• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN DAN (20) : 17-21

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMAMPUAN DAN (20) : 17-21"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 20,, Maret 2007

KEMAMPUAN DAN POLA TANGKAP KANTONG SEMAR (NEPENTHES SP.) TERHADAP JENIS-JENIS SERANGGA PADA HUTAN KERANGAS Catching Capability And Caching Pattern Of Nepenthes sp. of Insects Species At

Kerangas Forest

Oleh/By Kissinger1

Abstract

Nepenthes spp. are plant species which characterize kerangas forest. Its capability in catching and trapping insects make the species often called the insectivourus species or pitcher plant. The aims of this study are to find out total individuals of insect trapped by Nepenthes, catching pattern and identification of insects species trapped by Nepenthes. There are variation in pocket size and cacthing capability of Nepenthes sp. Avarage pocket diameter is 2,8 cm, avarage pocket length is 11,9 cm, avarage pocket number in each species is 6 pockets, range number of species trapped 1 – 4 species, range number of species trapped in each pocket 1 – 88 individuals, range number of species trapped in each species 5 – 366 individuals. Ants of genus formicidae are largets number of species trapped by Nepenthes sp. In this study, open and close pattern is not found

Key words: Catching capability, catching pattern, Nepenthes sp., insects

I. PENDAHULUAN

Paradigma baru dalam konservasi suatu kawasan adalah bagaimana kita bisa menemukan dan meningkatkan manfaat akan suatu kawasan. Manfaat tersebut dapat berupa barang maupun jasa lingkungan. Bila manfaat itu memiliki nilai yang besar bagi masyarakat maka dengan sendirinya masyarakat akan berusaha melindungi dan memelihara kawasan tersebut.

Kerangas merupakan suatu tipe lahan yang dicirikan dengan tanah podsol yang miskin hara dengan material tanah yang kaya akan pasir kuarsa, pH rendah dan kerap memiliki lapisan gambut tipis di atas permukaan tanah. Bila lahan ini mengalami gangguan maka akan sukar untuk pulih kembali (Bruenig, 1995; Djuwansyah, 2000).

Lahan kerangas yang terbentuk akibat faktor edafis di atasnya ditumbuhi formasi hutan yang unik. Kerangas banyak ditemukan di Kalimantan, di antaranya terdapat di Serawak, Brunei, sebagian besar wilayah Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan yakni daerah Liang Anggang dan Kabupaten Tanah Bumbu (Riswan, 1985; Whitmore, 1986; Kartawinata, 1990; Bruenig, 1991; Kissinger, 2003).

Perkembangan terakhir mengemukakan keberadaan lahan kerangas semakin terancam akibat pemanfaatan yang tidak mengindahkan kelestarian lingkungan (Miyamoto, et al., 2000, Loucks, 2001). Lahan kerangas yang terdapat di Liang Anggang Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan merupakan contoh lahan yang juga mengalami kerusakan akibat berbagai aktifitas seperti penambangan, pemungutan kayu dan hasil hutan lainnya serta konversi lahan (Kissinger, 2002).

(2)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 20, Maret 2007 18 Beranjak dari kepedulian akan kelestarian lahan kerangas, maka diperlukan suatu usaha untuk mengangkat sumber daya dalam lahan kerangas yang diduga akan dapat memiliki nilai manfaat penting bagi masyarakat.

Kantong Semar (Nepenthes spp.) merupakan jenis tumbuhan bawah yang kehadirannya merupakan penciri suatu lahan kerangas. Kantong semar merupakan tumbuhan bawah (herba) yang mempunyai kemampuan memangsa serangga (insectivorous species/pitcher plan). Kehadiran tumbuhan ini merupakan indikator dari rendahnya unsur hara yang terkandung dalam tanah. Pemangsaan tersebut merupakan mekanisme tersendiri bagi Nepenthes untuk mengatasi keterbatasan hara yang ada. Jenis ini dapat tumbuh sebagai liana maupun tumbuh secara teresterial (Fernando, 1999; Loucks, 2001). Perilaku tumbuhan ini dapat menjadi sesuatu yang memiliki nilai manfaat dengan potensi tinggi, karena diduga dapat dikembangkan untuk berbagai kepentingan, di antaranya untuk pengendalian hama, potensi sebagai tanaman hias sekaligus bermanfaat sebagai pengendali serangga. Akan tetapi hingga saat ini informasi mengenai kemampuan dan pola tangkap kantong semar serta jenis-jenis serangga yang ditangkap belum diketahui dengan jelas. Sehingga pemanfaatan kantong semar untuk berbagai kepentingan belum dapat dilaksanakan.

Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang perilaku kantong semar, terutama menyangkut jumlah serangga yang dapat ditangkap (kemampuan tangkap), periode buka tutup (pola tangkap) dari kantong semar dan jenis-jenis serangga yang ditangkap kantong semar. Hasil peneoitian ini akan merupakab informasi penting bagi pemanfaatan kantong semar agar mendapatkan nilai yang optimal sehingga merupakan salah satu jaminan perlindungan dan kelestarian lahan kerangas. II. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui jumlah jenis serangga yang ditangkap oleh tumbuhan kantong semar (Nepenthes sp.)

2. Mengetahui pola tangkap dari kantong semar (Nepenthes sp.)

3. Identifikasi jenis-jenis serangga yang ditangkap oleh kantong semar (Nepenthes sp.)

III. METODE PENELITIAN

Obyek penelitian adalah tumbuhan kantong semar (Nepenthes sp) dan serangga hasil tangkapan kantong semar. Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian adalah 6 bulan.

Peralatan dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah peta lokasi, penggaris, senter/penerangan (untuk pengamatan malam hari), peralatan dokumentasi, tally sheet, peralatan untuk pembuatan herbarium kantong semar dan peralatan tulis menulis.

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan sebagai berikut:

1. 20 sampel yang diambil secara purposive sampling umtuk merekam jumlah jenis serangga yang ditangkap, jumlah kantong dalam tiap tumbuhan, ukuran diameter lubang kantong dan ukuran panjang kantong.

(3)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 20, Maret 2007 19 2. Untuk mengamati pola buka tutup kantong, dilakukan pengamatan selama 24 jam.

Data yang terekam dianalisa menggunakan rumus-rumus sebagai berikut : 1. Menghitung jumlah serangga yang di tangkap oleh tiap tumbuhan kantong semar

n I = ∑ i1…ij i=1

2. Menghitung nilai rata-rata (untuk ukuran kantong, jumlah kantong dalam tiap batang) ∑ x

X = N

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kemampuan Tangkap Kantong Semar

Hasil penelitian memeberikan informasi beberapa karakter kantong semar, seperti tertera dalam Tabel 1.

Tabel 1. Beberapa karakter dari kantong semar dalam menangkap serangga Rata-rata diameter kantong 2,8 cm

Rata-rata panjang kantong 11,9 cm Rata-rata jumlah kantong tiap batang 6 kantong Jumlah jenis serangga yang ditangkap 1 – 4 jenis Jumlah tangkapan serangga tiap kantong 1 – 88 individu Jumlah tangkapan serangga tiap batang

tumbuhan 5 – 366 individu

Sedangkan jenis-jenis serangga yang ditangkap adalah sebagai berikut: Tabel 2. Jenis-jenis serangga yang ditangkap kantong semar

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jenis-jenis serangga Semut serangga (isoptera) Larva Lalat suku mycetopilidae Semut suku formicidae

Nyamuk (Diptera)

Laba-laba Thomisus callidus

Laba-laba Misumenops nepenthicola Kutu loncat (psyllid)

Lebah suku Sphecidae

Anai-anai suku Rhinotermitidae

Frekuensi 38 162 266 53 2 1 2 5 3 Jumlah 532 Berdasarkan hasil yang tertera pada Tabel 1 memberikan keterangan bahwa

karakter dari kantong semar adalah bervariasi, baik dari ukuran kantong, jumlah kantong di mana:

X = Nilai rata-rata; x = total besarnya nilai yang diperoleh; n = jumlah sampel

di mana:

I = jumlah serangga yang tertangkap pada tiap tumbuhan kantong semar i1 = jumlah serangga yang tertangkap pada kantong ke-i

(4)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 20, Maret 2007 20 tiap batang maupun kemampuan tangkap terhadap serangga dari tiap kantong maupun dari setiap individu tumbuhan kantong semar. Sedangkan jenis serangga yang terdapat dalam kantong berkisar 1 – 4 jenis dengan total jenis serangga yang dimangsa terdapat 9 jenis serangga. Jenis serangga yang paling banyak ditangkap adalah dari semut suku formicidae. Kemampuan tangkap dari kantong semar terhadap serangga diduga lebih disebabkan oleh eksternal faktor seperti keberadaan dan ketersediaan serangga yang berada di sekitar tumbuhan kantong semar dan juga sebagai pengaruh dari kehadiran pemangsa serangga lain yang berada di sekitar kantong-kantong yang terdapat pada tumbuhan.. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran laba-laba dari jenis laba-laba Thomisus

callidus dan Misumenops nepenthicola, di mana tiap kehadiran jenis ini maka jumlah

individu dan jenis serangga yang ditangkap oleh kantong semar juga berkurang. B. Pola Tangkap (Buka Tutup) Kantong

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, jenis kantong semar ini tidak melakukan aktivitas buka tutup kantong dalam pemangsaan terhadap serangga. Serangga umumnya tergelincir ke dalam kantong ketika melewati/merayap pada dinding-dinding kantong yang licin. Aktivitas serangga mendekati tanaman ini terutama adalah karena ketertarikan dengan cairan yang terdapat di dalam kantong. Kantong-kantong yang terbuka merupakan kantong yang dewasa, sedangkan yang tertutup adalah kantong yang masih muda.

V. KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terdapat variasi jumlah individu dan jumlah jenis serangga yang ditangkap tiap

kantong maupun tiap individu dari tumbuhan kantong semar, di mana serangga dari jenis semut formicidae merupakan giolongan yang paling banyak ditemukan

2. Terdapat variasi ukuran panjang dan diameter kantong semar, jumlah kantong tiap individu dari setiap tumbuhan kantong semar

3. Variasi yang terjadi dari kemampuan tangkap tumbuhan kantong semar diduga lebih dipengaruhi oleh eksternal faktor.

4. Kantong yang terbuka adalah kantong dewasa, sedangkan kantong yang masih tertutup rapat adalah kantong muda

5. Tidak terjadi proses buka tutup kantong selama pemangsaan serangga.

DAFTAR PUSTAKA

Bruenig, E.F. 1991. Tropical Heath forest. http://www.google.com/search /Kerangas Djuawanssyah, M. 2000. Some Characteristics of Tropical Podzols in Kalimantasn.

Reaserch and Development Center for geotechnology. LIPUI. Indonesia.

Fernando, R. 1999. Heath Forest of Brunei. http/www.kehutanan.gov.bn/kerangas.htm Kartawinata, K. 1990. Keanekaragaman Flora dalam Hutan Pamah. Makalah dalam

Seminar Conservation for Development of tropical rain forest in Kalimantan. GFG Report No.15.187-202. Indonesia Germany Forestry Project.

(5)

Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 20, Maret 2007 21 Kissinger. 2002. Keanekaragaman Jenis tumbuhan, Struktur Tegakan, dan Pola Sebaran

Spasial Beberapa Spesies Pohon Tertentu di Hutan Kerangas. Tesis Pasca Sarjana IPB Bogor.

Kissinger, 2003. Komposisi Floristik dan Kondisi tanah Pada Hutan Kerangas di Areal Berhutan Liang anggang Kabupten Banjar Kalimantan Selatan. Jurnal Ilmiah Hutan Tropis Borneo. Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Indonesia.

Loucks, C. 2001. Sundaland Heath Forest. Indo-Malaya. http/Yahoo.com/ search/ Kerangas Forest

Marlis and Merbach, 2002. Nepenthes from borneo-Nepenthes ampularia. http//www.Rz.uni.frankfurt.de.marlis/nepenthes/english/ampullaria.html

Miyamoto,K., Kohyama, T., Suzuki, E., and Simbolan, H. 2000. Primary Production of a Heath (Kerangas) Forest in Lahei, Central Kalimantan. Makalah dalam Seminar Tropical Peat Lands.

Riswan, S. 1985. Kerangas Forest at Gunung Pasir, Semboja East Kalimantan. Its Structural and Floristic Composition. Makalah dalam the Third Round Table Conference on Dipterocarps at the Mulawarman University, Samarinda East Kalimantan.

Whitmore, 1986. Tropical rain forest of the Far East. Second Edition. Clerendon Presss. Oxford.

Gambar

Tabel 1. Beberapa karakter dari kantong semar dalam menangkap serangga  Rata-rata diameter kantong  2,8 cm

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis dari contoh tanah, yaitu perbandingan antara berat butir-butir tanah dengan berat air destilasi.. di udara pada volume yang

Secara umum tugas Direktur adalah mengkoordinir, mengatur dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan dalam lingkungan bagiannya sesuai.. dengan garis-garis yang diberikan oleh

Malformasi kongenital Malformasi kongenital.. •• Malformasi adalah suatu proses kelainan yang disebabkan oleh Malformasi adalah suatu proses kelainan yang disebabkan oleh kegagalan

Kelompok K4 memperlihatkan penurunan persentase skor degenerasi lemak rata-rata yang lebih besar bila dibandingkan dengan K3 karena dosis madu yang dipergunakan pada kelompok

(2) sampah terkumpul diukur dalam bak pengukur besar 500 liter dan ditimbang beratnya; kemudian dipisahkan berdasarkan komponen komposisi sampah dan ditimbang beratnya. contoh

a) Hukum Tata Negara, memberikan sistem norma-norma hukum yang mengatur bentuk- bentuk negara, tugas, susunan dan kekuasaan alat-alat perlengkapan negara dalam

Perbedaan nilai amplitudo antara hasil eksperimental dan numerik yang besar dimungkinkan karena pada saat pengujian eksperimental, penempatan posisi pegas agar

Kualitas garam yang dihasilkan pada aplikasi pengembangan demplot ini baik secara tradisional (tanah) maupun modern (geomembran) dapat dilihat secara visual yaitu berupa