• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2 092006104 BAB VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T2 092006104 BAB VII"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENUTUP

Kesimpulan

Bersumber pada latar belakang masalah yang dikemukakan pada bab pendahuluan, yang kemudian menimbulkan persoalan dan tujuan penelitian, yang kemudian penelitian tentang komunitas dibo-dibo dikaji, diteliti dan kemudian dibahas. Berangkat dari acuan tersebut, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Mengacu pada pembahasan mengenai hakikat komunitas dalam dalam Bab II, dapat disimpulkan bahwa rasa kepemilikan merupakan ciri utama dalam mendefiniskan komunitas. Oleh karena itu, komunitas dapat dimaknai sebagai keberadaan individu-individu yang di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa.

2. Pembahasan trust, budaya, jaringan dan komunikasi dalam komunitas, menegaskan bahwa rasa kepemilikan setiap anggota dalam komunitas sangat ditopang oleh konstruksi modal sosial dalam bentuk trust, yang kemudian diabstraksikan dalam nilai budaya yang menjadi ciri khas sebuah komunitas. Ciri semacam ini akan bermuara pada bentuk jaringan dan komunikasi yang menjadi sub sistem dalam komunitas. Jaringan sebagai sub sistem lahir sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari setiap anggota komunitas dalam mengapresiasikan pemaknaan diri mereka, baik dengan lingkungan yang eksternal maupun yang internal.

(2)

memenuhi kebutuhan hidup masing- masing keluarga. Selain motivasi ekonomis, mereka juga memperoleh keuntungan sosial, yakni terjalinnya relasi yang baik di antara sesama dibo-dibo. Relasi yang terbangun tersebut didasarkan pada persamaan tujuan dari sesama anggota. Yang kemudian bermuara pada hubungan yang akrab dalam anggota komunitas. Hubungan yang akrab tersebut diwujudkan dengan pola trust masing-masing anggota dalam jaringan.

4. Adapun pola jaringan dibo-dibo dapat diidentifikasi menjadi 4 (empat) pola. Pola Pertama adalah mereka yang berhadapan langsung dengan masyarakat dalam melakukan penawaran pembelian. Pola Kedua adalah mereka yang memiliki jaringan ke Ternate. Kelompok ini merupakan kelompok yang selalu berhubungan dengan pembeli di Ternate. Pola Ketiga adalah mereka yang lebih cenderung terbuka. Artinya bahwa mereka ini akan langsung melakukan penawaran dengan masyarakat, baik itu di rumah maupun di kebun. Sedangkan pola Keempat adalah kelompok dibo-dibo yang ada di Ternate. Kelompok ini lebih tertutup. Artinya bahwa mereka tidak sembarang menerima barang dari orang lain.

5. Sedangkan pembahasan mengenai hasil penelitian pada bagian kedua, sebagaimana yang disajikan pada Bab V, menegaskan bahwa relasi komunitas dibo-dibo dengan masyarakat suku Sahu, didasarkan pada hubungan kekerabatan. Pilihan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa hubungan kekerabatan bisa menjamin sistem pembayaran „tidak langsung‟. Selain pertimbangan tersebut, hubungan yang mutualis dan ketergantungan yang aktif antara sesama keluarga juga menjadi pemicu pilihan dibo-dibo untuk mengambil hasil kebun dari keluarga mereka sendiri. Akan tetapi, kecenderungan seperti ini bukan berarti mereka tertutup kepada orang lain.

(3)

dengan membentuk jaringan kerja serta menggunakan pendekatan kekerabatan sosial.

7. Berangkat dari pembahasan mengenai analisa hasil penelitian yang disajikan pada Bab VI, maka komunitas dibo-dibo

adalah “komunitas entrepreneur lokal”. Sebagai komunitas entrepreneur lokal, jaringan distribusi yang dibentuk dalam komunitas ini memiliki makna jaringan yang terbuka dan hidup. Setiap individu yang terlibat di dalamnya, memiliki peran dan fungsinya masing-masing, yang kemudian dimaknainya bukan terlepas dari sistem itu sendiri, melainkan peran dan fungsi yang hadir sebagai bagian yang satu dengan sistem jaringan dan lingkungan sekitar. Dalam asumsi seperti itu, maka hasil penelitian ini menolak konsep ketertutupan jaringan sosial, sebagaimana yang dikemukakan oleh Luhman tentang autopoesis sosial.

Implikasi Teoritis dan Praktis

Kesimpulan dari keseluruhan penelitian ini, bermuara pada beberapa implikasi, seperti yang disebutkan di bawah ini :

Implikasi Teoritis

1. Mengacu pada hasil penelitian, terutama yang dijabarkan pada Bab V yang menegaskan bahwa autopoesis komunitas Dibo-dibo adalah komunitas yang memiliki jaringan terbuka, maka pandangan Luhman (dalam Ritzer-Goodman, 2007) tentang autopoesis sosial yang tertutup tidak terjadi pada komunitas

(4)

melainkan juga pemaknaan terhadap simbol yang sudah ada pada masyarakat dalam konteks yang lebih luas (Capra, 2003; Maturana dan Varela, 1987). Oleh karena itu, jaringan yang selalu diproduksi dalam sistem sebuah komunitas, tidak dibangun hanya dengan alasan survive atau sebagai langkah defensif diri, melainkan juga dibangun berdasarkan interpretasi terhadap kenyataan yang berada pada lingkungan eksternal. Dengan demikian, hal ini tidak akan terejadi apabila komunitas tersebut sifatnya tertutup, melainkan harus terbuka.

2. Pendekatan terhadap komunitas seharusnya dibangun pada kesadaran akan pemaknaan simbol. Hal ini menjadi penting untuk melihat signifikansi interpretasi setiap anggota terhadap keberadaan mereka dalam jaringan komunitas dan juga jaringan di luar komunitas. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Cohen (2001), bahwa pendekatan terhadap komunitas harus didasarkan pada komunitas sebagai realitas simbolis, bukan pada realitas struktural saja. Implikasi dari pendekatan ini adalah bahwa komunitas diletakkan pada koneksinya dengan realitas internal dan juga eksternal.

Implikasi Praktis

1. Sebagaimana yang dikemukakan pada Butir 4.2., bahwa komunitas

dibo-dibo adalah kumpulan orang- orang yang mendistribusikan hasil kebun masyarakat suku Sahu ke pasar lokal di Ternate. Hasil kebun yang sering didistribusikan adalah hasil kebun masyarakat yang berwujud bahan mentah. Mengacu pada aktivitas ini, anggota dalam jaringan dibo-dibo perlu untuk mengembangkan usaha mereka. Pengembangan usaha ini dilihat dalam bentuk upaya untuk menjadikan hasil kebun masyarakat sebagai barang jadi atau setengah jadi (dalam produk tertentu, seperti keripik singkong atau pisang) hal ini perlu untuk dilakukan supaya

(5)

2. Mengacu pada hasil penelitian, sebagaimana yang dijelaskan dalam aktivitas ekonomi, dapat dilihat bahwa pola jaringan dibo-dibo

mengacu pada empat pola. Dengan penjelasan tersebut, yang menjadi penekanannya pada dibo-dibo kampong. Penekanan ini perlu dilakukan dengan cara memberikan ruang gerak usaha mereka. Pemberian ruang gerak mereka dapat difasilitasi oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa yang dimotori oleh Pemerintah Daerah. Pemberian ruang gerak usaha tersebut harus juga didorong oleh dana insentif kepada mereka. Karena tipe jaringan ini biasanya muncul sebagai akibat dari kecenderungan mereka yang tidak punya modal lebih, melainkan memiliki modal ekonomi lainnya, seperti lahan kebun keluarga dan juga relasi anggota keluarga.

Referensi

Dokumen terkait

Pada bagian atau bab penutup ini akan disajikan kesimpulan dari keseluruhan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, yang disinkronkan dengan

menjaga relasi antar kedua belah pihak keluarga yang bertikai secara khususnya pasangan yang akan menikah sehingga fokus utamanya ada pada pola perbaikan relasi

 Tabel-tabel diberi nomor urut pada setiap bab dengan angka Arab dengan ketentuan penulisan :..  Nomor terdiri dari 2 bagian, bagian pertama menunjukkan bab sedangkan bagian

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, faktor techno-overload dan techno- uncertainty secara signifikan berdampak negatif terhadap kinerja kedua

Sub bab pertama mengenai pembahasan Etos Kerja Tokyo Express Yang berorientasi Pada Manajemen, Sub bab kedua mengenai pembahasan Etos Kerja Yang Berorientasi Pada Kelompok

Sedangkan teks bagian kedua terdiri dari 18 pembahasan yang meliputi, penyebutan judul naskah, penjelasan mengenai perilaku kufur pada mukalaf, syarat sah keiman

v DAFTAR ISI PRAKATA ii ACKNOWLEDGEMENT iii DAFTAR ISI v BAGIAN I ARTI PENTING KOMUNITAS DALAM PEMBANGUNAN 1 BAB I TENTANG KOMUNITAS 3 Pendahuluan 3 Pengertian Komunitas

65 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil studi kasus dan pembahasan kedua subjek dapat disimpulkan bahwa kedua subjek mengalami kecanduan karena memenuhi 7 komponen