• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang Masalah

Bandung dikenal sebagai kota yang memiliki beragam keunggulan, mulai dari fashion, wisata alam, hingga kuliner. Beragam kuliner makanan dan minuman yang unik serta khas dapat ditemukan di kota Bandung. Salah satu kuliner yang banyak dinikmati di kota Bandung adalah minuman kopi. Demografi kota Bandung dengan udara yang sejuk dan tempat yang nyaman, menikmati secangkir kopi disela obrolan santai menjadi pemandangan yang umum. Terdapat banyak tempat yang menawarkan kenyamanan menikmati kopi di kota Bandung dengan kekhasan dan keunikannya masing-masing. Mulai dari pusat kota hingga area pinggiran. Baik dalam skala besar, maupun kecil. Sebut saja “Potluck”, “Ngopi Doeloe”, “Kopi

Anjis!”, “Kopi Ireng”, dan masih banyak lagi.

Terdapat kecenderungan, bahwa tempat-tempat yang menyediakan kopi tersebut melebarkan fungsinya seiring dengan aktivitas nongkrong santai, berdiskusi, ataupun menyelesaikan pekerjaan, tugas kuliah dan lain sebagainya. Meminum kopi, seakan tidak terlepaskan dengan aktivitas keseharian lainnya, bahkan menjadi sebuah gaya hidup bagi kalangan dilingkungan perkotaan seperti di Bandung. Meminum kopi, menjadi bisnis yang berkembang pesat melalui pengembangan inovasi manajerial, termasuk penciptaan suasana serta pengayaan varian menu (penyerta kopi) yang dapat dinikmati pengunjung.

Dari sekian banyak tempat tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelusuran terhadap salah satu tempat baru untuk menikmati kopi dengan cara yang berbeda. Perbedaan yang tidak saja karena memiliki kekhasan dari segi tempat, berupa garasi yang ‘disulap”, yang kebetulan berada dilingkungan

(2)

perumahan ditengah kota Bandung. Tempat tersebut bernama Garasi Merdesa yang terletak di Jalan Piit no.5 Bandung.

Garasi Merdesa terbentuk melalui gagasan seorang penikmat kopi (Ery Bukhorie) yang memanfaatkan dan memfungsikan sebuah garasi (milik kantor WALHI Jawa Barat, di jalan Piit no.5, Bandung), pada bulan Mei 2015. Gagasan awalnya masih terkait dengan aktivitas WALHI, yang terbiasa meminum kopi disela berdiskusi. Garasi Merdesa didirikan sebagai sebuah ruang untuk publik, ruang belajar bersama yang dapat diakses oleh siapapun. Baik itu berupa diskusi ringan maupun tematik, mendengarkan musik, menonton film dan lain sebagainya.

Kemudian Garasi Merdesa dikembangkan lebih jauh dengan mengelola dan menata ruang garasi menjadi spot yang nyaman dengan penyediaan perpustakaan terbuka dengan beragam pilihan buku yang disediakan dari hasil kerjasama rekanan lainnya. Selain itu Garasi Merdesa dapat menjadi tempat bekerja sama (co-working

space) dan menjadi tempat pusat dokumentasi yang menyediakan beragam arsip

informasi penting. Baik dalam bentuk buku, film, musik, dan lain sebagainya dalam format cetak maupun digital yang tentu dapat diakses oleh siapapun secara gratis.

Garasi Merdesa memiliki suatu keunikan menarik, minuman kopi yang disajikan di Garasi Merdesa dibuat secara manual (manual brewing), yang diolah dari biji kopi segar. Tersedia beragam jenis biji kopi segar dari pelosok Indonesia, dengan harga yang sangat terjangkau. Garasi Merdesa menawarkan keunikan, bahwa menikmati kopi segar dan unik itu tidak harus mahal. Konsumen dapat memilih dan meracik biji kopi berdasarkan kesesuaian selera tertentu.

Berbeda dengan tempat meminum kopi lainnya, waktu operasional Garasi Merdesa baru buka pada pukul 15.00 hingga 23.00, setiap harinya. Ketersediaan waktu tersebut, tentu menjadi batasan bagi pengunjung sekaligus menjelaskan segmen serta kesesuaian aktivitas umumnya dalam keseharian. Hal lain, yang menarik dari Garasi Merdesa adalah mengenai konsep fair-trade yang dibangun oleh kepedulian terhadap penanam kopi (petani sebagai pemasok langsung) dan konsumen (penikmat) secara terbuka. Harga minuman kopi yang ditetapkan

(3)

merupakan kesepakatan transparan dengan penanam kopi, dan konsumen pun mendapatkan gambaran tentang hal tersebut.

Garasi Merdesa dibentuk sebagai usaha semi-profit, sehingga pengelola hanya memberdayakan rekanan disekitar dan tidak mencari keuntugan besar. Bagi pengelola, hal terpenting dari keberadaan Garasi Merdesa adalah dapat menjadi tempat yang nyaman untuk semua kalangan dalam melakukan beragam kegiatan, baik itu diskusi, mengerjakan tugas/pekerjaan bersama ataupun saling berbagi informasi baru. Menikmati kopi menjadi jembatan pemanfaatan tempat dan kegiatan yang berlangsung didalamnya.

Berdasarkan uraian diatas, maka Garasi Merdesa perlu menguatkan nilai positif yang telah dimiliki dan meluaskan informasi serta identitasnya pada kalangan/segmentasi lain, melalui perancangan desain yang tepat dan relevan dengan kondisinya saat ini.

2.

Perumusan dan Pembatasan Masalah

Masalah, kelebihan dan kekurangan yang dimiliki serta dihadapi Garasi Merdesa dapat ditelusuri melalui proses pengumpulan data dan observasi lebih jauh. Mengacu pada kondisi yang dimiliki dan dihadapi Garasi Merdesa, maka penting untuk menetapkan rumusan, batasan, atau bingkai serta ruang lingkup perancangan desain dan pengelolaan media melalui proses proyek akhir yang akan dilakukan.

2.1. Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang menjadi fokus utama dalam proses perancangan desain dan pengelolaan media yang akan dilakukan, yaitu membangun branding identitas Garasi merdesa yang merujuk pada pertanyaan sebagai berikut:

(4)

1. Seperti apakah bentuk perancangan branding identitas yang relevan dengan kondisi Garasi Merdesa saat ini?

2. Bagaimanakah solusi kreatif dalam pengelolaan branding identitas yang dapat diberikan pada Garasi Merdesa?

2.2. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam proyek akhir ini ditetapkan dalam batasan perancangan desain berbentuk branding identitas melalui media komunikasi visual. Maka branding identitas yang akan dilakukan untuk Garasi Merdesa, dibatasi hanya mengacu pada 2 (dua) fokus utama, penguatan dan perluasan informasi dan nilai. Hal tersebut dilakukan melalui perancangan branding identitas Garasi Merdesa bagi pengunjung ataupun calon pengunjung. Proses perancangan branding identitas Garasi Merdesa mengacu pada hal yang bersifat kontekstual (keadaan dan keberadaannya), serta kesesuaian dengan program-program kegiatan yang telah dirancang sebelumnya.

3.

Maksud dan Tujuan

Perancangan desain dan pengelolaan media yang dilakukan terhadap Garasi Merdesa mempunyai fungsi branding untuk menginformasikan secara luas mengenai identitas, kelebihan dan nilai positif yang dimilikinya.

3.1. Maksud

Merancang branding identitas Garasi Merdesa, berdasarkan penguatan nilai kelebihan dan perluasan informasi pada segmentasi konsumen atau pengunjung melalui penyampaian komunikasi berbasis media komunikasi visual.

(5)

Perancangan branding identitas Garasi Merdesa ini bertujuan untuk mencapai hal utama yang diharapkan, antara lain:

1. Memperkenalkan nilai kelebihan dan memperluas informasi kepada konsumen atau pengunjung, khususnya warga Bandung mengenai Garasi Merdesa melalui perancangan branding identitas.

2. Meningkatkan ketertarikan dan segmentasi pengunjung untuk mendatangi Garasi Merdesa, sebagai pilihan tempat menikmati kopi serta melakukan aktivitas yang menunjang pengetahuan melalui fasilitas dan program yang disediakan.

4.

Manfaat Proyek Akhir

Perancangan branding identitas Garasi Merdesa ini memiliki 2 (dua) manfaat, yakni secara keprofesian dan akademis. Manfaat keprofesian adalah manfaat untuk institusi atau rekanan pemberi tugas. Sedangkan manfaat akademis, ditujukan untuk seluruh sivitas akademika Universitas Widyatama, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Desain Komunikasi Visual, baik yang sedang melaksanakan proyek akhir.

4.1. Manfaat Profesi

Perancangan branding identitas dalam proyek akhir ini, diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut:

1. Membantu menginformasikan nilai kelebihan Garasi Merdesa pada konsumen atau pengunjung, khususnya warga Bandung.

2. Memperkuat nilai kelebihan yang dimiliki Garasi Merdesa melalui perancangan desain dan penyampaian media yang tepat dan relevan. 3. Meningkatnya ketertarikan dan perluasan segmentasi pengunjung yang

datang ke Garasi Merdesa.

(6)

Capaian dalam proyek akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi sivitas akademika, terutama dilingkungan Fakultas Desain Komunikasi Visual-Universitas Widyatama, ataupun Institusi lainnya di kota Bandung. Manfaat yang diharapkan, terurai sebagai berikut:

1. Perancangan branding identitas ini dapat memperkaya literatur atau referensi mengenai cakupan serta aplikasi desain komunikasi visual dilingkungan industri maupun masyarakat.

2. Dapat menjadi referensi bagi mahasiswa, khususnya dilingkungan Fakultas Desain Komunikasi Visual yang akan melaksanakan Proyek Akhir dengan tema yang bersinggungan.

5.

Pemberi Tugas

Rekanan pemberi tugas dalam proyek akhir ini, merujuk pada organisasi yang memiliki data, masalah, dan kepentingan terkait proses proyek akhir (PA) yang akan dilakukan. Gambaran mengenai pemberi tugas, tersaji sebagai berikut:

Nama Organisasi : Garasi Merdesa

Contact Person : Ery Bukhorie

Jabatan : Pengelola

Alamat Kantor : Jl. Piit No.5 Bandung, Jawa Barat No. Handphone : +62 811 226 0301

e-mail : [email protected] Alamat Insatgram :garasimerdesa

Alamat Twitter : @garasimerdesa

(7)

!

6.

Langkah kerja dan Cakupan Proyek Akhir

Proses perancangan branding identitas Garasi Merdesa yang dilakukan, mengacu pada langkah kerja sebagai berikut:

Gambar 1.1 Ruang Garasi Merdesa Sumber: Dokumentasi Pribadi

(8)

Pengumpulan Data Observasi Lapangan

Analisa

Data dan Hasil Observasi Penetapan Masalah

Rumusan

Masalah dan Pembatasan

Kajian Masalah Kajian teoritis

Relevansi

Pemecahan Masalah Penetapan Konsep Desain Ruang Lingkup Visualisasi Proses Perancangan Desain Pengujian, Respon, dan Masukan

(Langkah Kerja dalam Proses Proyek Akhir ini, mengacu pada cara kerja deduktif; dengan menelusuri dan menemukan letak permasalahan yang dihadapi Garasi Merdesa)

7.

Sistematika Penulisan

Diagram 1.6 Langkah Kerja Proyek Akhir Sumbe

(9)

Proses penulisan laporan proyek akhir mengenai perancangan branding identitas Garasi Merdesa tersaji dalam 4 (empat) bab utama. Secara keseluruhan, gambaran utama setiap bab teruraikan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini memberikan gambaran dan uraian mengenai latar belakang, perumusan dan pembatasan masalah yang ditetapkan dalam proyek akhir. Selanjutnya, menjelaskan hal-hal penting terkait maksud, tujuan dan manfaat yang didapatkan melalui proses yang dilakukan. Serta pada bagian akhir, tersaji deskripsi pemberi tugas dan cakupan sistematika penulisan secara keseluruhan.

Bab II Kajian Masalah

Pada tahap ini, uraian dalam bab dimaksudkan untuk menjelaskan beragam sudut pandang terhadap rumusan masalah yang telah ditetapkan. melalui kajian dan analisis masalah serta tinjauan teoritis, diharapkan dapat memberikan landasan, fokus, dan relevansi proses proyek akhir yang dilakukan.

Bab III Analisis Masalah

Analisis dilakukan melalui tahapan diantaranya membagikan quisioner bagi para pengunjung Garasi Merdesa, wawancara dengan pengelola dan datang lansung sebagai pngunjung untuk mengetahui apayang sedang dibutuhkan dari sudut pandang pengunjung. Dari data quisioner didapatkan masalah yang kemudian menjadi bahan analisis.

Bab IV Pemecahan Masalah

Proses penetapan dan pemecahan permasalahan tersajikan dalam uraian bab, terutama mengacu pada pentingnya solusi kreatif dan tahapan kerja yang dilakukan dalam perancangan desain. Hal-hal mendasar dalam proses perancangan, tergambarkan dalam konsep

(10)

desain serta strategi komunikasi yang kemudian diterjemahkan kedalam bauran visualisasi melalui media terapan.

Bab V Rincian Tugas

Pada bab terakhir, cakupan proses perancangan dan pengolahan media tersaji dalam deskripsi konseptual maupun teknis. Dalam tahap pengerjaannya, meliputi aspek penyesuaian terhadap kebutuhan dan kondisi real dilapangan.

Gambar

Gambar 1.1 Ruang Garasi Merdesa Sumber: Dokumentasi Pribadi
Diagram 1.6 Langkah Kerja Proyek Akhir Sumbe

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan Surat Penawaran Saudara pada Paket Pekerjaan Pengadaan Bahan Bangunan di Kecamatan Sei Menggaris pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

terapi musik instrumental 82% depresi ringan, 18% depresi berat, 2) setelah melakukan terapi musik instrumental 88% tidak depresi dan 12% depresi ringan, 3) hasil

Agar penyeleksian karyawan dapat dilakukan dengan lebih efisien serta menghindari subyektifitas keputusan yang dihasilkan, diperlukan suatu Sistem Penunjang Keputusan (SPK)

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Fatimah Zahrah, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : Pengaruh Diversifikasi Perusahaan dan Praktik Manajemen Laba terhadap

Sehubungan hal itu perlu dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengkaji dosis substitusi azolla dalam pakan komersil sebagai pakan yang memberikan nilai tinggi

Pengamatan terhadap pola aktivitas harian rusa dibedakan atas aktivitas makan, berpindah, istirahat/berlindung dan sosial. Satwa yang diamati dibedakan atas kelas umur anak,

Pembayaran ke (BPR) Unisritama hanya dapat dilakukan dengan cara membayar langsung secara tunai melalui Teller. BPR Unisritama terletak di lingkungan Universitas Islam

Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin yang khusus disediakan dan atau diberikan