PENGELOLAAN SISTEM UJIAN NEGARA
IJNTUK MENINGKATKAN FUNGSI KELUARAN
tStudi Kasus Pada Kanior Kopei tin clan Ik Urapa I'JK
di Lingkungan Kopertis Wilayah Vn Javva Timur»
TESIS
Diajukan untuk Mcmonuhi Sehagian Syarat
Memptroleh Gdar Magister PwHlidiknn Program Studi Adminlstrasl Pendidikan
Oleh
A Iv A D U N
Nim. 9332002PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
DISETUJUI OLEH PEMBIMBIN6
PROF. DR. H. ACHMAD SANUSI, S.H. MPA
Peabimbing I
DR. H. Tb ISUDDIN MAKMUN, M.A,
'enbiabing II
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEBURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
B A N D U N 6
Lampiran 1
PJBBTT5AK
'2t>0
Penelitian ini menyajikan topik
-Pengelolaan Sistem
Ujian Negara Untuk Meningkatkan Fungsi Keluaran Pada kantor
Kopertis dan beberapa PTS berprogram studi Terdaftar dan
Diakui di lingkungan Kopertis VII". Fokus Penelitian ini
adalah mencari jawaban atas pertanyaan, sejauh mana efektivi
tas pengelolaan sistem ujian negara sehingga mampu berfungsi
untuk meningkatkan standardisasi mutu lulusan PTS sebagai
salah satu upaya meningkatkan mutu lulusan PTS di lingkungan
Kopertis Wilayah VII Jawa Timur.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik.
Agar studi deskriptif-analitik ini lebih bermakna maka
digu-fkan Pendekatan stud, kasus-kualitatif 01.hUmr.nax „
penelitian ini tergolong ke dalam
tatif Pengambilan sumber data (informasx) dalam P^.Utian
^^^^^J^t
an
tatir.
reimaiu"
vakni
berdasarkan
lni menggunakan
purpos^e
«»i«*.
V»""
,.H
asDek apa dan siapa yang dijadiKan
pilihan peneliti, aspek apa
«.„,.„„-Benerus sepanjang
«.
cun^i tertentu seoara
terus-meneius
pada saat .itu.^
.ul„ data dilakukan dengan
penelitian
Sedangkan P
wauanoara. Pengolahan dan
tehnik dokumentasl. observasi
. ,.h data terkumpul
analisis data dUakukan «1«» -aapun setelah
dan bersifat tant.txf•
nenyebabkan kura„g efektifnya
Beberapa faktor yang
aRan Mhasls„a yang
penyelenggaraan uoxan negara dal
^
^_
Pandai, sedang dan 7^^ '°b rakibat —
sisva yang cenderung aalas yan*
negara.
*"»"«
persiapan dan berspeku asi
* P ^
^^
Penelusuran lebih lanoubarha.xl
^ ^^ „„,„._
kurang Persiapan dan bar.
^
^^ „„„.,
torgan-dapi ujian negara yakni ( >
^^ dalM lt,laB; (2)
t»„g kepada .atari ,.ndxb.ri*
^^
^
,osen
261
mahasiswa dan (4) tidak adanya tabel spesifikasi yang memung
kinkan mahasiswa belajar secara efektif untuk mempersiapkan
diri dalam mengikuti ujian negara. Di samping itu juga,
dalam proses pembuatan soal kurang memperhitungkan tingkat
kesukaran dan tidak adanya kepastian dalam kriteria dan
prosedur pemeriksaan dan pemberian nilai hasil ujian.
Namun
demikian, faktor positip ujian negara ini telah memberikan
motiyasi belajar dan motif berprestasi dari mahasiswa, teru
tama manakala dihubungkan setelah mereka lulus dalam mencari
pekerjaan.
Beberapa peluang dan kekuatan yang memungkinkan penye
lenggaraan ujian negara lebih efektif untuk meningkatkan mutu
lulusan PTS, yakni (1) penyempurnaan sistem ujian negara
dengan ditetapkannya SK Dlr.i.n Dikti Ho. 518/ Dxktx/ KeP/
1993 yang memberikan kemudahnn-kemudahan bagx Kopertx,. PTS
.1.1.., ...nahadapi dan
menyelenggarakan
ujxan
dan
nahaaiswa dalam menghadapx aan
negara, di samping memberikan «e»enang yang lebxh besar
k la Kopertis ,<2> komPUteri.asi pengadministrasxan da m
Prosedur pengusulan berkas ujian negara. pelaporan dan doku
prosedur pontsu
terialinnya koordinasx dan
mentasi hasil ujian negara; (3) ^»^ln "m-ptSI), dan PTH,
kerjasana yang erat antara Kopertxs, PTS <BH PT,I>,
W
adanya P.*«i» *»«^ ^d °.' o-penguji; <*>
ga memberikan .to,.omx e1 n
Pberprinslp konpensasx
dengan pembiayaan ujian negara
y
„hMilM untuk
total beri.bang memberikan keuempatan HPada .
^
mengikuti .•""»«»%£: £ ^L subsldi silang, di
prinsiP xnx pengel.1... b.»
^^ ^
,,e„adal
samping anggota
-
^
udak b„k.be„t.nn»a
honorarium yang noreka
p„mbuatan soal
mahasis»a terhadap iuran UHC, dan (.b) P
yang sudah menggunakan ^in'iP ^"""^ngkapkan beberapa
Penelitian mi one*
pfPktifnva
penyeleng-faktor dominan yang -an,.babHan uran a i •
^
^
garaan ujian negara dalam meningkatkan at
b(ld„
sinalkan peranannya dalam perer.oaaan dan pendayagunaan sumber
daya manusia dalam menyusun kepanitiaan ujian negara; (2)
kurang mendarahdagingnya budaya mutu dan masih «£^.
formalism dalam proses kegiatan di PTS ;(3) kurang efektif
nya PTS dalam mengadakan umpan balik terhadap laporan hasil
u ian negara; (4) kurang jelasnya pengelolaan biaya tambahan
i k ptq. (i-,\ tidak adanya ketentuan per
UNC
yang dipungut oleh PTS, U'.) "Odn
I
h*ik mengenai prosedur dan persyaratannya
tanggungjawaban baik mengenai Pr
vnDertis
, • », n?^ dalam proses pembuatan soal,
Kopertis
maupun
sanksinya; (6) daiam pi^"
*
,Vv>v^\
kurang memberdayakan Kelompok Program Studi Setempa
PP
sehingga dalam proses pembuatan soal masih bersi
ub
f
dan kompromis yang tentu saja kurang memenuh at.,da .»
rla, kaidah-kaidah
dan persyaratan-persyaratan ker.a «
».«. ^„«1,. <7> kurang memenuhi
kaidah
penyusunan instrumen tes i.oal,
j
rf.n
Dorsvaratan-persyaratan
Kerja
nilai hasil ujian negara.
B„d.«»rk.n
temuan-temuan te ..ebut d P
. r„ebut diperlukan
peman-tapan dan pengembangan pengeloiaan ax«,t. u
,flh _)tu Upaya meningkatkan mutu proses
..
gai salah „tu upay
penyelenggaraan ujian
PTS, bukan saja standar mutu Pic
mengajar
negara melainkan juga standar mutu **""
nutu lulusan
da„ pengelolaan PTS sehingga upaya peningkatan
EW=nr#=!4F5: I S I
Halaman
Kata Pengantar i
Penghargaan Dan Terima Kasih iv
Daftar Isi viii
Daftar Tabel xii
Daf tar Gambar, . xiii
BAB I PBNDAHULUAH 1
A. Latar Belakang' Masalah 1
B . Masalah Penelitian 6
1. Identifikasi Masalah 6
2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
8
3 . Ruang Lingkup
H
2. Rumusah Masalah dan Pertanyaan Peneli
tian
18
C. Tujuan dan Keluaran Yang Diharapkan
20
D. Manfaat Penelitian
21
E. Kerangka Pemikiran Pemecahan Mapalah Pene
litian
22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA :
PENGELOLAAN SISTEM UJIAN
NEGARA BAGIAN KAJIAN ADMINISTRASI
PENDIDIKAN
23
A. Bidang Kajian Administrasi
23
1. Perencanaan
2. Organisasi; ,
3. Bimbingan dan Pengarahan
31
4. Koordinasi
32
5. Kontrol dan Evaluasi
33
36
6. Komunikasi
B.
Pengertian
Standar dan Standardisasi
37
C. Sistem Ujian Negara Perguruan
Tingi Swasta
41
D. Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu
60
E. Kesimpulan Tinjauan Pustaka Dalam
Kaitan-nya Dengan Penelitian
64
BAB
III
PROSEDUR PENELITIAN
72
A . Metode Penelitian
72
B . Subyek Penelitian
74
1. Kasus Kantor Kopertis dan Beberapa PTS. 75
2 . Data Yang Diperlukan 76
C. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 77
D. Tahap-Tahap Penelitian 78
1. Persiapan Penelitian 79
2. Pelaksanaan Penelitian 79
3. Pengolahan dan Analisis Data Hasil Pene
litian 80
4. Penyusunan Laporan Penelitian 81
E. Validitas Penelitian 82
1. Kredibilitas 82
2. Transferabilitas 1 . . . 83 3. Dependabilitas dan Konfirraabilitas 83
BAB IV HASIL PENELITIAN 85
A. Temuan Penelitian 85
1. Hal-hal Yang Menyebabkan Belum
Efektif-nya Penyelenggaraan Ujian Negara Untuk
Membedakan Mahasiswa Yang Pandai,
Se-dang, dan Asor Dilihat Dari Faktor
Ma
hasiswa * 8t>
)!
'!,
2. Efektivitas Penyelenggaraan Ujian Nega
ra Dilihat Dari Faktor Panitia Ujian
Negara. . 94
3. Peran Perguruan Tinggi Swasta Dalam Pe
nyelenggaraan Ujian Negara 135
4. Hal-Hal Yang Menyebabkan Ketidakjelasan Filosofi, Peran, Fungsi Evaluasi dam Stan-dar, Kriteria, Orientasi Materi Yang
Diu-jikan Dilihat Dari Proses Pembuatan Soal 150
5. Pelaksanaan
Tugas
dan Wewen*ang Penguji
Dalam Pemeriksaan dan Pemberian Nilai
Hasil Ujian Negara 161
B. Pokok-Pokok Temuan Penelitian 171 C. Pembahasan Temuan Penelitian 183
1. Persiapan Belajar dan Spekulasi Mahasis
wa Dalam Mengikuti Ujian Negara... 193
2. Peran Kopertis Dalam Penyelenggaraan Uji
an Negara
I06
3. Peran Serta PTS Dalam Penyelenggaraan
Ujian Negara
210
4. Pengelolaan
Pembuatan Soal..
214
5. Pengelolaan Pemeriksaan dan Pemberian Ni
lai Hasil Ujian Negara
219
D. Implikasi Temuan Penelitian
223
1. Dampak Ujian Negara
•
224
2. Pendayagunaan Sumber Daya Manusia
228
3. Budaya Mutu di Lingkungan PTS
233
4. Pengelolaan Pembuatan Soal
235
5. Pengelolaan Pemeriksaan dan Pemberian Ni
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 242
A. Kesimpulan 242
B . Rekomendasi 247
DAFTAR PUSTAKA 255
LAMPIRAN :
1. Abstrak 260
2. Pedoman Pengumpulan Data 263
3. Tabulasi Data Hasil Penelitian 266 4. Daftar Lulusan Bidang Ilmu Ekonomi Kopertis
Wilayah VII. . , 283
5. SK Dirjen Dikti Depdikbud No. 519/ Dikti/
Kep/ 1993 286
6. Daftar Riwayat Hidup 298
7. Program Peningkatan Mutu Kinerja Panitia
U-jian Negara!
299
Halaman Tabel 1.1. Mata Ujian Negara Fakultas Ekonomi
Jurus-an MJurus-anajemen Program Studi MJurus-anajemen 108
Tabel 2.1. Struktur Panitia Inti Kopertis Wilayah VII 124
Tabel 2.2. Struktur Sekretaritat Panitia Inti 124 Tabel 2.3. Struktur Panitia Penguji 125 Tabel 3.1. Rinoian Penggunaan Biaya Ujian Negara 131 Tabel 4.1. Daftar Lulusan PTS Kopertis Wilayah VII
ber-dasarkan Bidang Ilmu dan Jenjang 139
Tabel 4.2. Rekap.itulasi (Distribusi Nilai Ujian Koper
tis Wilayah VII) 140
Tabel 5.1. Hal-hal Yang Menyebabkan Belum Efektifnya
Penyelenggaraan Ujian Negara Membedakan Ma
hasiswa Yang Pandai, Sedang dan Asor Dili
hat dari Faktor Mahasiswa 266
Tabel 5.2. Efektivitas Penyelenggaraan Ujian Negara
Dilihat Dari Faktor Panitia Ujian Negara... 267
Tabel 5.3. Peran Serta Perguruan
Tinggi
Swasta (PTS)
Dalam Penyelenggaraan Ujian Negara
273
Tabel 5.4. Hal-Hal Yang Menyebabkan Ketidakjelasan
Fi-losofi, Peran, Fungsi Evaluasi dan Standar,
Kriteria,
Orientasi
Materi
Yang Diujikan
Dilihat Dari Faktor Proses Pembuatan Soal..
277
Tabel 5.5. Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Dosen Pengu
ji Dalam
Pemeriksaan
dan
Pemberian Nilai
Hasil Ujian Negara
280
[image:10.595.68.530.77.776.2]O^F=-T7=¥R:
G*=tf~tE*=tfR
r>«|xj
Dlrf^tfBF&Ptf^l
/
GRAFIK
Gambar 1
Kerangka Pemikiran Pemecahan Masalah Pe
nelitian
Gambar 2
Basic Elements of the Strategic Management
Process ,
Gambar 3 Matrik Proses Adminitrasi Pendidikan Pa
da Perguruan Tinggi
Gambar 4 Mekanisme Penetapan Kurikulum Ujian Ne
gara
Gambar 5 Mekanisme Ujian Negara PTS Berprogram
Studi Bukan Disamakan
Gambar 6 Mekanisme Ujian Negara PTS Berprogram Studi Disamakan
xiii
Halaman
22
24
28
52
54
[image:11.595.58.537.66.768.2]F>taNlD*=*-*LJI_JUlftlN|
A. Latar Belakang Masalah
Menghadapi berbagai isu dan tantangan dalam pembangunan
pada umumnya dan khususnya pembangunan pendidikan serta dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sesuai dengan amanat GBHN 1993, maka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menetapkan empat strategi pokok pembangunan pendidikan
na-sional, yaitu peningkatan: (1) pemerataan kesempatan pen
didikan,
(2)
relevansi pendidikan dengan
pembangunan,
(3)
kualitas pendidikan dan (4) efisiensi pengelolaan
pendidikan
(Depdikbud, 1994 : 97).
Dalam rangka menjawab tantangan
dan
atau peningkatan sumber daya manusia (SDM) itu, maka
pemerin-tah
telah memberikan juga kesempatan
pemerataan
memperoleh
pendidikan pada jenjang Pendidikan Tinggi sebagaimana nampak
dengan
adanya peningkatan kuantitas satuan
pendidikan
pada
jenjang Perguruan Tinggi' mengalami
kemajuan
yang pesat,
sekarang
ini
jumlahnya mencapai 51 PTN di
samping
sekitar
1.000 PTS ( Wardiman,'1994 ).
Namun demikian, umumnya
dii-dentifikasikan
belum diimbangi
dengan
adanya peningkatan
kualitas yang memadai (Saleh Afiff, 1994).
Sebagian besar mahasiswa Indonesia, terdaftar di PTS
(lebih dari 60 %), yaitu antara tahun 1989/1990 - 1993/1994,
baru, 819.000 diserap PTN, 1.346.800 diserap PTS dan
selebih-nya PT kedinasan.
Karena itu peran PTS menjadi sangat
tenen-tukan
kualitas
putra-putri kita di masa
yang
akan
datang
(Saleh Afiff, 1994).
Diharapkan PTS tidak hanya
memperhati
kan
private
rate
of return,
yakni
cenderung
untuk
lebih
memperhatikan
private cost dan private benefit
bagi mahasiswa
dan
institusinya,
tetapi perlu juga memperhatikan
social
rate of return
berupa pelayanan pendidikan yang makin efisien
dan makin bermutu sehingga mereka dapat memberikan kontribusi
yang
lebih produktif dan nyata dalam pembangunan
(Ibid,
1994).
Realita
di lapangan, sebagian besar PTS mutunya
masih
rendah (Moegiadi, 1979 :14).
Indikator rendahnya mutu PTS
ini adalah rendahnya prestasi belajar mahasiswa ( Nana
Sudja-na, 1991 : 35; Herpratiwi, 1991). Selanjutnya menurut Azibar
dkk.
(1988),
penyebab kurang bermutunya lulusan perguruan
tinggi adalah : masukan yang kurang baik kualifikasinya,
dosen dan personil lainnya yang kurang profesional dan
teram-pil, materi kuliah yang kurang cocok, metode dan sistem
evaluasi, serta sarana dan sistem administrasi yang kurang
Bemadai.
Pemerintah melakukan pengawasan untuk meningkatkan
mutu PTS (Pasal 52 UU No. 2 Th 1989). Bentuk pengawasan dan
pembinaan dikeluarkan keputusan Dirjen Dikti Depdikbud No.
23/ DIKTI/ Kep/1984 yang isinya kewajiban Universitas/
Insti-tut Negeri untuk memb.eri bantuan dalam pelaksanaan
0135/0/1990 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kopertis
menje-laskan
bahwa
Kopertis dalam
melaksanakan
tugas
pembinaan
terhadap perguruan tinggi swasta secara operasional di wila
yah kerjanya dengan mendapat bantuan teknis akademik dari perguruan tinggi negeri. Koordinator kopertis dalam memben-tuk panitia ujian negara terdiri dari unsur-unsur PTN dan PTS atau instansi lain yang relevan dan selalu berkonsultasi dalam pembentukannya (Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Ujian
Negara Tahun 1986, 1987, 1988, 1991, dan 1993).
Edward Sallis (1993) menyatakan bahwa output pendidikan adalah dapat berupa layanan jasa dan lulusan lembaga pendidi kan. Oleh karena itu pengertian pengendalian mutu mempunyai
dua dimensi
yakni,
dimensi produk
dan* proses.
Keduanya
saling terkait. Ujian negara merupakan salah satu alat pengendalian mutu terhadap lulusan pendidikan harus memenuhi
kedua dimensi itu. Penentuan produk yang bermutu mengandung
makna bahwa tujuan sistem dan pengelolaan ujian negara
untuk
mata kuliah tertentu harus memenuhi standar, kriteria dan
spesifikasi
tertentu.
Di samping itu
lulusan
juga
secara
khusus harus memiliki spesifikasi tertentu di mana
referensi
spesifikasi ini merujuk pada Tujuan Kurikuler yang ada dalam
deskripsi
mata
kuliah.
Standar dan spesifikasi
ini
harus
termanisfestasikan dalam
soal-soal
ujian
negara.
Ujian
negara merupakan upaya
pemerintah untuk menstandardisasikan
sistem manajemen dan proses belajar mengajar pendidikan
tinggi untuk meningkatkan kualitasnya sesuai dengan harapan
Jaminan produk yang bermutu, tidak hanya ditentukan oleh hasil akhir saja, riamun juga ditentukan oleh proses
kegiatan yang bermutu (Kauru Ishikawa, 1985; Johny Sik Leung Chiu et.al, 1992; Edward Sallis, 1993). Panitia ujian negara sebagai tim yang akan mengendalikan mutu lulusan pendidikan, tentu dalam pelaksanaan tugasnya harus efektif sehingga proses (layanan) dan produknya bermutu. Tim ini harus mem-punyai visi jauh ke depan, memiliki tujuan dan sasaran yang jelas, berusaha meningkatkan kualitas layanan kepada pelang-gan, mendefinisikan peranan anggotanya secara jelas, memiliki
sumber-sumber untuk beroperasi, mengetahui tanggung jawab dan batas-batas kewenangannya, merencanakan pekerjaannya,
menggu-nakan alat yang cocok untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki struktur yang jelas, dan membangun perilaku tim kerja yang bermanfaat (Edward Sallis,1993).
Lebih lanjut, Thomas C. Powell (1995) menyatakan
bahwa
unjuk kerja
Total Quality Management (TQM)
akan
msnghasilkan
keunggulan-keunggulan
kompetitif manakala dalam
pelaksanaan
memenuhi tiga prasarat, Vakni : (1) adanya budaya keterbukaan
(open culture),
(2) pemberdayaan staf atau pegawai
(employee
empowerment),
dan (3)
komitmen eksekutif atau
pemimpin
{executive
commitment).
Ujian negara sebagai
satu upaya
pengendalian mutu proses dan keluaran perguruan tinggi swasta
(PTS) secara terpadu
jelas paling tidak ketiga faktor (budaya
keterbukaan,
pemberdayaan staf dan komitmen pemimpin) harus
nampak dalam setiap penyelenggaraan maupun yang terkait di
Ujian negara sebagai salah satu upaya meningkatkan
kualitas lulusan PTS melalui standardisasi mutu lulusan pada
akhir-akhir ini masih belum menunjukkan hasil yang menggembi-rakan. Faktor-faktor yang menyebabkan ketldakefektifannya di antaranya karena dalam operasionalnya menunjukkan: (a)
ka-dang-kadang kurang dijabarkannya filosofi, tujuan, prinsip dan fungsi ujian negara ke dalam materi yang diujikan, (b)
dalam batas tertentu belum jelas kriteria dan standar ujian
negara
apakah berorientasi kepada akademis dan
atau
profe-sional,
(c)
dalam batas tertentu belum
jelas
materi
yang
diujikan
apakah
scientific/ cognitive, skills atau
ethical,
(d)
kadang-kadang dalam pembuatan soal kurang
memperhatikan
prinsip
dan kaedah evaluasi seperti
kurang
memperhitungkan
tingkat
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan
daya
beda soal, (e) dalam batas-batas tertentu kurangnya
koordina-si pembuatan
soal terutama keterkaitan antara pembina dan
penguji mata kuliah,. pembagian tugas,
dan kewenangan pembuat
soal (penguji).
Kadang-kadang ada pembuat soal (Panitia
Penguji) yang membuat dan menguji tidak berdasarkan kewenan
gan ilmunya, (f) kekurangserasian penyelenggaraan terutama
pada persiapan dan pelaporan hasil ujian (Erliany Syaodih,
1993), (g) penilaian yang kurang obyektif karena realitas di
lapangan
pemeriksaan hasil ujian oleh satu orang penguji
sehingga sering terjadi bias dan, halo efek serta nilai yang
murah, (h) dalam batas-batas tertentu hasil pemeriksaan tidak
diselesaikan dengan prosedur administrasi yang dilakukan
batas-batas tertentu kurang dijadikan umpan balik bagi maha
siswa untuk meningkatkan perilaku belajarnya, dan (j) dalam
batas-batas tertentu hasil ujian negara kurang dijadikan
bahan
umpan balik bagi peningkatan proses
belajar
mengajar
maupun proses pengelolaan PTS.
Implikasi dari faktor-faktor di atas, sistem
pembelaja-ran mengalami ketimpangan.
Mahasiswa sering melakukan
jalan
pintas.
Ditambah lagi dengan adanya kuliah
refreshing
maka
sistem pembelajaran berfokus kepada produk,
bukan
seimbang
dengan
proses.
Kondisi ini akan
mengurangi
fungsi
ujian
negara
sebagai
alat untuk
mengembangkan
kualitas
peserta
didik,
yang
pada gilirannya
akan
menghambat
peningkatan
kualitas
sumber
daya manusia.
Jika
terjadi
pada Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang menyiapkan
tenaga
pendidik (pembina kualitas sumber daya manusia) maka
cita-cita menciptakan generasi unggul dari generasi sebelumnya
akan sulit merealisasikarinya.
Kesenjangan antara yang semestinya dilakukan dengan apa
yang nyata telah dilakukan seperti dipaparkan di atas, maka
studi yang berkenaan dengan pengelolaan sistem ujian negara
memperoleh pijakan yang memadai.
B. Masalah Penelitian
1.
Identifikasi Masalah
sistem ujian negara dilakukan penerintah dengan mengeluarkan keputusan Mendikbud No. .: 0174/U/1981 junto Keputusan Mendik-bud No. 020/U/1986 tentang Ujian Negara bagi PTS. Pelaksa
naan Keputusan Mendikbud di atas diatur lebih lanjut melalui Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud No. 519/Dikti/Kep/1993 tentang persyaratan dan tata cara ujian negara bagi mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta.
Pelaksanaan Keputusan di atas berturut-turut dikeluar-kan Surat Keputusan Direktur Perguruan Tinggi Swasta Ditjen
Dikti
Depdikbud No. 562/fD4. IV/T/11/1993 tentang
pelaksanaan
Keputusan
Dirjen
Dikti No. 519/
Dikti/Kep/1993
dan
Surat
Direktur
Perguruan Tinggi Swasta Ditjen Dikti Depdikbud
No.
567/ D4.IV/ T/ll/1993 tentang Petunjuk Operasional Penyeleng
garaan Ujian Negara.
Berdasarkan
ketentuan-ketentuan
di atas
maka
sistem
ujian
negara
pada PTS
dibedakan
mekanisme
pelaksanaannya
antara PTS berprogram studi status Disamakan dengan Terdaftar
atau Diakui.
Terutama Pada PTS berprogram
studi Terdaftar
dan Diakui, penyelenggaraan ujian negara memerlukan
pengorga-nisasian dan pengkoordinasian karena melibatkan PTS,
Pergu
ruan Tinggi Negeri (PTN), Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta
(Kopertis) dan Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Swasta
Indonesia (BM-PTSI).
Sistem ujian negara yang diatur dalam surat keputusan
dan petunjuk teknis di atas belum mampu menunjukkan
efektivi-tasnya dalam meningkatkan mutu lulusan dan proses pengelolaan
karena dalam pelaksanaannya masih adanya kelemahan-kelemahan.
hasil penilaian pendidikan bahwa lebih dari 50 X PTS masih rendah mutu lulusan maupun proses pengelolaannya.,
2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Ratna Sayekti Rusli (1988) mengemukakan bahwa evaluasi ialah suatu proses sistematik untuk menentukan sampai
sebera-pa jauh tujuan instruksional dicapai oleh mahasiswa. Makna evaluasi meliputi juga pengertian pengukuran. Evaluasi
mencakup deskripsi kelakuan (behavior) mahasiswa secara kuantitatif maupun kualitatif ditambah dengan kelakuan terse-but. Bahkan menurut Cronbach (1964). Dalam evaluasi
kuriku-lum,
pengukuran
meliputi pengujian
(examination)
terhadap
perilaku mahasiswa dan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi-nya.
Melalui ujian dapat diperoleh informasi tentang
maha
siswa yang berguna untuk mendorong belajar, melihat
kemajuan
dan
kelemahan
mahasiswa yang berguna
untuk
bimbingan
dan
kepentingan administrasi lainnya.
Tes
(ujian) mempunyai arti yang lebih sempit
daripada
pengukuran atau evaluasi.
Tes adalah prosedur yang
siBtema-tik untuk mengobservasi dan memberi deskripsi sejumlah
ciri-ciri seseorang dengan bantuan skala numerik atau suatu sistem
kategori (Cronbach, 1970).
Dari sudut pandang administrasi,
tes (ujian) sering kali dikaitkan dengan
evaluasi program.
Seperti dikemukakan oleh Nana Sudjana dan Ibrahim (1989)
bahwa ruang lingkup evaluasi dalam sistem pendidikan melipu
ti: (a) program pendidikan yang terdiri dari penilaian terha
dap tujuan pendidikan, penilaian terhadap isi
program,
penilaian strategi belajar mengajar; (b) proses pelaksanaan
kegiatan yang terdapat dalam program pendidikan,
keterlaksa-naannya oleh staf pengajar, keterlaksanaan dari segi peserta didik, pola interaksi pendidik dan peserta didik, proses pembelajaran, kesempatan mendapat umpan balik secara kontinyu dan bebas dari efek sampingan yang negatif; (c) hasil yang
dicapai terdiri penilaian hasil belajar jangka pendek dan jangka panjang.
Informasi yang diperoleh dari tes dapat menunjukkan apakah kebutuhan mahasiswa itu terpenuhi atau tidak. Bahkan karena hasil belajar mahasiswa dapat dipandang sebagai hasil langsung (direct output) dari sistem pendidikan yang sampai batas tertentu dapat dikenali, dikendalikan, diukur, dipre-diksikan dan ditingkatkan (Campbell dan Stanley, 1963; Cronbach dan Furly, 1970; Thorndike dan Hagen, 1981 dalam
Abin Syamsuddin Makmun (1986) maka hasil belajar mahasiswa dapat pula dijadikan sebagai salah satu indikator efektivitas dan ef.isiensi sistem pendidikan yang bersangkutan (Alan
Thomas, 1974).
Asumsi ini menyakini sebagai adanya
hubungan
kausalitas dan keterikatan antara hasil belajar (output)
*
dengan
komponen masukan dan proses operasional
dan
sistem
pendidikan
yang
bersangkutan.
Selain
itu,
hasil
belajar
dapat
dijadikan kriteria dan indikator bagi penilaian
taraf
keberhasilan sistem pendidikan itu sendiri.
Evaluasi
pada
hakekatnya
adalah
proses
memperoleh
informasi dan menggunakannya sebagai bahan pertimbangan dalam
membuat keputusan (Terry D. TenBrink, 1974; Nana Sudjana dan
Ibrahim,
1989).
Seoara administrasi,
tujuan pengambilan
10
dan penentuan tindak lanjut bagi upaya pengembangan. Evalua si juga bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat
keberhasilan sistem dan program pendidikan yang sedang
dija-lankan.
Secara khusus, tujuan evaluasi melalui bentuk tes
(ujian) hasil belajar dapat dikategorikan dalam dua kelompok
yang berbeda, pertama untuk mengukur kemajuan mahasiswa
yang
dapat diperlihatkan dengan kemampuan maksimal dalam
menyele-saikan soal-soal ujian (Grounlund, 1971; Terry D. TenBrink,
1974;
Lee
J. Cronbach, 1984; Raka Joni, 1986)
dan
menguji
kemampuan
minimal
untuk
persyaratan
standar
pengetahuan,
kecakapan dan keahlian minimal yang dapat dipergunakan
untuk
promosi, melanjutkan pendidikan, dan dunia profesional/ dunia
kerja (Richard M. Jaeger, 1991).
Secara terbatas, ujian negara sebagai salah satu bentuk
tes
hasil belajar bertujuan untuk mengukur prestasi
belajar
mahasiswa dengan standar kriterianya adalah pencapaian-tujuan
instruksional yang secara hirarkhis merupakan penjabaran dari
tujuan pendidikan nasional, tujuan institutional dan tujuan
kurikuler.
Dari rumusan deskripsi dan tujuan evaluasi (termasuk di
dalamnya tes, pengukuran dan penilaian) disimpulkan dua hal
penting, yakni : (a) evaluasi bertujuan untuk mengembangkan
potensi mahasiswa, bukan hanya sebatas mengukur kemampuan
yang nampak dari diri mahasiswa, dan (b) tujuan evaluasi
secara tersirat menyatakan juga fungsi evaluasi.
Karenanya,
secara administrasi,, penilaian (evaluasi) dapat berfungsi
sebagai ..pembantu, pengontrol pelaksanaan program agar dapat
diketahui tiridak lanjut dari pelaksanaan program itu (
11
simi Arikunto, 1988).
Educational Testing Service (1953) dan Mc. Cloy dan Young (1954) dalam Arman Abdoellah (1988) mengemukakan enam
fungsi pengukuran dan evaluasi yang meliputi fungsi penempa-tan, mendiagnosis kelemahan-kelemahan mahasiswa, mengukur tingkat keteroapaian tujuan oleh mahasiswa, sebagai prediksi,
memotivasi mahasiswa dan mengukur tingkat efektivitas pro
gram.
Secara
khusus, evaluasi dalam
pendidikan
berfungsi
sebagai umpan balik kepada pendidik mengenai program
pengaja-ran
yang dikelolanya, yang dapat dipergunakan untuk
memper-baiki
proses
pembelajaran
serta
penyelenggaraan
program
remedial, untuk menentukan kemajuan hasil belajar
mahasiswa,
terutama
untuk penentuan lulus tidaknya
seorang
mahasiswa
dalam
mata ujian tertentu pada jenjang pendidikan
tertentu,
untuk
menempatkan mahasiswa dalam situasi
belajar
mengajar
yang tepat sesuai dengan kemampuan mahasiswa dan mengenali
latar belakang kesulitan belajar para mahasiswa.
Evaluasi
melalui pengukuran dalam bentuk
tes
(ujian)
berfungsi bukan hanya untuk mengetahui prestasi belajar
mahasiswa, melainkan juga berfungsi untuk mengukur
efektivi
tas proses belajar dan mengajar, tugas dosen dan staf,
efek
tivitas program,
efektivitas dan efektivitas pengelolaan
suatu satuan pendidikan (Emil J. Haller dan Kennet A. Strike,
1986).
3. Ruang Lingkup
Sejalan manusia sebagai makhluk sosial, maka setiap
manusia akan terlibat dalam aktivitas sistem sosial yang ada,
12
tidak sadar, manusia yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan
sistem sosial diatur untuk mencapai tujuan tertentu. Meka
nisme pengaturan aktivitas-aktivitas ini, pada hakekatnya
adalah Administrasi.
Administrasi Pendidikan adalah mekanisme sosial yang
terdiri dari perangkat tugas, kewajiban dan kegiatan individu
untuk menyelenggarakan, melayani dan memperlancar proses
pendidikan
(Supandi, 1982).
Proses ini menuju suatu
tujuan
yang telah diakui dan disepakati bersama.
Lembaga pendidikan
akan
mencapai
tujuannya, yakni
pendidikan
dan
pengajaran
manakala semua sumber daya manusia mengerti dan menerima
peranannya sesuai fungsi Administrasi Pendidikan (W. G. Hack,
1965).
Selanjutnya Supandi (1982) mengemukakan bahwa kegiatan
administrasi berbeda dengan kegiatan instruksional.
Adminis
trasi hanya merupakan kegiatan pelayanan dan hanya
berhubun-gan secara tidak langsung denberhubun-gan proses belajar mengajar.
Administrasi merupakan wahana untuk memperlancar peran
dalam
sistem sosial. Di dalam kehidupan satuan pendidikan, adminis
trasi memperlancar arus komponen
individu,
kelompok dan
lingkungannya.
Tinjauan administratif dalam melakukan sesuatu agar
terjadi keseimbangan antara berbagai pihak yang kohesif untuk
mencapai tujuan.
Hubungan seperti ini merupakan kriteria
yang dijadikan dasar bagi administrator sebab menunjukkan
efektivitas yang tinggi.
Peranan administrasi dapat dilihat dari dua dimensi.
menun-13
jukkan pada kegiatan.
Dimensi pertama mengenai
struktur
organisasi,
pembiayaan, fasilitas fisik,
personil,
peserta
didik,
hubungan
antara satuan pendidikan (lembaga) dengan
masyarakat.
Selanjutnya dimensi kedua meliputi kegiatan
pengambilan
keputusan,
perencanaan, pemberian
motivasi,
pengkoordinasian dan penilaian dan penghargaan (R.F. Camp
bell, 1971).
Sarana untuk mengembangkan organisasi adalah
adminis
trasi,
sebab administrasi berfungsi mengusahakan
segala
sumber organisasi menjadi operasional dan efektif.
Disadari
atau tidak, dibangun atau dibiarkan tumbuh sendiri,
adminis
trasi selalu hadir dalam setiap organisasi, tidak terkecuali
Kopertis, satuan pendidikan (PTS) maupun Panitia Ujian Nega
ra,
Sebagai suatu proses pelaksanaan kegiatan, administrasi
meliputi dua jenis kegiatan, kegiatan strategis dan kegiatan
operasional (Supandi, 1986). Kopertis sebagai salah satu
bentuk organisasi adalah pelaksana tugas di bidang peningka
tan dan pengembangan PTS di suatu wilayah yang dipimpin oleh
seorang Koordinator, yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Mendikbud.
Menurut Keputusan Mendikbud Mo. 0138/0/1990 tentang
Organisasi dan Tata K.rda Kopertis dan Ho. 0300/0/1992 ten
tang Perinoian Tugas Sekretariat Pelaksana, Bagian dan Sub
Bagian Di Lingkungan Kopertis .enyebutkan bahwa kopertis
BeBpunyai tugas »elaksanakan kebioaksanaan terhadap PTS
seoara operasional di wilayah keroanya dengan .endapat
ban-tuan teknis akademik dari PTN. Untuk ..enyelenggarakan tugas
14
penyelenggaraan program Tri Dharma Perguruan Tinggi Di
Wila
yah
kerjanya; (b) memberikan dorongan dan? saran-saran
dais
rangka
pengembangan
PTS sesuai
dengan
kebijaksanaan
yang
ditentukan oleh Dirjen Dikti; (c) memberikan bantuan sarana
dan
tenaga
kepada PTS dalam
rangka
peningkatan
kemampuan
untuk mandiri; (d) melaksanakan ujian negara
bagi
mahasiswa
PTS
di
wilayah
kerjanya;
(e)
melaksanakan
pengendalian
teknis
dan pengayoman kepada PTS di wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kopertis
dipim-pin oleh Koordinator, dibantu oleh Sekretariat Pelaksana dan
kelompok tenaga Fungsional.
Sekretariat Pelaksana terdiri
Bagian Akreditasi dan Kelembagaan, Bagian Administrasi Ujian
Negara dan Kemahasiswaan dan Bagian Tata Usaha.
Bagian Administrasi Ujian Negara dan Kemahasiswaan
mempunyai tugas menghimpun dan mengadministrasikan data/
informasi tentang Ujian negara dan kemahasiswaan pada PTS.
Untuk melaksanakan tugas ini, Bagian Administrasi Ujian
Negara dan Kemahasiswaan mempunyai fungsi: (a) menghimpun
bahan dan mengadministrasikan data/ informasi tentang ujian
negara pada PTS; (b) menghimpun dan
mengadministrasikan
data/ informasi tentang ujian negara pada PTS.
Dalam menjalankan tugas dan fungsi untuk
menyelenggara-kan ujian negara bagi,mahasiswa PTS, Kopertis diberimenyelenggara-kan
kewenangan untuk membentuk Panitia Ujian Negara. Menurut SK
Dirjen Dikti No. 519/ Dikti/ KeP/ 1993, panitia ujian negara
terdiri dari Panitia Inti dan Panitia Penguji. Panitia inti
mempunyai tugas :(a) menetapkan soal ujian negara
bidang-bidang ilmu dalam rangka pengendalian mutu lulusan dan PTS;
(b) melakukan koordinasi internal demi kelancaran pelaksanaan
15
ujian negara; (c) nenetapkan kriteria mutu untuk jalur pen
didikan akademik dan atau profesional menurut kondisi bidang/
program yang bersangkutan. Sedangkan panitia penguji mempun yai tugas : (a) mengusulkan soal-soal ujian negara; (b)
menyelenggarakan ujian negara sesuai jadwal dan (o)
memerik-sa/ memberikan penilaian hasil ujian negara.
Kegiatan strategis menjadi tanggung jawab bersama
antara Koordinator Kopertis dengan BM-PTSI c.q. Panitia Inti.
Kegiatan operasional menjadi tanggung jawab Ketua Bidang Ilmu, Satgas, Sekretariat Panitia Inti, Panitia Penguji yang
dalam implementasinya melibatkan pihak-pihak Kopertis,
Dosen-Dosen PTN dan atau lembaga lain serta PTS (BM-PTSI).
Dalam penyelenggaraan ujian negara, kegiatan
strategis
meliputi
: perencanaan, pengorganisasian
dan
pengkoordina-sian, pembiayaan dan penilaian serta pengendalian.
Efektivi
tas
dalam
kegiatan-kegiatan ini
sangat
tergantung
kepada
pendayagunaan sumber daya manusia yang dilakukan Kopertis.
Kegiatan
strategis difungsionalkan melalui gaya
kepe-mimpinan ke dalam kegiatan operasional yang dihadapkan dengan
segala potensi dan kondisi individu.
Kegiatan operasional
t i
menjadi wadah pertemuan antara pelaksanaan tugas dan
fungsi
pimpinan dengan pelaksana, antara harapan organisasi dengan
tugas dan kewajiban individu.
Karenanya,
efektivitas organisasi
♦banyak ditentukan
oleh efektivitas kegiatan operasional. Kegiatan operasional
ini mencakup berbagai jenis wujud yang secara subtantif
berintikan proses kegiatan penyelenggaraan ujian negara,
seperti tertera dalam SK Dirjen Dikti No. 519/ Dikti/ Kep/
lfc
peserta ujian negara serta membuat daftar rekapitulasinya; (b) pengajuan dan penyeleksian dosen untuk dijadikan anggota
Panitia Ujian Negara; (c) pengumpulan, pengalokasian dan
pendistribusian dana untuk penyelenggaraan ujian negara; (d)
pengelolaan pembuatan soal ujian negara; (e) pelaksanaan
penyelenggaraan ujian negara yang termasuk di dalamnya kegia
tan-kegiatan pemberdayaan sumber daya manusia, penggunaan
biaya dan sarana yang efektif; (f) menyelenggarakan kegiatan
ketatausahaan untuk kelanoaran penyelenggaraan ujian negara;
(g) memberikan penilaian terhadap hasil ujian negara; (h) mengumpulkan, mendokumentasikan dan melaporkan data/ informa
si tentang ujian negara termasuk mendokumentasikan,
melapor
kan dan mengumumkan hasil ujian negara peserta ujian negara. Selain fungsi Administrasi Pendidikan pada Kantor
Kopertis
dalam
penyelenggaraan ujian
negara,
tak kalah
pentingnya adalah fungsi Administrasi Pendidikan di
lingkun
gan
PTS yang memberikan dukungan kepada proses
pembelajaran
mahasiswa
sehingga dapat belajar seoara maksimal dan
menda-patkan hasil yang maksimal dalam mengikuti ujian negara.
Mengkaji
fungsi
peran
penyelenggaraan
ujian
negara
untuk
meningkatkan mutu lulusan dan proses pengelolaan
PTS,
maka ruang lingkup Administrasi Pendidikan dalam penyelengga
raan
ujian negara bukan hanya meliputi
kegiatan
ketatausa
haan,
keuangan,
pengembangan soal, pemberian nilai hasil
ujian negara, melainkan juga mengenai pendayagunaan sumber
daya manusia dan non-manusia, proses pembelajaran dan penge
lolaan PTS, dan pemberdayaan staf.
Pengelolaan sistem ujian negara seperti di atas
selu-ruhnya tidak berjalan mulus karena banyak masalah yang
17
hadang
efektivitas
pengelolaan sistem ujian
sebagai
upaya
meningkatkan mutu lulusan dan proses pengelolaan PTS
seperti
diungkapkan oleh hasil penilaian pendidikan bahwa lebih dari
50
%
PTS baik keluarannya maupun
prosesnya
masih
rendah.
Kondisi. ini memberikan asumsi sebagai bahan pertimbangan bagi
pertanyaan penelitian seianjutnya :
(1) Penyelenggaraan ujian negara kurang efektif dalam membe-dakan mahasiswa yang pandai, sedang dan asor. Asumsi ini menjelaskan bahwa kemampuan belajar mahasiswa di lingkun gan PTS sebagai faktor determinan yang mempengaruhi
proses belajar mengajar maupun hasilnya belum
dimaksimal-kan dalam mengikuti ujian negara.
(2) Bahwa manajemen itu merupakan suatu instrumen untuk mengoptimalkan berfungsinya komponen-komponen dari suatu sistem (termasuk di dalamnya suatu sistem pendidikan dan
sistem ujian negara) secara terenoana, terorganisir, terarah, terkoordinasi, terukur atau terkendali serta
terevaluasi efektivitas dan efisiensinya (Abin Syamsuddin
Makmun, 1988). Asumsi ini menjelaskan bahwa implementasi prinsip-prinsip manajerial dalam pengelolaan sistem ujian negara akan memberikan kondisi yang kondusif bagi
pen-capaian
hasil
sesuai
tujuan dan
kriteria
yang
telah
ditentukan. Asumsi ini juga menjelaskan bahwa penyeleng
garaan
ujian
negara belum mampu
memaksimalkan
segenap
potensi dalam setiap proses kegiatan sesuai dengan
keten-tuan yang berlaku.
(3) Prasarat utama terjadinya peningkatan mutu adalah
adanya
komitmen
pimpinan terhadap mutu, budaya keterbukaan
dan
pemberdayaan
staf (Thomas
C.
Powell, 1995).
ABumsi
ini
menga-13
jar, meningkatkan mutu staf dan menfungsionalkannya, meningkatkan mutu input dan dukungan sarana dan prasarana yang memadai, iklim organisasi dan perilaku personil yang tidak formalism, anggota panitia ujian dapat menjalankan tugas dan fungsinya.
(4) Pengelolaan pembuatan soal ujian negara kurang memenuhi prinsip dan kaidah dalam proses penyusunan soal. Asumsi ini menjelaskan bahwa dalam proses pembuatan soal harus memenuhi prinsip, kaidah dan standar tertentu seperti
pembuatan tabel spesifikasi, tingkat validitas,
reliabi
litas, daya beda soal dan tingkat kesukaran. Sebuah tes merupakan sampel dari perilaku dan penampilan yang meru
pakan
representasi
dari hasil
pencapaian
mereka,
dan
pencapaiannya itu harus dapat dipercaya karena
keputusan-keputusan
penting
akan didasarkan atasnya.
Sebab
itu
sebuah
tes
yang dipakai harus dinilai
efektivitasnya
untuk menentukan apakah pengukuran
akurat atas
hasilnya
(Oemar Hamalik, 1990).
Pengelolaan pembuatan soal yang
memenuhi
kaidah
dan prinsip evaluasi
akan
mendapatkan
soal
yang
bermutu sehingga berimplikasi
kepada upaya
peningkatan mutu lulusan dan proses pengelolaan PTS.
(5) Mutu keluaran PTS
sangat dipengaruhi oleh unjuk kerja
para penguji dalam melakukan pemberian nilai hasil ujian
negara.
Asumsi ini menjelaskan bahwa para penguji dalam
memberikan penilaian hasil ujian negara harus memenuhi
prosedur penskoran dan pengolahan skor karena pemberian
nilai akan mempengaruhi tingkat keberhasilan mahasiswa
PTS dalam mengikuti ujian negara.
4.
Runusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
L^
ruang lingkup dan pertimbangan-pertimbangan yang telah dike-mukakan di atas, penelitian ini berusaha menemukan jawaban masalah pokok yang dirumuskan sebagai berikut: Sejauh mana-kah efektivitas pengelolaan sistem ujian negara sehingga mampu berfungsi untuk meningkatkan standardisasi mutu lulusan PTS sebagai salah satu upaya pengendalian mutu lulusan PTS? Untuk menemukan jawaban.atas masalah pokok di atas, lebih lanjut masalah tersebut dirumuskan lagi ke dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Hal-hal apa saja yang menyebabkan kurang efektif nya penyelenggaraan ujian negara untuk membedakan
mahasiswa yang pandai, sedang dan asor dilihat dari
faktor mahasiswa ?
Pertanyaan
tersebut di atas dibatasi mengenai
hal-hal
yang mencakup : (1) persepsi mahasiswa terhadap ujian negara,
(2)
harapan-harapan
mahasiswa terhadap
ujian
negara,
(3)
materi
perkuliahan , (4) dampak ujian negara, (5)
kiat
dan
persiapan mahasiswa, (6) sikap mahasiswa terhadap
penyeleng
garaan ujian negara*
b. Sejauhmana efektivitas penyelenggaraan ujian
negara
dilihat dari faktor kepanitiaan ujian negara ?
Pertanyaan
tersebut di atas dibatasi mengenai
hal-hal
yang mencakup
: (1) sejarah perkembangan petunjuk teknis
penyelenggaraan ujian negara, (2) pengorganisasian dan
peng-kordinasian
dalam
penyelenggaraan ujian
negara,
(3)
pem-biayaan penyelenggaraan ujian negara,
dan (4) mekanisme
pengawasan dalam penyelenggaraan ujian negara.
c. Sejauhmana peran serta
lembaga perguruan tinggi
swasta (PTS) dalam penyelenggaraan ujian negara ?
pelaksa-20
naan dan pengawasan , (2) dampak hasil ujian negara, (3) pola
hubungan antara Kopertis, PTS (BM-PTSI), PTN, dan (4)
pemaha-man panitia pelaksana terhadap petunjuk teknis ujian negara.
d. Hal-hal apa saja yang menyebabkan
ketidakjela-san filosofi, peran, fungsi evaluasi dan standar, kriteria, orientasi materi yang diujikan dilihat dari faktor proses pembuatan soal ?
Pertanyaan di atas dibatasi mengenai hal-hal yang mencakup : (1) pemahaman'dosen penguji terhadap ujian negara, (2) proses pembuatan soal, dan (3) persyaratan bagi pembuat
soal dan dosen penguji. •
e. Apakah dosen penguji melaksanakan tugas dan fungsi memeriksa dan menilai hasil ujian negara seobyektif mungkin ?
Pertanyaan tersebut dibatasi mengenai hal-hal yang
mencakup : (1) kewenangan dosen penguji dalam pemeriksaan dan
pemberian nilai hasil ujian, (2) prosedur penilaian, dan
(3)
kriteria dan atau kunci jawaban.
C. Tujuan Dan Keluaran Yang Diharapkan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan
informasi
empirik
mengenai efektivitas
pengelolaan
sistem
ujian negara pada kantor Kopertis dan beberapa PTS berprogram
studi
Terdaftar dan Diakui di lingkungan
Kopertis
Wilayah
VII Surabaya.
Hasil yarig diharapkan dari penelitian ini akan
memberikan sumbangan pemikiran bagi pemantapan dan pengemban
gan pengelolaan sistem ujian negara pada PTS berprogram studi
Terdaftar dan Diakui di Kopertis Wilayah VII Surabaya.
Secara khusus penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan
1.
Hal-hal yang
menyebabkan kurang efektifnya
penyelengga
raan ujian negara dalam menbedakan mahasiswa yang
pan-dai, sedang dan asor dilihat dari faktor mahasiswa. 2. Tingkat efektivitas penyelenggaraan ujian negara dilihat
dari faktor kepanitiaan ujian negara.
3. Peran serta perguruan tinggi swasta dalam penyelengga raan ujian negara.
4. Hal-hal yang menyebabkan ketidakjelasan filosofi, prin sip, fungsi evaluasi dan standar, kriteria, orientasi dilihat dari pengelolaan pembuatan soal.
5. Tugas dan fungsi penguji dalam memeriksa dan menilai
hasil ujian negara seobyektif mungkin.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat
berraan-faat
bagi
upaya menambah konsep dan
hipotesis
dalam
Ilmu
Administrasi Pendidikan, khususnya dalam
pengelolaan
sistem
ujian
negara
sebagai
salah satu
upaya
pengendalian
mutu
lulusan lembaga pendidikan.
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi
kan
masukan
kepada
pihak yang
berkepentingan
bagi
upaya
pemantapan
dan pengembangan pengelolaan sistem ujian
negara
pada PTS-PTS berprogram studi dengan status Diakui dan Ter
daftar,
sebagai masukan yang berharga bagi panitia ujian
negara, PTS, mahasiswa di Kopertis Wilayah VII untuk mening
katkan mutu penyelenggaraan ujian negara di masa mendatang.
Pada gilirannya diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada
E. Kerangka Pemikiran Pemecahan Masalah Penelitian
PERAN PERGURUAN TINGGI MENINGKATKAN
KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
PELAKSANAAN PERAN OLEH PTN
PELAKSANAAN PERAN
OLEH PTS
STANDARDISASI MUTU LULUSAN PTS MELALUI UJIAN NEGARA
SISTEM UJIAN NEGARA
SK MENDIKBUD NO. 020/ U/ 19986 SK DIRJEN DIKTI NO.519/ DIKTI/ KEP/1993, SK DIREKTUR PTS
NO. 562/D4.IV/T/11/1993
SEJAUH MANA EFEKTIVITASNYA PENYELENGGARAAN UJIAN NEGARA
DILIHAT DARI : 1. FAKTOR MAHASISWA 2. FAKTOR KEPANITIAAN 3. FAKTOR PTS
4. FAKTOR PRENGELOLAAN
PEMBUATAN SOAL
5. PELAKSANAAN FUNGSI-TUGAS
PANITIA PENGUJI
HASIL PENELITIAN
[image:33.595.90.532.48.682.2]KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI |
Drf=a=~r^^R: Rt-JSTV^KiP*
Abin Syamsuddin Makmun,
Psikologi Pendidikan,
IKIP Bandung,
Don^nncfBandung : 1984> 1 P.R4 .
Efektivitas Proses Belajar
Mengajar
"bTnga'n
Menggunakan
Tiga
Model
Strategi
Pendidikan
Manajemen Sistem, Instruksional <**"»"f™**h*™ Tg%
Kategori
Kemampuan Belajar Siswa,
Disertasi pada PPb
IKIP Bandung, Tidak Diterbitkan : 1986.
1975.
Arma Abdoellah,
Evaluasi ^lam Pendidikan Jaamani,
PPLPTK
Ditjen Dikti Depdikbud, Jakarta : 1988.
T-ni~mn Penelitian
:
Pelaksanaan
Pendidikan
Azibar
dkk.,
Laporan Peneiitian
r IKIP
Bandung,
tidak
Tinggi
Berdasarkan
SKb
di Fir
Jfiir
oanuutm,
diterbitkan : 1988.
Balitbang Dikbud,
LtPOran Se»in»r
«*»*«*
'*'*" P'"gel°'
laan Tes,
Depdikbud, Jakarta : 1082.
Jakarta : 1989.
„ ., -.
c v
analitative Research
For
-«»Xiti»:' 7'zlt^oUol tfrtory and ,.«.«-. *Uvn
and Bacon.Inc, Boston : 1982.
Buahari «...
StrMij2%».&
&-» ZES^'P^'"
1991.
. -7
nP Mndern Management
Functions
1986. .
T T
Essentials of Psyohologis Testing,
Harper &
Cronbach, Lee J., ff Tnc New York : 1984.
Row Publishers, lnc, new
„ ncrsri-i khud, Jakarta :
Depdikbud
Kurikulu. P.ndiW
<""»• D-*"*"1'
1
'
j
K^hudavaan
Menjelang
2 51>
Depdikbud,
Buku II C Administrasi Pendidikan,
Materi Dasar
^^^^^ .^r«;J^ud^SSa";fa f
Depdikbud, Jakarta
1982/1983.Engkoswara,
Dasar-dasar Administrasi Pendidikan,
Depdikbud
Dikti P2LPTK, Jakarta : 1987.
Erliany Syaodih,
Koordinasi Dalam Proses Akademik,
Tesis pada
PPS IKIP Bandung, tidak diterbitkan
. 1BJJ.
Grounlund, Norman E.,
Measurement t*"*"*'1™*^ Teaching,
Macmillan Publishing Co. Inc. New York . 197b.
^-.VrWe^v**? Pendidikan, PT Ounung Agung, Hadari Nawawi, Admmistiasi renaiusnan,
Jakarta : 1983.
Haller
Emil J., and Strike, Kenneth A.,
An ^ti'^ctf"" t0
Educational Administration,
Longman Inc.. New York .
1986.
Ino
Englewood Cliffs, New Jersey i 1982.
Tahun 1991.
york:
1993.
H.H. Daohnel Kamers, *£»/»%%% ZT/ra B^Vr'HT„eT
MpdlK?K^2&? Jakarta . 1988.
rf j„7v Mnt/i (terjemahan
•
• „„
/tofcu
(terjemahan),
PT
Pustaka
t u VaDftmimPin&n nutu k^^^o
Juran,
Binaman Pressmdo, Janana
J.M., „Aepe?„^
Jakarta : 1995.
,. Le*y Moleong, f ^-i™« JfiSS ."""""'' """
Remaja Rosdakarya, Bandung
, •. •
w„*-,i Terpadu
(terjemhan
dari
!57
Miller,
Richard I.,
The Assessment of College Performance,
Jossey-Bass Inc. Publishers, California : 1979.
Hft,h
Tdoohi Anwar,
Transpormasi Biaya Pendidikan Pada
PTN,
M°Ch- Disertasf Pada PPS IKIP Bandung, Tidak Diterbitkan :
1990
„ .
i. a
n
„^m uinnu
Noll
Power and Accountability,
MOnkS'„arbp:rtConinsnpubUrh;rseinc.f°Amerika Serikat =1993.
Mohamad
Metodologi,
Fakr,
0»"»il.i,*TSf7*MLPTa<'".kSt. .'ISe?. ""'
Depdikbud Dikti P2LPTK, Jakarta
Huchtar Lutfi, .
Tinggi
Di
Siste,
Indonesia (Disertasij,
**'•*"«£*;,
^l"'^/'^^
rro
Bandung : 1979.
u-.-;; ddu pt Remain Rosdakarya,
Nana Sudjana,
Penilaian Hasil PBM,
PI.
wemao i
Bandung: 1990
D
^.-m-Ton •
Persepsi Mahasiswa
Terha-NanaSSSEH^^Ln^B^g^9fl!
--^-rrn^o^r^y^^an^L-^r-^-^rf/?!^:
• ^
•
p^nHidikan
:
Dasar
Teoritis
°^ ^r^^SS^^^- Bandung .1989.
Surabaya : 19ob.
PPLPTK Ditoen Dikti uepaiK.uu«,
./ Ibrahimdkk.,r^r-™rnB^^*-99-- ""
Seiawa
Periode PJPT
i, i&ri,
^
d fotaJ ^i^ /*a*«*"«" J"
Bduoation,
Kogan
Sallis, Edw«d, JotaJ «u«i /l993.
Page Limited, bonauu
Diterbitkan : 1987.
*-„n«7
and
Psychhologioal
•Sl--J:rr^.^t--S.I-...
Cali.or-Sax
tfeasui
Stoner, James A.F.,
Management,
Prenntioe-Wall of India, New
Dehli i 1985.
Stufflebeam, D.L., et. al.,
Educational Evaluation and Deci
sion Making,
Peacocch Publisher, Itasca : 1977.
S.
Nasution,
Metode Penelitian
Naturalistik-Kualitatif,
Tarsito, Bandung : 1988.
Jakarta : 1987.
Suharsimi Arikunto,
Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,
Bina
Aksara, Jakarta : 1991.
Organisasi dan Administrasi
Pendidikan
-
. £ '* ppTpn Ditien Dikti
Depdikbud,
Teknologi dan Kejuruan,
PPLPTK uitjen uiRtx
Jakarta : 1988.
<?i
?iap Kewiraswastaan, Kapasitas aejaJ"^
" , .
.
Beajar
Disertasi PPS IKIP Bandung, tidak diterbitkan .
1982.
n
Fvxluation : a practical
guide
for
Ten Brink, Terry D.,
Teachers,
Mc. Graw Hill, Inc., wew
E™*uat*on
New York : 1974.
t »n.n
The Productive School A System Analysis
Th°™SApproach"To'E^ca^ofal Administration,
John Wiley a
Sons, Inc. , Canada : 1971.
Warsa Sugandi K,
Laporan Pen
^^-"i/j^ir^^arr*^^
1993.
n
vdnoational
Measurement
"•""^ "rVATnJ', r^r^oVhlTT S.hu.t... In.. .
Massachusetts: 1990.
,v h
PM^a/ifcar Feneiitian IJ»ia/>. Tarsito,
Winarno
Surakhmad,
Pengantar
Bandung ;
19«^-Maialah, Makalah dan Harlan
nejaiun,
u<,cth Ba$i
Lembaga
ai
Prnrrapan Kebijakan Link dan jat '_
-_ r
Sehari
^ ^SoMMSiiSS VSfVlKe Bandung,
2 5y
Jaeger
Richard M.,
Selection of Judges for standars-Settmg,
jurnal vol.
10,
number
Educational Measurement
:
Issues and Practice, Summer 1991.
Majalah Kartini No. 562 ,
Renungan Pembaca,
25 Oktober - 4
Nopember 1995.
Powell, Thomas C,
Total Quality Management As Comp^iUve
Advantage: A Review and EmPe^0f,^Ucil'
StrateglC
Management Journal, Vol 16, 15-37 (1.995).
cfllph Afiff
Pengarahan Pada Simposium Peningkatan Mutu
PTS
dalam Menjelang PJFT II,
Majalah Ilmiah Kampus Ungu,
Tahun 4 No. 12 Mei 1994.
a-
Q+,.»T-»cti Penerapan dan Pengembangan TQM Dalam Sistem
SU**n%endVdikagn NasioZT
Usasi Manajemen Nasional Pendidikan Nasional, IKIP
Makalah Pada Seminar
P'ofesiona-Bandung, Bandung : 1994.
Perundang-undangan
TAP MPR No. 11/ MPR/ 1.993 tentang
Garis-garis Besar Haluan
Negara.
„ a « Nrt
? Tahun 1089
tentang
Sistem
Pendidikan
Undang-Undang
No.
I lanun i.oo
Nasional.
Peraturan Pemerintah Ho. 30 Tahun 1880 tentang Pen^Uan
Tinggi.
Sistem Kredit Semester.
SK Kendikbud Ho. .020/U/1986 tentang
UJUn
*.*-« «-*'
™
SK Dirjen Dikti Oepdikbud Ho 80/D,/Kep/l983 ounto^o. 81/
SK Dirjen Dikti No. 18/.Di"i/ ^p/ 1988 Junto SK^.• g|
Dikti/
Kep/
1887 junto 3R«o 'V
gK No
519/