(Penelitian Tindakan Kelas di MI Pembangunan UIN Jakarta)
Oleh:
KHANIFAH
NIM: 104017000551
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH
(Penelitian Tindakan Kelas di MI Pembangunan UIN Jakarta)
Skripsi:
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
KHANIFAH NIM 104017000551
Di bawah bimbingan
Pembimbing I
Maifalinda Fatra, M.Pd NIP. 150 277 129
Pembimbing II
Abdul Muin, S.Si, M.Pd NIP. 150
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Skripsi berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa di Madrasah Ibtidaiyah (Penelitian Tindakan Kelas di MI Pembangunan UIN Jakarta)” disusun oleh KHANIFAH Nomor Induk Mahasiswa 10401700551, diajukan kepada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah
dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 5 Maret 2009 di hadapan
dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd)
dalam bidang Pendidikan Matematika.
Jakarta, 6 Maret 2009
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
Maifalinda Fatra, M.Pd
NIP. 150 277 129 ... ...
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi)
Otong Suhyanto, M.Si
NIP. 150 293 239 ... ...
Penguji I
Drs. H.M.Ali Hamzah, M.Pd
NIP. 150 120 082 ... ...
Penguji II
Dra. Afidah Mas’ud
NIP. 150 228 775 ... ...
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
ABSTRAK
KHANIFAH (10401700551), Penerapan Model Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa di Madrasah Ibtidaiyah (Penelitian Tindakan Kelas di MI Pembangunan UIN Jakarta), Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Februari 2009.
Latar belakang pelaksanaan penelitian ini adalah untuk menghadapi era globalisasi ini dibutuhkan guru yang kreatif, yang mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Adapun salah satu model pembelajaran yang dapat membantu guru untuk mengelola proses pembelajaran yang efektif dan dapat memberikan peserta didik ruang bebas untuk mewujudkan potensinya adalah model pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya.
Metodologi yang digunakan dalm penelitian ini adalah Action Research atau lebih dikenal dengan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pada siklus I peneliti mulai menerapkan model pembelajaran tematik dengan tema ”kehidupan sehari-hari” dan menggunakan variasi metode, seperti simulasi, tanya jawab, penugasan dan games. Pada siklus II dilanjutkan dengan tema ”lingkungan” dengan pemberian reward untuk meningkatkan motivasi siswa dalam melakukan aktivitas belajar.
Proses pembelajaran dan aktivitas belajar siswa diamati oleh peneliti dan guru kelas menggunakan lembar observasi. Diakhir siklus dilaksanakan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru dan siswa pada setiap akhir siklus.
Bismillahirrahmanirrahim
Sembah dan sujud syukur kepada Allah SWT Yang Maha Kuasa yang telah
menciptakan bumi beserta isinya. Dialah yang telah menciptakan manusia sebagai
makhluk yang sempurna dan memposisikan sebagai khalifah dimuka bumi ini.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang telah menyampaikan risalahnya dan mengajarkan kepada umat
manusia tentang kebaikan dan pemaknaan tentang hakikat hidup dan semoga apa
yang telah diajarkan kepada umat manusia akan tetap abadi sampai akhir zaman.
Penulis bersyukur karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, skripsi ini dengan judul
”Penerapan Model Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar
Matematika Siswa di Madrasah Ibtidaiyah (Penelitian Tindakan Kelas di MI
Pembangunan UIN Jakarta)” dapat diselesaikan dan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Usaha penulis dalam rangka penulisan skripsi ini sudah sangat maksimal,
namun penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengizinkan serta
memberikan restu kepada penulis guna menyusun skripsi ini sebagai syarat
untuk memperoleh gelar sarjana.
2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd selaku pembimbing I dan Ketua Jurusan
Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan bimbingan dengan sabar, dan senantiasa memberikan support
dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd selaku pembimbing II yang telah meluangkan
yang senantiasa memberikan do’a dan dorongan semangat sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Nia Nurmalia, S.Ag dan Hj. Irawati Hafidz, ST serta keluarga besar MI
Pembangunan UIN Jakarta yang telah membantu dan memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengadakan penelitian di MI Pembangunan UIN
Jakarta.
6. Sahabat-sahabat terbaikku Khori, Reni, Widjie, Ayu, Icha, Tuhfa, Al, Kaut,
serta seluruh kelas B Mtk angkatan 2004. Terima kasih atas bantuan kalian
selama ini, dengan kehadiran kalian serta canda tawa yang selalu menghiasi
hari-hari penulis menjadikan rasa lelah dan penat hilang. I Love You All ….
7. Spesial untuk keluarga besar Paduan Suara FITK, teman-teman Pojok Seni
Tarbiyah dan teman-teman PSM, serta semua temanku yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, terimakasih untuk semuanya.
Akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi
teman-teman mahasiswa umumnya dan bagi penulis khususnya. Sebagai manusia
yang tidak sempurna, maka dengan senang hati penulis akan menerima kritik dan
saran yag bersifat membangun demi sempurnanya skripsi ini.
Alhamdulillahirrabil alamin
Jakarta, Februari 2009
Penulis
LEMBAR SAMPUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
ABSTRAKSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR BAGAN ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 4
C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5
D. Perumusan Masalah Penelitian... 5
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Kerangka Teori ... 7
1. Konsep Belajar dan Pembelajaran ... 7
2. Pembelajaran Matematika Untuk Kelas I-III SD ... 9
3. Pembelajaran Tematik ... 13
a. Pengertian Pembelajaran Tematik ... 13
b. Landasan Pembelajaran Tematik ...
16
c. Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik ...
17
d. Karakteristik Pembelajaran Tematik ...
17
e. Prinsip Pembelajaran Tematik ...
19
g. Keunggulan Model Pembelajaran Tematik ...
20
4. Aktivitas Belajar ... 20
a. Pengertian Aktivitas Belajar ... 20
b. Macam-macam Aktivitas Belajar ... 21
c. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran ... 24
B. Bahasan Hasil-hasil Penelitian Yang Relevan ... 25
C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27
B. Metode dan Desain Interversi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian ... 27
C. Subjek/Partisipan yang terlibat dalam Penelitian ... 32
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 32
E. Tahapan Interversi Tindakan ... 33
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 37
G. Data dan Sumber Data ... 38
H. Instrumen – instrumen Penelitian ... 38
I. Teknik Pengumpulan Data ... 39
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi ... 40
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... 40
L. Tindak Lanjut/Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data/Hasil Intervensi Tindakan ... 43
B. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 72
C. Analisis Data ... 74
D. Interpretasi Hasil Analisis ... 79
A...Kesim
pulan ... 82
B...Saran
... 83
Tabel 1 Jadwal Penelitian ... 27
Tabel 2 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I .... 56
Tabel 3 Nilai Tes Akhir siklus I... 58
Tabel 4 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II ... 68
Tabel 5 Nilai Tes Akhir siklus II ... 71
Tabel 6 Peningkatan Persentase Aktivitas Belajar Siswa... 74
Tabel 7 Statistik Deskriptif Peningkatan Skor Aktivita Belajar Siswa ... 75
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Aktivitas siswa mengerjakan tugas pada penelitian
pendahuluan ... 46
Gambar 2 Aktivitas siswa mengerjakan tugas pada pertemuan ke-1 ... 49
Gambar 3 Aktivitas siswa pada pelaksanaan Tes Akhir Siklus I ... 55
Gambar 4 Aktivitas mengikuti games pada pertemuan ke-6 ... 64
Gambar 5 Aktivitas mengerjakan tugas pada pertemuan ke-7 ... 66
Gambar 6 Aktivitas siswa pada pelaksanaan Tes Akhir Siklus II ... 67
Gambar 7 Aktivitas memperhatikan guru pada siklus II ... 69
Gambar 8 Digram Batang Peningkatan Persentase Aktivitas Belajar Siswa ... 75
[image:11.612.102.512.115.558.2]DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jaringan Tema Siklus I ... 88
Lampiran 2 Silabus Siklus I ... 56
Lampiran 3 RPP Siklus I ... 58
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 68
Lampiran 5 Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus I ... 71
Lampiran 6 Lembar Soal Tes Siklus I ... 74
Lampiran 7 Jawaban Soal Tes Siklus I ... 76
Lampiran 8 Jaringan Tema Siklus II ... 27
Lampiran 9 Silabus Siklus II... 56
Lampiran 10 RPP Siklus II ... 58
Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 68
Lampiran 12 Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus II... 71
Lampiran 13 Lembar Soal Tes Siklus II... 74
Lampiran 14 Jawaban Soal Tes Siklus II ... 76
Lampiran 15 Pedoman Observasi Guru KBM ... 45
Lampiran 16 Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 27
Lampiran 17 Pedoman wawancara ... 56
Lampiran 18 Hasil Observasi Guru pada Siklus I... 58
Lampiran 19 Hasil Observasi Guru pada Siklus II ... 68
Lampiran 20 Daftar Nilai Harian dan Tes Hasil Belajar Siswa ... 71
Lampiran 21 Perolehan Skor aktivitas belajar siswa ... 74
Lampiran 22 Lembar Uji Refferensi ... 76
Lampiran 23 Surat Pengajuan Judul Skripsi... 45
Lampiran 24 Surat Pengajuan Dosen Pembimbing ... 78
Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian ... 90
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”1
Pendidikan di abad pengetahuan ini menuntut adanya manajemen
yang modern dan profesional dengan bernuansa pendidikan. “Pendidikan
mempunyai peranan yang amat srategis untuk mempersiapkan generasi muda
yang memiliki keberdayaan dan kecerdasan emosional yang tinggi dan
menguasai mega skills yang mantap. Untuk itu, lembaga pendidikan dalam
berbagai jenis dan jenjang memerlukan pencerahan dan pemberdayaan dalam
berbagai aspek.”2
Lembaga-lembaga pendidikan diharapkan mampu mewujudkan
peranannya secara efektif dengan keunggulan dalam kepemimpinan, staf,
proses belajar mengajar, pengembangan staf, kurikulum, tujuan dan harapan,
iklim sekolah, penilaian diri, komunikasi, dan keterlibatan orang
tua/masyarakat. Tidak kalah pentingnya adalah sosok penampilan guru yang
ditandai dengan keunggulan dalam nasionalisme dan jiwa juang, keimanan
dan ketakwaan, penguasaan iptek, etos kerja dan disiplin, profesionalisme,
kerja sama dan belajar dengan berbagai disiplin, wawasan masa depan,
kepastian karier, dan kesejahteraan lahir dan batin.
Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk mengantarkan peserta
didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan,
sikap, moral, maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai makhluk
1
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, 2003 ) hal.1
2
Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 12.
mencapai tujuan tersebut peserta didik berinteraksi dengan lingkungan belajar,
dimana pada lingkungan belajar di sekolah interaksi ini diatur oleh guru.
Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah
guru. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas
sumber daya manusia. Guru berhadapan langsung dengan para peserta didik di
kelas melalui proses belajar mengajar.
Selama ini, praktek belajar-mengajar di kelas sering kontraproduktif akibat asumsi yang keliru dalam memposisikan guru dan peserta didik. Guru dipandang sebagai figur yang serba bisa, paling tahu, bahkan nyaris tidak pernah salah di hadapan peserta didik. Sementara di lain pihak, peserta didik dipandang sebagai penerima pengetahuan yang kadar pemahamannya tidak akan melebihi tingkat pemahaman guru.3
Anggapan demikian adalah sebuah kekeliruan yang fatal. Disadari atau
tidak, hal ini menjadikan peserta didik tidak mempunyai ruang bebas untuk
berkembang. Padahal di era sekarang tidak menutup kemungkinan peserta
didik sangat kreatif dalam memanfaatkan informasi yang diperolehnya dari
berbagai sumber. Bisa jadi, informasi yang dimiliki mereka lebih banyak
karena akses dan fasilitas untuk mendapatkannya lebih lengkap dari pada yang
dimiliki guru.
Adapun salah satu model pembelajaran yang dapat membantu guru
untuk mengelola proses pembelajaran yang efektif dan dapat memberikan
peserta didik ruang bebas untuk mewujudkan potensinya adalah model
pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada
keterlibatan peserta didik dalam proses belajar secara aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung
dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang
dipelajarinya. “Melalui pengalaman langsung peserta didik akan memahami
3
lain yang telah dipahaminya.”4
”Menurut Djahiri (2002) dalam proses pembelajaran prinsip utamanya
adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri
siswa (fisik dan nonfisik) dan kebermaknaannya bagi diri dan kehidupannya
saat ini dan di masa yang akan datang (life skill).”5 Sedangkan menurut Luthfiyah Nurlaela, bahwa:
Model pembelajaran tematik memiliki kelebihan karena cara pendekatannya yang sistematik dan cukup memberi peluang pelibatan berbagai pengalaman siswa. Tema-tema yang diangkat dipilih dari hal-hal yang dikemukakan siswa, yang mungkin bertolak dari pengalaman sebelumnya, serta berdasarkan kebutuhan yang dirasakan siswa (felt need) (Joni, 1996). Menurut Kovalik dan McGeehan (1999), tema menyediakan struktur jalan pijakan ke konsep-konsep yang penting yang membantu siswa melihat pola serta membuat hubungan-hubungan di antara fakta-fakta dan ide-ide yang berbeda.6
Pembelajaran tematik memiliki ciri berpusat pada peserta didik
(student centered). Peserta didik didorong untuk menemukan, melakukan, dan
mengalami secara kontekstual dengan menggunakan seluruh sumber daya
yang dimiliki dan lingkungan sekitarnya. “Pembelajaran menjadi lebih
bermakna, karena peserta didik secara langsung ‘melakukan’ (doing) dan
‘mengalami’ (experience) sendiri suatu aktivifitas (pembelajaran).”7
Di dalam belajar, aktivitas sangat diperlukan. Sebab pada prinsipnya
belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan
kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas
merupakan prinsip atau asas yang penting di dalam interaksi belajar-mengajar.
Dalam pembelajaran, yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam
pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedang pendidik memberikan
bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak
didik.
4
http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/20/pembelajaran-tematik-arti-penting/
5
Kunandar, Guru Profesional ………, h. 287
6
http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=33361 7
Tindakan Kelas dengan judul:
“ Penerapan Model Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika siswa di Madrasah Ibtidaiyah ”
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Dari latar belakang masalah di atas, dapat didefinisikan
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara menumbuhkan motivasi siswa terhadap pelajaran
matematika?
2. Apakah model pembelajaran tematik dapat diterapkan pada pelajaran
matematika?
3. Apakah penerapan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan
aktivitas belajar matematika siswa?
4. Apakah penerapan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa?
5. Jenis-jenis aktivitas apakah yang dapat ditingkatkan melalui penerapan
model pembelajaran tematik?
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di MI Pembangunan
UIN Jakarta. Adapun fokus penelitian adalah meningkatkan aktivitas belajar
matematika siswa melalui model pembelajaran tematik.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Setelah penulis pengemukakan latar belakang masalah di atas, dapatlah
terlihat luasnya permasalahan yang di dapat. Karena adanya keterbatasan
waktu dan pengetahuan yang penulis miliki serta untuk memperjelas dan
memberikan arah yang tepat dalam pembahasan skripsi, maka penulis
berusaha memberikan batasan sesuai dengan judul, yaitu sebagai berikut:
1. Model Pembelajaran Tematik : model pembelajaran tematik yang
dimaksud adalah model pembelajaran tematik pada mata pelajaran
dengan beberapa materi pelajaran lain yang terkait dengan tema.
2. Aktivitas belajar : aktivitas belajar yang dimaksud merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan siswa di dalam kelas atau selama proses
proses pembelajaran berlangsung (seperti: memperhatikan penjelasan
guru, bertanya pada guru, menjawab pertanyaan guru, dan sebagainya)
3. Siswa Madrasah Ibtidaiyah : siswa yang dimaksud adalah siswa pada
kelas awal sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah, yaitu kelas satu, kelas dua
atau kelas tiga.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan pembatasan masalah dan fokus penelitian di atas, maka
peneliti merumuskan masalah penelitian, yaitu:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran tematik pada pelajaran
matematika?
2. Apakah model pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa?
3. Jenis-jenis aktivitas apakah yang dapat ditingkatkan melalui penerapan
model pembelajaran tematik?
4. Apakah penerapan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa?
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika
siswa melalui penerapan model pembelajaran tematik.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa
membangun motivasi belajar siswa dalam pelajaran matematika serta
meningkatkan aktivitas belajar siswa.
b. Bagi guru ataupun calon guru, penelitian ini memberikan manfaat
untuk mengetahui strategi pembelajaran yang tepat dalam
meningkatkan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar matematika
siswa serta dapat meningkatkan prefesionalisme guru dalam proses
belajar mengajar di kelas.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan manfaat bagi
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah yang
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A. Kerangka Teori
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Banyak para ahli dalam bidang pendidikan yang mengemukakan
tentang definisi atau pengertian belajar. Ada yang berpendapat bahwa
“Belajar adalah perubahan yang secara relative berlangsung lama pad
perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman.”1 James O. Whittaker berpendapat bahwa “Belajar adalah proses di mana tingkah laku
ditimbulkan.”2 Sedangkan menurut pandangan konstruktivisme “Belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksi makna
sesuatu, entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain.”3 Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu yang terjadi dalam waktu tertentu. Perubahan yang terjadi itu harus secara relatif bersifat menetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak (immediate behavior) tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potensial behavior). Oleh karena itu, perubahan-perubahan terjadi karena pengalaman.4
Berdasarkan perbedaan-perbedaan pendapat mengenai belajar,
penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan.
Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan individu
sehingga tingkah lakunya berkembang. Dengan perubahan itulah manusia
secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan
keputusan-keputusan penting untuk hidupnya. Segala aktivitas dan prestasi hidup
manusia tidak lain adalah hasil dari belajar.
1
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), h. 82
2
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002 ), cet 1, h.12
3
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar..., h. 37
4
Drs. Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Prenhallindo, 2002), h. 105
melakukan proses belajar disebut pembelajaran. Dalam kamus besar
Bahasa Indonesia kata pembelajaran diartikan sebagai “proses, cara,
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”.5 Dan dalam Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional disebutkan bahwa pembelajaran adalah “proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.6 Menurut Suharsono, bahwa ”Pembelajaran adalah kata kunci
terjadinya suatu perubahan manusiawi, apakah bersifat kolektif maupun
individual, menuju keadaan yang lebih baik, dewasa dan kematangan.
Melalui pembelajaran pula anak-anak kita dapat berkembang dengan baik,
baik akhlaq, kecerdasan, maupun spiritualnya.”7 Sedangkan menurut Kunandar, bahwa ”Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannnya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik.”8
Pembelajaran dalam KTSP adalah pembelajaran di mana hasil dari
belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa, sistem
penyampaikan dan indikator hasil belajar dirumuskan secara tertulis sejak
perencanaan dimulai. ”Pembelajaran atau instruction biasanya terjadi
dalam situasi formal yang secara sengaja diprogramkan oleh guru dalam
usahanya menstransformasikan ilmu yang diberikannya kepada peserta
didik, berdasarkan kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai.”9
Setelah membahas tentang belajar dan pembelajaran, penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa proses belajar merupakan bersifat internal
dalam diri siswa, sedangkan pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja
direncanakan dan rekayasa perilaku seseorang.
5
Ismail, dkk. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), hal 1.13
6
Undang-undang Republik IndonesiaNomor 2, ……….. , hal.4
7
Suharsono, Membelajarkan Anak Dengan Cinta, (Jakarta: Inisiasi Press, 2003), h. 29
8
Kunandar, Guru Profesional, ……….. , h. 287
9
pembelajaran, sangatlah berkaitan. Konsep belajar berakar pada pihak
peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak guru yang
sengaja diprogramkan berdasarkan kurikulum.
2. Pembelajaran Matematika Untuk Kelas I - III Sekolah Dasar
Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada
rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa perkembangan
anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi
kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang
dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
”Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga
SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka
telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya.”10 Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda
roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan
dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting.
Selain itu, perkembangan anak dari sisi sosial, terutama anak yang berada
pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan
keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan
teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.
Perkembangan anak usia 6-8 tahun dari sisi emosi antara lain anak
telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat
mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah
mulai belajar tentang konsep nilai misalnya benar dan salah. Untuk
perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan
dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan
obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya
10
berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.
Menurut Nasution (1993:44) masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya masuk Sekolah Dasar, dan dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap-sikap dana tingkah lakunya. Para guru mengenal masa ini sebagai ”masa sekolah”, oleh karena pada usia inilah anak untuk pertama kalinya menerima pendidikan formal.11
Beberapa sifat anak-anak pada masa kelas rendah sekolah dasar
antara lain:
a) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan
pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.
b) Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan
permainan yang tradisional.
c) Ada kecenderungan memuji diri sendiri.
d) Suka membending-bandingkan dirinya dengan yang anak lain kalau
hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan yang lain.
e) Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu
dianggapnya tidak penting.
f) Pada masa ini (terutama pada umur 6-8 tahun) anak menghendaki nilai
(nilai rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang
pantas diberi nilai baik atau tidak.
”Sesuai dengan tahapan karakteristik perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan belajar bermakna,
maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan
dengan pembelajaran tematik.”12
Pendidikan di Sekolah dasar adalah merupakan pendidikan formal
pertama yang terutama. Karena pendidikan di sinilah yang menjadi dasar
untuk kehidupan anak selanjutnya. ”Kuatnya pendidikan dasar akan
11
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002 ), cet 1, h.90
12
sekadar pengalaman dari apa yang dikuasai anak di sekolah dasar
tersebut.” 13
Adapun kecakapan-kecakapan yang dapat diberikan oleh SD
kepada anak-anak ialah semua kecakapan yang diorganisasi di dalam
pelajaran SD, sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Antara lain:
1) Berbahasa
2) Bernyanyi
3) Matematika
4) Menggambar
5) Beragama
6) Berbuat susila
7) Berketrampilan
8) Olah raga
9) Berpengetahuan tentang IPA
10)Berpengtahuan tentang IPS, dan lain-lain.14
Perkataan matematika sangat erat hubungannya dengan kata
mathaein yang mempunyai arti belajar (berpikir). Banyak sekali pendapat
yang muncul tentang pengertian matematika, baik dipandang dari segi
ilmu pegetahuan atau maupun pengalaman masing-masing orang yang
berbeda. Berdasarkan etimologis, perkataan matematika mempunyai arti
“ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan benalar.”15 Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain yang diperoleh buka melalui
penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih mengarah kepada aktivitas
dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih
menekankan kepada hasil observasi atau eksperimen disamping penalaran.
13
Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), Cet. Ke-7, h. 89
14
Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan ………. h. 91
15
“matematika adalah sebagai sistem lambang yang formal sebab
matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural dan
simbol-simbol melalui berbagai sasaran yang menjadi objek matematika.”16 Bilangan-bilangan misalnya, dipandang sebagai sifat-sifat struktural paling
abstrak yang dilepaskan dari suatu arti tertentu dan hanya menunjukkan
bentuknya saja.
Pada hakikatnya pembelajaran matematika adalah proses yang
sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan
yang memungkinkan seseorang siswa melaksanakan kegiatan belajar
matematika dan dalam proses tersebut terjalin hubungan yang sinergis dan
tak terpisahkan antara tiga unsur pembelajaran yaitu: peserta didik,
pendidik, dan sumber belajar. “Pembelajaran matematika harus
memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari
pengalaman tentang matematika.”17
Kebanyakan, kepada pelajaran inilah guru-guru SD memberikan
perhatian yang sangat besar, yang ternyata dengan seringnya anak-anak
membawa pekerjaan rumah tentang mata pelajaran ini. Bahan
pelajarannya masih terbatas pada pengerjaan bahan yang dilakukan dengan
tanda mengurangi dan menambah, membagi dan mengalikan.
”Matematika SD asal dibatasi sampai pada kemungkinan yang
sering terjadi di dalam kehidupan sehari-hari, misalnya tentang berjual beli
dengan laba dan rugi, persentase dan sebagainya.”18 Dalam pekerjaaan sosial, guru sedapat mungkin jangan memberikan pada pemecahan
tertentu, melainkan membiarkan anak-anak menemukan sendiri teknik
pemecahannya.
Dorongan dan bimbingan bila anak menjumpai kesukaran tetap
diberikan, yaitu sampai kepada apa yang sudah diketahui dari bahan itu
16
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h. 127
17
Ismail, dkk. Kapita Selekta ..., hal. 1.13
18
sendirilah yang harus mengetahui kesukaran itu dan bukan guru.
Dalam proses pembelajaran matematika, siswa sering kali
mengalami kesulitan dengan aktivitas belajarnya. Oleh karena itu, guru
perlu memberikan bantuan atau dorongan kepada siswa dalam
pembelajaran matematika. Seperti diungkapkan oleh Susento bahwa
”pemberian dorongan memungkinkan siswa memecahkan masalah,
melakukan tugas, atau mencapai sasaran yang tidak mungkin diusahakan
siswa sendiri.”19 Dorongan merupakan semua strategi yang digunakan guru dalam membantu usaha belajar siswa melalui campur tangan yang
bersifat memberi dukungan/bentuknya bisa berbagai macam.
3. Model Pembelajaran Tematik
h. Pengertian Model Pembelajaran Tematik
”Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai
konsep kepada anak didik secara utuh.”20 Dalam pembelajaran tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu
kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik
dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema
dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara
mudah dan jelas.
Berdasarkan uraian tentang ”tema” tersebut, Kunandar
mengemukakan bahwa ”pembelajaran tematik adalah pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam
beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka.”21 Pembelajaran tematik merupakan pola pembelajaran yang
mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, kreativitas, nilai dan
sikap pembelajaran dengan menggunakan tema.
19
Moch. Masykur Ag dan Abd. Halim Fathani, Mathematical Intelligence, (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), Cet. Ke-1, h.61
20
Kunandar, Guru Profesional, ……….. , h. 334
21
terpadu atau terintegrasi”22 yang melibatkan beberapa pelajaran – bahkan lintas rumpun mata pelajaran – yang diikat dalam tema-tema
tertentu.
Tim Pengembang PGSD dalam Pembelajaran Terpadu D-II
PGSD menyebutkan bahwa pengertian pembelajaran terpadu dapat
dijelaskan sebagai berikut:23
1. Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai
pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan
konsep-konsep, baik yang berasal dari bidang studi yang
bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
2. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai
bidang studi atau mata pelajaran yang mencerminkan dunia riil di
sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
3. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
anak secara simultan.
4. Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi atau
mata pelajaran yang berbeda dengan harapan anak akan belajar
lebih bermakna.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran
terpadu yang mengaitkan beberapa materi ataupun beberapa mata
pelajaran dengan menggunakan tema sehingga dapat memberikan
pengalaman belajar yang lebih bermakna kepada peserta didik.
Pembelajaran ini melibatkan beberapa kompetensi dasar, hasil
belajar, dan indikator dari suatu mata pelajaran atau bahkan beberapa
mata pelajaran. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari
aspek proses dan waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
”Diterapkannya pendekatan tematik dalam pembelajaran, membuka
22
Departemen Agama, Pedoman Pelaksanaan ..., h. 3
23
pengalaman belajar yang lebih bermakna, berkesan, dan
menyenangkan.”24
Pendekatan tematik dalam pembelajaran sangat membuka
peluang bagi guru untuk mengembangkan berbagai strategi dan
metodologi yang paling tepat. Pemilihan dan pengembangan strategi
pembelajaran mempertimbangkan kesesuaian dengan tema-tema yang
dipilih sebelumnya. Disinilah guru dituntut lebih kreatif dalam
menghadirkan suasana pembelajaran yang menggiring peserta didik
mampu memahami kenyataan hidup yang dijalaninya setiap hari, baik
menyangkut dirinya sebagai pribadi maupun dalam keluarga,
masyarakat, lingkungan, dan alam sekitarnya.
“Pembelajaran tematik tidak semata-mata mendorong peserta
didik untuk mengetahui (learning to know), tapi belajar juga untuk
melakukan (learning to do), belajar untuk menjadi (learning to be),
dan belajar untuk hidup bersama (learning to live together).”25
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan
peserta didik dalam proses belajar secara aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh pengalaman
langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai
pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung peserta
didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
“Teori pendukung untuk pembelajaran tematik ini dimotori pada tokoh
Psikologi Gestalt, termasuk Jean Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan
perkembangan anak.”26
24
Departemen Agama, Pedoman Pelaksanaan ..., h. 3
25
Departemen Agama, Pedoman Pelaksanaan ..., h. 4
26
Model pembelajaran tematik dipandang perlu karena proses
pembelajaran ini dapat menghasilkan pembelajaran yanga kreatif dan
efisien.
Adapun landasan pembelajaran tematik mencakup:27 1. Landasan filosofis
Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat
dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) aliran progsivisme
yang memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada
pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana
yang alamiah (natural), dan memperhatikan pangalaman peserta
didik. (2) Aliran kostruktivisme melihat pengalaman langsung
peserta didik sebagai kunci dalam pembelajaran. (3) Aliran
humanisme melihat peserta didik dari segi keunikan/kekhasannya,
potensinya, dan motifasi yang dimilikinya.
2. Landasan psikologis
Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama
berkaian dengan psikologi perkembangan peserta didik dan
psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama
dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan
kepada peserta didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya
sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar
memberikan kostribusi dalam hal bagaimana isi/materi
pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada peserta didik
dan bagaimana pula peserta didik harus mempelajarinya.
3. Landasan Yuridis
Landasan Yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan
dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung
pelaksanaan pembelajaran tematik disekolah dasar. Landasan
yuridis tersebut adalah UU No.23 tahun 2002 tentang perlindungan
27
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya (pasal 9).
UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b). Selain
itu, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22
tahun 2006 ditekankan bahwa pembelajaran pada kelas I s.d III
dilaksanakan melalui pendekatan tematik.
j. Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik
Untuk mencapai pembelajaran yang bermakna dan
menyenangkan, maka dalam penerapan model pembelajaran tematik
guru sangat dituntut untuk dapat mengembangkan strategi dan metode
pembelajar yang paling tepat. Selain itu juga pembelajaran tematik
harus disesuaikan dengan ruang lingkupnya.
”Ruang lingkup pembelajaran tematik meliputi seluruh mata
pelajaran pada kelas I – III Sekolah Dasar, yaitu Bahasa Indonesia,
Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan
dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Kerajinan Tangan dan Kesenian, serta
Pendidikan Jasmani.”28
k. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar,
pembelajaran tematik memilki karakteristik-karakteristik sebagai
berikut:29
1. Berpusat pada siswa
28
Kunandar, Guru Profesional, ……….. , h. 334
29
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
5. Bersifat fleksibel
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
l. Prinsip Pembelajaran Tematik
Proses belajar yang memberdayakan peserta didik melalui
penerapan model pembelajaran tematik, diharapkan mampu
mengimbangi kebutuhan nyata dan perubahan zaman yang terjadi.
Prinsipnya, sebagai sebuah pembelajaran yang memberdayakan
peserta didik maka pada prakteknya pembelajaran tematik harus
sekuat mungkin meminimalkan metode ceramah.
Adapun prinsip yang mendasari pembelajaran tematik adalah
sebagai berikut:30
Pertama : Terintegrasi dengan lingkungan atau bersifat
kontekstual. Artinya, pembelajaran dikemas dalam
sebuah format keterkaitan antara “kemampuan peserta
didik dalam menemukan masalah” dengan
“memecahkan masalah nyata yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari”. Sementara bentuk belajar
didisain agar peserta didik bekerja secara
sungguh-sungguh dalam menemukan tema pembelajaran yang
nyata, kemudian melakukannya.
Kedua : Memiliki tema sebagai alat pemersatu beberapa mata
peljaran atau kajian. Dalam terminologi kurikulum
lintas bidang studi, tema yang demikian sering disebut
30
pengintegrasi sejumlah mata pelajaran.
Ketiga : Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan (joyful learning).
Keempat : Pembelajaran memberikan pengalaman langsung yang
bermakna bagi peserta didik.
Kelima : Menanamkan konsep dari berbagai mata pelajaran atau
bahan bahan kajian dalam suatu proses pembelajaran
tertentu.
Keenam : Pemisahan atau pembedaan antara satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran yang lain sulit dilakukan.
Ketujuh : Pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minat peserta didik.
Kedelapan : Pembelajarn bersifat fleksibel.
Kesembilan : Pengguanaan variasi metode dalam pembelajaran.
m. Langkah-langkah Pembelajaran Tematik
Pelaksanaan model pembelajaran tematik haruslah dilakukan
secara tersusun sesuai dengan langkahnya. Adapun
langkah-langkah pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:31 a. Pemeteaan kompetensi dasar
b. Menetapkan jaringan tema
c. Penyusunan silabus pembelajaran tematik
d. Penyusunan rencana pembelajaran/desain pembelajaran tematik
e. Pengelolaan Kelas
n. Keunggulan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran tepadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman belajar bermakna kepada
31
keuntungan, di antaranya: (1) Peserta didik mudah memusatkan
perhatian pada suatu tema tertentu; (2) Peserta didik mampu
mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama; (3) Pemahaman
terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; (4)
Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan
matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik; (5)
Peserta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar
karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; (6) Peserta
didik lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi
nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata
pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; (7) Guru dapat
menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran yang disajikan
secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua
atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk
kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
4. Aktivitas Belajar dan Active Learning i. Pengertian Aktivitas Belajar
”Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk
mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar
kalau tidak ada aktivitas.”32
Belajar pada hakekatnya dapat dilakukan dimana saja dan
kapan saja. Baik itu dilakukan di sekolah secara formal maupun
dilakukan di alam sekitar. Lain halnya dengan Sardiman AM, yang
mengganggap bahwa ”sekolah adalah salah satunya pusat kegiatan
belajar karena sekolah merupakan arena untuk mengembangkan
aktivitas.”33
32
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar..., h. 96
33
kegiatan yang dilakukan sehari-hari di dalam kelas atau dalam istilah
kata proses belajar mengajar. Aktivitas dalam belajar dilakukan bila
keduanya hadir, adanya guru dan siswa. Aktivitas itu sendiri berupa:
kehadiran, pembahasan materi pelajaran, adanya diskusi antara guru
dan siswa, dan lain sebagainya.
Dari semua pengertian aktivitas di atas, maka dapat dikatakan
bahwa aktivitas merupakan asas yang terpenting karena belajar
merupakan suatu kegiatan. Tanpa kegiatan atau bergerak tak mungkin
seorang dikatakan belajar.
Selain itu perlu dijelaskan bahwa aktivitas belajar itu adalah
aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar
mengajar, kedua aspek harus selalu berkaitan. Dengan begitu apapun
yang dilakukan tidak terlepas dari tujuan belajar yang sebenarnya
karena aktivitas dan keduanya akan membuahkan aktivitas belajar
yang optimal.
ii. Macam-macam Aktivitas Belajar
Dalam belajar, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri
dari situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan
dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang
mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar apa yang dilakukan
kemudian. Aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah belajar
seperti menulis, mencatat, memandang, mengingat, berfikir, latihan
atau praktek, dan sebagainya.
Berikut kita bahas beberapa contoh aktivitas belajar34: 1. Mendengarkan
Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang
yang belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan.
34
Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek.
Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata. Karena
dalam memandang itu matalah yang memegang peranan penting.
3. Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap
Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia
yang dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar.
4. Menulis atau mencatat
Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan
dari aktivitas belajar.
5. Membaca
Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan
selama belajar di sekolah.
6. Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi
Ikhtisar atau ringkasan memang dapat membantu dalam hal
mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk
masa-masa yang akan datang.
7. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan
Aktivitas mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan
bagan-bagan jangan diabaikan untuk diamati, karena ada hal-hal tertentu
yang tidak termasuk dalam penjelasan melalui tulisan.
8. Menyusun paper atau kertas kerja
Dalam penyusunan paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus
metodologis dan sistematis.
9. Mengingat
Mengingat merupakan gejala psikologis. Untuk mengetahui bahwa
seseorang sedang mengingat sesuatu, dapat dilihat dari sikap dan
perbuatannya. Perbuatan mengingat dilakukan bila seseorang
Berfikir termasuk aktivitas belajar. Dengan berfikir orang
memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu
tentang hubungan antara sesuatu.
11. Latihan atau praktek
Latihan merupakan cara yang baik untuk memperkuat ingatan.
Paul B. Dierdrich setelah mengadakan penyelidikan,
menyimpulkan: terdapat 177 macam kegiatan peserta didik yang
meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, antara lain sebagai
berikut:35
1) Visual activities, membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain, dan sebagainya.
2) Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview,
diskusi, interupsi, dan sebagainya.
3) Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan diskusi,
musik, pidato, dan sebagainya.
4) Writing activities, menulis: cerita, karangan, laporan, tes, angket,
menyalin, dan sebagainya.
5) Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram,
pola, dan sebagainya.
6) Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan
sebagainya.
7) Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan
sebagainya.
35
berani, tenang, gugup, dan sebagainya.
Prinsip aktivitas yang diuraikan di atas didasarkan pada
pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan harus diperoleh
melalui pengamatan (mendengar, melihat, dan sebagainya) sendiri dan
pengalaman sendiri. Guru hanyalah merangsang keaktifan dengna
menyajikan bahan pelajaran, sedangkan yang mengolah dan mencerna
adalah peserta didik itu sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat,
dan latar belakang masing-masing. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa belajar adalah suatu proses di man peserta didik harus aktif.
iii. Active Learning
”Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan
informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan
mental dan kerja siswa sendiri.”36 Untuk dapat membuahkan hasil belajar yang maksimal adalah dengan kegiatan belajar aktif. Agar
belajar menjadi aktif, siswa harus gesit, bersemangat, dan bergairah.
Ada tiga pernyataan sederhana yang berbicara tentang perlunya
cara belajar aktif. Yaitu: ”Yang saya dengar, saya lupa. Yang saya
lihat, saya ingat. Dan yang saya lakukan, saya pahami”37
Prinsip active learning adalah bahwa belajar bukanlah kegiatan
menghafal semata. Belajar memerlukan kedekatan dengan berbagai
macam hal, seperti media yang konkret, praktek dalam kehidupan
sehari-hari, menginginkan jawaban atas pertanyaan, membutuhkan
informasi untuk memecahkan masalah, atau mencari cara untuk
mengerjakan tugas.38
36
Melvin L. Silberman, Active Learning, (Bandung: Nusamedia, 2004), edisi revisi, h. 9
37
Melvin L. Silberman, Active Learning ……… , h. 23
38
Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan
kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dengan
melakukan aktivitas peserta didik dapat memperoleh pengetahuan,
pemahanman, dan aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan
keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.
Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para
siswa, oleh karena:39
1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami
sendiri.
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa
secara integral.
3. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa.
4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis.
6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan
antara orang tua dengan guru.
7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta
menghindarkan verbalitas.
8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam
kehidupan di masyarakat.
B. Bahasan Hasil-hasil Penelitian Yang Relevan
1. Ila Hilyatul Aen, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Pembelajaran Tematik Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”,
memberikan kesimpulan bahwa pendekatan tematik mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap hasil belajar siswa Sekolah Dasar.
39
Tematik Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas 3 SD Negeri 034 Samarinda Ulu”. Kesimpulan dari penelitian
tersebut adalah bahwa melalui pembelajaran tematik hasil belajar
matematika siswa kelas 3 SD Negeri 034 Samarinda Ulu mengalami
peningkatan.
C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan
Diterapkannya model pembelajaran tematik, dapat membuka ruang
yang luas bagi peserta didik untuk mengalami sebuah pengalaman belajar
yang lebih bermakna, berkesan, dan menyenangkan. Pembelajaran tematik
lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses belajar secara
aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh
pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai
pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung, peserta didik
akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
Model pembelajaran tematik yang akan diterapkan adalah pada
pelajaran matematika. Dengan menggunakan tema yang ada, guru akan
menyampaikan materi matematika secara menyeluruh dengn dipadukan
dengan beberapa materi pelajaran lain yang berkaitan dengan tema tersebut.
Dalam penerapan pembelajaran tematik ini, guru menggunakan metode yang
bervariasi dan lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif.
Berdasarkan pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka
diharapkan bahwa penerapan model pembelajaran tematik dapat
meningkatkan aktivitas belajar, motivasi belajar, dan hasil belajar matematika
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
M. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Pelajaran
2008/2009, yaitu pada bulan September – Desember 2008, dengan perincian
[image:40.612.103.516.112.558.2]sebagai berikut:
Tabel 1 Jadwal Penelitian
No Kegiatan September Oktober November Desember
1 Persiapan dan perencanaan
2 Observasi (Studi lapangan)
3 Pelaksanaan Pembelajaran
4 Analisis Data
5 Laporan penelitian
Tempat penelitian adalah MI Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang beralamat di Kompleks UIN Syarif Hidayatullah, Jl. Ibnu Taimia
IV Ciputat-Jakarta Selatan.
N. Metode dan Desain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
atau yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research. Tujuan utama
dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan
professionalisme pendidik dalam menangani proses pembelajaran. Dengan
memahami dan mencoba melaksanakan penelitian tindakan kelas, diharapkan
kemampuan pendidik dan proses pembelajaran semakin meningkat
kualitasnya dan sekaligus akan meningkatkan kualitas pendidikan.
Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra
penelitian) dan akan dilanjutkan dengan dua siklus. Dalam hal ini, yang
dimaksud siklus adalah satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke
langkah semula,47 dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: Tahap 1 : Menyusun rancangan tindakan (Planning)
Dalam tahap ini peneliti menentukan titik fokus peristiwa yang
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian
bekerja sama dengan kolaborator (guru kelas) membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan disajikan dalam
proses pembelajaran di kelas. Pada tahap ini juga peneliti
membuat instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi,
catatan lapangan, lembar wawancara dan soal tes untuk akhir
silkus.
Tahap 2 : Pelaksaan tindakan (Acting)
Tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan
tindakan kelas.
Tahap 3 : Pengamatan (Observing)
Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan
dengan pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang
akurat untuk perbaikan pada silkus berikutnya. Observasi
dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, menggali, dan
mendokumentasikan semua gejala indikator yang terjadi selama
proses penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
pengamatan dengan dibantu oleh guru kelas yang bertugas
sebagai observer dan kolaborator. Sebagai observer yaitu
mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan
memberi penilaian terhadap peneliti dalam menerapkan model
pembelajaran tematik.
47
Tahap 4 : Refleksi (Reflecting)
Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali
apa yang sudah dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan
dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti dan observer,
sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang telah
dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu
adanya perbaikan. Tahap ini dilaksanakan dengan maksud untuk
memperbaiki kegiatan penelitian sebelumnya, yang akan
diterapkan pada penelitian berikutnya.
Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.
Adapun bagan dari desain penelitian di atas adalah sebagai berikut:
Kegiatan Pendahuluan
1. Observasi proses pembelajaran di kelas.
2. Observasi tingkat aktivitas belajar siswa.
3. Wawancara dengan guru kelas. 4. Wawancara dengan siswa.
SIKLUS I
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model pembelajaran tematik
b. Membuat pedoman observasi c. Membuat pedoman wawancara
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar metematika dengan menerapkan pembelajaran tematik, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes Siklus I.
3. Tahap Observasi
a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran tematik. b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses
pembelajaran.
c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa.
4. Tahap Refleksi
Peneliti bersama kolaborator mengevalusi proses pembelajaran silkus I. Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan hasil evluasi siklus I digunakan sebagai acuannya.
Siklus II
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model pembelajaran tematik
b. Menyiapkan pedoman observasi c. Menyiapkan pedoman wawancara d. Membuat soal tes Siklus II untuk siswa
Bagan 1
Desain Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan desain tersebut maka dapat ditentukan apakah siklus
selanjutnya perlu dilanjutkan atau tidak, sedangkan penelitian akan diakhiri
atau dihentikan dengan indikator keberhasilan sebagai berikut :
1. Hasil pengamatan melalui lembar observasi aktivitas belajar matematika
siswa menunjukkan peningkatan aktivitas belajar matematika siswa. Hal
ini dapat dilihat berdasarkan hasil persentase seluruh indikator aktivitas
mencapai rata-rata 70%.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika dengan menerapkan pembelajarn tematik, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes Siklus II.
3. Tahap Observasi
a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran tematik.
b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran.
c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa.
4. Tahap Refleksi
2. Tes yang diberikan pada setiap akhir siklus menunjukkan bahwa nilai
rata-rata tes siswa mencapai 80 dan tidak ada siswa yang mendapat nilai
dibawah KKM yaitu 65.
O. Subjek/Partisipan yang terlibat dalam Penelitian
Partisipan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IF MI Pembangunan UIN Jakarta dan guru kelas IF sebagai kolaborator dan observer.
P. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku penelitian. Peneliti bekerja sama dengan guru kelas sebagai kolaborator dan observer. Sebagai kolaborator yaitu bekerja dalam hal membuat rancangan
pembelajaran, melakukan refleksi dan menentukan tindakan-tindakan pada siklus selanjutnya. Sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti dalam mengajar dengan menerapkan model pembelajaran tematik dan
mengamati aktivitas belajar matematika siswa selama proses pembelajaran.
Dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, maka kerja sama antara guru kelas dan peneliti menjadi hal yang sangat penting dan memiliki kedudukan yang setara, dalam arti masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan.48
Q. Tahapan Interversi Tindakan
Tahapan penelitian tindakan ini diawali dengan dilakukannya
penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan dilanjutkan dengan tindakan
pertama dalam siklus I. Siklus ini terdiri dari perencanaan tindakan,
pelaksanakan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Setelah
melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, apabila indikator keberhasilan
belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II.
Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa
indikator keberhasilan telah tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi
apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke
siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.
48
Adapun uraian dari tahap-tahap penelitian di atas adalah sebagai berikut:
1. Pra penelitian
a) Pengamatan keadaan kelas
Waktu pelaksanaan : tanggal 22, 24, 27 Oktober 2008
Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap
proses pembelajaran di kelas IF MI Pembangunan UIN Jakarta.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana
proses pembelajaran matematika dan aktivitas belajar matematika
siswa.
b) Wawancara
Waktu pelaksanaan : tanggal 24, 27, dan 29 Oktober 2008
Wawancara dilaksanakan terhadap siswa dan guru kelas untuk
mengetahui minat siswa terhadap pelajaran matematika, aktivitas
belajar siswa, dan permasalahan yang dihadapi guru dalam
pembelajaran matematika di kelas tersebut.
c) Analisis dan refleksi
Waktu pelaksanaan : 27 Oktober 2008
Analisis dan refleksi dari kegiatan pra penelitian (pendahuluan) ini
dilakukan menganalisa data yang diperoleh pada pra penelitian dan
kemudian dilakukan refleksi untuk memperoleh cara yang tepat untuk
mengatasi permasalahan yang muncul sehinggga dapat diberikan
tindakan yang tepat pada tahap pelaksanaan pembelajaran nanti.
2. Siklus I
a) Tahap perencanaan
Waktu Pelaksanaan : 22, 24, 27 dan 29 Oktober 2008
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) dan membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu
lembar observasi guru pada KBM, lembar observasi aktivitas belajar
siswa, pedoman wawancara untuk guru dan siswa, serta soal untuk tes
b) Tahap pelaksanaan
- Pertemuan 1
Waktu pelaksanaan : 31 Oktober 2008
Pada tahap ini peneliti akan menerapkan model pembelajaran
tematik, yaitu dengan tema ”Kegiatan sehari-hari”. Materi yang akan
disampaikan adalah satuan waktu (pagi, siang, sore, dan malam),
seperti yang diuraikan dalam RPP.
- Pertemuan 2
Waktu pelaksanaan : 3 November 2008
Pada tahap ini peneliti akan menerapkan model pembelajaran
tematik, yaitu dengan tema