• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT

TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN

PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Riski Muliyani

NIM. 1202198

Pembimbing I : Dr. Ida Kaniawati, M.Si Pembimbing II : Dr. Lilik Hasanah, M.Si

Jurusan Pendidikan Fisika Sekolah Pascasarjana UPI

ABSTRAK

Kemampuan memahami konsep merupakan salah satu syarat dalam mencapai keberhasilan belajar fisika. Tetapi banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep fisika sehingga timbul kesalahan dalam memahami konsep (miskonsepsi) fisika. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep, penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi dan tanggapan siswa mengenai model pembelajaran POE berbantuan RT. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan control group pre-test – post-test design yang dilakukan di kelas IX salah satu SMP Negeri di Kabupaten

(2)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kata kunci : Model Pembelajaran POE berbantuan RT, Peningkatan Pemahaman Konsep, Penurunan Kuantitas Siswa yang Miskonsepsi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang menguasai alam semesta dan jiwa kita dalam

genggaman-Nya. Segala puji bagi-Nya yang telah mencurahkan segala karunia,

kesehatan dan rizki-Nya sehingga tesis yang berjudul “Pengaruh Penerapan

Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) Berbantuan Refutation Text Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Dan Penurunan Kuantitas Siswa Yang Miskonsepsi Siswa Pada Materi Fluida Statis” dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam tesis ini masih terdapat banyak kekurangan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai saran dan kritik yang

membangun sehingga dapat memperbaiki segala kekurangan yang ditemukan

dalam penelitian ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada

umumnya dan bagi penulis sendiri pada khususnya. Aamiiin.

Bandung, Desember 2014

Penulis,

(3)
(4)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) selalu terkait terhadap proses mencari tahu

tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat

menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

kehidupan sehari-hari. Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA yang

diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan

alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di

dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik

menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Fisika dimaksudkan

sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk

memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari, membekali pengetahuan

dan pemahaman kepada peseta didik. Proses pembelajaran ini menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar

memahami alam sekitar secara ilmiah. Sesuai dengan tujuan utama pembelajaran

fisika yang ingin dicapai dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Permen

No.22 Tahun 2006):

(5)

untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Berdasarkan paparan di atas, Pendidikan IPA memiliki tujuan

pembelajaran dari keterampilan dasar hingga keterampilan terintegrasi tentang

sumber pengetahuan ilmiah. Salah satu tujuannya adalah untuk membangun

pemahaman yang mendalam dari fenomena sehingga siswa mampu

menggunakannya dalam penjelasan ilmiah. Salah satu karakteristiknya ialah

kemampuan dan kepekaan dalam menjelaskan fenomena alami dalam istilah

prinsip yang umum (Chase et all, 2010).

Kemampuan siswa dalam menerapkan pemahaman konsep dalam fakta

dan peristiwa, diperoleh dari pembelajaran dan pengalaman personal siswa

dengan lingkungan alami dalam penggunaan konsep ilmiah, prinsip-prinsip,

hukum-hukum, dan teori yang ilmuwan gunakan dalam penjelasan dan

pengamatannya pada dunia nyata (Saleh, 2011). Fisika merupakan salah satu

cabang IPA. Dengan demikian, peranan pembelajaran fisika sebagai salah satu

cabang IPA untuk melatih para siswa agar dapat menguasai pengetahuan, konsep

dan prinsip fisika dan menerapkan konsep dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan memahami konsep harus dimiliki siswa baik itu konsep yang konkret

ataupun konsep yang abstrak (Wulandari dan Nasruddin, 2013).

Kemampuan memahami konsep merupakan salah satu syarat dalam

mencapai keberhasilan belajar fisika. Dengan pemahaman konsep fisika, maka

permasalahan fisika dapat dipecahkan baik permasalahan fisika yang ada dalam

kehidupan sehari-hari maupun permasalahan fisika dalam bentuk soal-soal fisika

yang ada di sekolah (Setyawan, 2012). Banyak para pendidik setuju bahwa

pengajaran dan pembelajaran sains harus mampu menggerakkan sebuah sistem

yang mempromosikan sebuah informasi faktual yang mampu meningkatkan

pemahaman konsep siswa dan logika berpikir (Saleh, 2011). Konsep-konsep

(6)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengintegrasikan pengetahuan konseptual yang baru saja diperolehnya (Arends,

2008).

Dalam proses belajar mengajar tidak semua perencanaan berjalan dengan lancar. Terkadang ada siswa yang mengalami „kesulitan‟ dalam pembelajaran. „kesulitan‟ ini harus dibantu dengan memberikan perlakuan berupa pengajaran. Kegiatan perbaikan yang dimaksud bukan sekedar ulangan harian tetapi juga

meyangkut faktor-faktor penyebabnya (Ischak & Warji, 1987).

Salah satu dampak siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah

pemahaman konsep yang rendah. Berdasarkan hasil studi lapangan di salah satu

SMP Negeri di Pandeglang diperoleh nilai rata-rata pemahaman konsep siswa

hanya mencapai 32,60 dari skala 100. Di sekolah itu juga ditemukan beberapa

miskonsepsi terkait fluida statis diantaranya tekanan hidrostatik berbanding

terbalik dengan luas penampang wadah, tekanan hidrostatik berbanding lurus

dengan luas penampang wadah, tekanan hidrostatik yang paling besar adalah yang

memiliki luas penampang tabung yang kecil, tekanan hidrostatik pada bejana

berhubungan tidak sama karena memiliki kedalaman yang berbeda, tekanan

hidrostatik pada bejana berhubungan tidak sama karena memiliki kedalaman yang

berbeda, tekanan hidrostatik yang paling besar adalah yang memiliki tinggi

permukaan wadah paling tinggi , dan tekanan hidrostatik yang paling besar adalah

yang memiliki luas penampangnya kecil, tekanan pada piston akan bertambah

apabila luas penampang piston dikurangi, dan benda terapung apabila air dalam

daya tampung wadah lebih banyak, semakin berat/besar benda maka benda

tersebut akan tenggelam, semakin kecil benda maka benda akan terapung, dan zat

cair yang lebih kental akan membuat benda terapung.

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Șahin, et all (2010)

mengungkapkan bahwa ditemukan miskonsepsi siswa terkait fluida yaitu tekanan

fluida yang dialami oleh objek di dasar wadah yang bagian bawahnya menyempit

seperti trapesium terbalik lebih besar dibandingkan tekanan yang dialami benda di

dasar wadah yang bagian bawahnya datar (seperti bentuk silinder) dengan

(7)

lainnya yaitu pipa yang memiliki ukuran luas penampang yang kecil maka

tekanan akan semakin besar (Satterfield, 2010).

Miskonsepsi yang ditemukan dalam hukum Archimedes antara lain benda

terapung apabila air dalam daya tampung wadah lebih banyak, semakin

berat/besar benda maka benda tersebut akan tenggelam, semakin kecil benda

maka benda akan terapung, zat cair yang lebih kental akan membuat benda

terapung, dan benda tipis datar akan mengapung (Yin, et.all, 2008).

Miskonsepsi terjadi karena ada lima faktor yaitu siswa, pengajar, buku

teks, konteks dan cara mengajar. Siswa yang memiliki prakonsepsi yang berbeda

dengan konsep ilmiah karena meneka memiliki pengalaman sehari-hari yang

keliru. siswa yang berangkat dan pulang sekolah akan belajar di lingkungannya

dengan pengalamannya sendiri. Pengalaman inilah yang menciptakan struktur

mental yang berbeda tentang konsep. Akan tetapi, pada beberapa peristiwa

sehari-hari, terkadang ada miskonsepsi yang menyesatkan pemikirannya (Akpinar dan

Tan, 2011). Buku teks sering menampilkan animasi/kartun, penjelasan yang keliru

mengenai suatu konsep dan rumus yang kelitu sehingga menimbulkan

miskonsepsi pada siswa. Sedangkan dari cara mengajar guru, guru hanya

menyampaikan informasi saja tanpa mengungkap miskonsepsi yang dimiliki

siswa. Guru juga memakai pendekatan analogi yang digunakan justru membuat

miskonsepsi. Selain itu, guru juga harus menguasai materi dengan baik agar tidak

menyampaikan konsep yang keliru pada siswa (Suparno, 2005).

Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya agar konsep-konsep yang keliru

itu bisa diubah menjadi konsep yang ilmiah. Siswa akan mengalami perubahan

konseptual apabila siswa tersebut mengalami konflik kognitif. Tujuan konflik

kognitif ini agar konsepsi yang dialami siswa goyah sehingga siswa akan

mengubah konsepsi yang sebelumnya dengan konsepsi yang diterima secara

ilmiah (Kang, et.all., 2010).

Terdapat beberapa upaya untuk meminimalkan miskonsepsi diantaranya

identifikasi miskonsepsi siswa, menemukan penyebab miskonsepsi, dan mencari

(8)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini, peneliti memilih langkah yang ketiga yaitu mencari perlakuan yang

sesuai untuk mengatasi miskonsepsi.

Dalam rangka mengatasi miskonsepsi maka dapat dilakukan dengan

menggunakan model pembelajaran dan berbagai teknik ataupun menggabungkan

keduanya (Çepni, et all : 2010). Pembelajaran yang dapat mengatasi miskonsepsi

adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif mengkonstruksi teks,

diskusi, dan pengalaman secara langsung.

Berdasarkan teori kontruktivisme, konsepsi siswa berasal dari pengalaman

sehari-hari sebelum belajar di sekolah. Oleh karena itu, penentuan konsepsi awal

siswa menjadi penting karena diperlukan untuk membangun konsep yang ilmiah

melalui kegiatan pembelajaran (Driver, et all, 2010). Pembelajaran konstruktivis

mampu memberikan informasi kepada siswa dalam mengembangkan

pengatahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya

(Biernacka dalam İyibil, 2011).

Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan pandangan

konstruktivis adalah model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE). Model

POE ini dipilih karena mampu memfasilitasi perubahan konseptual. Pada

pembelajaran POE, pada tahap Prediksi banyak terjadi miskonsepsi siswa, namun

tidak muncul di tahap explain (Keleᶊ dan Demirel, 2010). Pembelajaran POE

mengharuskan siswa untuk menerapkan pengetahuan mereka untuk alasan atau

solusi jawaban (Acar sesen dan Chen et.all, 2013). Dalam proses ini, pemahaman

siswa dapat terungkap. Dalam penerapan pembelajaran POE, pemahaman siswa

dapat diselidiki melalui tiga cara. Pertama, siswa diharuskan melakukan prediksi

dari beberapa peristiwa dan membenarkan prediksinya. Kedua, siswa harus

mendeskripsikan apa yang mereka lihat. Ketiga, mereka harus mengaitkan antara

prediksi dengan hasil observasinya. Pada model pembelajaran POE, siswa akan

mengalami perubahan konseptual pada tahap observe karena siswa mengalami

konflik kognitif. Konflik kognitif terjadi karena hasil prediksi mereka berbeda

dengan hasil pengamatan mereka, sehingga pada tahap explain siswa akan

(9)

Namun pembelajaran POE memiliki kelemahan diantaranya sulitnya

menulis penjelasan pada tahap explain dan sulit memberikan alasan atas

penjelasannya (Joyce, 2006) dan siswa kurang yakin dengan penjelasan pada

tahap explain yang telah ditulis (Acar Sesen, 2013). Oleh karena itu, untuk

menutupi kelemahan model pembelajaran POE maka peneliti menggunakan teks

bacaan alternatif yang disebut Refutation Text (RT).

RT adalah teks yang berisi penjelasan yang dapat mengaktifkan antara

pengetahuan awal dengan konsepsi baru secara bersama dan kemudian

mengintegrasikannya dengan informasi yang tertera pada teks RT adalah teks

yang didesain untuk menyatakan miskonsepsi, kemudian disanggah secara

eksplisit kemudian diberikan sebuah penjelasan yang dapat diterima secara ilmiah

sebagai sebuah logika yang masuk akal (Broughton, et.all, 2010). RT dapat

membantu siswa memberikan penjelasan dengan lebih yakin sehingga

pemahaman siswa menjadi lebih baik. Siswa yang memiliki rasa percaya diri atas

kemampuannya untuk belajar, secara tidak langsung meningkatkan kemungkinan

terjadinya perubahan konseptual karena berhubungan dengan tujuan utama

pembelajaran (Clark, 2012).

Oleh karena itu, untuk memfasilitasi perubahan konseptual dari

miskonsepsi menjadi konsep yang benar digunakanlah model pembelajaran POE

berbantuan RT. Model pembelajaran POE berbantuan RT ini adalah model

pembelajaran dengan menggunakan tiga tahapan dalam model pembelajaran POE

yaitu predict-observe-explain kemudian setelah tahapan explain, siswa diberikan

bahan bacaan berupa RT. Pada model pembelajaran POE, siswa mengalami

perubahan konseptual pada tahap observasi karena pada tahap ini siswa

mengalami konflik kognitif. Konflik kognitif terjadi karena hasil prediksi mereka

berbeda dengan hasil pengamatan mereka. Agar siswa mampu mengatasi

ketidakpuasan atas penjelasan terhadap penjelasan siswa maka diberikanlah bahan

bacaan alternatif yaitu RT. Dengan demikian siswa mengalami perubahan

konseptual dan keyakinan terhadap konsepsi baru yang ditemukannya yang

(10)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis bermaksud

untuk melakukan penelitian mengenai model pembelajaran POE, RT, peningkatan

pemahaman konsep, dan kuantitas miskonsepsi siswa dengan judul:

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain

(POE) Berbantuan Refutation Text terhadap Peningkatan Pemahaman

Konsep dan Penurunan Kuantitas Siswa yang Miskonsepsi pada Materi

Fluida Statis

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam bahasan ini dirumuskan sebagai berikut:“Apakah penerapan model

Predict– Observe- Explain (POE) berbantuan Refutation Text (RT) dapat lebih

meningkatkan pemahaman konsep dan menurunkan kuantitas siswa yang

miskonsepsi pada materi fluida statis dibandingkan dengan model pembelajaran POE tanpa berbantuan RT?”. Rumusan masalah tersebut secara terperinci dapat dinyatakan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep siswa SMP dalam

pembelajaran fisika yang mendapatkan pembelajaran dengan model

pembelajaran POE berbantuan RT dibandingkan siswa yang mendapatkan

pembelajaran dengan model pembelajaran POE tanpa berbantuan RT?

2. Bagaimana penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi dalam

pembelajaran fisika yang mendapatkan pembelajaran dengan model

pembelajaran POE berbantuan RT dibandingkan siswa yang mendapatkan

pembelajaran dengan model pembelajaran POE tanpa berbantuan RT?

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran fisika dengan model

POE berbantuan RT?

1.3Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, masalah hanya akan dibatasi pada

(11)

1. Peningkatan pemahaman konsep siswa yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah rerata peningkatan pemahaman konsep siswa (rerata gain score

normalized), yaitu rerata peningkatan pemahaman konsep siswa yang telah

mempelajari materi fluida statis yang telah ternormalisasi, antara

pemahaman konsep siswa sebelum dan sesudah siswa diberikan treatment.

2. Penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah pengurangan jumlah siswa yang mengalami

miskonsepsi pada tiap konsep sebelum dan sesudah diberikan treatment

yang diidentifikasi dengan mengunakan analisis Three Tier Test (TTT)

dan siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa yang sudah

mempelajari materi fluida statis.

3. Tanggapan siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanggapan

terhadap pembelajaran POE berbantuan RT yang dilihat dari rata-rata

frekuensi skala sikap yang dipilih. Skala sikap yang dimaksud adalah

tanggapan siswa yang terdiri dari dua respon yaitu setuju dan tidak setuju

terhadap tiap pernyataan.

1.4Variabel Penelitian

1. Variabel bebas, yaitu Model Predict-Observe-Explain (POE)

2. Variabel terikat, yaitu Pemahaman Konsep, Kuantitas Miskonsepsi

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan gambaran tentang keunggulan model pembelajaran

POE berbantuan RT terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa SMP

dalam pembelajaran fisika sebelum dan sesudah diberikan treatment.

2. Untuk mendapatkan gambaran tentang keunggulan model pembelajaran

POE berbantuan RT terhadap penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi

dalam pembelajaran fisika sebelum dan sesudah diberikan treatment.

3. Untuk mendapatkan gambaran tentang tanggapan siswa terhadap model

POE berbantuan RT dalam pembelajaran fisika sesudah diberikan

(12)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.6Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris tentang

pengaruh penggunaan model POE berbantuan RT dalam meningkatkan

pemahaman konsep dan menurunkan kuantitas siswa yang miskonsepsi, dan

memperkaya hasil-hasil penelitian tentang model POE berbantuan RT, agar

nantinya dapat digunakan oleh berbagai pihak seperti guru, peneliti, mahasiswa

LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga kependidikan), praktisi pendidikan dan

lain-lain, baik sebagai pembanding, pendukung maupun sebagai rujukan untuk

penelitian sejenis.

1.7Sistematika Penulisan

Tesis ini terdiri atas lima bab, yaitu:

1. Bab I Pendahuluan, yang memuat gambaran umum mengenai penelitian,

yang terdiri atas latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan

masalah, variabel penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

2. Bab II Kajian Pustaka mengenai miskonsepsi dan pengukurannya, yang

memuat uraian teori-teori mengenai konsep, konsepsi, miskonsepsi, teknik

mendiagnosis miskonsepsi dengan Three-tier Test, pemahaman konsep,

perubahan konseptual, model pembelajaran POE, RT, keterbacaan teks,

Model pembelajaran POE berbantuan RT, kerangka berpikir, materi fluida

statis serta miskonsepsinya, hubungan model pembelajaran POE

berbantuan RT dengan pemahaman konsep dan perubahan miskonsepsi.

3. Bab III Metode Penelitian, yang terdiri dari metode dan desain

penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, prosedur

penelitian, instrumen penelitian, teknik analisis instrumen, hasil uji coba

instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi hasil penelitian, analisis,

dan pembahasan hasil penelitian.

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen,

dengan jenis penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental Research) yaitu jenis penelitian “yang di dalamnya tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan” (Panggabean, 1996). Adapun, desain yang digunakan

adalah control group pre-test – post-test design. Penelitian diawali dengan

pengukuran yang dilakukan sebelum dilakukan perlakuan (treatment) yang

disebut tes awal (pre-test) untuk mengetahui keadaan awal, apakah ada perbedaan

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah treatment, kemudian dilakukan

tes akhir (post-test) terhadap kedua kelas dengan soal tes yang sama. Untuk lebih

jelasnya, desain untuk setiap pertemuan ditunjukkan pada bagan dalam gambar

3.1.

Kelas Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen O X1 O

Kontrol O X2 O

Gambar.3.1 Control Group Pre-test – Post-test Design

(Arikunto, 2006)

Keterangan :

X1 = Perlakuan yang diberikan pada kelompok yang menggunakan model POE

berbantuan Refutation Text

X2 = Perlakuan yang diberikan pada kelompok yang menggunakan model POE

O = Three tier test (TTT) dan tes pemahaman konsep

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh siswa kelas IX sebuah

SMP Negeri di Pandeglang tahun ajaran 2013/2014. Sampel dalam penelitian ini

adalah dua kelas dari keseluruhan populasi yang dipilih secara purposive

sampling. Teknik purposive sampling yaitu "penentuan sampel dengan

(14)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan penurunan kuantitas

miskonsepsi siswa pada materi fluida statis sehingga pengambilan kelas dipilih

berdasarkan pertimbangan materi harus sudah dipelajari sebelumnya, oleh karena

itu dipilih kelas IX pada SMP tersebut yang telah mempelajari materi fluida statis

di kelas VIII. Jumlah sampel penelitian untuk kelas kontrol yaitu sebanyak 33

siswa yang terdiri dari 16 orang siswa dan 17 orang siswi sedangkan untuk kelas

eksperimen sebanyak 32 siswa yang terdiri dari 15 orang siswa dan 17 orang

siswi.

3.3 Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan salah tafsir, maka terdapat beberapa istilah yang

perlu dijelaskan, yaitu:

1. Model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) merupakan sebuah

model pembelajaran yang menggali pemahaman peserta didik dengan cara

meminta siswa melakukan tiga tugas utama, yaitu memprediksi (Predict),

mengobservasi (Observe), dan menjelaskan (Explain). Pada tahap

memprediksi, guru menyajikan permasalahan baru yang berbeda namun

dengan konsep yang sama kemudian guru membimbing siswa dalam

menentukan prediksi yang relevan dengan permasalahan. Pada tahap

mengobservasi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

melakukan observasi tekait permasalahan yang diberikan kemudian guru

membimbing siswa dalam melakukan observasi. Pada tahap menjelaskan,

guru membimbing siswa menjelaskan hasil observasi, jika hasil prediksi

siswa berbeda dengan hasil observasi maka siswa harus memberikan

penjelasan. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi.

2. Refutation text (RT) merupakan bahan bacaan yang berupa berisi informasi

yang salah kemudian disanggah dan diikuiti oleh penjelasan ilmiah.

Instrumen yang digunakan adalah tes uraian.

3. Model pembelajaran POE berbantuan RT merupakan kegiatan pembelajaran

yang menggunakan langkah-langkah model pembelajaran POE, setelah

(15)

keyakinan terhadap konsep yang baru ditemukan oleh siswa melalui proses

observasi. Diharapkan model pembelajaran POE berbantuan RT ini dapat

lebih meningkatkan pemahaman konsep siswa dan menurunkan kuantitas

miskonsepsi siswa. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi.

4. Model pembelajaran POE tanpa berbantuan RT merupakan kegiatan

pembelajaran yang menggunakan langkah-langkah model pembelajaran

POE saja tanpa memberikan teks tambahan pada tahapan setelah tahap

explain. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi.

5. Pemahaman Konsep, merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah

pembelajaran sesuai dengan konsep yang dipelajari sehingga dapat

menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi. Dalam penelitian ini

menggunakan aspek pemahaman Anderson meliputi 7 aspek yaitu: (1)

menafsirkan, (2) mencontohkan (3) mengklasifikasikan, (4) merangkum, (5)

menarik inferensi, (6) membandingkan, dan (7) menjelaskan. Pada

penelitian ini pemahaman yang dimaksud ialah menafsirkan,

membandingkan, menginferensi, dan menjelaskan. Instrumen yang

digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa berupa soal pilihan

ganda.

6. Miskonsepsi merupakan suatu konsepsi yang melekat dengan kuat pada

benak siswa yang berbeda dengan konsepsi yang dimiliki oleh ilmuwan,

sehingga dapat menyesatkan siswa dalam memahami suatu konsep ilmiah.

Dalam penelitian ini miskonsepsi yang dimaksud adalah jawaban siswa

yang menjawab salah satu tingkat salah dan yakin yang dianalisis dengan

metode Three tier Test (TTT). Soal miskonsepsi yang dibuat berdasarkan

miskonsepsi dari penelitian terdahulu dari beberapa peneliti. Instrumen

yang digunakan untuk mengukur kkuantitas miskonsepsi siswa berupa

TTT.

7. Lembar Observasi merupakan lembar yang berbentuk daftar isian yang

terdiri dari aktivitas guru dan siswa yang akan diisi oleh observer untuk

(16)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

dengan model pembelajaran POE berbantuan RT maupun tanpa berbantuan

RT yang dilakukan oleh guru dan siswa pada saat pembelajaran

berlangsung. Lembar observasi ini berbentuk cheklist (√), artinya observer

akan memberikan tanda cheklist (√) apabila kriteria yang dimaksud dalam

lembar observasi terlaksana.

8. Tes skala sikap merupakan lembar yang berupa daftar pernyataan mengenai

model pembelajaran POE berbantuan RT dan terdapat skala sikap yang

terdiri dari dua respon yaitu setuju (S) dan tidak setuju (TS). Tes skala sikap

ini akan diisi oleh siswa sesuai dengan skala sikap yang dipilih dan sesuai

dengan yang siswa rasakan dalam proses pembelajaran.

3.4Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga tahap sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan kegiatan sebagai berikut:

Melakukan telaah pustaka mengenai model POE, Refutation Text, pemahaman konsep dan miskonsepsi

 Melakukan koordinasi dengan Jurusan Pendidikan Fisika dan melakukan koordinasi dengan pihak sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian

 Melakukan observasi awal di sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian berupa pengamatan langsung mengenai proses pembelajaran di kelas dan

wawancara dengan guru dan melakukan tes untuk memperoleh gambaran

mengenai pemahaman konsep dan miskonsepsi siswa dan proses belajar

mengajar.

 Menentukan materi pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian

 Merancang perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kegiatan pembelajaran dan LKS untuk kelas

(17)

 Menyusun instrumen penelitian berupa tes pilihan ganda untuk mengukur pemahaman konsep siswa dan three tier test untuk mengukur kuantitas

miskonsepsi

Men-judgement instrumen tes

 Melakukan uji coba instrumen tes

 Mengolah data hasil uji coba yang meliputi tingkat kesukaran, reliabilitas, dan daya pembeda, kemudian menganalisisnya dan menentukan soal yang akan

digunakan dalam penelitian

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan kegiatan sebagai berikut:

Memberikan pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Mengolah data hasil pre-test pada kelas eksperimen dan kontrol

Memberikan perlakuan (treatment) dengan penggunaan model POE dengan

refutation text pada kelas eksperimen dan model POE dengan non refutation text pada kelas kontrol. Selama kegiatan pembelajaran dilakukan observasi

keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa

Memberikan post-test untuk mengetahui kuantitas miskonsepsi dan pemahaman konsep siswa setelah mendapat treatment.

c. Tahap Akhir

Pada tahap ini dilakukan kegiatan sebagai berikut:

Mengolah data hasil post-test, tes skala sikap dan hasil observasi dari seluruh pembelajaran yang dilakukan pada kedua kelompok sampel

Menganalisis data hasil penelitian dan membahas temuan penelitian

 Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data

(18)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan sebagai

berikut:

Tes Skala Sikap

Revisi

Penyusunan Proposal

Tim Tesis

Penyusunan RPP

Melakukan uji coba

Seminar Proposal

Judgement

Kelompok Eksperimen

Analisis Data

Tes Akhir (Post-test) POE

POE Berbantuan RT

Kelas Kontrol Tes Awal (Pre-test)

Kesimpulan Pembahasan Lembar Observasi

Three Tier Test

Tes Skala Sikap Lembar Observasi Instrumen

Gambar 3.2 Alur Penelitian

Analisis Hasil Uji Coba

(19)

3.5Instrumen Penelitian

1. Instrumen Tes

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kuantitas miskonsepsi berupa

soal pilihan ganda beralasan dengan tingkat keyakinan yang dikenal dengan

metode TTT dan untuk mengukur pemahaman konsep berupa soal pilihan ganda

biasa. Jumlah item soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah berjumlah 32

soal item dengan 16 soal menggunakan TTT dengan tiga option (A,B,C)

kemudian disertai dengan alasan yang terdiri dari tiga option (A,B,C) dan

terdapat pula keyakinan menjawab terdiri dari yakin dan tidak yakin, dan 16 soal

pilihan ganda dengan empat option (A,B,C,D). Soal TTT dan pemahaman konsep

diberikan sebelum dan sesudah diberikan treatment. Hasil tes pemahaman konsep

akan dihitung gain yang dinormalisasi (N-gain) dan digunakan untuk melihat

pemahaman konsep pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. TTT digunakan

untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi, konsepsi benar, lucky guess,

menebak, dan tidak tahu konsep.

2. Instrumen Non Tes

Instrumen non tes yang digunakan adalah lembar observasi dan tes skala

sikap siswa. Lembar observasi berupa daftar isian yang diisi oleh observer untuk

mengamati secara langsung keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh

guru dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk

mengetahui apakah aktivitas guru dan siswa sesuai dengan batasan-batasan yang

telah digariskan dalam tahapan model pembelajan yang ditetapkan dan untuk

mengetahui berapa persen keterlaksanaan model pembelajaran selama proses

(20)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

cheklist(√), artinya observer hanya memberikan tanda cheklist (√) jika kriteria yang dimaksud dalam format observasi terlaksana.

Sedangkan tes skala sikap siswa berupa daftar isian yang harus diisi oleh

siswa dengan tujuan mengetahui tanggapan siswa mengenai model pembelajaran

POE berbantuan refutation text yang terdiri dari dua pilihan yaitu setuju dan tidak

setuju. Instrumen tes skala sikap siswa ini berbentuk (√), artinya siswa hanya

memberikan (√) jika sesuai dengan yang mereka rasakan.

3.6Teknik Analisis

Sebelum digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu instrumen yang telah

dibuat diujicobakan pada siswa yang telah mendapatkan pembelajaran pada pokok

bahasan fisika. Instrumen tes tersebut, setelah diujicobakan kemudian diolah dan

dianalisis.

1. Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai

validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki

validitas rendah. (Arikunto, 2009)

Pada penelitian ini, validitas yang digunakan adalah berdasarkan

judgement pakar. Seperti yang duiungkapkan oleh Fraenkel dan Wallen (2008),

validitas dapat dilakukan oleh seseorang yang akan melihat isi dan format

instrumen mana yang tepat dan mana yang tidak. Seseorang yang dimaksud ialah

orang yang tahu tentang apa yang akan di ukur sehingga instrument layak pakai.

Validitas mengenai kesesuaian soal dan indikator dilakukan oleh dosen yang

pakar dalam bidangnya.

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang

dengan tes yang sama pada situasi berbeda atau dari satu pengukuran ke

(21)

tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung

dengan koefisien reliabilitas.

Pada penelitian ini digunakan metode test-retest. Metode ini adalah

metode dengan memberikan tes yang sama pada kelas yang sama sebanyak dua

kali tetapi pada waktu yang berbeda. Kemudan dihitung koefisien reliabilitasnya

untuk dua skor yang telah diperoleh (Fraenkel, et.all, 200).

Koefisien

Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel.3.1. Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas

Tingkat kemudahan adalah bilangan yang menunjukan sukar atau

mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kemudahan berkisar antara 0,00 sampai

1,00. Soal indeks kesukaran 0,00 menunjukan bahsa soal itu terlalu sukar,

sebaliknya indeks 1,00 menunjukan bahwa soal tersebut terlalu mudah.

Untuk menghitung tingkat kemudahan tiap butir soal digunakan persamaan:

(22)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

P = indeks kemudahan

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar, dan JS = jumlah seluruh siswa peserta tes.

Klasifikasi untuk indeks kemudahan dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel.3.2. Interpretasi Indeks Kemudahan

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D).

Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah :

Keterangan :

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar

BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar

PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Kategori daya pembeda dapat dilihat pada Tabel.3.3

(23)

dengan panjang yang sama. Untuk menghitung keterbacaan teks menggunakan

rumus sebagai berikut:

Keterbacaan Teks =

Kriteria presentase keterbacaan teks dapat dilihat pada Tabel 3.4

Tabel. 3.4. Kriteria Presentase Keterbacaan Teks

Skor (%) Kategori

61 ≤ KT ≤ 100 Tinggi

41 ≤ KT ≤ 60 Sedang

0,00 ≤ KT ≤ 40 Rendah

6. Skala Sikap Tanggapan Siswa

Skala sikap tanggapan siswa ini digunakan untuk mengetahui pendapat

siswa terhadap pembeajaran POE berbantuan RT dalam pembelajaran fisika pada

materi fluida statis. Tes skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan tes yang menggunakan skala Likert, dengan dua kategori yaitu setuju

(S) dan tidak setuju (TS).

7. Hasil Uji Coba Instrumen

1) Tes Diagnostik

Data hasil uji coba tes diagnostik dengan jumlah item soal sebanyak 32

dengan soal TTT sebanyak 16 dan soal pilihan ganda sebanyak 16 yang dilakukan

pada siswa kelas IX di salah satu SMP Negeri di Kabupaten Pandeglang

dipaparkan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Hasil Uji Coba Tes Diagnostik

No.

Tingkat

Kemudahan Daya Pembeda Keterangan Reliabilitas

Skor Klasifikasi Skor Klasifikasi Skor Klasifikasi

1 0,50 Sedang 0,25 Cukup Dipakai

0,806 Tinggi

2 0,31 Sedang 0,50 Baik Dipakai

3 0,53 Sedang 0,44 Baik Dipakai

4 0,31 Sedang 0,50 Baik Dipakai

5 0,59 Sedang 0,31 Cukup Dipakai

6 0,47 Sedang 0,31 Cukup Dipakai

7 0,53 Sedang 0,44 Baik Dipakai

8 0.19 Sukar 0,25 Cukup Dipakai

(24)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

No.

Tingkat

Kemudahan Daya Pembeda Keterangan Reliabilitas

Skor Klasifikasi Skor Klasifikasi Skor Klasifikasi

9 0,43 Sedang 0,25 Cukup Dipakai

SMP Negeri di Kabupaten Pandeglang dipaparkan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Hasil Uji Coba Refutation Text

No. Teks Skor (%) Tingkat Keterbacaan

1 Tekanan Hidrostatik 60,06 Mudah

2 Bejana Berhubungan 59,68 Sedang

3 Hukum Pascal 54,09 Sedang

4 Hukum Archimedes 51,73 Sedang

(25)

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kuantitatif. Data

kuantitatif dalam penelitian diperoleh melalui tes diagnostik dan hasil observasi

keterlaksanaan model pembelajaran . Teknik pengumpulan data dapat dilihat pada

Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Teknik Pengumpulan Data

Data Instrumen Teknik

pengumpulan data

Keterlaksanaan model

pembelajaran Lembar observasi Observasi

Tanggapan Siswa Skala Sikap Tes Tertulis

Pemahaman konsep siswa dan kuantitas siswa yang miskonsepsi

Soal pilihan ganda Tes tertulis

Three Tier Test

Tes tertulis

3.8 Teknik Pengolahan Data

1. Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Keterlaksanaan model pembelajaran POE dapat diketahui dengan cara

mencari presentasi keterlaksanaan. Untuk menghitung presentase keterlaksanaan

dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:

Presentase keterlaksanaan pembelajaran =

Kriteria presentase keterlaksanaan model pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 3.8

Tabel. 3.8. Kriteria Presentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Presentase (P) Kriteria

P = 0 Tak satu kegiatan pun

0 ≤ P 25 Sebagian kecil kegiatan

25 ≤ P 50 Hampir setengah kegiatan

P = 50 Setengah kegiatan

50 P 75 Sebagian besar kegiatan

75 ≤ P 100 Hampir seluruh kegiatan

P = 100 Seluruh kegiatan

(26)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

2. Analisis Pemahaman Konsep

a. Melakukan Penskoran

Skor untuk tes pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode right only,

yaitu jawaban benar diberi nilai satu dan jawaban yang salah atau tidak dijawab

diberi nilai nol. Jadi skor ditentukan oleh jumlah jawaban yang benar. Pemberian

skor dihitung berdasarkan rumus :

S = ∑R Keterangan :

S = Skor siswa

R = Jawaban siswa yang benar

b. Mengubah Skor ke Nilai

Skor yang didapat dari penilaian pemahaman konsep diubah ke dalam

bentuk nilai. Pemberian nilai dihitung berdasarkan rumus:

Nilai =

c. Menghitung nilai gain ternormalisasi

Untuk melihat peningkatan dilakukan analisis terhadap skor gain

ternormalisasi. Skor gain ternormalisasi yaitu perbandingan dari skor gain aktual

dengan skor gain maksimum. Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh

siswa sedangkan skor gain maksimum yaitu skor gain tertinggi yang mungkin

diperoleh siswa. Dengan demikian skor gain ternormalisasi dapat dinyatakan oleh

rumus sebagai berikut : ( Hake, 1998)

d. Menentukan nilai rata-rata dari gain ternormalisasi.

e. Menentukan kriteria peningkatan pemahaman konsep sesuai dengan kriteria

gain ternomalisasi menurut Hake R.R (1998), yang membagi hasil nilai gain

ternormalisasi ke dalam tiga kategori efektivitas seperti yang terlihat pada

Tabel 3.9.

Tabel.3.9. Kriteria Peningkatan Pemahaman Konsep

…(8) …(6)

(27)

Persentase Kategori

0,00 < g ≤ 0,30 Rendah

0,30 < g ≤ 0,70 Sedang

0,70 < g ≤1, 00 Tinggi

(Hake, 1998)

3. Analisis Penurunan Kuantitas Siswa yang Miskonsepsi

Untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi maka digunakan metode

TTT. Jika tingkat pertama dan tingkah kedua benar dan yakin maka siswa paham

konsep. Jika tahap pertama benar dan tahap kedua salah ataupun sebaliknya tetapi

tahap ketiga yakin maka siswa dikategorinya miskonsepsi. Jika tahap pertama

benar dan tahap kedua benar tetapi tidak yakin, maka siswa dikategorikan lucky

guess. Jika tahap pertama benar dan tahap kedua salah ataupun sebaliknya tetapi

pada tahap ketiga tidak yakin, maka siswa dikategorikan menebak. Penurunan

kuantitas miskonsepsi yang dimaksud adalah penurunan jumlah siswa yang

mengalami miskonsepsi pada setiap konsep. Untuk mengetahui penurunan

kuantitas siswa yang miskonsepsi menggunakan rumus yang diadaptasi dari

rumus gain ternormalisasi yang dikembangkan oleh Hake.

PKM =

Keterangan:

PKM = Penurunan kuantitas siswa yang miskonsepsi

%Pretest = Persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada suatu konsep sebelum diberikan treatment

%Posttest = Persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada suatu konsep sesudah diberikan treatment

%Ideal = Harapan ideal terjadinya miskonsepsi (0%)

Untuk menentukan persentase penurunan kuantitas miskonsepsi digunakan

kroteria yang diadaptasi dari Hake disajikan pada Tabel 3.10.

Tabel.3.10. Persentase Penurunan Kuantitas Miskonsepsi

Persentase (%) Kategori

0 < PKM ≤ 30 Rendah

30 < PKM ≤ 70 Sedang

70 < PKM≤ 100 Tinggi

(28)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

4. Analisis Skala Sikap Siswa

Jawaban skala sikap yang diperoleh dari siswa di analisis dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut.

T =

Keterangan :

T = Presentase tanggapan siswa terhadap setiap pernyataan J = Jumlah jawaban setiap kelompok pernyataan

N = Jumlah siswa

Untuk menentukan persentase analisis skala sikap siswa digunakan kriteria

yang disajikan pada Tabel 3.11.

Tabel.3.11 Persentase Analisis Skala Sikap Siswa

Persentase (%) Kategori

0,00 < SS ≤ 20 Sangat Negatif

21 ≤ SS ≤ 40 Negatif

41 ≤ SS ≤ 60 Netral

61 ≤ SS ≤ 80 Positif 81 ≤ SS ≤ 100 Sangat Positif

(Ahiri, dkk, 2011)

5. Uji Statistik

Pengolahan dan analisis data menggunakan uji statistik dengan

tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji kenormalan data yang

diperoleh dari hasil penelitian. Uji normalitas ini juga dilakukan untuk

mengetahui apakah sampel telah dapat mewakili populasi atau tidak. Dalam

penelitian ini, pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan tes

kecocokan chi-kuadrat dengan langkah-langkah sebagai berikut:

 Menyusun data skor gain yang diperoleh kedalam Tabel distribusi frekuensi, dengan susunan berdasarkan kelas interval. Untuk menentukan

banyak kelas interval dan panjang kelas setiap interval digunakan aturan

Sturges yaitu sebagai berikut :

(29)

- Menentukan banyak kelas (K)

K = 1 + 3,3 log N.

- Menentukan panjang kelas interval (P)

P

=

 Menentukan skor rata-rata dengan menggunakan rumus:

N X X

i

dengan X yaitu skor rata-rata, Xi yaitu skor setiap siswa dan N yaitu jumlah

siswa.

 Menghitung standar deviasi dengan rumus :

1

 Menghitung luas daerah tiap-tiap kelas interval sebagi berikut :

2 1 I

I I  

dengan I yaitu luas kelas interval, I1 yaitu luas daerah batas atas kelas interval, I2

yaitu atas daerah bawah kelas interval.

 Menentukan frekuensi ekspektasi :

Ei = N x I

Menghitung harga frekuensi dengan rumus Chi-Kuadrat:

(30)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

dengan Oi yaitu frekuensi observasi (pengamatan), Ei yaitu frekuensi ekspektasi

hitung> χ2Tabel. , data berdistribusi tidak normal

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians kedua data

dari kelas eksperimen dan kontrol homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

 Menentukan masing-masing varians dari sampel kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

 Menghitung nilai F dengan menggunkan rumus: 2

Menentukan nilai F dari Tabel distribusi frekuensi dengan derajat kebebasan

sebesar dk = (ni– 1) pada taraf signifikansi α.

 Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F dari Tabel dengan

interpretasi sebagai berikut : JikaFhitung< FTabel, maka variansi sampel

homogen. Sebaliknya jika Fhitung > FTabel, maka variansi sampel tidak homogen

Apabila data berdistribusi normal dan homogen, maka uji hipotesis menggunakan

statistik parametrik yaitu uji-t untuk tes satu ekor (n > 30) sampel berpasangan

(Panggabean, 1996:102) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Menghitung nilai t (untuk sampel besar n ≥ 30) dengan menggunakan rumus

(31)

Keterangan :

1

%g= persentase rata-rata N-gain kelas eksperimen

2

%g= persentase rata-rata N-gain kelas kontrol

2 1

s = Varians N-gain kelas eksperimen

2 2

s = Varians N-gain kelas kontrol

n1 = jumlah siswa kelas eksperimen

n2 = jumlah siswa kelas kontrol

Mencari nilai t pada Tabel distribusi t untuk tes satu ekor dengan derajat

kebebasan dk = (n1-1) + (n2– 1) pada taraf signifikansi tertentu.

Membandingkan nilai thitung dengan nilai tTabel dengan interpretasi: jika

thitung> tTabel maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan

antara rata-rata N-gain kelompok kontrol dan eksperimen, dengan demikian,

hipotesis dapat diterima. Sebaliknya jika thitung< tTabel maka hipotesis ditolak.

“Apabila salah satu data tidak normal atau tidak homogen maka uji-t tidak dapat dilakukan, sebagai gantinya dilakukan uji statistik non-parametrik. Bila

sampelnya besar (> 30 individu), maka harga kritik t dinyatakan dengan Z “

(Panggabean, 1996: 103). Uji Z statistik untuk data tidak berpasangan ini dikenal

dengan uji Mann-Whitney U . Uji ini mencari pendekataan terhadap nilai rata-rata

dan simpangan baku dari sebaran normal dengan langkah-langkah sebagai berikut

:

 Urutkan data gain dari kecil ke besar tanpa memandang apakah data tersebut

dari perlakuan pertama (p1/kelas eksperimen) atau perlakuan ke dua (p2/kelas

kontrol).

 Berikan rangking dari angka 1 sampai n (n = n1 + n2) dengan catatan data

yang skor/nilainya sama harus diberikan rangking yang sama (rata-rata

rangking)

Keterangan :

n = jumlah seluruh siswa

(32)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

n2 = jumlah siswa kelas kontrol

 Jumlahkan rangking dari kelas eksperimen (T1) dan rangking dari kelas

kontrol (T2).

 Menghitung rata-rata dan standar deviasi:

2

 Kriteria penerimaan hipotesis untuk tes satu ekor (Panggabean, 1996: 103):

Jika harga Zhitung ≥ 1.64 dapat disimpulkan bahwa perbedaan rata-ratanya

signifikan pada taraf signifikansi 0,05, dengan demikian, hipotesis diterima.

Akan tetapi jika harga Zhitung ≤ 1.64, maka hipotesis ditolak.

…(20)

(33)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dipaparkan tentang keterlaksanaan model

pembelajaran, peningkatan pemahaman konsep, penurunan kuantitas miskonsepsi,

respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran POE berbantuan RT,

yang didasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya.

5.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model

pembelajaran POE berbantuan RT. Berdasarkan hasil analisis data keterlaksanaan

pembelajaran menunjukan bahwa hampir seluruh kegiatan terlaksana.

Berdasarkan pengamatan observer ada beberapa hal yang perlu diperbaiki pada

aktivitas dalam masing-masing pembelajaran, yaitu:

1. Tahap Memprediksi

Pada tahap pertama ini, guru mengungkap miskonsepsi yang terjadi pada

siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan miskonsepsi dan menjawab

pertanyaan yang diajukan berdasarkan konsep yang mereka pahami. Tahapan ini

bertujuan untuk membangkitkan gagasan dari dalam pikiran siswa. Sebagian besar

siswa memberikan jawaban berupa jawaban secara langsung atas pertanyaan

tersebut. Berdasarkan pengamatan, sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi,

hal ini terbukti dengan hasil prediksi pada LKS.

Contoh hasil prediksi siswa yang dianggap “memahami konsep” pada

materi bejana berhubungan (pertemuan ke-2) ditunjukkan oleh Gambar 4.3.

(34)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Siswa yang konsepsi benar menganggap bahwa tekanan hidrostatik pada

semua bagian tabung dari sebuah bejana berhubungan memiliki tekanan yang

sama besar karena memiliki tinggi permukaan air yang sama pada setiap

tabungnya meskipun ukuran tabung berbeda. Konsepsi ini adalah konsepsi yang

sesuai dengan konsepsi ilmiah yang terdapat di dalam buku teks. Sedangkan

contoh jawaban siswa yang mengalami miskosepsi ditunjukan pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4. Hasil Prediksi Siswa yang Miskonsepsi

Siswa yang mengalami miskonsepsi mengungkapkan bahwa tekanan pada

setiap tabung bejana berhubungan berbeda karena setiap tabung memiliki ukuran

yang berbeda. Ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa mengalami

miskonsepsi diantaranya: cara guru mengajar yang hanya menggunakan ceramah,

pengalaman siswa sebelum pembelajaran serta guru itu sendiri (Suparno, 2005).

Langkah mengatasi miskonsepsi yang diakibatkan oleh cara mengajar bisa

dilakukan dengan variasi pembelajaran disertai dengan pertanyaan arahan,

pembelajaran dimulai dengan menampilkan fenomena baru, menggali gagasan

siswa, kombinasi pembelajaran dengan aktivitas siswa (misalnya praktikum). Jika

miskonsepsi itu berasal dari siswa, maka siswa tersebut harus diberikan suatu

peristiwa anomali, pemberian motivasi, dan siswa dibimbing selama pembelajaran

(35)

bertanya kepada guru, maka guru harus menyediakan waktu untuk siswa bertanya

baik secara lisan maupun tertulis.

2. Tahap Observasi

Pada tahapan ini siswa melakukan percobaan untuk membuktikan jawaban

yang dituliskannya pada tahapan prediksi. Pada tahapan ini, sebagian besar siswa

yang memiliki gagasan yang keliru, menjadi keheranan saat hasil percobaannya

berbeda dengan hasil prediksinya. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi konflik

kognitif pada siswa. Pertentangan konsep yang dapat memfasilitasi perubahan

konsep siswa. Akan tetapi, sebagian siswa masih belum yakin dengan konsep baru

yang ditemukannya dalam proses percobaan. Sebagian siswa yang lain ada yang

menggangap bahwa hasil percobaan mereka merupakan kesalahan dalam

eksperimen, sehingga sebagian siswa tersebut mempertahankan miskonsepsinya.

Contoh hasil percobaan siswa yang cenderung sesuai dengan konsepsi

ilmiah adalah tekanan hidrostatik pada bejana berhubungan yang berbeda ukuran

tabungnya adalah sama besar pada kedalaman yang sama. Pernyataan ini

ditunjukan pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Hasil Observasi Siswa yang Cenderung dengan Konsep Ilmiah

Dari Gambar 4.5 terlihat bahwa perbedaan tinggi zat cair pada pipa U

adalah sama. Makna perbedaan dari tinggi zat cair pada pipa U adalah tekanan

hidrostatik. Pada Gambar 4.5 terdapat perbedaan data kolom zat cair pada pipa U

pada kedalaman yang sama. Hal ini disebabkan karena human eror salah satunya

adalah sudut pandang dalam membaca skala pipa U yang tidak sejajar dengan

mata pengmat sehingga terjadi selisih beberapa milimeter. cara membaca

(36)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Contoh hasil percobaan siswa yang kurang tepat dalam mengambil data

eksperimen ditunjukan pada Gambar 4.6.

Dari Gambar 4.6 terlihat bahwa pola data yang dihasilkan bervariasi untuk

kedalaman yang sama. Hal ini disebabkan karena siswa kurang tepat dalam

mengukur kedalaman yang diinginkan dan corong selang yang dimasukkan ke

dalam tabung bejana berhubungan tidak tegak lurus sehingga pada kedalaman

yang sama memiliki tinggi kolom air yang berbeda. Untuk mengatasi hal ini

sebaiknya guru memerintahkan siswa untuk mengambil data ulang, mengingatkan

siswa untuk melakukan seluruh tahapan percobaan secara benar, dan mengawasi

pelaksanaan percobaan yang dilakukan oleh siswa.

3. Tahap Menjelaskan

Pada tahap ini, siswa akan membandingkan hasil observasi mereka dengan

hasil prediksi. Apabila terdapat perbedaan maka siswa harus menjelaskan

mengapa terdapat perbedaan antara hasil percobaan dengan hasil observasi

mereka. Pada tahap ini, hamper semua siswa mengalami kesulitan dalam

menganalisis hasil percobaan. Temuan ini didukung oleh Joyce (2006) dan Acar

Sesen (2013). Menurut Joyce (2006), dalam pembelajaran POE, siswa mengalami

kesulitan dalam memberikan alasan ilmiah terjadinya perbedaan prediksi dengan

hasil percobaan. Sedangkan Acar Sesen (2013) yang mengungkapkan bahwa

siswa kurang percaya diri dalam menjelaskan hasil eksperimen yang berbeda

dengan prediksinya. Hal ini akan membuat siswa tidak yakin dengan konsep yang

(37)

baru saja ditemukan oleh siswa sehingga perubahan konseptual siswa tidak akan

terjadi.

Contoh hasil penjelasan siswa yang cenderung sesuai dengan jawaban

mengenai pertanyaan hasil eksperimen ditunjukan pada Gambar 4.7.

Berdasarkan Gambar 4.7 siswa sudah konsepsi benar tentang hubungan

antara kedalaman selang dengan tinggi permukaan pipa U (tekannan hidrostatik).

Akan tetapi, siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan perbedaan antara hasil

pengamatan dengan prediksi.

Contoh hasil penjelasan siswa yang kurang sesuai dengan jawaban

mengenai pertanyaan hasil eksperimen ditunjukan pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8. Hasil Penjelasan Siswa yang Kurang Sesuai

Siswa yang masih mempertahankan miskonsepsinya adalah kelompok

siswa yang melakukan kesalahan dalam melakukan percobaan sehingga hasil yang

(38)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diperolehnya kurang tepat. Pernyataan ini terbukti berdasarkan jawaban LKS yang

kembali ke pernyataan prediksi. Selain itu, ada beberapa kelompok siswa yang

memperoleh data yang benar tetapi mereka menolak hasil percobaannya karena

meyakini konsepsinya adalah yang paling benar.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka sebaiknya guru membimbing siswa

dalam membuat kesimpulan berdasarkan penjelasan yang telah dibuat oleh siswa.

Solusi ini tidak dapat memberikan informasi mengenai kuantitas siswa yang

menubah konsepsinya menjadi konsep ilmiah. Oleh karena itu, digunakanlah RT

di akhir pembelajaran.

4. Tahap pemberian RT

Pada tahap ini, guru melakukan penguatan dengan memberikan salah satu

kelas teks bacaan berupa RT untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak

diberikan RT. Setelah siswa membaca RT, siswa harus mengisi pertanyaan yang

terdapat pada RT. Pemberian RT ini untuk memberikan keyakinan kepada siswa

agar siswa mampu mengubah konsepsinya yang keliru dengan konsep ilmiah. Hal

ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Suparno (2005) yang mengungkapkan

bahwa keyakinan/kepercayaan tentang suatu konsep yang baru sangat penting

bagi siswa karena tanpa adanya keyakinan ini siswa akan sulit mengubah

konsepsinya yang keliru.

Contoh jawaban pada RT untuk siswa yang dianggap memahami konsep

ditunjukan pada Gambar 4.9.

(39)

Siswa yang konsepsi benar menjawab bahwa wajan dan nampan ketika

dimasukkan ke dalam air akan terapung karena volum zar cair yang

dipindahkannya lebih banyak sehingga gaya apung akan lebih besar dari berat

bendanya. Sedangkan kunci akan tenggelam ketika dimasukkan ke dalam air

karena gaya apungnya lebih kecil daripada berat kuncinya. Sedangkan apabila air

diganti dengan minyak goreng maka wajan dan nampan akan tetap terapung dan

kunci akan tetap tenggelam.

Contoh jawaban pada RT untuk siswa yang dianggap miskonsepsi

ditunjukan pada Gambar 4.10.

Siswa yang masih mengalami miskonsepsi ditunjukan oleh keyakinannya

dalam menjawab pertanyaan pada RT. Siswa mengungkapkan bahwa ketika kunci

dimasukkan ke dalam air yang daya tampungnya lebih banyak maka kunci akan

sedikit melayang. Apabila air diganti dengan minyak goreng maka kunci agak

terapung. Hal ini tentu saja keliru karena gaya apung yang dialami oleh kunci

lebih kecil dibandingkan gaya apung yang dialami oleh wajan dan nampan.

Dengan demikian seharusnya siswa menjawab bahwa kunci akan tenggelam jika

dimasukkan ke dalam air maupun minyak.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa terjadi kegagalan dalam

proses akomodasi siswa. Siswa hanya menyerap sebagian informasi dan

mengabaikan sebagian yang lain. Oleh karena itu, perubahan konseptual bagi

siswa tidak terjadi secara optimal.

(40)

Riski Muliyani, 2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) BERBANTUAN REFUTATION TEXT TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PENURUNAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP PADA MATERI FLUIDA STATIS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi diantaranya

siswa dalam membaca RT cenderung kurang teliti dan kadang-kadang hanya

membaca sambil lalu saja sehingga konsep fisika salah tangkap dan salah

mengerti, dan terdapat beberapa siswa yang membaca dengan cepat sehingga

mereka kurang mengerti konsep-konsep baru secara baik. Untuk mengatasi hal

tersebut maka sebaiknya guru memberikan penjelasan tentang cara membaca dan

memahami teks.

5.1.2 Penurunan Kuantitas Miskonsepsi

Dari hasil rekapitulasi analisis TTT pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol, presentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi sebelum dan

sesudah pembelajaran POE mengalami penurunan. Hal ini menunjukan bahwa

pembelajaran POE dapat menurunkan kuantitas miskonsepsi siswa, walaupun

masih ada beberapa siswa yang mengalami miskonsepsi. Oleh karena itu, model

pembelajaran POE berpengaruh terhadap penurunan kuantitas miskonsepsi siswa.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Keleş dan Demirel (2010) yang membuktikan

penerapan POE dalam pembelajaran dapat membantu siswa mengatur perubahan

konseptualnya secara mandiri dalam rangka merealisasikan konsepsinya dalam

dunia nyata.

Berdasarkan data rekapitulasi TTT memperlihatkan bahwa siswa yang

tidak paham konsep dan menebak juga mengalami penurunan, baik di kelas

eksperimen maupun kelas kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa penerapan

model pembelajaran POE merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang

dapat digunakan untuk menurunkan kuantitas siswa yang mengalami miskonsepsi

dan memperluas konsep bagi yang tidak paham konsep atau menebak.

Pada saat datang ke kelas terdapat tiga jenis konsepsi yang ada pada benak

siswa diantaranya siswa yang memiliki konsepsi ilmiah, siswa yang memiliki

konsepsi yang salah dan siswa yang tidak paham konsep. Siswa yang mempunyai

konsepsi sebelum pembelajaran akan memiliki respon yang berbeda dengan siswa

Gambar

Tabel 3.5 Hasil Uji Coba Tes Diagnostik
Tabel 3.6 Hasil Uji Coba Refutation Text
Tabel 3.7 Teknik Pengumpulan Data
Tabel.3.10. Persentase Penurunan Kuantitas Miskonsepsi Persentase (%) Kategori
+7

Referensi

Dokumen terkait

In considering public transport appraisal the time and operating cost elements of benefit may be dealt with in a similar way to the highway estimates.. However estimation of

Nomor 70 tahun 2012, para peserta pengadaan diberi kesempatan menyampaikan sanggahan (bila ada) terhadap hasil pelelangan ini paling lambat 3 (tiga) hari kerja

15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan tindak Pidana Terorisme memberikan pengertian tindak pidana terorisme adalah setiap tindakan dari seseorang yang dengan sengaja

Pengobatan TB yang tidak standar, ketidakpatuhan pasien dalam menelan obat, ketersediaan OAT ditandai sebagai faktor risiko munculnya resistensi obat (13). Sebelum

Pada tahun 1960-an, Kligman telah meneliti pengobatan akne dengan asam retinoat (asam vitamin A, atau tretinoin), dan selama periode terapi tersebut pasiennya

Fenomena liberalisme di Indonesia kini semakin menggejala, nahkan menjangkiti kalangan intelektual terlebih di Perguruan Tinggi Agama Islam yang seharusnya merupakan

Dalam artikel di atas juga menyebutkan bahwa ada beberapa produk ekspor lain yang mendukung surplus perdagangan pada Januari-Februari 2015 adalah perhiasan dan permata yang naik

Mengingat nilai yang terkandung pada kapal tenggelam beserta muatannya, berbagai program penelitian sebagai bagian dari pengelolaan tinggalan budaya bawah air telah