1
AKUSTIK ADAPTIF PADA
BANGUNAN CONCERT HALL DI
JAKARTA
Damicia Tangyong, Firza Utama Sjarifudin, Vivien
Himmayani
Jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara, tangyongdamicia@rocketmail.com
Abstract
Every performances needs the exact room acoustic requirement to generate the
optimum quality of sound. Concert hall is a building designed to meet the
requirement. However, every performances have a different acoustic requirement.
Therefore a concert hall building that can meet the acoustic requirements of every
performances and the different types of music is needed. Computer simulations
studies were conducted to fulfill the acoustic requirements that could affect the sound
quality of the performances, those are RT (Reverberation Time), Spatial volume, and
Shape of Primary Reflective Surface in space. This study developed an Adaptive
Acoustic. This method applied the Adaptive Acoustic System on auditorium concert
hall ceiling to adjust its height and form. Hence, differences of RT (Reverberation
Time) and the evenly spread of sound can be fulfilled to generate the optimum
quality of sound. (DT)
Keywords: Concert Hall, Adaptive Acoustics, Reverberation Time
Abstrak
Setiap pertunjukan dibutuhkan akustik ruang yang tepat untuk menghasilkan kualitas bunyi
yang optimal. Concert hall merupakan sebuah bangunan yang didesain untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Tetapi, setiap pertunjukan memiliki kebutuhan akustik yang
berbeda-beda. Oleh karena itu dibutuhkan bangunan concert hall yang dapat memenuhi kebutuhan
akustik dari setiap jenis musik dan kegiatan yang diadakan di sana. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, dilakukan simulasi komputer untuk mengetahui aspek-aspek sisi akustik
yang mempengaruhi kualitas bunyi sebuah pertunjukan, yaitu RT (Reverberation Time),
Volume Ruang, dan Bentuk Permukaan Bidang Pantul Utama pada Ruang. Metode yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan akustik yang berbeda-beda tersebut adalah dengan
menerapkan sistem Akustik Adaptif pada langit-langit auditorium concert hall. Dengan
menerapkan sistem tersebut, ketinggian dan bentuk ceiling auditorium concert hall dapat
diubah sesuai dengan kebutuhan pertunjukan dan jenis musik yang sedang berlangsung.
Sehingga RT (Reverberation Time) yang berbeda-beda dan penyebaran bunyi yang merata
dalam ruang dapat terpenuhi untuk menghasilkan kualitas bunyi yang optimal. (DT)
2
PENDAHULUAN
Seni merupakan sebuah bidang yang terus mengalami perkembangan, hal tersebut ditandai dengan selalu bertambahnya peminat seni baik pemain dan penikmatnya serta semakin seringnya diadakan pertunjukkan-pertunjukkan seni (musik dan theater / opera). Di Jakarta, konser musik dan pertunjukkan theater / opera sering diadakan baik oleh artis lokal maupun interlokal atau internasional, di daerah manapun sebuah konser musik dan pertunjukkan theater / opera diadakan selalu diramaikan oleh pengunjung dari berbagai daerah.
Pertunjukkan atau konser dan seminar biasanya diadakan di convention hall seperti JCC, Balai Sarbini, mall seperti di Senayan City atau Gandaria City, ballroom hotel, gelanggang olahraga seperti Tennis Indoor Senayan, bahkan stadiun sepak bola. Bangunan-bangunan tersebut merupakan Bangunan-bangunan serbaguna yang tidak dirancang secara spesifik sebagai bangunan concert hall yang diperuntukkan untuk sebuah pertunjukkan atau konser. Sedangkan kegiatan yang diadakan pada bangunan-bangunan tersebut berbeda-beda,seperti konser musik yang terdiri dari beberapa jenis musik yaitu classic, pop, dan rock , theater /
opera, sertaseminar / speech dimana kegiatan-kegiatan tersebut memiliki kebutuhan akustik
yang berbeda-beda agar menghasilkan kualitas bunyi yang baik dan tepat untuk setiap kegiatan. Karena itu dibutuhkan sebuah bangunan concert hall yang dapat memenuhi kebutuhan akustik yang berbeda-beda dari setiap kegiatan yang diadakan di sana.
Dengan disediakan wadah kegiatan seni di sebuah area yang berupa fasilitas umum yaitu bangunan concert hall yang didesain secara spesifik untuk dapat memenuhi kebutuhan akustik yang berbeda-beda dari setiap kegiatan yang akan diadakan di sana, maka kebutuhan seni atau sosial budaya masyarakat dapat terpenuhi karena berbagai jenis pertunjukkan atau konser dan seminar dapat dilaksanakan di sana. Apabila kebutuhan masyarakat pada suatu area terpenuhi, tingkat kepuasan masyarakatnya akan meningkat, dan dengan menigkatnya kepuasan masyarakat maka kualitas hidup terutama masyarakat di area tersebut akan meningkat.
Jakarta Selatan memiliki perkembangan yang sangat baik sehingga keberadaan
concert hall akan lebih mendukung perkembangan tersebut. Lokasi concert hall berada di
Jl.Tb Simatupang, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lokasi ini memiliki akses yang bagus berupa jalan besar serta dikelilingi hunian dan perkantoran, sehingga keberadaan bangunan concert
hall akan dapat memfasilitasi kebutuhan seni dan sosial budaya sehingga dapat menjadi
sarana yang dapat meningkatkan kualitas hidup di area tersebut.
Permasalahan akustik terdapat pada bangunan concert hall menurut Leslie L. Doelle (1986) adalah fleksibilitas dan keserasian hubungan antara penonton dan pemain (untuk auditorium bentuk ganda) dan kebutuhan akan penggunaan yang berbeda-beda (seminar /
speech, musik, theater / opera, dan lain-lain) untuk ruang yang sama (untuk auditorium
multifungsi).
Pertanyaan Penelitian yang didapat dari rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana mendesain concert hall dimana dalam sebuah bangunan tersebut dapat
diadakan berbagai kegiatan dengan kebutuhan akustik yang berbeda yaitu konser musik (classic, pop / rock), pertunjukkan theater / opera, dan seminar / speech. 2. Bagaimana pengolahan akustik yang tepat untuk memperoleh RT (Reverberation
time) yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan yang diakan dalam bangunan concert hall (konser musik classic = 1.8-2.0 , theater / opera = 1.4-1.6, konser musik pop / rock = 1.5, dan seminar / speech = 1.0) serta penyebaran bunyi yang merata dalam
sebuah ruang (difusi).
Tujuan Penelitian:
Menghasilkan pengolahan akustik yang tepat pada bangunan concert hall.
Menghasilkan bentuk dan volume ruang tepat untuk menghasilkan
reverberation time yang tepat bagi setiap kegiatan yang diadakan pada
bangunan concert hall.
Manfaat Penelitian:
Menjadi sumbangan berupa pengetahuan baru bagi perencana dalam pengolahan akustik pada bangunan concert hall.
3
Jenis kegiatan dan RT (Reverberation time) setiap kegiatan (classic = 1.8- 2.0, opera = 1.4-1.6, pop / rock = 1.5, speech = 1.0).
Luas ruang = 3761 m², kapasitas penonton = 1200 orang
Material interior = fir wood . Berdasarkan pengamplikasian material terkini pada
concert hallsepertipada Baku Concert Hall dan DisneyConcert Hall. Penyebaran bunyi yang merata (difusi).
METODE PENELITIAN
Penentuan Sampel
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode simulasi komputasi.Sampel atau model auditorium concert hall yang digunakan dalam penelitian ditentukan berdasarkan data yang terdapat dalam buku Data Arsitek oleh Ernst Neufert serta mengambil volume, luas, dan kapasitas dengan menyesuaikan terhadap luas dan KDB pada tapak serta material dari Disney Concert Hall.
Instrumen dalam Penelitian
Simulasi concert hall dilakukan dengan menggunakan software Ecotect Analysis 2011. Sebagai software pendukung digunakan Autocad 2014 dan Google Sketchup Pro 8.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian :
Variabel terikat : L auditorium = 3761 m², V auditorium = 90264 m³, kapasitas penonton = 1200 orang, dan material interior ruang = fir wood.
Variabel bebas : Volume ruang dan bentuk auditorium.
Prosedur dan Cara Pengambilan Data Penelitian
Simulasi dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :
1. Menentukan tipe auditorium concert hall dengan melakukan simulasi terhadap 4 tipe auditorium.
2. Menentukan volume yang dapat menghasilkan RT (Reverberation time) yang tepat (classic = 1.8-2.0, opera = 1.4-1.6, rock = 1.5, speech = 1.0).
3. Menentukan area yang memiliki pemantulan bunyi terbanyak.
Data penelitian diambil dengan acuan ketentuan RT (Reverberation time) classic = 1.8-2.0, opera = 1.4-1.6, rock = 1.5, speech = 1.0). Data-data tersebut diperoleh melalui kalkulasi dalam simulasi Ecotect.
Pengujian Penelitian
Tipe auditorium concert hall dibuat dalam bentuk model dengan menggunakan software
Ecotect Analysis. Pengujian penelitian dilakukan dalam kalkulasi dan simulasi akustik dalam
software, sehingga hasil kalkulasi dan simulasi tersebut dapat dibandingkan dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam teori.
HASIL DAN EVALUASI PENELITIAN
Hasil dari penelitian yang diperoleh dari simulasi berupa grafik, data hasil perhitungan atau kalkulasi, serta arah pergerakkan partikel bunyi dan tingkatan bunyi yang dihasilkan.Evaluasi yang diperoleh dari hasil penelitian adalah tinggi ruang, volume, dan bentuk auditorium yang dapat menghasilkan RT (Reverberation time) yang sesuai ketentuan dan optimum dalam setiap kegiatan serta menghasilkan penyebaran bunyi yang merata (difusi).
Simulasi
Concert hall akan diperuntukkan untuk beberapa jenis kegiatan yang membutuhkan RT
(Reverberation time) yang berebeda-beda. Yaitu, classic = 1.8-2.0, opera = 1.4-1.6, pop / rock = 1.5, speech = 1.0. Hal-hal yang mempengaruhi RT (Reverberation time) adalah volume ruang
4
dan yang mempengaruhi penyebaran bunyi adalah bentuk permukaan ruang. Simulasi dilakukan untuk menentukan volume yang tepat serta menentukan area dengan pemantulan bunyi terbanyak dimana dapat terjadi banyak perubahan bentuk ruang.
Pada umumnya concert hall terdiri dari empat tipe yaitu block, arena, fan, dan
horseshoe. Dalam simulasi, RT (Reverberation time) yang dihasilkan ke empat tipe tersebut
dianalisa dan dibandingkan untuk menentukan tipe yang memiliki RT (Reverberation time) yang paling mendekati hasil yang diinginkan, yaitu classic = 1.8-2.0, opera = 1.4-1.6, pop / rock = 1.5, dan speech = 1.5.
Gambar 1 Model tipe horseshoe
Gambar 2 Analisa reverberation time tipe horseshoe
Berdasarkan RT (Reverberation time) yang dihasilkan oleh keempat tipe concert hall, yang paling mendekati hasil yang diinginkan yaitu classic = 1.8-2.0, opera = 1.4-1.6, pop / rock = 1.5, dan speech = 1.5 adalah RT (Reverberation time) yang dihasilkan oleh tipe Horseshoe. Jadi tipe yang akan dianalisa dalam simulasi pada tahap selanjutnya adalah tipe Horse shoe dengan RT (Reverberation time) 1.73-2.18.
Analisa RT (Reverberation time) Tipe Horseshoe pada volume yang berbeda dengan perubahan tinggi auditorium.Untuk mengetahui volume yang tepat untuk dapat menghasil kan RT (Reverberation time) yang dibutuhkan setiap kegiatan yaitu classic = 1.8-2.0, opera = 1.4-1.6,
pop / rock = 1.5, dan speech = 1.5, dilakukan simulasi dengan melakukan perubahan tinggi ruang
auditorium dengan interval 2m.
Berdasarkan simulasi model auditorium dengan tinggi dan volume yang berbeda-beda, dapat ditentukan volume yang dapat menghasilkan RT (Reverberation time) yang tepat untuk setiap kegiatan adalah :
RT Speech = 1.0
5
Gambar 3 Analisa reverberation time
RT Pop / Rock = 1.5
T = 16 m, V = 60176 m³, rata-rata RT = 1.41
Gambar 4 Analisa reverberation time
RT Opera = 1.4-1.6
6
Gambar 5 Analisa reverberation time
RT Classic = 1.8-2.0
T = 22 m, V = 82742 m³, rata-rata RT = 1.88
Gambar 6 Analisa reverberation time
7
Gambar 7 Analisa reverberation time
Setelah mendapatkan volume yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan, volume yang terpisah-pisah tersebut digabungkan menjadi satu sehingga membentuk satu gubahan masa yang berupa auditorium dengan batas-batas ketinggian ruang yang dapat menghasilkan RT (Reverberation time) yang tepat, yaitu classic = 1.8-2.0, opera = 1.4-1.6, pop / rock = 1.5, speech = 1.0.
Gambar 8 Hasil analisa reverberation time
Setelah memperoleh volume pada gubahan masa yang terpisah, dapat dilakukan simulasi untuk melihat pemantulan bunyi yang dihasilkan oleh sumber bunyi dalam ruang. Simulasi dilakukan untuk menemukan area tersebut.
8
Gambar 9 Analisa area pemantulan bunyi terbanyak
Gambar 10 Penggabungan area pemantulan bunyi terbanyak
Berdasarkan simulasi yang dilakukan, ditemukan bahwa volume ruang mempengaruhi RT (Reverberation time). Bentuk dan material ruang sangat mempengaruhi pemantulan dan penyerapan bunyi, pemantulan dan penyerapan sangat mempengaruhi penyebaran bunyi dalam sebuah ruang. RT (Reverberation time) dan penyebaran bunyi sangat berpengaruh terhadap kualitas bunyi dalam sebuah ruang.
Hasil yang diperoleh dari simulasi yang dilakukan adalah volume auditorium concert
9
1.8-2.0, opera = 1.4-1.6, pop / rock = 1.5, speech = 1.0), serta area dimana terdapat pemantulan bunyi terbanyak sebagai acuan untuk menerapkan pengolahan akustik adaptif.
SIMPULAN DAN SARAN
Metode Penerapan Akustik Adaptif
Berdasarkan simulasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Pada auditorium tipe horseshoe dengan L = 3761 m² dapat dilaksanakan jenis musik yang berbeda-beda dengan kebutuhan RT (Reverberation time) yang berbeda-beda yaitu classic = 1.8-2.0, opera = 1.4-1.6, pop / rock = 1.5, speech = 1.0. Yaitu itu dengan perubahan volume auditorium.
Dengan L = 3761 m², V auditorium yang dibutuhkan untuk classic = 90264 m³ atau 82742 m³, opera = 67698 m³, pop / rock = 60176 m³, speech = 45132 m³ agar memperoleh RT (Reverberation time) yang tepat.
Jarak terjauh area pemantulan bunyi yang dihasilkan pada setiap volume adalah 38,4 m.
Pengolahan akustik adaptif akan diterapkan pada ceiling auditorium.
Setelah melakukan penelitian dengan metode simulasi, diperoleh hasil dan kesimpulan penelitian yang mendukung hipotesis awal. Hasil penelitian tersebut dapat diterapkan dalam desain ruang auditorium concert hall untuk mendapatkan hasil berupa kualitas bunyi yang diharapkan dan sesuai dengan ketentuan atau sesuai dengan teori.
REFERENSI
Jurnal
Ambarwati, D.R. (2009). Tinjauan Akustik Perancangan Interior Gedung Pertunjukan : Jurnal
Fakultas Bahasa dan Seni FBS UNY.
Avisena, N., Fera, W., Sari, M.(2009). Simulasi Reverberation Time Sound System pada Bangunan
Student Center Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang : Jurnal Nuetrino. 2
(1)
Banguna, L.P., Kamil, I.M., Putra, I.B. (2009). Kebisingan Lalu Lintas dan Hubungan dengan Tingkat
Keterganggua Masyarakat Studi Kasus : Jalan Bojongsoang, Kabupaten Bandung.
Barron, M., Green, E., Thompson, D. (2011). The Effect of Scattering Surface in Rectangular Concert
Halls - A Scale Model Analysis : Journal of The Institude of Acoustics. 34 (2)
Hyung, S.J,. Jin, Y.J. (2013). Evaluation of The Absorbtion by The Orchestra in Concert Halls Using
Scale Model and Computer Simulation : Journal of International Symposium on Room Acoustics.
Ikeda, M., Watanabe, T. (2011). Improvement of Acoustics Under The Balcony in Auditoria Using The
Electro Acoustic Method - A Study with a Full-Scale Model : Journal of Building Acoustics. 18 (3,4) Buku
Blackwell, W. (2012). Neufert Architects Data Fourth Edition. Oxford: Blackwell Publishing.
Cowan, J. (2000). Architectural Acoustics Design Guide. New York: R. R. Donneley & Sons Company.
Suptandar, J.P (2004). Faktor Akustik dalam Perancangan Disain Interior. Jakarta: Djambatan.
Mediastika, C.E (2005). Akustika Bangunan Prinsip-prinsip dan Penerapannya di Indonesia. Jakarta: Erlangga.
10
RIWAYAT PENULIS
Damicia Tangyonglahir di provinsi DKI Jakarta, Indonesia pada 9 September 1992. Penulis