• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah : penelitian tindakan kelas di MI Pembangunan UIN Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah : penelitian tindakan kelas di MI Pembangunan UIN Jakarta"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas di MI Pembangunan UIN Jakarta)

Oleh:

KHANIFAH

NIM: 104017000551

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH

(Penelitian Tindakan Kelas di MI Pembangunan UIN Jakarta)

Skripsi:

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

KHANIFAH NIM 104017000551

Di bawah bimbingan

Pembimbing I

Maifalinda Fatra, M.Pd NIP. 150 277 129

Pembimbing II

Abdul Muin, S.Si, M.Pd NIP. 150

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Skripsi berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa di Madrasah Ibtidaiyah (Penelitian Tindakan Kelas di MI Pembangunan UIN Jakarta)” disusun oleh KHANIFAH Nomor Induk Mahasiswa 10401700551, diajukan kepada Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah

dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 5 Maret 2009 di hadapan

dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd)

dalam bidang Pendidikan Matematika.

Jakarta, 6 Maret 2009

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)

Maifalinda Fatra, M.Pd

NIP. 150 277 129 ... ...

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi)

Otong Suhyanto, M.Si

NIP. 150 293 239 ... ...

Penguji I

Drs. H.M.Ali Hamzah, M.Pd

NIP. 150 120 082 ... ...

Penguji II

Dra. Afidah Mas’ud

NIP. 150 228 775 ... ...

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(4)

ABSTRAK

KHANIFAH (10401700551), Penerapan Model Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa di Madrasah Ibtidaiyah (Penelitian Tindakan Kelas di MI Pembangunan UIN Jakarta), Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Februari 2009.

Latar belakang pelaksanaan penelitian ini adalah untuk menghadapi era globalisasi ini dibutuhkan guru yang kreatif, yang mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Adapun salah satu model pembelajaran yang dapat membantu guru untuk mengelola proses pembelajaran yang efektif dan dapat memberikan peserta didik ruang bebas untuk mewujudkan potensinya adalah model pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya.

Metodologi yang digunakan dalm penelitian ini adalah Action Research atau lebih dikenal dengan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pada siklus I peneliti mulai menerapkan model pembelajaran tematik dengan tema ”kehidupan sehari-hari” dan menggunakan variasi metode, seperti simulasi, tanya jawab, penugasan dan games. Pada siklus II dilanjutkan dengan tema ”lingkungan” dengan pemberian reward untuk meningkatkan motivasi siswa dalam melakukan aktivitas belajar.

Proses pembelajaran dan aktivitas belajar siswa diamati oleh peneliti dan guru kelas menggunakan lembar observasi. Diakhir siklus dilaksanakan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru dan siswa pada setiap akhir siklus.

(5)

Bismillahirrahmanirrahim

Sembah dan sujud syukur kepada Allah SWT Yang Maha Kuasa yang telah

menciptakan bumi beserta isinya. Dialah yang telah menciptakan manusia sebagai

makhluk yang sempurna dan memposisikan sebagai khalifah dimuka bumi ini.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, yang telah menyampaikan risalahnya dan mengajarkan kepada umat

manusia tentang kebaikan dan pemaknaan tentang hakikat hidup dan semoga apa

yang telah diajarkan kepada umat manusia akan tetap abadi sampai akhir zaman.

Penulis bersyukur karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, skripsi ini dengan judul

”Penerapan Model Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar

Matematika Siswa di Madrasah Ibtidaiyah (Penelitian Tindakan Kelas di MI

Pembangunan UIN Jakarta)” dapat diselesaikan dan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Usaha penulis dalam rangka penulisan skripsi ini sudah sangat maksimal,

namun penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga kepada:

1. Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengizinkan serta

memberikan restu kepada penulis guna menyusun skripsi ini sebagai syarat

untuk memperoleh gelar sarjana.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd selaku pembimbing I dan Ketua Jurusan

Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah

memberikan bimbingan dengan sabar, dan senantiasa memberikan support

dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd selaku pembimbing II yang telah meluangkan

(6)

yang senantiasa memberikan do’a dan dorongan semangat sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Nia Nurmalia, S.Ag dan Hj. Irawati Hafidz, ST serta keluarga besar MI

Pembangunan UIN Jakarta yang telah membantu dan memberikan kesempatan

kepada penulis untuk mengadakan penelitian di MI Pembangunan UIN

Jakarta.

6. Sahabat-sahabat terbaikku Khori, Reni, Widjie, Ayu, Icha, Tuhfa, Al, Kaut,

serta seluruh kelas B Mtk angkatan 2004. Terima kasih atas bantuan kalian

selama ini, dengan kehadiran kalian serta canda tawa yang selalu menghiasi

hari-hari penulis menjadikan rasa lelah dan penat hilang. I Love You All ….

7. Spesial untuk keluarga besar Paduan Suara FITK, teman-teman Pojok Seni

Tarbiyah dan teman-teman PSM, serta semua temanku yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, terimakasih untuk semuanya.

Akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi

teman-teman mahasiswa umumnya dan bagi penulis khususnya. Sebagai manusia

yang tidak sempurna, maka dengan senang hati penulis akan menerima kritik dan

saran yag bersifat membangun demi sempurnanya skripsi ini.

Alhamdulillahirrabil alamin

Jakarta, Februari 2009

Penulis

(7)

LEMBAR SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAKSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 4

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Kerangka Teori ... 7

1. Konsep Belajar dan Pembelajaran ... 7

2. Pembelajaran Matematika Untuk Kelas I-III SD ... 9

3. Pembelajaran Tematik ... 13

a. Pengertian Pembelajaran Tematik ... 13

b. Landasan Pembelajaran Tematik ...

16

c. Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik ...

17

d. Karakteristik Pembelajaran Tematik ...

17

e. Prinsip Pembelajaran Tematik ...

(8)

19

g. Keunggulan Model Pembelajaran Tematik ...

20

4. Aktivitas Belajar ... 20

a. Pengertian Aktivitas Belajar ... 20

b. Macam-macam Aktivitas Belajar ... 21

c. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran ... 24

B. Bahasan Hasil-hasil Penelitian Yang Relevan ... 25

C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

B. Metode dan Desain Interversi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian ... 27

C. Subjek/Partisipan yang terlibat dalam Penelitian ... 32

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 32

E. Tahapan Interversi Tindakan ... 33

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 37

G. Data dan Sumber Data ... 38

H. Instrumen – instrumen Penelitian ... 38

I. Teknik Pengumpulan Data ... 39

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi ... 40

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... 40

L. Tindak Lanjut/Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data/Hasil Intervensi Tindakan ... 43

B. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 72

C. Analisis Data ... 74

D. Interpretasi Hasil Analisis ... 79

(9)

A...Kesim

pulan ... 82

B...Saran

... 83

(10)
[image:10.612.104.515.112.552.2]

Tabel 1 Jadwal Penelitian ... 27

Tabel 2 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I .... 56

Tabel 3 Nilai Tes Akhir siklus I... 58

Tabel 4 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II ... 68

Tabel 5 Nilai Tes Akhir siklus II ... 71

Tabel 6 Peningkatan Persentase Aktivitas Belajar Siswa... 74

Tabel 7 Statistik Deskriptif Peningkatan Skor Aktivita Belajar Siswa ... 75

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Aktivitas siswa mengerjakan tugas pada penelitian

pendahuluan ... 46

Gambar 2 Aktivitas siswa mengerjakan tugas pada pertemuan ke-1 ... 49

Gambar 3 Aktivitas siswa pada pelaksanaan Tes Akhir Siklus I ... 55

Gambar 4 Aktivitas mengikuti games pada pertemuan ke-6 ... 64

Gambar 5 Aktivitas mengerjakan tugas pada pertemuan ke-7 ... 66

Gambar 6 Aktivitas siswa pada pelaksanaan Tes Akhir Siklus II ... 67

Gambar 7 Aktivitas memperhatikan guru pada siklus II ... 69

Gambar 8 Digram Batang Peningkatan Persentase Aktivitas Belajar Siswa ... 75

[image:11.612.102.512.115.558.2]
(12)

DAFTAR BAGAN

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jaringan Tema Siklus I ... 88

Lampiran 2 Silabus Siklus I ... 56

Lampiran 3 RPP Siklus I ... 58

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 68

Lampiran 5 Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus I ... 71

Lampiran 6 Lembar Soal Tes Siklus I ... 74

Lampiran 7 Jawaban Soal Tes Siklus I ... 76

Lampiran 8 Jaringan Tema Siklus II ... 27

Lampiran 9 Silabus Siklus II... 56

Lampiran 10 RPP Siklus II ... 58

Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 68

Lampiran 12 Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus II... 71

Lampiran 13 Lembar Soal Tes Siklus II... 74

Lampiran 14 Jawaban Soal Tes Siklus II ... 76

Lampiran 15 Pedoman Observasi Guru KBM ... 45

Lampiran 16 Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 27

Lampiran 17 Pedoman wawancara ... 56

Lampiran 18 Hasil Observasi Guru pada Siklus I... 58

Lampiran 19 Hasil Observasi Guru pada Siklus II ... 68

Lampiran 20 Daftar Nilai Harian dan Tes Hasil Belajar Siswa ... 71

Lampiran 21 Perolehan Skor aktivitas belajar siswa ... 74

Lampiran 22 Lembar Uji Refferensi ... 76

Lampiran 23 Surat Pengajuan Judul Skripsi... 45

Lampiran 24 Surat Pengajuan Dosen Pembimbing ... 78

Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian ... 90

(14)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”1

Pendidikan di abad pengetahuan ini menuntut adanya manajemen

yang modern dan profesional dengan bernuansa pendidikan. “Pendidikan

mempunyai peranan yang amat srategis untuk mempersiapkan generasi muda

yang memiliki keberdayaan dan kecerdasan emosional yang tinggi dan

menguasai mega skills yang mantap. Untuk itu, lembaga pendidikan dalam

berbagai jenis dan jenjang memerlukan pencerahan dan pemberdayaan dalam

berbagai aspek.”2

Lembaga-lembaga pendidikan diharapkan mampu mewujudkan

peranannya secara efektif dengan keunggulan dalam kepemimpinan, staf,

proses belajar mengajar, pengembangan staf, kurikulum, tujuan dan harapan,

iklim sekolah, penilaian diri, komunikasi, dan keterlibatan orang

tua/masyarakat. Tidak kalah pentingnya adalah sosok penampilan guru yang

ditandai dengan keunggulan dalam nasionalisme dan jiwa juang, keimanan

dan ketakwaan, penguasaan iptek, etos kerja dan disiplin, profesionalisme,

kerja sama dan belajar dengan berbagai disiplin, wawasan masa depan,

kepastian karier, dan kesejahteraan lahir dan batin.

Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk mengantarkan peserta

didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan,

sikap, moral, maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai makhluk

1

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, 2003 ) hal.1

2

Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 12.

(15)

mencapai tujuan tersebut peserta didik berinteraksi dengan lingkungan belajar,

dimana pada lingkungan belajar di sekolah interaksi ini diatur oleh guru.

Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah

guru. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas

sumber daya manusia. Guru berhadapan langsung dengan para peserta didik di

kelas melalui proses belajar mengajar.

Selama ini, praktek belajar-mengajar di kelas sering kontraproduktif akibat asumsi yang keliru dalam memposisikan guru dan peserta didik. Guru dipandang sebagai figur yang serba bisa, paling tahu, bahkan nyaris tidak pernah salah di hadapan peserta didik. Sementara di lain pihak, peserta didik dipandang sebagai penerima pengetahuan yang kadar pemahamannya tidak akan melebihi tingkat pemahaman guru.3

Anggapan demikian adalah sebuah kekeliruan yang fatal. Disadari atau

tidak, hal ini menjadikan peserta didik tidak mempunyai ruang bebas untuk

berkembang. Padahal di era sekarang tidak menutup kemungkinan peserta

didik sangat kreatif dalam memanfaatkan informasi yang diperolehnya dari

berbagai sumber. Bisa jadi, informasi yang dimiliki mereka lebih banyak

karena akses dan fasilitas untuk mendapatkannya lebih lengkap dari pada yang

dimiliki guru.

Adapun salah satu model pembelajaran yang dapat membantu guru

untuk mengelola proses pembelajaran yang efektif dan dapat memberikan

peserta didik ruang bebas untuk mewujudkan potensinya adalah model

pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada

keterlibatan peserta didik dalam proses belajar secara aktif dalam proses

pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung

dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang

dipelajarinya. “Melalui pengalaman langsung peserta didik akan memahami

3

(16)

lain yang telah dipahaminya.”4

”Menurut Djahiri (2002) dalam proses pembelajaran prinsip utamanya

adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri

siswa (fisik dan nonfisik) dan kebermaknaannya bagi diri dan kehidupannya

saat ini dan di masa yang akan datang (life skill).”5 Sedangkan menurut Luthfiyah Nurlaela, bahwa:

Model pembelajaran tematik memiliki kelebihan karena cara pendekatannya yang sistematik dan cukup memberi peluang pelibatan berbagai pengalaman siswa. Tema-tema yang diangkat dipilih dari hal-hal yang dikemukakan siswa, yang mungkin bertolak dari pengalaman sebelumnya, serta berdasarkan kebutuhan yang dirasakan siswa (felt need) (Joni, 1996). Menurut Kovalik dan McGeehan (1999), tema menyediakan struktur jalan pijakan ke konsep-konsep yang penting yang membantu siswa melihat pola serta membuat hubungan-hubungan di antara fakta-fakta dan ide-ide yang berbeda.6

Pembelajaran tematik memiliki ciri berpusat pada peserta didik

(student centered). Peserta didik didorong untuk menemukan, melakukan, dan

mengalami secara kontekstual dengan menggunakan seluruh sumber daya

yang dimiliki dan lingkungan sekitarnya. “Pembelajaran menjadi lebih

bermakna, karena peserta didik secara langsung ‘melakukan’ (doing) dan

‘mengalami’ (experience) sendiri suatu aktivifitas (pembelajaran).”7

Di dalam belajar, aktivitas sangat diperlukan. Sebab pada prinsipnya

belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan

kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas

merupakan prinsip atau asas yang penting di dalam interaksi belajar-mengajar.

Dalam pembelajaran, yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam

pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedang pendidik memberikan

bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak

didik.

4

http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/20/pembelajaran-tematik-arti-penting/

5

Kunandar, Guru Profesional ………, h. 287

6

http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=33361 7

(17)

Tindakan Kelas dengan judul:

“ Penerapan Model Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika siswa di Madrasah Ibtidaiyah ”

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Dari latar belakang masalah di atas, dapat didefinisikan

masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara menumbuhkan motivasi siswa terhadap pelajaran

matematika?

2. Apakah model pembelajaran tematik dapat diterapkan pada pelajaran

matematika?

3. Apakah penerapan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan

aktivitas belajar matematika siswa?

4. Apakah penerapan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa?

5. Jenis-jenis aktivitas apakah yang dapat ditingkatkan melalui penerapan

model pembelajaran tematik?

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di MI Pembangunan

UIN Jakarta. Adapun fokus penelitian adalah meningkatkan aktivitas belajar

matematika siswa melalui model pembelajaran tematik.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Setelah penulis pengemukakan latar belakang masalah di atas, dapatlah

terlihat luasnya permasalahan yang di dapat. Karena adanya keterbatasan

waktu dan pengetahuan yang penulis miliki serta untuk memperjelas dan

memberikan arah yang tepat dalam pembahasan skripsi, maka penulis

berusaha memberikan batasan sesuai dengan judul, yaitu sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Tematik : model pembelajaran tematik yang

dimaksud adalah model pembelajaran tematik pada mata pelajaran

(18)

dengan beberapa materi pelajaran lain yang terkait dengan tema.

2. Aktivitas belajar : aktivitas belajar yang dimaksud merupakan

suatu kegiatan yang dilakukan siswa di dalam kelas atau selama proses

proses pembelajaran berlangsung (seperti: memperhatikan penjelasan

guru, bertanya pada guru, menjawab pertanyaan guru, dan sebagainya)

3. Siswa Madrasah Ibtidaiyah : siswa yang dimaksud adalah siswa pada

kelas awal sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah, yaitu kelas satu, kelas dua

atau kelas tiga.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah dan fokus penelitian di atas, maka

peneliti merumuskan masalah penelitian, yaitu:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran tematik pada pelajaran

matematika?

2. Apakah model pembelajaran tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar

siswa?

3. Jenis-jenis aktivitas apakah yang dapat ditingkatkan melalui penerapan

model pembelajaran tematik?

4. Apakah penerapan model pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa?

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian

tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika

siswa melalui penerapan model pembelajaran tematik.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa

(19)

membangun motivasi belajar siswa dalam pelajaran matematika serta

meningkatkan aktivitas belajar siswa.

b. Bagi guru ataupun calon guru, penelitian ini memberikan manfaat

untuk mengetahui strategi pembelajaran yang tepat dalam

meningkatkan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar matematika

siswa serta dapat meningkatkan prefesionalisme guru dalam proses

belajar mengajar di kelas.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan manfaat bagi

sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah yang

(20)

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Kerangka Teori

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Banyak para ahli dalam bidang pendidikan yang mengemukakan

tentang definisi atau pengertian belajar. Ada yang berpendapat bahwa

“Belajar adalah perubahan yang secara relative berlangsung lama pad

perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman.”1 James O. Whittaker berpendapat bahwa “Belajar adalah proses di mana tingkah laku

ditimbulkan.”2 Sedangkan menurut pandangan konstruktivisme “Belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksi makna

sesuatu, entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain.”3 Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu yang terjadi dalam waktu tertentu. Perubahan yang terjadi itu harus secara relatif bersifat menetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak (immediate behavior) tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potensial behavior). Oleh karena itu, perubahan-perubahan terjadi karena pengalaman.4

Berdasarkan perbedaan-perbedaan pendapat mengenai belajar,

penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan.

Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan individu

sehingga tingkah lakunya berkembang. Dengan perubahan itulah manusia

secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan

keputusan-keputusan penting untuk hidupnya. Segala aktivitas dan prestasi hidup

manusia tidak lain adalah hasil dari belajar.

1

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), h. 82

2

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002 ), cet 1, h.12

3

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar..., h. 37

4

Drs. Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Prenhallindo, 2002), h. 105

(21)

melakukan proses belajar disebut pembelajaran. Dalam kamus besar

Bahasa Indonesia kata pembelajaran diartikan sebagai “proses, cara,

menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”.5 Dan dalam Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional disebutkan bahwa pembelajaran adalah “proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.6 Menurut Suharsono, bahwa ”Pembelajaran adalah kata kunci

terjadinya suatu perubahan manusiawi, apakah bersifat kolektif maupun

individual, menuju keadaan yang lebih baik, dewasa dan kematangan.

Melalui pembelajaran pula anak-anak kita dapat berkembang dengan baik,

baik akhlaq, kecerdasan, maupun spiritualnya.”7 Sedangkan menurut Kunandar, bahwa ”Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta

didik dengan lingkungannnya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah

yang lebih baik.”8

Pembelajaran dalam KTSP adalah pembelajaran di mana hasil dari

belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai oleh siswa, sistem

penyampaikan dan indikator hasil belajar dirumuskan secara tertulis sejak

perencanaan dimulai. ”Pembelajaran atau instruction biasanya terjadi

dalam situasi formal yang secara sengaja diprogramkan oleh guru dalam

usahanya menstransformasikan ilmu yang diberikannya kepada peserta

didik, berdasarkan kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai.”9

Setelah membahas tentang belajar dan pembelajaran, penulis dapat

mengambil kesimpulan bahwa proses belajar merupakan bersifat internal

dalam diri siswa, sedangkan pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja

direncanakan dan rekayasa perilaku seseorang.

5

Ismail, dkk. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), hal 1.13

6

Undang-undang Republik IndonesiaNomor 2, ……….. , hal.4

7

Suharsono, Membelajarkan Anak Dengan Cinta, (Jakarta: Inisiasi Press, 2003), h. 29

8

Kunandar, Guru Profesional, ……….. , h. 287

9

(22)

pembelajaran, sangatlah berkaitan. Konsep belajar berakar pada pihak

peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak guru yang

sengaja diprogramkan berdasarkan kurikulum.

2. Pembelajaran Matematika Untuk Kelas I - III Sekolah Dasar

Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada

rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa perkembangan

anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi

kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang

dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

”Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga

SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka

telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya.”10 Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda

roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan

dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting.

Selain itu, perkembangan anak dari sisi sosial, terutama anak yang berada

pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan

keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan

teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.

Perkembangan anak usia 6-8 tahun dari sisi emosi antara lain anak

telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat

mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah

mulai belajar tentang konsep nilai misalnya benar dan salah. Untuk

perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan

dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan

obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya

10

(23)

berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.

Menurut Nasution (1993:44) masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya masuk Sekolah Dasar, dan dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap-sikap dana tingkah lakunya. Para guru mengenal masa ini sebagai ”masa sekolah”, oleh karena pada usia inilah anak untuk pertama kalinya menerima pendidikan formal.11

Beberapa sifat anak-anak pada masa kelas rendah sekolah dasar

antara lain:

a) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan

pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.

b) Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan

permainan yang tradisional.

c) Ada kecenderungan memuji diri sendiri.

d) Suka membending-bandingkan dirinya dengan yang anak lain kalau

hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan yang lain.

e) Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu

dianggapnya tidak penting.

f) Pada masa ini (terutama pada umur 6-8 tahun) anak menghendaki nilai

(nilai rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang

pantas diberi nilai baik atau tidak.

”Sesuai dengan tahapan karakteristik perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan belajar bermakna,

maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan

dengan pembelajaran tematik.”12

Pendidikan di Sekolah dasar adalah merupakan pendidikan formal

pertama yang terutama. Karena pendidikan di sinilah yang menjadi dasar

untuk kehidupan anak selanjutnya. ”Kuatnya pendidikan dasar akan

11

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002 ), cet 1, h.90

12

(24)

sekadar pengalaman dari apa yang dikuasai anak di sekolah dasar

tersebut.” 13

Adapun kecakapan-kecakapan yang dapat diberikan oleh SD

kepada anak-anak ialah semua kecakapan yang diorganisasi di dalam

pelajaran SD, sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Antara lain:

1) Berbahasa

2) Bernyanyi

3) Matematika

4) Menggambar

5) Beragama

6) Berbuat susila

7) Berketrampilan

8) Olah raga

9) Berpengetahuan tentang IPA

10)Berpengtahuan tentang IPS, dan lain-lain.14

Perkataan matematika sangat erat hubungannya dengan kata

mathaein yang mempunyai arti belajar (berpikir). Banyak sekali pendapat

yang muncul tentang pengertian matematika, baik dipandang dari segi

ilmu pegetahuan atau maupun pengalaman masing-masing orang yang

berbeda. Berdasarkan etimologis, perkataan matematika mempunyai arti

“ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan benalar.”15 Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain yang diperoleh buka melalui

penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih mengarah kepada aktivitas

dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih

menekankan kepada hasil observasi atau eksperimen disamping penalaran.

13

Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), Cet. Ke-7, h. 89

14

Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan ………. h. 91

15

(25)

“matematika adalah sebagai sistem lambang yang formal sebab

matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural dan

simbol-simbol melalui berbagai sasaran yang menjadi objek matematika.”16 Bilangan-bilangan misalnya, dipandang sebagai sifat-sifat struktural paling

abstrak yang dilepaskan dari suatu arti tertentu dan hanya menunjukkan

bentuknya saja.

Pada hakikatnya pembelajaran matematika adalah proses yang

sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan

yang memungkinkan seseorang siswa melaksanakan kegiatan belajar

matematika dan dalam proses tersebut terjalin hubungan yang sinergis dan

tak terpisahkan antara tiga unsur pembelajaran yaitu: peserta didik,

pendidik, dan sumber belajar. “Pembelajaran matematika harus

memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari

pengalaman tentang matematika.”17

Kebanyakan, kepada pelajaran inilah guru-guru SD memberikan

perhatian yang sangat besar, yang ternyata dengan seringnya anak-anak

membawa pekerjaan rumah tentang mata pelajaran ini. Bahan

pelajarannya masih terbatas pada pengerjaan bahan yang dilakukan dengan

tanda mengurangi dan menambah, membagi dan mengalikan.

”Matematika SD asal dibatasi sampai pada kemungkinan yang

sering terjadi di dalam kehidupan sehari-hari, misalnya tentang berjual beli

dengan laba dan rugi, persentase dan sebagainya.”18 Dalam pekerjaaan sosial, guru sedapat mungkin jangan memberikan pada pemecahan

tertentu, melainkan membiarkan anak-anak menemukan sendiri teknik

pemecahannya.

Dorongan dan bimbingan bila anak menjumpai kesukaran tetap

diberikan, yaitu sampai kepada apa yang sudah diketahui dari bahan itu

16

Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), h. 127

17

Ismail, dkk. Kapita Selekta ..., hal. 1.13

18

(26)

sendirilah yang harus mengetahui kesukaran itu dan bukan guru.

Dalam proses pembelajaran matematika, siswa sering kali

mengalami kesulitan dengan aktivitas belajarnya. Oleh karena itu, guru

perlu memberikan bantuan atau dorongan kepada siswa dalam

pembelajaran matematika. Seperti diungkapkan oleh Susento bahwa

”pemberian dorongan memungkinkan siswa memecahkan masalah,

melakukan tugas, atau mencapai sasaran yang tidak mungkin diusahakan

siswa sendiri.”19 Dorongan merupakan semua strategi yang digunakan guru dalam membantu usaha belajar siswa melalui campur tangan yang

bersifat memberi dukungan/bentuknya bisa berbagai macam.

3. Model Pembelajaran Tematik

h. Pengertian Model Pembelajaran Tematik

”Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai

konsep kepada anak didik secara utuh.”20 Dalam pembelajaran tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu

kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik

dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema

dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara

mudah dan jelas.

Berdasarkan uraian tentang ”tema” tersebut, Kunandar

mengemukakan bahwa ”pembelajaran tematik adalah pembelajaran

terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam

beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka.”21 Pembelajaran tematik merupakan pola pembelajaran yang

mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, kreativitas, nilai dan

sikap pembelajaran dengan menggunakan tema.

19

Moch. Masykur Ag dan Abd. Halim Fathani, Mathematical Intelligence, (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), Cet. Ke-1, h.61

20

Kunandar, Guru Profesional, ……….. , h. 334

21

(27)

terpadu atau terintegrasi”22 yang melibatkan beberapa pelajaran – bahkan lintas rumpun mata pelajaran – yang diikat dalam tema-tema

tertentu.

Tim Pengembang PGSD dalam Pembelajaran Terpadu D-II

PGSD menyebutkan bahwa pengertian pembelajaran terpadu dapat

dijelaskan sebagai berikut:23

1. Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai

pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan

konsep-konsep, baik yang berasal dari bidang studi yang

bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.

2. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai

bidang studi atau mata pelajaran yang mencerminkan dunia riil di

sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.

3. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan

anak secara simultan.

4. Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi atau

mata pelajaran yang berbeda dengan harapan anak akan belajar

lebih bermakna.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran

terpadu yang mengaitkan beberapa materi ataupun beberapa mata

pelajaran dengan menggunakan tema sehingga dapat memberikan

pengalaman belajar yang lebih bermakna kepada peserta didik.

Pembelajaran ini melibatkan beberapa kompetensi dasar, hasil

belajar, dan indikator dari suatu mata pelajaran atau bahkan beberapa

mata pelajaran. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari

aspek proses dan waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.

”Diterapkannya pendekatan tematik dalam pembelajaran, membuka

22

Departemen Agama, Pedoman Pelaksanaan ..., h. 3

23

(28)

pengalaman belajar yang lebih bermakna, berkesan, dan

menyenangkan.”24

Pendekatan tematik dalam pembelajaran sangat membuka

peluang bagi guru untuk mengembangkan berbagai strategi dan

metodologi yang paling tepat. Pemilihan dan pengembangan strategi

pembelajaran mempertimbangkan kesesuaian dengan tema-tema yang

dipilih sebelumnya. Disinilah guru dituntut lebih kreatif dalam

menghadirkan suasana pembelajaran yang menggiring peserta didik

mampu memahami kenyataan hidup yang dijalaninya setiap hari, baik

menyangkut dirinya sebagai pribadi maupun dalam keluarga,

masyarakat, lingkungan, dan alam sekitarnya.

“Pembelajaran tematik tidak semata-mata mendorong peserta

didik untuk mengetahui (learning to know), tapi belajar juga untuk

melakukan (learning to do), belajar untuk menjadi (learning to be),

dan belajar untuk hidup bersama (learning to live together).”25

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan

peserta didik dalam proses belajar secara aktif dalam proses

pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh pengalaman

langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai

pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung peserta

didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan

menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.

“Teori pendukung untuk pembelajaran tematik ini dimotori pada tokoh

Psikologi Gestalt, termasuk Jean Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan

perkembangan anak.”26

24

Departemen Agama, Pedoman Pelaksanaan ..., h. 3

25

Departemen Agama, Pedoman Pelaksanaan ..., h. 4

26

(29)

Model pembelajaran tematik dipandang perlu karena proses

pembelajaran ini dapat menghasilkan pembelajaran yanga kreatif dan

efisien.

Adapun landasan pembelajaran tematik mencakup:27 1. Landasan filosofis

Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat

dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) aliran progsivisme

yang memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada

pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana

yang alamiah (natural), dan memperhatikan pangalaman peserta

didik. (2) Aliran kostruktivisme melihat pengalaman langsung

peserta didik sebagai kunci dalam pembelajaran. (3) Aliran

humanisme melihat peserta didik dari segi keunikan/kekhasannya,

potensinya, dan motifasi yang dimilikinya.

2. Landasan psikologis

Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama

berkaian dengan psikologi perkembangan peserta didik dan

psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama

dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan

kepada peserta didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya

sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar

memberikan kostribusi dalam hal bagaimana isi/materi

pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada peserta didik

dan bagaimana pula peserta didik harus mempelajarinya.

3. Landasan Yuridis

Landasan Yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan

dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung

pelaksanaan pembelajaran tematik disekolah dasar. Landasan

yuridis tersebut adalah UU No.23 tahun 2002 tentang perlindungan

27

(30)

pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan

pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan

bakatnya (pasal 9).

UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan

pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai

dengan bakat, minat dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b). Selain

itu, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22

tahun 2006 ditekankan bahwa pembelajaran pada kelas I s.d III

dilaksanakan melalui pendekatan tematik.

j. Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik

Untuk mencapai pembelajaran yang bermakna dan

menyenangkan, maka dalam penerapan model pembelajaran tematik

guru sangat dituntut untuk dapat mengembangkan strategi dan metode

pembelajar yang paling tepat. Selain itu juga pembelajaran tematik

harus disesuaikan dengan ruang lingkupnya.

”Ruang lingkup pembelajaran tematik meliputi seluruh mata

pelajaran pada kelas I – III Sekolah Dasar, yaitu Bahasa Indonesia,

Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan

dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Kerajinan Tangan dan Kesenian, serta

Pendidikan Jasmani.”28

k. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar,

pembelajaran tematik memilki karakteristik-karakteristik sebagai

berikut:29

1. Berpusat pada siswa

28

Kunandar, Guru Profesional, ……….. , h. 334

29

(31)

3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

5. Bersifat fleksibel

6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

l. Prinsip Pembelajaran Tematik

Proses belajar yang memberdayakan peserta didik melalui

penerapan model pembelajaran tematik, diharapkan mampu

mengimbangi kebutuhan nyata dan perubahan zaman yang terjadi.

Prinsipnya, sebagai sebuah pembelajaran yang memberdayakan

peserta didik maka pada prakteknya pembelajaran tematik harus

sekuat mungkin meminimalkan metode ceramah.

Adapun prinsip yang mendasari pembelajaran tematik adalah

sebagai berikut:30

Pertama : Terintegrasi dengan lingkungan atau bersifat

kontekstual. Artinya, pembelajaran dikemas dalam

sebuah format keterkaitan antara “kemampuan peserta

didik dalam menemukan masalah” dengan

“memecahkan masalah nyata yang dihadapi dalam

kehidupan sehari-hari”. Sementara bentuk belajar

didisain agar peserta didik bekerja secara

sungguh-sungguh dalam menemukan tema pembelajaran yang

nyata, kemudian melakukannya.

Kedua : Memiliki tema sebagai alat pemersatu beberapa mata

peljaran atau kajian. Dalam terminologi kurikulum

lintas bidang studi, tema yang demikian sering disebut

30

(32)

pengintegrasi sejumlah mata pelajaran.

Ketiga : Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan

menyenangkan (joyful learning).

Keempat : Pembelajaran memberikan pengalaman langsung yang

bermakna bagi peserta didik.

Kelima : Menanamkan konsep dari berbagai mata pelajaran atau

bahan bahan kajian dalam suatu proses pembelajaran

tertentu.

Keenam : Pemisahan atau pembedaan antara satu mata pelajaran

dengan mata pelajaran yang lain sulit dilakukan.

Ketujuh : Pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan

kemampuan, kebutuhan, dan minat peserta didik.

Kedelapan : Pembelajarn bersifat fleksibel.

Kesembilan : Pengguanaan variasi metode dalam pembelajaran.

m. Langkah-langkah Pembelajaran Tematik

Pelaksanaan model pembelajaran tematik haruslah dilakukan

secara tersusun sesuai dengan langkahnya. Adapun

langkah-langkah pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:31 a. Pemeteaan kompetensi dasar

b. Menetapkan jaringan tema

c. Penyusunan silabus pembelajaran tematik

d. Penyusunan rencana pembelajaran/desain pembelajaran tematik

e. Pengelolaan Kelas

n. Keunggulan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran tepadu yang

menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran

sehingga dapat memberikan pengalaman belajar bermakna kepada

31

(33)

keuntungan, di antaranya: (1) Peserta didik mudah memusatkan

perhatian pada suatu tema tertentu; (2) Peserta didik mampu

mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi

dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama; (3) Pemahaman

terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; (4)

Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan

matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik; (5)

Peserta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar

karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; (6) Peserta

didik lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi

nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata

pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; (7) Guru dapat

menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran yang disajikan

secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua

atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk

kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

4. Aktivitas Belajar dan Active Learning i. Pengertian Aktivitas Belajar

”Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk

mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar

kalau tidak ada aktivitas.”32

Belajar pada hakekatnya dapat dilakukan dimana saja dan

kapan saja. Baik itu dilakukan di sekolah secara formal maupun

dilakukan di alam sekitar. Lain halnya dengan Sardiman AM, yang

mengganggap bahwa ”sekolah adalah salah satunya pusat kegiatan

belajar karena sekolah merupakan arena untuk mengembangkan

aktivitas.”33

32

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar..., h. 96

33

(34)

kegiatan yang dilakukan sehari-hari di dalam kelas atau dalam istilah

kata proses belajar mengajar. Aktivitas dalam belajar dilakukan bila

keduanya hadir, adanya guru dan siswa. Aktivitas itu sendiri berupa:

kehadiran, pembahasan materi pelajaran, adanya diskusi antara guru

dan siswa, dan lain sebagainya.

Dari semua pengertian aktivitas di atas, maka dapat dikatakan

bahwa aktivitas merupakan asas yang terpenting karena belajar

merupakan suatu kegiatan. Tanpa kegiatan atau bergerak tak mungkin

seorang dikatakan belajar.

Selain itu perlu dijelaskan bahwa aktivitas belajar itu adalah

aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar

mengajar, kedua aspek harus selalu berkaitan. Dengan begitu apapun

yang dilakukan tidak terlepas dari tujuan belajar yang sebenarnya

karena aktivitas dan keduanya akan membuahkan aktivitas belajar

yang optimal.

ii. Macam-macam Aktivitas Belajar

Dalam belajar, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri

dari situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan

dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang

mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar apa yang dilakukan

kemudian. Aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah belajar

seperti menulis, mencatat, memandang, mengingat, berfikir, latihan

atau praktek, dan sebagainya.

Berikut kita bahas beberapa contoh aktivitas belajar34: 1. Mendengarkan

Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang

yang belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan.

34

(35)

Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek.

Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata. Karena

dalam memandang itu matalah yang memegang peranan penting.

3. Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap

Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia

yang dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar.

4. Menulis atau mencatat

Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan

dari aktivitas belajar.

5. Membaca

Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan

selama belajar di sekolah.

6. Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi

Ikhtisar atau ringkasan memang dapat membantu dalam hal

mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk

masa-masa yang akan datang.

7. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan

Aktivitas mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan

bagan-bagan jangan diabaikan untuk diamati, karena ada hal-hal tertentu

yang tidak termasuk dalam penjelasan melalui tulisan.

8. Menyusun paper atau kertas kerja

Dalam penyusunan paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus

metodologis dan sistematis.

9. Mengingat

Mengingat merupakan gejala psikologis. Untuk mengetahui bahwa

seseorang sedang mengingat sesuatu, dapat dilihat dari sikap dan

perbuatannya. Perbuatan mengingat dilakukan bila seseorang

(36)

Berfikir termasuk aktivitas belajar. Dengan berfikir orang

memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu

tentang hubungan antara sesuatu.

11. Latihan atau praktek

Latihan merupakan cara yang baik untuk memperkuat ingatan.

Paul B. Dierdrich setelah mengadakan penyelidikan,

menyimpulkan: terdapat 177 macam kegiatan peserta didik yang

meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, antara lain sebagai

berikut:35

1) Visual activities, membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi,

percobaan, pekerjaan orang lain, dan sebagainya.

2) Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview,

diskusi, interupsi, dan sebagainya.

3) Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan diskusi,

musik, pidato, dan sebagainya.

4) Writing activities, menulis: cerita, karangan, laporan, tes, angket,

menyalin, dan sebagainya.

5) Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram,

pola, dan sebagainya.

6) Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi,

model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan

sebagainya.

7) Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan soal,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan

sebagainya.

35

(37)

berani, tenang, gugup, dan sebagainya.

Prinsip aktivitas yang diuraikan di atas didasarkan pada

pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan harus diperoleh

melalui pengamatan (mendengar, melihat, dan sebagainya) sendiri dan

pengalaman sendiri. Guru hanyalah merangsang keaktifan dengna

menyajikan bahan pelajaran, sedangkan yang mengolah dan mencerna

adalah peserta didik itu sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat,

dan latar belakang masing-masing. Oleh karena itu dapat dikatakan

bahwa belajar adalah suatu proses di man peserta didik harus aktif.

iii. Active Learning

”Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan

informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan

mental dan kerja siswa sendiri.”36 Untuk dapat membuahkan hasil belajar yang maksimal adalah dengan kegiatan belajar aktif. Agar

belajar menjadi aktif, siswa harus gesit, bersemangat, dan bergairah.

Ada tiga pernyataan sederhana yang berbicara tentang perlunya

cara belajar aktif. Yaitu: ”Yang saya dengar, saya lupa. Yang saya

lihat, saya ingat. Dan yang saya lakukan, saya pahami”37

Prinsip active learning adalah bahwa belajar bukanlah kegiatan

menghafal semata. Belajar memerlukan kedekatan dengan berbagai

macam hal, seperti media yang konkret, praktek dalam kehidupan

sehari-hari, menginginkan jawaban atas pertanyaan, membutuhkan

informasi untuk memecahkan masalah, atau mencari cara untuk

mengerjakan tugas.38

36

Melvin L. Silberman, Active Learning, (Bandung: Nusamedia, 2004), edisi revisi, h. 9

37

Melvin L. Silberman, Active Learning ……… , h. 23

38

(38)

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan

kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dengan

melakukan aktivitas peserta didik dapat memperoleh pengetahuan,

pemahanman, dan aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan

keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.

Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para

siswa, oleh karena:39

1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami

sendiri.

2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa

secara integral.

3. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa.

4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.

5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi

demokratis.

6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan

antara orang tua dengan guru.

7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga

mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta

menghindarkan verbalitas.

8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam

kehidupan di masyarakat.

B. Bahasan Hasil-hasil Penelitian Yang Relevan

1. Ila Hilyatul Aen, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Pembelajaran Tematik Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”,

memberikan kesimpulan bahwa pendekatan tematik mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap hasil belajar siswa Sekolah Dasar.

39

(39)

Tematik Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa

Kelas 3 SD Negeri 034 Samarinda Ulu”. Kesimpulan dari penelitian

tersebut adalah bahwa melalui pembelajaran tematik hasil belajar

matematika siswa kelas 3 SD Negeri 034 Samarinda Ulu mengalami

peningkatan.

C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

Diterapkannya model pembelajaran tematik, dapat membuka ruang

yang luas bagi peserta didik untuk mengalami sebuah pengalaman belajar

yang lebih bermakna, berkesan, dan menyenangkan. Pembelajaran tematik

lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses belajar secara

aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh

pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai

pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung, peserta didik

akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya

dengan konsep lain yang telah dipahaminya.

Model pembelajaran tematik yang akan diterapkan adalah pada

pelajaran matematika. Dengan menggunakan tema yang ada, guru akan

menyampaikan materi matematika secara menyeluruh dengn dipadukan

dengan beberapa materi pelajaran lain yang berkaitan dengan tema tersebut.

Dalam penerapan pembelajaran tematik ini, guru menggunakan metode yang

bervariasi dan lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif.

Berdasarkan pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka

diharapkan bahwa penerapan model pembelajaran tematik dapat

meningkatkan aktivitas belajar, motivasi belajar, dan hasil belajar matematika

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

M. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Pelajaran

2008/2009, yaitu pada bulan September – Desember 2008, dengan perincian

[image:40.612.103.516.112.558.2]

sebagai berikut:

Tabel 1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan September Oktober November Desember

1 Persiapan dan perencanaan

2 Observasi (Studi lapangan)

3 Pelaksanaan Pembelajaran

4 Analisis Data

5 Laporan penelitian

Tempat penelitian adalah MI Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang beralamat di Kompleks UIN Syarif Hidayatullah, Jl. Ibnu Taimia

IV Ciputat-Jakarta Selatan.

N. Metode dan Desain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

atau yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research. Tujuan utama

dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan

professionalisme pendidik dalam menangani proses pembelajaran. Dengan

memahami dan mencoba melaksanakan penelitian tindakan kelas, diharapkan

kemampuan pendidik dan proses pembelajaran semakin meningkat

kualitasnya dan sekaligus akan meningkatkan kualitas pendidikan.

Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra

penelitian) dan akan dilanjutkan dengan dua siklus. Dalam hal ini, yang

(41)

dimaksud siklus adalah satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke

langkah semula,47 dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: Tahap 1 : Menyusun rancangan tindakan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menentukan titik fokus peristiwa yang

perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian

bekerja sama dengan kolaborator (guru kelas) membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan disajikan dalam

proses pembelajaran di kelas. Pada tahap ini juga peneliti

membuat instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi,

catatan lapangan, lembar wawancara dan soal tes untuk akhir

silkus.

Tahap 2 : Pelaksaan tindakan (Acting)

Tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau

penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan

tindakan kelas.

Tahap 3 : Pengamatan (Observing)

Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan

dengan pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang

akurat untuk perbaikan pada silkus berikutnya. Observasi

dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, menggali, dan

mendokumentasikan semua gejala indikator yang terjadi selama

proses penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

pengamatan dengan dibantu oleh guru kelas yang bertugas

sebagai observer dan kolaborator. Sebagai observer yaitu

mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan

memberi penilaian terhadap peneliti dalam menerapkan model

pembelajaran tematik.

47

(42)

Tahap 4 : Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali

apa yang sudah dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan

dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti dan observer,

sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang telah

dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu

adanya perbaikan. Tahap ini dilaksanakan dengan maksud untuk

memperbaiki kegiatan penelitian sebelumnya, yang akan

diterapkan pada penelitian berikutnya.

Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.

Adapun bagan dari desain penelitian di atas adalah sebagai berikut:

Kegiatan Pendahuluan

1. Observasi proses pembelajaran di kelas.

2. Observasi tingkat aktivitas belajar siswa.

3. Wawancara dengan guru kelas. 4. Wawancara dengan siswa.

SIKLUS I

1. Tahap Perencanaan

a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model pembelajaran tematik

b. Membuat pedoman observasi c. Membuat pedoman wawancara

(43)

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar metematika dengan menerapkan pembelajaran tematik, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes Siklus I.

3. Tahap Observasi

a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran tematik. b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses

pembelajaran.

c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa.

4. Tahap Refleksi

Peneliti bersama kolaborator mengevalusi proses pembelajaran silkus I. Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan hasil evluasi siklus I digunakan sebagai acuannya.

Siklus II

1. Tahap Perencanaan

a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model pembelajaran tematik

b. Menyiapkan pedoman observasi c. Menyiapkan pedoman wawancara d. Membuat soal tes Siklus II untuk siswa

(44)

Bagan 1

Desain Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan desain tersebut maka dapat ditentukan apakah siklus

selanjutnya perlu dilanjutkan atau tidak, sedangkan penelitian akan diakhiri

atau dihentikan dengan indikator keberhasilan sebagai berikut :

1. Hasil pengamatan melalui lembar observasi aktivitas belajar matematika

siswa menunjukkan peningkatan aktivitas belajar matematika siswa. Hal

ini dapat dilihat berdasarkan hasil persentase seluruh indikator aktivitas

mencapai rata-rata 70%.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika dengan menerapkan pembelajarn tematik, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes Siklus II.

3. Tahap Observasi

a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran tematik.

b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran.

c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa.

4. Tahap Refleksi

(45)

2. Tes yang diberikan pada setiap akhir siklus menunjukkan bahwa nilai

rata-rata tes siswa mencapai 80 dan tidak ada siswa yang mendapat nilai

dibawah KKM yaitu 65.

O. Subjek/Partisipan yang terlibat dalam Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IF MI Pembangunan UIN Jakarta dan guru kelas IF sebagai kolaborator dan observer.

P. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku penelitian. Peneliti bekerja sama dengan guru kelas sebagai kolaborator dan observer. Sebagai kolaborator yaitu bekerja dalam hal membuat rancangan

pembelajaran, melakukan refleksi dan menentukan tindakan-tindakan pada siklus selanjutnya. Sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti dalam mengajar dengan menerapkan model pembelajaran tematik dan

mengamati aktivitas belajar matematika siswa selama proses pembelajaran.

Dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, maka kerja sama antara guru kelas dan peneliti menjadi hal yang sangat penting dan memiliki kedudukan yang setara, dalam arti masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan.48

Q. Tahapan Interversi Tindakan

Tahapan penelitian tindakan ini diawali dengan dilakukannya

penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan dilanjutkan dengan tindakan

pertama dalam siklus I. Siklus ini terdiri dari perencanaan tindakan,

pelaksanakan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Setelah

melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, apabila indikator keberhasilan

belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II.

Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa

indikator keberhasilan telah tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi

apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke

siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.

48

(46)

Adapun uraian dari tahap-tahap penelitian di atas adalah sebagai berikut:

1. Pra penelitian

a) Pengamatan keadaan kelas

Waktu pelaksanaan : tanggal 22, 24, 27 Oktober 2008

Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap

proses pembelajaran di kelas IF MI Pembangunan UIN Jakarta.

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana

proses pembelajaran matematika dan aktivitas belajar matematika

siswa.

b) Wawancara

Waktu pelaksanaan : tanggal 24, 27, dan 29 Oktober 2008

Wawancara dilaksanakan terhadap siswa dan guru kelas untuk

mengetahui minat siswa terhadap pelajaran matematika, aktivitas

belajar siswa, dan permasalahan yang dihadapi guru dalam

pembelajaran matematika di kelas tersebut.

c) Analisis dan refleksi

Waktu pelaksanaan : 27 Oktober 2008

Analisis dan refleksi dari kegiatan pra penelitian (pendahuluan) ini

dilakukan menganalisa data yang diperoleh pada pra penelitian dan

kemudian dilakukan refleksi untuk memperoleh cara yang tepat untuk

mengatasi permasalahan yang muncul sehinggga dapat diberikan

tindakan yang tepat pada tahap pelaksanaan pembelajaran nanti.

2. Siklus I

a) Tahap perencanaan

Waktu Pelaksanaan : 22, 24, 27 dan 29 Oktober 2008

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran) dan membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu

lembar observasi guru pada KBM, lembar observasi aktivitas belajar

siswa, pedoman wawancara untuk guru dan siswa, serta soal untuk tes

(47)

b) Tahap pelaksanaan

- Pertemuan 1

Waktu pelaksanaan : 31 Oktober 2008

Pada tahap ini peneliti akan menerapkan model pembelajaran

tematik, yaitu dengan tema ”Kegiatan sehari-hari”. Materi yang akan

disampaikan adalah satuan waktu (pagi, siang, sore, dan malam),

seperti yang diuraikan dalam RPP.

- Pertemuan 2

Waktu pelaksanaan : 3 November 2008

Pada tahap ini peneliti akan menerapkan model pembelajaran

tematik, yaitu dengan tema

Gambar

Tabel 1  Jadwal Penelitian ......................................................................
Gambar 1  Aktivitas siswa mengerjakan tugas pada penelitian
Tabel 1 Jadwal Penelitian
gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Akhir dengan judul “PROSEDUR PENDAFTARAN WAJIB PAJAK DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR” merupakan sebuah karya tulis

2012.Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Prisma dan Limas pada Siswa kelas VIII SMP

Hal ini mengindikasikan kontribusi dari personal adjustment dan dukungan keluarga sebesar 52,5% sedangkan sisanya 47,5% menyangkut sumbangan dari variabel atau

On the hands, compared to hospital belong to govern- ment public company owned hospitals, hospital belong to Ministry of Health, Provincial government, Municipal/ district, and

Permainan merupakan suatu alat pendidikan yang banyak mengandung wawasan dan ilmu pengetahuan untuk menumbuh kembangkan

Hasil penelitian diperoleh penulis dalam kinerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Kalimantan Timur sudah berjalan dengan baik,

jika diperhatikan pada tabel – tabel sebelumnya tentang perolehan dan pertumbuhan laba yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun pada bank – bank.

Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan yang bermakna secara statistik antara pola asuh orang tua dengan keberhasilan toilet training pada anak usia 4-6