BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Bangunan Area Parkir
Bangunan area parkir berlapis (multistorey car park) di gedung Wisma 46 terdiri dari 8 lantai, tetapi yang dipergunakan untuk sarana parkir kendaraan hanya 5 lapis lantai. Area parkir tersebut dioperasikan selama 24 Jam.
Desain bangunan mengikuti struktur bangunan gedung utama dan terletak pada sisi bagian timur dengan arah membujur dari utara ke selatan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 4.1 dibawah ini.
Gambar 4.1 Bangunan Gedung Parkir Tampak Dari Arah Barat dan Utara
Setiap lantai parkir multistorey carpark ( MSCP ) lantai 1 sampai denagn lantai 5 yang dijadikan obyek penelitian ini dibagi menjadi 2 sisi yaitu sisi lantai atas yang disebut sebagai Parking High (MSCP-H) dan sisi lantai bawah yang disebut sebagai Parking Low (MSCP-L).
Gambar 4.2 Denah Pembagian Lantai Gedung Parkir
Pembagian lantai, luas area dan daya tampung kendaraan dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1 Luas Lantai dan Daya Tampung Kendaraan
Lantai Luas Semigros (M2) Kapasitas Mobil
MSCP-1L 842 28 MSCP-1H 842 27 MSCP-2L 842 27 MSCP-2H 842 28 MSCP-3L 1091 41 MSCP-3H 1091 41 MSCP-4L 1091 41 MSCP-4H 1091 41 MSCP-5L 1060 38 MSCP-5H 1091 41 Sisi Timur Sisi Barat Area Parkir Low(MSCP-L) Area Parkir High(MSCP-H)
Struktur bangunan secara keseluruhan mempunyai karakteristik ruangan yang sama (Typical ). Dinding area parkir pada umumnya menggunakan cat berwarna putih sedangkan langit langit beton (concrete slab) sesuai desain awal tidak dicat, namun untuk lantai MSCP-4 dan lantai MSCP-5 sudah dilakukan pengecatan secara menyeluruh dengan warna putih.
4.2 Sistem Pencahayaan Area Parkir
Instalasi sistem pencahayaan buatan yang terpasang merupakan sistem pencahayaan merata yang diperlukan untuk memberikan penerangan terhadap aktivitas area parkir kendaraan roda empat yang meliputi area lot parkir, area jalur laju kendaraan (driveway) dan area ramp untuk keluar dan masuk serta naik dan turun kendaraan.
Selain sistem instalasi pencahayaan buatan, struktur bangunan area parkir tersebut juga berpengaruh terhadap pengoptimalan pencahayaan alami. Semua lantai gedung parkir mempunyai karakteristik yang sangat baik untuk menerima pencahayaan alami yang bersumber dari cahaya matahari.
4.2.1 Jumlah dan Spesifikasi Lampu
Sumber pencahayaan buatan di area parkir Gedung Wisma 46 menggunakan lampu fluorescent (FL) jenis tube lamp neon (TL ) product Phillips type T-8 single dengan daya 36 Watt. Ballast yang digunakan adalah ballast magnetic. Lampu dipasang pada concrete slab tanpa menggunakan reflector.
Gambar 4.3 Lampu TL-T8/36 Watt Sebagai Penerangan Area Parkir Specifikasi Lampu Phillips yang terpasang adalah sebagai berikut :
Cap –Base :G13 Medium Bi-Pin Fluorescent
Bulb : T8 26 mm
Voltage :220 Volt
Kode Warna : 54-765
Warna Rendering Indeks : 72 RA8 Warna Penunjukan (teks) : Cool Daylight
Suhu Warna : 6200 K
Luminous Flux Lamp EM : 2500 Lm
Luminance : 0.95 cd / cm2
Lumen Pemeliharaan 2000h : 90% Lumen Pemeliharaan 5000h : 80% Lumen Pemeliharaan 10000h : 75% Lumen Pemeliharaan 15000h : 70%
Hasil pengecekan jumlah lampu yang terpasang untuk area parkir MSCP-1 sampai dengan MSCP-5 dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini.
Tabel 4.2 Jumlah Titik Luminer
Lantai TL-T8 1 x 36 Watt Jumlah Lampu Total Daya (termasuk rugi ballast) Keterangan MSCP-1L 26 1118 Tanpa reflektor MSCP-1H 26 1118 Tanpa reflektor MSCP-2L 26 1118 Tanpa reflektor MSCP-2H 26 1118 Tanpa reflektor MSCP-3L 34 1462 Tanpa reflektor MSCP-3H 34 1462 Tanpa reflektor MSCP-4L 33 1419 Tanpa reflektor MSCP-4H 34 1462 Tanpa reflektor MSCP-5L 34 1462 Tanpa reflektor MSCP-5H 34 1462 Tanpa reflektor Total 307 13201
4.2.2 Tata Letak Armature (Luminer)
Luminer dipasang pada langit-langit beton (concrete slab) dengan ketinggian 2.6 meter dari permukaan lantai. Jarak antar titik lampu bervariasi antara 3 sampai dengan 5 meter. Berdasarkan pemasangannya, terlihat bahwa di beberapa lokasi terdapat kondisi yang belum ideal dalam pemasangan luminer sehingga menyebabkan distribusi cahaya menjadi kurang merata. Keadaan tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kendala dalam pemasangannya karena terhalang oleh instalasi lain seperti ducting ventilasi udara dan instalasi pipa pemadam.
Denah penempatan titik lampu sebagai contoh yang terpasang di lantai MSCP 2 ditunjukkan pada gambar 4.4 dibawah ini.
Gambar 4.4 Denah Tata Letak Luminer 4.3 Pengukuran Intensitas Pencahayaan Area Parkir
Merujuk kepada kondisi dimana struktur bangunan dan sistem instalasi pencahayaan pada setiap lantai mempunyai karateristik yang sama yaitu antara lantai MSCP-1 dan MSCP-2 serta lantai MSCP-3, MSCP-4 dan MSCP-5, maka sebagai bahan analisa diambil data pengukuran hanya di area lantai MSCP-2 dan lantai MSCP-3.
Pengukuran dilakukan dua kali pada kondisi yang berbeda yaitu pada waktu malam dan siang hari. Hal ini untuk mendapatkan hasil pengukuran yang lebih aktual pada kondisi dimana pencahayaan diarea parkir tidak dipengaruhi oleh pencahayaan alami dan saat kondisi pencahayaan dipengaruhi oleh pencahayaan alami yang masuk ke area tersebut.
Titik lampu TL
Pengukuran pertama malam hari dilakukan antara pukul 19:00-21:00 pada semua area dalam kondisi keseluruhan lampu menyala. Hasil pengukuran sesuai data yang tersaji pada tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 4.3 Data Pengukuran Intensitas Penerangan Malam Hari Lokasi Intensitas Pada Titik Pengukuran (Lux)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 MSCP-2L Area-1 126.7 145.2 139.2 130.6 135.5 Area-2 120.4 149.5 110.6 106.4 115.2 Area-3 122.2 118.6 58.6 84.8 127.1 Area-4 134.2 119.5 130.1 MSCP-2H Area-1 137.2 140.6 137.9 138.2 140.1 Area-2 128.6 116.1 125.1 105.9 81.4 Area-3 133 96.5 137.7 106.5 81.4 Area-4 141.1 139.6 109.3 MSCP-3L Area-1 133.5 112.2 108.9 87.6 99.9 Area-2 146.6 116 132.8 91.2 104.5 Area-3 72.2 58.9 47.6 38.2 47.8 Area-4 46.8 94 86.6 76.3 91.4 104.7 102.3 108.9 106.8 MSCP-3H Area-1 107 174 104 115 93,5 Area-2 59.9 99.2 33.1 50.3 77.8 Area-3 120.2 41.6 85.5 71.9 111.8 Area-4 61.4 16 118 84 82 150.6 80.9 103.6 171.2
Untuk pengukuran kedua pada siang hari antara pukul 10.00 -12.00 dalam kondisi cuaca cerah. Pengukuran dilakukan pada semua area kecuali area-4 dengan pertimbangan bahwa area tersebut mutlak hanya menggunakan sumber pencahayaan dari lampu dan tidak ada akses untuk masuknya pencahayaan alami. Dengan demikian untuk area-4 intensitas penerangan dianggap sama dengan hasil
pengukuran pada malam hari. Dari pengukuran tersebut diperoleh hasil sesuai data yang tersaji pada tabel 4.4 dibawah ini.
Tabel 4.4 Data Pengukuran Intensitas Penerangan Siang Hari Lokasi Intensitas Pada Titik Pengukuran (Lux)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 MSCP-2L Area-1 556.6 445.9 425.2 430.2 356.3 Area-2 337.7 226.3 145.8 135.5 149.9 Area-3 365.2 137.5 85.5 111.2 142.3 Area-4 134.2 119.5 130.1 MSCP-2H Area-1 522.3 561 578 520 472 Area-2 382.3 262.2 178.5 158.3 173.2 Area-3 373.2 135 182.2 132.2 125.5 Area-4 141.1 139.6 109.3 MSCP-3L Area-1 506.2 428.2 419.7 417.2 355.4 Area-2 354.1 158 181.2 110.2 134.2 Area-3 450 90.5 89.2 54.1 75 Area-4 46.8 94 86.6 76.3 91.4 104.7 102.3 108.9 106.8 MSCP-3H Area-1 536.1 783.5 622.5 769.2 616.4 Area-2 354.8 143.2 142.7 127.5 158.2 Area-3 238.3 110.6 104.9 135.4 178.3 Area-4 61.4 16 118 84 82 150.6 80.9 103.6 171.2 4.4 Analisa Kondisi Sekarang
4.4.1 Analisa Intensitas Penerangan Rata-rata
Perhitungan tingkat intensitas penerangan rata-rata berdasarkan hasil pengukuran intensitas penerangan yang dilakukan dilantai MSCP-2 dan lantai MSCP-3 sesuai dengan tabel 4.3 dapat dilakukan dengan menggunakan
persamaan 2.5. Sebagai contoh penerangan rata-rata di lantai MSCP-2L pada area -1 adalah sebagai berikut :
Erata-rata = E1 + E2 +E3…+En n
Erata-rata = 126.7 +145.2+139.2+130.6+135.5 5
Intensitas rata-rata di MSCP-2L area-1 adalah 108.3 Lux
Dengan menggunakan data dan persamaan yang sama diperoleh kondisi rata-rata intensitas penerangan di semua area seperti ditunjukkan pada tabel 4.5 dibawah ini.
Tabel 4.5 Perhitungan Intensitas Penerangan Rata-rata
Lokasi Intensitas Penerangan Rata-rata (Lux)
MSCP-2L Area -1 108.3 Area-2 97.4 Area -3 76.8 Area-4 127.9 MSCP-2H Area -1 138.8 Area-2 117.8 Area -3 111 Area-4 130 MSCP-3L Area -1 108.4 Area-2 118.2 Area -3 52.9 Area-4 90.9 MSCP-3H Area -1 100 Area-2 64.1 Area -3 86.2 Area-4 96.4
4.4.2 Perbandingan Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan dengan Standar yang Direkomendasikan
Standar yang digunakan sebagai acuan adalah SNI 03-6575-2001 mengenai “ Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan Pada Bangunan Gedung “. Standar tingkat pencahayaan yang direkomendasikan untuk area yang dijadikan sebagai obyek penelitian adalah 50 Lux sesuai dengan fungsi ruangan. Perbandingan hasil pengukuran dengan standar yang direkomendasikan dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini.
Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Pengukuran dengan Standar
Lokasi
Intensitas
Penerangan (Lux) Kekurangan Selisih /Kelebihan (lux) Keterangan Pemenuhan terhadap Standar Pengukuran (Rata-rata) Standar MSCP-2L Area -1 108.3 50 58.3 Melebihi Area-2 97.4 50 47.4 Melebihi Area -3 76.8 50 26.8 Melebihi Area-4 127.9 50 77.9 Melebihi MSCP-2H Area -1 138.8 50 88.8 Melebihi Area-2 117.8 50 67.8 Melebihi Area -3 111 50 61 Melebihi Area-4 130 50 80 Melebihi MSCP-3L Area -1 108.4 50 58.4 Melebihi Area-2 118.2 50 68.2 Melebihi Area -3 52.9 50 2.9 Melebihi Area-4 90.9 50 49.9 Melebihi MSCP-3H Area -1 100 50 50 Melebihi Area-2 64.1 50 14.1 Melebihi Area -3 86.2 50 36.2 Melebihi Area-4 96.4 50 46.4 Melebihi
Dari tabel perbandingan di atas, terlihat bahwa intensitas penerangan diarea parkir sudah cukup bagus dan sesuai dengan yang direkomendasikan, dimana memiliki selisih kelebihan cukup jauh melebihi standar.
4.4.3 Analisa Intensitas Penerangan yang Merata
Perhitungan nilai minimum intensitas penerangan di setiap area dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.4 dan data intensitas penerangan rata-rata pada tabel 4.5. Sebagai contoh perhitungan nilai minimum untuk mendapatkan intensitas penerangan yang merata di lantai MSCP-2L area-1, dimana telah diketahui nilai rata-rata pada area-1 sebesar 108.3 lux adalah sebagai berikut :
Eminimum = 80/100 x Erata-rata area-1
= 80/100 x 108.3 lux = 86.6 lux
Dari hasil perhitungan tersebut dan membandingkan dengan data intensitas penerangan pada tabel 4.3 di area-1 tidak ditemukan titik pengukuran dibawah intensitas minimum, hal ini berarti bahwa intensitas penerangan pada area tersebut sudah memenuhi kondisi penerangan yang merata atau uniformity
Untuk mengetahui kondisi pemerataan intensitas penerangan diarea lainnya, perhitungan tetap menggunakan persamaan 2.4 dan data pengukuran intensitas pada tabel 4.3 serta data intensitas penerangan rata-rata pada tabel 4.5. Hasil perhitungan intensitas minimum pada keseluruhan area parkir di lantai MSCP-2 dan lantai MSCP-3 dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini.
Tabel 4.7 Pemerataan Intensitas Penerangan Area Parkir
Lokasi
Intensitas Penerangan (Lux)
Keterangan Pengukuran (Rata-rata) Eminimum Titik Ukur Terendah MSCP-1L Area -1 108.3 86.6 126.7 Merata Area-2 97.4 77.9 106.4 Merata
Area -3 76.8 61.4 58.6 Tidak merata
Area-4 127.9 102.3 130.1 Merata
MSCP-1H
Area -1 138.8 111.0 137.9 Merata
Area-2 117.8 94.2 81.4 Tidak merata
Area -3 111,0 88.8 81.4 Tidak merata
Area-4 130,0 104.0 109.3 Merata
MSCP-3L
Area -1 108.4 86.7 87.6 Merata
Area-2 118.2 94.6 91.2 Tidak merata
Area -3 52.9 42.3 38.2 Tidak merata
Area-4 90.9 72.7 76.3 Merata
MSCP-3H
Area -1 100,0 80.0 93.5 Merata
Area-2 64.1 51.2 33.1 Tidak merata
Area -3 86.2 68.9 41.6 Tidak merata
Area-4 96.4 77.1 16.0 Tidak merata
Dari data diatas diketahui bahwa terdapat titik ukur di beberapa area yang intensitasnya masih berada di bawah 80% kuat penerangan rata-rata. Dengan demikian, area tersebut tidak memenuhi syarat sebagai penerangan yang merata. 4.4.4 Analisa Spacing Criteria dan Jumlah Titik Lampu
Analisa dilakukan untuk mengetahui faktor penyebab tidak meratanya pencahayaan. Sesuai kondisi ketinggian lampu dari bidang yang diterangi adalah 1.6 meter ( Ketinggian luminer 2.6 meter dikurangi titik ukur 1 meter ), dengan
menggunakan rumus 2.4 maka spacing criteria untuk mendapatkan pencahayaan yang merata adalah 1.6 x 1.5 = 2.4 meter. Dari kondisi yang ada terlihat bahwa jarak pemasangan tidak sesuai dengan spacing criteria tersebut.
Untuk mengetahui kesesuaian jumlah lampu yang seharusnya terpasang diarea tersebut digunakan persamaan 2.7 berdasarkan data-data kondisi sebagai berikut :
Intensitas atau kuat penerangan(E) yang akan dicapai adalah 50 Lux Panjang ruang (L) = 67.2 Meter
Lebar ruang (W) = 16.2 Meter Total Lumen lampu (Ø) =2500 Lumen Light loss factor (0.7-0.8) = 0.8
Coefisien of utilization (50-65%) = 65% Jumlah lampu per titik(n) =1 Titik
N = E x LxW
Ø x LLF x CU x n = 50 x 67.2 x16.2 2500 x 0.8 x 0.65 x 1 = 41 Titik lampu
Dari perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa kebutuhan lampu yang ideal untuk area parkir di lantai MSCP-3, MSCP-4 dan MSCP-5 adalah 41 titik sedangkan untuk lantai MSCP-1 dan MSCP-2 adalah 32 titik lampu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah titik lampu yang dipasang pada tiap lantai (kondisi eksisting) tidak sesuai dengan jumlah titik lampu pada perhitungan standar. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab tidak meratanya penerangan.
4.4.5 Perbandingan Daya Listrik dengan Standar yang Direkomendasikan Standar yang digunakan sebagai acuan adalah SNI 03-6197-2000 mengenai “Konservasi Energi Sistem Pencahayaan pada Bangunan Gedung “. Standar daya maksimum yang direkomendasikan untuk area yang dijadikan sebagai obyek penelitian adalah 5 Watt/ m2 sesuai dengan fungsi ruangan.
Berdasarkan luasan masing-masing lantai pada tabel 4.1 dan data jumlah titik lampu pada tabel 4.2, maka perbandingan daya penerangan yang terpasang dengan standar yang direkomendasikan dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini.
Tabel 4.8 Perbandingan Daya Terpasang dengan Standar
Lantai
Total daya ( Termasuk rugi ballast dalam satuan Watt )
Keterangan Pemenuhan terhadap
Standar Daya
Lampu Daya Per m2
Daya Standar MSCP-1L 1118 1.32 5 Memenuhi MSCP-1H 1118 1.32 5 Memenuhi MSCP-2L 1118 1.32 5 Memenuhi MSCP-2H 1118 1.32 5 Memenuhi MSCP-3L 1462 1.34 5 Memenuhi MSCP-3H 1462 1.34 5 Memenuhi MSCP-4L 1419 1.34 5 Memenuhi MSCP-4H 1462 1.34 5 Memenuhi MSCP-5L 1462 1.33 5 Memenuhi MSCP-5H 1462 1.33 5 Memenuhi
Dari tabel perbandingan di atas, terlihat bahwa daya yang dipakai untuk penerangan diarea parkir masih dibawah standar. Dengan demikian daya yang terpasang di area parkir tersebut sudah sesuai dengan yang direkomendasikan.
4.4.6 Analisa Konsumsi Energi Listrik
Sesuai pengamatan dapat diketahui bahwa keseluruhan lampu di area parkir dalam kondisi selalu menyala selama 24 Jam. Untuk menghitung konsumsi energi listrik di area parkir tersebut digunakan persamaan 2.3. Sedangkan biaya energi listrik merujuk kepada ketentuan Tarif Dasar Listrik sesuai Permen ESDM No 30 Tahun 2012 yang diberlakukan Tahun 2013 dan Permen ESDM No 09 Tahun 2014 mengenai ketentuan tariff adjustment Tahun 2014. Berdasarkan perhitungan diperoleh data sesuai tabel berikut ini :
Tabel 4.9 Biaya Pemakaian Listrik Kondisi Ekisting Lantai Daya
Lampu
Kwh/Hari Biaya Listrik(Rp)
LWBP WBP LWBP WBP Total MSCP-1L 1118 22.4 4.5 24,640 7,425 32,065 MSCP-1H 1118 22.4 4.5 24,640 7,425 32,065 MSCP-2L 1118 22.4 4.5 24,640 7,425 32,065 MSCP-2H 1118 22.4 4.5 24,640 7,425 32,065 MSCP-3L 1462 29.2 5.8 32,120 9,570 41,690 MSCP-3H 1462 29.2 5.8 32,120 9,570 41,690 MSCP-4L 1419 28.4 5.7 31,240 9,405 40,645 MSCP-4H 1462 29.2 5.8 32,120 9,570 41,690 MSCP-5L 1462 29.2 5.8 32,120 9,570 41,690 MSCP-5H 1462 29.2 5.8 32,120 9,570 41,690 Total 13201 264.0 52.7 290,400 86,955 377,355
LWBP :Lewat Waktu Beban Puncak (Jam 10 Malam-Jam 6 Sore ) WBP :Waktu Beban Puncak(Jam 6 Sore-Jam 10 Malam)
Tarif : LWBP Rp 1,100/kWh dan WBP Rp.1,650/kWh
Dengan perhitungan yang sama , maka total konsumsi energi listrik selama satu tahun adalah 317 kWh x 365 hari = 115,705 kWh dengan total biaya penggunaanya sebesar Rp.377,355 x 365 hari = Rp.137,734,575.
4.5 Solusi Penghematan Energi Listrik dan Pemenuhan Standar
Dengan melihat kondisi penerangan di beberapa area parkir yang belum memenuhi standar penerangan yang merata, maka penambahan jumlah lampu maupun perubahan peletakan lampu perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum upaya penerapan peluang penghematan dilakukan. Berdasarkan perhitungan sebelumnya, diperlukan penambahan jumlah titik lampu untuk lantai MSCP-1 dan MSCP-2 masing-masing sebanyak 6 titik lampu dan untuk lantai MSCP-3, MSCP-4 dan MSCP-5 masing-masing 7 titik lampu.
Perhitungan penghematan akan dilakukan dengan kondisi telah memenuhi standar kuat penerangan yang merata. Penghematan energi listrik akan dihitung berdasarkan kondisi jumlah lampu setelah dilakukan penambahan. Perbandingan daya listrik dan biaya konsumsi energi listrik setelah perubahan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.10 dan 4.11 dibawah ini.
Tabel 4.10 Daya Listrik Setelah Penambahan Lampu
Lantai Sebelum Penambahan/Penataan Setelah Penambahan/Penataan TL-T8 1 x 36 Watt ( magnetic ballast) TL-T8 1 x 36 Watt ( magnetic ballast) Jumlah Lampu Total Daya (termasuk rugi ballast) Jumlah Lampu Total Daya (termasuk rugi ballast) MSCP-1L 26 1118 32 1376 MSCP-1H 26 1118 32 1376 MSCP-2L 26 1118 32 1376 MSCP-2H 26 1118 32 1376 MSCP-3L 34 1462 41 1763 MSCP-3H 34 1462 41 1763 MSCP-4L 33 1419 41 1763 MSCP-4H 34 1462 41 1763 MSCP-5L 34 1462 41 1763 MSCP-5H 34 1462 41 1763 Total 307 13201 374 16082
Tabel 4.11 Biaya Pemakaian Listrik Setelah Penambahan Lampu Lantai Daya
Lampu
Kwh/Hari Biaya Listrik(Rp)
LWBP WBP LWBP WBP Total MSCP-1L 1376 27.5 5.5 30,272 9,082 39,354 MSCP-1H 1376 27.5 5.5 30,272 9,082 39,354 MSCP-2L 1376 27.5 5.5 30,272 9,082 39,354 MSCP-2H 1376 27.5 5.5 30,272 9,082 39,354 MSCP-3L 1763 35.3 7.1 38,786 11,636 50,422 MSCP-3H 1763 35.3 7.1 38,786 11,636 50,422 MSCP-4L 1763 35.3 7.1 38,786 11,636 50,422 MSCP-4H 1763 35.3 7.1 38,786 11,636 50,422 MSCP-5L 1763 35.3 7.1 38,786 11,636 50,422 MSCP-5H 1763 35.3 7.1 38,786 11,636 50,422 Total 16082 321.6 64.3 353,804 106,141 459,945
4.6. Identifikasi Peluang Penghematan Energi Listrik.
Sesuai pengamatan yang telah dilakukan, masih terdapat kondisi pemborosan energi listrik di area parkir. Kondisi ini berpotensi membuat penghematan energi menjadi kurang optimal. Beberapa hal yang ditemukan adalah sebagai berikut :
1) Lampu-lampu yang masih menyala meskipun cahaya alami sudah mencukupi. 2) Lampu-lampu yang masih menyala meskipun area parkir tidak digunakan 3) Lampu bukan jenis hemat energi dan menggunakan ballast eletromagnetik.
Dari kondisi tersebut dapat diidentifikasi adanya peluang untuk lebih mengoptimalkan penghematan konsumsi energi listrik penerangan di area parkir tersebut. Solusi penghematan energi dapat dilakukan dengan tindakan penghematan sebagai berikut :
1) Pemanfaatan pencahayaan alami dengan pemasangan sensor cahaya. 2) Pengaturan waktu penyalaan lampu baik secara manual maupun otomatis.
3) Penggantian lampu dengan jenis lampu yang lebih hemat dan menggunakan ballast elektronik.
Dari peluang-peluang yang diperoleh, selanjutnya dibuat analisa sehingga dapat dipilih peluang yang paling tepat untuk diimplementasikan berdasarkan klasifikasi sebagai berikut :
a) Implementasi tanpa biaya investasi /biaya rendah dan payback period kurang dari 6 bulan
b) Implementasi dengan biaya sedang dan payback period kurang dari 1 tahun. c) Implementasi dengan biaya tinggi dan payback period lebih dari 1 tahun. 4.6.1 Pemanfaatan Pencahayaan Alami
Sesuai dengan data hasil pengukuran pada tabel 4.4, dapat diketahui bahwa pada area-1, yaitu pada sisi pinggir yang berdekatan dengan jendela mempunyai tingkat intensitas pencahayaan siang hari mencapai 500 lux.
Gambar 4.5 Area Parkir dengan Intensitas Penerangan Tinggi Area 1 Parking Low
Penerimaan cahaya matahari menjadi sangat efektif sehingga intensitas cahaya alami yang langsung masuk ke area parkir menjadi tinggi karena di pengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut :
a) Struktur bangunan yang membujur dari utara ke selatan. b) Terdapat jendela terbuka di sisi utara,barat dan timur . c) Luas area parkir serta bentuk jendela yang lebar.
Gambar 4.6 Jendela Gedung Parkir
Dengan kondisi tersebut diatas maka masuknya radiasi sinar matahari secara langsung ke dalam bangunan dapat dibuat seminimal mungkin, sehingga refleksi cahaya langit menjadi lebih dominan dibandingkan dengan cahaya matahari langsung
Pemanfaatan pencahayaan alami untuk menggantikan pencahayaan buatan pada siang hari dapat dilakukan dengan cara memasang sensor cahaya (photocell sensor ). Peralatan ini berfungsi sebagai saklar otomatis untuk mengatur nyala lampu berdasarkan penerimaan signal cahaya yang diterima oleh sensor. Meskipun prinsip operasinya berdasarkan tingkat kecerahan cahaya matahari sehingga tidak efektif jika cuaca tidak cerah, namun dapat menghasilkan efisiensi yang cukup optimal.
Pemasangan sensor memerlukan rekayasa untuk perubahan instalasi lampu, dimana lampu-lampu diarea tersebut harus dipisahkan instalasinya dan dibuat menjadi satu kelompok (re-grouping). Dengan demikian sensor photocell hanya berfungsi sebagai pengontrolan kelompok lampu yang sudah dibuat dalam satu grup tersebut.
Berdasarkan kondisi jumlah titik lampu yang terpasang di setiap lantai maka khusus pada area-1 dapat dibuat pengelompokkan seperti pada gambar dibawah ini. MSCP-Low MSCP-High Keterangan gambar: :Titik lampu TLD :Panel Penerangan :Photocell sensor
4.6.2 Mengatur Penyalaan Lampu Sesuai Kebutuhan.
Aktifitas perparkiran secara efektif hanya berlangsung pada saat jam dan hari kerja, yaitu hari Senin sampai dengan hari Jumat dari jam 6 pagi sampai jam 10 malam. Diluar waktu tersebut kondisi area parkir cenderung sepi dari aktifitas keluar maupun masuk kendaraan. Demikian juga pada hari Sabtu dan Minggu maupun hari libur kondisinya terlihat kosong dan hanya terdapat beberapa kendaraan yang menginap.
Gambar 4.8 Kondisi Area Parkir Pada Hari Libur
Potensi penghematan konsumsi energi listrik dapat diperoleh dengan melakukan pengaturan penyalaan lampu sesuai dengan kebutuhan. Dengan mengatur penyalaan lampu, maka lampu- lampu pada area lantai yang kosong dapat dipadamkan. Pengaturan tersebut dapat dilakukan secara manual maupun otomatis. Pengaturan secara manual dengan menggunakan saklar lampu disetiap lantai. Pengaturan secara otomatis dapat dibuat dengan menggunakan timer switch atau menggunakan perangkat BAS ( Building Automation System).
1) Pemasangan Timer switch atau saklar lampu
Pengaturan secara manual dengan pemasangan saklar maupun secara otomatis dengan timer switch mempunyai potensi penghematan yang sama,
namun penggunaan saklar tidak disarankan karena dengan metode operasional secara manual akan tergantung pada kedisplinan operator sehingga sangat mempengaruhi hasil penghematan.
2) Menggunakan BAS (Building Automation System)
Gedung Wisma 46 telah menggunakan peralatan BAS sebagai perangkat monitoring dan pengontrolan fasilitas gedung. Penggunaan BAS termasuk untuk mengontrol operasional lampu –lampu masih terbatas pada lampu-lampu penerangan public area seperti koridor dan lobi gedung utama sedangkan untuk area parkir belum digunakan.
Dengan menggunakan BAS sebagai perangkat pengontrolan, maka lampu-lampu dapat diatur pemadaman maupun penyalaannya berdasarkan jam dan hari. Pengoperasian dapat dilakukan dengan membuat scedule sesuai dengan kebutuhan. Berbeda dengan timer switch yang harus merubah seting waktu secara manual.
Sama seperti halnya penggunaan photocell sensor, maka untuk pengaturan penyalaan lampu berdasarkan waktu pemanfaatannya, baik yang dibuat secara manual maupun otomatis juga memerlukan perubahan instalasi. Perubahan instalasi kelistrikan tersebut diperlukan untuk memisahkan beberapa titik lampu .Beberapa titik lampu tersebut nantinya akan dipertahankan tetap menyala yang diperlukan untuk penerangan pada saat dilakukan pengecekan area lantai tersebut oleh petugas keamanan gedung.
Jumlah titik lampu yang tetap menyala ditempatkan pada area tertentu terutama jalur laju kendaraan dan ramp untuk jalur keluar masuk kendaraan sesuai dengan gambar 4.9 dan 4.10 dibawah ini.
Gambar 4.9 Grouping Lampu Yang Tetap Menyala di Lantai MSCP-3
Gambar 4.10 Grouping Lampu Yang Tetap Menyala di Lantai MSCP-2 Lampu yang ON
Sesuai gambar denah diatas, maka jumlah titik lampu yang dipertahankan tetap menyala untuk lantai MSCP-1 dan MSCP-2 masing-masing adalah 10 titik lampu. Sedangkan untuk lantai MSCP-3, MSCP-4 dan MSCP-5 masing- masing berjumlah 12 titik lampu. Jumlah keseluruhan lampu untuk gedung parkir yang dibuat tetap menyala adalah 56 buah lampu.
4.6.3 Penggantian Luminer Lampu
Lampu LED menjadi pilihan paling rasional untuk mendapatkan penghematan yang paling optimal, namun harga yang masih mahal menjadi pertimbangan untuk pemilihan lampu lain. Dengan kondisi tersebut maka pada tahap awal penggantian dapat menggunakan lampu TL jenis T-5 dengan daya 28 Watt ballast elektronik. Dengan menggunakan lampu tersebut maka dapat diperoleh penghematan dari penurunan daya lampu dan rugi ballast.
4.7 Analisa Penghematan Energi Pada Kondisi Sesuai Standar
Berdasarkan uraian sebelumnya , maka dapat dihitung penghematan konsumsi energi listrik untuk setiap upaya yang dapat diimplementasikan dengan menggunakan persamaan 2.3.
1) Pemasangan Sensor Photocel
Jumlah titik lampu di area-1 pada setiap lantai yang dapat dibuat pengontrolan dengan photo cell adalah 12 buah lampu. Jumlah secara keseluruhan untuk gedung parkir adalah 60 buah lampu dengan total daya termasuk rugi ballast adalah 2,580 Watt.
Jika diasumsikan efektifitas tingkat kecerahan pencahayaan alami dalam satu hari adalah 10 jam (Jam 07:00-17:00) maka penghematan konsumsi energi listrik (kWh) dalam satu hari adalah 2,580 Watt x 10 jam = 25,800 Watt jam
atau 25.8 kWh. Dengan harga satuan tarif tenaga listrik golongan B3 saat ini adalah Rp.1,100, maka biaya penggunaan energi listrikyang dapat dihemat dalam satu hari adalah sebesar Rp.28,380. Jika diasumsikan tingkat kecerahan matahari hanya diperoleh pada musim kemarau dalam 1 tahun adalah 200 hari maka penghematan biaya untuk satu tahun adalah Rp 28,380 x 200 hari = Rp.5,676,000. 2) Pemasangan Timer Switch
Dari perubahan instalasi sesuai gambar 4.7, maka jumlah lampu yang dapat dipadamkan untuk semua lantai adalah 314 buah lampu dengan total daya termasuk rugi ballast adalah 13,502 Watt.
Dengan menggunakan timer switch maka setiap hari lampu dapat diatur secara otomatis untuk padam (off ) pada jam 10 malam sampai dengan jam 6 pagi ( 8 Jam). Penghematan konsumsi energi listrik (kWh) dalam satu hari adalah 13,502 Watt x 8 jam = 108,016 Watt jam atau 108.3 kWh. Dengan harga satuan tarif tenaga listrik golongan B3 saat ini adalah Rp.1,100, maka biaya penggunaan energi listrik yang dapat dihemat dalam satu hari adalah sebesar Rp.119,130. Penghematan biaya untuk satu tahun adalah Rp 119,130 x 365 hari = Rp.43,482,450.
3) Menggunakan BAS (Building Automation System)
Dengan metode pengontrolan dari BAS, maka penghematan konsumsi energi listrik yang diperoleh dapat dibedakan berdasarkan metode pengaturan operasional lampu (schedule ) sebagai berikut :
a) Hari Senin –Jumat : Schedule lampu off jam 22:00-06:00 (8 jam)
Penghematan konsumsi energi listrik (kWh) selama 5 hari adalah 13,502 Watt x 8 jam x 5 hari = 540,080 Watt jam atau 540.0 kWh. Dengan harga satuan
tarif tenaga listrik golongan B3 saat ini adalah Rp.1,100, maka biaya penggunaan energi listrik yang dapat dihemat dalam 5 hari adalah sebesar Rp.594,000. b) Hari Sabtu-Minggu: Schedule lampu off jam 06:00 -06:00(24 jam)
Penghematan konsumsi energi listrik (kWh) selama 2 hari adalah sebagai berikut :
i. Penghematan pada LWBP adalah 13,502 Watt x 20 jam x 2 hari =540,080 Wattjam atau 540.0 kWh. Dengan harga satuan tarif tenaga listrik golongan B3 saat ini adalah Rp.1,100, maka biaya penggunaan energi listrik yang dapat dihemat dalam 2 hari adalah sebesar Rp.594,000.
ii. Penghematan pada WBP adalah 13,502 Watt x 4 jam x 2 hari =108,016 Wattjam atau 108.0 kWh. Dengan harga satuan tarif tenaga listrik golongan B3 saat ini adalah Rp.1,650, maka biaya penggunaan energi listrik yang dapat dihemat dalam 2 hari adalah sebesar Rp.178,200. iii. Total penghematan biaya konsumsi energi listrik dalam 2 hari adalah
Rp.772,200.
Jumlah penghematan biaya yang dapat diperoleh dengan penggunaan BAS sebagai pengontrolan lampu selama 7 hari (satu minggu ) adalah Rp.1,366,200. Penghematan biaya untuk satu tahun adalah Rp.1,366,200 x 54 minggu = Rp.73,774,800.
4) Penggantian Lampu TL
Penghematan konsumsi energi listrik dihitung berdasarkan jumlah lampu setelah dilakukan penambahan lampu untuk tujuan pemenuhan standar penerangan yang merata. Perbandingan daya listrik dan biaya konsumsi energi
listrik setelah dilakukan penggantian dengan lampu TL-T5 dapat dilihat pada tabel 4.12 dan 4.13 dibawah ini.
Tabel 4.12 Perbandingan Daya Lampu Sebelum dan Sesudah Penggantian
Lantai
Sebelum penggantian Setelah Penggantian TL-T8 1 x 36 Watt ( magnetic ballast) TL-T5 1 x 28 Watt ( electronic ballast) Jumlah Lampu Total Daya (termasuk rugi ballast) Jumlah
Lampu Total Daya
MSCP-1L 32 1376 32 896 MSCP-1H 32 1376 32 896 MSCP-2L 32 1376 32 896 MSCP-2H 32 1376 32 896 MSCP-3L 41 1763 41 1148 MSCP-3H 41 1763 41 1148 MSCP-4L 41 1763 41 1148 MSCP-4H 41 1763 41 1148 MSCP-5L 41 1763 41 1148 MSCP-5H 41 1763 41 1148 Total 374 16082 374 10472
Tabel 4.13 Konsumsi dan Biaya Energi Listrik Setelah Penggantian Lampu Lantai Daya
Lampu
Kwh/Hari Biaya Listrik(Rp)
LWBP WBP LWBP WBP Total MSCP-1L 896 17.9 3.6 19,712 5.914 25.626 MSCP-1H 896 17.9 3.6 19.712 5.914 25.626 MSCP-2L 896 17.9 3.6 19.712 5.914 25.626 MSCP-2H 896 17.9 3.6 19.712 5.914 25.626 MSCP-3L 1148 23.0 4.6 25.256 7.577 32.833 MSCP-3H 1148 23.0 4.6 25.256 7.577 32.833 MSCP-4L 1148 23.0 4.6 25.256 7.577 32.833 MSCP-4H 1148 23.0 4.6 25.256 7.577 32.833 MSCP-5L 1148 23.0 4.6 25.256 7.577 32.833 MSCP-5H 1148 23.0 4.6 25.256 7.577 32.833 Total 10472 209.4 41.9 230,384 69,115 299,499
Sesuai data perbandingan pada tabel 4.12, dapat diketahui bahwa dengan penggantian tersebut diperoleh penurunan konsumsi daya listrik sebesar 5610 Watt atau 35 % lebih rendah dari konsumsi energi listrik lampu TL-T8 yang terpasang sebelumnya. Jika penggunaan lampu pada kondisi sebelumnya adalah 24 jam, maka terdapat penghematan konsumsi energi listrik (kWh) dalam satu hari sebesar 5610 Watt x 24 jam = 134,640 Watt jam atau 134.6 kWh
Dengan membandingkan biaya konsumsi energi listrik sebelum penggntian lampu pada tabel 4.11 dengan konsumsi energi listrik setelah penggantian lampu pada tabel 4.13,. maka biaya konsumsi energi listrik yang dapat dihemat dalam satu hari adalah sebesar Rp.160,446. Penghematan biaya untuk satu tahun adalah Rp.160,446 x 365 hari = Rp.58,562,790.
4.8 Perhitungan Biaya Investasi
Biaya investasi untuk implementasi masing-masing peluang penghematan energi berdasarkan estimasi harga material dan ongkos pekerjaan sebagai berikut : Jumlah Satuan Harga(Rupiah) Pemasangan Timer switch
Timer Theben SUL 18 5 buah 1,000,000
Contactor 5 A 5 buah 1,500,000
Kabel NYM 3 X 1.5 mm 2 rol @ 100mtr 700,000
Biaya instalasi dan grouping
lampu 5 lot 500,000
Total Biaya 3,700,000
Penggunaan BAS
Pembelian Module DDC 5 buah 15,000,000
Cable AWG 100 meter 1,000,000
Contactor 5 A 5 buah 1,000,000
Kabel NYM 3 X 1.5 mm 2 rol @ 100mtr 700,000
Biaya instalasi grouping lampu 5 lot 500,000
Biaya instalasi BAS 5 lot 500,000
Pemasangan photo cell
Photocell sensor 10 buah 5,000,000
Contactor 5 A 10 buah 2,000,000
Kabel NYM 3 X 1.5 mm 4 rol @ 100mtr 1,400,000 Biaya instalasi dan grouping
lampu 10 lot 1,000,000
Total Biaya 9,400,000
Penggantian lampu dan penataan
TLD-T5 28W/865+Fitting 374 buah 93,500,000
Kabel NYM 3 X 1.5 mm 2 rol @ 100mtr 700,000
Biaya penggantian lampu 374 buah 15,000,000
Total Biaya 109,200,000
4.9 Simple Payback
Dengan menggunakan persamaan 2.8 maka jangka waktu untuk pengembalian investasi yang dikeluarkan untuk penerapan masing-masing peluang penghematan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pemasangan timer switch :
Biaya investasi awal : Rp. 3,700,000 Jumlah Penghematan 1 tahun : Rp.43,482,450.
Simple payback : 0.08 Tahun (1 bulan)
2. Pengontrolan dengan BAS :
Biaya investasi awal : Rp. 18,700,000 Jumlah Penghematan 1 tahun : Rp.73,774,800.
3. Pemasangan timer sensor photocell :
Biaya investasi awal : Rp. 9,400,000 Jumlah Penghematan 1 tahun :.Rp.5,676,000.
Simple payback : 1.7 Tahun (20 bulan)
4. Penggantian lampu hemat energi
Biaya investasi awal : Rp. 109,200,000 Jumlah Penghematan 1 tahun : Rp.58,562,790.
Simple payback : 1.8 Tahun (22 bulan)
Jangka waktu pengembalian investasi untuk penggantian lampu sesuai kondisi tersebut dengan mempertimbangkan bahwa umur lampu (lifetime) dapat mencapai 20.000 jam atau 2.2 tahun sebagaimana yang direferensikan pada tabel 2.2 Bab 2 halaman 13.
Setelah dilakukan perhitungan, dapat diketahui bahwa jangka waktu pengembalian biaya investasi dari sebagaian besar usaha untuk penghematan energi tersebut kurang dari 2 tahun. Dengan demikian maka upaya penghematan ini sangat feasible untuk segera diimplementasikan.
Untuk penggantian lampu yang lebih hemat energi memerlukan biaya investasi awal yang sangat besar meskipun demikian masih terdapat penghematan yang cukup baik, mengingat tarif listrik yang cenderung terus mengalami kenaikan menjadikan langkah penghematan ini layak untuk diimplementasikan. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah untuk meningkatkan kinerja penerangan area parkir supaya lebih nyaman.