• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE-4 KLASIK BERDASARKAN RATA-RATA HERONIAN TUGAS AKHIR. Oleh : RIYAN ABDULLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE-4 KLASIK BERDASARKAN RATA-RATA HERONIAN TUGAS AKHIR. Oleh : RIYAN ABDULLAH"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

MODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE-4 KLASIK

BERDASARKAN RATA-RATA HERONIAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Pada Jurusan Matematika

Oleh :

RIYAN ABDULLAH

10454025660

4

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

(2)

vi

MODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE-4 KLASIK

BERDASARKAN RATA-RATA HERONIAN

RIYAN ABDULLAH

NIM: 10454025660

Tanggal Sidang : 28Juni 2011 Tanggal Wisuda : November 2011

Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. HR. Soebrantas No.155 Pekanbaru

ABSTRAK

Tugas Akhir ini membahas modifikasi Metode RK-4 Klasik berdasarkan Rata-rata Heronian. Metode Runge-Kutta orde-4 Klasik adalah salah satu metode iterasi yang digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial biasa orde satu. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa metode modifikasi Runge-Kutta orde-4 Klasik mempunyai galat orde 6 𝑂 ℎ6 . Hasil simulasi numerik untuk beberapa kasus menunjukkan RK-4 Klasik lebih baik dibandingkan dengan RK-4 Klasik yang telah dimodifikasi.

(3)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... v LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi ABSTRAK ... vii ABSTRACT ... viii KATA PENGANTAR ... ix DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR SIMBOL ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah... I-1 1.2 Rumusan Masalah ... I-3 1.3 Batasan Masalah ... I-3 1.4 Tujuan Penulisan ... I-3 1.5 Sistematika Penulisan ... I-4 BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Persamaan Differensial Biasa Orde Satu ... II-1 2.1.1 Metode Analitik ... II-1 2.1.2 Metode Numerik ... II-1 2.2 Metode Deret Taylor ... II-2 2.3 Metode Range-Kutta orde 4 ... II-9 2.4 Galat Pemotongan ... II-17 2.5 Variasi Rata-rata ... II-19 2.6 Rata-rata Heronian ... II-20

(4)

xii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... III-1 BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Metode Runge-Kutta orde-4 Klasik Berdasarakan

Rata-rata Heronian ... IV-1 4.2 Galat Metode Runge-Kutta Orde-4 Klasik berdasarkan

Rata-rata Heronian ... IV-4 4.3 Simulasi Numerik ... IV-4 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan... V-1 5.2 Saran ... V-1 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(5)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Solusi Eksak dan error dari RK, RKG, dan RKHe dari persamaan 𝑦′ = 1

(6)

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang masalah

Persoalan yang melibatkan model matematika banyak muncul dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan seperti dalam bidang fisika, kimia, ekonomi, dan pada persoalan rekayasa yang diberikan dalam bentuk persamaan differensial orde satu atau orde dua. Seringkali model matematika tersebut muncul dalam bentuk yang tidak ideal atau rumit. Model matematika yang rumit ini kadangkala tidak dapat diselesaikan dengan metode analitik yang sudah baku untuk mendapatkan solusi sejatinya (exact solution). Bila metode analitik tidak dapat lagi diterapkan, maka solusi persoalan sebenarnya masih dapat dicari dengan menggunakan perhitungan numerik yang digunakan untuk memformulasikan persoalan matematika sehingga dapat dipecahkan dengan operasi perhitungan atau aritmatika biasa.

Beberapa perhitungan numerik yang sering digunakan untuk menyelesaikan persamaan differensial biasa adalah Euler, Heun, Taylor, dan Runge-Kutta. Metode Runge-Kutta dikenal sebagai metode yang memiliki keakurasian lebih baik dibandingkan dengan ketiga metode tersebut.

Metode Runge-Kutta merupakan alternatif lain dari metode Taylor yang tidak membutuhkan perhitungan turunan. Metode ini berusaha mendapatkan derajat ketelitian yang tinggi dan sekaligus menghindarkan keperluan mencari turunan yang lebih tinggi dengan jalan mengevaluasi fungsi f(x,y) pada titik terpilih setiap selang.

Metode Runge-Kutta orde empat ditulis sebagai berikut: 𝑦𝑛 +1 = 𝑦𝑛 +ℎ

6 𝑘1+ 2𝑘2+ 2𝑘3+ 𝑘4 Beberapa modifikasi telah dilakukan pada metode Runge-Kutta orde empat, dari bentuk umumnya, Metode Runge-Kutta orde empat dapat dimodifikasi berdasarkan rata-rata Aritmatik seperti berikut ini:

𝑦𝑛 +1 = 𝑦𝑛 +ℎ 3 𝑘1+𝑘2 2 + 𝑘2+𝑘3 2 + 𝑘3+𝑘4 2

(7)

I-2 Selain menggunakan rata-rata Aritmatik, modifikasi metode Runge-Kutta Orde 4 berdasarkan rata-rata Geometri telah dilakukan oleh Evans (1991), dan diperoleh: 𝑦𝑛 +1 = 𝑦𝑛 +ℎ 3 𝑘1𝑘2+ 𝑘2𝑘3+ 𝑘3𝑘4 dengan 𝑘1 = 𝑓(𝑥𝑛, 𝑦𝑛) 𝑘2 = 𝑓(𝑥𝑛 +ℎ 2, 𝑦𝑛 + ℎ 2𝑘1) 𝑘3 = 𝑓(𝑥𝑛 + ℎ 2, 𝑦𝑛 + ℎ 16 −𝑘1+ 9𝑘2 ) 𝑘4 = 𝑓(𝑥𝑛 +ℎ 2, 𝑦𝑛 + ℎ 24 −3𝑘1+ 5𝑘2+ 22𝑘3 )

Selanjutnya, Sanugi dan Evans Yaacobs (1994) melakukan modifikasi Runge-Kutta orde empat berdasarkan rata-rata Harmonik,

𝑦𝑛 +1 = 𝑦𝑛 +2ℎ 3 𝑘1𝑘2 𝑘1+ 𝑘2+ 𝑘2𝑘3 𝑘2+ 𝑘3+ 𝑘3𝑘4 𝑘3 + 𝑘4 dengan 𝑘1 = 𝑓(𝑥𝑛, 𝑦𝑛) 𝑘2 = 𝑓(𝑥𝑛 +ℎ 2, 𝑦𝑛 + ℎ 2𝑘1)) 𝑘3 = 𝑓(𝑥𝑛 +ℎ 2, 𝑦𝑛 + ℎ 8 −𝑘1+ 5𝑘2 ) 𝑘4 = 𝑓(𝑥𝑛 +ℎ 2, 𝑦𝑛 + ℎ 8 −5𝑘1+ 7𝑘2+ 18𝑘3 )

Elvi Rahmila (2010) memperkenalkan modifikasi Range-Kutta orde empat berdasarkan rata-rata Geometri dan rata-rata Centroidal.

Range Kutta orde empat berdasarkan rata-rata Geometri :

1 2 2 3 3 4

1 3 kk k k k k h y yn  n    dengan ) , ( 1 f xn yn k  1 2 2 , 2 (x h y hk f knn

(8)

I-3                1 2 3 16 9 16 1 , 2 y h k k h x f k n n                1 2 3 4 12 11 24 5 8 1 ,y h k k k h x f k n n

Sedangkan modifikasi range-kutta orde empat berdasarkan rata-rata Centroidal

                      4 3 2 4 4 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 9 2 k k k k k k k k k k k k k k k k k k h y yn n dengan nilai kiki1 0

Penelitian yang telah dilakukan untuk memodifikasi metode Runge-Kutta tersebut, penulis tertarik untuk mengembangkan modifikasi yang dilakukan beberapa penulis dengan mengaplikasikan rata-rata Heronian terhadap metode Runge-Kutta orde 4. Oleh karena itu, judul pada tugas akhir ini adalah

”Modifikasi Metode Runge-Kutta Orde-4 Klasik Berdasarkan Rata-rata Heronian”.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah pada tugas akhir ini adalah bagaimana menentukan rumusan dari modifikasi metode Runge-Kutta orde empat berdasarkan rata-rata heronian.

1.3 Batasan Masalah

Penulis membatasi permasalahan pada penulisan tugas akhir ini yaitu tentang penyelesaian modifikasi metode Runge-Kutta orde empat berdasarkan rata-rata heronian.

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan rumusan baru dari modifikasi metode Runge-Kutta orde empat berdasarkan rata-rata heronian.

(9)

I-4

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Pendahuluan menguraikan latar belakang pemilihan judul, tujuan penulisan, rumusan masalah, batasan masalah, serta sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II Landasan Teori

Landasan teori berisikan tentang hal-hal yang dijadikan sebagai dasar teori untuk pengembangan tulisan tugas akhir ini.

BAB III Metodologi Penelitian

Bab ini berisi tentang metode-metode yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang dibutuhkan.

BAB IV Pembahasan

Bab pembahasan berisi langkah-langkah dan hasil dari pembuktikan modifikasi persamaan Runge-Kutta orde empat berdasarkan rata-rata Heronian.

BAB V Penutup

(10)

II-1

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Persamaan Differensial Biasa Orde 1

Persamaan differensial adalah suatu persamaan yang melibatkan turunan dari satu atau lebih variabel terikat terhadap satu atau lebih variabel bebas. Apabila turunan fungsi hanya bergantung pada satu variabel terikat, maka disebut persamaan differensial biasa (Ordinary Differential Equation), dan jika bergantung pada lebih dari satu variabel bebas disebut persamaan differensial parsial (Partial Differential Equation). Penulisan skripsi ini hanya akan membahas persamaan differensial biasa khususnya orde satu.

Bentuk baku Persamaan Differensial Orde satu dengan nilai awal ditulis sebagai

𝑦= 𝑓(𝑥, 𝑦)

Dengan nilai awal y(x0)= y0 (2.1)

Terdapat dua cara untuk menyelesaikan PDB orde satu yaitu : 1. Metode Analitik

Metode analitik adalah metode sejati karena ia meemberi kita solusi sejati (exact solution) atau solusi sesungguh nya yang memiliki galat sama dwngan nol. Beberapa persamaan differensial orde satu yang dapat diselesaikan secara analitik adalah :

 Persamaan differensial orde satu yang dipisahkan

 Persamaan differensial orde satu eksak

 Persamaan differensial orde satu linier 2. Metode Numerik

Metode numerik digunakan untuk persoalan rumit yang sering muncul dan sulit, atau tidak dapat diselesaikan dengan metode analitik. Metode nemerik adalah metode yang digunakan untuk memformulasikan

(11)

II-2 persoalan matematik sehingga dapat dipecahkan dengan operasi perhitungan atau aritmatik biasa. Dengan metode numerik, hanya akan memperoleh nilai hampiran saja dan terdapat perbedaan dengan hasil solusi sejati. Sehingga aka nada selisih antara kedua nya yang disebut dengan error atau galat.

Beberapa metode numerik untuk menyelesaaikan persamaan differensial orde satu adalah:

 Metode Euler

 Metode Heun

 Metode Deret Taylor

 Metode Runge-Kutta

2.2 Deret Taylor

Deret Taylor merupakan deret dalam bentuk polynomial, oleh karena bentuknya polynomial yang mudah diturunkan atau diintegralkan maka deret Taylor sering digunakan untuk menghampiri fungsi-fungsi yang rumit.

Teorema 2.1(Leithold Louis, 2003) Misalkan f adalah fungsi yang mempunyai

turunan pertama, kedua sampai turunan ke n1 yang kontinu pada interval tutup

] ,

[a b . Jika terdapat titik x dan 0 xx0h yang berada pada interval buka (a,b)

, maka akan ditunjukkan

     n k n k h O h n x f h x f 0 1 0 0 ( ) ! ) ( ' ) ( Atau

    n k n k h O h n x f x f 0 1 0 ) ( ! ) ( ' ) ( (2.2) Bukti :

(12)

II-3

b   a a f b f dx x f'( ) ( ) ( ) atau

  b a dx x f a f b f( ) ( ) '( ) (2.3) selanjutnya akan ditunjukkan bahwa

    n k n k h O h n x f x f 0 1 0 ) ( ! ) ( ' ) ( Penyelesaian bentuk

b a dx x

f'( ) pada persamaan (2.3) dilakukan dengan menerapkan integral parsial dan diperoleh

b  

a b a b a dx x f b x b x x f dx x f'( ) '( )( ) ( ) '( )   

b a dx x f x b a b a f'( )( ) ( ) "( ) (2.4) substitusikan persamaan (2.4) ke persamaan (2.3) maka diperoleh

     b a dx x f x b a f a b a f b f( ) ( ) ( ) '( ) ( ) "( ) (2.5)

Integralkan kembali suku ke-tiga pada ruas kanan persamaan (2.5) dengan memisalkan ) ( " x f u , maka duf'''(x) dx x b dv(  ) , atau dv(xb)d(xb) sehingga diperoleh

(13)

II-4

   ba b a b a dx x f x b x b x f dx x f b x ' ''( ) 2 ) ( 2 ) ( ) ( " ) ( " ) ( 2 2

    b a dx x f x b a b a f ' ''( ) 2 ) ( 2 ) ( ) ( " 2 2 (2.6) subtitusikan persamaan (2.6) ke persamaan (2.5) diperoleh

dx x f x b a b a f a f a b a f b f b a ) ( '' ' 2 ) ( ! 2 ) ( ) ( " ) ( ' ) ( ) ( ) ( 2 2

       (2.7)

Analog dengan cara di atas, dan jika dilakukan sebanyak n kali maka akan diperoleh bentuk n n a b n a f a b a f a f a b a f b f ( ) ! ) ( ... ) ( ! 2 ) ( " ) ( ' ) ( ) ( ) (      2    (2.8)

Gantikan ax0 dan bx0h untuk i=1, 2, 3,…,n maka persamaan (2.8), sehingga ... ! 2 ) ( " ) ( ' ) ( ) ( 0 2 0 0 0     hx f h x f x f h x f 1 1 0 )! 1 ( ) ( ! ) (      n n n n h n c f h n x f (2.9)

Untuk ukuran h yang cukup kecil, bentuk sisa dari persamaan (2.9) dapat ditulis dalam bentuk O

 

hn1 , sehingga persamaan (2.9) dapat ditulis kembali dalam bentuk ) ( ! ) ( ... ! 2 ) ( " ) ( ' ) ( ) ( 0 2 0 1 0 0 0         n n n h O h n x f h x f h x f x f h x f

     n k n k h O h n x f h x f 0 1 0 0 ( ) ! ) ( ' ) (

(14)

II-5 ... ) ( ! 2 ) ( " ) )( ( ' ) ( ) ( 0 2 0 0 0 0       f x f x x x f x x x x f ) ( ) ( ! ) ( 1 0 0     n n n h O x x n x f

Pandang kembali persamaan (2.9) gantikan h dengan (xx0)

... ) ( ! 2 ) ( " ) )( ( ' ) ( ) ( 0 2 0 0 0 0       f x f x x x f x x x x f 1 0 1 0 0 ) ( )! 1 ( ) ( ) ( ! ) (       n n n n x x n c f x x n x f (2.10) subtitusikan xx1 pada persamaan (2.8) diperoleh

n n x x n x f x x x f x x x f x f x f f ( ) ! ) ( ... ) ( ! 2 ) ( " ) )( ( ' ) ( ) ( 1 1 1 2 1 1          1 1 1 ) ( )! 1 ( ) (      n n x x n c f (2.11)

Selanjutnya substitusikan xx2  x1 h pada persamaan (2.9) di atas diperoleh f2 yang merupakan penyelesaian eksak pada xx2

... ) ( ! 2 ) ( " ) )( ( ' ) ( ) ( 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2      xxx f x x x f x f x f f 1 1 2 1 1 2 1 ) ( )! 1 ( ) ( ) ( ! ) (       n n n n x x n c f x x n x f

dengan cara yang sama seperti langkah-langkah diatas akan diperoleh

) ( ! 4 1 ! 3 1 ! 2 1 " 2 3 3 4 4 5 ' 1 f f h f h f h f h O h fn  nnnnn  (2.12)

dimana fnj adalah turunan ke- j dari f(t) yang dihitung di xxn dengan n =1, 2, 3,…,n-1

(15)

II-6 )

(h5

O adalah dari orde h5 keatas, semua suku berikutnya mengandung h pangkat 5 keatas.

Selanjutnya digunakan notasi subskrip untuk melambangkan turunan parsial, sebagai contoh

) , ( : f x t f  , t t x f ft    ( , ) : , x t x f fx    ( , ) : , 2 2 ) , ( : t t x f ftt   2 2 ) , ( : x t x f fxx   , x t t x f f ftx xt    ): ( , ) ( 2 Contoh 2.1 xt xte t x f( , )

Akan dibuktikan bahwa ftxftx

xt xt x te t xe f   2 xt xt xt xt xt te xte xte x t e f   2  2 2 dan xt xt t xe x te f   2 xt xt xt xt tx te xte xte x t e f   2  2 2

Kemudian akan diselesaian persamaan differensial biasa dengan menggunakan deret Taylor sebagai berikut

) , (y t f dt dy (2.13) atau f y'

(16)

II-7 sehingga diperoleh y t y f f y"  '  ftffy 2 ) 3 ( ) ' ( " ' 2y f f y f y f ytttyyyy 2 2 2 ty yy t y y tt ff f f f f ff f      3 2 ) 4 ( ) ' ( ' ' ' ' 3 ' ' ' " 3 ) ' ( 3 ' 3y f y f y f y f y y f f y f

ytttttytyytyyyyyyyfttt 3fftty 3ft fty 5ffyfty 3f 2ftyy 3fftfyy 4f2fyfyy ) ( 2 3 y y y y tt yyy f f f f ff f f     (2.14) Persamaan (2.12) dapat juga ditulis dalam bentuk seperti dibawah ini

) ( ! 4 1 ! 3 1 ! 2 1 " 2 (3) 3 (4) 4 5 ' 1 y y h y h y h y h O h yn  nnnnn  (2.15)

Substitusikan persamaan (2.14) pada persamaan (2.15)

3 2 2 2 1 ( 2 ) 6 1 ) ( 2 1 h ff f f f f ff f h ff f hf y ynn   tytttyyyt yy ) 4 3 3 5 3 3 ( 24 1 2 2 3 ty y ty tyy t yy y yy tty ttt ff f f ff f f f ff f f f f f        ) ( ) ( 4 5 2 3 h O h ff f f f f f f yyytt yy ty   (2.16)

Persamaan (2.16) adalah penyelesaian persamaan differensial biasa dengan deret Taylor.

Selanjutnya jika didefinisikan operator D yang merupakan bentuk standar untuk deret Taylor maka diperoleh

(17)

II-8             y f t D (2.17) dengan sifat-sifat sebagai berikut

f y f t Df             y f f t f       y t ff f Df   f y f t f D 2 2             f y f y t f t                2 22 2 2 2 2 yy ty tt ff f f f f D2  2  2

Apabila menggunakan operator (2.17), maka persamaan (2.14) menjadi f y' Df y" Df f f D y(3)  2  y Df f Df f D f f D y(4)  3  y 2 3 yy2

Sehingga bentuk penyelesaian dengan deret Taylor (2.17)

f D f f D h Df f f D h Df h hf y yn n y y 2 3 4 2 3 2 1 ( 24 1 ) ( 6 1 2 1         ) ( ) 5 2Df DfDf O h fyy   (2.18)

(18)

II-9 Untuk bilangan real p, fungsi f(x) dapat dinyatakan sebagai deret

2.3 Metode Runge Kutta Orde-4

Metode Runge Kutta adalah alternatif lain dari deret Taylor yang tidak membutuhkan perhitungan turunan, dalam Metode Runge Kutta berusaha mendapatkan derajat ketelitian yang tinggi dan sekaligus menghindarkan pencarian turunan yang lebih tinggi dengan jalan mengevaluasi fungsi f(x,y)

pada titik pada selang langkah. Metode Runge Kutta dapat menyelesaikan persamaan differensial dan juga sistem persamaan differensial.

Metode Runge Kutta Berorde 4 adalah salah satu metode yang sangat terkenal dalam menyelesaikan persamaan differensial baik linear ataupun yang tak linear dan Metode ini juga banyak dipakai dalam praktek

Metode Runge Kutta berorde 4 mempunyai beberapa keuntungan yaitu sebagai berikut:

1. Tidak perlu mencari turunan-turunan fungsi terlebih dahulu sehingga penyelesaiannya lebih mudah.

2. Merupakan penyelesaian yang akurat dengan jumlah iterasi yang relative kecil.

Bentuk umum metode runge kutta orde 4 adalah sebagai berikut:

4 4 3 3 2 2 1 1 1 y wk wk wk w k ynn    (2.19) dengan ) , ( 1 hf xn yn k  ) , ( 2 21 1 2 hf x p h y b k knn  ) , ( 3 31 1 32 2 3 hf x p h y b k b k knn  ) , ( 4 41 1 42 2 43 3 4 hf x p h y b k b k b k knn   (2.20)

(19)

II-10 Selanjutnya akan ditentukan nilai p2,p3,p4,b31,b32,b41,b42,b43 untuk menentukan bentuk metode Runge Kutta orde 4.

Didefinisikan operator D yaitu bentuk standar untuk metode Runge Kutta orde 4 i

sebagai berikut y f b x a D i j ij i i           

  1 1

, dengan a1 0 dan i=1, 2, 3, 4 (2.21) atau 0 1  D y f b x a D       2 21 2 y f b b x a D        3 ( 31 32) 3 y f b b b x a D         4 ( 41 42 43) 4

Deret Taylor untuk fungsi dengan dua variable didefinisikan sebagai berikut

 

n n

i i n n f x y y y y t x x i y x f , ! 1 , 0

               (2.22)

jabarkan ruas kanan pada persamaan (2.22)

f y x f y y y t x x n n  n n              ) ( ) ( , ) ( 0 y f y y x f x x y x f y y y x x x n n n n n n                      ) ( ) ( , ) ( ) ( ) ( 1

(20)

II-11 y x f y y x x x f x x y x f y y y x x x n n n n n n n                        2 22 2 2 ) )( ( 2 ) ( ) , ( ) ( ) ( 2 2 2 ) ( y f y y n     . . .

Sehingga persamaan (2.22) dapat ditulis

) ) )( ( 2 ) (( ) ) ( ) (( ) , ( 2 ty n n tt n y n t n f y y f x x f x x y y f x x f y x f           ... ) (  2   y yn fyy

Gunakan deret Taylor (2.22) dan operator D (2.21) maka persamaan (2.20) menjadi hf k1 (2.23) hf a y h p x hf k2  ( n2 , n2

             0 2 2 ! 1 i i y hf a x h p i h

   0 2 ! 1 i i hD i h ( ) 24 1 6 1 2 1 4 5 6 2 4 3 2 3 2 2 2 h O fh D fh D hf D fh f       (2.24) ) , ( 3 31 1 32 2 3 hf x p h y b k b k knn  

                  0 2 32 32 31 3 3 ! 1 i i y hf k b y f b b h x h p i h k

(21)

II-12

              0 2 32 1 31 3 3 ! 1 i i y k b k b x h p i h k

 

                 0 5 4 3 2 3 2 2 2 2 32 3 6 1 2 1 ! 1 i i y h O fh D fh D fh D b hD i h            h f hD3f fyb32 D2fh2 D22fh3 D23fh4 h2D32f 2 1 6 1 2 1 b D fy D fh D fh fyyb

D f

h h D f 3 3 3 4 2 2 2 32 4 3 2 3 2 3 32 6 1 2 1 2 1                      hf D fh fyb D f D f h fyb D f b32D3fyD2 f 2 2 32 3 2 3 2 32 2 3 2 1 2 1 ( ) 24 1 2 1 4 5 3 4 4 2 2 3 32D f D fh h D f O h b y    

       2 2 2 32 2 2 3 32 3 2 32 4 3 3 2 1 2 1 6 1 6 1 f D b f f D f D b f D b f h f D y y yy ( ) 24 1 2 1 4 5 6 3 2 2 3 32D f D f D f h O h b y       (2.25)

             0 2 3 43 4 3 2 3 2 2 2 2 42 4 4 ( 6 1 2 1 ! 1 i fh D b fh D fh D fh D b hD i h k                  3 4 3 2 3 32 2 2 32 3 2 2 2 32 6 1 2 1 2 1 h f D f D f D b f D b f h f D f D b fy y y i y h O      ( 5)             hf D fh f b D f f b D f D f h f b D f k4 4 2 y 42 2 y 43 3 42 3 y 42 22 2 1 2 1

(22)

II-13 4 3 4 4 3 43 4 2 42 2 3 43 2 43 32 2 6 1 2 1 h f D f fD D b f fD D b f D b f f D b b fy y y y            fyb D f fyb D f fyb b D fyD f fyb D f 3 3 43 2 3 43 32 2 2 32 2 3 2 42 6 1 2 1 6 1

D f

b f f fD D b f fD D b b f f fD D b42 22 4 y y 43 32 2 4 y 43 32 4 y yy 422 2 2 1 2 1 2 1

y yy yyb b D fD f f b D f b D fD f f 42 43 2 3 432 3 2 42 2 42 2 1 2 1         4 4 2 4 3 43 24 1 2 1 D f fD D b y (2.26)

Untuk mengetahui bentuk umum Metode Runge Kutta orde 4 pada persamaan (2.19) dan (2.20) harus ditentukan nilai parameter yang memenuhi persamaan tersebut, dengan menggunakan persamaan (2.23), (2.24), (2.25), dan (2.26) bentuk metode Runge Kutta (2.19) menjadi

hf h D f w f D h f D h f D h hf w hf w y yn 1 n 1 2 2 2 3 22 4 23 3 2 3 6 1 2 1                           h3 D32f b32fyD2f h4 b32D22ffy b32D3fyD2f D33f 6 1 2 1 2 1 4 2 4 3 43 2 42 3 4 2 4 2 1 h f D f D b f ff D b h f D h hf w  y y                y y y yb D f f b b D f f b D f b D fD f f 42 22 2 32 43 2 43 32 42 2 4 2 1 2 1        b43D3fD4fy D43f 6 1

w w w w

hf h

w D f w D f w D f

y ynnn1234  2 2 23 34 4

(23)

II-14    h w D f w D f w3b32fyD2f w4b42D2 ffy w4fyb43D3f 2 3 3 2 2 2 3 2 1 2 1         w4D42f h4 w2D23 b32w3D22 ffy b32w3fyD2f w3D3f 6 1 2 1 6 1 2 1 y y y yb D f w f b b D f w f b D f b w D fD f f w 2 42 4 2 4 3 43 4 2 43 32 2 4 2 2 42 4 2 1 2 1         b w D fD fy w D f 3 4 4 4 3 4 43 6 1 (2.27)

Untuk memproleh nilai parameter pada (2.27) digunakan penyelesaian pendekatan deret Taylor (2.18) yaitu

f D f f D h Df f f D h Df h hf y yn 1 n 2 3 2 y 4( 3 y 2 24 1 ) ( 6 1 2 1     ) ( ) 5 2 h O DfDf Df fyy   (2.28)

Berdasarkan persamaan (2.27) dan persamaan (2.28) maka diperoleh 1 4 3 2 1wwww Df f D w f D w f D w 2 1 4 4 3 3 2 2    f D w ff D b w f D f b w f D w f D w2 22 3 32 3 32 y 2 4 42 2 y 4 42 2 1 2 1 ) ( 6 1 2 3 43 4Db f D f D f f Df w y   yf D b f w f D w f D f D w b ff D w b D w2 23 32 3 22 y 32 3 3 y 2 3 33 4 y 42 22 2 1 6 1 2 1 6 1 y y y yb b D f w f b D f b w D fD f b w D fD f f w 42 4 2 4 43 4 3 4 2 3 43 4 2 43 32 2 4 2 1     ) 3 ( 24 1 6 1 3 3 2 2 4 4D f D f fyD f fyDf DfDfy w        (2.29)

(24)

II-15 dari empat persamaan (2.29) w dan i bij independent terhadap f(y,t) dimana

y y y y y y Df f D Df f D Df f D Df f D Df f D Df f D2 3 4 2 3 4 , , , , , (2.30)

hal ini dapat terjadi jika

21 2 b a  32 31 3 b b a   43 42 41 4 b b b a    (2.31) Subtitusikan bentuk (2.31), maka sistem (2.29) menjadi

1 4 3 2 1wwww 2 1 4 4 3 3 2 2awawaw 3 1 2 4 4 2 3 3 2 2 2awaw aw 4 1 3 4 4 3 3 3 3 2 2awaw aw 6 1 ) ( 42 2 43 3 4 2 32 3b aw b ab aw 12 1 ) ( 42 22 43 32 4 2 2 32 3b aw b ab aw 8 1 ) ( 42 2 43 3 4 4 3 2 32 3b a aw a b ab aw 24 1 2 43 32 4b b aw (2.32)

(25)

II-16 Persamaan (2.32) adalah sistem persamaan yang terdiri dari 8 persamaan dengan 10 parameter, hingga dapat dipilih 3 parameter bebas misalnya

2 1 2  p , 2 1 3  p , p4 1 (2.33) maka 1 4 3 2 1wwww 2 1 2 1 2 1 4 3 2  www 3 1 4 1 4 1 4 3 2  www 4 1 8 1 8 1 4 3 2  www 6 1 ) 2 1 2 1 ( 2 1 43 42 4 32 3bw bbw 12 1 ) 4 1 4 1 ( 4 1 43 42 4 32 3bw bbw 8 1 ) 2 1 ( 2 1 4 1 43 42 4 32 3bw bbw 24 1 2 1 43 32 4b bw dan diperoleh 2 1 21  b , b310, b41 0, 2 1 32  b , b42 0, b43 1, 6 1 1  w , 3 1 2  w , 3 1 3  w , 6 1 4  w (2.34)

(26)

II-17 Kemudian substitusikan (2.33) dan (2.34) pada (2.18) dan (2.19) diperoleh rumus Metode Runge Kutta orde 4

Diperoleh bentuk umum penyelesaian metode Runge Kutta orde 4 untuk persamaan differensial biasa

) , ( 1 hf xn yn k        1 2 2 1 , 2 1 k y h x hf k n n       2 3 2 1 . 2 1 k y h x hf k n n ) , ( 3 4 hf x h y k knn  ) 2 2 ( 6 1 4 3 2 1 1 y k k k k ynn     2.4 Galat Pemotongan

Pada aproksimasi polinomial di titik 𝑛 + 1 data, terdapat perbedaan atau eror terhadap nilai sesungguhnya atau nilai eksak. Nilai perbedaan tersebut dapat dicari dengan menggunakan Galat pemotongan. Dengan menstubtitusikan sebuah derajat polinomial p + 1 kedalam rumus orde p dapat dibangun sebuah bentuk eror,

𝑇 𝑥, 𝑕 = 𝐶𝑕𝑝+1𝑦(𝑝+1)(𝜀)

Aplikasi Algoritma dan proses perhitungan dari bentuk 𝑥0 ke 𝑥1, … , 𝑥𝑛, 𝑥𝑛+1, … dalam pengertian yang luas dapat didefinisikan sebagai metode satu langkah, yang secara umum di tulis sebagai:

(27)

II-18 dengan Φ adalah fungsi naik yang terdapat unsur 𝑥𝑛, 𝑦𝑛 dan menggunakan h. definisikan y(x) sebagai solusi eksak untuk persamaan differensial biasa, sehingga untuk setiap x akan berlaku:

𝑇 𝑥, 𝑕 = 𝑦 𝑥 + 𝑕Φ 𝑥, 𝑦 𝑥 ; 𝑕 − 𝑦(𝑥 + 𝑕) atau

𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑚𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖 𝑒𝑘𝑠𝑎𝑘 − 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑠𝑖 𝑕𝑎𝑚𝑝𝑖𝑟𝑎𝑛 Jika p lebih besar dari bilangan integer p’, maka :

𝑇 𝑥, 𝑦 = 𝑂(𝑕𝑝+1)

Contoh 2.2

Dengan menggunakan RK-4 tentukan penyelesaian masalah nilai awal 𝑦= 2𝑥𝑦 + 𝑦, 𝑦 0 = 1 𝑕 = 0.1

pada selang [0,2].

Penyelesaian :

Terlebih dahulu akan ditentukan solusi eksak yaitu: 𝜕𝑦

𝜕𝑥 = 2𝑥𝑦 + 𝑦 = 𝑦(2𝑥 + 1)

dengan menggunakan metode variabel terpisah maka akan didapatkan: 𝑦 = 𝐶𝑒𝑥2+𝑥

Untuk y(0) = 1maka C = 1sehingga: 𝑦 𝑥 = 𝑒𝑥2+𝑥

Substitusikan x = 0.2 pada 𝑦 𝑥 = 𝑒𝑥2+𝑥 maka akan diperoleh solusi eksak, 𝑦 0.2 = 𝑒0.24 = 1.27125

(28)

II-19 Sedangkan solusi hampiran dengan menggunakan metode Runge-Kutta Orde 4 adalah : 𝑦2 = 𝑦1+1 6 𝑘1+ 2𝑘2+ 2𝑘3+ 𝑘4 = 1.11071 +1 6 0.14789 = 1.25860 dengan 𝑘1 = 0.13328 𝑘2 = 0.14717 𝑘3 = 0.14804 𝑘4 = 0.16364 dan 𝑦1 = 1.11071

sedangkan nilai perbedaan atau erornya adalah : 𝑒 = 𝑦 0.20 − 𝑦2

= 1.27125 − 1.25860 = 0.01265

2.5 Variasi Rata-Rata

Terdapat beberapa variasi rata-rata yang dapat digunakan untuk memodifikasi metode Runge Kutta orde empat. Beberapa diantaranya diberikan berikut ini:

Bila terdapat sekumpulan data k1k2k3,,,,knmaka formula untuk rata-rata aritmatik (AM) adalah sebagai berikut:

(29)

II-20 n k k k k AM  1 2  3  n

Untuk n = 2 maka rata-rata aritmatik menjadi:

2

2 1 k k

AM  

Bila terdapat sekumpulan data k1k2k3,,,,knmaka formula untuk rata-rata geometri (GM) adalah sebagai berikut:

n n k k k k GM1. 2. 3...

Untuk n = 2 maka rata-rata geometri menjadi:

2 1k k GM

2.6 Rata-rata Heronian (Heronian Mean)

Pada rata-rata heronian dua bilangan a dan b didefenisikan sebagai berikut: ) ( 3 1 b ab a HeM   

dengan syarat a dan b tidak bernilai negatif

(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penulisan skripsi ini hanya membahas secara teori modifikasi metode Runge-Kutta orde 4. Oleh karena itu, penelitian dilakukan dengan menggunakan metode studi pustaka yang berguna untuk mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan baik berasal dari buku-buku, jurnal, maupun sumber-sumber dari internet.

Penulisan dimulai dengan mengenalkan Metode Runge-Kutta secara umum sampai orde ke-n. kemudian bentuk umum ini akan dikhususkan sampai pada Orde 4. Selain itu juga akan dikenalkan rata-rata Heronian. Setelah diperoleh bentuk umum Runge-Kutta Orde 4 dan rata-sehingga akan diperoleh rumusan baru.

Metodologi yang digunakan dalam penyelesaian skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Mengenalkan rumus metode Runge-Kutta Klasik 2. Mengenalkan rumus rata-rata Heronian

3. Pembentukan rumus Runge-Kutta berdasarkan rata-rata Heronian 4. Analisa dan kesimpulan

(31)

IV-1

BAB IV

MODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE EMPAT

BERDASARKAN RATA-RATA HERONIAN

Dalam bab ini akan diturunkan metode Range Kutta orde empat berdasarkan rata-rata heronian, dengan cara menggantikan rata-rata aritmatik dengan rata-rata heronian

4.1. Modifikasi Metode RK-4 dengan Mempertimbangkan Rata-Rata Heronian

Beberapa modifikasi Metode Runge-Kutta telah banyak dihasilkan, seperti modifikasi bardasarkan rata-rata aritmatik, geometri, harmonik,centroidal dan rata-rata kontra harmonik. Pada Skripsi ini penulis akan membuktikan modifikasi metode Runge-Kutta Orde 4 berdasarkan rata-rata heronian.

Diketahui bentuk umum Runge-Kutta Orde 4 :

) 2 2 ( 6 1 4 3 2 1 1 y k k k k yn  n     (4.1) Berdasarkan persamaan (4.1) dapat dibentuk rumusan baru yang mengandung unsur Aritmatik sebagai berikut:

𝑦𝑖+1 = 𝑦𝑖 + ℎ 3 𝑘1+𝑘2 2 + 𝑘2+𝑘3 2 + 𝑘3+𝑘4 2 (4.2) Persamaan (4.2) dikenal sebagai Runge-Kutta Orde 4 berdasarkan Rata-rata Aritmatik. Bila rata-rata aritmatik diganti dengan rata-rata heronian diperoleh

                                     3 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 2 2 1 2 1 1 k k k k k k k k k k k k h y yi i Dengan ) , ( 1 hf xn yn k

(32)

IV-2 ) , ( 1 1 1 2 hf x a h y a k knn  ) , ) ( ( 2 3 2 1 3 2 3 hf x a a h y a k a k kn   n   ) , ) ( 4 5 6 4 1 5 2 6 4 4 hf x a a a h y a k a k a k kn    n    (4.3)

Kemudian akan ditentukan nilai a1,a2,a3,a4,a5,a6 untuk menentukan bentuk metode Runge Kutta orde 4 berdasarkan rata-rata heronian.

Ekspansikan nilai-nilai k1,k2,k3,k4dengan menggunakan deret taylor yang telah diperoleh hasil seperti persamaan (2.23) - (2.26)

Langkah berikutnya adalah dengan mensubstitusikan nilai-nilai k1,k2,k3,k4

yang telah diperoleh pada persamaan (2.23) – (2.26) ke persamaan (4.3). sedangkaan untuk menghindari adanya polinomial dalam bentuk tanda akar, di gunakan ekspansi deret binomial sebagai berikut :

4 3 2 2 / 1 128 5 16 1 8 1 2 1 1 ) 1 ( x   xxxx

Sehingga diperoleh hasil seperti berikut :

                 8 ) 2 2 2 2 2 1 2 1 y yy y f f ff h ff a h f k k (4.4)         48 3 6 4 3 2 3 3 1 3 a f fyyy f fyfyy ffy h

(33)

IV-3                                                  128 2 21 64 11 64 43 128 2 ) ( 21 4 2 ) ( 8 2 ) 3 2 ( 2 1 2 2 1 2 3 1 2 3 2 2 3 2 2 2 1 2 1 3 2 y y y y yy yy y ff a ff a a ff a a ff a a f f a a f f a h ff a a a h f k k              16 ) ( 16 12 ) ( 12 3 3 3 2 3 1 3 3 3 2 3 3 1 3 a f fyyy a a f fyyy a ffyy a a ffy h

                                     128 ) ( 8 2 ) ( 2 ) ( 2 6 5 4 3 2 2 6 5 4 3 2 4 3 y yy y y ff a a a f a a h ff a a a ff a a h f k k (4.6)           16 3 16 16 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 a ffy a ffy a a ffy h

Kemudian substitusikan nilaik1,k2,k3,k4 yang diperoleh pada persamaan (2.23-2.26) dan nilai k1k2, k2k3 k3k4 pada persamaan (4.5)-(4.6) sehingga diperoleh y ff h2 : 0 24 11 6 1 4 3 1  A  a 2 3 y ff h  : 0 2 1 24 1 1 5 2   a a A y ff f h3 2 : 0 3 1 3 1 2 1 2   a A yyy f f h4 3 : 0 12 1 8 1 9 1 3 1 3    B a A

(34)

IV-4 3 4 y fff h : 0 48 1 96 1 3 2    a y yff f f h4 2 : 0 4 1 4 2 1 5 2 6Aa aa (4.4)

Untuk memudahkan mendapatkan nilai parameternya, dilakukan penyederhanaan dengan memisalkan :

2 1  A dan B1 Sehingga diperoleh y ff h2 : 24 11 12 1 4 3 1   a 2 3 y ff h  : 96 1 2 1 1 5a  a y ff f h3 2 : 12 1 3 1 2 1  a yyy f f h4 3 : 72 1 12 1 8 1 3 1   a 3 4 y fff h : 96 1 48 1 3 2  a y yff f f h4 2 : 0 4 1 4 2 1 5 2 6Aa aa (4.7)

Kemudian substitusikan nilai 2 1 1 

a kedalam persamaan maka didapat lah nilai-nilai 48 1 , 24 1 , 48 49 , 2 1 2 1 , 2 1 , 2 1 6 5 4 3 3 3 2 1          a a a a a a

Langkah terakhir adalah dengan mensubstitusikan semua nilai parameter yang telah didapat ke dalam persamaan dan diperoleh bentuk persamaan berikut ini:

(35)

IV-5                                      3 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 2 2 1 2 1 1 k k k k k k k k k k k k h y yi i Dengan ) , ( 1 hf xn yn k  ) 2 1 , 2 1 ( 1 2 hf x h y k knn                     3 2 1 3 3 2 1 2 1 2 1 , 2 1 k k y h x hf k n n ) 48 1 24 1 48 49 , ( 1 2 4 4 hf x h y k k k knn    (4.8)

4.2 Galat pada Metode Range-Kutta Orde Empat Berdasarkan Rata-rata Heronian

Untuk mendapatkan galat pada metode Runge-Kutta orde empat berdasarkan rata-rata heronian, langkah-langkah nya sama dengan menentukan penurunan rumusan Runge-Kutta sebelum nya. Dengan mensubstitusikan nilai parameter yang didapat kedalam persamaan 4.3 dan mengekspansikan sampai orde-5, maka akan diperoleh galat untuk metode Runge-Kutta berdasarkan rata-rata heronian sebagai berikut :

5 2 6 4 4 6 8 4 2 7 2 6 2 5 6144 95969 1536 902249 384 7577 64 1 2048 5 64 9 512 192377 h f f f f f f f f f f f f f f f f galat yy y yyy y y yy yy y yy y                    4.3 Simulasi Numerik

Berikut ini adalah penyelesaian persamaan differensial dengan menggunakan Metode Runge-Kutta orde-4 klasik, RKG, dan RKHe.

(36)

IV-6

Contoh 1 :

Persamaan differensial 𝑦′ =1

𝑦, 𝑦 0 = 1, 0 ≤ 𝑥 ≤ 1.25 (4.9) dan solusi eksak yang diberikan adalah 𝑦 = 2𝑥 + 1 dengan n = 10. Tentukan penyelesaian persamaan differensial di atas dengan menggunakan Runge-Kutta orde-4 Klasik, RKG dan RKHe.

Penyelesaian:

Persamaan (4.6) diselesaikan dengan metode Runge-Kutta Klasik berdasarkan rata-rata geometri (RKG) dan rata-rata heronian(RKHe), dengan ℎ = 0.125000. Solusi eksak dan error dari persamaan (4.6) disajikan dalam table (4.1).

Tabel 4.1: Solusi Eksak dan Error dari Metode Runge-Kutta Klasik, RKG, dan RKHe

i x

y (solusi eksak)

Error

Metode RK Metode RKG Metode RKHe 1 0,000 1,0000000000 0,000000E+00 0,0000000000 0,0000000000 2 0,125 1,1180339887 4,2308247E-07 1,936833E-08 0,1570588039 3 0,250 1,2247448714 5,5362188E-07 2,612313E-08 0,2708486472 4 0,375 1,3228756555 5,9022188E-07 2,836203E-08 0,3625581967 5 0,500 1,4142135624 5,9242192E-07 2,880015E-08 0,4406262116 6 0,625 1,5000000000 5,8129728E-07 2,847895E-08 0,5093370958 7 0,750 1,5811388301 5,6516854E-07 2,783745E-08 0,5711838375 8 0,875 1,6583123952 5,4755259E-07 2,707297E-08 0,6277524141 9 1,000 1,7320508076 5,2998364E-07 2,627765E-08 0,6801180916 10 1,125 1,8027756377 5,1312260E-07 2,549491E-08 0,7290456569

(37)
(38)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Metode Runge-Kutta orde-4 klasik memiliki bentuk umum sebagai berikut

) 2 2 ( 6 1 4 3 2 1 1 y k k k k yn  n     dengan ) , ( 1 hf xn yn k        1 2 2 1 , 2 1 k y h x hf k n n       2 3 2 1 . 2 1 k y h x hf k n n ) , ( 3 4 hf x h y k knn

Setelah dilakukan modifikasi dengan menggunakan rata-rata heronian didapatkan suatu bentuk baru yaitu :

                                       3 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 2 2 1 2 1 1 k k k k k k k k k k k k h y yi i dengan ) , ( 1 hf xn yn k  ) 2 1 , 2 1 ( 1 2 hf x h y k knn

(39)

                   3 2 1 3 3 2 1 2 1 2 1 , 2 1 k k y h x hf k n n ) 48 1 24 1 48 49 , ( 1 2 3 4 hf x h y k k k knn   

Galat potongannya adalah :

5 2 6 4 4 6 8 4 2 7 2 6 2 5 6144 95969 1536 902249 384 7577 64 1 2048 5 64 9 512 192377 h f f f f f f f f f f f f f f f f galat yy y yyy y y yy yy y yy y                   

Berdasarkan simulasi numerik dengan menggunakan metode RKHe diketahui bahwa hasil metode ini kurang memiliki keakuratan yang lebih baik dibandingkan dengan metode RK-4 Klasik sebelum dimodifikasi

5.2 Saran

Dalam penulisan skripsi ini penulis hanya menggunakan Rata-Rata Heronian untuk memodifikasi RK-4 klasik. Oleh karena itu , penulis menyarankan agar pembaca dapat lebih lanjut menemukan rumusan baru dengan menggunakan rata-rata yang lain seperti (Logaritma Mean dan Square Mean Root).

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Ababneh, Osama Yusuf dkk ”On Cases of Fourth-Order Runge-Kutta Methods”,

European Journal of Scientifiec Research. Vol 31.pp 605-615.2009.

Bronson, Richard dan Costa Gariel. ”Persamaan Differensial”, edisi tiga. Erlangga, Jakarta. 2007.

Chapra, Steven C dan Raymond P. Canela. ”Metode Numerik untuk

Teknik”.Universitas Indonesia. Jakarta. 1991.

Djojodihardjo, Harijono. ”Metode Numerik”, halaman 263-276. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2000.

Evans, D.J. 1991, ”A New 4TH Order Runge-Kutta Method for Initial Value Problems With Error Control”, Intern. J. Computer Math.Vol. 39, halaman 217-227

Leithold, Louis. ”Kalkulus dan Ilmu Ukur Analitik”, edisi kelima. Erlangga. Jakarta. 1993.

Martono, K. ”Kalkulus”. Erlangga. Jakarta. 1999.

Mathews, John H. “Numerical Method for Mathematics, Science, and

Engineering”. California State University. Prentice-hall International. 1992.

Munir, Rinaldi.” Metode Numerik”, edisi revisi. Informatika, Bandung. 2008.

Sanugi, B. B. dan D. J. Evans, 1994,”A New Fourth Order Runge-Kutta Formula Based on the Harmonic Mean”, Intern. J. Computer Math.Vol. 50, halaman 113-118.

Yacob, Nazeeruddin dan Bahrom Sanugi. “A New Fourth-Order Embedded Method Based on The Harmonic Mean”. Universitas Teknologi Malaysia. Jilid 14. 1998.

Gambar

Tabel  4.1:  Solusi  Eksak  dan  Error  dari  Metode  Runge-Kutta  Klasik,  RKG,  dan RKHe

Referensi

Dokumen terkait

beliefs merged “and he saw – like Yeats – a somewhat priestly mission for himself as an Irish author.”35 The excuse for their final falling out was Sold: A Comedy of Real Life in

Dengan pembuatan pangkalan data elektronik pada Kelurahan Muktiharjo Kidul Pedurungan Semarang ini didapatkan suatu rancangan yang utuh tentang database kependudukan

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pengambilan sampel secara acak sederhana.Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dan

Perumusannya adalah sebagai berikut. Namun pada kondisi eksisting dinding penahan tertanam dalam pilecap yang dibawahnya terdapat pondasi tiang, maka kontrol heave dianggap

Jika pendanaan yang dialokasikan untuk proyek-proyek REDD+ hilang akibat korupsi, dialihkan untuk penggunaan lain atau dikelola secara buruk, para investor

Namun Metode Runge-Kutta Orde-4 memiliki hampiran kurva lebih baik dari pada Metode Heun, hal ini dapat dilihat dari hasil galat dari Metode Runge Kutta

Dewan Penguji Ujian Skripsi pada Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember4. Jember,

Ada tiga temuan penting pada penelitian ini, yaitu (1) menemukan langkah-langkah yang tepat dalam penggunaan media shadow puppet dalam pembelajaran berbicara