Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 | B - 93
Penataan Kawasan Koridor Komersial pada Jalan Arteri
Primer
Kasus: Jl. K.H. Agus Salim Kota Gorontalo
Zuhriati A. Djailani (1), Heryati (2)(1)KK Rancang Kota, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo
(2)KK Sejarah dan Teori Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo
Abstrak
Koridor komersial Jl. K.H. Agus Salim berperan sebagai jalan arteri primer yang menghubungkan antar pusat kegiatan nasional di kota Gorontalo. Posisi jalan ini sangat strategis karena merupakan pusat mobilitas penduduk dari luar kota menuju tempat kerja dan tempat tinggal. Keberhasilan kawasan koridor komersial Jl. K.H. Agus Salim dapat dicapai dengan menata kembali koridor jalan yang semula berbentuk strip linear menjadi koridor yang menggabungkan bentuk strip linear dan bentuk memusat. Dengan demikian, koridor ini dapat mewadahi kebutuhan ruang tempat berkumpul komunitas, berekreasi, penggunaan fungsi campuran, berorientasi pada pedestrian dan memiliki keunikan sebagai daya tarik kawasan. Untuk menyelesaikan kasus ini studi yang dilakukan adalah eksploratory research yakni melakukan kajian/tinjauan bagaimana prinsip-prinsip penataan kawasan komersial pada koridor Jalan arteri primer. Pendekatan yang dilakukan melalui kajian teori dan studi kasus persoalan sejenis untuk menemukan prinsip-prinsip normatif penataan kawasan komersial pada koridor jalan arteri primer. Selanjutnya adalah mengidentifikasi dan menganalisis potensi dan persoalan kawasan untuk menemukan prinsip penataan kawasan komersial pada koridor Jalan Agus Salim Kota Gorontalo. Hasil studi adalah konsep dan simulasi perancangan kawasan komersial pada koridor Jl. Agus Salim Kota Gorontalo
.
Kata-kunci : Bentuk linier dan memusat, jalan arteri primer, kawasan koridor komersial
Pengantar
Perpetakan lahan properti komersial berbentuk pola linier di jalan arteri primer pada kota yang baru berkembang, memperluas permintaan lahan untuk investasi komersial sepanjang strip jalan. Keadaan ini pun terlihat jelas pada alih fungsi lahan dari hunian ke komersial di kawas-an koridor Jalkawas-an Agussalim ykawas-ang terus bertam-bah sehingga terbentuk blok-blok ruko di antara hunian. Karakter perkembangan koridor seperti ini berdampak pada menurunnya kualitas fisik ruang kawasan koridor sehingga tidak nyaman untuk beraktifitas.
Kawasan komersial sepanjang koridor Jalan Agus Salim hadir sekedar memenuhi transaksi dagang dan jasa serta investasi lahan tanpa
mempertimbangkan kualitas fisik ruang kota. Suatu tatanan kawasan komersial yang mem-berikan kenyamanan, kegembiraan, keragaman dan keunikan fungsi dan aktifitas ruang bagi pemakainya kurang dipertimbangkan, sehingga persoalan kawasan koridor komersial Jalan Agus Salim Kota Gorontalo dapat disimpulkan men-cakup dua persoalan pokok yakni: koridor ko-mersial kurang aktif dan tidak menjadi destinasi utama untuk berbelanja padahal pertumbuhan retail positif. Persoalan pokok lainnya adalah menurunnya kualitas fisik ruang koridor dan kawasan sekitarnya.
Kunci kesuksesan kawasan koridor komersial sehingga menjadi kawasan koridor komersial yang aktif adalah daya tarik tempat/ ruang kawasan koridor komersial tersebut. Untuk
B - 94 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013
menciptakan daya tarik tempat/ruang, dibutuh-kan strategi place making guna mencapai kesuk-sesan suatu tempat.
Place making adalah proses mengubah ruang (space) menjadi place sehingga akan menarik sejumlah besar manusia karena bersifat menye-nangkan, menarik dan menawarkan kesempatan untuk bertemu satu sama lain. Placemaking adalah cara dimana semua manu-sia mengubah tempat mereka, menemukan diri mereka ke tempat di mana mereka tinggal (Schneeklth, L. Dan Shibley, R.G., 1995).
Place making terkenal dengan karakternya yang berfokus terhadap aktivitas, manajemen, komu-nitas, dan sosialibilitas. Hasil akhir dari strategi placemaking adalah terciptanya pe-ngembangan ruang publik yang berkualitas baik dan berman-faat bagi masyarakat dan lingkungannya (Tiesdell, 1996), seperti plaza, taman, jalan, serta kawasan komersial pada main street. Strategi placemaking merupakan prinsip men-dasar yang dibutuhkan dalam perancangan kawasan koridor komersial pada jalan arteri primer.
Sejalan dengan apa yang dikemukakan di atas, Montgomery (1998) mengatakan bahwa kota yang baik adalah ruang yang mewadahi tran-saksi aktifitas ekonomi pada berbagai tingkat dan lapisan dan menyediakan ruang untuk transaksi sosial dan budaya.
Menurut Bohl, Charles C. (2002), aspek penting dalam mendesain main street dan town center terdiri dari: kemampuan mengadaptasi urban form dengan mudah, kombinasi entertainment retail dan niche restaurant, detail desain bangunan, lingkungan kota yang bervariasi dan dekorasi wajah jalan (streetscape) yang me-narik, menempatkan toko langsung ber-hubung-an dengber-hubung-an sisi jalber-hubung-an, mengubah parkir badber-hubung-an jalan dengan gedung parkir, keragaman ak-tivitas pada level pejalan kaki, menyediakan ruang berkumpul publik yang cukup (public gatering space), menata karakter pedestrian berskala manusia, keintiman ruang publik kawasan historis, visibilitas.
Peran dan fungsi Jl. Agus salim didukung oleh kebijakan dalam revisi RTRW Kota Gorontalo tahun 2009–2029 yang menetapkan dalam ren-cana pola ruang bahwa koridor Jalan Agus Salim sebagai kawasan perdagangan dan jasa. RDTRK Gorontalo tahun 2009-2029 menetapkan rencana peruntukan blok Koridor Jl. Agus Salim terdiri dari blok perdagangan, jasa dan hunian. Berdasarkan permasalahan di atas dan didukung oleh kebijakan dalam revisi RTRW Kota Goron-talo tahun 2009–2029, maka perlu dilakukan studi yang bertujuan menata kawasan koridor komersial Jl. Agus Salim Kota Gorontalo sehing-ga tercipta kawasan koridor komersial yang aktif, berkarakter, nyaman untuk berbelanja, bekerja, berekreasi dan bertempat tinggal sehingga menjadi kawasan destinasi komersial di Kota Gorontalo.
Metodologi
Bentuk studi adalah applied research yang berfokus pada pemecahan masalah. Penelitian terapan rancang kota berarti identifikasi dan solusi dari permasalahan yang terjadi di ruang kota (Andranovich, 1993).
Studi dilakukan melaluii eksploratory research yakni melakukan kajian/tinjauan bagaimana prinsip-prinsip penataan kawasan komersial pada koridor Jalan arteri primer. Selanjutnya adalah mengidentifikasi dan menganalisis poten-si dan persoalan kawasan untuk menemukan prinsip penataan kawasan komersial pada ko-ridor Jalan Agus Salim Kota Gorontalo. Hasil studi adalah konsep dan simulasi perancangan kawasan komersial pada koridor Jl. Agus Salim Kota Gorontalo.
Metode Proses perancangan yang digunakan adalah Synoptic Method (metode sinoptik) yang menggabungkan secara konsisten berbagai alternatif untuk mencari penyelesaian persoalan (Shirvani Hamid, 1985).
Analisis dan Interpretasi
1. Tinjauan kawasan komersial di kota Gorontalo
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 | B - 95 Kawasan komersial yang ada di kota Gorontalo
berupa format pusat perdagangan maupun strip koridor terus mengalami perkembangan seiring pertumbuhan ekonomi kota. Format pusat per-dagangan dan jasa yang saat ini menjadi desti-nasi adalah distrik pasar tua/kampung cina dan pasar sentral, sedangkan format strip koridor adalah Jalan Kartini, Jl Panjaitan–Jl. Ahmad Yani, Jl. Sam Ratulangi–Jl. Imam Bonjol, Jl. Sudirman,
Jl. Andalas dan Jl. Agus Salim . Kota Gorontalo. Pusat komersial baru yang
mengembangkan konsep mixed use adalah Gorontalo bussines park dan Gorontalo Business Center.
2. Arahan Kebijakan Tata Ruang Kota
Arahan dan kebijakan penataan ruang kota yang dipertimbangkan dalam pengembangan ka-wasan meliputi: Rencana struktrur sistem pusat kegiatan di Kota Gorontalo, penggunaan lahan, sirkulasi dan aksesibilitas, bentuk dan tata massa bangunan, jalur pedestrian, ruang terbuka hijau.
3. Konsep Pengembangan Kawasan
Konsep pengembangan kawasan merupakan rekomendasi hasil analisis pengembangan ka-wasan. Konsep pengembangan kawasan terdiri atas ide dasar pengembangan kawasan, visi dan
B - 96 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013
misi pengembangan kawasan dan prinsip dan strategi pengembangan kawasan. Ide dasar pengembangan kawasan diperoleh berdasarkan kajian literatur, analisis kontekstual berupa kondisi ekonomi pasar dan properti, arahan dan kebijakan tata ruang, serta hasil analisis tapak. Keseluruhan ide dasar pengembangan kawasan membentuk visi pengembangan kawasan : “shopping, work, live and leisure in commercial corridor“.
Prinsip dan strategi pengembangan kawasan merupakan elaborasi dari ide dasar pengem-bangan kawasan, visi dan misi pengempengem-bangan kawasan.
4. Konsep Perancangan Kawasan
Rumusan konsep perancangan kawasan didasar-kan prinsip perancangan kawasan.
Prinsip perancangan kawasan koridor komersial pada jalan arteri adalah menggabungkan pola linier sepanjang strip jalan utama dengan pola memusat melalui linkage struktural dimana ruang terbuka pada setiap sub kawasan sebagai node. Konsep perancangan diperoleh sebagai elaborasi dari prinsip perancangan.
Adapun prinsip perancangan kawasan adalah: a. Menata pola pengembangan koridor dari
pola linier pada koridor jalan Agus Salim ke pola nodel.
b. Membentuk nilai dan menonjolkan karakter setiap sub-sub kawasan yang menjadi daya tarik kawasan.
c. Menyediakan dan menata ruang ketiga pada sub-sub kawasan koridor komersial sesuai fungsi dan tema.
d. Menciptakan pusat-pusat kawasan pada setiap zona.
e. Menciptakan Integritas Kawasan.
f. infill pada kawasan komersial yang kurang aktif.
g. Walkable corridor.
1. Konsep Dasar dan Integrasi Kawasan
Secara struktur kawasan perancangan terbagi menjadi enam kawasan yakni zona 1 kawasan rumah sakit bersalin, zona 2 kawasan Per-kantoran dan hunian, zona 3 sentra furnitur dan bahan bangunan, zona 4 kawasan komersial dan rekreasi, zona 5 pasar festival, zona 6 strip komersial dan hunian (ruko dan rukan).
Ide dasar perancangan dan integrasi kawasan adalah: “Mengintegrasikan ke enam zona kawasan komersial pada koridor Jl. Agus Salim kota Gorontalo secara internal antar zona dan secara eksternal dengan fungsi-fungsi komersial kota Gorontalo.”
Enam zona kawasan komersial dijadikan sebagai kawasan komersial yang memiliki karakter fungsi dan aktifitas komersial spesifik yang da-pat memperkuat identitas dan menjadi magnet /daya tarik kawasan. Masing-masing identitas komersial pada setiap zona merujuk pada identitas utama kawasan sebagai urban com-mercial corridor for shopping, living, work and leisure.“
Konsep Dasar dalam mengintegrasikan 6 kawasan didasarkan pada: Konsep tata Guna
lahan, Konsep Fungsi dan Aktifitas, Konsep Sirkulasi dan jalur pedestrian, Konsep ruang terbuka dan ruang terbuka hijau, Konsep tata bangunan, dan Konsep Parkir.
Simulasi Rancangan
Simulasi desain penataan kawasan koridor komersial secara keseluruhan diilustrasikan pada Rencana Master Plan kawasan yang meliputi enam sub kawasan, yakni sub kawasan Rumah Sakit ibu dan anak, sub kawasan perkantoran dan perumahan, sub kawasan komersial dan rekreasi, sub kawasan pasar festifal dan sub kawasan shophouse sepanjang strip koridor. Simulasi desain yang ditampilkan lebih difokus-kan pada penataan kawasan komersial yang terintegrasi dengan menggabungkan penataan strip linier dan bentuk memusat. Linkage seba-gai elemen pemersatu kawasan terlihat pada master plan kawasan. Beberapa bagian simulasi
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 | B - 97 mengilustrasikan suasana ruang terbuka yang
mewadahi kebutuhan ruang tempat berkumpul komunitas.
Gambar 3. Master Plan Kawasan Koridor Komersial Jl. Agus Salim Kota Gorontalo
Berdasarkan kasus yang diangkat penataan kawasan koridor komersial pada jalan arteri primer, ditampilkan denah dan potongan jalan sesuai persyaratan jalan arteri primer.
Gambar 4. Bird eye vew Kawasan Koridor Komersial Jl. Agus Salim Kota Gorontalo
Kesimpulan
Kawasan koridor komersial Jl. Agus Salim kota Gorontalo adalah kasus yang diangkat dalam studi ini dengan konsep pengembangan dan perancangan kawasan yang bertujuan untuk membentuk place making pada kawasan. Keterangan :
: Sirkulasi Utama
: Struktur kawasan yang dibentuk oleh jalan eksisting
: Linkage internal kawasan
: Rencana pusat kawasan
B - 98 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013
Penataan kawasan koridor komersial dilakukan secara integratif dengan menata ruang jalan dan menata kawasan di sisi ruangjalan dalam bentuk penataan yang kompak dengan menggabungkan pola linier strip koridor dan pola memusat pada pusat kawasan.
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc.
Bohl, Charles C, (2002). Place Making: Developing Town Center, Main Streets and Urban Village. Washington DC: The Urban Institute.
Montgomery, J. (1998). Making A City: Urbanity, Vitality and Urban Design. Journal of Urban Design 3:1, 93-116
Pemerintah Kota Gorontalo. 2009. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Gorontalo. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Gorontalo.
Pemerintah Kota Gorontalo. 2009. Rencana Detail Tata Ruang Kota 2009 - 2019. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Gorontalo.
Pemerintah Provinsi Gorontalo. 2008. Manajemen Rekayasa Lalu Lintas Jl. D.I Panjaitan dan Jl. Agus Salim Kota Gorontalo. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Schneekloth, LH dan Shibley, RG (1995). Placemak- ing: The Art and Practice of Building Communities. New York
Shirvani, Hamid. (1985). Urban Design Process. Van Nostrand Reinhold Company Inc: New York. Tiesdell, S., et al. (1996). Revitalizing Historic Urban
Quarter. Oxford: Architectural Press
Trancik, R. (1986). Finding Lost space. New York: Van Nostrand Reinhold Company Inc.
http://www.pps.org/info/placemakingtools/issuepaper s/?referrer=placemakingtools_contents http://www.kitchener.ca/en/businessinkitchener/Mixed _use corridors.asp http://www.Skyscrapercity.com http://www.bnr.co.id/facilities/orchard-walk http//www.Westfield Mall Map.htm
POTONGAN A
POTONGAN B
POTONGAN C
POTONGAN D Gambar 5. Potongan Kawasan Koridor Komersial Jl. Agus Salim Kota Gorontalo