• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN SISTEM HUKUM NEGARA SELANDI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBANDINGAN SISTEM HUKUM NEGARA SELANDI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN SISTEM HUKUM NEGARA SELANDIA BARU dan INDONESIA

DOSEN PENGASUH : Dr. H. Salmon, SH., MH

OLEH

Nama : Onifaris Meldrik Matjora Nim : 136 9315 093

Kementrian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi Pasca Sarjana Universitas Pattimura

Prodi Ilmu Hukum Ambon

(2)

A. Sistem Hukum Nasional Indonesia

Pada dasarnya Sistem hukum Indonesia dipengaruhi oleh 3 (tiga) pilar sistem hukum di dunia yaitu Sistem hukum Barat (Eropa Kontinental), sistem hukum anglo saxon dan sistem hukum adat.

Sistem hukum barat merupakan warisan penjajah kolonial Belanda yang mempunyai sifat individualistik, perjalanan hukum indonesia tidak terlepas dari sejarah bangsa indonesia sendiri yang mengalami penjajahan dari bangsa belanda hingga 350 tahun.selain itu juga pernah dijajah oleh bangsa-bangsa eropa lainnya seperti Inggris, Portugis meskipun dengan waktu relatif pendek dan juga dijajah oleh Jepang.

Dengan adanya penjajahan tersebut sangat berpengaruh terhadap sistem hukum indonesia, karena para penjajah menggunakan sistem hukumnya sendiri-sendiri untuk diterapkan di negara jajahannya. Dari bebarapa negara penjajah, bangsa Belanda yang paling mempengaruhi sistem hukum yang ada di Indonesia. Sehingga wajar apabila begitu banyak yang diadopsi kedalam peraturan bangsa Indonesia.

Dalam bidang hukum perdata, yaitu Burgerlijk Wetbook (BW) peninggalan penjajah belanda, sekarang dikenal dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Sebelunmnya BW berlaku indonesia karena prinsip Concordantie, yaitu suatu prinsip penyesuaian didaerah hukum Indonesia. Asas atau Prinsip Concordantie terncantum dalam pasal 131 IS yang menyatakan bahwa bagi setiap orang Eropa yang ada di Hindia Belanda/Indonesia, diberlakukan hukum perdata yang berlaku di negeri Belanda, sedangkan pada saat itu Hukum yang berlaku di negeri belanda adalah BW. Dalam pasal 131 IS disebutkan bagi golongan eropa, hal ini terjadi karena pada saat itu di Indonesia terjadi penggolongan penduduk oleh penjajah Belanda menjadi 3 golongan, yaitu Golongan Eropa. Timur Asing dan Bumi Putra.

Pada masa pendudukan Jepang, BW tetap dipakai atau dengan kata lain BW masih diakui oleh pemerintah pendudukan jepang. Hal ini mengingat jepang hanya berkuasa di Indonesia selama tiga setengah tahun,mak untuk mengisi kekosongan hukum maka dikeluarkanlah Undnag-undang No 1 tahun 1942 dimana dalam pasal 3 nya dijelaskan mengenai ketentuan masih dipakainya peraturan yang ada asalkan tidak berte ntangan dengan aturan pemerintah bala tentara Jepang.

(3)

berlaku untuk orang-orang bukan eropa (Timur Asing dan Pribumi) dengan diberlakuknya Wetboek van Strafrecht voor Inlander (stb 1872/85) yang mulai pad tanggal 01 Januari 1973.

Wetboek van Strafrecht voor Inlander prinsipnya berlaku asas konkordansi dengan Wetboek van Strafrecht voor Eropeanen dimana perbedaanya hanya dalam hal ancaman pidananya. Untuk golongan eropa ancaman pidananya lebih ringan dibandingkan untuk golongan non eropa (pribumi dan Timur Asing) Baru pada tahun 1918WVS diberlakuakn kepada seluruh orang Hindia Belanda.

Setelah Indonesia merdeka, penggolongan penduduk tersebut tidak berlaku, yang ada hanya warga negara Indonesia dan warga negara asing. Saat awal kemerdekaan agar tidak terjadi kekosongan hukum yang berlaku di Indonesia maka diharapkan aturan yang pada saat itu masih berlaku diharapkan berlaku juga untuk bangsa Indonesia. dalamAturan Peralihan Undang_undang adasar 1945 disebutkan bawha seluruy peraturan yang ada hingga saat Indonesia merdeka masih tetap berlaku selama belum diadakan menurut Undang-Undang dasar ini. Pada saat itu BW dan WVS sebagai aturan yang masih ada dengan aturan peralihan UUD 1945 maka berlaku juga di Indonesia.

Sebagai penunjangnya dikeluarkan peraturan pemerintah nomor 2 tahun 1945 pada tanggal 10 Oktober 1945 yang menyatakan bahwa segala badan Negara dan peraturan yang ada sampai berdirinya Negara Republik Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945, sebelum diadakan yang baru menurut undang-undang dasar masih tetap berlaku asal saja tidak bertentangan dengan UUD tersebut. Ironis sekali setelah Indonesia merdeka selama 61 tahun aturan tersebut belum diganti baik itu KUH Pidana maupun KUH Perdata masih berlaku. Mau tidak mau suka tidak suka aturan yang dibawa oleh pemerintah Belanda saAt penjajahan sangat mempengaruhi sisTem hukum Indonesia.

(4)

Keberadaan Hukum adat di Indonesia juga tidak lepas dari campur tangan Penjajah Belanda, meskipun dibeberapa daerah hukumadat tealh diberlakukan sebelum datangnya penjajah Belanda, seperti di daerah Aceh yang sudah mengenal hukuman mati bagi seorang istri Pezinah, hukman potong tangan bagi seorang pencuri. Antara hukum Adat dan hukum Islam mempunyai kaitan sangat erat. Menurut Snouck Hourgounje yang terkenal dengan teori reseptie bahwa hukum islam akan ditegakkan apabila hukum islam tersebut telah diterima oleh hukum adat.

Bagaimana pengaruh hukum islam dan hukum adat berpengaruh terhadap sistem hukum Indonesia. Kita lihat pada Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) menganut aturan yang ada dalam hukum adat. Sebagai contoh masih diakuinya adanya Hak Ulayat dan hak-hak atas tanah yang lain yang bersumber pada hukum adapt. Bahkan telah keluar mengenai undang-undang bagi hasil tanah pertanian, yaitu yang menentukan bahwa untuk penggarap berhak 2/3 atas hasil panen sedangkan 1/3 untuk pemilik lahan. Aturan tersebut dirasa kurang adil, masyarakat menilai adil apabila pembagian hasil tanah garapan dibagi secara seimbang yaitu ½ untuk penggarap tanah pertanian dan ½ untuk pemilik lahan pertanian. Dan samapi sekarang dalam masyarakat yang diapaki adalah konsep dari hukum adat.

Undang-Undang di Indonesia juga sangat kental dipengaruhi oleh hukum islam. Bukti yang sangat nyata adalah mengenai pengaturan mengenai Undang-Undang Perkawinan. dalam Undang-Undang tersebut diakui perkawinan secara sah apabila dilakukan sesuai dengan agama dari kedua mempelai. Selain itu juga mengenai sistem pewarisan. Hukum Indonesia juga mengenal adanya 3 sistem pewarisan yaitu adanya sistem hukum waris barat, islam dan adat. Ketiga-tiganya adalah sah menurut hukum, terserah kepada masyarakat mau menggunakan yang mana.

Pada akhir ini konsep hukum islam secara nyata mempengaruhi hukum Indonesia yaitu dalam konsep ekonomi syariah. Dari konsep syariah maka muncul bank syariah, asuransi syariah, danareksa syariah, lembaga pembiayaan syariah dan lain-lain. Dan tentunya dengan munculnya lembaga baru tersebut perlu suatu pengaturan yang tidak mungkin bahwa pengaturan tersebut bersumber dari konsep syariah, yakni hukum islam.

(5)

pada putusan-putusan pengadilan yang melakukan kreasi hukum. Dan hakim wajib mengikuti putusan hakim yang sebelumnya inilah cikal bakal lahirnya yurisprudensi.

Yurisprudensi dalam prektek peradilan dikonsepsikan sebagai suatu keputusan hakim yang berisikan suatu peraturan sendiri berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pasal 22 AB yang menjadi dasar keputusan hakim dilain kemudian hari untuk mengadili perkara yang serupa dan keputusan hakim tersebut lalu menjadi sumber hukum bagi pengadilan. Kasasi tidak membedakan antara putusan Hakim Agung, Hakim tingkat Banding atau Hakim tingkat Pertama, yang penting putusan Hakim tersebut adalah putusan yang mempunyai nilai pertimbangan hukum tersendiri yang belum diatur secara jelas dalam Undang-Undang atau penerapan hukum yang menyimpangi ketentuan hukum positif yang ada dengan pertimbangan sosiologis, filosofis dan psikologis yang membuat decak kagum hakim lain yang kemudian tertarik untuk mengikutinya dalam memutus perkara yang sama secara berulang-ulang dalam waktu yang lama.

Berbeda dengan Soebekti, yang menyatakan bahwa yuriprudensi adalah " putusan-putusan hakim atau pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan dibenarkan oleh Mahkamah Agung sebagai pengadilan Kasasi, atau Putusan Mahkamah Agung sendiri sudah tetap (constant). Disamping itu putusan hakim baru dapat dikatakan sebagai yurisprudensi apabila kasus yang diputus oleh hakim tersebut belim diatur undang-undang. Kalau Yurisprudensi dikonsepsikan seperti maka unsur-unsur terbentuknya hukum yurisprudensi harus memenuhi unsur:

1. Putusan Hakim adalah putusan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap;

2. Putusan Hakim yang sudah memilki kekuatan hukum tetap tersebut, harus dibenarkan oleh Mahkamah Agung;

(6)

Sangat mungkin terjadi dalam suatu kasus tertentu, akan dijumpai pertentangan yang tajam antara hukum dalam pengertian perundang-undangan dengan hukum yurisprudensi yang sudah tetap. Jika didekati menggunakan kedua sistem tersebut, jawabannya jelas akan mempertahankan kebenarannya masing-masing. Sistem eropa kontinetal pasti akan mengatakan hukum perundang-undangan yang harus dimenangkan, sebaliknya cammon law sistem akan dengan lantang menyatakan hukum yang hidup dalam masyarakat yang harus dimenangkan.

Meminjam pendapat Moh.Mahfud MD, yang menyatakan bahwa "Undang-Undang merupakan produk politik yang memandang hukum sebagai formalasi atau kristalisasi dari kehendak-kehendak politik yang saling berinteraksi dan saling bersaingan", sehingga dapat dimungkinkan ada beberapa nilai hukum yang hidup dalam rasa keadilan masyarakat yang terabaikan, sehingga tidak masuk dalam formulasi rumusan Undang-undang. Atas dasar ini, jika terjadi sangketa antar undang-undang yang berhadapan dengan nilai hukum yang hidup dan rasa keadilan masyarakat (hukum yurisprudensi) maka hukum yurisprudensi harus didahulukan penerapannya daripada undang-undang.dengan kata lain, hukum yurisprudensi harus dijadikan sebagai panglimanya.

B. Sistem Hukum Di Dunia

1. Sistem Hukum Eropa Kontinental(Civil Law)

Prinsip utama yang menjadi dasar sistem hukum Eropa kontinental adalah, bahwa memperoleh kekuatan mengikat karena diwujudkan. Sistem hukum Eropa Kontinental Rechtsstaat dipelopori oleh Immanuel Kant dan Frederich Julius. Menurut Stahl konsep hukum ini ditandai oleh empat unsur pokok ; 1) Pengakuan dan perlindungan terhadap hak – hak asas manusia, 2) Negara didasarkan pada teori trias politika ; 3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang–undang (wetmatig bertuur) dan; 4) Ada peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasus perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatige overheidsdaad).

(7)

Putusan hakim dalam suatu perkara hanyalah mengikat yang berperkara saja (doktrins Res Ajudicata).

Sejalan dengan pertumbuhan negara-negara nasional di Eropa, yang berorientasi pada unsur kedaulatan (sovereignty), termasuk untuk menetapkan hukum, maka yang menjadi sumber hukum di dalam sistem Eropa Kontinental meliputi : (1) undang-undang yang dibentuk oleh pemegang kekuasaan legislatif ; (2) peraturan-peratusan yang dibuat pegangan kekuasaan eksekutif berdasarkan wewenang yang telah ditetapkan oleh undang-undang; dan (3) kebiasaan-kebiasaan yang hidup dan diterima sebagai hukum oleh masyarakat selama tidak bertentangan dengan undang-undang.

Berdasarkan sumber-sumber hukum yang digunakan, maka sistem hukunm Eropa Kontinental dibagi dalam dua golongan yaitu penggolongan ke dalam bidang hukum publik dan penggolongan ke dalam biang hukum privat. Hukum publik mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur kekuasaan dan wewenang penguasa negara serta hubungan-hubungan antara masyarakat ni negara. Sedangkan hukum privat mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang hubungan antara individu-individu dalam memenuhi kebutuhan hidup demi hidupnya. Termasuk dalam hukum publik aalah hukum tatanegara, hukum administrasi negara, hukum pidana dan lain-lain. Dan termasuk hukum privat meliputi hukum sipil dan hukum dagang.Namun demikian sejalan dengan perkembangan peradaban manusia sekarang, batas-batas yang jelas antara hukum publik dan hukum privat semakin sulit ditemukan karena:

1. Terjadinya proses sosialiasi di dalam hukum sebagai akibat dari makin banyaknya bidang-bidang kehidupan masyarakat, walaupun pada dasarnya memperlihatkan adanya unsure "kepentingan umum" yang perlu dilindungi dan dijamin, misalnya, bidang hukum perburuhan dan hukum agraria.

2. Makin banyaknya ikut campur negara di dalam bidang kehidupan yang sebelumnya hanya menyangkut hubungan perorangan. Misalnya, bidang perdaganga, bidang perjanjian dan sebagainya.

Kodifikasi hukum menurut Sistem Hukum Eropa Kontinental merupakan sesuatu yang sangat penting untuk mewujudkan kepastian hukum. Karena negara-negara yang menganut sistem hukum ini akan selalu berusaha menciptakn kodifikasi-kodifiksi hukum sebagai kebutuhan masyarakat.

(8)

"Code Civil" yang mulai berlaku pada 21 Maret 1804. Oleh Belanda Code Civil Perancis dijadikan sebagai KUHPer. [1838], begitupun dengan Code de Commerce Perancis [1807] dijadikan sebagai KUHD Belanda [1811-1838]. Berdasarkan asas konkordansi keduanya dijadikan sebagai BW dan WvK bagi negara-negara jajahan Belanda, termasuk di Indonesia [1848]. Berdasarkan aturan peralihan UUD 1945 BW (KUHPer) dan WvK (KUHD) masih berlaku di Indonesia hingga sekarang.

2. Sistem Hukum Anglo Saxon

Sistem ini dikenal pula dengan istilah "Anglo Amerika", mulai berkembang di Inggris pada abad XI yang disebut sebagai sistem "Common Law" dan "Un Written Law". Sistem "Anglo Amerika" melandasi hukum positif di negara-negara Amerika Utara, seperti Kanada dan negara-negara persemakmuran Inggris dan Australia serta USA.

Konsep negara hukum Anglo-Saxon Rule of Law dipelopori oleh A.V Dicey (Inggris). Menurut A.V Dicey, konsep Rule of Law ini menekankan pada tiga tolok ukur ; 1) supremasi hukum (supremacy of law), 2) persamaan dihadapan hukum (equality before the law) ; 3) konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan (the constitution based on individual rights).Sumber hukumnya Sistem Hukum Anglo Saxon antara lain :

1. Putusan-putusan pengadilan atau hakim (judicial decision), yaitu hakim tidak hanya berfungsi sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan hukum, tetapi juga membentuk seluruh tata kehidupan dan menciptakan prinsip-prinsip hukum baru (yurisprudensi).

2. Kebiasaan-kebiasaan dan peraturan-peraturan tertulis Undang-undang dan peraturan administrasi negara.

Dengan demikian sistem hukum Anglo Saxon lebih mengutamakan pada common Law, yaitu kebiasaan dan hukum adat dari masyarakat, sedangkan undang-undang hanya mengatur pokok-pokoknya saja dari kehidupan masyarakat, dengan adanya common law, kedudukan kebiasaan dalam masyarakat lebih berperan dan selalu menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang semakin maju.

(9)

masyarakat. Hakim mempunyai wewenang yang sangat luas untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku dan menciptakan prinsip-prinsip hukum baru yang akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain untuk memutuskan perkara yang sejenis.

Dalam sistem common law hakim di pengadilan menggunakann prinsip "pembuat hukum sendiri" dengan melihat kepada kasus-kasus dan fakta-fakta sebelumnya [case law atau judge made law]. Pada hakekatnya hakim berfungsi sebagai legislatif sehingga hukum lebih banyak bersumber pada putusan-putusan pengadilan yang melakukan kreasi hukum.

Lebih jauh dari itu dengan dianutnya ajaran"the doctrine of precedent atau stare decists" pada common law, maka dalam memutuskan suatu perkaram seorang hakim harus mendasarkan putusannya kepada prinsip hukum yang sudah ada di dalam putusan hakim lain dari perkara yang sejenis sebelumnya [preceden]. Tetapi dalam hal belum ada putusan hakim lain yang serupa, atau putusan pengadilan yang sudah ada tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, maka hakim dapat menetapkan putusan baru berdasarkan nilai-nilai keadilan, kebenaran dan akal sehat [common sense] dengan pertimbangan yang rasa penuh tanggungjawab.

Dalam perkembangannya, sistem hukum Anglo Saxon Amerika mengenal juga pembagian"Hukum Publik dan Hukum Privat". Pengertian yang diberikan kepada hukum publik hampir sama dengan pengertian yang diberikan oleh sistem hukum Eropa Kontinental. Sedangkan bagi hukum privat pengertiannya agak berbeda dengan pengertian yang diberikan oleh sistem hukum Eropa Kontinental. Sistem hukum Eropa Kontinental lebih menekankan hukum privat sebagai kaidah-kaidah hukum perdata dan hukum dagang yang dicantumkan dalam kodifikasi kedua hukum itu. Tetapi pada sistem hukum Anglo Saxon, hukum privat lebih ditujukan kepada kaidah-kaidah hukum tentang hak milik [law of property], hukum tentang orang [law of person], hukum perjanjian[law of contract]m dan hukum tentang perbuatan melawan hukum [law of torts] yang tersebar di dalam peraturan tertulis putusan-putusan hakim dan hukum kebiasaan.

3. SistemHukumSocialist

Socialist adalahnamaresmiuntuksistemhukum di negara-negarakomunis. Kata sosialisketikadigunakandalamhubungannyadenganhukummengandungbanyakartiberbedadiant ara para ahlihukum. Padadasarnya, kata “sosialis” menandakanfilosofidanideologi yang berdasarkan yang padaumumnyamengacukepemikiran“Marxist-Leninist”.

(10)

menggambarkankapitalis, burjuis, imperialis, eksploitasimasyarakat, ekonomidanpemerintahan. Teori Marxist dibangundiatasdasardoktrin

“dialektikal/historikalmaterialisme” yang

berpendapatbahwamasyarakatbergerakmenujuberbagaitingkatandanfase di dalammenjalaninyaitumerupakanevolusidanpembangunan.

Itukemungkinandimulaitanpasistemhukum, kemudianmenjadisalahsatukepemilikanburuh, diikutidengantingkatdariabadpertengahan, sebelumbergerakmenjadikapitalisme,

kemudiansosialismesebelumakhirnnyahukumbertambahburuk di

dalammasyarakattanpakelastanpakepentinganterhadapsistemhukumapapunkarenasemuamanu siaakansalingmembicarakankeadilansatusama lain.

Quigley menggambarkan (lebihbaikmendefinisikan):“socialist law as the law of countries whose governments officially view the country as being either socialist or moving from capitalism to socialism, and which hold a communistic society as an ultimate goal”

yang artinya:“hukumsosialissebagaihukumnegara-negara yang

pemerintahnyasecararesmimelihatnegarasebagaisalahsatusosialisataubergerakdarikapitalisme kesosialismedan yang memegangteguhmasyarakatkomunistiksebagaisebuahtujuanakhir”. Christine Sypnowich, dalambukunya “The Socialist Concept of Law” mendefinisikan:“socialism as a society where private propety in the form of capital has been eliminated and replaced by common ownership of the means of production thereby permitting a large measure of equality and fraternity in social relations”, yang artinya:“sosialismesebagaisuatumasyarakatdimanakepemilikanpribadidalambentuk modal telahdihapusdandigantidengankepemilikanumumdimanaberartiproduksiolehkarenanyadiizink

andalamukuranbesardaripersamaandanpersaudaraan di

dalamhubungankemasyarakatan”.Teori Marxist-Leninist mengagung-agungkankedudukanistimewaekonomidalamhubungankemasyarakatan,

denganmengambilkekuatanmengikatdaripolitikdanhukum. Dalamistilahinternasional, teori Marxist-Leninist berartipengasingandaridunia Barat, kadang-kadangmeninggalkannyadenganinteraksi yang selektifdenganpihakkomunisasing.

Hukum, ketikadigunakanolehpemimpin Soviet

(11)

a) Jurisdiksisosialiskuno, sepertiPolandia, Bulgaria, Hungaria, Czechoslovakia, Rumania, Albania, Repbulik Rakyat China, Republik Rakyat Vietnam, Republik Rakyat Demokratik Korea, Mongolia (merupakansistemhukumnasionalnya yang tertua di dalamkelompokini) danKuba;

SistemHukumSosialis yang terbaruatau yang kemudianberkembang, sepertiRepublikDemokraticKamboja, Laos, Mozambique, Angola, Somalia, Libya, Ethiopia,

Guienadan Guyana. PartaiKomunisadalahbadan yang

benar-benarmemerintahdanmerencanakanpadasistemhukumsosialis. Sekaliitudiputuskansebagaibagiandarikebijakan,

merekamengkomunikasikanrencanamerekakeseluruhlembaganegaradankebijakaniniakandiiku tilegislatif, eksekutifdanyudisial.

4. Sistem Hukum Adat

Sistem hukum adat terdapat dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan negara-negara Asia lainnya seperti Cina, India, Pakistan, Jepang dan sebagainya. Istilah hukum adat berasal dari Belanda yaitu "adatrecht" yang pertama kali dikemukakan Snock Hurgronje, yang kemudian dipopulerkan sebagai istilah teknis yuridis oleh van Vollenhoven.

Menurut C. Van Vollenhoven (1928), hukum adat adalah bahwa Hukum Indonesia dan kesusilaan masyarakat merupakan hukum adat dan adat yang tidak dapat dipisahkan serta hanya mungkin dibedakan dalam akibat-akibat hukumnya. Sementara menurut pendapat Soekanto yang mengatakan bahwa hukum adat hakekatnya merupakan komplesitas adat-adat yang tidak kitabkan, tidak dikodifikasikan dan bersifat paksaan mempunyai sangsi (dari hukum) dan mempunyai akibat hukum.

Hukum adat (Adatrecht) adalah "dat samenstel van voor inlanders en vreemde oosterlingen geldende gedragregels, die eenerzijds sanctie hebben (daarom "adat"). Adatrecht itu ialah keseluruhan aturan tingkah laku yang berlaku bagi himpunan bumiputera dan orang timur asing yang mempunyai upaya pemaksa, lagi pula tidak dikodifikasikan.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa sistem hukum adat adalah sistem hukum yang tidak tertulis, yang tumbuh dan berkembang serta terpelihara karena sesuai dengan kesadaran hukum masyarakatnya. Sebagaimana dengan sifat hukum. Maka walaupun tidak tertulis, tetap ditaati dan akan mendapatkan sanksi bagi siapa saja yang melanggarnya.

(12)

yang berperan dalam melaksanakan sistem hukum adalah pemuka adat (datuk) sebagai pemimpin yang sangat disegani dan besar pengaruhnya dalam lingkungan masyarakat adat, untuk memelihara ketertiban dan ketentraman masyarakat.

Sistem hukum adat bersumber pada peraturan-peraturan yang tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya. Dan hukum adat itu mempunyai tipe tradisional dengan berpangkal pada kehendak nenek moyang, artinya untuk ketertiban hukumnya selalu diberikan penghormatan yang sangat besar bagi kehendak suci nenek moyang itu.

Berdasarkan sumber hukum dan tipe hukum adat, maka daerah lingkungan hukum (rechtskring) di Indonesia sistem hukum adat terbagi atas empat kelompok, yaitu :

1. Hukum Adat mengenai Tata Negara [tata susunan rakyat mengatur yang tentang susunan dari dan ketertiban dalam persekutuan-persekutuan hukum (rechtsgemenschappen) serta susunan dan lingkungan kerja alat-alat perlengkapan, jabatan-jabatan dan penjabatnya;

2. Hukum adat tentang delik (hukum pidana), memuat peraturan-peraturan tentang pelbagai delik dan reaksi masyarakat terhadap pelanggaran hukum pidana itu.

3. Hukum Adat tentang warga/hukum warga [perdata], terdiri dari : 1. Hukum pertalian sanak [perkawinan, waris]

2. Hukum tanah [hak ulayat tanah, transaksi-transaksi tanah ; dan

3. Hukum perhutangan [hak-hak atasan, transaksi-transaksi tentang benda selain tanah dan jasa]

4. Hukum Adat Acara, memuat peraturan-peraturan tata cara penyelenggaraan persidangan adat

Hukum adat yang merupakan pencerminan kehidupan masyarakat Indonesia. Tetapi karena masyarakat itu sendiri selalu berubah dengan tipe yang mudah berubah dan elastis, maka sejak penjajahan Belanda peraturan hukum adat banyak mengalami perubahan sebagai akibat politik hukum yang ditanamkan oleh pemerintah Belanda, keadaan berlangsung sampai Indonesia merdeka. Misalnya, perubahan secara formal terhadap penghapusan hukumadat mengenai delik [hukum pidana] dan diberlakukan peraturan-peraturan hukum pidana tertulis yang dikodifikasikan di samping perundangan tertulis lainnya bagi seluruh masyarakat Indonesia.

(13)

Sistem hukum Islam semula dianut oleh masyarakat Arab sebagai awal dari timbulnya dan penyebaran agama Islam. Kemudian mengikuti laju penyebaran agama Islam, sistem hukum Islam pun berkembang ke negara-negara lain di Asia [termasuk Indonesia], Afrika, Eropa dan Amerika baik secara individual atau kelompok. Sedangkan untuk beberapa negara di Afrika [Mesir dan lainnya] dan Asia [negara-negara Arab umumnya, Malaysia dan lainnya] perkembangannya sesuai dengan pembentukan negara itu yang berasaskan ajaran Islam.

Hukum Islam, menurut Ismail Muhammad syah, dkk., hakekatnya adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan Rasul tentang tingkah laku manusia mulallaf diakui dan diyakini berlaku dan mengikat untuk semua umat yang beragama Islam.

Dari pengertian tersebut terkandung dua unsur yang terdapat dalam hukum Islam, yaitu : 1. Berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah Rasul, yaitu seperangkat peraturan tersebut

digali (bersumber) dari dan berdasarkan kepada wahyu Allah dan Sunnah Rasul atau yang biasa disebut dengan syari'at (syara' dan fiqh)

2. Tentang tingkah laku mukallaf, yaitu bahwa hukum Islam tersebut mengatur tindakan lahir dari manusia yang telah dikenai hukum (umat Islam)

Sistem Hukum Islam bersumber kepada :

1. Al Qur'an yaitu kitab Suci kaum muslimin yang turunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW melalui malaikat Jibril ;

2. Sunnah Nabi, yaitu cara hidup (tingkah laku) dari Nabi Muhammad SWA atau cerita-cerita (hadits) mengenai Rasulullah SAW ;

3. Ijma' yaitu kesepakatan para ulama besar tentang suatu hal dalam cara bekerja (berorganisasi) ;

4. Qiyas, yaitu analogi dalam mencari sebanyak mungkin persamaan antara dua kejadian.

Referensi

Dokumen terkait

Hukum Administrasi Negara adalah hukum tentang pengadministrasian Negara yaitu mengenai pemerintahan dan segala peraturan-peraturan di dalamnya serta bagaiman menjalankan fungsi

Dalam perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dilakukan oleh MPR sesuai dengan kewenangannya yang diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 37

Bentuk negara Republik Indonesia sudah ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 alinea IV yakni “maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam

Berdasarkan Peraturan perundang-undangan; yang dimaksud adalah semua peraturan yang bersifat mengikat secara umum, yang dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat

WG Vegting mengatakan bahwa Hukum Tata Negara dan Hukum Adminstrasi Negara mempelajari suatu bidang peraturan yang sama, tetapi cara pendekatan yang digunakan

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai konstitusi negara Republik Indonesia, pada ketentuan Pasal 1 Ayat (3) menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Konsekuensi

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2019 tentang Penyidikan Tindak Pidana, yang ditetapkan pada tanggal 4 Oktober 2019 dihubungkan

Jaminan prinsip ini dinyatakan dalam UUD Negara RI Tahun 1945 misalnya dalam Pasal 27 ayat (1) yaitu “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan