• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODOLOGI. A. Waktu dan Tempat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. METODOLOGI. A. Waktu dan Tempat"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus 2008 sampai Agustus 2009, diawali dengan observasi lapangan pada bulan Agustus 2008. Penyusunan rencana penelitian dilakukan dari bulan Agustus sampai Desember 2008. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Januari – Mei 2009 di Cagar Alam/Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat, dan selama 7 (tujuh) hari di Pusat Penelitian Pengembangan Penangkaran Rusa Dramaga Bogor. Analisis data hasil penelitian dan penyusunan tesis dilaksanakan dari Mei sampai Agustus 2009 di kampus IPB Dramaga Bogor.

B. Alat dan Bahan

Bahan dan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Peta kawasan konservasi Pangandaran, peralatan inventarisasi populasi satwa herbivora dan peralatan analisa vegetasi tumbuhan pakan rusa (kompas, teropong binokuler, pita meter, hand counter, jam tangan, tali rafia/tambang, Global Position System (GPS), camera digital, gunting pemotong rumput, neraca (100 gr)). Peralatan dan bahan pembuatan spesiemen herbarium yang digunakan seperti alkohol, kantong plastik, kertas koran, sasak dan lebel spesiemen. Peralatan pengolahan dan analisis data terdiri atas note book, kalkulator, serta perlengkapan alat tulis menulis.

C. Jenis Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang diambil antara lain:

1) Karakteristik habitat meliputi komposisi dan jenis vegetasi, jenis tumbuhan pakan disukai (preferensi), produktivitas jenis pakan dan tingkat konsumsi pakan harian rusa.

2) Pola aktifitas harian rusa timor.

3) Parameter populasi rusa, meliputi jumlah/ukuran populasi, sex ratio, struktur umur, angka kelahiran dan angka kematian.

(2)

Data sekunder yang diambil berupa data dan informasi hasil penelitian sebelumnya pada lokasi dan waktu yang berbeda dan data-data sekunder tambahan berupa peta kawasan dan kondisi umum lokasi dan informasi dari petugas lapangan yang ada di kawasan konserevasi Pangandaran.

D. Metode Pengumpulan Data 1. Karakteristik Habitat

a. Komposisi dan Jenis Vegetasi

Pengumpulan data jenis dan komposisi jenis vegetasi dilakukan dengan analisa vegetasi untuk mempelajari komposisi dan struktur vegetasi tumbuhan bawah pada ekosistem habitat rusa dalam kawasan. Habitat rusa dalam kawasan yakni Padang Rumput/Penggembalaan Cikamal (20 ha) dan Nanggorak (10 ha), bekas Padang Rumput Badeto (10 ha), ekosistem hutan pantai (37,237 ha), hutan dataran rendah (452,3 ha) dan areal berumput terbuka di TWA (0,463 ha).

Analisa vegetasi dilakukan dengan pengambilan sampel menggunakan metode petak berganda berukuran 1 m x 1 m untuk daerah padang rumput terbuka dan ukuran 2 m x 2 m untuk daerah tertutup di bawah tegakan, (Soerianegara dan Indrawan 1988). Terdapat 52 petak berukuran 1 m x 1 m dan 30 petak berukuran 2 m x 2 m. Analisis vegetasi hanya dilakukan pada tingkat semai sampai pancang.

Peletakan petak pertama dilakukan secara acak kemudian petak kedua dan seterusnya dilakukan secara sistematis dengan jarak antara petak 20 m. Penambahan petak sampel dihentikan ketika tidak terdapat penambahan jumlah jenis spesies rumput lebih dari 5 – 10% (Soerianegara 1988). Seluruh spesies rumput yang terdapat pada setiap petak contoh di catat jenis dan jumlahnya. Identifikasi jenis tumbuhan dilakukan langsung di lapangan oleh petugas dan untuk jenis yang tak dikenal diidentifikasi di Herbarium Bogoriense Bogor berdasarkan koleksi spesimen herbarium.

b. Jenis Tumbuhan Pakan Disukai

Pengamatan dilakukan selama 15 hari terhadap satwa yang terdiri dari 3 (tiga) hari anak, 3 (tiga) hari betina muda, 3 (tiga) hari jantan muda, 2 (dua) hari betina dewasa, 2 (dua) hari jantan dewasa, 1 (satu) hari betina menyusui dan 1 (satu) hari

(3)

jantan beranggah lunak (velvet), Identifikasi terhadap jenis tumbuhan pakan disukai, dilakukan dengan mengikuti dan mengamati secara kontinu terhadap satwa rusa dalam kawasan sebagai berikut:

1) Pengamatan dilakukan dengan berjalan kaki mengikuti pergerakan rusa dari pukul 06.00 – 18.00 WIB, selama 15 hari pengamatan.

2) Unit pengamatan adalah jenis-jenis tumbuhan pakan alami yang dimakan oleh rusa, lama aktivitas makan dan jumlah tumbuhan dimakan

3) Sisa tumbuhan yang dimakan atau yang berbekas gigitan rusa diambil spesimennya dan diidentifikasi dengan buku pengenalan jenis rumput dan tumbuhan. Untuk jenis yang tidak teridentifikasi di lapangan, spesimennya diidentifikasi di Herbarium Bogoriense Bogor berdasarkan koleksi spesimen herbarium.

c. Produktivitas Jenis Tumbuhan Pakan

Produktivitas jenis tumbuhan pakan diukur dengan melakukan pemanenan sampai batas 1 cm diatas permukaan tanah untuk jenis rumput, pemangkasan untuk jenis semak anakan pohon. Pengukuran produktivitas hijauan pakan menggunakan 39 buah petak ukur, terdiri dari: 21 buah petak 1 m2 ( 1m x 1m) untuk areal terbuka, yakni 6 (enam) petak di Padang Rumput Cikamal, 6 (enam) petak di Nanggorak dan 9 (sembilan) petak di areal terbuka berumput dalam Taman Wisata Alam. Untuk kondisi ternaungi di bawah tegakan digunakan 18 buah petak ukuran 4 m2 (2m x 2m), yang terdiri dari 6 (enam) untuk bekas padang rumput Badeto, 6 (enam) petak untuk ekosistem hutan pantai dan 6 (enam) petak untuk ekosistem hutan dataran rendah.

Setelah dilakukan pemanenan rumput dan pemangkasan semak serta anakan pohon, jenis hijauan kemudian ditimbang untuk mengetahui berat basahnya (Prasetyonohadi 1986), selanjutnya sisa bagian tumbuhan yang tertinggal akan dibiarkan tumbuh selama 20 hari, kemudian dilakukan pemotongan dan penimbangan kembali dengan cara yang sama sebanyak 2 kali ulangan.

(4)

2. Tingkat Konsumsi Pakan Harian Rusa

Tingkat konsumsi pakan harian rusa timor diketahui dengan melakukan pengukuran terhadap tingkat konsumsi pakan harian rusa timor dalam penangkaran. Pengukuran dilakukan di Pusat Pengembangan Teknologi Penangkaran Rusa, Hutan Penelitian Dramaga Bogor, menggunakan metode penangkaran dengan sistem tertutup, selama 7 (tujuh) hari sebagai ulangan. Pengukuran dilakukan sebagai pendekatan terhadap tingkat konsumsi pakan di alam tanpa memperhitungkan kelas umur dan jenis kelamin rusa.

3. Pola Aktivitas Harian Satwa

Pengamatan terhadap pola aktivitas harian rusa dibedakan atas aktivitas makan, berpindah, istirahat/berlindung dan sosial. Satwa yang diamati dibedakan atas kelas umur anak, jenis kelamin dan kondisi fisik. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti dan mengamati secara kontinu terhadap satwa rusa dalam kawasan sebagai berikut:

1) Pengamatan dilakukan dengan mengikuti pergerakan rusa dari pukul 06.00 – 18.00 WIB selama 15 hari pengamatan, dimana pengamat tidak mempengaruhi rusa dalam aktivitasnya.

2) Unit pengamatan adalah pola, lama dan lokasi aktifitas harian rusa, setiap lokasi dimana rusa melakukan aktivitasnya di tandai dan diamati kondisi vegetasi ekosistemnya.

4. Parameter Populasi Rusa Timor

Penghitungan populasi rusa timor dilakukan sore hari pukul 16.00 –18.00 WIB selama 3 (tiga) hari sebagai ulangan, menggunakan Metode Sensus dengan Teknik Pengamat Diam (Concentration Count) menurut Kartono (1994). Sebanyak 6 (enam) titik pengamatan berlokasi dalam Cagar Alam, Taman Wisata Alam dan di luar kawasan, yaitu di halaman hotel Badeto Ratu (luar Kawasan), sekitar Information Centre dan tempat parkir, Hutan Pantai di depan Gua Parat, sekitar Wisma Rengganis, Padang Rumput Cikamal, dan sekitar Wisma Ciborok. Pencatatan dilakukan terhadap: jumlah individu, struktur umur dan jenis kelamin.

(5)

E. Analisis Data

1. Karakteristik Habitat

a. Komposisi dan Jenis Vegetasi

Hasil analisa vegetasi dianalisis dengan menggunakan Persamaan Soerianegara dan Indrawan (1988), untuk menentukan besarnya nilai kerapatan (K), dan kerapatan relatif (KR). Rumus yang digunakan untuk menganalisis adalah sebagai berikut:

Jumlah Individu Suatu Jenis

K =

Luas Plot Pengamatan (ha)

Kerapatan Suatu Jenis

KR = x 100%

Kerapatan Seluruh Jenis

Tingkat keragaman jenis tumbuhan bawah, dihitung menggunakan Indeks Shannon-Wiener (Maguran 1988). Persamaan yang digunakan adalah:

Menurut Barbaur et al. (1987), kriteria nilai indeks keragaman sebagai berikut:

- Jika nilai H’ < 1 Keragaman sangat rendah. - Jika nilai 1 < H’ =` 2 Keragaman rendah. - Jika nilai 2 < H’ =23 Keragaman sedang. - Jika nilai 3 < H’ =› 4 Keragaman tinggi. - Jika nilai H’ > 4 Keragaman sangat tinggi

Tingkat kemerataan jenis tumbuhan diketahui dengan menggunakan Indeks KemerataanPielou 1975 (Santosa 1995) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: J’ =

max

'

D

H

; Dmax = Ln S H’ = - ? ni Ln ni . N N

Keterangan: H’ = Indeks Keragaman

ni = Jumlah individu suatu jenis

(6)

Keterangan: J’ = nilai evennes (0-1)

H’ = indeks keragaman Shannon-Wiener S = jumlah jenis

b. Jenis Tumbuhan Pakan Disukai (Preferensial)

Untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan pakan rusa timor, dilakukan analisis dan identifikasi jenis setiap kali melakukan pengamatan. Pembahasan dilakukan secara deskriptif dengan penguraian setiap data hasil pengamatan. Untuk menentukan preferensi jenis pakan alami rusa, digunakan asumsi bahwa semakin tinggi frekuensi suatu jenis dimakan oleh rusa, maka jenis tersebut semakin disukai.

Untuk menganalisis apakah suatu jenis disukai maka dilakukan pengujian dengan menggunakan Metode Neu, yaitu metode untuk menghitung Indeks Preferensi. Bibby et al. (1998 menyatakan jika nilai w =E1 maka jenis pakan tersebut disukai. Nilai w yang didapat dari hasil penghitungan merupakan nilai Indeks Preferensi, maka nilai Indeks Preferensi dari spesies pakan dibagi dalam dua kriteria, yaitu:

a. w = 1 = Disukai b. w < 1 = Tidak disukai

Penentuan Indeks Neu (indeks preferensi) menurut Bibby et al. (1998) disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Variabel yang diamati untuk menduga preferensi pakan menurut Indeks Neu. Nama Spesies a n r w b 1 a.1 n.1 r.1 w.1 b.1 2 a.2 n.2 r.2 w.2 b.2 ... ... ... ... ... ... K ak nk rk wk bk Keterangan:

a = Proporsi kerapatan jenis tumbuhan pakan (ai/?áa)

n = Jumlah masing-masing spesies tumbuhan pakan alami yang teramati r = Proporsi jumlah masing-masing spesies yang teramati (ni/? ni)

w = Indeks preferensi (ri/ai)

(7)

c. Tingkat Konsumsi Pakan Harian Rusa

Hasil pengukuran tingkat konsumsi pakan harian dianalisis secara tabulasi untuk mendapatkan nilai rata-rata dari berat basah hijauan segar yang dimakan oleh rusa selama 7 (tujuh) hari pengukuran.

d. Produktivitas Jenis Tumbuhan Pakan

Produktivitas jenis tumbuhan pakan dihitung dengan menggunakan persamaan Sectionov (1999) sebagai berikut:

Keterangan : P = Produktivitas

n = Jumlah petak contoh A = Luas areal

ai = Luas petak contoh ke-i

BB = Berat basah biomassa petak contoh ke-i (gram)

p = Proper use

Sedangkan analisis nilai produktivitas tumbuhan pakan rusa di masing-masing tipe habitat rusa, dilakukan dengan pendekatan terhadap nilai selisih berat bagian tumbuhan dalam waktu tertentu. Rumus yang digunakan adalah menurut YMR, (2002) sebagai berikut:

?áB =

Bt - Bo

Keterangan : ?òB = Selisih berat bagian tumbuhan contoh dalam waktu tertentu (gram/hari)

Bt = Berat bagian tumbuhan akhir (gram) Bo = Berat bagian tumbuhan awal (gram) e. Daya Dukung Habitat

Nilai daya dukung diketahui dengan menggunakan formula (Susetyo, 1980): P

K = C

Keterangan: K = Jumlah satwa yang dapat ditampung

P = Produktivitas rumput pakan persatuan waktu (kg) C = Jumlah konsumsi setiap individu (kg/thn)

A

n

a

p

BBi

P

s n i

.

.

1

=

=

(8)

2. Pola Aktivitas Harian Rusa

Data hasil pengamatan aktivitas harian rusa timor dianalisis secara tabulasi untuk mendapatkan nilai proporsi waktu per aktivitas yang dibagi per periode waktu pagi (06.00-10.00), siang (10.00-14.00) dan sore (14.00-18.00). Data per periode kemudian direkap untuk mengetahui proporsi per aktivitas per hari per individu.

3. Parameter Populasi

Data hasil sensus satwa dianalisis rumus penghitungan populasi berdasarkan variasi temporal menurut Kartono (1994) sebagai berikut:

a. Rata-rata populasi:

b. Keragaman dan Kesalahan Baku:

c. Nilai Dugaan Selang Populasi:

d. Nilai Koefisien Variasi:

e. Tingkat Ketelitian:

Perbandingan sex ratio dan struktur umur dalam populasi dianalisis dengan menggunakan Piramida Populasi menurut Tarumingkeng (1992) untuk mengetahui pola pertumbuhan populasi rusa. Hasil sensus dihubungkan dengan data populasi rusa tahun 2004 – 2008 untuk mendapatkan nilai angka kelahiran dan angka kematian serta laju pertumbuhan populasi (r). Persamaan yang digunakan untuk menentukan angka kelahiran adalah sebagai berikut:

i i

n x x = Σ Dimana: ni = jumlah ulangan

xi = jumlah total individu satwa pada hari ke-i

( )

1 / 2 2 2 − Σ − Σ = n n x x s i i x

( )

s x t x D = ± α % 100 % x x s CV = x % % 100 CV P= −

(9)

Angka kematian menyatakan suatu perbandingan antara jumlah total individu yang mati terhadap jumlah total individu pada suatu periode tertentu. Persamaan yang digunakan untuk menentukan angka kematian adalah sebagai berikut:

Laju pertumbuhan populasi dirata-ratakan menggunakan formula penghitungan rata-rata laju pertumbuhan secara geometris sebagai berikut (Walpole 1992): t r r r tr r .... 2 . 1 . 0 =

4. Model Pertumbuhan Populasi

Model pertumbuhan populasi disusun menggunakan model pertumbuhan populasi terpaut kerapatan atau disebut model pertumbuhan logistik, dengan bentuk persamaan sebagai berikut:

rt e . 0 0 1 K t N −         − + = N N K

Keterangan: Nt = Ukuran populasi pada waktu ke-t N0 = Ukuran populasi awal

K = Kapasitas daya dukung lingkungan r = Laju pertumbuhan e = Bilangan Euler ( 2,71828...) t = Waktu ke-t B b = N D d = N Keterangan : b = Angka kelahiran kasar

B = Jumlah individu kelompok bayi N = Jumlah seluruh betina produktif

Keterangan : d = Angka kematian kasar

D = Jumlah individu mati dalam waktu 1 thn N = Jumlah seluruh anggota produktif

Keterangan : r = Rata-rata laju pertumbuhan populasi t = Jumlah tahun yang diperhitungkan ro – rt = Laju pertumbuhan dari tahun 2004 - 2009

Referensi

Dokumen terkait

Perlu penelitian lanjutan tentang metode penyalutan yang optimal dan lebih stabil untuk menggunakan kombinasi sambung silang kitosan – natrium tripolifosfat sebagai

Pada unit slow sand filter, zat organik dalam air baku cenderung menurun. Gradik hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 5., Gambar 6., dan Gambar 7. Titik klimaks

Pertama, partisipasi dalam membuat keputusan. Terkait dengan hal ini, maka partisipasi pemuka pendapat dalam membuat keputusan ini terkait dengan penentuan alternatif

Berdasarkan peta sebaran suhu permukaan daratan maka prioritas arahan pengembangan ruang terbuka hijau adalah Kecamatan Pekalongan Barat dengan ruang terbuka

(3) Menentukan dan mendeskripsikan rencana implementasi materi gaya bahasa dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMA, (4) Mendiskusikan hasil analisis

Kawal Pantai Bintan belum sesuai dengan PSAK Nomor14 (Revisi 2008), seperti tidak adanya biaya persediaan, biaya lain - lain dan biaya konverrsi pada pengukuran

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas dan untuk meningkatkan keberhasilan Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Pengolahan Data Pegawai Pada Kantor

Reguler 300 Blok M Rawamangun Patas 16 Rambutan Tanah Abang Reguler 106 Senen Cimone Patas AC 82 Tanjung Priok Depok Reguler 103 Grogol Cimone Patas AC 135 Tanjung Priok Ciputat