• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI PELAKU USAHA TERHADAP DAYA TARIK INVESTASI DI KABUPATEN NGANJUK, JAWA TIMUR. Neny Widhayanti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI PELAKU USAHA TERHADAP DAYA TARIK INVESTASI DI KABUPATEN NGANJUK, JAWA TIMUR. Neny Widhayanti"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI PELAKU USAHA TERHADAP DAYA TARIK INVESTASI DI KABUPATEN NGANJUK, JAWA TIMUR

Neny Widhayanti nenywidha@yahoo.com

Lutfi Muta’ali Lutfi.mutaali@gmail.com

Abstract

This study aims to determine the business judgment of the determinants of investment attractiveness and investment attractiveness ranking among the districts in Nganjuk. The method used is descriptive statistical analysis techniques, scaling, and statistical analysis of Rank Spearman correlation. The data used are the primary data in the form of questionnaires, and secondary data from the data of 2011 Small Business License.

The study presents the characteristics of entrepreneurs and their business. Determinants of investment attractiveness of the area used in the assessment of the business, among others, with the highest score in the apparatus and licensing services, for which both the openness and community support, security in the business, and the availability of road infrastructure, then the third quality of infrastructure roads, acquisition of funding/capital, skills and business skills of the population, and employment opportunities. Fourth on the consistency and the rule of law, bureaucracy in the licensing, funding/capital of cooperatives/banks, and labor costs, wages/salaries for workers.

Keywords: Perception, Business Actor, Investment, Ranking Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penilaian pelaku usaha terhadap faktor penentu daya tarik investasi serta pemeringkatan daya tarik investasi antar kecamatan di Kabupaten Nganjuk. Metode yang digunakan adalah teknik analisis statistik deskriptif, scalling, dan analisis statistik korelasi Spearman Rank. Data yang digunakan adalah data primer berupa kuesioner, dan data sekunder berupa data SIUP kecil tahun 2011.

Hasil penelitian menyajikan berbagai karakteristik dari pelaku usaha serta usahanya. Faktor penentu daya tarik investasi daerah yang digunakan dalam pengukuran/penilaian pelaku usaha antara lain dengan skor yang paling tinggi aparatur dan pelayanan dalam perijinan usaha, untuk yang kedua keterbukaan dan dukungan masyarakat, keamanan dalam usaha, dan ketersediaan infrastruktur jalan, kemudian yang ketiga kualitas infrastruktur jalan, perolehan bantuan

brought to you by CORE View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

(2)

dana/modal, kemampuan dan skill usaha penduduk, dan kesempatan kerja. Urutan keempat yakni konsistensi dan penegakan hukum, birokrasi dalam perijinan, bantuan dana/modal dari koperasi/perbankan, dan biaya tenaga kerja, upah/gaji untuk pekerja.

Kata Kunci: Persepsi, Pelaku Usaha, Investasi, Pemeringkatan

PENDAHULUAN

Latar belakang dalam penelitian ini yakni otonomi daerah di satu sisi telah memberikan peluang yang cukup besar kepada daerah untuk menarik investasi swasta sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan. Namun demikian, peluang tersebut telah pula menciptakan persaingan yang semakin tajam antar daerah dalam menarik investasi ke daerah masing-masing. Persaingan yang sehat mengharuskan pemerintah daerah untuk menyiapkan segala macam yang terbaik sehingga mampu menarik investasi, orang dan industri untuk masuk ke wilayah masing-masing.

Sebagai salah satu Kabupaten yang sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang, Kabupaten Nganjuk pun tak kalah gencarnya dalam upaya menarik investor. Wujud nyata dari upaya tersebut ditunjukkan oleh gencarnya upaya promosi yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten baik dalam mengikuti pameran diberbagai daerah, berkunjung ke luar pulau/kota untuk mempromosikan potensi investasi Kabupaten Nganjuk, serta mengundang langsung para investor datang ke Nganjuk agar mereka lebih yakin menanamkan modalnya di Nganjuk. Bukti keseriusan pemerintah Kabupaten, salah satunya ditunjukkan oleh terus meningkatnya anggaran yang

digunakan untuk promosi dari tahun ke tahun.

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengkaji karakteristik pelaku usaha serta usahanya di Kabupaten Nganjuk, mengetahui penilaian pelaku usaha terhadap faktor daya tarik investasi di Kabupaten Nganjuk, pemeringkatan daya tarik investasi antar kecamatan di Kabupaten Nganjuk berdasarkan persepsi pelaku usaha, mengetahui implikasi kebijakan dari pemerintah berdasarkan persepsi pelaku usaha dalam daya tarik investasi antar kecamatan di Kabupaten Nganjuk.

Secara teori dapat terlihat bahwa, secara umum, persepsi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu persepsi personal dan persepsi sosial (masyarakat). Persepsi personal adalah proses berpikir seseorang sehingga mampu memberikan penafsiran khusus terhadap situasi tertentu (Luthan 1981 dalam Ritohardoyo, 1995). Person perception adalah proses pembentukan kesan berdasarkan pengamatan ataupun penalaran terhadap suatu hal yang mempunyai pengaruh fisik maupun psikologi (Harvey dan Smit, 1977 dalam Ritohardoyo, 2006:46). Sedangkan Dengan demikian persepsi bersifat sangat subyektif karena sangat tergantung pada perseptor atau orang yang berpersepsi.

Pengertian investasi menurut James C Van Horn (1981)

(3)

28%

72% laki-laki

perempuan

Yaitu kegiatan yang dilangsungkan dengan memanfaatkan kas pada masa sekarang ini, dengan tujuan untuk menghasilkan barang di masa yang akan datang. Menurut Fitz Gerald (1978), Yaitu aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber yang dipakai untuk mengadakan modal barang pada saat sekarang ini. Barang modal tersebut akan menghasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Model kajian dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan deskriptif kualitatif.

1. Penentuan sampel responden

Responden pada penelitian ini adalah pelaku usaha, dipilih berdasarkan sistem pengambilan sampel secara sampling kuota. Pengambilan sampelnya sesuai dengan data Dinas Perijinan (SIUP kecil tahun 2011).

2. Pengolahan data dan analisis data

Analisis data dilakukan dengan mengolah data primer kualitatif menjadi kuantitatif dengan menggunakan skoring dan skala pengukuran ratings (peringkat). Teknik analisis skoring yakni pemberian skor terhadap jawaban responden untuk memperoleh data kuantitatif yang diperlukan. Hal tersebut dapat diuraikan sesuai tujuan penelitian berikut:

1. Cara menganalisis karakteristik pelaku usaha serta usaha sesuai bidangnya, dengan menggunakan analisis deskriptif.

2. Cara mengetahui penilaian pelaku usaha terhadap daya tarik investasi di Kabupaten Nganjuk. Dengan menggunakan teknik analisis skoring merupakan pemberian skor terhadap jawaban responden untuk memperoleh data kuantitatif yang diperlukan.

3. Cara pemeringkatan daya tarik investasi antar kecamatan di Kabupaten Nganjuk berdasarkan persepsi pelaku usaha. Dengan menggunakan skala pengukuran ratings (peringkat), yaitu sebuah daftar yang menyajikan sejumlah sifat atau sikap sebagai butir-butir atau item.

Sebagai informasi tambahan yakni menganalisis implikasi kebijakan yang dilakukan pemerintah menurut persepsi pelaku usaha dengan menggunakan analisis deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Pelaku Usaha dan

Usahanya

Karakteristik Jenis kelamin Pelaku Usaha

Sesuai dengan diagram berikut merupakan jumlah pelaku usaha laki-laki lebih besar daripada jumlah pelaku usaha perempuan, yaitu sebanyak 72% pelaku usaha lakilaki dan 28% pelaku usaha perempuan. Hal ini berkaitan dengan peranan laki-laki dalam kehidupan bermasyarakat lebih dominan dan aktif dalam berpersepsi serta dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi atau mendirikan usaha. Hal ini memberikan implikasi bahwa peranan

(4)

su pe la m pe ga la us K pe ak sa be 36 N pe U pe ta ti be ta se 6% da K te us ta al re 0% 0% 0% 36% 33 35% umberdaya embangunan aki-laki. Pe merupakan ob enelitian ini ambaran pera aki lebih ba saha perempu Karakteristik Lebih dar endidikan kademisi/dipl arjana. Ya erpendidikan 6% berpendi Namun pendid elaku usaha Untuk pela endidikanya m amat SD dan dak ada erpendidikan amat SD, se ebesar 25% d %. Hal terse ari diagram be Karakteristik Sesuai erlihat pada saha memban ahun. Hal d lasan bahwa entangnya cu % % % 6% 25% 3% 7% 58% manusia paling bany elaku usah byek yang d i, maka m anan pelaku u anyak daripa uan. Tingkat Pen ri setengahny tinggi oma sampa aitu sebesa akademis idikan hingg dikan yang dim

tidak samp aku usaha masih rendah n SD sebesar pelaku usa sampai SD edangkan tam dan tamat SM ebut dapat ju erikut: Lama Usaha dengan has diagram 58 ngun usaha s demikian m usaha yang ukup lama, d Tidak tamat SD SD SMP SMA Akademisi/Diploma Sarjana S2/S3 Lama  usaha < 2  tahun Lama  usaha 3 ‐ 12 tahun Lama  usaha >  12 tahun dalam yak adalah ha yang dikaji pada memberikan usaha laki-da pelaku ndidikan ya memiliki yaitu ai jenjang ar 33% si/diploma, ga sarjana. miliki oleh pai S2/S3. a yang yaitu tidak r 0% atau aha yang dan tidak mat SMA MP sebesar uga terlihat a sil survei, 8% pelaku sudah 3-12 memberikan dibangun dan sudah dapat berta tersebut. memberika cocok dan Kabupaten lama usah usaha lebih dapat dikar temurun, penduduk sehingga dibangunpu dahulu. Da usaha ku mendapatk Karakteris Terlih terdapat per dalam usa usaha pada digeluti. D usaha yang jumlah ten Kemudian lebih dari tenaga kerj saja. Sesu suatu usaha kesempatan rangi penga menyerap t satu kesatu usaha pem jumlah tena sebesar 22 di bidang simpan pinj 2% 81 17% ahan selama Selain itu an alasan k n membangu Nganjuk. K ha yang dib h dari 12 tahun renakan alasa dan juga asli Kabupa lama u un sudah an yang terakh urang dari kan persentase stik Jumlah T

hat pada dia rsentase jumla aha yang dib masing-masin Dari 47 pelak g dibangun, naga kerja 3 untuk jumlah 10 hanya 17 a kurang dari ungguhnya de a tersebut untu n kerja dalam angguran yan tenaga kerja b uan usaha di mbangunan. D aga kerja yan

tenaga kerja, keuangan y jam (KSP). 1% Tenaga Kerja 2 orang Tenaga Kerja ‐ 9 orang Tenaga Kerja 10 orang rentang tahu juga dapa karena suda un usaha d Kemudian 35% angun pelak n. Hal tersebu an usaha turu merupaka aten Nganju usaha yan berdiri seja hir untuk lam i 2 tahu e 7%. Tenaga Kerja agram di ata ah tenaga kerj bangun pelak ng bidang yan ku usaha sert 81% memilik 3 – 9 orang h tenaga kerj % dan jumla i 2 sebesar 2% engan adany uk memperlua rangka mengu ng ada maupu baru merupaka dalam seluru Dalam hal in g paling tingg usaha tersebu yakni koperas a <  a 3  a >  un at ah di % ku ut un an uk ng ak ma un a as ja ku ng ta ki g. ja ah % ya as u-un an uh ni gi ut si

(5)

2. be fa da pe an da ke da pe us K m us pr da K up te in in ta us T N 1 2 3 4 5 6 . Penilaian p terhadap tarik inve Nganjuk Penilaian erdasarkan v aktor penentu aerah yang engukuran/pe ntara lain ap alam perijin ebijakan, ana/modal, enegakan huk saha, Birokr Keterbukaan masyarakat, K saha pendudu rimer, sekund ana/modal da Kesempatan ke pah/gaji untuk enaga ke nfrastruktur, nfrastruktur ja abel dari bo saha di Kabup Tabel Bobot P terhadap fakt di Kab o Variabel d tarik (Pe Aparatur dan Perda dan sesuai Perolehan b mudah Konsistensi hukum tegas Keamanan dengan baik Birokrasi p transparansi persepsi pela faktor-fakt estasi di K pelaku variabel-varia u daya tarik g digunakan enilaian pela paratur dan an usaha, P Perolehan Konsisten kum, Keaman rasi dalam dan Kemampuan uk, kontribusi der, dan tersie ari koperasi/p erja, Biaya ten k pekerja, Ke erja, Ke dan alan. Berikut m obot penilaia paten Nganjuk Penilaian Pela tor daya tarik bupaten Nganj

dalam faktor dya k investasi ernyataan) n pelayanan baik kebijakan sud antuan dana/mo dan penegak s sudah terja k perijinan bersi aku usaha or daya Kabupaten usaha abel pada k investasi n dalam aku usaha pelayanan Perda dan bantuan si dan nan dalam perijinan, dukungan dan skill dari sektor er, Bantuan perbankan, naga kerja, etersediaan etersediaan Kualitas merupakan an pelaku k: aku Usaha investasi uk a Skor (bobot) k 151 dah 88 dal 119 kan 101 aga 129 ifat 111 7 Adanya dukung 8 Kemam pendudu 9 Adanya sektor 10 Perbank keuanga 11 Kesemp 12 Biaya t untuk p 13 Keterse memada 14 Keterse jalan m 15 Kualitas baik Pengu usaha anta paling ting dalam per kedua ket masyarakat dan keterse kemudian infrastruktu dana/moda usaha pen kerja. U konsistensi birokrasi dana/moda dan biaya untuk pek a keterbukaan an masyarakat b mpuan dan skill uk cukup baik a kontribusi pen

kan membantu an usaha

patan kerja cuku tenaga kerja, up pekerja cukup ediaan tenaga ai ediaan infra emadai. s infrastruktur ukuran/penila ara lain deng ggi aparatur d rijinan usaha terbukaan d t, keamanan ediaan infra yang ket ur jalan, pero al, kemampu nduduk, dan Urutan kee i dan peneg dalam periji al dari koper a tenaga ke kerja. Dan y n dan baik 146 l usaha 117 nuh dari 85 dalam 105 up 118 pah/gaji 102 kerja 89 struktur 135 r jalan 122 aian pelak gan skor yan dan pelayana , untuk yan dan dukunga dalam usaha astruktur jalan tiga kualita olehan bantua uan dan ski n kesempata mpat yakn gakan hukum inan, bantua rasi/perbankan rja, upah/gaj yang terakhi ku ng an ng an a, n, as an ll an ni m, an n, ji ir

(6)

Sa w ah an Ng et os Be rb ek Lo ce re t Pa ce T anj un gan om P ra m bon N gr ong got K erto so no P ati an ro w o Ba ro n G ond an g Su ko m or o N gan ju k B ago r W ila ngan Re jo so Ng lu yu Len gk ong Ja ti ka le n 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 Bobot

Lokasi untuk berinvestasi

S aw ahan N get os Ber be k Locer et P ace T anj ung anom P ram bon N gr onggot K erto so no P at ianr ow o Ba ro n G ondang S ukom or o N ganj uk Ba go r W ilangan Rejo so Ng lu yu Len gkong Jat ik al en 0 20 40 60 80 100 120 140 160 Bobot

Potensi ekonomi untuk investasi

perda dan kebijakan, adanya kontribusi dari sektor primer, sekunder, dan tersier, dan ketersediaan tenaga kerja.

3. Pemeringkatan daya tarik investasi antar kecamatan di

Kabupaten Nganjuk berdasarkan persepsi pelaku

usaha.

Pemeringkatan daya tarik investasi antar kecamatan ditinjau dari faktor Lokasi

Pada diagram tersebut merupakan informasi yang menunjukkan peringkat dari yang tertinggi sampai terendah. Dalam hal ini terdapat 20 Kecamatan yang diperingkatkan menurut faktor lokasi untuk berinvestasi/membangun usaha. Untuk peringkat 5 besar teratas diperoleh dari Kecamatan Nganjuk, Kertosono, Tanjunganom, Sukomoro, dan Bagor. Kelima kecamatan tersebut memiliki jumlah skor yang tertinggi. Sedangkan untuk peringkat 5 besar kebawah diperoleh untuk Kecamatan Sawahan, Lengkong, Ngluyu, Berbek, dan Jatikalen. Kelima kecamatan tersebut memiliki jumlah skor terendah, sehingga memiliki peringkat terendah. Terkait dengan faktor lokasi yang mendasari pada pemeringkatan ini,

memang kelima besar kecamatan teratas tersebut merupakan pusat-pusat pelayanan yang ada di Kabupaten Nganjuk. Hal tersebut diartikan secara administratis, bahwa Kecamatan Nganjuk memiliki peringkat yang pertama teratas karena kecamatan tersebut sebagai ibukota dari Kabupaten Nganjuk itu sendiri sehingga dijadikan pusat aktivitas dan pelayanan bagi masyarakat.

Pemeringkatan daya tarik investasi antar kecamatan ditinjau dari faktor Potensi ekonomi

Diagram diatas menunjukkan peringkat dari yang tertinggi sampai terendah. Dalam hal ini terdapat 20 Kecamatan yang diperingkatkan dilihat dari potensi ekonomi untuk berinvestasi atau membangun usaha. Sesuai dengan penilaian pelaku usaha, untuk peringkat 5 besar teratas masih sama dengan faktor lokasi sebelumnya yakni diperoleh dari Kecamatan Nganjuk, Kertosono, Tanjunganom, Sukomoro, dan Bagor. Kelima kecamatan tersebut memiliki jumlah skor yang tertinggi. Sedangkan untuk peringkat 5 besar kebawah diperoleh untuk Kecamatan Ngronggot, Lengkong, Ngluyu, Jatikalen dan Ngetos. Kelima kecamatan tersebut memiliki jumlah skor terendah,

(7)

Sa w ah an N get os B er bek Lo cer et Pa ce T anj ung ano m Pr am bo n N gr ongg ot K erto so no P at ianr owo Ba ro n G on dan g Su ko m or o N gan ju k B ago r W ilang an Re jo so Ngl uy u Le ng kon g Ja ti ka le n 0 20 40 60 80 100 120 140 160 Bobot

Infrastruktur jalan dan aksesbilitas

Sa w ah an Ng et os B er bek Lo ce re t Pa ce T an jun ga no m Pr am bo n N gr ong go t Ker to son o P ati an ro w o Ba ro n G ond ang Su ko m or o Ng an ju k Ba go r W ila ng an Re jo so Ng lu yu Le ng ko ng Ja ti ka le n 0 20 40 60 80 100 120 140 160 Bobot

Jumlah penduduk wilayah investasi

sehingga memiliki peringkat terendah sesuai dengan penilaian pelaku usaha.

Pemeringkatan daya tarik investasi antar kecamatan ditinjau dari faktor Penduduk

Sesuai dengan hasil kuisioner yang diberikan kepada pelaku usaha di Kabupaten Nganjuk dengan cara memberikan penilaian terhadap 20 kecamatan dilihat dari jumlah dan kepadatan penduduk utnuk daerah investasi/usaha. Sesuai dengan penilaian pelaku usaha, untuk peringkat 5 besar teratas dengan faktor jumlah dan kepadatan penduduk terletak pada Kecamatan Tanjunganom, Kertosono, Nganjuk, Bagor dan Loceret. Kelima kecamatan tersebut memiliki jumlah skor yang tertinggi. Sedangkan untuk peringkat 5 besar kebawah diperoleh untuk Kecamatan Sawahan, Ngluyu, Lengkong, Jatikalen dan Ngetos. Kelima kecamatan tersebut memiliki jumlah skor terendah, sehingga memiliki peringkat terendah sesuai dengan penilaian pelaku usaha. Untuk kelima kecamatan teratas antara lain Kecamatan Tanjunganom, Kertosono, Nganjuk, Bagor dan Loceret memiliki kepadatan penduduk yang padat.

Pemeringkatan daya tarik investasi antar kecamatan ditinjau dari faktor Infrastruktur fisik

Pemeringkatan daya tarik investasi di tinjau dari infrastruktur fisik di Kabupaten Nganjuk secara spasial yakni peringkat dari yang tertinggi sampai terendah berdasarkan penilaian pelaku usaha. Dalam hal ini terdapat 20 Kecamatan yang diperingkatkan dilihat dari kondisi infrastruktur dan aksesbilitas untuk mendukung investasi/usaha. Sesuai dengan penilaian pelaku usaha, untuk peringkat 5 besar teratas terletak pada Kecamatan Nganjuk, Sukomoro, Prambon, Bagor, dan Tanjunganom. Kelima kecamatan tersebut memiliki jumlah skor yang tertinggi. Sedangkan untuk peringkat 5 besar kebawah diperoleh untuk Kecamatan Rejoso, Ngetos, Ngluyu, Lengkong dan Jatikalen. Kelima kecamatan tersebut memiliki jumlah skor terendah, sehingga memiliki peringkat terendah sesuai dengan penilaian pelaku usaha.

4. Implikasi kebijakan dan Arahan kebijakan

(8)

Implikasi kebijakan dari pemerintah untuk dunia usaha berdasarkan persepsi pelaku usaha di Kabupaten Nganjuk

Penelitian ini untuk implikasi kebijakan dari pemerintah dalam hal ini adalah dampak atau pengaruh yang dilakukan pemerintah terhadap dunia usaha dengan peraturan dan kebijakan yang telah digunakan. Sesuai dengan indept interview yang dilakukan pada saat survei dilapangan, jika dikelompokkan terdapat beberapa implikasi kebijakan dari pemerintah. Pelaku usaha tersebut mempunyai pendapat tentang implikasi kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah terkait dengan dunia usaha di Kabupaten Nganjuk. Masing-masing pelaku usaha memiliki persepsi yang

berbeda-beda. Pengelompokan persepsi pelaku usaha tentang implikasi kebijakan dari pemerintah terhadap daya tarik investasi Kabupaten Nganjuk antara lain dengan adanya usaha-usaha tersebut, persaingan antar usaha semakin ketat/besar, iklim investasi tidak kondusif, memiliki jiwa berwirausaha, pengenaan pajak yang tinggi, dan ditemukannya perda tentang investasi.

Persaingan usaha semakin besar disini bermakna dengan mudahnya proses perijinan untuk mendirikan usaha, maka msyarakat bersaing dalam membangun usaha dan dapat memanfaatkan peluang yang ada di Kabupaten Nganjuk. Kemudian dari penduduknya sendiri, masyarakat memiliki jiwa kewirausahaan, dengan adanya peraturan ataupun perijinan yang dibuat oleh pemerintah tentang usaha, dengan adanya program sosialisasi dari pemerintah maka akan

mempermudah mendidik dan mengubah pola pikir masyarakat yang pengangguran (belum mempunyai pekerjaan tetap) membuka peluang usaha. Selanjutnya untuk ditemukan perda terkait dengan investasi yakni adanya peraturan daerah tentang investasi di Kabupaten Nganjuk.

Adanya investor/pelaku usaha masuk ke daerah, dapat dikaitkan dengan perkembangan suatu kota dapat dipengaruhi oleh pusat-pusat pertumbuhan untuk perkembangan kotanya. Misalnya pusat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah tertentu bergantung pada lokasi dari sumberdaya alam dan keuntungan-keuntungan lokasi lainnya. Pertumbuhan ini akan terjadi pada daerah belakanganya melalui ‘spread affect’ dan menyerap melalui ‘backwash effect’. Untuk pengenaan pajak yang tinggi, pajak disini adalah pajak daerah dan retribusi daerah. Sesuai Undang-Undang No.28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang dimaksud Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Yang termasuk pajak Kabupaten/Kota terdiri atas pajak hotel, restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan, mineral bukan logam, dan bantuan, parkir, air tanah, sarang burung walet, PBB perkotaan dan perdesaan, serta bea perolehan

(9)

hak atas tanah dan banguna. Pajak-pajak tersebut yang merupakan salah satu kendala dalam suatu pendirian usaha.

Selain itu, terdapat iklim investasi yang tidak kondusif, dengan adanya perijianan usaha sulit (berbelit-belit), pemerintahan yang tidak stabil, serta birokrasi yang berbelit-belit dan sulit.

Arahan Kebijakan dari Pemerintah terkait dengan Daya Tarik Investasi di Kabupaten Nganjuk

Salah satu syarat dalam perkembangan perkotaan yakni apabila tidak ada kebijaksanaan intervensi dengan mekanisme pasar, maka pertumbuhan ekonomi ini cenderung akan memperkuat ketidakseimbangan pertumbuhan wilayah (Myrdal, 1976 dalam Muta’ali 1999). Selain itu, bahwa setiap wilayah mempunyai perbedaan struktur ekonomi. Perbedaan ini dipengaruhi antara lain oleh adanya perbedaan latar belakang historis dan potensi sumberdaya manusia pada wilayah-wilayah tersebut. (Boudeville, 1966 dalam Muta’ali 1999).

Keberhasilan daerah untuk meningkatkan daya tariknya terhadap investasi salah satunya tergantung dari kemampuan daerah dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan investasi dan dunia usaha serta peningkatan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Kemampuan daerah untuk menentukan faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai ukuran daya saing perekonomian daerah relatif terhadap daerah lainnya juga sangat penting dalam upaya meningkatkan daya tariknya dan

memenangkan persaingan. Hal yang juga penting untuk diperhatikan dalam upaya menarik investor, selain makroekonomi yang kondusif juga adanya pengembangan sumber daya manusia dan infrastruktur dalam artian luas. Hal ini menuntut perubahan orientasi dari peran pemerintah, yang semula lebih bersifat sebagai regulator, harus diubah perekonomian dapat berkembang optimal.

KESIMPULAN

1. Berkaitan dengan karakteristik sosial ekonomi pelaku usaha adalah sebagian besar memiliki jenjang pendidikan tinggi yaitu diploma bahkan S1. Selain itu pelaku usaha sebagian besar merupakan masyarakat asli, pelaku usaha dari berbagai sektor memiliki pendapatan bervariasi dari rendah hingga sangat tinggi, pelaku usaha sebagian besar berada pada usia produktif (14-64 tahun) dan alasan pelaku usaha mendirikan usaha sebagian besar untuk membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Untuk karakteristik usaha yakni lama usaha yang dibangun pelaku usaha di Kabupaten Nganjuk dibagi menjadi tiga kelas dalam tahun lama usaha, antara lain kurang dari 2 tahun, 3 – 12 tahun, dan lebih dari 12 tahun. Dari 47 pelaku usaha 58% pelaku usaha membangun usaha antara 3-12 tahun. Sedangkan untuk jumlah tenaga kerja juga dibagi menjadi tiga kelas , antara lain jumlah tenaga kerja kurang dari 2 orang, 3-9 orang, dan lebih dari 10 orang. Dari 47 pelaku usaha yang paling besar yakni 81%

(10)

pelaku usaha memiliki jumlah tenaga kerja antara 3-9 orang.

2. Penilaian pelaku usaha antara lain dengan skor yang paling tinggi aparatur dan pelayanan dalam perijinan usaha, untuk yang kedua keterbukaan dan dukungan masyarakat, keamanan dalam usaha, dan ketersediaan infrastruktur jalan, kemudian yang ketiga kualitas infrastruktur jalan, perolehan bantuan dana/modal, kemampuan dan skill usaha penduduk, dan kesempatan kerja. Urutan keempat yakni konsistensi dan penegakan hukum, birokrasi dalam perijinan, bantuan

dana/modal dari koperasi/perbankan, dan biaya

tenaga kerja, upah/gaji untuk pekerja. Dan yang terakhir perda dan kebijakan, adanya kontribusi dari sektor primer, sekunder, dan tersier, dan ketersediaan tenaga kerja.

3. Pemeringkatan daya tarik investasi antar kecamatan ditinjau dari faktor

lokasi untuk berinvestasi/membangun usaha,

peringkat pertama diperoleh pada Kecamatan Nganjuk, sedangkan peringkat terakhir terletak di Kecamatan Jatikalen. Untuk pemeringkatan daya tarik investasi antar kecamatan menurut ditinjau dari faktor potensi ekonominya untuk berinvestasi/membangun usaha peringkat pertama masih sama yakni Kecamatan Nganjuk, namun untuk peringkat terakhir yakni pada Kecamatan Ngetos. Pemeringkatan daya tarik investasi antar kecamatan ditinjau dari faktor Jumlah dan Kepadatan Penduduk di

sekitar daerah untuk berinvestasi/membangun usaha, peringkat pertama diperoleh pada

Kecamatan Tanjunganom, sedangkan peringkat terakhir terletak di Kecamatan Ngetos. Untuk yang terakhir pemeringkatan daya tarik investasi antar kecamatan ditinjau dari faktor infrastruktur fisik disekitar daerah untuk berinvestasi/membangun usaha, peringkat pertama diperoleh pada Kecamatan Nganjuk, sedangkan peringkat terakhir terletak di Kecamatan Jatikalen.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, B. (2005). Pemahaman

Dasar: Regional Management dan Regional Marketing. Semarang. IAP

Boudeville, J.R. (1966). Problem of

Regional Economic Planning.

Edinburg U.P

KPPOD. (2002,2003). Daya Tarik

Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia, Jakarta

Kuncoro, M. (2004). Otonomi dan

Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang,

Jakarta: Erlangga Kuncoro, M. Mantra, Ida. B. (1998). Metode Penelitian

Survei dan Teknik Penulisan Ilmiah.

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Muta’ali, Luthfi. (1999). Penerapan

Konsep Pusat Pertumbuhan dalam Kebijaksanaan Pembangunan Wilayah. Fakultas Geografi UGM.

Gambar

Diagram diatas menunjukkan  peringkat dari yang tertinggi sampai  terendah. Dalam hal ini terdapat 20  Kecamatan yang diperingkatkan  dilihat dari potensi ekonomi untuk  berinvestasi atau membangun usaha

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya penelitian Saputro (2005) menemukan para investor tidak merespon akan adanya ISRA 2005, yang ditunjukkan dengan tidak adanya perbedaan abnormal return dan volume

156 siswa dapat memberikan masukan untuk perbaikan pekerjaannya temannya. Kegitan akhir dilaksanakan selama 10 menit. Setelah memperbaiki pekerjaan masing-masing siswa

Terlepas dari fenomena di atas, secara dinamis BMT ini lebih dikelola oleh beberapa individu dan menjangkau sektor mikro dari perekonomian rakyat, terlepas dari fungsi baitul

Hasil isolasi yang telah dilakukan adalah cendawan endofit asal dari tanaman jagung, hasil identifikasi ditemukan 3 jenis cendawan yaitu: Aspergillus, Metaizium dan Beauveria..

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat Beliau, penulis dapat menyelesaikan skripsi penulis yang berjudul “Peranan The Green

Rancangan rancangan model sistem informasi dalam proses pengadaan suku cadang mesin utama kapal menyediakan data yang lengkap dan terpadu antara pihak kapal dan

kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan. industri dan jasa skala nasional atau yang melayani

Hasil uji hipotesis kedua dengan menggunakan teknik anova menunjukkan adanya perbedaan yang sangat signifikan antara sikap terhadap pernikahan dini ditinjau dari