PERANCANGAN SISTEM MONITORING KAPAL DI PELABUHAN
TANJUNG PERAK DALAM RANGKA MENINGKATKAN FAKTOR
KEAMANAN
Oleh :
Dimas Crisnaldi
4203 109 019
Dosen Pembimbing : Dr. Ir. A.A Masroeri M Eng
Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya tergolong pelabuhan kelas satu di Indonesia,
selain itu juga banyak fasilitas penting yang berada di area pelabuhan seperti, pelabuhan
TNI – AL, Jembatan Sura-Madu, dan lain – lainnya. Lalu lintas kapal yang keluar dan
masuk pelabuhan sangat tinggi, maka keamanan pelabuhan dan kapal saat ini memang
perlu ditingkatkan dimana banyaknya tingkat kejahatan dan terorrisme.
Suatu sistem yang dapat meningkatkan keselamatan kapal yang ada di area
pelabuhan, karena semakin meningkatya tindak kejahatan seperti aksi bom bunuh diri,
menyebabkan semakin ketatnya peraturan keamanan di pelabuhan. Apabila terdapat kapal
yang kondisinya diluar aturan yang berlaku, maka kapal ini akan mendapatkan perhatian
lebih dibandingkan dengan kapal yang lainnya. Sistem peringatan diberikan kepada kapal
yang melanggar aturan sampai dengan pencekalan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya tergolong pelabuhan kelas satu
di Indonesia. Dimana lalu lintas kapal
yang keluar dan masuk pelabuhan
sangat tinggi sehingga berdapak tingkat
kecelakaan yang tinggi dan juga sangat
rawan aksi kejahatan atau terrorisme.
Dengan mengacu aturan yang telah
ditetapkan dan untuk mengurangi angka
terjadinya kecelakaan dan aksi teroris
yang terjadi di kapal dan pelabuhan,
maka diperlukan suatu hal yang baru
untuk mensimulasikan letak atau posisi
kapal yang sedang lego jangkar dan
berlabuh, kecepatan saat kapal melewati
pelabuhan, aktivitas yang dilakukan baik
itu diatas kapal atau di pelabuhan, serta
memberikan dan membuat
keputusan-keputusan penting dalam rangka
meningkatkan keamanan kapal maupun
pelabuhan dan fasilitas-fasilitas penting
lainnya.
Pada saat ini, keamanan
pelabuhan sangat diperlukan untuk
mendukung kenyamanan dan keamanan
kapal yang melewati area pelabuhan
Tanjung Perak Surabaya. Banyak
keuntungan yang diperoleh dengan
menggunakan sistem komputerisasi ini.
Selain untuk menghemat tenaga,
pekerja, serta pekerjaan yang dilakukan
semakin cepat dan efektif. Begitu juga
dengan sistem monitoring yang
digunakan untuk menghubungkan antara
satu kapal dengan kapal lainnya atau
kapal dengan pelabuhan. Sistem
monitoring ini memiliki beberapa bagian
penting antara lain adalah untuk
mengetahui kapal yang melewati
pelabuhan berbahaya atau tidak dan
memberikan keputusan-keputusan
penting dalam rangka meningkatkan
keamanan kapal dan fasilitas penting
pelabuhan.
Perancangan monitoring ini
bertujuan untuk memonitoring seluruh
kapal dan pelabuhan dengan
mempergunakan aturan yang berlaku di
ISPS code serta untuk mengetahui hal –
hal apa saja dan keputusan-keputusan
yang harus dilakukan dan diambil dalam
memonitoring kapal dan pelabuhan
sehingga sesuai dengan peraturan yang
diberlakukan di ISPS code dan
meningkatkan keamanan kapal dan
fasiitas pelabuhan lainnya. Tetapi sering
kali dari pihak pelabuhan kurang
memenuhi standart yang diberlakukan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan
hal tersebut di atas yaitu letak/posisi
serta kecepatan, posisi, dan heading
kapal yang selalu berubah-ubah. Untuk
itu perlu dirancang sebuah monitoring
yang bertujuan agar diperoleh
letak/posisi, kecepatan, dan heading
kapal yang melewati area pelabuhan,
sehigga dapat tercapai dengan maksimal
dan tanpa mengurangi fungsi dari kapal
dan pelabuhan itu sendiri.
Pada tugas akhir ini,akan
dirancang sebuah monitoring berbasis
knowledge base yang berfungsi untuk
mengontrol arah gerak dan kecepatan
kapal sehingga dengan mudah
mendeteksi kapal – kapal yang melewati
area pelabuhan. Sehingga monitoring
yang diperoleh dapat tercapai dengan
maksimal.Sistem kontrol berbasis
knowledge base ini kemudian akan
diaplikasikan ke sebuah program
komputer bertujuan untuk
mempermudah dalam
pengoperasiannya.
1.2. Rumusan Permasalahan
Dalam tugas akhir ini,
permasalahan yang akan dibahas adalah:
1.Bagaimana mengidentifikasi
kecepatan dan letak/posisi kapal saat
melewati pelabuhan berdasarkan ISPS
code.
2.Bagaimana mengidentifikasi
pelabuhan berdasarkan aturan ISPS
code.
3. Bagaimana memberikan
keputusan-keputusan penting untuk keselamatan
kapal, fasilitas pelabuhan dan pelabuhan
itu sendiri.
1.3. Batasan masalah
Dalam tugas akhir ini, batasan
masalahnya adalah:
1. Analisa dilakukan pada daerah
Tanjung Perak Surabaya.
2. Analisa dari monitoring ini dengan
menggunakan knowledge base.
3. Tidak membahas pengaruh
gelombang maupun arus.
1.4. Tujuan
Tujuan penulisan tugas akhir ini
adalah:
1. Menentukan / mencari aturan-aturan
pelayaran di pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya berdasarkan posisi, kecepatan,
dan heading kapal.
2. Membuat electronic mapping, rute
pelayaran maupun daerah berlabuh di
pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
3. Membuat DSS ( Decission Support
System ) untuk otoritas pelabuhan.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Definisi Pelabuhan
Dalam perkembangannya,
transportasi semakin maju seiring
dengan perkembangan teknologi, tidak
terkecuali untuk transportasi laut.
Dimana pelabuhan sebagai tempat
penghubung antara daratan dengan
lautan.
Definisi dari pelabuhan itu
sendiri adalah tempat yang terdiri dari
daratan dan perairan di sekitarnya
dengan batas-batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan ekonomi yang dipergunakan
sebagai tempat kapal bersandar,
berlabuh, naik turun penumpang
dan/atau bongkar muat barang yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
pe
layaran dan kegiatan penunjang
pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antar modal
transportasi (Soedjono, 2002).
Tanjung Perak merupakan salah
satu pelabuhan pintu gerbang di
Indonesia. Sebagai pelabuhan pintu
gerbang, maka Tanjung Perak telah
menjadi pusat kolektor dan distributor
barang ke Kawasan Timur Indonesia,
khususnya untuk Propinsi Jawa Timur.
Dalam masa pembangunan ini,
usaha-usaha pengembangan terus
dilakukan oleh pelabuhan Tanjung Perak
yang diarahkan pada perluasan dermaga,
khususnya dermaga kontainer, perluasan
dan penyempurnaan berbagai fasilitas
yang ada, pengembangan daerah industri
dikawasan pelabuhan. pembangunan
terminal penumpang dan fasililas-
fasilitas lainnya yang berkaitan dengan
perkembangan pelabuhan-pelabuhan
modern.
2.1.1 Lokasi
Pelabuhan
Tanjung
Perak
adalah Pelabuhan Surabaya yang
terletak pada posisi 112o43'22" garis
Bujur Timur dan 07o11'54" Lintang
Selatan. Tepatnya di Selat Madura
sebelah Utara kota Surabaya yang
meliputi daerah perairan seluas 1.574,3
ha dan daerah daratan seluas 574,7 ha.
2.1.2 Fasilitas - Fasilitas Penting di
Pelabuhan Tanjung Perak
Di area pelabuhan, terdapat
fasilitas – fasilitas penting yang
berhubungan langsung dan menunjang
adanya pelabuhan tersebut :
1. Jembatan Suramadu
Jembatan Nasional Suramadu
adalah jembatan yang melintasi Selat
Madura, menghubungkan Pulau Jawa
(di Surabaya) dan Pulau Madura (di
Bangkalan, tepatnya timur Kamal),
Indonesia. Dengan panjang 5.438 m,
jembatan ini merupakan jembatan
terpanjang di Indonesia saat ini.
Jembatan Suramadu terdiri dari tiga
bagian yaitu jalan layang (causeway),
jembatan penghubung (approach
bridge), dan jembatan utama (main
bridge). Jalan layang atau Causeway
dibangun untuk menghubungkan
konstruksi jembatan dengan jalan darat
melalui perairan dangkal di kedua sisi.
Jalan layang ini terdiri dari 36 bentang
sepanjang 1.458 meter pada sisi
Surabaya dan 45 bentang sepanjang
1.818 meter pada sisi Madura. Jalan
layang ini menggunakan konstruksi
penyangga PCI dengan panjang 40
meter tiap bentang yang disangga
pondasi pipa baja berdiameter 60 cm.
2. Terminal Peti Kemas
Terminal petikemas di Surabaya
dibangun pada tahun 1992 yang ditandai
dengan pemasangan Container Gantry
Crane yang pertama pada dermaga
petikemas sepanjang 500 meter. Sejak
saat itu terminal telah menetapkan
reputasi yang dapat
dipertanggungjawabkan sebagai
terminal dengan biaya efektif dan
mampu memenuhi kebutuhan para
importer maupun eksporter di Jawa
Timur dan Indonesia Kawasan Timur.
Saat ini, TPS memiliki dua dermaga,
yaitu jalur dermaga sepanjang 1000
meter dengan kedalaman di kedua
sisinya 10,5 meter dan jalur dermaga
sepanjang 450 meter dengan kedalaman
kedua sisinya 7 meter.
Dermaga-dermaga tersebut dilengkapi dengan 7
Quay Crane dan 17 RTG serta
bermacam-macam forklift yang
diperlukan untuk penanganan petikemas.
3. Area Labuh Jangkar
Bagi kapal-kapal yang akan
berlabuh jangkar di dalam daerah
Pelabuhan Tanjung Perak, telah
ditentukan dengan posisi koordinat
sebagai berikut :
No. Keterangan Peruntukan
1. Zone A
Panjang Kapal < 100 M
2. Zone
B
100
M
3. Zone C
Panjang Kapal > 151 M
4. Zone
D Kapal
Tongkang
5. Zone
E
Kapal
Tongkang
Gambar Mappping Area Labuh Jangkar
4. Bunker
Pelayanan bunker dilakukan oleh
Pertamina melalui pipa dermaga yang
terdiri dari :
- Jamrud Utara : 6 tempat ( khusus
MDF)
- Jamrud Selatan
: 5 tempat
- Berlian Timur : 3 tempat
- Berlian Barat : 4 tempat
Pelayanan bunker lainnya dilakukan
oleh swasta melalui tongkang dan mobil
tangki.
2.1.3 Alur Pelayaran
Alur pelayaran barat merupakan
alur utama untuk memasuki pelabuhan
Tanjung Perak yang panjangnya 25 mil
laut, lebar 100 meter dengan kedalaman
bervariasi antara 9,7 sampai 12 meter
A.R.P dilengkapi dengan 24 buoy dan
Stasiun Pandu di Karang Jamuang yang
siap melayani 24 jam. Alur lainnya yaitu
alur pelayaran timur.
Yang penjangnya 22,5 mil laut, lebar
100 meter dengan kedalaman antara 2,5
sampai 5 meter A.R.P dilengkapi
dengan 8 buoy.
2.1.4 Pemanduan
Pelabuhan Tanjung Perak
merupakan pelabuhan wajib Pandu.
Untuk itu tersedia 39 orang pandu yang
terdiri dari 28 pandu laut dan 11 pandu
bandar. Pandu Laut bertugas memandu
kapal selama berlayar di alur dan Pandu
Bandar memandu kapal untuk olah
gerak dalam pelabuhan. Untuk tugas
pemanduan ini, para pandu stand by di
Stasiun Karang Jamuang selama 24 jam,
yang dapat dihubungi melalui radio
IJHV pada cannel 6- 8 - 12 - 14 dan 16.
Untuk keamanan dan kelancaran olah
gerak kapal di bandar, tersedia 8 kapal
tunda berkekuatan 800- 2400 HP, 5 5
kapal pandu berkekuatan 350 - 960 EB'
dan 6 kapal kepil berkekuatan 125 - 250
MK.
2.1.5 Institusi terkait
Di area pelabuhan juga banyak
beroperasi lembaga-lembaga terkait,
diantaranya adalah : Sahbandar,
Imigrasi, Bea dan Cukai, Karantina,
KPLP, Bank Mitra dan lain-lain.
2.1.6 Kesatuan Pelaksana Pengamanan
Pelabuhan (KP3) Tanjung Perak
Kesatuan Pelaksana
Pengamanan Pelabuhan (KP3) adalah
Kesatuan dari unsur Kepolisian RI yang
mempunyai tugas pokok membantu
Administrator Pelabuhan dalam
menyelenggarakan keamanan di dalam
daerah Pelabuhan sepanjang mengenai
tata-tertib umum dalam rangka
pendayagunaan dan pengusahaan
pelabuhan. Kedudukan KP3 secara
taktis operasional berada di bawah
Administrator Pelabuhan dan secara
hirarkhis fungsional serta teknis
Polisional tetap berada di bawah
kesatuan induknya.
2.1.7 KPLP (Kesatuan Penjagaan Laut
dan Pantai Klas I Surabaya)
Kesatuan Penjagaan Laut dan
Pantai (KPLP) adalah unit pelaksana
teknis dibidang keamanan Pelabuhan,
Bandar, Perairan Laut, Pantai dan
Bantuan SAR dalam lingkungan
Departernen Perhubungan. KPLP dalam
tugasnya mempunyai fungsi
menegakkan peraturan/ketentuan bidang
Perhubungan Laut di daerah pelabuhan
dan perairan bandar, melaksanakan
patroli perairan dan bantuan SAR.
Kesatuan KPLP ini, memiliki 3 (tiga)
kapal patroli pendukung untuk
menyelesaikan sistem monitoring ini.
2.2. Aturan tentang keamanan
pelabuhan dengan acuan ISPS code.
Pada saat ini, keamanan
pelabuhan sangat diperlukan untuk
mendukung kenyamanan dan keamanan
kapal yang melewati area pelabuhan
tanjung perak surabaya. Banyak
keuntungan yang diperoleh dengan
menggunakan sistem komputerisasi ini.
Selain untuk menghemat tenaga,
pekerja, serta pekerjaan yang dilakukan
semakin cepat dan efektif. Begitu juga
dengan sistem monitoring yang
digunakan untuk menghubungkan antara
satu kapal dengan kapal lainnya atau
kapal dengan pelabuhan. Sistem
monitoring ini memiliki beberapa bagian
penting salah satu di antaranya adalah
untuk mengetahui kapal yang melewati
pelabuhan berbahaya atau tidak.
Dengan
diberlakukannya
aturan
keamanan kapal dan pelabuhan perlu
ditingkatkan dimana banyaknya tingkat
kejahatan dan terorrisme, dengan
peraturan baru yang diterima dan
disahkan forum IMO – conference pada
tanggal – 12 – Desember – 2002 dan dan
menjadi BAB XI – 2 dari solas – 1974,
peraturan ini kemudian menjadi koda
internasional tentang keamanan kapal
dan fasilitas pelabuhan (ISPS Code).
Pemberlakuan penerapan ISPS code
diwilayah Indonesia ditetapkan oleh
Keputusan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia dalam KM NO.33
Tahun 2003. Pemberlakuan ISPS code
ini sangat mendukung untuk keamanan
kapal dan pelabuhan, dimana pendukung
dalam keamanan kapal dan pelabuhan.
2.3 Penerapan ISPS code pada kapal
dan pelabuhan.
Penerapan ketentuan ISPS code pada
kapal dan pelabuhan di Indonesia telah
dilaksanakan sejak tanggal 1 – juli –
2004. Dengan demikian banyak hal yang
telah dipersiapkan oleh pihak pemilik
kapal ( Perusahaan Pelayaran ) dan
pelabuhan berkaitan dengan isi dari
ISPS code yang melibatkan beberapa
pihak dalam rangka pemenuhan standart
keamanan untuk kapal dan pelabuhan
2.4 Penerapan ISPS code
2.4.1 Umum
-
ISPS code terdiri dari Bagian A
yang berisi ketentuan mandatory
untuk implementasi SOLAS
Bab XI – 2 dan Bagian B
merupakan petunjuk lebih jauh
pada tanggung jawab Negara
Anggota, Dokumentasi,
Perencanaan, dan Penilaian
kapal dan Fasilitas Pelabuhan,
serta tindakan tambahan yang
dilakukan tingkat keamanan dan
tugas – tugas penanggung jawab
keamanan.
-
Terdiri dari 19 bagian
-
ISPS code berkaitan dengan
dasar – dasar persyaratan dari
konversi untuk mendeteksi dan
menetapkan kegiatan yang
membahayakan kapal,
pelabuhan, dan perdagangan
maritime
2.4.2
Definisi
Yang berkaitan dengan definisi
adalah :
2.4.2.1 Rencana keamanan kapal – Ship
Security Plan (SSP) berarti suatu
rencana yang dikembangkan
untuk
meyakinkan bahwa tindakan diataskapal
yang dirancang untuk melindungi orang,
barang, unit transportasi barang, kapal
dan muatannya dari segala resiko
terhadap kecelakaan keamanan.
2.4.2.2 Rencana keamanan fasilitas
pelabuhan – Port Facility Securoty Plan
(PFSP) berarti suatu
rencana
yang
dikembangkan untuk meyakinkan
bahwa aplikasi tindakan – tindakan yang
dirancang untuk melindungi fasilitas
pelabuhan dan kapal, orang, barang, unit
transportasi
barang, kapal dan
muatannya yang mana fasilitas
pelabuhan beresiko terhadap kecelakaan
maritime.
2.4.2.3 Petugas keamanan kapal – Ship
Security Officer (SSO), berarti
seseorang di atas kapal, yang
diperhitungkan oleh nahkoda dan
ditunjuk perusahaan sebagai
penanggung jawab keamanan kapal,
termasuk pelaksanaan dan perawatan
rencana keamanan kapal dan sebagai
penghubung
antara
petugas
keamanan perusahaan dan petugas
keamanan fasilitas pelabuhan.
2.4.2.4 Petugas keamanan perusahaan –
Company Security Officer (CSO) berarti
seseorang yang ditunjuk
oleh
perusahaan untuk meyakinkan bahwa :
- Penilaian keamanan kapal telah
dilaksanakan
- Rencana keamanan kapal yang
dikembangkan, telah dimasukkan
dan disetujui.
- Penghubung antara petugas keamanan
fasilitas pelabuhan dan petugas
keamanan kapal.
2.4.2.5 Petugas keamanan fasilitas
pelabuhan – Port Facility Security
Officer (PFSO) berarti seseorang yang
ditunjuk bertanggung jawab untuk
pengembangan, pelaksanaan, revisi dan
perbaikan rencana keamanan fasilitas
pelabuhan dan untuk penghubung antara
petugas keamanan
kapal
dan
petugas keamanan perusahaan.
2.4.2.6 Tingkat keamanan
- Siaga 1 : Tingkatan minimum yang
diberlakukan untuk menjaga
keamanan yang harus dilaksanakan
secara terus menerus.
- Siaga 2 : Tingkatan menengah sebagai
tambahan siaga 1 yang harus
dilaksanakan dalam kurun waktu
tertentu, yang diterapkan sepanjang
ada suatu resiko lebih tinggi atas
kemungkinan insiden keamanan.
- Siaga 3 : Tingkatan lebih tinggi,
tingkat berkondisi yang diterapkan
pada periode waktu ketika
probabilitas resiko atau resiko
segera terjadinya insiden keamanan
sudah tampak.
2.5. Aplikasi
Koda ini berlaku bagi :
2.5.1
Jenis – jenis kapal yang
dijalankan pada pelayaran
internasional sebagai
berikut :
-
Kapal penumpang, termasuk
kapal penumpang kecepatan
tinggi.
-
Kapal barang, termasuk
kapal kecepatan tinggi,
ukuran 500 GT dan atau
lebih.
-
Unit pengeboran lepas
pantai berpindah.
2.5.2
Fasilitas pelabuhan yang
melayani kapal – kapal yang
melakukan pelayaran
internasional.
Negara peserta harus memutuskan
tambahan aplikasi dari bagian ini
terhadap fasilitas – fasilitas pelabuhan,
meskipun fasilitas tersebut tidak
dimaksudkan untuk melayani kapal –
kapal yang berlayar secara internasional,
kadang –kadang perlu memperhatikan
untuk melayani kapal –kapal yang
berlayar secara internasional juga.
Setiap keputusan yang dibuat oleh
Negara peserta, tidak boleh
berkompromi dengan tingkatan
keamanan sebagaimana tercantum
dalam Bab XI-2 atau bagian dari ISPS
code.
2.6. Keamanan Kapal
2.6.1 Suatu kapal dapat bertindak
sesuai dengan tingkatan keamanan yang
ditentukan oleh negara-negara peserta
sebagaiman ditentukan dibawah ini.
2.6.2 Pada keamanan tingkat siaga
1, Aktivitas yang berikut harus
dilaksanakan, melalui cara-cara yang
tepat, pada semuakapal, dalam rangka
mengidentifikasi dan mengambil
tindakan pencegahan terhadap insiden
keamanan :
a. Memastikan
pelaksanaan semua
tugas-tugas keamanan
kapal.
b. Mengawasi akses ke
kapal.
c. Mengawasi
keberangkatan
orang-orang dan bawaannya.
d. Monitoring area terbatas
untuk memastikan
bahwa hanya
orang-orang yang diberihak
yang mempunyai akses.
e. Monitoring area diatas
dan area sekeliling.
f. Mengawasi penanganan
muatan dan gudang
kapal.
g. Memastikan bahwa
komunikasi keamanan
siap tersedia.
2.6.3 Pada tingkat siaga 2, tindakan
pencegahan tambahan, yang ditetapkan
dalam rancangan keamanan kapal, harus
diterapkan untuk masing-masing
aktivitas yang terperinci butir 4.2.
2.6.4 Pada tingkatan siaga 3, tindakan
pencegahan khusus lebih lanjut, yang
ditetapkan dalam rancangan keamanan
kapal, harus diterapkan untuk
masing-masing aktivitas yang terperinci dalam
butir 4.2.
2.6.5 Pada tingkatan siaga 2 atau 3
ditetapkan oleh administrasi, kapal harus
mengikuti intruksi perubahan tingkatan
keamanan.
2.6.6 Sebelum memasuki suatu
pelabuhan atau sedang berada dalam
suatu pelabuahan didalam wilayah suatu
Negara peserta yang telah menetapkan
tingkatan siaga 2 atau 3, kapal harus
mengikuti intruksi ini dan harus
mengkonfirmasikan kepada petugas
keamanan fasilitas pelabuhan tentang
implementasi awal tindakan dan
prosedur yang sesuai dengan yang
terperinci dalam rancangan keamanan
kapal, dan dalam kasus tingkat siaga 3,
didalam intruksi yang dikeluarkan oleh
Negara –negara peserta yang telah
menetapkan tingkat siaga 3. kapal harus
melaporkan berbagai kesulitan didalam
implementasi. Dalam situasi demikian,
petugas keamanan pelabuhan dan
petugas keamanan kapal dianjurkan
berhubungan dan berkoordinasi tentang
tindakan yang perlu diambil.
2.6.7 Jika suatu kapal diwajibkan oleh
administrasi untuk menetapkan, atau
telah berada pada, suatu tingkatan
keamanan yang lebih tinggi disbanding
dengan yang ditetapkan untuk pelabuhan
tempat. Kapal harus masuk atau dimana
kapal telah berada, maka kapal harus
segera memberitahupejabat berwenag
Negara –negara peserta didalam wilayah
lokasi fasilitas pelabuhan tentang situasi
ini. Dalam situasi demikian maka
petugas keamanan kapal bertindak
sebagai penghubung dengan petugas
keamanan fasilitas pelabuhan dan
mengkoordinasikan tindakan yang
sesuai, jika perlu.
2.6.8 Suatu administrasi yang
mewajibkan kapal yang berhak
mengibarkan benderanya untuk
menetapkan tingkatan siaga 2 atau 3
didalam suatu pelabuhan Negara peserta
yang lain harus menginformasikan
kepada Negara peserta tersebut dengan
segera.
2.6.9 Ketika Negara – negara peserta
menetapkan tingkatan keamanan dan
memastikan informasi tingkatan
keadaan siaga ke kapal yang beroprasi
dalam laut territorial mereka, atau telah
dikomunikasikan suatu niat untuk masuk
kelaut territorial mereka, kapal itu
diberitahu untukl memelihara
kewaspadaan dan melaporkan dengan
seketika kepada administrasi mereka dan
Negara pantai manapun terdekat tentang
informasi yang menarik perhatian
mereka yang mungkin mempengaruhi
keamanan maritime diwilayah tersebut.
2.7. Ketika Memberitahukan Ke
Kapal Tentang Tingkatan Keamanan
Yang Bisa Diterapkan, Negara –
Negara Peserta Harus Memberitahu
Kapal Itu Tentang Segala Tindakan
Keamanan Yang Harus Mereka
Ambil Dan, Jika Diperlukan, Tentang
Tindakan, Yang Telah Diambil Oleh
Negara – Negara Peserta Untuk
Memberikan Perlindungan Terhadap
Ancaman Ini.
2.8. Penilaian keamanan kapal –
Ship Security Assessment (SSA)
2.8.1 Penilaian keamanan kapal adalah
bagian yang penting dan integral dari
bagian proses pengembangan dan
pembaharuan rancangan keamanan
kapal.
2.8.2 Petugas keamanan perusahaan
harus memastikan bahwa penilaian
keamanan kapal ini dilaksanakan oleh
orang-orang dengan keterampilan cukup
untuk mengevaluasi keamanan suatu
kapal, sesuai dengan ketentuan Bagian
A.
2.8.3 Menunjuk kepada ketentuan butir
4.2.1, suatu organisasi keamanan yang
telah diakui boleh melaksanakan
penilaian keamanan kapal dari suatu
kapal tertentu.
2.9. Keamanan Fasilitas Pelabuhan
Fasilitas pelabuhan diwajibkan
untuk bertindak sesuai dengan tingkatan
keamanan yang telah ditetapkan oleh
Negara –negara peserta di dalam
wilayah pelabuhan tersebut berada.
Tindakan dan prosedur keamanan harus
diterapkan di dalam fasilitas pelabuhan
sedemikian rupa agar meminimalkan
gangguan terhadap, atau penundaan
bagi, para penumpang,
kapal,pengunjung dan personil kapal,
barang – barang dan jasa.
3. Penilaian keamanan fasilitas
pelabuhan – Port Facility Security
Assessment (PFSA)
3.1 Penilaian keamanan fasilitas
pelabuhan adadlah suatu bagian yang
penting dan integral dari proses
pengembangan dan pembaharuan
rancangan keamanan fasilitas pelabuhan.
3.2 Penilaian keamanan fasilitas
pelabuhan harus dilaksanakan oleh
Negara peserta di dalam wilayah
fasilitas pelabuhan tesebut berada.
Negara peserta boleh mendelegasikan
kewenangannya kepada suatu organisasi
keamanan yang telah ditunjuk untuk
menyelesaikan penilaian keamanan
fasilitas pelabuhan tertentu yang terletak
didalam wilayahnya.
3.2.1
Ketika
penilaian
keamanan fasilitas pelabuhan
telah dilaksanakan oleh suatu
organisasi keamanan yang telah
diakui, penilaian keamanan
harus ditinjau dan disetujui
untuk pemenuhan dengan
Bagian A ini oleh Negara
peserta di dalam wilayah
fasilitas pelabuhan tersebut
berada.
3.3 Orang – orang yang melaksanakan
penilaian harus mempunyai
keterampilan yang sesuai untuk
mengevaluasi keamanan fasilitas
pelabuhan sesuai bagian A ini.
3.4 Penilaian keamanan fasilitas
pelabuhan harus ditinjau dan
diperbaharui secara periodik, mengikuti
perubahan ancaman dan/atau perubahan
kecil di dalam fasilitas pelabuhan dan
harus selalu ditinjau dan diperbaharui
ketika terjadi perubahan besar terhadap
fasilitas pelabuhan.
4. Rancangan keamanan fasilitas
pelabuhan – Port Facility Security
Plan (PFSP)
4.1 Suatu dokumen PFSP harus
dikembangkan dan dipelihara, atas dasar
suatu penilaian yang cukup terhadap
keamanan fasilitas pelabuhan, untuk
masing – masing fasilitas pelabuhan,
untuk tempat titik temu kapal dan
pelabuhan. Rancangan keamanan
fasilitas pelabuhan harus memuat
ketentuan –ketentuan untuk ketiga
tingkatan keamanan, seperti
didefenisikan pada Bagian A koda ini.
4.1.1 Menunjuk kepada
ketentuan butir 8.2, suatu
organisasi keamanan yang telah
diakui boleh menyiapkan
rancangan keamanan fasilitas
pelabuhan dari suatu fasilitas
pelabuhan tertentu.
4.2 Rancangan keamanan fasilitas
pelabuhan harus disetuui oleh Negara
peserta di dalam wilayah fasilitas
pelabuhan tesebut berada.
4.3 Rancangan keamanan fasilitas
pelabuhan dapat dikombinasikan
dengan, atau menjadi bagian dari,
rancangan keamanan pelabuhan atau
rancangan keadaan darurat pelabuhan
atau rancangan lainnya.
4.4 Negara peserta yang didalam
wilayahnya terdapat fasilitas pelabuhana
harus menentukan perubahan perubahan
manna dari dari rancangan keamanan
fasilitas pelabuhan yang tidak dapat
dilaksanakan kecuali perubahan –
perubahan yang relevan terhadap
rancangan tersebut telah disetujuinya.
4.5 Rancangan keamanan fasilitas
pelabuhan dapat disimpan dalam suatu
format elektronik. Dalam suatu kasus
yang demikian, format tersebut harus
dilindungi oleh prosedur yang
ditunjukkan untuk mencegah
penghapusan, pengrusakan atau
perubahan oleh yang tidak
berkepentingan.
4.6 Rancangan harus dilindungi dari
pengungkapan atau akses yang tidak
berkepentingan.
4.7 Negara – negara peserta boleh
mengijinkan suatu rancangan keamanan
fasilitas pelabuhan yang mencakup lebih
dari satu fasilitas pelabuhan jika
operator, lokasi, opoerasi, peralatan, dan
perancangan fasilitas pelabuhan ini
adalah serupa. Setiap Negara peserta,
yang mengijinkan pengaturan alternatif
seperti itu, harus mengkomunikasikan
kepada organisasi mengenai kekhususan
tersebut.
5. Petugas keamanan fasilitas
pelabuhan – Port Facility Security
Officer (PFSO)
5.1 petugas keamanan fasilitas
pelabuhan harus ditunjuk untuk masing
– masing fasilitas pelabuhan. Seseorang
juga dapat ditunjuk sebagai petugas
keamanan fasilitas pelabuhan untuk satu
atau lebih fasilitas pelabuhan.
5.2 Petugas keamanan fasilitas
pelabuhan harus diberi dukungan yang
memadai dalam memenuhi tanggung
jawab dan tugas – tugasnya.
6. Pelatihan, gladi, dan latihan
mengenai keamanan fasilitas
pelabuhan
6.1 Petugas keamanan fasilitas
pelabuhan dan personil keamanan
fasilitas pelabuhan yang sesuai harus
memiliki pengetahuan dan sudah
menerima pelatihan.
6.2 Personil fasilitas pelabuhan yang
mempunyai tugas – tugas keamanan
tertentu harus memahami tanggung
jawab dan tugas mereka untuk
keamanan fasilitas pelabuhan dan harus
mempunyai kemampuan dan
pengetahuaan yang cukup untuk
melaksanakan tugas yang dibebankan
pada mereka.
6.3 Untuk memastikan implementasi
rancangan keamanan fasilitas pelabuhan
yang efektif, latihan harus dilaksanakan
pada tingkat interval yang sesuai,
mengikuti jenis pengoprasian fasilitas
pelabuhan, pergantian personil fasilitas
pelabuhan dan keadaan lain yang terkait.
6.4 petugas keamanan fasilitas
pelabuhan harus memastikan adannya
koordinasi dan implementasi yang
efektif mengenai rancangan keamanan
fasilitas pelabuhan denagn ikut serta
dalam latihan – latihan pada interval
yang cocok.
8. Sistem Pakar
Definisi Sistem Pakar
Sistem pakar adalah suatu program
komputer yang dirancang untuk
memodelkan kemampuan penyelesaian
masalah dari seorang pakar. Sistem
pakar dirancang agar dapat
menyelesaikan suatu permasalahan
tertentu dengan meniru kerja dari para
ahli, sehingga hasil dari implementasi
dapat digunakan orang banyak. Sistem
pakar bekerja dengan pengetahuan
(knowledge) yang diadopsi dari seorang
pakar yang sesuai dengan bidang
keahliannya. Pengetahuan-pengetahuan
tersebut disimpan dalam domain
pengetahuan yang selanjutnya
digunakan untuk menyelesaikan suatu
masalah (Durkin, 1994).
Sistem pakar telah banyak
diaplikasikan dalam berbagai bidang,
misalnya bidang kedokteran, ilmu
komputer, hukum, teknik, bisnis, dan
hukum. Tipe-tipe permasalahan yang
diselesaikan mencakup kontrol,
diagnosis, prediksi, analisis, dan
perencanaan
8.1 Struktur Knowledge Base System
Proses penyelesaian masalah pada
sistem pakar hampir sama dengan proses
yang dilakukan oleh seorang pakar.
Seorang
pakar
menyimpan
domain
pengetahuannya di dalam long term
memori-nya (LTM). Ketika memberikan
konsultasi pada orang lain, seorang
pakar akan mengumpulkan fakta-fakta
yang terkait tentang permasalahan yang
dikonsultasikan dan menyimpannya
pada short term memory (STM).
Kemudian fakta-fakta tersebut
dikombinasikan dengan domain
pengetahuan, selama konsultasi
berlangsung seorang pakar akan
mendapatkan informasi-informasi baru
tentang permasalahan yang pada
akhirnya didapatkan suatu kesimpulan
(Durkin, 1994).
Komponen Knowledge Base System
terbagi menjadi empat bagian yaitu :
1. Basis pengetahuan (knowledge base)
Basis pengetahuan merupakan
bagian dari sistem pakar yang berisi
domain pengetahuan. Basis pengetahuan
tersebut diperoleh dari akumulasi semua
pengetahuan di bidang tertentu, terdiri
dari dua komponen yaitu fakta dan
aturan. Fakta merupakan informasi
tentang obyek dalam area permasalahan
tertentu, sedangkan aturan merupakan
informasi tentang cara bagaimana
memperoleh fakta baru dari fakta yang
telah diketahui. Salah satu bentuk
representasi pengetahuan dalam sistem
pakar adalah dengan menggunakan
himpunan aturan (rules).
2. Working memory (basis data atau
memori kerja)
Working memory adalah bagian
dari sistem pakar yang berisi fakta-fakta
tentang permasalahan yang diperoleh
selama konsultasi berlangsung. Selama
konsultasi berlangsung, pemakai
memasukkan informasi yang terkait
dengan permasalahan. Sistem akan
mencocokkan informasi tersebut dengan
pengetahuan yang tersimpan dalam basis
pengetahuan untuk mendapatkan fakta
baru dan memasukkannya ke dalam
working memory. Proses pencocokan
dilanjutkan sampai mendapat
kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh
juga disimpan dalam working memory.
3. Mesin inferesi (Inference engine)
Mesin inferensi merupakan suatu
prosesor dari sistem pakar yang
berfungsi menyocokkan fakta-fakta
yang terdapat dalam working memory
dengan domain pengetahuan yang
tersimpan dalam basis pengetahuan
untuk menghasilkan kesimpulan atas
permasalahan yang ada. Mesin inferensi
merupakan model dari penalaran
seorang pakar. Mesin inferensi bekerja
dengan menggunakan fakta yang ada
pada working memory dan domain
pengetahuan yang ada pada basis
pengetahuan untuk menghasilkan
informasi baru. Mesin Inferensi akan
mencari himpunan rule yang premisnya
sesuai dengan informasi yang ada pada
working memory. Apabila telah
ditemukan, mesin inferensi akan
memasukkan konklusi dari rule tersebut
kedalam working memory, dan terus
melanjutkan pencarian lagi sampai
himpunan rule lainnya yang sesuai
ditemukan. Hal ini dikerjakan dengan
suatu program yang menggunakan
teknik pelacakan. Pembahasan tentang
teknik pelacakan akan dibahas pada
subbab tersendiri.
4. User Interface (Antar muka
pemakai)
Antarmuka pemakai bagian
penghubung antara program knowledge
base system dengan pemakai. Pada
bagian ini memungkinkan pengguna
memonitoring kapal dan menyampaikan
informasi kepada kapal.
Dua teknik inference, yaitu:
a. Forward chaining (pelacakan
kedepan)
Forward chaining adalah suatu
teknik pelacakan yang dimulai dari
suatu set fakta, menurunkan fakta baru
dengan menggunakan rule dimana
bagian premisnya sesuai dengan fakta
yang diketahui. Proses ini berlangsung
secara kontinu sampai tujuan akhir
tercapai atau sampai tidak ada rule
dimana premisnya cocok dengan
fakta-fakta yang telah diturunkan.
b. Backward chaining (pelacakan
kebelakang)
Backward chaining merupakan salah
satu teknik referensi dengan mencoba
membuktikan suatu hipotesa dengan
jalan mencari informasi yang
mendukung hipotesa tersebut.
8.1.1 Sistem Berbasis Aturan
Sistem berbasis aturan adalah suatu
program komputer yang memproses
informasi yang terdapat di dalam
working memory dengan sekumpulan
aturan yang terdapat di dalam basis
pengetahuan menggunakan mesin
inferensi untuk menghasilkan informasi
baru.
8.1.2 Arsitektur sistem berbasis
aturan
Gambar 2.2 Arsitektur sistem berbasis aturan
Sistem berbasis aturan terdiri dari
tiga modul utama yaitu basis
pengetahuan, mesin inferensi, dan
working memory. Tiga komponen
tersebut merupakan inti dari sistem,
tetapi terdapat modul tambahan yaitu:
• User interface (antarmuka
pengguna)
User interface merupakan
sarana bagi pengguna untuk
berinteraksi dengan sistem.
• Developer interface (antarmuka
pengembang)
Developer interface merupakan
sarana bagi knowledge engineer
untuk membangun sistem.
• Fasilitas penjelas
Fasilitas penjelas merupakan
subsistem yang bertanggung
jawab menyediakan penjelasan
atas penalaran yang dilakukan
oleh sistem.
• External program
Program-program seperti
database, algoritma dan lainnya
yang mendukung sistem.
8.1.3 Rule (Aturan)
Rule merupakan salah satu bentuk
dari teknik representasi pengetahuan.
Rule adalah struktur pengetahuan yang
menghubungkan antara informasi yang
satu dengan informasi yang lain
sehingga dimungkinkan tercapainya
suatu kesimpulan.
Secara umum, rule menghubungkan
satu atau lebih premis yang terdapat
Working Memory PengetahuanBasis
Program Eksternal
User Interface Developer Interface
Pemakai Knowledge
Engineering Fasilitas Penjelas
pada bagian IF dengan satu atau lebih
konklusi yang terdapat pada bagian
THEN. Pada umumnya sebuah rule
dapat mempunyai premis lebih dari satu
yang dihubungkan dengan AND, OR
atau kombinasi dari keduanya. Rule juga
dapat memuat pernyataan ELSE, bernilai
TRUE jika salah satu atau lebih dari
premis bernilai FALSE.
Pada sistem berbasis aturan,
domain pengetahuan berbentuk
sekumpulan rule dan disimpan dalam
basis pengetahuan. Sistem akan
menggunakan rule-rule tersebut dengan
informasi yang terdapat dalam working
memory untuk memecahkan
permasalahan. Jika premis dari rule
sesuai dengan informasi yang terdapat
dalam working memory, sistem akan
mengerjakan pernyataan yang ada pada
konklusi rule tersebut dan dimasukkan
ke dalam working memory. Penambahan
pernyataan dalam working memory
dapat menyebabkan rule lain dijalankan.
Demikian seterusnya sampai didapatkan
suatu kesimpulan
9.Program Microsoft Visual Basic 6.0
Visual Basic merupakan salah
satu bahasa pemrograman yang berbaris
GUI (Graphic User
Intervace).
Didalamnya berisi perintah-perintah
atau instruksi yang dimengerti oleh
komputer untuk melakukan tugas-tugas
tertentu. Tugas-tugas tersebut dapat
dijalankan apabila ada respon dari
pemakai. Respon tersebut berupa
kejadian/ event tertentu, misainya
memilih tombol, memilih menu dan
sebagainya (Abdul, 2004).
Beberapa kemampuan dari Visual Basic
antara lain, sebagai berikut :
1. Membuat program aplikasi berbasis
Windows.
2. Membuat objek-objek pembantu
program.
3. Menguji program dan menghasilkan
program akhir berekstensi EXE yang
langsung dapat dijalankan.
Dengan
menggunakan
program
Microsoft Visual Basic 6.0 akan lebih
mudah, karena didalamnya terdapat
beberapa perintah yang bisa diambil
sesuai dengan kebutuhan.
¾ Menjalankan Program
Visual Basic merupakan salah satu
aplikasi yang berada dalam Windows,
sehingga untuk menjalankannya terlebih
dahulu harus mengaktifkan Windows.
Program visual basic dapat diaktifkan
dengan merunning program Microsoft
Visual Basic 6.0 yang ada di All
Program dan memilih Standart Exe
(Ario, 2000). Kemudian klik Open,
sehingga keluar tampilan utama program
Microsoft Visual Basic 6.0, sebagai
berikut :
¾
¾
¾ Toolbar
Toolbar merupakan cara cepat di
dalam menjalankan suatu perintah,
karena tombol-tombol yang berada
dalam toolbar tersebut mewakili suatu
perintah tertentu. Toolbar pada Visual
Basic terdiri dari Toolbar Standard,
Toolbar Debug, Toolbar Edit dan
sebagainya. Perintah yang digunakan
untuk mengaktifkan atau
menyembunyikan toolbar tersebut
adalah dengan memilih menu View
Toolbars, kemudian klik salah satu
toolbar yang diinginkan. Toolbar aktif
ditandai dengan ceklist pada toolbar
tersebut, demikian juga sebaliknya.
Toolbar Standard merupakan salah satu
toolbar yang aktif pada saat
menjalankan Visual Basic.
¾ Form Antarmuka
Form adalah jendela yang bisa
diubah-ubah untuk membuat antarmuka
program. Pada saat menjalankan
program visual basic akan muncul
form1. form ini memiliki grid yang
ukurannya bisa diubah dengan
menggunakan mouse atau diatur pada
jendela propertis untuk scale width dan
scale heigth. Form bisa mengandung
menu, tombol, kotak daftar, baris
penggulung, dan item-item yang lain.
¾ Toolbox
Toolbox merupakan tempat
penambahan kontrol atau tool pada form
antarmuka yang digunakan. Toolbox
biasanya terletak sebelah kiri layar dan
mengandung kontrol-kontrol yang bisa
digunakan untuk menambahkan gambar,
label, tombol, kotak daftar, baris
pengulung, menu, serta bentuk geometri
pada form antarmuka. Setiap kontrol
yang ditambahkan ke dalam form akan
menjadi obyek. Obyek adalah elemen
antarmuka yang bisa diprogram.
¾ Project Explorer
Project Explorer merupakan salah
satu jendela pada Visual Basic yang
berisi semua file dalam aplikasi yang
dibuat. Karena aplikasi yang dibuat
merupakan suatu Project yang akan
berisi beberapa file, misalnya form,
modul, class dan sebagainya.
¾ Jendela Properties
Properties berisi semua informasi
tentang sifat dari sebuah obyek.
Properties ini sesuai kebutuhan dari
obyek. Setiap obyek dapat berbeda
sifatnya sesuai dengan kebutuhan dari
obyek tersebut. Properties tersebut
antara lain, nama obyek, warna, ukuran,
posisi dan lain sebagainya. Pemilihan
properties ini dengan dua cara, sehingga
memudahkan dalam menentukan, yaitu
dengan urutan abjad (Alphabetic) dan
berdasarkan kategori (Categorized).
¾ Form Layout
Form layout adalah jendela yang
menggambarkan posisi form dalam layar
monitor. Dengan tampilan tersebut dapat
melihat posisi aplikasi yang dibuat saat
dijalankan dalam layar monitor.
¾ Event Procedure
Event procedure adalah satu kode
program yang dieksekusi apabila ada
obyek yang dimanipulasi pada program.
Event procedure biasanya memeriksa
dan menset properti serta menggunakan
pernyataan program lain untuk
melakukan pekerjaan program. Sebagai
contoh, apabila tombol perintah pertama
diklik, event procedure Commant_1
akan dijalankan.
¾ Program Statement
Program statement adalah kata
kunci pada kode program yang
melakuikan pekerjaan program.
Pernyataan program pada Visual Basic
menciptakan ruang penyimpanan untuk
data, membuka file, melakukan
perhitungan, dan tugas penting lainnya.
¾ Variabel
Variabel adalah kontainer khusus
yang digunakan untuk menyimpan data
untuk sementara pada program.
Programmer menciptakan variabel untuk
menyimpan hasil perhitungan, membuat
nama file, memproses input, dan
seterusnya. Angka, nama, dan nilai
properti bisa disimpan pada variabel.
¾ Metode
Metode adalah pernyataan khusus
yang melakukan aksi atau pelayanan
untuk obyek tertentu pada program.
Pada kode program notasi yang
digunakan, sebagai berikut :
Object.Method = Value
Dimana, object adalah nama objek
yang ingin diubah, Method adalah
perintah yang digunakan untuk
mengubah obyek, Value adalah argumen
tambahan yang bisa digunakan oleh
metode.
¾ Modul Standar
Modul standar adalah sebuah file
khusus yang berekstensi .bas yang
mengandung variabel dan prosedur yang
bisa digunakan di seluruh bagian
program. Sama seperti form, modul
standar dilampirkan terpisah pada
jendela project, tapi modul standar tidak
mengandung obyek hanya kode-kode
yang bisa ditampilkan dan disunting
pada jendela kode (Micheal, 2000). Di
dalam modul standar bisa disimpan
variabel publik dan prosedur
general-purpose (prosedur umum). Manfaat
menggunakan prosedur general-purpose
dalam modul standar ialah :
-
Menghilangkan baris yang
berulang.
-
Membuat program lebih mudah
dibaca.
-
Menyerderhanakan
pengembangan program
-
Bisa digunakan kembali ke
program yang lain.
BAB III
METODOLOGI
Diagram Perencanaan
Secara sistematis langkah-langkah
dalam Tugas Akhir dijadikan dalam
bentuk diagram alir seperti gambar
berikut ini :
Flowchart Pengerjaan Tugas Akhir
Metode penulisan yang digunakan
terdiri dari tahapan – tahapan sebagai
berikut:
3.1 Studi Literatur
Studi literatur adalah mencari
referensi teori yang relefan dengan
kasus atau permasalahan yang
ditemukan. Referensi tersebut berisikan
tentang :
-Pelabuhan secara umum.
-Pelabuhan Tanjung Perak
-Aturan yang berlaku di pelabuhan.
Referensi ini dapat dicari dari
buku, jurnal, artikel laporan penelitian,
dan situs-situs di internet. Output dari
studi literatur ini adalah terkoleksinya
referensi yang relefan dengan
perumusan masalah. Tujuannya adalah
untuk memperkuat permasalahan serta
sebagai dasar teori dalam melakukan
monitoring dan simulasi dari alur
pelayaran yang terdapat diPelabuhan
Tanjung Perak Surabaya.
3.2 Survey Lapangan/ pengumpulan
data
Data sekunder yang dibutuhkan
untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir
ini adalah :
-
Data mengenai berbagai
macam dimensi kapal
sehingga mempermudah
untuk mendeteksi
kecepatan kapal-kapal
yang tidak sesuai dengan
kacepatan kapal yang
sebenarnya. Sehingga
tidak menggagu akivitas
kapal dan pelabuhan,
dimana sesuai dengan
aturan ISPS code.
-
Data electronic MAP
untuk mempermudah
dalam pengerjaan tugas
akhir ini, dimana MAP ini
digunakan untuk
mengetahui daerah –
daerah berbahaya untuk
kapal dan pelabuhan,
sehingga aman terhadap
aksi teroris dan bahaya
lainnya yang terjadi dan
dapat mendeteksi kapal –
kapal yang berbahaya
-
Data – data tambahan
yang berhubungan dengan
pemenuhan standart
keamanan berdasarkan
peraturan ISPS code.
-
Fasilitas-fasilitas penting
di Pelabuhan Tanjung
Perak Surabaya. Seperti,
Jembatan
Suramadu,terminal peti
kemas, dll.
Hasil dari pengumpulan data ini bisa
dipakai sebagai bahan untuk membuat
desain program monitoring Keamanan
kapal dan pelabuhan.
3.3 Perancangan Knowlegde Base
Berdasarkan Aturan Keamanan
Perancangan
monitoring
berisi
seluruh informasi tentang kondisi
lingkungan pelabuhan dan menjadi
monitoring sistem. Setiap informasi
akan dibuat sebagai rule yang nanti akan
dipergunakan untuk menganalisa
kapal-kapal yang berlayar di pelabuhan
tanjung Perak Surabaya. Dari hasil
analisa ini akan diketahui kapal yang
mengancam atau membahayakan
pelabuhan.
Dalam perancangan knowledge base
berdasarkan aturan keamanan ini, berisi
antara lain :
¾ Sistem yang dikembangkan.
Dalam hal ini, sistem yang
dikembangkan ialah knowledge
base. Dimana, di dalam sistem
tersebut terdapat data base yang
digunakan dalam perancangan
monitoring ini. Antara lain,
berisi kecepatan, posisi, dan
heading kapal.
¾ Windows interface.
Jika sistem dan program
monitoring sudah running, maka
akan ada peringatan berupa
tampilan kepada kapal yang
melanggar dan dicurigai sebagai
ancaman bagi fasilitas
pelabuhan dan pelabuhan itu
sendiri.
¾ Operator atau otoritas
pelabuhan.
Dalam hal ini, operator
pelabuhan bertugas untuk
memonitoring kapal-kapal yang
akan berlabuh atau melewati
Pelabuhan Tanjung Perak.
¾ Aparat yang bertugas.
Setelah mengetahui adanya
pelanggaran dan pengambulan
keputusan. Maka, aparat
keamanan pelabuhan berugas
untuk melaksanakan keputusan
tersebut.
3.4 Pembuatan Elektronik Map
Pada penyusunan Electonic
Map menampilkan bentuk dari peta
pelabuhan itu sendiri.
3.5 Implementasi
Perancangan Monitoring sistem di
desain kedalam bentuk program Visual
Basic 6.0
3.6.Analisa
Dari
data
output
program
yang telah dirunning perlu dianalisa
terlebih dahulu. Apakah program telah
sesuai dengan perencanaan, yakni dapat
mengambil keputusan untuk kapal yang
dianggap berbahay dan mengancam
fasilitas pelabuhan dan pelabuhan itu
sendiri, dengan parameter memprediksi
kecepatan dan posisi kapal yang akan
masuk ke pelabuhan Tanjung Perak,
sehingga dapat diketahui posisi kapal
saat berada didaerah pelabuhan dengan
aturan - aturannya. Kalau tidak akurat,
maka harus dicek kembali
parameter-parameter desain program yang
dimasukkan dalam list program
Microsoft Visual Basic 6.0.
Kalau
memang
telah
sesuai
dengan perencanaan data ouput tersebut
dianalisa lagi dengan membahas
hubungan perubahan ketetapan awal
dengan area pelabuhan.
3.7 Validasi
Validasi dilakukan untuk menguji
program ketika dijalankan sudah sesuai
dengan fakta dan permasalahan yang
ada. Sehingga dapat diketahui apakah
program tersebut bisa berjalan sesuai
yang di inginkan atau apakah program
tersebut akan mengalami suatu
kegagalan pada saat running.
3.8 Kesimpulan
Pada tahap ini merupakan
proses untuk menarik kesimpulan dan
saran atas apa yang dilakukan selama
pengerjaan Tugas Akhir. Dasar
pengambilan kesimpulan dan saran
diantaranya adalah hasil analisa dan
pembahasan. Dan bisa berisikan
rekomendasi teknis tentang keamanan
area khusus pelabuhan.
BAB IV
DESIGN PROGRAM
Pengumpulan data yang di
lakukan dari hasil literatur dan hasil
wawancara selanjutnya akan diolah
untuk di jadikan database dalam
melakukan simulasi. Hasil literatur di
dapatkan dari buku – buku yang
berkaitan dalam pengaturan lalu lintas
kapal di pelabuhan. Sedangkan hasil
wawancara di dapatkan dari hasil
wawancara dengan Instansi yang
mempunyai kewenangan memberikan
suatu informasi kepada Pelabuhan
Tanjung Perak Surabaya.
4.1. Parameter Program
Dasar pemikiran desain program
adalah bagaimana progam dapat
mengendalikan semua pergerakan kapal
yang menggunakan jasa pelabuhan
Tanjung Perak. Untuk dapat
mewujudkannya diperlukan
parameter-parameter program. Desain program
sistem monitoring ini menggunakan
software Microsoft Visual Basic 6.0.
Parameter-parameter program
yang dimaksud adalah semua
variabel/ketentuan yang mempengaruhi
pergerakan kapal yang akan
dikendalikan.
4.1.1. Kapal
Kapal sebagai parameter
program utama karena kapal merupakan
obyek utama dalam pembuatan program
ini. Letak kapal yang akan dikendalikan
dapat ditampilkan dalam program.
Program menggunakan koordinat x dan
koordinat y untuk menyatakan letak
dalam peta tampilan program.
Bagaimana kapal dapat mencapai
tujuannya? Kapal melakukan pergerakan
dengan persamaan dasar kecepatan dan
percepatan. Dalam selama perjalannya
kapal melalui rute, kapal membaca jarak
dengan kapal yang lain, tujuan, titik
persilangan, dan batas pelayaran. Kapal
juga dapat mengambil keputusan apakah
akan mempercepat atau memperlambat
lajunya. Syarat untuk dapat melakukan
percepatan adalah jarak kapal dengan
kapal yang lain, batas pelayaran
melebihi jarak tertentu yang telah
ditetapkan, serta telah lewat dengan titik
perpotongan dengan kapal yang lain.
Sedangkan perlambatan ketika kapal
dekat dengan daratan, kapal lain, dan
mendekati titik perpotongan dengan
kapal yang lain. Kapal melalui rute yang
telah ditentukan sebagai acuan
pergerakan akan tetapi kapal juga bisa
bergeser dari rute tersebut. Pegerakan
kapal ini memenuhi aturan-aturan
pelayaran terutama aturan yang
menyangkut keamanan dari Pelabuhan
Tanjung Perak Surabaya serta fasilitas –
fasilitas yang ada di Pelabuhan.
4.1.2. Tujuan
Tujuan merupakan koordinat
akhir dari perjalanan kapal. Tujuan ini
bisa di daratan dan tengah laut. Tujuan
yang di daratan berupa dermaga
sedangkan yang ditengah laut berupa
lokasi parkir atau laut lepas.
4.1.3. Rute
Rute merupakan alur pelayaran
dari kapal yang akan dikendalikan. Rute
didesain muncul secara otomatis dalam
program ketika koordinat kapal ada
dengan tujuannya. Rute yeng terbentuk
hanya berupa garis lurus, sehingga
program juga mampu mengedit rute
tersebut menjadi berbelok-belok.
4.1.4. Batas Pelayaran
Batas pelayaran merupakan
garis yang tidak boleh dilalui oleh kapal
dalam pelayarannya. Batas ini berupa
daratan serta tempat parkir sebagai
tempat tujuan kapal. Dengan tujuan
kapal akan memperlambat lajunya
ketika mendekatinya.
4.1.5. Aturan Yang Berlaku
Tiap daerah pelayaran di
fasilitas Pelabuhan Tanjung Perak pasti
mempunyai aturan yang berguna untuk
mengamankan Pelabuhan dari tindakan
yang membahayakan untuk Pelabuhan
dan fasilitas – fasilitas tersebut. Seperti
yang sudah diatur dalam ISPS Code.
4.1.6. Kecepatan
Kecepatan pada program dibagi
menjadi dua, yaitu kecepatan awal dan
kecepatan maksimal. Kecapatan awal
adalah kecepatan kapal pada saat awal
memasukkan kapal pada program.
Sedangkan kecepatan maksimal
merupakan kecepatan yang paling tinggi
dapat ditempuh oleh kapal selama
pelayaran dengan kondisi tertentu.
Kondisi tersebut adalah telah terbebas
dari kondisi perlambatan dan telah
melakukan percepatan.
4.2. Asumsi
Dalam desain program juga
menggunakan beberapa asumsi. Asumsi
tersebut adalah :
-
Kondisi perairan pada
pelabuhan Tanjung Perak
dianggap tenang.
-
Wilayah pengendalian kapal
sebatas sekitar pelabuhan.
-
Hanya menyatakan posisi dalam
koordinat x dan koordinat y
tanpa memperhitungkan sudut
headingnya.
Asumsi-asumsi ini juga termuat dalam
batas permasalahan Tugas Akhir.
4.3. Form dan Modul
Pada desain program kendali
lalu-lintas kapal menggunakan beberapa
form dan modul. Form yang digunakan
mencapai delapan form dan modulnya
tiga modul. Form yang didesain adalah :
1. Form utama.
2. Form koordinat kapal.
3. Form koordinat tujuan.
4. Form data kapal.
5. Form rule
6. Form Tampilan Informasi
Form dan modul berisikan list program
yang mengatur dan menjalan
perintah-perintah dalam program, sehingga
program dapat berjalan dengan
keinginan.
4.4. Tampilan Program
Tampilan program knowledge
base system dibuat merupakan form
antarmuka yang menghubungkan form
utama dengan form yang lain melalui
command dan menu editor yang telah
didesain.
4.4.1. Form Utama
Form utama program yang dibuat
merupakan form visualisasi program
untuk
knowledge
base
system.
kapal di pelabuhan Tanjung Perak. Isi
dari form utama ini adalah :
-
Beberapa menu yang dapat
memanggil form yang lain.
-
Command-command yang
memberikan perintah program
dan dapat memanggil form
yang lain.
-
Label-label yang dapat
Menampilkan gambar untuk
visualisasi gerakkan kendali
lalu-lintas kapal.
Gambar IV. 1 Tampilan Utama program Knowledge Base System
4.4.2. Form Koordinat Kapal
Form koordinat kapal dapat
dipanggil dari form utama melalui menu
file dan command posisi kapal. Form ini
mempunyai fungsi utama untuk
menyimpan dan menghapus data-data
kapal yang akan dikendalikan. Data-data
tersebut, adalah :
-
No yang menyatakan jumlah
kapal.
-
Nama kapal.
-
Posisi x dan y kapal.
-
Kecepatan awal.
-
Tujuan.
Data-data yang masuk akan disimpan
pada file yang bernama Kapal.txt.
Gambar IV. 2. Tampilan Form Koordinat Kapal
4.4.3. Form Koordinat Tujuan
Form koordinat tujuan sama
seperti form koordinat kapal yang dapat
dipanggil dari form utama. Cara
pemanggilannya adalah melalui menu
file panngil koordinat tujuan dan
command posisi tujuan. Form ini
bertugas menyimpan dan menghapus
semua nama dan posisi x maupun y dari
tujuan kapal yang akan dikendalikan.
Data ini akan disimpan di file bernama
Darmaga.txt.
Gambar IV. 3. Tampilan Form Koordinat Tujuan
4.4.4. Form Data Kapal
Form Data kapal adalah form untuk
memasukkan data kapal yang akan
dipakai dalam program dan simulasi. Isi
form tersebut akan ditampilkan pada
simulasi program. Kterangan form sbg :
-
Identity of Ship akan
menampilkan nama dan type
kapal
-
Dimension akan menampilkan
ukuran kapal
-
Trajectory Rute ini berupa
koordinat dalam program
Gambar IV. 4. Tampilan Form Data Kapal
4.4.5. Form Rule
Form rule berisi tentang
peraturan – peraturan yang berlaku di
Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya
beserta fasilitasnya.
Form ini terdiri dari :
-
Type kapal
-
Kecepatan kapal
-
Panjang dan Sarat air kapal
Gambar 4.5 Tampilan Form Rule
4.4.6. Form Tampilan Informasi
Tampilan informasi ini
menampilkan detail kapal yang
dimonitoring dari kapal-kapal yang
berada dalam alur pelabuhan tanjung
perak. Informasi yang di tampilkan
yaitu:
Gambar IV. 5. Tampilan informasi
BAB V
SIMULASI DAN ANALISA
5. 1. Setting Data
Pada tahap ini akan memasukkan
data-data pada program monitoring
keamanan kapal dan pelabuhan yang
telah jadi. Data yang dimasukkan pada
form yang tersedia adalah :
-
Tetapan awal.
-
Batas pelayaran.
-
Rule Area.
-
Area security.
-
Koordinat kapal.
-
Data Utama kapal.
-
Koordinat tujuan.
Hal yang tidak kalah pentingnya
adalah menentukan batas dan letak area
yang dinyatakan khusus atau area
pelabuhan yang memberlakukan aturan
atau syarat. Batas ini terdiri dari
daratan-daratan yang tidak boleh dilalui kapal
saat berlayar dan merupakan salah satu
titik acuan dalam menentukan
pergerakan kapal saat berlayar. Selain
itu juga ada aturan – aturan kapal saat
melewati area pelabuhan atau area yang
dinyatakan khusus untuk kapal – kapal
tertentu yang boleh masuk dan atau
syarat yang diperbolehkan oleh
pelabuhan. Titik acuan lain yang
mempengaruhi adanya tindakan –
tindakan yang dapat membahayakan
pelabuhan dan kapal adalah gerak kapal.
Gerak kapal adalah jarak antar kapal
dan jarak titik potong untuk kapal yang
bersilangan rute atau posisi kapal yang
dinyatakan berbahaya saat melintasi area
pelabuhan.
5. 1. 1. Tetapan Awal
Tetapan awal merupakan data
yang menjadi ketentuan utama pada saat
program berjalan. Berikut ini adalah
data yang diisikan pada form tetapan
awal dengan variasinya :
Tabel V. 1. Tetapan Awal Program