• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN ORIENTASI DAN MOBILITAS BAGI SISWA TUNANETRA. Yuni Astuti ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN ORIENTASI DAN MOBILITAS BAGI SISWA TUNANETRA. Yuni Astuti ABSTRAK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN ORIENTASI DAN MOBILITAS BAGI SISWA TUNANETRA

Yuni Astuti yuniastuti804@yahoo.co.id

ABSTRAK

Sebagai bekal kemandirian, siswa-siswa tunanetra di SLB mendapatkan pembelajaran keterampilan orientasi dan mobilitas (OM) dimana mereka belajar teknik-teknik dasar OM mulai dari pemahaman kosakata, sampai bagaimana berjalan dengan menggunakan tongkat. namun demikian, pembelajaran OM di SLB selama ini belum diimbangi dengan adanya instrumen penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa tunanetra tersebut dalam menguasai keterampilan OM. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah instrumen penilaian yang dapat digunakan oleh instruktur dalam mengukur kemampuan OM yang dikuasai oleh siswa tunanetra.

Di dalam penelitian pengembangan ini, instrumen penilaian yang dikembangkan melalui beberapa kali tahap uji coba yang dilakukan kepada beberapa subyek coba yaitu 1) ahli evaluasi pembelajaran, 2) guru SLB, dan 3) siswa tunanetra. Data yang diperoleh merupakan data kualitatif yaitu dari hasil observasi, angket, dan wawancara yang dilakukan kepada subyek coba. Analisa data dilakukan secara kualitatif yang digunakan untuk mengukur validitas produk dan sebagai bahan dalam revisi produk.

Hasil uji coba produk menunjukkan bahwa produk pengembangan instrumen penilaian OM ini perlu mendapat revisi untuk beberapa hal. namun demikian, produk pengembangan instrumen penilian OM ini telah memenuhi validitas isi dan validitas konstruk sehingga dapat digunakan oleh guru-guru dan instruktur OM di SLB.

Kata kunci: pengembangan, instrumen, penilaian, orientasi dan mobilitas, tunanetra

PENDAHULUAN

Kemampuan penglihatan sangat berpengaruh terhadap aktifitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang tidak memiliki hambatan penglihatan tentunya akan memperoleh lebih banyak informasi dibandingkan dengan seseorang yang mengalami hambatan penglihatan. Bagi anak-anak yang sedang belajar, banyak informasi diperoleh melalui penglihatan, misalnya dalam mempelajari warna, mengamati benda-benda sekitar, mengamati ekspresi wajah orang lain, menulis dan membaca, memahami persepsi jarak dan sebagainya. Namun demikian, informasi-informasi tersebut akan sangat sulit diperoleh oleh anak-anak yang mengalami hambatan penglihatan atau tunanetra. Hal itu berpengaruh pada proses belajar mereka yang menjadikan belajar menjadi tidaklah mudah. Tidak hanya proses pembelajaran yang terpengaruh, namun terdapat beberapa aspek lain yang juga terpengaruh oleh hambatan penglihatan. Aspek-aspek yang terkena pengaruh/dampak hambatan penglihatan tersebut

(2)

meliputi aspek kognisi, kompetensi sosial, keterampilan sosial, bahasa, serta orientasi dan mobilitas.

Terkait dengan kemampuan orientasi dan mobilitas, hal ini merupakan sebuah keterampilan yang wajib dimiliki oleh seorang tunanetra agar dapat hidup secara mandiri. Orientasi adalah proses penggunaan indera-indera yang masih berfungsi untuk menetapkan posisi diri dan hubungannya dengan objek-objek yang ada di lingkungannya. Sedangkan mobilitas adalah kemampuan, kesiapan, dan mudahnya melakukan gerak (Hosni, tanpa tahun). Sedangkan menurut Tooze (1981) orientasi adalah kemampuan untuk memahami hubungan antara satu objek dengan objek yang lain; penciptaan dari suatu pola mental dari lingkungan. Pelatihan mobilitas mencakup perolehan keterampilan dan teknik yang menjadikan orang-orang yang memiliki hambatan visual bepergian dengan lebih mudah di lingkungannya. Orientasi merupakan proses berpikir dan mengolah informasi yang mengandung tiga pertanyaan pokok, yaitu: 1) di mana saya, 2) ke mana tujuan saya, dan 3) bagaimana saya bisa sampai ke tujuan tersebut. Jadi, orientasi adalah proses mencari informasi untuk menjawab ketiga pertanyaan tersebut (Rahardja, 2008). Kegiatan orientasi dimulai jika terjadi rangsangan ke otak, dan otak mampu memproses rangsangan tersebut. Rangsangan atau stimulus dari luar bisa berupa taktual, visual, pendengaran, penciuman atau pengecapan. RANGSANGAN LAIN DAPAT BERUPA KESEIMBANGAN

Dalam kegiatan orientasi, menetapkan posisi diri sangat penting. Posisi baru akan diketahui apabila dihubungkan dengan objek lain di lingkungannya. Hilangnya/kurangnya penglihatan membatasi kemampuan tunanetra untuk: (1) Mengetahui di mana dia berada dan bagaimana cara berpindah dari satu tempat ke tempat lain; (2) Meniru dan berinteraksi sosial; (3) Memahami apa yang

menyebabkan sesuatu terjadi. Artinya, ketunanetraan membatasi kemampuan orientasi. Pengetahuan yang diperlukan untuk mempermudah tunanetra mengembangkan kemampuan melakukan orientasi dikelompokkan ke dalam 6 komponen yaitu :

a. Landmark (ciri medan) b. Clues (tanda-tanda)

(3)

d. Measurement (pengukuran)

e. Compass Direction (arah mata angin)

Best (1992) mengemukakan bahwa anak-anak tunanetra tidak dapat dengan mudah memantau gerakannya dan oleh karenanya dapat mengalami kesulitan dalam memahami apa yang terjadi apabila mereka menggerakkan atau merentangkan anggota tubuhnya, membungkukkan atau memutar tubuhnya. Karena tidak dapat melihat bagaimana orang lain menggerakkan dan menggunakan anggota tubuhnya dengan jelas, mereka tidak bisa mengamati bagaimana proses orang duduk, berdiri, dan berjalan serta kemudian menirukannya. Akibatnya, mereka akan memiliki lebih sedikit kerangka acuan (term of reference), sebagai model untuk ditiru dan mungkin tidak akan menyadari apa artinya "duduk tegak", ketika berjalan kaki melangkah dan tangan diayun, sehingga terjadi keserasian gerak antara kaki, tangan, dan tubuh ketika sedang berjalan. Oleh karena itu, agar tunanetra bisa bergerak secara mudah, aman, dan efektif di lingkungannya, perlu diberi pelatihan keterampilan orientasi dan mobilitas.

Selama ini anak-anak tunanetra yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa telah mendapatkan pembelajaran keterampilan O&M dimana mereka secara bertahap dilatih untuk dapat menguasai teknik-teknik dasar O&M mulai dari pemahaman kosakata sampai dengan kemampuan menggunakan tongkat dan bagaimana berjalan dengan seorang pendamping. Namun demikian, pembelajaran keterampilan O&M tersebut selama ini tidak dilengkapi dengan instrumen penilaian yang komprehensif dimana semua komponen yang ada pada keterampilan O&M dapat dinilai secara obyektif. Untuk itu, perlu dikembangkan sebuah instrumen orientasi dan mobilitas yang dapat digunakan oleh guru/instruktur O&M sehingga mereka dapat mengukur kemampuan anak-anak tunanetra dalam menguasai keterampilan O&M. Untuk itu, berdasarkan analisa kebutuhan di atas, penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah instrument penilaian orientasi dan mobilitas bagi anak tunanetra sebagai rujukan dalam melakukan penilaian kemampuan orientasi dan mobilitas anak tunanetra.

Produk pengembangan yang dihasilkan terdiri dari dua macam produk, yaitu Instrumen Penilaian O&M dan Buku Panduan Guru.

(4)

1) Instrumen penilaian O&M:

a. Berbentuk inventory checklist dengan skala bertahap mulai 0 sampai dengan 5.

b. Ada tiga aspek utama yang dinilai yaitu penguasaan konsep, kemampuan berpindah, dan kemampuan menggunakan tongkat. c. Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. 2) Buku Panduan Guru

a. Menjelaskan bagaimana penggunaan instrumen penilaian O&M. b. Menjelaskan tiap-tiap aspek yang dinilai dan dilengkapi dengan

contoh.

c. Dilengkapi dengan rubric penilaian sebagai pedoman dalam pemberian skor.

UJI COBA PRODUK

Pada pengembangan produk ini, pengujian dilakukan pada subjek uji coba yaitu ahli evaluasi pembelajaran dan guru berupa uji coba lapangan. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui apakah instrument penilaian yang dikembangkan sudah sesuai untuk guru dan siswa serta apakah guru mengalami kesulitan atau permasalahan selama menggunakan instrument. Subjek coba pada penelitian dan pengembangan produk instrumen penilaian O&M ini merupakan ahli evaluasi pembelajaran, guru, dan siswa tunanetra di SLB Pembina Tingkat Nasional Malang.

Jenis data dalam penelitian ini berupa data kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil studi pendahuluan, hasil dari uji ahli, telaah dan tanggapan guru. Data kevalidan diperoleh dari hasil validasi ahli sedangkan data kepraktisan diperoleh dari angket guru. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang digunakan sebagai alat pengumpul data terdiri atas instrumen utama dan instrumen penunjang. Instrumen utama ialah peneliti, sedangkan instrumen penunjang dengan teknik angket, dan dokumentasi. Instrumen penunjang memuat aspek kevalidan dan kepraktisan. Teknik angket digunakan untuk mengumpulkan data analisis kepraktisan oleh guru, dan evaluasi ahli. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data

(5)

berupa kurikulum pembelajaran dan informasi-informasi lain untuk keperluan karakteristik siswa.

HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN

Produk yang dikembangkan pada penelitian pengembangan ini dilaksanakan untuk mengembangkan sebuah produk dalam rangka memenuhi kebutuhan di l. apangan, seiring belum adanya instrumen O&M yang dapat mengukur kemampuan siswa tunanetra dalam O&M. Instrumen ini terdiri dari 2 jenis yaitu Instrumen Penilaian O&M dan Buku Panduan GuruProduk I, berupa instrumen penilaian O&M adalah sebuah inventory check list yang digunakan oleh guru/instruktur O&M dalam mengukur kemampuan siswa tunanetra dalam O&M. Aspek-aspek yang dinilai dalam instrumen ini merupakan aspek-aspek dalam teknik dasar O&M. Ada beberapa aspek yang diukur, yaitu sebagai berikut: 1) Pemahaman Konsep, 2) Keterampilan berpindah, dan 3) Keterampilan menggunakan tongkat. Sedangkan produk kedua adalah panduan guru yang ditujukan Untuk memudahkan guru/instruktur dalam menggunakan Instrumen Penilaian O&M ini. Panduan guru ini berisi penjelasan tentang beberapa aspek yang dinilai dalam O&M, serta rubrik penilaian. Penilaian pada instrumen ini menggunakan skala bertahap yang terdiri dari enam skala yaitu mulai dari sskala 0 sampai dengan 5 yang mana tiap-tiap skala mewakili deskripsi tertentu.

Penelitian pengembangan yang dilakukan menghasilkan produk berupa instrumen penilaian O&M dan Buku Pedoman Guru. Uji coba dilakukan pada subyek coba yaitu Ahli evaluasi pembelajaran, ahli di bidang Pendidikan Luar Biasa, Guru SLB, dan siswa tunanetra di SLB Pembina Tingkat Nasional Malang. Data uji coba diuraikan seperti di bawah ini.

Uji validasi ahli dilaksanakan setelah produk awal selesai dibuat. Uji validasi ahli dilaksanakan untuk mengukur tingkat kevalidan produk instrumen penilaian O&M dari segi instrumen penilaian. Dr. Ahsan Romadlon Junaidi, M.Pd sebagai validator ahli evaluasi pembelajaran. Beliau adalah Dosen di Jurusan Pendidikan Luar Biasa Universitas Malang. Validasi ini bertujuan untuk mendapatkan saran dan perbaikan berkaitan dengan produk yang dikembangkan. Hasil validasi ahli ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan revisi produk yang kemudian produk yang telah direvisi tersebut digunakan untuk uji coba di

(6)

lapangan. Sedangkan uji coba lapangan dilakukan dengan melibatkan guru dan siswa tunanetra di SLB Pembina Tingkat nasional Malang. Hasil uji ahli dan uji coba lapangan menjadi dasar untuk revisi.

ANALISA PRODUK

Berdasarkan data yang diperoleh dari uji validitas ahli dan uji lapangan, dapat disimpulkan bahwa produk instrumen penilaian O&M yang dihasilkan telah valid dan dapat digunakan. Berikut adalah rincian revisi yang dilakukan selama proses pengembangan produk:

1. Bahasa yang digunakan disederhanakan agar lebih mudah dipahami. 2. Beberapa istilah asing seperti vocabulary, concept, movement, diubah menjadi istilah Bahasa Indonesia yaitu kosakata, konsep, dan kemampuan berpindah.

3. Beberapa akronim diubah ke dalam bentuk kalimat lengkap.

4. Buku panduan guru dilengkapi dengan contoh agar lebih mudah dipahami. KESIMPULAN

Instrumen penilaian O&M yang dikembangkan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan guru atas adanya sebuah instrumen penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan O&M siswa tunanetra di SLB. Diharapkan, instrumen tersebut dapat digunakan dan diterapkan secara luas oleh guru-guru di SLB mengingat selama ini belum ada instrumen yang serupa.

Berdasarkan hasil penelitian pengembangan instrumen penilaian O&M ini, terlihat bahwa instrumen ini telah valid berdasarkan validitas yang dilakukan oleh para ahli, yaitu validitas konstruk dan validitas isi. Hal-hal yang terpenuhi adalah bahwa instrumen penilaian O&M ini telah sesuai dengan kompetensi dasar, kisi-kisi jelas dan mudah dipahami, instrumen mudah diterapkan, sesuai dengan tujuan pembelajaran, serta dapat mengukur kemampuan O&M siswa tunanetra. Sedangkan hasil uji kepraktisan menyatakan bahwa instrumen penilaian O&M ini dapat digunakan oleh guru, dibuktikan dengan skor yang memenuhi untuk item berikut: tujuan pembelajaran dapat terpenuhi, instrumen penilaian mudah digunakan, instrumen dapat digunakan dalam selang waktu yang ditetapkan, serta pedoman penggunaan instrumen yang mudah digunakan. Dari hasil yang

(7)

diperoleh diatas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian ini dapat digunakan dan diterapkan dalam pembelajaran O&M di SLB.

DAFTAR RUJUKAN

Benner, Susan. 2003. Assessment of Young Children with Special Needs, A Content-Based Approach. Canada: Delmar Learning.

Hadi, Purwaka. 2005. Kemandirian Tunanetra. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Hosni, Irham, (tanpa tahun). Buku Ajar Orientasi dan Mobilitas, Depdiknas, Ditjen Dikti, Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

Kingsley, Mary. 1999. The Effect of Visual Loss, dalam Visual Impairment(editor: Mason & McCall). GBR: David Fulton, Publisher.

Lewis, Vicky. 2003. Development and Disability (second edition).United Kingdom: Blackwell Publishing.

Murakami, Takuma, M. Theibaud, Helen. 1987. Assisting The Blind Traveler. Saitama, Japan: Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Pendidikan Luar Biasa: Garis-garis Besar Program Pengajartan Program Khusus Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra, Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa. 2001.

Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Pendidikan Luar Biasa: Garis-garis Besar Program Pengajartan Program Khusus Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra Mata Pelajaran Orientasi dan Mobilitas, Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa. 2001.

Referensi

Dokumen terkait

Praktik kecurangan yang dilakukan oleh para guru kenaikan pangkat ini juga dipengaruhi oleh orang lain karena perjumpaan-perjumpaan yang dilakukan melintasi ruang dan

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : 1) Maksud dan tujuan utama yang hendak ditegakkan dan dilindungi, dalam proses praperadilan yaitu tegaknya hukum dan perlindungan hak

Ketiga novel itu adalah Pasar (P), Mantra Pejinak Ular (MPU), serta Wasripin dan Satinah (WdS).Novel-novel Kuntowijoyo ini merupakan gambaran bagi orang yang tidak

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa seluruh variabel independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan pengaruh variabel

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa hasil pemetaan mata kuliah jika berdasarkan sandi tahun ajaran untuk delapan PS di FMIPA, hanya mata kuliah PS

Pasal 61 - KKPR Penilai/Pemberi Rekomendasi KKPR adalah profesi perencana wilayah dan kota yang bersertifikat dan terdaftar di kementerian ATR dan memiliki surat penunjukan

Sehingga baik penjual maupun pembeli sama-sama tunduk pada harga pasar (price taking). c) Tidak ada hambatan bagi siapapun, baik ia sebagai penjual atau pembeli untuk

Halaman login hanya bisa diakses oleh admin agar dapat mengelola dan mengatur semua data yang terdapat dalam website Sistem Informasi Geografis Kelautan Arus Laut