• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RK DENGAN CEDERA KEPALA RINGAN DI IRD BP. RSUD WANGAYA DENPASAR TANGGAL JUNI 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RK DENGAN CEDERA KEPALA RINGAN DI IRD BP. RSUD WANGAYA DENPASAR TANGGAL JUNI 2008"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RK

DENGAN CEDERA KEPALA RINGAN

DI IRD BP. RSUD WANGAYA DENPASAR

TANGGAL 10-12 JUNI 2008

OLEH:

Ni Kadek Sawitri Alam Mamera 05C10041 Ni Made Sinta Kartikasari 05C10061

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI

DENPASAR

2008

(2)

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Teori 1 Pengertian

a. Pengertian Cedera Kepala

Cedera kepala adalah adanya deformasi berupa penyimpangan garis pada tulang tengkorak percepatan dan perlambatan (aselerasi dan deselerasi) yang merupakan perubahan bentuk yang dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan percepatan serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan (Price, 2000).

Cedera kepala adalah suatu trauma yang terjadi pada kepala yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak dan otak (Brunner & Suddarth, 2006).

Cedera kepala adalah salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2000).

(3)

3 Pemeriksaan Diagnostik

a. CT SCAN (dengan atau tanpa kontras)

Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler dan perubahan jaringan otak. Untuk mengetahui adanya infark atau iskemia jaringan dilakukan pada 24-72 jam setelah injuri.

b. MRI

Digunakan sama seperti CT Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif

c. Cerebral Angiography

Menunjukkan anomali sirkulasi serebral seperti: perubahan jaringan otak sekunder menjadi edema, perdarahan dan trauma.

d. Serial EEG

Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis

e. X-ray

Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan atau edema), fragmen tulang.

f. BAER

Mengoreksi perubahan metabolisme otak

g. PET

Mendeteksi metabolisme otak

h. Lumbal Fungsi

Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid

(4)

Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernafasan (oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intra kranial

j. Kadar Elektrolit

Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan intra kranial

k. Screentoxicology

Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga mengakibatkan penurunan kesadaran

l. Pemeriksaan darah (hematokrit, pemeriksaan darah

perifer lengkap, masa protrombin atau tromboplastin partial) dan pemeriksaan kadar alkohol

4 Penatalaksanaan Medis

a. Menilai tingkat kesadaran

b. Pada semua pasien dengan cedera kepala sedang atau

berat dilakukan prosedur berikut:

1). Pasang jalur intravena dari larutan salin normal (NaCl 0,9%) atau larutan Ringer laktan. Cairan isotonis lebih efektif mengganti volume intravaskuler dari pada cairan hipotonis dan larutan ini tidak menambah edema serebri.

2). Lakukan pemeriksaan Ht, trmbosit, masa tromboplastin parsial, skrining toksikologi dan kadar alkohol

(5)

c. Pada semua pasien cedera kepala dan atau leher, lakukan foto tulang belakang servikal baru dilepas setelah dipastikan bahwa seluruh tulang servikal C1-C7 normal

d. Lakukan Ct Scan dengan jendela tulang: foto rontgen

kepala tidak diperlukan jika Ct Scan dilakukan. Pasien dengan cedera kepala ringan, sedang atau berat harus dievaluasi adanya:

1). Hematoma epidural

2). Darah dalam subarachnoid dan intraventrial 3). Kontusio dan perdarahan jaringan otak 4). Edema serebri

5). Obliterasi sisterna permesensefalik 6). Pergeseran garis tengah

7). Raktur kranium, fneumosenfalus

e. Pada pasien yang koma (skor GCS < 8 ) atau pasien dengan tanda-tanda herniasi, lakukan tindakan berikut ini

1). Elevasi kepala 30

2). Hiperventilasi: intubasi dan berikan ventilasi mendatorik intermiten dengan kecepatan 16-20 x/menit dengan volume tidal

10-12 ml/kg atur tekana CO2 sampai 28-32 mmHg. Hipokapnea

berat (PCO2 < 25 mmHg) harus dihindari karena dapat

(6)

3). Berikan manitol 20% 10/kg intravena dalam 20-30 menit. Dosis ulangan dapat diberikan 4-6 jam kemudian ¼ dosis semula @ 6 jam sampai maksimal 48 jam pertama

4). Pasang kateter foley

5). Konsul bedah saraf bila terdapat indikasi operasi (hematoma) epidural yang besar, hematoma sub dural, cedera kepala terbuka dan fraktur impresi

5 Penatalaksanaan Keperawatan

a. Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai

keadaan jantung

b. Melakukan manajemen nyeri

c. Memberikan bantuan dalam perawatan diri

d. Meningkatkan istirahat

e. Membantu dalam

pengobatan/menghilangkan penyebab yang mendasari

f. Mengatasi penyakit sistemik

dasar/mencegah komplikasi

g. Memberitahu tentang etiologi penyakit,

(7)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RK DENGAN CEDERA KEPALA RINGAN DI IRD BP. RSUD WANGAYA DENPASAR

TANGGAL 10-12 JUNI 2008

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Juni 2008, pukul 18.40 Wita di ruang IRD BP. RSUD Wangaya Denpasar dengan teknik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan catatan medik keperawatan.

1 Pengumpulan Data

a. Identitas Pasien Penanggung (Ayah)

Nama : RK PW

Umur : 18 tahun 45 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Laki-laki

Status : Belum kawin Kawin

Agama : Hindu Hindu

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : Pelajar Swasta

Suku Bangsa : Bali/Indonesia Bali/Indonesia

Alamat : Jl. Tkd. Balian Jl. Tkd. Balian

No. 40 Denpasar No. 40 Denpasar

(8)

No. Register : 245687

-Tanggal MRS : 10 Juni 2008

b. Riwayat Kesehatan

1). Keluhan utama masuk rumah sakit

Pasien mengeluh pusing dan mual karena kecelakaan

2). Keluhan utama saat pengkajian

Pasien mengeluh pusing dan mual

3). Riwayat penyakit sekarang

Tanggal 10 Juni 2008 pukul 18.20 Wita pasien pergi ke rumah temannya dengan mengendarai sepeda motor dan tanpa menggunakan helm, saat pasien akan belok ke kanan tiba-tiba ada seseorang yang mengendarai sepeda motor dengan kecepatan ± 80 km/jam menyerempetnya sehingga pasien goyah dan terjatuh, pasien jatuh dengan posisi perutmenghadap ke bawah dan bagian kepala kanan belakang menyentuh aspal, sehingga kepala di daerah tersebut langsung berbenturan dengan aspal. Setelah terjatuh, pasien masih sadar, pasien mual tetapi tidak muntah. Oleh orang-orang yang ada di sana pasien langsung dikerumunin dan 3 orang-orang diantara mereka dengan segera membawa pasien ke BP. RSUD Wangaya Denpasar. Selama perjalanan pasien mual tetapi tidak muntah, pasien dalam keadaan sadar, pasien hanya merasakan nyeri pada bekas benturan dikepalanya. Pada pukul 18.39 pasien

(9)

tiba di BP. RSUD Wangaya Denpasar dengan di antar oleh 3 orang laki-laki, pasien dipindahkan ke Brankar dengan dibopong. Pasien dibawa oleh perawat menuju kamar 5 dan akan mendapatkan penanganan lebih lanjut. Kemudian selang beberapa detik ke-2 orang tua pasien datang menemani pasien. Saat pengkajian pasien dalam keadaan sadar, namun bila ditanya kadang-kadang tidak mau menjawab.

Diagnosa Medis : CKR

Therapy tanggal 10 Juni 2008, di UGD:

- IVFDRL 28 tts/menit - Cefotaxime 3 x 1 gr - Antrain 2 x 1 ampul - Caltrofensup 2 - Brain act 3 x 500 mg - O2 4 liter/mnt - Foto Skuul - Cek DL

4). Riwayat penyakit sebelumnya

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah mengalami penyakit jantung, DM maupun penyakit berat lainnya, pasien juga tidak menderita hemofilia

(10)

5). Riwayat penyakit keluarga

Keluarga pasien mengatakan bahwa dikeluarganya tidak ada yang menderita penyakit kronis maupun penyakit keturunan seperti DM, penyakit jantung dan hipertensi

c. Pola Kebiasaan

1). Bernafas

Keluarga pasien mengatakan bahwa sebelum sakit pasien tidak mengalami kesulitan dalam bernafas, baik saat menghirup maupun menghembuskan nafas. Saat pengkajian pasien tidak sesak

2). Makan dan Minum

- Makan

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien makan 3 x sehari dengan nasi, sayur dan daging. Pasien makan habis 1 porsi tiap kali makan. Saat pengkajian, keluarga pasien mengatakan bahwa pasien makan terakhir pukul 14.00 Wita, saat pengkajian pasien mengalami mual tapi tidak muntah

- Minum

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien biasa minum air putih ± 7-8 gelas per hari (1400-1600cc per hari). Saat pengkajian keluarga pasien mengatakan pasien minum terakhir pukul 16.00 Wita

(11)

- BAB

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien biasa BAB sekali dalam sehari di pagi hari dengan konsistensi lembek, warna kekuningan dan bau khas faeses. Pada saat pengkajian keluarga pasien mengatakan bahwa tadi pagi pasien sudah BAB

- BAK

Keluarga pasien mengatakan bahwa sebelum sakit pasien biasa BAK 4-5 x sehari dengan volume ± 150cc tiap kali kencing. Dengan keadaan warna kekuningan bau pesing dan rasa sakit saat kencing tidak ada

4). Gerak dan Aktivitas

Keluarga pasien mengatakan bahwa sebelum sakit pasien bisa pergi ke sekolah, melakukan pekerjaan rumah sehari-hari seperti menyapu dan mengepel. Pada saat pengkajian pasien mampu melakukan perlawanan juga bisa bergerak pelan-pelan dalam mengubah posisinya

5). Istirahat dan Tidur

Keluarga pasien mengatakan bahwa sebelum sakit pasien biasa tidur mulai dari pukul 22.00 Wita sampai dengan 05.00 Wita. Pasien biasa tidur siang, lamanya tidur pasien sehari adalah ± 9 jam. Saat pengkajian pasien dalam keadaan bingung

(12)

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien biasa mandi 2 x sehari, ganti pakaian dalam sehari, cuci rambut 3 hari sekali. Saat pengkajian pasien tampak bersih

7). Pengaturan suhu tubuh

Keluarga pasien mengatakan bahwa sebelum sakit pasien tidak pernah mengalami peningkatan suhu tubuh. Saat pengkajian pasien juga tidak panas

8). Rasa Nyaman

Pada saat pengkajian pasien tampak memegangi kepalanya dan mengeluh kesakitan. Nyeri pasien bertambah saat kepalanya disentuh. Skala nyeri 4 dari 10 skala nyeri yang diberikan, pasien tampak meringis dan berusaha menjauhkan kepalanya saat disentuh

9). Rasa aman

Keluarga pasien mengatakan bahwa ia sangat mengkhawatirkan keadaan pasien, keluarga pasien tampak bertanya-tanya tentang keadaan pasien, keluarga pasien tampak bingung, serta ibu pasien menangis dan hampir pingsan saat melihat keadaan anaknya

10).Data sosial

Keluarga pasien mengatakan bahwa sebelum sakit pasien biasa berinteraksi dengan orang disekitarnya, hubungannya dengan keluarga dan teman-temannya sejauh ini baik-baik saja. Saat pengkajian pasien tidak bisa melakukan interaksi dengan orang lain

(13)

dan orang disekitarnya karena pasien dalam keadaan bingung. Keluarga pasien mengatakan bahwa orang yang sering diajak bertukar pikiran menceritakan masalah adalah ibunya

11).Prestasi dan produktivitas

Pasien mengatakan dapat mengikuti pelajaran disekolahnya dulu, namun belum pernah berprestasi. Setelah sakit pasien tidak dapat bersekolah seperti biasa

12).Rekreasi

Sebelum sakit pasien biasa berekreasi dengan keluarga dan teman-temannya. Namun, setelah sakit pasien tidak dapat bersekolah seperti biasa.

13).Belajar

Pasien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya. Pasien tampak bertanya-tanya tentang penyakitnya

14).Ibadah

Pasien beragama Hindu, dan setelah sakit pasien hanya dapat berdoa dari tempat tidur

d. Pemeriksaan Fisik

1). Keadaan umum pasien

a) Kesadaran : CM dengan GCS 14

”E=3, V=5, M=6”

(14)

c) Postur tubuh : Tegak

d) Keadaan kulit : Turgor kulit elastis

2). Gejala kardinal - Suhu : 36°C - Nadi : 72 x/menit - Respirasi : 20 x/menit - Tekanan darah: 110/70 mmHg 3). Ukuran lain - TB : 155 cm - BB sebelum sakit : 48 kg

- BB saat sakit : tidak dapat diukur

4). Keadaan Fisik

a. Kepala : Terdapat hematoma dan luka robek

dengan

ukuran 2 cm pada temporal parietal. Nyeri tekan disekitar luka, terdapat perdarahan pada luka

b. Muka : Lesi tidak ada, edema tidak ada,

nyeri tekan

tidak ada, masa tidak ada

(15)

mata spontan, penglihatan baik, konjungtiva anemis, pupil isokor, sklera anloterik, nyeri tekan tidak ada

d. Hidung : Lesi tidak ada, nyeri tekan tidak ada,

mukosa

hidung merah muda, sekret ada, pernafasan cuping hidung tidak ada

e. Telinga : Pendengaran baik, seruman ada,

kebersihan

cukup, nyeri tekan tidak ada

f. Mulut : Mukosa bibir lembab, mulut bersih,

jumlah

gigi lengkap

g. Leher : Pembesaran vena jugularis tidak ada,

lesi

tidak ada, edema tidak ada, nyeri tekan tidak ada

h. Thorax : Nyeri tekan tidak ada, lesi tidak ada,

edema

tidak ada, ronchi -/-, wheezing -/-, jantung S1S2 tunggal reguler, jejas tidak ada

i. Abdomen : Distensi abdomen tidak ada, lesi

(16)

bising usus 3x/20 detik, nyeri tekan tidak ada dan jejas tidak ada

j. Ekstremitas:

Atas : Cianosis tidak ada, kuku bersih, edema tidak

ada

Bawah : Cianosis tidak ada, kuku bersih, edema tidak

ada

k. Genitalia : Kebersihan cukup

l. Anus : Hemoroid tidak ada, kebersihan cukup

5). Pemeriksaan penunjang

-2 Analisa Data

ANALISA DATA PADA PASIEN RK DENGAN CEDERA KEPALA RINGAN DI IRD BP.RSUD WANGAYA DENPASAR

TANGGAL 10-12 JUNI 2008

No Data Subjektif Data Objektif Kesimpulan

1 2 3 4

1 - - Pada saat pengkajian pasien

tampak memegang kepalanya - Pada saat pengkajian pasien dalam keadaan bingung

- GCS= 14, E=3, V=5, M=6 - TD=110/70 mmHg - Nadi=72 x/mnt Perubahan perfusi jaringan serebral

2 - - Pada saat pengkajian pasien

tampak memegangi kepalanya - Pasien datang dalam keadaan sadar - TD=110/70 mmHg - Nadi=72 x/mnt Resiko terjadinya peningkatan tekanan intra kranial

(17)

- RR=20 x/mnt - S=36°C - GCS= 14, E=3, V=5, M=6 3 - Pasien mengeluh kesakitan

- Saat pengkajian pasien tampak memegangi kepalanya

- Skala nyeri 4 dari 10 skala nyeri yang diberikan

- Pasien tampak meringis dan berusaha menjauhkan kepalanya saat kepalanya disentuh

- Terdapat hematoma dengan ukuran diameter ± 5 cm kepala bagian kanan

- Terdapat luka robek dengan ukuran 2 cm di kepala bagian kanan

Nyeri akut

4 - - Terdapat hematoma dengan

ukuran diameter ± 5 cm kepala bagian kanan

- Terdapat luka robek dengan ukuran 2 cm di kepala bagian kanan Resiko infeksi 5 - Keluarga pasien mengatakan sangat khawatir dengan keadaan anaknya

- Keluarga tampak menangis dan hampir pingsan saat melihat keadaan anaknya

- Keluarga pasien tampak bertanya-tanya tentang keadaan pasien

Kecemasan keluarga

3 Rumusan Masalah

1). Perubahan perfusi jaringan serebral

2). Resiko terjadinya peningkatan tekanan intra kranial 3). Nyeri akut

4). Resiko infeksi 5). Kecemasan keluarga

(18)

1). P : Perubahan perfusi jaringan serebral

E : Penghentian aliran darah oleh hematoma

S : Pada saat pengkajian pasien tampak memegang kepalanya,

pasien dalam keadaan bingung, GCS= 14, E=3, V=5, M=6, TD=110/70 mmHg, Nadi=72 x/mnt

Proses terjadi :

Karena adanya hematoma pada pembuluh darah otah sehingga suplai darah menuju ke otak berhenti, sehingga menyebabkan aliran O2 terhambat ke otak sehingga menyebabkan terjadinya perfusi jaringan serebral

Akibat bila tidak ditanggulangi :

Dapat menyebabkan nekrosis pada otak

2). P : Resiko terjadinya peningkatan tekanan intra kranial

Faktor resiko : Pada saat pengkajian pasien tampak

memegangi kepalanya, Pasien datang dalam keadaan sadar, TD=110/70 mmHg, Nadi=72 x/mnt, RR=20 x/mnt, S=36°C, GCS= 14, E=3, V=5, M=6

Proses terjadinya :

Karena adanya benturan pada kepala mengakibatkan goncangan pada otak sehingga mempengaruhi tekanan pada cairan serebrospinal. Hal itu dapat mengakibatkan resiko peningkatan TIK

(19)

Akibat bila tidak ditanggulangi :

Akan terjadi kekurangan volume cairan

3). P : Nyeri akut

E : Kerusakan jaringan otak

S : Pasien mengeluh kesakitan, saat pengkajian pasien tampak

memegangi kepalanya, skala nyeri 4 dari 10 skala nyeri yang diberikan, pasien tampak meringis dan berusaha menjauhkan kepalanya saat kepalanya disentuh, terdapat hematoma dengan ukuran diameter ± 5 cm kepala bagian kanan, terdapat luka robek dengan ukuran 2 cm di kepala bagian kanan

Proses terjadinya :

Karena adanya kerusakan kontinuitas jaringan otak menyebabkan area tersebut terangsang untuk mengeluarkan zat-zat kimia (neurotransmiter) seperti histamin, bradikinin dan prostaglandin, rangsangan ini akan dibawa ke thalamus kemudian dari thalamus diteruskan ke korteks serebri dan apabila terjadinya mekanisme gate control maka nyeri dihantarkan ke thalamus dan diinterpretasikan sebagai rangsang nyeri

Akibat bila tidak ditanggulangi :

Mengganggu istirahat tidur pasien serta gerak aktivitas pasien

4). P : Resiko infeksi

(20)

± 5 cm kepala bagian kanan, terdapat luka robek dengan ukuran 2 cm di kepala bagian kanan

Proses terjadi :

Karena adanya luka/terputusnya jaringan dan luka terbuka serta mendapat kontak dengan lingkungan luar memungkinkan kuman masuk ke dalam luka. Hal inilah yang dapat menimbulkan infeksi. Akibat bila tidak ditanggulangi :

Akan terjadi infeksi dan menghambat penyembuhan

5). P : Kecemasan keluarga

E : Adanya perubahan situasi dan krisis

S : Keluarga pasien mengatakan sangat khawatir dengan

keadaan anaknya, keluarga tampak menangis dan hampir pingsan saat melihat keadaan anaknya, keluarga pasien tampak bertanya-tanya tentang keadaan pasien

Proses terjadinya :

Karena adanya perubahan situasi dan krisis serta diimbangi dengan koping keluarga yang tidak efektif dalam menghadapi situasi dan krisis menyebabkan terjadinya kecemasan keluarga

Akibat bila tidak titanggulangi :

Menghambat proses pengobatan

(21)

1). Perubahan perfusi jaringan serebral b/d penghentian aliran darah oleh hematoma d/d, pada saat pengkajian pasien tampak memegang kepalanya, pasien dalam keadaan bingung, GCS= 14, E=3, V=5, M=6, TD=110/70 mmHg, Nadi=72 x/mnt.

2). Resiko terjadinya peningkatan tekanan intra kranial b/d pada saat pengkajian pasien tampak memegangi kepalanya, pasien datang dalam keadaan sadar, TD=110/70 mmHg, Nadi=72 x/mnt, RR=20 x/mnt, S=36°C, GCS= 14, E=3, V=5, M=6

3). Nyeri akut b/d kerusakan jaringan otak d/d pasien mengeluh kesakitan, saat pengkajian pasien tampak memegangi kepalanya, skala nyeri 4 dari 10 skala nyeri yang diberikan, pasien tampak meringis dan berusaha menjauhkan kepalanya saat kepalanya disentuh, terdapat hematoma dengan ukuran diameter ± 5 cm kepala bagian kanan, terdapat luka robek dengan ukuran 2 cm di kepala bagian kanan

4). Resiko infeksi b/d terdapat hematoma dengan ukuran diameter ± 5 cm kepala bagian kanan, terdapat luka robek dengan ukuran 2 cm di kepala bagian kanan

5). Kecemasan keluarga b/d adanya perubahan situasi dan krisis d/d keluarga pasien mengatakan sangat khawatir dengan keadaan anaknya, keluarga tampak menangis dan hampir pingsan saat melihat keadaan anaknya, keluarga pasien tampak bertanya-tanya tentang keadaan pasien

(22)

B. PERENCANAAN

Prioritas Diagnosa Keperawatan berdasarkan berat ringannya masalah yang dihadapi pasien yaitu:

1 Dx 1 2 Dx 2 3 Dx 3 4 Dx 4 5 Dx 5

PERENCANAAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RK DENGAN CEDERA KEPALA RINGAN

DI IRD BP. RSUD WANGAYA DENPASAR TANGGAL 10 JUNI 2008

Hari/Tgl/Jam Dx Rencana Tujuan Rencana

Tindakan Rasional 1 2 3 4 5 Selasa 10 Juni 2008 Pk. 18.40 Wita 1 Setelah diberikan askep selama 2x24 jam diharapkan perfusi jaringan serebral adekuat dengan kriteria hasil: 1 GCS 15 (E=4, V=5, M=6) 2 TD (110/70-120/80 mmHg) - Pantau KU pasien dan TTV - Pantau/cat at status neurologis secara teratur (GCS) - Catat ada/tidaknya - Mengetahui perkembangan kesehatan pasien - Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan perkembangan kerusakan SSP - Penurunan

(23)

Selasa 10 Juni 2008 Pk. 18.40 Wita 2 3 N=60-80 x/mnt 4 S=36-37°C 5 R=16-20 x/mnt 6 Pasien tidak bingung 7 Pasien mampu membuka mata secara spontan 8 Pasien mampu berkomunikasi dengan baik 9 Pasien mampu mengikuti perintah Setelah diberikan askep selama 2x24 jam diharapkan peningkatan TIK tidak terjadi dengan kriteria hasil: 1 Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial - TD=110/70-120/80mmH g - N=60-80 x/mnt - R=16-20 x/mnt - Kesadaran pasien baik - GCS=15 (E=4, V=5, reflek-reflek tertentu seperti reflek menelan, batuk dan babinski - Delegatif dalam pemberian Brainact 3 x 500 mg - Pantau TTV - Kaji status neurologis yang berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK seperti GCS - Beri posisi kepala 15-45° - Delegatif dalam pemberian Brainact 3 x 500 mg - Delegatif dalam pemeriksaan rontgen (foto scull) dan pelaporan reflek menandakan adanya kerusakan pada otak tengah/batang otak dan sangat berpengaruh langsung terhadap keamanan pasien - Membantu memperlancar sirkulasi darah ke otak - Dapat mendeteksi secara dini tanda-tanda peningkatan TIK - Adanya penurunan nilai GCS menandakan adanya peningkatan TIK - Melancarkan

aliran balik vena kepala sehingga mengurangi edema dan mencegah peningkatan TIK - Membantu memperlancar sirkulasi darah ke otak - Mengetahui adanya perdarahan/lesi pada otak

(24)

Selasa 10 Juni 2008 Pk. 18.40 Wita 3 M=6) - Tidak terdapat papil edema - Muntah proyektil tidak terjadi - Pasien tidak mengeluh nyeri kepala hebat 2 Pasien mampu membuka mata secara spontan 3 Pasien dapat berkomunikasi dengan baik 4 Pasien mampu mengikuti perintah Setelah diberikan askep selama 2x24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil: 1 Pasien tidak mengeluh kesakitan 2 Skala nyeri 2 dari 10 skala nyeri yang diberikan 3 Pasien tidak meringis hasil rontgen - Kaji ulang mengenai lokasi, intensitas, penyebaran, tingkat kegawatan dan keluhan-keluhan pasien dan ukur TTV - Ajarkan teknik relaksasi seperti nafas dalam dan relaksasi otot-otot - Pertahank an posisi semi fowler - Delegatif dalam pemberian antrain 2x1 ampul, kaltrofen - Untuk mempermudah membuat intervensi - Latihan ini dapat mengurangi ketegangan saraf sehingga pasien jadi lebih rileks dan nyeri kepala hilang - Posisi ini meningkatkan dan memlancarkan aliran balik pembuluh darah vena sehingga mengurangi nyeri - Obat analgetik dapat meningkatkan ambang nyeri

(25)

Selasa 10 Juni 2008 Pk. 18.40 Wita Selasa 10 Juni 2008 Pk. 18.40 Wita 4 5 Setelah diberikan askep selama 2x24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil: 1 TTV dalam batas normal terutama suhu (36-37°C) 2 Tidak terdapat tanda-tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor dan fungsiolaesa) 3 WBC dalam batas normal: 4-9.103/ml 1 2 Setelah diberikan askep selama sup2/rektal - Ukur TTV tiap jam, terutama suhu - Observasi tanda-tanda infeksi - Lakukan perawatan luka dan heeting - Delegatif dalam pemeriksaan Lab (WBC) - Pantau hasil Lab (WBC) - Lapor hasil lab kepada dokter jaga - Delegatif dalam pemberian antibiotik yaitu cepotaxime 3x1 gr - Kaji perasaan keluarga dan beri rasa empati serta dengarkan seluruh keluhan - Beri penjelasan pada keluarga - Untuk mengetahui perkembangan kesehatan pasien - Menentukan intervensi secara dini - Mencegah infasi kuman - Mengetahui kadar WBC dalam darah - Peningkatan WBC menandakan terjadinya infeksi - Menentukan

terapi lebih lanjut

- Antibiotika dapat mencegah terjadinya infeksi - Tindakan ini dapat mengurangi kecemasan pasien - Beri informasi

bila situasi dan kondisi dan benar-benar memungkinkan agar tidak menimbulkan

(26)

1x15 menit diharapkan cemas keluarga berkurang/hilang dengan kriteria hasil: 1 Keluarga pasien tampak tenang mengenai kondisi, luasnya trauma, rencana perawatan dan prognosa pasien secara akurat - Libatkan keluarga dalam pengambilan keputusan dan perencanaan salah persepsi - Memungkinka n keluarga pasien menjadi bagian integral dari program yang dilakukan C. Pelaksanaan

PELAKSANAAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RK DENGAN CEDERA KEPALA RINGAN

DI IRD BP. RSUD WANGAYA DENPASAR TANGGAL 10-12 JUNI 2008

(27)

D. Evaluasi

EVALUASI KEPERAWATAN PADA PASIEN RK DENGAN CEDERA KEPALA RINGAN DI IRD BP. RSUD WANGAYA DENPASAR

TANGGAL 10-12 JUNI 2008

Referensi

Dokumen terkait

Pengolahan data pertama kali dilakukan dengan menggunakan peramalan untuk menentukan jumlah produk yang akan diproduksi berikutnya, sehingga dapat ditentukan banyak

KEBIJAKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN KUALITAS KESEHATAN BERBASIS PERDESAAN DI DAERAH TERTINGGAL UNTUK MEWUJUDKAN KONDISI BAGI SELURUH DESA DALAM SATU KESATUAN WILAYAH KERJA SATU

Sebagian besar alkaloida mempunyai kerangka dasar polisiklik termasuk cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung substituen yang tidak terlalu

salah satu bentuk kompresi data yang bertujuan untuk mengecilkan ukuran file audio.. dengan teknik,

Sistem yang dikembangkan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan fungsional agar dapat digunakan sesuai dengan proses bisnis yang telah berjalan pada sisi admin

Bila diperlukan, anda dapat mengatur tampilan data yang tersimpan pada suatu sel atau range tertentu agar posisinya ditampilkan rata kanan, kiri, di tengah sel atau di tengah

AKUNTANSI 1 Edi Wahyudin, M.Pd... AKUNTANSI 1 Heliyanti

Menurut Lerner, sebagaimana dikutip Fatmagul Bertaky 9 , menyatakan bahwa dengan demikian, cadar tidak saja merupakan simbol kelas atas, tetapi lebih penting lagi,