• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA SHADOW PUPPET UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA SISWA KELAS VII B SMP N 2 SERIRIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA SHADOW PUPPET UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA SISWA KELAS VII B SMP N 2 SERIRIT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MEDIA SHADOW PUPPET UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN BERCERITA SISWA KELAS VII B SMP N 2 SERIRIT

Made Novi Ismayanti, I Wayan Wendra, Sang Ayu Putu Sriasih

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

email

.{madenoviismayanti@yahoo.com

,

wayanwendra@yahoo.com

,

sap.sriasih@yahoo.com}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan (1) mendeskripsikan langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan media shadow puppet; (2) mendeskripsikan peningkatan kemampuan bercerita dalam pembelajaran berbicara siswa kelas VII B SMP N 2 Seririt dengan menggunakan media shadow

puppet; (3) mendeskripsikan respons siswa terhadap penggunaan media shadow puppet. Subjek dalam

penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VII B SMP N 2 Seririt yang berjumlah 30 orang. Objek penelitian ini adalah langkah-langkah pembelajaran, peningkatan hasil belajar, dan respons siswa dalam penggunaan media shadow puppet. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, metode tes, dan metode kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) langkah-langkah pembelajaran yang tepat dalam penelitian ini ditekankan pada penegasan cara berekspresi; (2) penggunaan media shadow puppet dapat meningkatkan kemampuan bercerita dalam pembelajaran berbicara. Pada pratindakan skor rata-rata klasikal 65 (cukup),siklus I memperoleh skor rata-rata klasikal 73,2 (baik), sedangkan pada siklus II nilai rata-rata klasikal siswa menjadi 77,5 (baik); (3) siswa memberikan tanggapan sangat positif terhadap penggunaan media shadow puppet dalam pembelajaran berbicara (bercerita). Oleh karena itu, diharapkan kepada guru Bahasa Indonesia di SMP N 2 Seririt agar menerapkan pembelajaran ini sesuai langkah yang ditemukan dalam penelitian.

Kata kunci : media shadow puppet, berbicara, bercerita

.

Abstract

Classroom Action Research (PTK) is aimed (1) describing the steps taken in the use of media shadow puppet media; (2) to describe improvement of storytelling skills in learning speaking students’s speaking of class VII B SMP N 2 Seririt by using shadow puppet media; (3) to describe the response students against the use of shadow puppet media. Subjects in this study were teachers and students of class VII B and SMP N 2 Seririt totaling 30 people. The object of this research is the steps of learning, improvement of student learning outcomes, and student responses of students in the use of shadow puppet media. Data collection methods used in this research is the method of observation, test methods, and methods of questionnaires. Data were analyzed using descriptive techniques of quantitative and qualitative descriptive. The results showed that, (1) the appropriate learning steps in this study are emphasized on the affirmation of the way of expression; (2) the use of shadow puppet media can enhance the ability of storytelling in learning to speak. In pratindakan average score of classical 65 (enough), the cycle I obtained an average score of 73.2 classical (good), while the second cycle of the average value of classical student becomes 77.5 (good); (3) The students responded very positively to the use of shadow puppet media in learning to talk (storytelling). Therefore, it is expected to Indonesian teacher at SMP N 2 Seririt in order to apply this learning appropriate steps found in the study.

(2)

PENDAHULUAN

Pengajaran bahasa Indonesia senantiasa diharapkan untuk dapat mempertinggi kemahiran dan keterampilan siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pada setiap satuan pelajaran dalam materi pelajaran bahasa Indonesia, terdapat empat aspek keterampilan berbahasa yang patut dikuasai siswa, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut, keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek kebahasaan yang bersifat aktif produktif dan tidak kalah pentingnya dari keterampilan berbahasa yang lain.

Pembelajaran berbicara dalam mata pelajaran bahasa Indonesia memegang peranan yang penting dalam menunjang perkembangan intelektual, emosional, dan sosial siswa serta merupakan faktor penunjang keberhasilan siswa dalam mempelajari semua bidang studi. Keterampilan berbicara mendasari siswa untuk aktif dalam mengikuti proses belajar-mengajar di kelas. Berbicara merupakan suatu kegiatan yang memerlukan keterampilan dan mutunya tergantung pada usaha seseorang untuk memperoleh keterampilan tersebut. Usaha pembinaan keterampilan berbicara melalui pengajaran mampu menumbuhkembangkan motivasi siswa untuk berani mengemukakan gagasannya secara lisan di setiap kesempatan, baik dalam situasi formal maupun dalam situasi nonformal.

Anggapan bahwa setiap orang dengan sendirinya dapat berbicara telah menyebabkan pembinaan kemampuan dan keterampilan berbicara sering diabaikan (Arsjad dan Mukti, 1993:23). Setiap orang mampu berbicara secara alamiah, namun tidak semua orang mampu berbicara secara terampil dan teratur sehingga kegiatan berbicara menimbulkan

kegugupan dan gagasan yang

dikemukakan menjadi tidak teratur. Hal ini juga menimbulkan penggunaaan bahasa yang tidak teratur.

Dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Kelas VII terdapat standar kompetensi berbicara, yaitu mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui bercerita dan kompetensi dasar

menceritakan pengalaman yang paling mengesankan. Bercerita penting bagi siswa karena bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain. Oleh karena itu, keterampilan bercerita sangat penting dikuasai oleh siswa.

Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, setelah peneliti melakukan wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia yang mengajar di kelas VII SMP N 2 Seririt diperoleh informasi bahwa siswa masih mengalami kesulitan pada saat bercerita pengalaman pribadinya. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 65 (cukup), padahal Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang semestinya diperoleh siswa dalam pembelajaran bercerita adalah 75 (baik). Saat siswa bercerita masih ditemukan beberapa permasalahan atau kendala seperti siswa mengalami kesulitan memulai bercerita, cerita yang disampaikan kurang berkarakter, siswa juga masih berpaku pada teks dan sering tersendat-sendat saat bercerita sehingga ekspresinya kurang bagus. Hal lain yang terjadi ialah siswa bosan mendengarkan cerita yang disampaikan oleh temannya terlebih lagi cerita yang disampaikan itu tidak dapat menarik perhatian mereka. Hal ini membuktikan bahwa masih banyak siswa yang belum terampil dalam menyampaikan cerita dan ketidakfokusan serta ketidaktertarikan mereka menyampaikan dan mendengarkan cerita menyebabkan siswa tidak dapat bercerita dengan baik.

Kesulitan yang dialami dalam bercerita pegalaman yang mengesankan di kelas VII B disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa tentang keterampilan bercerita dan tidak tepatnya strategi yang digunakan guru dalam mengajar. Selama melakukan aktivitas mengajar di kelas, guru kurang inovatif. Setelah menjelaskan materi, guru mengadakan tanya-jawab kemudian melanjutkan pengajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif yang cenderung jarang berbantuan media. Dengan strategi yang seperti itu, tentu siswa cenderung bosan dan kurang memperhatikan materi yang disampaikan. Strategi yang seperti itu juga mengakibatkan aktivitas belajar-mengajar kurang memadai karena tidak adanya

(3)

variasi yang dilakukan oleh guru saat mengajar di kelas.

Selain strategi pembelajaran yang tidak tepat, guru juga jarang mengajar dengan menggunakan media. Padahal, media pembelajaran mempunyai fungsi dan manfaat yang tepat dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Munadi (2008:36) yang menyatakan bahwa berdasarkan pada medianya, terdapat tiga fungsi media pembelajaran, yakni (1) media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar, (2) fungsi semantik, dan (3) fungsi manipulatif.

Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam proses belajar-mengajar di kelas VII B SMP N 2 Seririt, guru hendaknya dapat menggunakan media pembelajaran yang tepat. Alternatif yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah penggunaan shadow puppet sebagai media bercerita. Menurut Rasyid (dalam http://al-rasyid.blog.undip.ac.id/tag/bonekabayang/), boneka bayang-bayang (shadow puppet) adalah jenis boneka yang cara memainkannya dengan mempertontonkan gerak bayang-bayang dari boneka tersebut. Peranan media shadow puppet dalam pembelajaran adalah untuk melatih dan meningkatkan keterampilan bercerita siswa. Melalui bimbingan dari guru, shadow

puppet dapat membantu siswa dalam

belajar bercerita pengalaman yang mengesankan.

Shadow Puppet atau boneka

bayang-bayang adalah permainan dengan teknik pedalangan namun memiliki komponen yang berbeda dengan wayang kulit tradisional. Shadow Puppet terdiri atas boneka karton berbentuk flat, kertas minyak yang diapit dengan dua tiang, dan cahaya senter. Kertas minyak berfungsi sebagai layar yang diterangi lampu senter agar timbul bayangan. Dalang memainkan tiruan binatang atau manusia yang terbuat dari karton. Tiruan pohon, rumah, toko, dapat dijadikan sebagai pendukung latar tempat. Dalang bermain di belakang layar untuk menceritakan suatu kisah dengan memanfaatkan peralatan yang ada. Dengan satu layar yang diterangi lampu senter. Tetapi, pada penelitian ini medianya peneliti modifikasi dengan menggunakan bonekanya saja, karena bayangan timbul

apabila kondisi ruangan gelap dan memerlukan lampu senter. Penelitian ini juga dilakukan pada siang hari sehingga kondisi ruangan sangat terang sehingga peneliti memodifikasi medianya tanpa menggunakan lampu senter dan kertas minyak sebagai layar. Media ini diharapkan mampu memusatkan konsentrasi siswa baik pembicara maupun pendengarnya.

Keunggulan media ini, yakni shadow

puppet memberikan visualisasi yang

imajinatif sehingga siswa lebih termotivasi dan menghayati dalam bercerita. Visualisasi tokoh dengan shadow puppet memunculkan karakter yang kuat sehingga berrpengaruh pada intonasi, variasi suara, gestur, dan mimik muka. Visualisasi dengan

shadow puppet juga membantu dalam

bercerita khususnya dalam aspek kelengkapan pkok-pokok cerita, rangkaian pokok-pokok cerita, keruntutan dan kejelasan cerita, kelancaran bercerita dan volume suara, palafalan dan penjedaan yang tepat, serta kepercayaan diri.

Hingga saat ini, guru belum menyadari akan kehadiran shadow puppet yang berpotensi sebagai media bercerita di sekolah. Media pembelajaran seperti ini tentu akan memberikan dampak positif terhadap kemampun bercerita yang dihasilkan oleh siswa. Oleh karena itu, penggunaan media shadow puppet dapat meningkatkan keterampilan bercerita siswa. Penelitian mengenai keterampilan bercerita juga pernah dilakukan oleh Ni Komang Ayu Sriantini (2013) dengan judul penelitian “Penggunaan Teknik Reis untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Khususnya Bercerita Kelas VII SMP N 2 Singaraja”. Penelitian yang dilakukan Komang Ayu Sriantini mengggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini menunjukkan bahwa teknik REIS dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VII 12 SMP Negeri 2 Singaraja dengan dilihat dari pemerolehan hasil belajar keterampilan berbicara pada masing-masing siklus. Pada siklus I, siswa memperoleh nilai rata-rata secara klasikal 74,5 sedangkan pada siklus II, nilai rata-rata klasikal siswa menjadi 76,15. Penelitian tentang keterampilan berbicara juga pernah dilakukan oleh Futri (2011) dengan judul penelitian “Meningkatkan

(4)

Kemampuan Berbicara Siswa menggunakan Teknik Cerdas Cermat (PTK pada siswa kelas XI SMA Pasundan 3 Cimahi)”. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan 3% pada kategori baik sekali, 64% memeroleh kategori cukup, dan 33% pada kategori kurang mampu. Hasil penelitian siklus II menunjukkan terjadinya peningkatan, ini bisa dilihat dari tidak ada siswa yang memeroleh kategori kurang mampu, 3% mendapat kategori baik sekali, 50% mendapat kategori baik dan, dan 13% mendapat kategori cukup.

Kedua penelitian di atas memang sejenis dengan penelitian yang dilakukan. Namun, penelitian-penelitian tersebut memiliki nuansa yang berbeda dengan yang dilakukan saat ini. Perbedaannya terlihat pada media yang digunakan pada saat pembelajaran berlangsung. Penggunaan media shadow puppet akan sangat menarik dan efektif diterapkan dalam pembelajaran bercerita. Di samping itu, media ini tergolong baru dan belum pernah diterapkan di kalangan siswa kelas VII SMP N 2 Seririt. Perbedaan lainnya ialah terdapat pada subyek dan tempat penelitian. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini ialah guru dan siswa. Sedangkan, tempat penelitian ini ialah berlokasi di SMP N 2 Seririt.

Dipilihnya SMP N 2 Seririt sebagai tempat penelitian karena di samping nilai berbicara siswa yang masih rendah, di sekolah itu belum pernah menggunakan media shadow puppet dalam pembelajaran bercerita. Atas dasar itulah peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Media Shadow Puppet untuk Meningkatkan Keterampilan Bercerita pada Siswa Kelas VII SMP N 2 Seririt” guna melengkapi sisi lain dari penelitian-penelitian yang sudah ada.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini membahas tentang (1) langkah-langkah penggunaan media shadow puppet untuk meningkatkan kemampuan bercerita dalam pembelajaran berbicara siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Seririt, (2) peningkatan kemampuan bercerita dalam pembelajaran berbicara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Seririt dengan menggunakan media

shadow puppet, dan (3) respons siswa

kelas VII B SMP Negeri 2 Seririt terhadap

penggunaan media shadow puppet dalam upaya meningkatkan kemampuan bercerita dalam pembelajaran berbicara.

Sejalan dengan masalah itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) langkah-langkah penggunaan media shadow puppet untuk meningkatkan kemampuan bercerita dalam pembelajaran berbicara siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Seririt, (2) peningkatan kemampuan bercerita dalam pembelajaran berbicara siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Seririt dengan menggunakan media

shadow puppet, dan (3) respons siswa

kelas VII B SMP Negeri 2 Seririt terhadap penggunaan media shadow puppet dalam upaya meningkatkan kemampuan bercerita dalam pembelajaran berbicara.

Penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis bagi guru, siswa, sekolah, dan peneliti lain. Bagi guru, hasil penelitian ini bermanfaat untuk alternatif melaksanakan pembelajaran berbicara secara kreatif dan menarik. Selain itu, penelitian ini juga bermafaat bagi guru untuk memperkaya teknik pembelajaran yang digunakan untuk mengungkap permasalahan-permasalahan siswa dan cara-cara mengatasinya. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu cara untuk mendapatkan pengetahuan baru tentang pelajaran bahasa Indonesia. Siswa akan menjadi lebih aktif dalam berbicara, khususnya bercerita. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan penelitian sejenis.

METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Kegiatan setiap siklus meliputi refleksi awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B, serta guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas VII B SMP Negeri 2 Seririt. Objek penelitian ini adalah langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh dengan menggunakan media shadow puppet, kemampuan siswa dalam bercerita,

dan respons siswa terhadap penggunaan media shadow puppet.

(5)

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, metode tes, metode angket.

Metode observasi digunakan untuk mengetahui kegiatan guru dan siswa dalam langkah-langkah pembelajaran berbicara (bercerita) dengan menggunakan media

shadow puppet. Metode tes digunakan

untuk mengetahui kemampuan siswa bercerita. Metode angket/kuesioner digunakan untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran berbicara (bercerita) menggunakan media shadow

puppet. Penelitian ini menggunakan

instrumen sebagai alat untuk mendukung penggunaan metode tersebut. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas belajar-mengajar, tes praktik bercerita, dan lembar angket/kuesioner respons siswa.

Setelah data terkumpul, dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Teknik deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data dengan cara meng-interpretasikan data yang diperoleh dengan menggunakan kata-kata. Teknik deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data menggunakan paparan sederhana yang berkaitan dengan angka. Dalam penelitian ini, data langkah-langkah pembelajaran berbicara (bercerita) dengan menggunakan media shadow puppet

dianalisis menggunakan analisis data deskripstif kualitatif, data hasil kemampuan berbicara (bercerita) siswa dianalisis menggunakan analisisis data deskriptif kuantitatif dan kualitatif, dan data respons siswa dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Kriteria keberhasilan yang diguna-kan sebagai patokan dalam mengakhiri penelitian ini adalah sebagai berikut.

Pertama, kriteria keberhasilan hasil belajar kemampuan bercerita siswa ditunjukkan dengan adanya keberhasilan pemerolehan skor rata-rata kelas pada kategori baik atau 75% dari jumlah keseluruhan siswa memeroleh nilai kategori baik. Kedua, kriteria respons siswa ditunjukkan oleh perolehan persentase 80% dari jumlah keseluruhan siswa merespons positif atau senang terhadap tindakan

pembelajaran. Dengan tercapainya kriteria keberhasilan yang telah ditentukan di atas, penelitian dapat dihentikan. Siklus tindakan yang mampu mencapai kriteria keberhasilan tersebut sekaligus dianggap sebagai tindakan terbaik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ada tiga temuan penting pada penelitian ini, yaitu (1) menemukan langkah-langkah yang tepat dalam penggunaan media shadow puppet dalam pembelajaran berbicara (bercerita) dan langkah-langkah yang berkontribusi terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas VII B SMP N 2 Seririt, (2) penggunaan media shadow puppet dapat meningkatkan kemampuan bercerita dalam pembelajaran berbicara siswa kelas VII B SMP N 2 Seririt, (3) respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan.

Temuan pertama pada penelitian ini adalah langkah-langkah yang tepat dalam penggunaan media shadow puppet untuk meningkatkan keterampilan bercerita siswa dalam pembelajaran berbicara dan langkah-langkah yang berkontribusi terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas VII B SMP N 2 Seririt. Dengan dilakukan refleksi pada siklus I, guru dapat mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

(1) Siswa belum dapat berekspresi dengan tepat sehingga cerita yang disampaikan kurang menarik. Dari hasil refleksi pada siklus I, guru memberikan tindakan pada siklus II dengan cara memberikan contoh secara langsung dan selanjutnya menunjuk beberapa orang siswa untuk mencontohkan beberapa ekspresi yang diminta oleh guru. Pemberian contoh secara langsung kepada siswa tentunya akan membuat siswa lebih cepat memahami materi pembelajaran. Setelah diberikan contoh, siswa akan belajar untuk menirunya.

Pada saat guru meminta siswa untuk menunjukkan salah satu ekspresi, siswa dapat menunjukkan ekspresi yang sesuai dengan permintaan guru, namun ada pula siswa yang belum tepat

(6)

menunjukkan ekspresi yang diminta oleh guru sehingga pada kegiatan diskusi yang akan dilakukan, guru meminta siswa kembali berlatih membuat ekspresi yang sesuai dengan cerita yang akan disampaikan. Dengan latihan secara serius dan terus-menerus akan menumbukan rasa percaya diri dan siswa siap untuk berbagi pembicaraan dengan pendengarnya. Melalui latihan pula, siswa akan terlihat menguasai topik yang dibawakan saat bercerita di hadapan teman-temannya;

(2) Membantu siswa menyiapkan media yang digunakan untuk bercerita. Media shadow puppet yang digunakan pada siklus I, ada beberapa siswa yang tidak membawa media pada pertemuan tersebut. Hal ini membuat siswa yang tidak membawa media harus meminjam dari temannya. Oleh sebab itu, guru bersama peneliti membantu menyiapkan media dengan cara membawa boneka lebih untuk siswa yang lupa membawa media pada pertemuan siklus II. Dengan demikian, siswa yang lupa membawa media akan merasa terbantu karena telah disiapkan boneka atau media untuk bercerita. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (1994: 25) mengatakan media pembelajaran mempunyai fungsi dan manfaat yang tepat dalam pembelajaran yaitu (1) meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, (2) memperbesar perhatian siswa, (3) membuat pelajaran lebih menetap atau tidak mudah dilupakan, (4) memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan para siswa, (5) menumbuhkan pikiran yang teratur dan kontinu, (6) membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan kemampuan berbahasa, (7) sangat menarik minat siswa dalam belajar, dan (8) mendorong siswa untuk bertanya dan berdiskusi karena ingin banyak berbicara dengan memperlihatkan gambar, benda yang sebenarnya atau alat lain ;

(3) Konsentrasi dan kefokusan siswa pada saat kegiatan pembelajaran. Dengan dilakukan refleksi pada siklus I, diketahui pula bahwa pada saat pembelajaran berlangsung siswa sering kurang fokus dan kurang berkonsentrasi saat pelajaran berlangsung yang

disebabkan oleh suara gaduh dari kelompok yang sudah selesai tampil dan suasana ribut dari luar kelas. Kendala tersebut adalah salah satu hambatan secara eksternal.

Hal ini sesuai dengan pendapat Triningsih (2008:1-2) mengemukakan bahwa salah satu hambatan dalam keterampilan berbicara datang dari faktor eksternal, seperti suara atau bunyi. Kerasnya suara atau bunyi yang terdengar dari keadaan sekitar adalah hambatan bagi seseorang untuk berbicara di depan khalayak banyak. Terlebih lagi bagi orang yang memiliki volume suara yang kecil. Oleh karena itu, guru mengambil tindakan pada siklus II untuk menutup pintu dan jendela kelas pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Temuan kedua, penggunaan media

shadow puppet dapat membantu

meningkatkan kemampuan bercerita dalam pembelajaran berbicara siswa kelas VII B SMP N 2 Seririt. Apabila melihat perbandingan hasil yang diperoleh sebelum menggunakan media shadow puppet,

setelah dilakukan tindakan terjadi peningkatan yang signifikan hingga memenuhi Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM) yang ditentukan di sekolah. Pernyataan ini diperkuat dari perbandingan hasil tes berbicara (bercerita) yang diperoleh siswa sebelum dilakukan tindakan, pelaksanaan siklus I, sampai pelaksanaan tindakan siklus II pada tabel dan diagram berikut.

Tabel 1. Perbandingan antara skor rata-rata kelas sebelum dilakukan tindakan, siklus I, dan siklus II Pelaksanaan Skor

rata-rata kelas Kategori Pratindakan Siklus I Siklus II 65 73,2 77,5 Cukup Baik Baik

Diagram 1. Perbandingan antara skor rata-rata kelas sebelum dilakukan tindakan, siklus I, dan siklus II

(7)

Peningkatan skor hasil belajar siswa didukung dengan media pembelajaran yang tepat yaitu dengan menggunakan media

shadow puppet yang tidak lain adalah

inovasi dari wayang kulit. Sejalan dengan pendapat Arif dan Napitulu (1997:68), ciri-ciri media rakyat adalah: 1) dapat memberikan pengalaman belajar yang relatif nyata, 2) merupakan kegiatan langsung yang bersifat partisipatif dan melibatkan proses belajar aktif. Adapun jenis media rakyat antara lain: 1) boneka bayang-bayang, 2) wayang golek, 3) tarian tradisional, 4) musik tradisional, dan 5) sandiwara tradisional.

Selain itu, guru juga memegang peranan penting dalam mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa. Motivasi belajar oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam bercerita. Mudjiono (2006: 85) menyatakan bahwa motivasi memiliki manfaat untuk membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil. Dalam penelitian ini, guru memberikan motivasi kepada siswa pada saat siswa mengalami hambatan saat bercerita. Motivasi yang diberikan guru tidak hanya di depan kelas, melainkan kangsung mendekati dan berkomunukasi dengan siswa.

Temuan ketiga, mengacu pada peningkatan hasil respons siswa terhadap penggunaan media shadow puppet untuk meningkatkan kemampuan bercerita siswa dalam pembelajaran berbicara sisw akelas VII B SMP N 2 Seririt. Rata-rata respons siswa terhadap penggunaan media shadow

puppet mengalami peningkatan dari siklus I

menuju siklus II. Pada siklus I rata-rata respons siswa mencapai 26,5% yang berada pada kategori positif. Pada siklus II,

respons siswa terhadap penggunaan media

shadow puppet yang digunakan guru

meningkat lagi menjadi 27,8 % yang berada pada kategori sangat positif. Peningkatan skor rata-rata respons siswa pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel dan diagram berikut ini.

Tabel 2. Perbandingan antara skor rata- rata respons siswa siklus I, dan

siklus II

Pelaksanaan Skor rata-rata kelas Kategori Siklus I Siklus II 26,5 27,8 Positif Sangat Positif

Diagram 2. Perbandingan antara skor rata-rata respons siswa siklus I, dan siklus II

Peningkatan rata-rata respons siswa terjadi karena penggunaan media shadow

puppet yang digunakan oleh guru

memberikan visualisasi yang imajinatif sehingga siswa lebih termotivasi dan menghayati dalam bercerita.

Pengunaan media ini juga membuat siswa berpikir kreatif menuangkan kreasi sesuai dengan ciri khasnya masing-masing. Visualisasi tokoh dengan shadow puppet memunculkan karakter yang kuat sehingga berpengaruh pada intonasi, variasi suara, gestur, dan mimik muka. Visualisasi dengan 0 20 40 60 80 100 Skor Rata-rata kelas Kategori 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Siklus I Siklus II Skor rata-rata kelas Kategori

(8)

shadow puppet juga membantu dalam

bercerita khususnya dalam aspek kelengkapan pokok-pokok cerita, keruntutan dan kejelasan cerita, kelancaran bercerita dan volume suara, pelafalan dan penjedaan yang tepat, serta kepercayaan diri.oleh karena itu, penggunaan media

shadow puppet dapat dijadikan sebagai

salah satu alternatif dalam kegiatan bercerita.

Temuan hasil penelitian ini sejalan dengan temuan penelitian sebelumnya yaitu oleh Komang Sri Ayu Sriantini (2013) dengan judul penelitian “Penggunaan teknik Reis untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Khususnya Bercerita Siswa Kelas VII 12 SMP N 2 Singaraja”. Selain itu leh Futri (2011) dengan judul penelitian “Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Menggunakan teknik Cerdas Cermat (PTK pada siswa kelas XI SMA Pasundan 3 Cimahi)”. Penelitian sejenis digunakan sebagai perbandingan terhadap hasil yang diperoleh oleh peneliti. Dari penelitian ini, penelitian sebelumnya terdapat kesamaan dalam pemerolehan hasil, yakni meningkatnya rata-rata nilai pembelajaran. Jadi, dapat dikatakan penelitian ini mengalami peningkatan hasil belajar pada siswa.

Temuan-temuan dalam penelitian ini terbatas pada kemampuan bercerita siswa yang bersifat riil dan nyata. Sedangkan dalam cerita, terdapat aspek lain selain bersifat riil atau nyata, yakni bersifat imajinatif atau fiktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Poerwadaminta (dalam

http://eprints.uny.ac.id.pdf) cerita adalah

karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman aatau penderitaan orang baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun rekaan semata.

Jadi, perlu dipikirkan suatu cara yang bisa melengkapi penelitian ini, agar cerita yang disampaikan oleh siswa tidak hanya berada pada apsek yang bersifat riil atau nyata yang dialami oleh siswa saja, tetapi cerita yang disampaikan oleh siswa juga dapat bersifat fiktif guna melengkapi penelitian.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan di atas, ada beberapa hal yang menjadi simpulan

dalam penelitian ini. Pertama, langkah-langkah penerapan media shadow puppet untuk meningkatkan keterampilan bercerita pada pembelajaran berbicara yaitu: (1) mengucapkan salam pembuka, (2) mengecek kehadiran siswa, (3)

menyampaikan apersepsi, (4)

menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran, (5) menjelaskan materi pembelajaran tentang cara berekspresi yang benar, intonasi, lafal, gestur, dan mimik yang yang tepat serta pemberian contoh langsung kepada siswa, (6) siswa memperhatikan penjelasan dari guru dan bertanya jawab tentang materi pembelajaran secara santun, (7) menugaskan siswa membuat kelompok berjumlah 4-5 orang, (8) siswa membuat kerangka karangan bersama teman kelompok, (9) siswa melakukan diskusi dengan kelompok agar bisa merangkai cerita dengan lebih baik, (10) siswa praktik bercerita dengan menggunakan media

shadow puppet, (11) sementara siswa

melakukan diskusi dengan kelompok, guru menutup pintu kelas agar siswa tidak terganggu oleh suara gaduh dari luar kelas, (12) di dalam kelompok, siswa berlatih bercerita dengan dikomentari teman kelompoknya, (13) bagi sswa yang lupa membawa media, dipersilakan memilih media yang disediakan oleh guru, (14) siswa praktik bercerita dengan mengggunakan media shadow puppet, (15) guru memberikan penghargaan kepada siswa yang tampil terbaik, (16) guru memberikan komentar secara umum terhadap penampilan siswa, (17) guru melakukan refleksi dan menanyakan kesulitan yang di alami siswa selama pembelajaran berlangsung, (18) siswa diajak merangkum materi pembelajaran, (19) guru menyarankan siswa agar belajar lebih giat, (20) guru dan siswa mengucapkan salam penutup.

Penggunaan media shadow puppet dapat meningkatkan keterampilan bercerita dalam pembelajaran berbicara siswa kelas VII B SMP N 2 Seririt. Hal itu dapat dilihat dri peningkatan nilai rara-rata siswa. Sebelum diberikan tindakan, nilai rata-rata siswa hanya mencapai (65) cukup, namun setelah diberikan tindakan, nilai rata-rata siswa pada siklus I nilai rata-rata siswa

(9)

menjadi 73,2 (baik) dan nilai rata-rata siswa pada siklus II 77,5 (baik). Presentase peningkatan nilai rata-rata dari tindakan siklus I ke siklus II meningkat sebanyak 4,4%. Dalam penelitian ini, tindakan pada siklus II sebagai tindakan yang terbaik karena semua siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan maksimal (KKM) yang ditentukan.

Respons siswa kelas VII B SMP N 2 Seririt terhadap penggunaan media shadow

puppet dalam upaya meningkatkan

kemampuan bercerita dalam pembelajaran berbicara ialah sangat positif. Hal itu ditunjukkan dari nilai rata-rata respons siswa pada siklus I sebesar 26,5 yang tergolong pada kategori positif dan pada siklus II nilai rata-rata respons siswa mneingkat sebesar 27,8 ( sangat positif). Terjadi peningkatan sebesar 1,7%. Dari respons yang diberikan, siswa merasa senang dengan penggunaan media shadow

puppet yang diterapkan guru dalam

kegiatan bercerita.

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, saran-saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Peneliti menyarankan agar guru bidang studi Bahasa Indonesia , dapat menggunakan media shadow puppet untuk melatih kemampuan bercerita siswa. (2) Peneliti menyarankan kepada siswa apabila ingin berlatih bercerita di rumah, cobalah dengan menggunakan media

shadow puppet karena akan melatih siswa

lebih kreatif saat bercerita. (3) Bagi peneliti lain yang ingin meneliti masalah yang relevan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengembangkan aspek-aspek yang belum tersentuh dalam penelitian ini.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Drs. I Wayan Wendra, M.Pd, dan Dra. Sang Ayu Putu Sriasih, M,Pd. atas bimbingan yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini. Bapak Ibu dosen pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha yang telah menempa penulis selama kuliah di

Jrusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Pada kedua orang tua, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan moril dan material yang telah diberikan selama ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Zainudin dan Napitulu, W. P. 1997.

Pedoman Baru Menyusun Bahan

Belajar. Jakarta: PT Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Arsjad, G. Maidar dan Mukti U. S. 1993.

Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Futri. 2011. Meningkatkan Keterampilan

Berbicara Siswa Menggunakan

Teknik Cerdas Cermat. UPIFPBS.

Tidak diterbitkan.

Hamalik, Oemar. 1994. Proses Belajar

Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Munadi, dkk. 2010. Pembelajaran Berbicara. Ebook. Jakarta . Diakses pada tanggal 27 Agustus 2015.

Poerwadaminta, W. J. S. 1974. Kamus

Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Sriantini, K. A. 2013. Penggunaaan Teknik

REIS untuk Meningkatkan

Kemampuan Berbicara Khususnya Bercerita Siswa Kelas VII 12 SMP Negeri 2 Singaraja. Skripsi (tidak

diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Undiksha. Ratminingsih, N.M. 2006. Pemanfaatan

Teknik Storytelling Berbantuan

Personal Photograph untuk

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran keterampilan Berbicara Siswa Kelass 1 SMP N 1 Sukasada: Suatu

Pembelajaran Berpendekatan Kontekstual. Penelitian Dosen (Tidak Diterbitkan) Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni.

Rasyid. 2011. Boneka Bayang. Diakses dari http: //alrasyid. blog. undip. ac. id/ tag/ boneka-bayang/ pada tanggal 27 Agustus 2015.

(10)

Triningsih, E. D. 2008. Teknik Berbicara. Klaten: Intan Pariwara.

Gambar

Tabel 1. Perbandingan antara skor rata-rata  kelas  sebelum  dilakukan  tindakan, siklus I, dan siklus II  Pelaksanaan  Skor
Tabel 2. Perbandingan antara skor rata-                 rata respons siswa siklus I, dan

Referensi

Dokumen terkait

Pertimbangan hakim sebenarnya tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan bagian amar putusan hakim dan justru bagian pertimbangan itulah yang menjadi roh dari seluruh materi

Dari semua obat golongan NRTI, ABC memiliki efek paling sedikit terhadap deplesi DNA mitokondria (berhubungan dengan lipoatrofi , neuropati perifer dan asidosis laktat) dan

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 24 ayat (6) Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Kearsipan dan berdasarkan surat

Dengan kata lain pola asuh orangtua terhadap anak adalah merupakan suatu interaksi antara otangtua dan anak selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orangtua

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang struktur dan kinerja industri TPT Indonesia tahun 2007- 2010, maka diperoleh kesimpulan bahwa: 1) Struktur industri TPT Indonesia

Figure 1 shows the Two-Hand Process Chart of operator who has minimum cycle time and the best work methods to conduct the process among the others... ineffective

Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis SMA Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Materi Suhu, Kalor Dan Perpindahan Kalor Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) tingkat kesesuaian kurikulum menurut kebutuhan DU/DI bidang rambut pada mata diklat produktif SMK di Kota Malang dan