mesjid juga menjadi pusat kebudayaan. Hingga saat ini, mesjid dan tempat ibadah lainnya pun terus bertambah seiring dengan bertambahnya pula jumlah penduduk di kota Bandung.

Mesjid Raya Cipaganti merupakan salah satu mesjid yang memiliki nilai sejarah cukup tinggi, karena merupakan mesjid pertama di kawasan Bandung Utara yang dahulu merupakan daerah pemukiman para bangsawan Eropa. Mesjid Raya Cipaganti didesain oleh seorang arsitek Belanda yaitu Profesor Kemal C.P. Wolff Schoemaker pada tahun 1933, yang tentu saja tidak lepas dari desain yang identik dengan gaya Kolonial. Arsitek dengan latar belakang pendidikan Kolonial tersebut selalu memberi sentuhan budaya lokal dan beradaptasi dengan lingkungan di tempat bangunan berdiri. Hal ini membuat Mesjid Raya Cipaganti memiliki pertemuan dengan budaya Jawa, Sunda, Kolonial dan Islam.

(16)

3

Universitas Kristen Maranatha memiliki ciri khas tersendiri karena tidak berubah mengikuti trend dan bagian asli interior mesjid hingga kini masih tetap dilestarikan. Rancangan interior mesjid yang ideal membuatnya berbeda dengan kebanyakan mesjid lain.

Selain sejarah dan keunikan bangunannya, berbagai hal lain yang dilihat dari segi interiornya pun membuat penulis tertarik untuk membahas lebih jauh mengenai Mesjid Raya Cipaganti. Posisi penulis mengenai Mesjid Raya Cipaganti adalah peneliti lanjutan dari para peneliti sebelumnya, dengan menggunakan data-data dari para peneliti sebelumnya dan hasil pengamatan dari penulis sendiri. Untuk skripsi ini, peneliti menuangkannya kedalam judul “Kajian Pertemuan Budaya Pada Elemen Desain Interior Mesjid Raya Cipaganti Bandung”.

I.2 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penulisan karya tulis ini adalah:

1. Pembahasan mengenai elemen-elemen desain interior Mesjid Raya Cipaganti.

2. Pembahasan penataan ruang dan budaya-budaya yang berpengaruh pada Mesjid Raya Cipaganti.

I.3 Pertanyaan Penelitian

Masalah yang akan dibahas dalam penulisan karya tulis ini diantaranya:

1. Bagaimana budaya Jawa, Sunda, Kolonial dan Islam diterapkan pada elemen-elemen desain interior Mesjid Raya Cipaganti?

2. Budaya manakah yang pengaruhnya paling dominan dan budaya yang paling sedikit mempengaruhi elemen desain Mesjid Raya Cipaganti?

I.4 Tujuan Penelitian

(17)

4

Universitas Kristen Maranatha 2. Untuk mengetahui budaya yang pengaruhnya paling dominan dan budaya yang paling sedikit mempengaruhi elemen desain Mesjid Raya Cipaganti, dan untuk menghargai peninggalan sejarah yang menjadi kebanggaan masyarakat Bandung- Jawa Barat sebagai mesjid pertama di kawasan Bandung Utara.

I.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan penulis dari skripsi penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan sumbangan pemikiran baik ilmu pengetahuan pada umumnya dan penelitian dunia desain pada khususnya.

2. Manfaat Praktis a. Untuk Diri Penulis

Melelui penelitian ini penulis mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai pertemuan budaya Jawa, Sunda, Kolonial, dan Islam yang ada pada Mesjid Raya Cipaganti beserta aplikasi budaya tersebut pada elemen desain interior Mesjid Raya Cipaganti.

b. Untuk Pembaca

Melalui karya tulis ini diharapkan pembacanya mendapatkan informasi dan pengetahuan lebih jauh mengenai penerapan budaya pada Mesjid Raya Cipaganti yang dilihat dari segi interiornya, sehingga dapat lebih menyadari arti penting suatu bangunan bersejarah, yang kemudian dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam melestarikannya.

c. Untuk Lingkungan Kampus (khususnya bidang desain interior)

Berharap dapat memberikan kontribusi terhadap karya seni masa penjajahan Kolonial Belanda yang melebur pada budaya lokal, dengan tidak terlepas dari pola Islam yang telah ada, sehingga dapat menambah pengetahuan seni dan desain mengenai bangunan mesjid di Bandung terutama Mesjid Raya Cipaganti.

d. Untuk Lingkungan Masyarakat

(18)

5

Universitas Kristen Maranatha I.6 Metode Penelitian dan Teknik Penelitian

1.6.1 Metode Penelitian

Pembahasan pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, sehingga survei dilakukan untuk memperoleh data dan mengetahui keadaan objek secara langsung, kemudian diperoleh data yang dapat dianalisis untuk mengetahui penerapan budaya yang terdapat pada elemen desainnya.

1.6.2 Teknik Penelitian

Pembahasan pada penelitian ini menggunakan teknik studi kepustakaan dengan memperoleh data literatur dari buku, artikel, dan studi lapangan berupa observasi yang dilakukan dengan wawancara dan foto bangunan.

I.7 Hipotesis

Dari pembahasan tersebut, maka penulis mendapatkan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Perpaduan budaya Jawa, Sunda, Kolonial dan Islam diterapkan pada elemen interior seperti, lantai, dinding, ceiling, dan elemen dekoratif pelengkap ruangan.

(19)

6

Universitas Kristen Maranatha I.8 Kerangka Penelitian

Latar Belakang

- Budaya yang dibawa oleh arsitek Belanda - Mesjid pertama di kawasan Bandung Utara - Keunikan interior mesjid

Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana budaya Jawa, Sunda, Kolonial dan Islam diterapkan pada elemen-elemen desain interior Mesjid Raya Cipaganti?

2. Budaya manakah yang pengaruhnya paling dominan dan budaya yang paling sedikit mempengaruhi elemen desain Mesjid Raya Cipaganti?

Hipotesis

1. Perpaduan budaya Jawa, Sunda, Kolonial dan Islam diterapkan pada elemen interior seperti, lantai, dinding, ceiling, dan elemen dekoratif pelengkap ruangan.

2. Pengaruh budaya yang kemungkinan paling dominan adalah budaya Islam karena mesjid merupakan tempat beribadah umat beragama Islam, dan selanjutnya adalah budaya lokal karena mudah beradaptasi dengan masyarakat. Budaya yang kemungkinan paling sedikit adalah budaya Kolonial sebagai budaya pendatang karena belum tentu cocok beradaptasi dengan keadaan setempat.

1.

Objek Studi Masjid Raya Cipaganti

Penerapan budaya pada elemen desain interior Mesjid Raya Cipaganti, seperti pada lantai, dinding, ceiling, tiang, dan elemen dekoratif.

Simpulan

Mesjid Raya Cipaganti merupakan mesjid pertama di kawasan Bandung Utara yang dahulu merupakan daerah pemukiman para bangsawan Eropa. Mesjid ini memiliki pertemuan dengan budaya Jawa, Sunda, Kolonial dan Islam. Analisis diperlukan untuk melihat aplikasi budaya yang ada pada desain interior mesjid.

(20)

7

Universitas Kristen Maranatha I.9 Tabel Langkah Penelitian

Tahapan I II III

Observasi Studi literatur Analisis

Data yang

Sumber data Observasi lapangan, wawancara, literatur

Membaca literatur Analisis foto, analisis bangunan dan

Tabel 1.1 Tabel Langkah Penelitan

I.10 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, batasan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis, kerangka penelitian, tabel langkah penelitian, sistematika penulisan.

(21)

8

Universitas Kristen Maranatha budaya Kolonial, budaya Islam, perbedaan budaya Timur (Jawa) dan Barat (Eropa), proses pertemuan budaya, tempat ibadah, mesjid beserta sarana mesjid, Bandung tempo dulu.

BAB III Mesjid Raya Cipaganti. Bab ini membahas mengenai kondisi Mesjid Raya Cipaganti, profil pendiri Mesjid Raya Cipaganti, dan deskripsi mengenai bangunan dan interior mesjid.

BAB IV Pertemuan Budaya Pada Elemen Desain Interior Mesjid Raya Cipaganti. Bab ini berisi pembahasan dan analisis mengenai aplikasi budaya yang diterapkan pada elemen desain Mesjid Raya Cipaganti.

(22)

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pertemuan budaya yang ada pada Mesjid Raya Cipaganti dapat terkordinasi dengan baik antara budaya yang satu dengan lainnya. Budaya luar yang masuk telah mengalami penyesuaian dengan kondisi lingkungan, sehingga dapat tetap bisa bertahan hingga saat ini. Budaya asing seperti budaya Kolonial telah melebur dengan budaya lokal, setelah budaya Islam yang melebur terlebih dahulu karena agama Islam yang telah dianut oleh masyarakatnya.

Dari analisis yang telah dilakukan, penulis menemukan bahwa:

(23)

95

Universitas Kristen Maranatha Adaptasi budaya Sunda dapat terlihat dari penggunaan atap limasan tumpang dua, atap Jolopong, adanya teras, kenaikan bangunan mesjid dan persepsi masyarakat Sunda pada bangunan, letak area perempuan, letak area perempuan. Pada dahulunya terdapat balong (area parkir motor sekarang) dan bedug yang sekarang telah rusak.

Adaptasi budaya Jawa terlihat dari penggunaan atap limasan tumpang dua (yang juga merupakan budaya Jawa Barat, Sunda), kesamaan letak bagian sakral mihrab dengan rumah tradisional Jawa, tiang soko guru,ukiran dan ventilasi pintu dan jendela. Adaptasi budaya Kolonial terlihat dari letak bangunan yang ada pada tusuk sate, kuda -kuda penyangga (bagian ceiling), penggunaan moulding pada mihrab.

Ringkasan dibuat pula dalam bentuk tabel (Tabel 5.1)

Budaya Aplikasi

Islam Arc yang berada di teras dan gerbang masuk, layout persegi panjang ruang shalat, ornamen tiang soko guru, garis shaf pada lantai, kaligrafi pada dinding di samping mihrab dan kaligrafi dengan bingkai di ruangan tambahan, konsep pintu dengan ventilasi besar, warna hijau pada mihrab dan ornamen pada mihrab, konsep moulding dekoratif pada mihrab, area pewastren (pemisahan bagian laki-laki dan perempuan), elemen dekoratif tembok pembatas pada bagian entrance. Sunda Atap limasan tumpang dua, atap Jolopong, adanya teras,

kenaikan bangunan mesjid dan persepsi masyarakat Sunda pada bangunan, letak area perempuan. Pada dahulunya terdapat balong (area parkir motor sekarang) dan bedug yang sekarang telah rusak.

Jawa Atap limasan tumpang dua, kesamaan letak bagian sakral

mihrab dengan rumah tradisional Jawa, tiang soko guru,ukiran dan ventilasi pintu dan jendela.

Kolonial Letak bangunan yang ada pada tusuk sate, kuda-kuda

penyangga (bagian ceiling), penggunaan moulding pada mihrab.

(24)

96

Universitas Kristen Maranatha 1. Dari analisis terhadap elemen desain interior mesjid dapat disimpulkan bahwa budaya yang memiliki pengaruh paling dominan adalah budaya Islam, kemudian budaya Sunda, budaya Jawa, dan budaya Kolonial. Budaya Islam menjadi dominan karena agama Islam sebagai agama yang dianut dan memiliki syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi sebagai tempat ibadah.

Setelah budaya Islam, kemudian disusul oleh budaya Sunda dan Jawa. Budaya Sunda banyak dijumpai karena letak mesjid yang berada di kawasan masyarakat Sunda, sedangkan budaya Jawa dapat diadaptasi karena masih berada satu lingkup pulau. Budaya Sunda dan budaya Jawa adalah budaya lokal yang tidak asing sehingga tidak sulit untuk diterima oleh masyarakat.

Budaya yang paling sedikit adalah budaya Kolonial, karena budaya ini merupakan budaya pendatang asing yang aplikasi dari budayanya tidak semua cocok sehingga perlu disesuaikan terlebih dahulu dengan dengan budaya lokal yang telah ada. Budaya Kolonial yang tidak cocok beradaptasi tidak dipergunakan, karena arsiteknya lebih memilih budaya yang sesuai apabila diterapkan. Hal ini membuat budaya Kolonial menjadi budaya yang paling sedikit terdapat pada Mesjid Raya Cipaganti.

5.2 Temuan

Dari analisis yang telah dilakukan, penulis mendapatkan temuan diantaranya:

1. Elemen dekoratif Islam yang biasanya ada pada mesjid adalah muqarnas, floral, geometri, kaligrafi. Elemen dekoratif yang dijumpai pada Mesjid Raya Cipaganti adalah floral, geometris, dan kaligrafi, sedangkan tidak tampak adanya muqarnas. Muqarnas yang menjadi salah satu elemen dekoratif khas Islam ini banyak digunakan pada mesjid-mesjid di Timur Tengah, namun elemen ini tidak dijumpai pada mesjid di Indonesia. Hal ini dapat dipengaruhi beberapa faktor diantaranya karena mesjid tradisional dahulu lebih mementingkan segi fungsionalnya sebagai tempat beribadah dan sarana penyebaran agama dibandingkan hal lain yang lebih bersifat estetis dan rumit. Mesjid tradisional Indonesia biasanya dibuat sederhana dan lebih banyak menggunakan pendekatan dengan bentuk lokal agar lebih mudah diterima masyarakat setempat.

(25)

97

Universitas Kristen Maranatha akan membutuhkan perawatan yang cukup rumit apabila diterapkan pada bangunan di daerah yang memiliki kelembaban tinggi seperti Indonesia.

Fungsi muqarnas sebagai elemen akustik ruang (agar tidak ada gaung) dan sebagai pembias cahaya akan efektif apabila digunakan pada ruangan yang besar dan tinggi seperti mesjid-mesjid di Timur Tengah. Ruang ibadah pada mesjid tradisional Indonesia tidak sebesar dan setinggi mesjid-mesjid di Timur Tengah, karena itulah

muqarnas tidak terlalu efektif untuk digunakan pada mesjid di Indonesia.

2. Moulding yang terdapat pada setiap bangunan karya Schoemaker di Indonesia memperlihatkan bahwa bentuk elemen tersebut adalah ciri khas dari arsiteknya.

Moulding yang dibuat Schoemaker pada mihrab Mesjid Raya Cipaganti merupakan

moulding yang paling rumit diantara moulding yang ada pada bangunan lain yang didesain olehnya di Indonesia. Penggunaan moulding yang dekoratif pada mihrab Mesjid Raya Cipaganti ini bisa jadi karena terinspirasi oleh mihrab yang ada pada mesjid sebelumnya, misalnya yang berada di Timur Tengah. Moulding yang terdapat pada mihrab di beberapa mesjid di Timur Tengah tersebut menggunakan elemen dekoratif ataupun perbedaan warna dan material yang membuatnya menjadi mewah. Hal ini bisa saja menjadi inspirasi bagi Schoemaker untuk membuat mihrab dengan

moulding yang diberi elemen dekoratif sehingga memberi kesan ruang yang penting atau lebih diperhatikan.

3. Atap mesjid yang mengadaptasi bentuk budaya lokal Jawa Barat (Sunda) ini tampak pada perpaduan atap tumpang, Jolopong, dan Julangapak. Hal tersebut menjadi salah satu ciri khas Mesjid Raya Cipaganti yang membuatnya berbeda dengan mesjid lainnya, terutama mesjid modern saat ini. Perpaduan antar budaya lokal yang terjadi membuatnya memiliki sebuah local genius yang harus dilestarikan, karena bentuk yang digunakan memang berasal dari budaya setempat dan bentuk atap tradisional tersebut menjadi salah satu identitas Mesjid Raya Cipaganti.

5.3 Saran

(26)

98

Universitas Kristen Maranatha Kehadiran elemen dekoratif yang bersifat estetis pada ruang shalat tambahan di bagian kiri dan kanan ruang utama sebaiknya tetap ada namun tidak berlebihan. Ada baiknya jika diberi sedikit dekoratif pada tiang-tiangnya, karena tiang pada ruang tambahan masih berupa tiang polos tanpa ornamen. Sebaiknya tempat lampu (armature) pada ruang tambahan juga dibuat lebih menarik sehingga memberi kesan ruang tambahan dan ruang utama saling berkesinambungan dengan tanpa meninggalkan kesan ruang tengah sebagai ruang utama dan dibuat tidak jauh dari konsep awal Mesjid Raya Cipaganti.

Adapun saran untuk penelitian sejenis, diantaranya:

1. Dibutuhkan survey langsung ke tempat objek yang dibahas agar mendapatkan data lapangan yang akurat, dan wawancara kepada pihak juru kunci atau orang yang memang mengerti sejarahnya.

(27)

99

(28)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, Kusnaka dan Purnama Salura. 2004. Arsitektur dalam Bingkai Kebudayaan. Foris. Bandung.

Al-Faruq, Asadullah. 2010. Panduan Lengkap Mengelola dan Memakmurkan Mesjid. Pustaka Arafah. Solo.

Ching, Francis D.K. 2000. Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanan/ Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.

Deny, Martinus. 2008. “Rumah Tradisional Sunda dalam Perspektif Teori Paradoks” dalam

Ambiance No 2 Vol 1; Program Studi Desain Interior Universitas Kristen Maranatha. Bandung.

Ir. Fanani, Achmad. 2009. Arsitektur Masjid. Penerbit Bentang. Yogyakarta.

Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan. Jakarta. Kunto, Haryoto. 2008. Wajah Bandoeng Tempo Doeloe. Granesia. Bandung.

Kusbiantoro, Krismanto. 2008. “Apakah Treopikalitas dalam Arsitektur Kolonial Kota

Bandung Estetis?”. Dalam Seminar Nasional: Peran Arsitektur Perkotaan dalam Mewujudkan Kota Tropis. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Lukman. Christine Claudia dan Ariesa Pandanwangi. 2005. “Survey of Art History”. Fakultas

Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha. Bandung

Nas, Peter J. M dan Martien de Vletter. 2009. Masa Lalu dalam Masa Kini Arsitektur di Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Salura, Purnama. 2007. Menelusuri Arsitektur Masyarakat Sunda. PT.Cipta Sastra Salura. Santika, Denny. 2007. Mesjid Raya Cipaganti di Pemukiman Kolonial Belanda Abad ke-20 di

Bandung, Jawa Barat. Universitas Gadjah Mada.

Santoso, Jo . 2008. Arsitektur-kota Jawa: Kosmos, Kultur & Kuasa. Centropolis Universitas Tarumanegara. Jakarta.

(29)

100

Universitas Kristen Maranatha Suptandar, J. Pramudji. 1999. Disain Interior : Pengantar Merencana Interior Untuk

Mahasiswa Disain dan Arsitektur. Djambatan. Jakarta.

Utami. 2008. “Integrasi Konsep Islami dan Konsep Arsitektur Modern pada Perancangan

Arsitektur Mesjid” dalam Ambiance No 2 Vol 1. Program Studi Desain Interior Universitas Kristen Maranatha. Bandung.

Data Internet

Adinugroho, Singgih (2003); Pengaruh Faktor Sosial Budaya Terhadap Bentuk dan Tata Ruang Masud Makam Menara Kudus: http://eprints.undip.ac.id/12588/. Diakses pada Oktober 2010.

http://www.akhmadguntar.com.Diakses pada April 2011 http://arsitektur.ub.ac.id. Diakses pada April 2011. http://astudioarchitect.com. Diakses pada April 2011. http://www.b1.blogspot.com. Diakses pada April 2011. http://www.corbis.co.in. Diakses pada April 2011. http://www.flickr.com. Diakses pada April 2011.

http://filosofdunia.files.wordpress.com. Diakses pada April 2011. http://www.fsrd.itb.ac.id. Diakses pada Oktober 2010.

http://hasheem.wordpress.com/bahan-ajar/materi-ips-kls-vii/. Diakses pada Oktober 2010. http://mbujoz.blogspot.com. Diakses pada Oktober 2010.

http://megapolitan.kompas.com/read/2010/09/21/18435780/Tempat.Ibadah.Tetap.Harus.Diatu r. diakses pada November 2010.

http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id. Diakses pada Mei 2011.

http://www.sakkal.com. Diakses pada April 2011.

(30)

101

Universitas Kristen Maranatha Supriyadi, Bambang and Wijayanti, Wijayanti and Adimuyanto, Eka and Utaryo, Henning P.

2001. Studi Karakteristik Akulturasi Budaya Dalam Arsitektur Rumah Tincgal Dan Pola Tata Ruang Di Desa Trusmi – Cirebon. http://eprints.undip.ac.id/21763/. Diakses pada Oktober 2010.

http://www.wikipedia.org. Diakses pada Apil 2011.

http://yuliaonarchitect.wordpress.com. Diakses pada Mei 2011

http://www.lh6.ggpht.com. Diakses pada Apil 2011.

Gambar

Tabel 1.1 Tabel Langkah Penelitan

Referensi

Dokumen terkait

Bab II akan membahas mengenai pemaknaan AXIS Jakarta International Java Jazz Festival 2010 dari segi produksi, yaitu bagaimana awal mula acara musik ini diadakan, tujuan tim

akademik siswa maka dibangun sistem informasi sekolah berbasis web, yang dapat.. meningkatkan efisiensi waktu pengolahan data

cover novel sebagai identitas buku yang ingin disampaikan oleh Raditya Dika secara konsisten dengan emphasis atau dominasi pada ukuran dan unsur luwes namun tetap lucu

Hasil wawancara dengan guru BP dan beberapa siswa SMK Krian 2 menunjukkan bahwa terjadi bullying yang dilakukan dengan bermacam bentuk seperti saling mengejek,

1 Irma “ wawancara” 12 April 2019.. Pandangan penulis juga melihat adanya gerakan yang berkaitan dengan unsur- unsur islam di didalamanya yaitu juru kunci mengangkat kedua

Kegiatan mengkoordinir sumberdaya, tugas, dan otoritas diantara anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan cara yang efisien dan efektif.

matrix composite adalah partikel silikon karbida (SiC) dan alumina (Al2O3) merupakan material keramik dengan keunggulan sifat mekanisnya yang tinggi. Penguat SiC

Home industry Lanting Bumbu Mekar Sari dalam melakukan perhitungan biaya dalam penentuan harga pokok produksi belum menerapkan analisis.. metode