• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stimulasi Mental (Asah)

2.1.1. Pengertian Stimulasi Mental (Asah)

Menurut Soetjiningsih (1999) stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan di luar individu anak. Hidayat (2005) menyatakan stimulasi mental merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak yaitu asah. Oktaria (2009) menyatakan stimulasi tumbuh kembang adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang kemampuan dasar anak agar anak dapat tubuh dan berkembang secara optimal. Kemampauan anak yang dirangsang meliputi kemampuan motorik kasar, kemampuan motorik halus, krmampuan berbicara dan bahasa, serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian.

Mahram (2009) mengatakan stimulasi hendaknya diberikan sedini mungkin yaitu sejak bayi lahir bahkan sebaiknya sejak janin berusia 6 bulan dan diberikan terus menerus secara rutin dan bervariasi oleh setiap orang yang berinteraksi dengan anak pada setiap kesempatan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Potter (2005) pemberian stimulasi sangat penting untuk kemajuan perkembangan anak sebab tanpa stimulasi penyelesaian tugas perkembangan anak menjadi sulit atau tidak tercapai.

(2)

2.1.2. Bentuk Stimulasi

Bagian Psikologi FK UI dan UKK Pediatri Sosial IDAI (dikutip dari Soetjiningsih (1999) menyatakan bahwa stimulasi yang perlu diberikan pada anak balita antara lain: akademik sederhana (pengenalan ruang, bentuk, warna, persiapan berhitung), pendidikan alam sekitar, sosialisasi, mengenal lingkungan masyarakat, bermain bebas untuk mengembangkan fantasi dan memperkaya pengalaman, menyanyi, menggambar, belajar bahasa (bercakap-cakap, membaca, menggambar, bercerita, mengucapkan syair sederhana), melatih daya ingat dengan bermain jualan atau menyampaikan berita, bermain musik, mengenal tugas dan larang-larangan, dan aktivitas sehari-hari (makan sendiri, minum sendiri, kontrol buang air besar, kontrol buang air kecil).

Soetjiningsih (1999) menyatakan bahwa perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang diperlukan anak. Aktivitas bermain dalam suasana kasih sayang berguna merangsang seluruh sistem indera, melatih kemampuan motorik halus dan kasar, kemampuan berkomunikasi serta perasaan dan pikiran anak.

(3)

2.1.3. Waktu Pemberian Stimulasi

Menurut Tanuwidjaya (2002) stimulasi mental diperlukan seawal dan sedini mungkin, terutama sampai 4-5 tahun pertama setelah lahir. Periode inilah yang sering disebut sebagai tahun keemasan (golden years). Asah dapat diperoleh melalui:

1. Pendidikan informal (di rumah, dalam keluarga).

2. Pendidikan formal (SD, SMP, SMU, PT dan sebagainya).

3. Pendidikan non formal (di masyarakat, kelompok pengrajin anak, sekolah minggu, pramuka, palang merah remaja dan sebagainya).

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pemberian Stimulasi Menurut Syahid (2009) dalam pemberian stimulasi kepada anak, ada dua hal yang sangat berpengaruh, yaitu:

1. faktor internal

Faktor internal ada 2, yaitu: 1) Orang tua (Ibu)

Menurut Ofuka Masaru, ibu sangat berperan penting dalam pemberian stimulasi kepada anak, karena anak lebih peka dan cepat dalam menangkap bahasa ibu, gerakan ibu dan suasana hati ibu. Sentuhan dan pelukan serta kebersamaan dengan anak merupakan modal utama dalam pemberian stimulasi.

(4)

2) Institusi

Dr. Glen Doman (institute for the Achievement of Human Potential) mengatakan bahwa institusi hanya membantu orang tua dalam pelaksanaan pemberian stimulasi kepada anak. Kunci keberhasilan dari berlangsungnya stimulasi terletak di tangan para orang tua. 2. Faktor eksternal

Gizi sangat berperan dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia.

2.1.5. Prinsip dalam Pemberian Stimulasi

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005), prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam memberikan stimulasi adalah sebagai berikut:

1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang. 2. Tunjukkan sikap yang baik, karena anak akan meniru perilaku orang

terdekatnya.

3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.

4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman. 5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur

(5)

6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar anak.

7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan. 8. Berikan pujian terhadap keberhasilan anak.

2.2. Status Gizi

2.2.1. Pengertian Status Gizi

Menurut Supariasa (2002) status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh nutriture yang terlihat melalui variabel tertentu. Nutriture adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan gizi disatu pihak dan pengeluaran gizi oleh organisme dipihak lain. Anara gizi (nutrition), nutriture, dan status gizi merupakan konsep yang saling berkaitan.

Menurut Beck (2000) status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Faktor yang mempengaruhi status gizi, antara lain: 1. Kondisi kesehatan anak

Menurut Soetjiningsih (1999) anak sehat umumnya akan tumbuh dengan baik, berbeda dengan anak yang sakit biasanya pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu.

(6)

2. Asupan makan anak

Menurut Prawirihartono (2000) pada masa balita pola pertumbuhan tidak lagi cepat, demikian juga asupan makanan. Adanya penurunan laju pertumbuhan dan asupan makanan ini sering dinyatakan dalam nafsu makan yang tidak sebaik waktu bayi. Mualia usia 1 tahun biasanya anak sudah mulai kurang minum susu lagi. Sayuran juga jarang disukai, sebaliknya naka mulai suka makan makanan kecil temasuk permen dan kue. Pada umumnya perbedaan pola makan ini akan menyebabkan asupan beberapa zat gizi berkurang. 3. Tingkat pendidikan ibu

Pendidikan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kelangsungan hidup anak maupun tumbuh kembang. Orang tua yang terdidik mempunyai kemampuan menyerap informasi yang berkaitan dengan kesehatan pada umumnya, dan kesehatan anak pada khususnya.

4. Pengetahuan ibu tentang makanan seimbang

Selain kemiskinan, faktor lain yang berpengaruh terhadap timbulnya KEP adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan pendamping ASI dan atau pemberian makanan sesudah bayi disapih. Untuk itu peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pangan dan gizi masyarakat sangat diperlukan.

(7)

5. Kondisi sosial ekonomi keluarga

Menurut Prawirohartono (2000) penghasilan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kedua faktor yang berperanan langsung terhadap gizi yaitu asupan makanan dan penyakit. Penghasilan keluarga mempengaruhi mutu fasilitas perumahan, penyediaan air bersih, dan sanitasi yang pada dasarnya sangat penting berperanan terhadap timbulnya penyakit infeksi, terutama infeksi saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Selain itu, penghasilan keluarga akan menentukan daya beli keluarga termasuk makanan, tersedia atau tidaknya makanan dalam keluarga, akan menentukan kualitas dan kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi oleh anggota keluarga yang sekaligus mempengaruhi asupan zat gizi.

2.2.3. Cara Pengukuran Status Gizi

Menurut Supariasa (2002) cara pengukuran status gizi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

1. Penilaian status gizi secara langsung. 1) Antropometri

Antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

(8)

Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.

2) Klinis

Pemeriksaan linis adalah metode yang sangat penting untuk emnilai gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel, seperti: kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelnjar tiroid.

Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat. Disamping itu juga untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit.

3) Biokimia

Penilaian status gizi biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang dilakukan adalah darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti otot dan hati.

(9)

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukkan kekurangan gizi yang spesifik.

4) Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja endemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

2. Penilaian status gizi secara tidak langsung. 1) Survey konsumsi makanan

Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan yang dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan indivisu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan gizi.

(10)

2) Statistik vital

Pengukuran statistik vital adalah dengan menganalisa data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan, dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungna dengan gizi.

3) Faktor ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik , biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.

Pada penelitian ini metode yang dilakukan adalah dengan metode pengukuran status gizi secara langsung yakni antropometri. Antropometri yang dipilih adalah indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

Menurut Soekirman (2000) berat badan mempunyai hubungan linier dengan tinggi badan. Pada keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan perkembangan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indikator yang tidak tergantung pada umur yang tepat, yang sering kali sulit didapat terutama di negara-negara yang sedang berkembang.

(11)

Indeks berat badan menurut tinggi badan ini dapat memberikan gambaran saat sekarang seperti halnya dengan berat badan menurut umur. Indeks berat badan menurut tinggi badan dapat memberikan gambaran relatif terhadap tinggi badan, maka indeks ini juga mendeteksi kekurusan.

Kelebihan penggunaan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), yaitu:

1. Tidak tergantung umur.

2. Dapat memberikan gambaran keadaan kekurusan dan kegemukan.

Kelemahan dari penggunaan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), yaitu:

1. Karena faktor umur tidak diperhatikan sulit menentukan apakah anak tersebut pendek, cukup, atau terlalu tinggi.

2. Secara teknis seringkali terjadi kesalahan pembacaan angka atau hasil pengukuran. Posisi seseorang yang diukur juga sangat menentukan pengukuran tinggi atau panjang anak.

(12)

2.2.3. Standar Penilaian Status Gizi

Menurut Supariasa (2002) untuk menentukan status gizi digunakan berat badan (BB) terhadap tinggi badan (TB). Menurut standar (baku ) rujukan Direktorat Gizi Masyarakat (2002) dikelompokkan atas gemuk jika nilai Z score > 2 SD, normal jika nilai Z score - 2 SD s/d 2 SD, kurus/wasted jika nilai Z score diantara < - 2 SD s/d - 3 SD, dan sangat kurus jika nilai Z score < - 3 SD.

2.3. Tumbuh Kembang Anak

2.3.1. Pengertian Tumbuh Kembang

Tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan, dan tidak dapat dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan menurut Soetjiningsih (1998) pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan adalah :

a. Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (centimeter, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik.

(13)

b. Perkembangan (Development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa, sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ atau individu. Kedua proses ini terjadi secara sinkron pada setiap individu.

Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi bilogisnya. Tingkat tercapainya potensi biologis merupakan hasil interaksi berbagai faktor genetik, lingkungan bio-psiko-sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda–beda yang memberikan ciri tersendiri pada setiap anak.

(14)

Menurut Markum (1991) dalam istilah tumbuh kembang terdapat suatu makna interaksi yang erat antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologi. Istilah tumbuh lebih dikaitkan dengan pertumbuhan organ dan kematangan organ serta merupakan aspek fisik interaksi tersebut. Sedangkan istilah kembang lebih dikaitkan dengan aspek psikososial. Proses pertumbuhan fisik biasanya telah selesai pada saat bayi lahir dengan organ tubuh yang sudah lengkap dan dapat berfungsi. Fungsi ini kemudian dikembangkan menjadi makin sempurna.

2.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Menurut Soetjiningsih (1998) faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut :

1. Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang, termasuk dalam faktor genetik adalah faktor bawaan yang normal atau patologik.

(15)

2. Faktor lingkungan berbagai keadaan lingkungan yang berpengaruh, terhadap tumbuh kembang anak yang digolongkan menjadi lingkungan pranatal, yaitu lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain : gizi ibu pada waktu hamil, mekanis, toksin atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi stress dan imunitas. Sedangkan lingkungan post natal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum yang digolongkan menjadi :

1) Lingkungan biologis, antara lain : ras atau suku bangsa, jenis kelamin, umur, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, hormon.

2) Lingkungan fisik, antara lain : cuaca atau geografis suatu daerah, sanitasi dan keadaan rumah.

3) Lingkungan psikkososial, antara lain : stimulasi, motivasi belajar, kelompok sebaya, sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas inetraksi antara anak dan orang tua.

4) Lingkungan keluarga dan adat istiadat, antara lain: pekerjaan atau pendapatan keluarga, pendidikan ayah atau ibu, kepribadian ayah atau ibu, jumlah saudara, stabilitas rumah tangga.

(16)

2.3.3. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak

Menurut Soetjiningsih (1998) ciri-ciri tumbuh kembang anak sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Tumbuh kembang adalah proses yang terus menerus sejak dari awal konsepsi sampai maturitas atau dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Berarti bahwa tumbuh kembang sudah terjadi sejak didalam kandungan dan setelah kelahiran merupakan suatu masa dimana mulai saat itu tumbuh kembang anak dapat dengan mudah diamati.

2. Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-organ. Terdapat tiga periode pertumbuhan cepat adalah pada masa janin, masa bayi 0-1 tahun, dan masa pubertas, sedangkan pertumbuhan organ-organ tubuh mengikuti 4 pola yaitu pola umum, limfoid, neural dan reproduksi.

3. Pola perkembangan anak adalah sama pada masa anak, tetapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan lainnya. Contoh: anak akan belajar duduk sebelum belajar berjalan, tetapi umur saat anak belajar duduk atau berjalan berbeda antara satu dengan yang lainnya.

(17)

4. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf. Contoh tidak ada latihan yang dapat menyebabkan anak dapat berjalan sampai sistem saraf siap untuk itu, tetapi tidak hanya kesempatan praktik yang akan menghambat kemampuan ini.

5. Aktivitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas. Contoh : bayi akan menggerakkan seluruh tubuhnya, tangan dan kakinya kalau melihat sesuatu yang menarik, tetapi pada anak yang lebih besar reaksinya hanya tertawa atau meraih benda tersebut.

6. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal, langkah pertama sebelum berjalan adalah perkembangan menegakkan kepala.

7. Reflek promotif seperti reflek memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.

2.4. Motorik Halus

2.4.1. Pengertian Motorik Halus

Motorik halus (finer coordination) yaitu perkembangan yang mengontrol gerakan-gerakan tubuh melalui kegiatan-kegiatan yang terordinasikan antara susunan saraf pusat dan otot-otot halus dalam fungsi meraih, memegang, melempar, menulis, menggambar, mewarnai dan lain-lain.

(18)

Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan, antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan motorik, yaitu:

1. Stimulasi

Pemberian stimulasi pada tiga tahun pertama kehidupan anak merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan anak karena tiga tahun pertama otak merupakan organ yang sangat pesat pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Soetjiningsih (1998) stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan anak, karena anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah akan berkembang lebih cepat dan baik dibanding dengan anak yang kurang atau sama sekali tidak mendapatkan stimulasi.

(19)

2. Gizi

Tandyo (2002) mengatakan bahwa gizi sangat penting untuk anak terutama pada usia 3-4 tahun. Pada masa ini pertumbuhan berlangsung sangat cepat sehingga memerlukan konsumsi protein dan zat pengatur seperti vitamin dan mineral. Perkembangan mental juga memerlukan lebih banyak potein, terutama untuk pertumbuhan sel otaknya. Pertumbuhan sel otak sangat cepat dan akan berhenti atau mencapai taraf sempurna pada usia 4-5 tahun.

3. Kecerdasan

Hurlock, (1999) mengatakan bahwa kecerdasan dimiliki anak sejak dilahirkan, anak yang kecerdasannya tinggi menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari pada anak yang kecerdasannya normal atau di bawah normal.

(20)

2.4.2. Macam-macam Gerakan Motorik Halus Yang Harus Dicapai Pada Saat Usia 4-5 Tahun

Menurut Soetjiningsih (1998) macam gerakan motorik halus yang harus dicapai pada usia 4-5 tahun adalah sebagai berikut:

1. Gerakan Motorik Halus Usia 4 Tahun

Gerakan motorik halus pada anak usia 4 tahun, antara lain: 1) Memilih garis yang lebih panjang.

Dilakukan dengan cara :

(1) Menunjukkan kertas yang ada gambar 2 buah garis lurus 1 panjang dan 1 pendek.

(2) Meminta anak menunjukkan garis yang lebih panjang atau lebih pendek.

(3) Memutar kertas sampai terbalik (lulus bila menjawab benar 3 dari 3 atau 5 dari 6).

(4) Mencatat dan menilai jawaban dari anak. (5) Memberikan pujian jika anak berhasil. 2) Menyusun 9 buah balok kayu.

Dilakukan dengan cara :

(1) Menyiapkan 10 buah balok kayu di atas meja.

(2) Meminta anak menyusun sebuah bentuk bangunan bebas dari 9 balok tersebut.

(21)

(4) Memberikan pujian jika anak berhasil.

3) Memasukkan sendok berisi makanan ke mulut tanpa banyak yang tumpah.

Dilakukan dengan cara :

(1) Menyiapkan anak untuk makan bersama.

(2) Mengajak anak untuk mengucapkan doa sebelum makan.

(3) Mengamati anak ketika sedang mengambil makanan dari piring sampai anak memasukkan makanan tersebut ke dalam mulut.

(4) Mengajak anak membaca doa setelah makan.

(5) Melihat dan menilai keberhasilan anak dalam memasukkan makanan ke mulut tanpa banyak yang tumpah.

(6) Memberikan pujian jika anak makan tanpa banyak yang tumpah.

4) Mampu menggambar orang 3 bagian. Dilakukan dengan cara :

(1) Memberikan arahan kepada anak untuk membuat gambar manusia.

(2) Meminta anak untuk menggambar 3 bagian saja dari manusia. (3) Melihat dan menilai hasil gambar manusia.

(4) Memberikan pujian jika anak berhasil menggambar manusia 3 bagian.

(22)

5) Mencontoh bentuk kotak. Dilakukan dengan cara :

(1) Memberikan kertas, penggaris dan pensil kepada anak. (2) Memperlihatkan kertas yang berisi gambar kotak.

(3) Menyuruh anak untuk mencontoh gambar tersebut di kertas yang di sediakan.

(4) Melihat dan menilai hasil gambar bentuk kotak.

(5) Memberikan pujian jika anak berhasil meniru gambar kotak.

2. Gerakan Motorik Halus Usia 5 Tahun

Gerakan motorik halus pada anak usia 5 tahun, antara lain : 1) Menggunting pola .

Dilakukan dengan cara :

(1) Menyiapkan dan membagikan gunting dan kertas yang ada gambarnya.

(2) Memberikan penjelasan kepada anak untuk menggunting kertas sesuai dengan gambar yang ada.

(3) Menilai hasil guntingan kertas pola.

(4) Memberikan pujian jika anak berhasil menggunting sesuai gambar.

(23)

2) Melipat kertas menjadi bentuk segitiga. Dilakukan dengan cara :

(1) Membagikan kertas bentuk kotak.

(2) Menyuruh anak untuk melipat kertas menjadi bentuk segitiga. (3) Menilai hasil lipatan kertas.

(4) Memberikan pujian jika anak berhasil melipat kertas. 3) Membawa gelas tanpa menumpahkan isinya.

Dilakukan dengan cara

(1) Menyiapkan gelas yang sudah diisi air.

(2) Memberikan penjelasan kepada anak untuk mengambil gelas yang berisi air untuk dibawa ke meja masing-masing.

(3) Melihat dan menilai air yang berada digelas apakah banyak yang tumpah atau tidak.

(4) Memberikan pujian jika anak berhasil membawa gelas berisi air tanpa banyak yang tumpah.

4) Memakai baju dan mengancingkannya. Dilakukan dengan cara :

(1) Menyiapkan baju yang ada kancingannya.

(2) Menyuruh anak untuk memakai baju dan mengancingkannya. (3) Melihat dan menilai jumlah kancing yang terpasang tepat di

tempatnya.

(24)

5) Dapat menggambar bentuk kotak. Dilakukan dengan cara :

(1) Menyiapkan kertas, penggaris dan pensil.

(2) Menyuruh anak membuat bentuk kotak di kertas yang sudah disiapkan.

(3) Melihat dan menilai hasil gambar kotak.

(4) Memberikan pujian jika anak berhasil menggambar kotak.

2.5. Anak Usia 4-5 Tahun

Menurut Hidayat (2005) pada masa ini anak mengalami proses kemandirian yang ditunjukkan dengan anak sudah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah dan tampak sekali kemampuan anak belum mampu menilai sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat dan anak membutuhkan pengalaman belajar dengan lingkungan dan orang tua.

Menurut Supartini (2004) anak usia pra sekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan motorik halus yang lebih matang dari pada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif dan kreatif serta imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan sosial dengan temannya semakin meningkat.

(25)

Menurut Nursalam, dkk. (2008) pada masa ini, inisiatif (proses berfikir) anak mulai berkembang dan anak ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai hal-hal di sekitarnya. Anak mulai berfantasi dengan mempelajari model keluarga atau bermain peran, seperti peran guru, ibu dan lain-lain. Dengan demikian, isi bermain anak lebih banyak menggunakan simbol-simbol dalam permainan peran. Berdasarkan karakteristik sosial, anak mulai bermain bersama teman-temannya tetapi tidak ada tujuan kelompok. Dalam hal ini anak berinteraksi dengan saling meminjam alat permainan. Seiring dengan bertambahnya usia, anak mulai bermain bersama dengan tujuan yang ditetapkan, misalnya tujuan kompetisi. Karakteristik permainan seperti ini disebut dengan permainan kerjasama. Alat permainan yang dianjurkan misalnya: buku, alat tulis, balok dan lain-lain.

(26)

2.6. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini terdiri atas dua bagian yaitu kerangka teori dan kerangka konsep, yang masing-masing penjelasannya adalah sebagai berikut: 2.6.1. Kerangka Teori

Secara sistematis uraian kerangka teori digambarkan dalam sebuah bagan berikut:

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Syahid (2009), Soetjiningsih (1999), Prawirihartino (2000) Faktor-faktor yang mempengaruhi:

1. Stimulasi

1) Faktor internal : orang tua (ibu) dan institusi.

2) Faktor eksternal: gizi 2. Status Gizi

1) Kondisi kesehatan anak 2) Asupan makanan anak 3) Tingkat pendidikan ibu

4) Pengetahuan ibu tentang makanan seimbang

5) Kondisi sosial ekonomi keluarga

Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 4-5 Tahun. 1. Stimulasi Mental (Asah). 2. Status Gizi Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus: 1. Stimulasi 2. Gizi 3. kecerdasan

(27)

2.6.2. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dari penelitian ini diuraikan dengan sebuah bagan sebagai berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

Sumber : Syahid (2009), Soetjiningsih (1999), Prawirihartino (2000) Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 4-5 Tahun

Stimulasi Mental (Asah) dan Status Gizi

Faktor yang mempengaruhi: 1. Stimulasi

1) Faktor internal : orang tua (ibu) dan institusi.

2. Gizi

1) Kondisi kesehatan anak

2) Pengetahuan ibu tentang makanan seimbang

3) Kondisi sosial ekonomi keluarga

Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus:

(28)

2.7. Hipotesa Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua hipotesa yaitu Ha dan H0. Adapun yang menjadi hipotesa dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha : Ada Hubungan antara stimulasi dan status gizi dengan perkembangan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun di TK Al Kholidiyah dan TK PKK Widarapayung Wetan.

H0 : Tidak ada hubungan antara stimulasi dan status gizi dengan perkembangan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun di TK Al Kholidiyah dan TK PKK Widarapayung Wetan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dijabarkan di atas, dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Pembelajaran IPS dengan

[r]

bahwa dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kondisi penyebaran hama penyakit hewan karantina, Keputusan Menteri Pertanian Nomor

Dalam praktikum kali ini, alat yang digunakan yaitu, cawan petri berfungsi sebagai wadah untuk menampung bahan uji coba, pisau berfungsi untuk memotong buah

Meman5aat#an sarana an  rasarana umum untu# #eerluan #egiatan I'P erasional Prou#si onstru#si+ Prou#si+ Pengolahan Pemurnian an Pengang#utan PenCualan=+

”, dan terdakwa semakin emosi sambil berkata kasar kepada saksi korban dengan berkata “Kalau enggak senang lapor saja ke kelurahan atau ke polisi”, sehingga

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

dan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) oleh Siswa Tunarungu Remaja. di SLB-B Kota