• Tidak ada hasil yang ditemukan

BANDUNG - JAWA BARAT RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR KSDA JAWA BARAT TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BANDUNG - JAWA BARAT RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR KSDA JAWA BARAT TAHUN"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA STRATEGIS

BALAI BESAR KSDA JAWA BARAT

TAHUN 2015-2019

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM JAWA BARAT

Jl. Gedebage Selatan No. 117 Rancasari Telp. 022 - 7567715 Fax. 022 - 7535107 BANDUNG - JAWA BARAT 40613

(2)

BANDUNG, DESEMBER 2015

DIPA 029

(3)

K E M E N TE R I A N LI N G K U N G A N H I D U P D A N K E H U TA N A N

DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM JAWA BARAT

Alamat : Jl. Gede Bage Selatan No. 117 Rancasari Telp. / Fax. (022) 7567715 Bandung 40295

RENCANA STRATEGIS

BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM

JAWA BARAT

TAHUN 2015-2019

(4)
(5)
(6)
(7)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 i

KATA PENGANTAR

Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat (Balai Besar KSDA Jawa Barat) disusun, menandai berakhirnya periode Pembangunan Jangka Menegah Tahap II (2010-2014) dan menyambut Tahap III (2015-2019). Keberhasilan Pembangunan Jangka Menegah Tahap II dapat menjadi modal dan pijakan yang mantap untuk meneruskan pembangunan selanjutnya. Semoga apa yang telah dicapai menjadi penanda yang dapat kita petik untuk dijadikan pelajaran apa yang akan kita lakukan lima tahun mendatang.

Sejak penggabungan antara Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, maka terjadi reorganisasi dalam tubuh kementerian. Balai Besar KSDA Jawa Barat yang selama ini melaksanakan satu program yaitu Perlindungan Hutan dan Konservasi Sumber Daya Alam maka sejak reorganisasi ini mengemban 3 program yaitu Program Konservasi Sumber Dalam Alam dan Ekosistem, Program Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Program Pengendalian Perubahan Iklim. Hal ini disebabkan ada tugas fungsi Direktorat Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (ex. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam) yaitu Penyidikan dan Perlindungan Hutan yang setelah penggabungan kementerian masuk ke Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta tugas fungsi Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan menjadi satu dengan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim.

Renstra Balai Besar KSDA Jawa Barat ini telah mengacu pada Renstra Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019 serta baru mengacu pada Rencana Strategis Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya ALam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE) karena sampai saat dokumen selesai disusun, Renstra Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PHLHK) serta Direktorat Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI) belum diterbitkan.

Disadari bahwa Dokumen Renstra ini masih belum sempurna, karena perubahan kebijakan dan restrukturisasi organisasi dampak penggabungan Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup yang sampai saat ini masih dalam proses pembahasan.

(8)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 ii

Kepada para pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan dokumen perencanaan tahunan ini kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan atas kesediaannya meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran.

Bandung, Desember 2015 Kepala Balai Besar,

Dr. Ir. Sylvana Ratina, M.Si NIP. 19610813 198603 2 003

(9)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

RINGKASAN EKSEKUTIF ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Kondisi Umum ... 1

1. Kelembagaan ... 1

2. Kawasan Konservasi ... 3

3. Keanekaragaman Hayati dan Jasa Lingkungan ... 5

4. Sumber Daya Manusia ... 6

5. Sarana Prasarana ... 6

B. Pencapaian Renstra 2010 – 2014 ... 6

1. Kejadian konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi menurun 1%.. 7

2. Pengelolaan eksosistem esensial sebagai daerah penyangga meningkat 2% ... 10

3. Pendapatan masyarakat sekitar kawasan konservasi meningkat 6% ... 11

4. Populasi jenis terancam punah meningkat sesuai ketersediaan habitat sebesar 0,6% ... 14

5. Penangkaran dan pemanfaatan keanekaragaman hayati meningkat sebesar 1% ... 15

6. Kasus tindak pidana kehutanan tahun berjalan dapat terselesaikan sebesar 15% ... 17

7. Tunggakan kasus tindak pidana kehutanan dapat terselesaikan sebesar 5% ... 18

(10)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 iv

8. Terselesaikannya kasus perambahan hutan konservasi sebesar 4% ... 19

9. Menurunnya kawasan hutan konservasi yang terbakar sebesar 10% ... 19

10. Meningkatnya pengusahaan pariwisata alam yang diikuti dengan peningkatan PNBP sebesar 20% ... 22

11. Meningkatnya peran serta Kader Konservasi, Kelompok Pecinta Alam, dan Kelompok Swadaya Masyarakat sebesar 2% ... 24

12. Meningkatnya pengembangan promosi, informasi dan jasa lingkungan sebanyak 1 Kegiatan ... 26

13. Meningkatnya kapasitas kelembagaan dengan klasifikasi lengkap ... 26

14. Tersusunnya program dan anggaran serta laporan evaluasi dan keuangan ... 28

15. Meningkatnya Profesionalisme Tenaga Fungsional POLHUT, PEH, dan Penyuluh Kehutanan ... 29

BAB II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ... 33

A. Visi, Misi dan Tujuan ... 33

B. Sasaran ... 35

BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI ... 38

A. Arah Kebijakan Pembangunan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ... 38

B. Arah Kebijakan Pembangunan Bidang KSDAE ... 42

BAB IV. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ... 45

A. Target Kinerja ... 45

B. Kerangka Pendanaan ... 51

C. Partisipasi dan Kerjasama Para Pihak ... 51

(11)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 v

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Nama, Luas, dan Lokasi Kawasan Konservasi... 3

Tabel 2 : Jenis Aset yang dimiliki BBKSDA Jawa barat s/d 31 Desember 2014 ... 6

Tabel 3 : Kawasan Ekosistem Esensial lingkup Balai Besar KSDA Jabar ... 10

Tabel 4 : Hasil Monev Pendapatan Masyarakat ... 13

Tabel 5 : Estimasi Populasi Owa Jawa dan Elang Jawa Tahun 2010-2014 ... 15

Tabel 6 : Penanganan Kasus Pelanggaran Kehutanan Tahun 2014 ... 18

Tabel 7 : Data Kejadian Kebakaran Hutan Tahun 2011 s/d 2014 di Kawasan Konservasi Lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat ... 20

Tabel 8 : Indikator Kinerja Program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem ... 46

Tabel 9 : Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Pengembangan Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Tahun 2015-2019 Pada Balai Besar KSDA Jawa Barat ... 49

Tabel 10 : Perkiraan Kebutuhan anggaran dalam rangka pelaksanaan rencana strategis Tahun 2015-2019 Pada Balai Besar KSDA Jawa Barat ... 51

(12)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Struktur Organisasi Balai Besar KSDA Jabar ... 3

Gambar 2 : Tren Jumlah Penangkar Lingkup Balai Besar KSDA Jabar ... 16

Gambar 3 : Luas Kawasan terbakar tahun 2010-2014 Lingkup Balai Besar KSDA Jabar .. 21

Gambar 4 : Tren Kenaikan PNBP tahun 2010-2014 Lingkup Balai Besar KSDA Jabar ... 23

Gambar 5 : Formulasi Strategi dengan Analisa SWOT ... 32

Gambar 6 : Visi Misi Pembangunan Nasional dan Nawacita ... 34

Gambar 7 : Upaya Pokok dan Tujuan Pembangunan BIdang KSDAE ... 37

(13)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 vii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Sasaran Rencana Strategis Balai Besar KSDA Jawa Barat tahun 2010 -2014 adalah tercapainya penurunan konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi (CA, SM, TWA) sebanyak 5 %, tercapainya peningkatan populasi species prioritas utama terancam punah (Elang Jawa, dan Owa Jawa) sebesar 3 % dari baseline data sesuai kondisi biologis dan ketersediaan habitat, terselesaikannya kasus baru tindak pidana kehutanan/TIPIHUT (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL ilegal, penambangan ilegal, kebakaran hutan) pada tahun berjalan minimal sebesar 75 %, tercapainya penurunan luas kawasan konservasi yang terbakar sebesar 10% setiap tahun, tercapainya peningkatan pengusahaan pariwisata alam sebesar 60 % dibanding tahun 2008, dan tercapainya tertib dukumen anggaran dan pelaporan 10 dokumen/judul per tahun. Sampai dengan akhir periode Renstra 2010 -2014, realisasai capaian kinerja masing-masing sasaran strategis adalah :

1. Penurunan konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi (CA, SM, TWA) sebesar 81,33 %;

2. Peningkatan populasi species prioritas utama terancam punah (Elang Jawa dan Owa Jawa ) sebesar 139,79 %;

3. Kasus baru tindak pidana kehutanan/TIPIHUT (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL ilegal, penambangan ilegal, kebakaran hutan) pada tahun berjalan terselesaikan berturut-turut sebesar 100 %, 100 %, 43,85 %, 100 % dan 100 %; 4. Penurunan luas kawasan konservasi yang terbakar berturut-turut sebesar

100%, 0 %, - 156,58 %, 2679,58 %, - 1501,67 %; 5. Peningkatan pengusahaan pariwisata alam sebesar 100 %;

6. Tertib dukumen anggaran dan pelaporan sebesar 10 dokumen/judul per tahun. Capaian kinerja tersebut menunjukkan bahwa dari keenam target sasaran strategis yang ditetapkan, lima target sasaran strategis dapat tercapai. Adapun target sasaran strategis yang tidak tecapai adalah tercapainya penurunan luas kawasan konservasi yang terbakar. Sejak penggabungan antara Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, maka terjadi reorganisasi dalam tubuh kementerian. BBKSDA Jawa Barat yang selama ini melaksanakan satu program

(14)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 viii

yaitu Perlindungan Hutan dan Konservasi Sumber Daya Alam maka sejak reorganisasi ini mengemban 3 program yaitu Program Konservasi Sumber Dalam Alam dan Ekosistem, Program Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Program Pengendalian Perubahan Iklim. Hal ini disebabkan ada tugas fungsi Direktorat Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (ex. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam ) yaitu Penyidikan dan Perlindungan Hutan yang setelah penggabungan kementerian masuk ke Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta tugas fungsi Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan menjadi satu dengan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim.

Renstra Balai Besar KSDA Jawa Barat ini telah mengacu pada Renstra Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019 serta baru mengacu pada Rencana Strategis Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya ALam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE) karena sampai saat dokumen selesai disusun, Renstra Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PHLHK) serta Direktorat Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI) belum diterbitkan.

Balai Besar KSDA Jabar menetapkan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) sebagai acuan pelaksanaan kegiatan. Penetapan IKK mengacu pada IKK ditetapkan Ditjen KSDAE dan disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pada BBKSDA Jabar menggunakan analisis SWOT. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Tahun 2015 – 2019 sebagai berikut : 1. Jumlah dokumen perencanaan penataan kawasan konservasi yang tersusun dan

mendapat pengesahan sebanyak 10 Dokumen Blok.

2. Jumlah rekomendasi hasil evaluasi kesesuaian fungsi Kawasan konservasi untuk 6 unit KSA, KPA dan TB.

3. Jumlah paket data dan informasi kawasan konservasi yang valid dan reliable pada 50 KSA, KPA dan TB.

4. Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman nasional yang terbentuk sebanyak

9 Unit KPHK.

5. Jumlah kerjasama pembangunan strategis dan kerjasama penguatan fungsi pada kawasan konservasi sebanyak 10 PKS.

6. Jumlah kawasan konservasi yang ditingkatkan efektivitas pengelolaannya hingga memperoleh nilai indeks METT minimal 70 poin pada minimal 24 unit KSA, KPA dan TB di Wilayah BBKSDA Jabar.

(15)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 ix

7. Jumlah dokumen perencanaan pengelolaan kawasan konservasi yang tersusun dan mendapat pengesahan sebanyak 10 Dokumen Rencana Pengelolaan.

8. Luas kawasan konservasi terdegradasi yang dipulihkan kondisi ekosistemnya seluas 1300 Ha.

9. Jumlah desa di daerah penyangga kawasan konservasi yang dibina sebanyak 2 Desa selama 5 tahun.

10. Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman nasional yang beroperasi 9 Unit. 11. Jumlah pelaksanaan kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan konservasi di

2 Provinsi.

12. Persentase peningkatan populasi 25 jenis satwa terancam punah prioritas

sesuai The IUCN Red List of Threatened Species sebesar 10% sesuai baseline data tahun 2013.

13. Jumlah penambahan jenis satwa liar dan tumbuhan alam yang dikembangbiakkan pada lembaga konservasi sebanyak 10 spesies dari baseline tahun 2013.

14. Besaran PNBP dari hasil pemanfaatan satwa liar dan tumbuhan alam sebesar Rp 0,5 M.

15. Jumlah ketersediaan data dan informasi sebaran keanekaragaman spesies dan genetik yang valid dan reliable pada 1 wilayah biogeografi.

16. Jumlah unit pusat pengembangbiakan dan suaka satwa (sanctuary) spesies terancam punah yang terbangun sebanyak 2 unit.

17. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 0,1 juta orang wisatawan mancanegara selama 5 tahun.

18. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 1,5 juta orang wisatawan nusantara selama 5 tahun.

19. Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di kawasan konservasi bertambah sebanyak 50 Unit dari baseline tahun 2013.

20. Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan air yang beroperasi di kawasan konservasi bertambah sebanyak 6 Unit.

21. Jumlah pemanfaatan energi air dari kawasan konservasi untuk keperluan mini/micro hydro power plant bertambah sebanyak minimal 3 unit.

22. Jumlah kemitraan pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi yang beroperasi di kawasan konservasi sebanyak minimal 1 unit.

23. Jumlah Kader Konservasi (KK), Kelompok Pecinta Alam (KPA), Kelompok Swadaya Masyarakat/ Kelompok Profesi (KSM/KP) yang berstatus aktif sebanyak 900 Orang.

(16)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 x

24. Nilai SAKIP Direktorat Jenderal KSDA dan Ekosistem minimal 78,00.

Untuk mendukung pelaksanaan Renstra 2015 – 2019 dibutuhan alokasi anggaran diperkirakan sebesar Rp 234.728.470. Anggaran tersebut dipergunakan untuk :

1. Gaji dan Tunjangan serta Operasional Perkantoran sebesar Rp.132.281.726.850,- 2. Pengadaan Sarana Prasarana sebesar Rp. 24.500.000.000,- dan

3. Belanja Kinerja sebesar Rp. 78.210.001.620,-

Kebutuhan anggaran tersebut masih bersifat sementara/ indikatif, dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan ketersediaan anggaran. Pendanaan untuk mewujudkan Indikator Kinerja Kegiatan tersebut bersumber dari APBN serta partisipasi dan kerjasama dengan Mitra Kerja Balai Besar KSDA Jawa Barat.

(17)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Kondisi Umum

1. Kelembagaan

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat (Balai Besar KSDA Jawa Barat) merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang melaksanakan tugas teknis di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.51/Menhut–II/2009 tentang Perubahan Pertama Permenhut nomor P.02/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam, BBKSDA Jabar mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dan pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan taman buru, koordinasi teknis pengelolaan taman hutan raya dan hutan lindung serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di luar kawasan konservasi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam menyelenggarakan fungsi :

a. Penataan blok, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan taman buru serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar kawasan konservasi;

b. Pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan taman buru, serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar kawasan konservasi;

c. Koordinasi teknis pengelolaan taman hutan raya dan hutan lindung;

d. Penyidikan, perlindungan dan pengamanan hutan, hasil hutan, dan

tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar kawasan konservasi;

e. Pengendalian kebakaran hutan;

(18)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 2

g. Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

h. Kerja sama pengembangan konservasi sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya serta pengembangan kemitraan;

i. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi;

j. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam;

k. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan tersebut, Balai Besar KSDA Jawa Barat termasuk ke dalam tipologi A dengan susunan terdiri dari:

a. Bagian Tata Usaha, terdiri dari: a.1. Subag Umum

a.2. Subag Perencanaan dam Kerja sama

a.3. Sub Bag Data Evaluasi, Pelaporan, dan Humas b. Bidang Teknis Konservasi Sumber Daya Alam, terdiri dari:

b.1. Seksi Perlindungan, Pengawetan, dan Pemetaan b.2. Seksi Pemanfaatan dan Pelayanan

c. Bidang KSDA Wilayah I, berkedudukan di Bogor terdiri: c.1. Seksi KSDA Wilayah I Serang

c.2. Seksi KSDA Wilayah II Bogor

d. Bidang KSDA Wilayah II, berkedudukan di Soreang terdiri: d.1. Seksi KSDA Wilayah III Soreang

d.2. Seksi KSDA Wilayah IV Purwakarta

e. Bidang KSDA Wilayah III, berkedudukan di Ciamis terdiri: e.1. Seksi KSDA Wilayah V Garut

e.2. Seksi KSDA Wilayah VI Tasikmalaya

Sebagai tindak lanjut dari Permenhut tersebut, guna meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BBKSDA Jabar, maka ditetapkan 22 (dua puluh dua) Resort KSDA Wilayah yang tersebar di Wilayah SKW dan merupakan jabatan non struktural melalui Surat Keputusan Kepala Balai Nomor No.SK.169/BBKSDA.JABAR.1/2014 tanggal 17 Juli 2014. Struktur Organisasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat seperti terlihat pada Gambar 1.

(19)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 3

Gambar 1 : Struktur Organisasi Balai Besar KSDA Jabar 2. Kawasan Konservasi

Balai Besar KSDA Jabar diberi tugas untuk memangku dan mengelola 50 kawasan konservasi dengan total luas 83.004,60 ha yang terdiri dari 30 kawasan Cagar Alam(CA) dengan luas 52.341,04 ha, 2 (dua) Suaka Margasatwa (SM) dengan luas 13.617,50 ha, dan 16 Taman Wisata Alam (TWA) dengan luas 4.625,36 ha serta 1 Taman Buru (TB) dengan luas 12.420,70 ha.

Tabel 1 : Nama, Luas, dan Lokasi Kawasan Konservasi

No. Nama kawasan Konservasi Luas (Ha) Kabupaten /Kota

1 2 3 4

1. TWA Pulau Sangiang 528,15 Serang

2. TWA Laut Pulau Sangiang 720,00 Serang

3. CA Rawa Danau 3.542,70 Serang

4. CA Gunung Tukung Gede 1.519,50 Serang

5. CA Pulau Dua 8,00 Serang

6. TWA Gunung Pancar 447,50 Bogor

7. TWA Sukawayana 25,15 Sukabumi

(20)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 4

No. Nama kawasan Konservasi Luas (Ha) Kabupaten /Kota

1 2 3 4

9. TWA Jember 52,10 Cianjur

10. SM Cikepuh 8.070,10 Sukabumi

11. CA Gunung Simpang 14.779,31 Bandung/Cianjur

12. CA Sukawayana 32,48 Sukabumi

13. CA Telaga Warna 487,86 Bogor

14. CA Cadas Malang 19,64 Cianjur

15. CA Bojonglarang Jayanti 732.22 Cianjur

16. CA Takokak 60.17 Cianjur

17. CA Dungus Iwul 9.01 Bogor

18. CA Cibanteng 549,95 Sukabumi

19. CA Tkbn.Perahu (Pel.Ratu) 12.00 Sukabumi

20. CA Arca Domas 1.00 Bogor

21. CA Yan Lapa 35,26 Bogor

22. TWA Cimanggu 162,47 Bandung

23. TWA Telaga Patengan 60,79 Bandung

24. TWA Ganung Tampomas 1.250,00 Sumedang

25. TB Gn.Masigit-Kareumbi 12.420,70 Sumedang

26. CA Gunung Tilu 7.479,80 Bandung

27. CA Telaga Patengan 120,71 Bandung

28. CA Cigenteng Cipanji 10,00 Bandung

29. CA Malabar 8,30 Bandung

30. CA Gunung Jagat 133,65 Sumedang

31. TWA Gn.Tangkuban Parahu 344,39 Bandung-Subang

32. CA. Gn.Tangkuban Parahu 1.204,40 Bandung-Subang

33. CA. Yunghun 0,69 Bandung-Subang

34. CA Gunung Burangrang 2.766,15 Purwakarta

35. TWA Kamojang 481,00 Garut

36. TWA Papandayan 225,00 Garut

37. TWA Telaga Bodas 27,88 Garut

38. TWA Gunung Guntur 250,00 Garut

39. CA Leuweung Sancang 2.313,90 Garut

40. CA Laut Leuweung Sancang 1.150,00 Garut

41. CA Kamojang 7.805,00 Garut

42. CA Papandayan 6.807,00 Garut

43. CA Telaga Bodas 258,95 Garut

44. CA Nusa Gede Panjalu 8,64 Ciamis

45. CA Pananjung Pangandaran 454,62 Ciamis

46. CA Laut Pananjung Pangandaran 470,00 Ciamis

47. SM Gunung Sawal 5.567,37 Ciamis

(21)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 5

No. Nama kawasan Konservasi Luas (Ha) Kabupaten /Kota

1 2 3 4

49. TWA Linggarjati 8,92 Kuningan

50. TWA Pananjung Pangandaran 34,32 Ciamis

TOTAL 83.482,34

3. Keanekaragaman Hayati dan Jasa Lingkungan

Kegiatan keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan yang telah dilakukan antara lain pemanfaatan TSL melalui pelayanan penangkaran dan peredaran TSL. Sampai dengan akhir tahun 2014, di wilayah kerja BBKSDA Jabar tercatat 122 unit penangkar (69 penangkar satwa dilindungi dan 53 penangkar satwa tidak dilindungi), 87 unit pemegang izin edar (43 pengedar luar negeri dan 44 pengedar dalam negeri) dan 3 unit Lembaga Konservasi, 6 unit Pusat Penyelamat Satwa.

Penerimaan PNBP selama tahun 2010 - 2014 yang diperoleh dari pemanfaatan TSL adalah sebesar Rp. 786.448.005,-. Disamping kegiatan pemanfaatan TSL, juga telah dilakukan penyelamatan satwa yang dilindungi undang-undang diantaranya melalui pelepasan liaran serta penempatan satwa dilindungi pada lembaga-lembaga konservasi. Disamping kegiatan pemanfaatan TSL, juga telah dilakukan penyelamatan satwa yang dilindungi undang-undang diantaranya melalui pelepasan liaran serta penempatan satwa dilindungi pada lembaga-lembaga konservasi.

Di wilayah kerja BBKSDA Jabar selama tahun 2010 – 2014 telah terjadi konflik antara satwa dengan manusia yag penanggulangan yang dilakukan dengan menangkap satwa menggunakan obat bius dan kandang jebakan serta mengikutsertakan Lembaga Konservasi. Penanggulangan ini masih bersifat sementara, sehingga masih diperlukan adanya tindak lanjut terhadap penanganan tersebut, antara lain dengan mencari penyebab konflik.

Pemanfaatan jasa lingkungan di BBKSDA Jabar terdiri berupa pemanfaatan wisata alam terdapat 9 pemegang izin yaitu terdiri dari IPPA 6 unit, IUPSWA 3 unit dan IUJWA 78 unit, serta pemegang ijin prinsip 2 unit.

Untuk kegiatan bina cinta alam telah dilakukan pembentukan/pembinaan terhadap Kader Konservasi (KK) dan Kelompok Cinta Alam (KPA) serta penilaian

(22)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 6

terhadap KK/KPA dalam upaya Konservasi Sumber Daya Alam untuk diusulkan dalam lomba Pekan Penghijauan dan Konservasi Alam Nasional (PPKAN). Sampai dengan tahun 2014 jumlah kader konservasi sebanyak 220 kader dan jumlah kelompok pecinta alam sebanyak 37 kelompok.

4. Sumber Daya Manusia

Pegawai lingkup BBKSDA Jabar sampai dengan Desember 2014 sebanyak 287 orang (PNS sebanyak 261 orang, Tenaga Kontrak (upah bulanan) sebanyak 26 orang) dengan jenjang pendidikan S3 sebanyak 1 orang, S2 sebanyak 17 orang, S1 sebanyak 43 orang, S0/D3 sebanyak 17 orang, SLTA sebanyak 168 orang, SLTP sebanyak 7 orang dan SD sebanyak 8 orang. orang.

5. Sarana Prasarana

Sampai dengan akhir tahun 2014 BBKSDA Jabar telah dilengkapi dengan sarana prasarana antara lain beberapa tanah, peralatan, dan mesin, serta gedung dan bangunan dengan nilai aset sebesar Rp. 41.988.698.459 dengan rincian terdiri dari :

Tabel 2 : Jenis Aset yang dimiliki BBKSDA Jawa barat s/d 31 Desember 2014

No Uraian Jumlah Satuan Nilai Aset (Rp)

1. Tanah 23.473 M2 10.931.520.000

2. Peralatan dan mesin 2.648 Unit 14.639.594.845

3. Gedung dan Bangunan 207 Unit 13.373.819.158

4. Jalan irigasi dan jaringan 8 Unit 1.744.689.006

5. Aset Tetap Lainnya 88 Unit 6.113.500

B. Pencapaian Renstra 2010 – 2014

Sebagaimana dijelaskan dalam Renstra BBKSDA Jabar tahun 2010 – 2014, bahwa pembangunan kehutanan bidang KSDA yang harus dilaksanakan BBKSDA Jaar termasuk ke dalam fungsi lingkungan hidup, program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan, dengan kegiatan Pengembangan Pengelolaan Konservasi Sumber Daya Alam. Dalam melaksanakan program dan kegiatan tersebut, BBKSDA Jabar telah menetapkan 6 sasaran strategis yang harus dicapai selama kurun waktu 2010 – 2014. Sebagai tolok ukur pencapaian sasaran strategis tersebut ditetapkan 6 (enam) Indikator Kinerja Utama (IKU) dan 5 (lima) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) yang harus diukur setiap akhir tahun. Pengukuran akan diawali dengan menyusun dokumen Penetapan Kinerja (PK) yang disusun awal tahun.

(23)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 7

Berdasarkan hasil pengukuran kinerja yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja BBKSDA Jabar, diperoleh capaian kinerja masing-masing sasaran strategis tahun 2010 – 2014 sebagai berikut :

1. Kejadian konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi menurun 1%

Konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi masih kerap terjadi. Hal ini tentunya memberikan dampak yang cukup serius terhadap upaya perlindungan tumbuhan dan satwa liar beserta ekosistemnya secara in-situ. Kejadian seperti perambahan kawasan merupakan contoh klasik konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi.

Faktor penyebabnya sendiri sangat kompleks, tetapi pada umumnya disebabkan oleh faktor ekonomi dan sosial kemasyarakatan seperti relatif masih rendahnya tingkat pendapatan dan pendidikan masyarakat di sekitar kawasan konservasi serta rendahnya kesadartahuan masyarakat akan pentingnya kawasan konservasi. Di samping itu, masih lemahnya penegakan hukum terhadap pelaku juga menjadi faktor lain yang menyebabkan masih maraknya aktivitas illegal di kawasan konservasi.

Legalitas kawasan konservasi yang dikelola BBKSDA Jabar juga menjadi salah satu faktor pemicu konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi. Sebagian kawasan konservasi masih dalam status penunjukkan yang ditandai belum adanya kejelasan mengenai tata batas ataupun tata batas yang belum temu gelang. Hal tersebut seringkali menjadi titik lemah para petugas di lapangan dalam mengatasi konflik tenurial. Sampai dengan tahun 2013 kawasan yang ditetapkan baru 11 kawasan. Tahun 2014 bertambah 14 kawasan konservasi, sehingga masih terdapat 25 kawasan konservasi yang belum ditetapkan.

Secara khusus, kejadian konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat didominasi oleh aktivitas perambahan kawasan. Pada tahun 2014, secara keseluruhan terdapat 14 (empat belas) kawasan konservasi yang mengalami konflik dan tekanan utamanya berupa perambahan kawasan. Keempat belas kawasan tersebut adalah Suaka Margasatwa (SM) Cikepuh, CA Gunung Simpang, CA Gunung Tilu, CA Kamojang, CA Papandayan, TWA Pulau Sangiang, TWA Carita, CA Rawa Danau, TWA Gunung Pancar, TWA

(24)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 8

Cimanggu, CA Leuweung Sancang, Taman Buru (TB) Masigit Kareumbi, CA Tukung Gede, dan SM Gunung Sawal. Kawasan konservasi terakhir yang disebutkan (SM Gunung Sawal) merupakan kawasan yang semula di dalamnya tidak terdapat perambahan. Namun semenjak areal petak 67 seluas 68,76 ha yang semula dikelola oleh Perhutani dan digunakan oleh masyarakat (untuk lahan pertanian, perkebunan, dan pemukiman) jadi kawasan konservasi diserahkan pengelolaannya ke Balai Besar KSDA Jawa Barat, maka areal tersebut menjadi areal konflik.

Untuk mengatasi kejadian konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi yang dikelola Balai Besar KSDA Jawa Barat, pada tahun 2014 telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

1. Pengelolaan kawasan berbasis resort, dengan jumlah anggaran sebesar Rp. 2.917.215.000,-. Kegiatan ini ditekankan pada beberapa aspek pengelolaan kawasan konservasi, di antaranya pengecekan/pemeliharaan pal batas kawasan;

2. Monitoring dan evaluasi kerjasama pengelolaan kawasan, dengan jumlah anggaran sebesar Rp. 56.960.000,-.

3. Penyusunan rencana pengelolaan kawasan di TWA Papandayan, dengan jumlah anggaran sebesar Rp. 59.605.000,-.

4. Penataan blok pengelolaan kawasan di TWA Linggarjati, dengan jumlah anggaran sebesar Rp. 43.435.000,-.

5. Restorasi kawasan konservasi, termasuk di dalamnya monitoring dan evaluasi rehabilitasi partisipatif, pengkayaan tanaman demplot rehabilitasi, pelatihan monev rehabilitasi, dengan anggaran sebesar 244.280.000,-.

Total anggaran guna mendukung pencapaian sasaran ini sebesar Rp 3.321.495.000,- dengan realisasi sebesar Rp3.266.853.000,- (98,4%).

Di samping itu, pada tahun 2014 Balai Besar KSDA Jawa Barat telah melakukan upaya percepatan penetapan kawasan konservasi lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat yang tata batasnya telah temu gelang, mengingat legalitas kawasan juga berperan penting meminimalisir konflik dan tekanan terhadap kawasan. Hasilnya, pada tahun 2014 sebanyak 14 (empat belas) kawasan konservasi telah ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan. Kawasan-kawasan tersebut adalah :

(25)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 9 1. CA Leuweung Sancang 2. TWA Sukayana 3. CA Sukawayana 4. CA Gunung Tilu 5. CA Tangkuban Parahu

6. TWA Tangkuban Parahu

7. SM Gunung Sawal

8. TWA Linggarjati

9. CA Gunung Jagat

10.CA Rawa Danau

11.CA Gunung Tukung Gede

12.SM Cikepuh

13.CA Cibanteng

14.CA Nusa Gede Panjalu

Berikut ini beberapa proses penyelesaian terhadap penanganan konflik dan tekanan terhadap beberapa kawasan konservasi lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat.

1. Di Suaka Margasatwa (SM) Cikepuh semula terdapat sekitar 300 ha kawasan yang dirambah, saat ini sudah berkurang seluas 58 ha (19,3%).

2. Perambahan di CA Rawa Danau yang semula mencapai 851 ha, saat ini telah berhasil ditangani seluas 28 ha (3,29%).

3. Perambahan di TB Masigit Kareumbi yang semula seluas 3 ha, berhasil ditangani seluas 2,42 ha (80,67%).

Informasi tersebut di atas menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh Balai Besar KSDA Jawa Barat untuk mengurangi konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi telah memperlihatkan hasil, walaupun belum optimal. Dari total tekanan kawasan konservasi berupa perambahan seluas 1.723,68 ha, berhasil ditangani seluas 88,42 ha (5,1%).

Dengan melihat kondisi saat ini (yang mengindikasikan bahwa jumlah konflik dan tekanan terhadap kawasan sudah berkurang dilihat dari jumlah luasan perambahan dan penyelesaian kasus lainnya), maka indikator konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi dapat dilhat dari indikator berkurangnya

(26)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 10

luas kawasan konservasi yang dirambah, dari semula 1.723,68 ha turun menjadi 1.635,26 ha. Dengan demikian, target pencapaian sasaran sebesar 1% berhasil dicapai. Oleh karena itu, persentase pencapaian sasaran adalah sebesar 100%. 2. Pengelolaan eksosistem esensial sebagai daerah penyangga

meningkat 2%

Upaya pengelolaan ekosistem esensial menjadi salah satu perhatian dalam isu pembangunan yang berkeadilan. Instruksi Presiden RI No 3 Tahun 2010 tentang

Program Pembangunan yang berkeadilan mengamanatkan untuk

meningkatkan pengelolaan dan pendayagunaan ekosistem esensial sebagai

sistem penyangga kehidupan melalui program konservasi

keanekaragaman hayati dan perlindungan.

Menjawab Instruksi Presiden RI tersebut, Balai Besar KSDA Jawa Barat telah menginisiasi pengelolaan kawasan ekosistem esensial di tiga lokasi, sebagaimana terlihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 3 : Kawasan Ekosistem Esensial lingkup Balai Besar KSDA Jabar

No Nama Lokasi Potensi EE Luas

(Ha)

1. Mangrove Bulak

Setra

Desa Babakan, Kec. Pangandaran, Kab. Pangandaran Hutan Mangrove dan hutan pantai 17 2. Pelestarian Penyu Batu Hiu

Desa Ciliang, Kec. Parigi, Kab. Pangandaran Hutan Pantai, P. pantai 70 Km dengan L 50 m 7 3. Karst Cukang Taneuh

Desa Batukaras dan Desa Kertayasa, Kec. Cijulang, Kab. Pangandaran Hutan Pantai yang berada di Lahan Karst 52

Berbagai upaya untuk membangun dan mengelola kawasan ekosistem esensial ini telah dilakukan bersama dengan stakeholders, terutama Pemerintah Daerah setempat. Beberapa jenis kegiatan yang telah dilaksanakan dari awal sampai saat ini antara lain :

• Identifikasi, Inventarisasi dan Validasi data Ekosistem;

• Sosialisasi dan Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Esensial;

• Penyusunan Kesepakatan Pengelolaan Ekosistem Esensial;

(27)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 11 • Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Ekosistem Essensial;

• Rapat Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Essensial;

• Bantuan Biaya Pemeliharaan Sarana Penangkaran dan pakan tukik;

• Penyusunan Rencana Aksi Pengelolaan Eksosistem Esensial di Kabupaten Pangandaran.

Pada akhirnya, pengelolaan ekosistem esensial harus menjadi perhatian semua pihak, utamanya pemerintah daerah setempat karena ekosistem esensial yang telah ditunjuk berada di luar kawasan konservasi. Namun demikian, sinergi dengan Kementerian Kehutanan cq Balai Besar KSDA Jawa Barat perlu terus ditingkatkan, khususnya dalam menjalankan Rencana Aksi Pengelolaan Eksosistem Esensial di Kab. Pangandaran untuk mendukung terwujudnya ekosistem esensial sebagai sistem penyangga kehidupan sebagaimana diamanatkan oleh Intruksi Presiden RI No 3 Tahun 2010.

Walaupun pada tahun 2014 tidak tersedia anggaran untuk sasaran ini (karena mengalami penghematan), dengan melihat proses yang sudah berjalan dengan baik dan concern dari semua pihak, maka target yang telah dibebankan pada sasaran kedua ini sebesar 2% dapat tercapai. Dengan demikian, persentase pencapaian sasaran untuk kegiatan ini adalah 100%.

3. Pendapatan masyarakat sekitar kawasan konservasi meningkat 6%

Fungsi kawasan konservasi sebagai perlindungan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, saat ini menghadapi ancaman yang sangat serius. Betapa tidak, hutan konservasi yang merupakan benteng terakhir hutan di Indonesia, ternyata belum lepas dari berbagai aktivitas ilegal seperti perambahan, pembalakan liar, perburuan satwa liar, dan sebagainya.

Kondisi masyarakat sekitar kawasan konservasi yang pada umumnya adalah petani tradisional dengan beberapa karakteristik seperti lemah dari sisi ekonomi, pengetahuan, keterampilan, serta memiliki akses terbatas terhadap permodalan, informasi, dan teknologi semakin menempatkan kawasan konservasi pada posisi yang sulit. Masih tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan konservasi menyebabkan masyarakat kerap kali melakukan interaksi

(28)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 12

negatif dengan kawasan konservasi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sebagai contoh, sebagian masyarakat menggunakan kawasan konservasi sebagai area bercocok tanam, mengambil kayu sebagai bahan bakar dan bahan bangunan, ataupun menebang kayu hanya untuk kegiatan berladang. Jika kegiatan tersebut tidak dihentikan, akan semakin memperparah kerusakan kawasan konservasi.

Menjawab kondisi masyarakat tersebut di atas, Balai Besar KSDA Jawa Barat telah melakukan berbagai upaya di antaranya dengan membentuk Model Desa Konservasi dengan Grand Design baru. Dalam hal ini MDK dijadikan sebagai instrumen dalam penangananan permasalahan kawasan konservasi melalui pendekatan sosial. Hal ini dikarenakan pendekatan yang bersifat represif dirasakan belum dapat mengatasi permasalahan kawasan secara optimal.

Pada tahun 2013, melalui proyek ICWRMIP (hibah dari Asian Development Banj) berhasil dibentuk 12 MDK yang masing-masing memiliki Master Plan untuk rencana kegiatan kelompok lima tahun kedepan (termasuk di dalamnya kegiatan usaha ekonomi produktif) dan masing-masing diberikan bantuan modal sebesar Rp100.000.000,-. Masing-masing desa juga mendapatkan pendampingan dari para fasilitator desa serta berbagai jenis pelatihan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat.

Pada tahun 2014, sesuai dengan komitmen dari ADB, melalui proyek ICWRMIP akan diberikan modal tahap kedua sebesar Rp75.000.000,- kepada masing-masing desa. Sebelum bantuan tersebut diberikan, telah dilakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kegiatan MDK berlangsung ditinjau dari aspek administrasi, teknis, maupun kelembagaan. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi, hanya ada 10 (sepuluh) desa yang masih layak untuk diberikan bantuan modal lebih lanjut. Sementara 1 (satu) desa menolak bantuan yang akan diberikan dan 1 (satu) desa dianggap tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kawasan (sehingga tidak diberi bantuan tahap kedua). Sepuluh MDK yang mendapatkan bantuan tahap kedua, juga mendapatkan pendampingan dari fasilitator desa serta bimbingan teknis dari Balai Besar KSDA Jawa Barat. Jumlah anggaran yang tersedia untuk kegiatan MDK ini sebesar Rp1.625.000.000,- dengan realisasi sebesar Rp1.151.845.000,- (70,88%).

(29)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 13

Selain itu, melalui anggaran yang berasal dari APBN telah dibentuk sebanyak 6 (enam) MDK. Keenam MDK ini juga dibimbing untuk menyusun master plan serta menjalani beberapa pelatihan untuk menguatkan kelembagaan dan kemampuan teknis mereka. Seperti halnya MDK yang dibentuk dari proyek ICWRMIP, keenam MDK ini juga mendapatkan bantuan modal sebesar Rp45.000.000,-.

Melalui anggaran yang berasal dari APBN, juga telah dilakukan monitoring dan evaluasi pemberdayaan masyarakat yang difokuskan pada peningkatan pendapatan masyarakat sebagai dampak kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan. Monev mengacu pada Instrumen Pendapatan Masyarakat di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi yang diterbitkan oleh Direktorat Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung.

Dalam petunjuk tersebut, jumlah desa yang dijadikan sampel minimal sebanyak 1 (satu) desa. Namun demikian, Balai Besar KSDA Jawa Barat mencoba untuk menggali pendapatan masyarakat di 12 (dua belas) desa yang telah diberikan bantuan modal. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak semua desa yang dimonev dapat tergambarkan peningkatan penghasilannya. Hal ini dikarenakan beberapa usaha produktif di beberapa desa belum berjalan sebagaimana mestinya. Sementara beberapa desa sudah dapat diukur peningkatan penghasilannya sebagaimana terlihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 4 : Hasil Monev Pendapatan Masyarakat

No. Nama Desa MDK Populasi (Orang) Jumlah KK Rata-Rata Pendapatan (Rp) Peningkatan Pendapatan (Rp) Persentase Peningkatan (%) 1. Desa Tanjungwangi 5.602 1.629 970.000 79.250 8,2 2. Desa Jayagiri 18.701 4.683 1.826.000 92.875 5,1 3. Desa Pasanggrahan 2.334 666 1.352.000 120.000 8,9 4. Desa Sakambang 1.630 485 1.425.000 96.000 6,74 Rerata 7.067 1.866 1.393.250 97.031,25 7,24

Keterangan : Rerata yang ditampilkan merupakan rerata kelompok

Berdasarkan Tabel di atas, rata-rata pendapatan meningkat sebesar Rp 97.031 atau meningkat sebesar 7,24%. Peningkatan pendapatan sebesar 7,24% tersebut dicapai melalui usaha produktif yang telah dijalankan oleh anggota

(30)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 14

kelompok MDK. Sebagai contoh, kelompok MDK Pasanggrahan telah berhasil meningkatkan pendapatan mereka melalui usaha pembuatan gula aren. Sedangkan di Desa Sakambang, anggota kelompok menekuni usaha pembuatan kerajinan dari bambu.

Dengan melihat hasil monev tersebut yang menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat meningkat sebesar 7,24%, maka target sebesar 6% terlampaui. Dengan demikian, capaian untuk sasaran ini sebesar 121%.

Adapun total anggaran yang tersedia untuk sasaran ini sebesar Rp 2.232.760.000,- dengan realisasi sebesar Rp 1.733.495.000,- (77,64%).

4. Populasi jenis terancam punah meningkat sesuai ketersediaan habitat sebesar 0,6%

Keanekaragaman hayati merupakan kekayaan alam yang tak ternilai harganya. Indonesia dikenal sebagai negara Biodiversity karena memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi. Kondisi ini salah satunya dapat dilihat di Provinsi Jawa Barat dan Banten yang memiliki flora dan fauna khas bahkan beberapa jenis endemik. Namun sampai saat ini ketersediaan data base kawasan dalam hal potensi flora dan fauna masih sangat kurang. Hampir seluruh kawasan konservasi di Provinsi Jawa Barat dan Banten belum memiliki data mengenai potensi flora dan fauna yang terbaru (up to date).

Pada tahun 2014, telah dilakukan beberapa jenis kegiatan untuk mengungkap potensi flora dan fauna serta pembinaan habitat satwa yang berada di kawasan konservasi lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat, yaitu:

1) Monitoring potensi Owa Jawa di CA Gunung Tilu, CA Leuweung Sancang, dan CA Burangrang;

2) Monitoring potensi Elang Jawa di CA/TWA Tangkuban Parahu, CA/TWA Kamojang, dan SM Gunung Sawal;

3) Identifikasi home range Elang Jawa di TWA Talaga Warna;

4) Pembinaan Habitat Penyu di SM. Cikepuh, SM. Sindang Kerta dan TWA. Pulau Sangiang;

5) Fasilitasi Pelestarian Penyu di Pantai Batu Hiu.

Adapun alokasi anggaran untuk seluruh kegiatan tersebut adalah sebesar Rp271.930.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp.264.630.000,- (97,32%).

(31)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 15

Penghitungan peningkatan populasi satwa liar terancam punah yang menjadi indikator kinerja Balai Besar KSDA Jawa Barat difokuskan pada jenis Owa jawa (Hylobatesh moloch) di CA Gunung Tilu dan Elang jawa (Spizaetus bartelsii) di CA/TWA Talaga Warna. Berikut jumlah populasi jenis tersebut tahun 2010-2014 seperti dapat terlihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 5 : Estimasi Populasi Owa Jawa dan Elang Jawa Tahun 2010-2014

No. Jenis Satwa TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014

1. Owa jawa di CA Gunung

Tilu 25 16 26 26 31

2. Elang jawa di CA/TWA

Talaga Warna 8 23 20 20 20

Apabila dibandingkan dengan tahun awal 2010, pada tahun 2014 populasi Owa Jawa naik sebesar 24%. Sedangkan populasi Elang Jawa pada tahun 2014 telah mengalami peningkatan sebesar lebih dari 100% dibandingkan tahun 2010, walaupun mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2011. Dengan demikian, persentase pencapaian sasaran adalah sebesar 150% dengan serapan anggaran sebesar 97,32%.

Keberhasilan pencapaian sasaran ini tidak terlepas dari terpantau serta terjaganya kawasan tersebut sehingga masih dapat memberikan daya dukung yang optimal bagi perkembangan populasi kedua jenis satwa terancam punah tersebut.

5. Penangkaran dan pemanfaatan keanekaragaman hayati meningkat sebesar 1%

Keberhasilan kegiatan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya tidak terlepas dari bagaimana mengendalikan cara-cara pemanfaatannya untuk menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber daya genetik dan ekosistemnya. Dalam memanfaatkan TSL harus selalu memegang prinsip menghindari bahaya kepunahan atau menghindari penurunan potensi pertumbuhan populasinya atara lain melalui kegiatan penangkaran.

Kegiatan penangkaran sebagai salah satu upaya pemanfaatan TSL merupakan kegiatan perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran TSL dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Untuk mewujudkan peningkatan

(32)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 16 pemanfaatan dan penangkaran keanekaragaman hayati secara lestari, beberapa kegiatan berikut ini telah dilakukan, yaitu :

1. Pembinaan teknis penangkaran TSL;

2. Workshop penangkaran TSL;

3. Pembinaan teknis pengedar TSL;

4. Pengelolaan demplot penangkaran Penyu semi alamiah di SM Cikepuh dan

SM Sindangkerta;

5. Penanganan gangguan satwa liar.

Anggaran untuk melaksanakan seluruh kegiatan tersebut dialokasikan sebesar Rp346.960.000,- dengan realisasi sebesar Rp344.330.000,- (99,24%).

Kegiatan-kegiatan tersebut di atas, utamanya pembinaan teknis penangkaran dan pembinaan teknis pengedar TSL telah memberikan pengaruh signifikan terhadap perkembangan penangkar yang terdaftar di Balai Besar KSDA Jawa Barat. Hal tersebut dapat dilihat pada trend peningkatan jumlah penangkar dari tahun ke tahun seperti dapat terlihat pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2 : Tren Jumlah Penangkar LingkupBalai Besar KSDA Jabar

Berdasarkan Gambar 2 tersebut di atas, terjadi peningkatan jumlah penangkar dari tahun 2013 ke tahun 2014 sebanyak 19 penangkar atau sebesar 18%. Dengan demikian, target peningkatan jumlah penangkar sebesar 1% berhasil terlampaui sehingga capaian realisasi sasaran sebesar 150% dengan serapan anggaran sebesar 99,24%.

(33)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 17

6. Kasus tindak pidana kehutanan tahun berjalan dapat terselesaikan sebesar 15%

Dalam rangka meningkatkan upaya perlindungan dan pengamanan di dalam maupun di luar kawasan konservasi, Balai Besar KSDA Jawa Barat melaksanakan berbagai jenis kegiatan di antaranya:

1. Pengumpulan bahan dan keterangan;

2. Kegiatan intelejen;

3. Operasi pengamanan kawasan;

4. Pemeliharaan sarana prasarana pengamanan hutan;

5. Penyelesaian kasus tindak pidana bidang kehutanan;

6. Koordinasi pengamanan hutan lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat;

7. Penyusunan rencana penanganan perambahan.

Kegiatan operasi pengamanan ini dilaksanakan oleh Bidang Wilayah/Seksi Wilayah dan disupervisi oleh Bidang Teknis KSDA, baik berupa operasi rutin, gabungan maupun operasi intelejen. Keseluruhan kegiatan yang berkaitan dengan pengamanan serta penyelesaian kasus tindak pidana kehutanan mendapat porsi anggaran pada tahun 2014 sebesar Rp1.588.260.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp1.292.035.000,- (81,35%).

Selama tahun 2014 Balai Besar KSDA Jawa Barat telah melaksanakan kegiatan intelejen di wilayah kerja yang meliputi Provinsi Jawa Barat dan Banten. Disamping itu juga dilaksanakan pengumpulan bahan dan keterangan (pulbaket) dari kegiatan operasi intelijen dan hasil pengecekan di lapangan. Kegiatan Operasi Intelejen dan Pulbaket dilaksanakan antara lain di CA Gunung Simpang, CA Takokak, CA/TWA Patengan, CA Gunung Jagat, dan beberapa lokasi eksitu. Dari kegiatan tersebut dapat diperoleh bukti-bukti kejahatan kehutanan dan diharapkan dapat menggiring para pelaku kejahatan kehutanan ke Pengadilan. Berdasarkan register perkara TIPIHUT tahun 2014 tercatat ada 11 (sebelas) kasus tindak pidana kehutanan terdiri atas 5 (lima) kasus pencurian kayu, 1 (satu) kasus pencurian kulit kayu sulibra, 3 (tiga) kasus illegal trading TSL, dan 2 (dua) kasus pembakaran hutan. Kondisi penyelesaian kasus tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

(34)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 18

Tabel 6 : Penanganan Kasus Pelanggaran Kehutanan Tahun 2014

No. Jenis Pelanggaran Jmlh

Kasus

Kondisi Saat Ini

Penyelidikan P 21 Vonis

1. Illegal logging 5 1 3 1

2. Illegal trading 3 - 1 2

3. Pencurian kulit kayu 1 - 1 -

4. Pembakaran hutan 2 2 - -

JUMLAH 11 3 5 3

Berdasarkan Tabel tersebut di atas, dari 11 (sebelas) kasus yang ditangani, 3 (tiga) kasus sampai pada tahap vonis, 5 (lima) kasus sudah pada tahap P21, dan 3 (tiga) kasus masih dalam penyelidikan. Jika yang menjadi acuan penyelesaian kasus adalah kasus yang sudah pada tahap P21 dan vonis, artinya ada 8 (delapan) kasus atau 72,7% kasus tahun berjalan yang berhasil diselesaikan. Jumlah ini melebihi target yang direncanakan, yaitu 15% sehingga realisasi sasaran mencapai 150% dengan serapan anggaran sebesar 81,35%.

Keberhasilan pencapaian sasaran ini di antaranya dikarenakan semakin aktif dan profesionalnya para Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pada Balai Besar KSDA Jawa Barat dalam melakukan penyidikan suatu kasus. Di samping itu, koordinasi yang intens dengan pihak kepolisian dan kejaksaan setempat juga menjadi faktor lain yang menyebabkan tercapainya sasaran ini.

7. Tunggakan kasus tindak pidana kehutanan dapat terselesaikan sebesar 5%

Proses penegakan hukum dalam hal ini penyelesaian kasus merupakan bagian penting dalam upaya menjaga kelestarian SDA Hayati dan Ekosistemnya. Berbagai kegiatan operasi pengamanan yang dilakukan tidak akan berarti banyak jika proses hukum selanjutnya tidak tertangani dengan baik. Namun demikian, tidak semua kasus yang ada dapat tertangani seluruhnya sehingga ada beberapa kasus yang tertunggak untuk diselesaikan pada tahun berikutnya. Adapun kegiatan dan anggaran yang digunakan untuk penyelesaian tunggakan kasus tindak pidana kehutanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan dan anggaran untuk mencapai sasaran 7.

(35)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 19

Berdasarkan register perkara TIPIHUT tahun 2014 tercatat ada 3 (tiga) tunggakan kasus tahun 2013. Dari 3 (tiga) tunggakan kasus tesebut, yang berhasil diselesaikan sampai vonis sebanyak 1 (satu) kasus atau sebesar

33,3%. Jumlah ini melebihi target yang direncanakan, yaitu 5% sehingga

persen pencapaian sasaran mencapai 150%.

8. Terselesaikannya kasus perambahan hutan konservasi sebesar 4%

Masalah perambahan di dalam kawasan konservasi memang masih sering terjadi. Ada beberapa faktor yang dapat memicu maraknya Ilegal mining (penambangan liar) dan perambahan hutan, yaitu faktor ekonomi dan sosial masyarakat, serta oleh kebijakan pemekaran wilayah yang kurang menghitung daya dukung kawasan. Hal ini tentu saja akan membuat tekanan terhadap hutan semakin berat. Akibatnya hutan Indonesia tidak terkecuali kawasan konservasi semakin mengalami kerusakan dan dial ihfungsikan.

Lemahnya pengawasan serta kurang tegasnya penegakan hukum kehutanan diduga juga menjadi faktor penting dalam mengatasi permasalahan perambahan ini. Untuk itu Balai Besar KSDA Jawa Barat berkomitmen untuk mengatasi segala permasalahan hukum terkait perambahan. Adapun jenis kegiatan dan anggaran yang digunakan untuk penyelesaian kasus perambahan hutan konservasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan dan anggaran untuk mencapai sasaran 7.

Berdasarkan data yang ada, pada awal tahun 2014 tercatat ada sekitar 1.723,68 ha kawasan yang menjadi lokasi perambahan. Namun demikian, pada akhir tahun 2014 sebanyak 88,42 ha atau 5,1% berhasil diselesaikan. Persentase penurunan luasan perambahan ternyata melebihi target awal yang ditetapkan, yaitu sebesar 4% sehingga realisasi sasaran mencapai 130%.

9. Menurunnya kawasan hutan konservasi yang terbakar sebesar 10%

Menurunnya kebakaran hutan adalah sasaran yang harus dicapai, keberhasilan dalam pengendalian kebakaran hutan merupakan keberhasilan konservasi yang paling penting. Kawasan konservasi yang sering terjadi kebakaran hutan adalah kawasan hutan konservasi Suaka Margasatwa Cikepuh, CA Bojonglarang Jayanti, CA. Kamojang dan TB. Masigit Kareumbi.

(36)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 20

Untuk mencapai target menurunnya luas kawasan hutan konservasi yang terbakar, pada tahun 2014 Balai Besar KSDA Jawa Barat melaksanakan beberapa kegiatan antara lain:

1. Rapat koordinasi teknis pengendalian kebakaran hutan;

2. Pelatihan fisik dan peningkatan daya tahan tubuh;

3. Pembinaan masyarakat peduli api;

4. Pemeliharaan sarana prasarana pengendalian kebakaran hutan;

5. Posko siaga kebakaran hutan;

6. Pelaksanaan apel siaga kebakaran hutan;

7. Monitoring hotspot;

8. Koordinasa dengan para pihak;

9. Sosialisasi pengurangan resiko bahaya kebakaran hutan;

10.Operasi pengendalian dan pemadaman kebakaran hutan;

11.Pemeliharaan sarana dan prasarana pengendalian kebakaran hutan.

Adapun Jumlah anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan sebesar Rp900.000.000,- dengan realisasi sebesar Rp800.900.000,- (88,99%). Tabel 7 dan Gambar 2 berikut ini memperlihatkan luas kebakaran hutan selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2014.

Tabel 7 : Data Kejadian Kebakaran Hutan Tahun 2011 s/d 2014 di Kawasan Konservasi Lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat

No. Jenis Satwa TAHUN

2010 2011 2012 2013 2014 1. CA Bojonglarang Jayanti 11,39 26 - - 31 2. CA Leuweung Sancang 5,98 23 3 - 20 3. CA Cibanteng - 150 23 15,5 4. CA Rawa Danau - 600 - - 5. SM Cikepuh 861,49 717 214,7 76,1 6. TWA Papandayan - 50 - - 7. TWA Kamojang 75 - - - 8. TWA Gunung Guntur - 94,5 - 200 9. TB Masigit Kareumbi 94 65,5 - 11,97 10. TWA Gunung Tampomas - - 1,5 - Total 1.068,86 1.726 242,2 303,57 51

(37)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 21

Gambar 3 : Luas Kawasan terbakar tahun 2010-2014 Lingkup Balai Besar KSDA

Jabar

Berdasarkan Gambar 3 di atas, luas kawasan yang terbakar antara 2011-2014 berfluktuasi. Namun demikian, tampak jelas bahwa peningkatan luas kawasan yang terbakar secara signifikan terjadi pada tahun 2012, dari semula 1.068 ha pada tahun 2012 menjadi 1.726 pada tahun 2012. Kondisi sebaliknya terjadi pada tahun 2013, dengan kawasan yang terbakar hanya seluas 242 ha, menurun sebanyak 1.483,8 ha dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada tahun 2014, luas kawasan yang terbakar kembali meningkat sebesar 61,37 ha. Di sisi lain, target pada tahun 2014 adalah menurunnya luas kebakaran hutan sebanyak 10% dari tahun 2013. Dengan melihat kondisi tersebut, maka target yang telah ditetapkan tidak dapat tercapai sehingga realisasi capaian sasaran

0%.

Ketidakberhasilan dalam upaya menurunkan luas kawasan yang terbakar disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:

• belum optimalnya sistem deteksi dini kebakaran hutan;

• lokasi kebakaran hutan yang relatif sulit dijangkau dan diperparah dengan

kurangnya ketersediaan air;

(38)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 22

10. Meningkatnya pengusahaan pariwisata alam yang diikuti dengan peningkatan PNBP sebesar 20%

Kegiatan pariwisata alam memiliki prospek besar di dalam memberikan income bagi negara, baik melalui pengeluaran/belanja para wisatawan maupun penerimaan langsung dari karcis masuk, pungutan Izin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) dan Pungutan Usaha Pariwisata Alam (PUPA). Penerimaan secara langsung dari kegiatan pariwisata alam tersebut merupakan salah satu sumber Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), yaitu penerimaan negara yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan namun masuk dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Sebagai salah satu sumber PNBP bidang PHKA, kegiatan pariwisata alam layak untuk mendapatkan perhatian. Untuk itu, pada tahun 2014 beberapa kegiatan telah dilakukan untuk mendukung peningkatan PNBP dari pariwisata alam, di antaranya:

1. Bimbingan Teknis Pengembangan Wisata Alam;

2. Monitoring dan Evaluasi Pengusahaan Pariwisata Alam oleh Pemegang IPPA; 3. Rapat Koordinasi Wisata Alam;

4. Peningkatan Pelayanan Pengunjung Pada Hari Raya dan Hari Libur Nasional; 5. Identifikasi Potensi Wisata di TWA Tampomas;

6. Penatausahaan karcis masuk TWA;

7. Pembinaan petugas pengelola PNBP;

8. Peningkatan pengelolaan PNBP;

9. Pengembangan sarpras khusus wisata alam.

Adapun jumlah anggaran yang telah dialokasikan untuk melaksanakan kegiatan tersebut di atas sebesar Rp1.284.875.000,- dengan realisasi sebesar Rp1.235.647.100,- (96,17%).

Sasaran yang hendak dicapai pada tahun 2014 dari berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan adalah meningkatnya jumlah PNBP sebesar 20% dari tahun 2013. Gambar 4 berikut ini memperlihatkan jumlah PNBP mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2014.

(39)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 23

Gambar 4 : Tren Kenaikan PNBP tahun 2010-2014 Lingkup Balai Besar KSDA Jabar

Berdasarkan Gambar 4 tersebut di atas, dalam rentang waktu 2011 — 2013 jumlah PNBP terlihat relatif stagnan. Pada periode tersebut, PNBP mengalami peningkatan namun sangat tidak signifikan. Tidak mengherankan jika pada periode tersebut realisasi sasaran tidak tercapai karena peningkatannya di bawah 5%.

Kenaikan secara drastis justru terjadi pada tahun 2014. PNBP yang semula

berjumlah Rp6.558.617.750,- pada tahun 2013, meningkat menjadi

13.731.984.000,- pada tahun 2014 atau mengalami lonjakan sebesar 109%. Tentunya, kenaikan ini jauh melampaui target kenaikan PNBP yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 20%. Dengan kondisi tersebut, maka realisasi pencapaian sasaran sebesar 150% dengan realisasi anggaran sebesar 96,17%. Tercapainya sasaran peningkatan PNBP dari kegiatan wisata alam tidak terlepas dari diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2014 tentang tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian Kehutanan sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 1998 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Di dalam PP No. 12 Tahun 2014 ini, terdapat beberapa revisi terhadap harga karcis masuk ke dalam kawasan konservasi.

(40)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 24

Penetapan rayon pada kawasan TWA lingkup BBKSDA Jawa Barat juga mengalami perubahan. Sebelumnya, seluruh kawasan TWA lingkup BBKSDA Jawa Barat berada pada rayon I dengan harga harga karcis masuk sebesar Rp2.000/orang/hari. Saat ini, seluruh TWA termasuk rayon III dengan harga tiket masuk sebesar Rp5.000/orang/hari, kecuali TWA Pangandaran dan TB Masigit

Kareumbi yang masuk ke rayon II dengan tiket masuk sebesar Rp 10.000/orang/hari.

Dengan adanya peningkatan harga karcis, perubahan rayonisasi, serta peningkatan jumlah pengunjung, maka sangat wajar terjadi peningkatan PNBP dari kegiatan wisata alam di TWA Lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat pada tahun 2014 secara fenomenal dan jauh melebihi target yang telah ditetapkan. 11. Meningkatnya peran serta Kader Konservasi, Kelompok Pecinta

Alam, dan Kelompok Swadaya Masyarakat sebesar 2%

Kader konservasi dan Kelompok Pecinta Alam merupakan salah satu mitra Balai Besar KSDA Jawa Barat dalam pengelolaan kawasan konservasi. Kader konservasi dan Kelompok Pecinta Alam merupakan generasi muda yang diharapkan dapat memiliki pemahaman mengenai konservasi sehingga dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hal pelestarian lingkungan.

Kader konservasi dan Kelompok Pecinta Alam lebih jauh lagi diharapkan menjadi agen perubah yang dapat menularkan pengetahuan tentang pentingnya menjaga kelestarian alam kepada masyarakat luas. Dengan demikian, diharapkan semakin banyak masyarakat yang memiliki kesadartahuan tentang pentingnya konservasi bagi masa depan generasi yang akan datang.

Kegiatan yang biasanya dilaksanakan terkait dengan kader konservasi, kelompok pecinta alam, dan kelompok swadaya masyarakat antara lain:

1. Pembinaan kader konservasi dan pecinta alam;

2. Fasilitasi kader konservasi dan pecinta alam pada kegiatan Gempala Tk. Nasional;

3. Dukungan operasional tenaga penyuluh;

(41)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 25

Namun demikian, pada tahun 2014 beberapa kegiatan tersebut di atas tidak dapat dilaksanakan seperti pembinaan kader dan pecinta alam (karena mengalami penghematan) serta fasilitasi kader konservasi pada kegiatan Gempala Tk. Nasional (karena anggaran turun di akhir tahun). Sementara untuk evaluasi peran serta kadeer konservasi dan pecinta alam tetap dilakukan karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin dalam menilai kader konservasi dan pecinta alam terbaik di tingkat provinsi. Dikarenakan mengalami penghematan, anggaran untuk kegiatan hanya berjumlah Rp20.700.000,- dengan realisasi sebesar Rp13.240.000,- (63,96%).

Terlepas dari itu semua, peran para kader konservasi dalam turut serta membangun kawasan konservasi semakin meningkat. Tercatat ada 6 (enam) orang kader konservasi yang tergabung dalam FK3I terlibat secara aktif di dalam pengembangan Model Desa Konservasi sebagai fasilitator. Peran mereka sangat krusial dalam membimbing dan membina masyarakat, terutama dalam menguatkan kelembagaan MDK. Di samping itu, ada pula 2 (dua) orang anggota KPA Pajar Rimbawana yang secara aktif memberikan pendidikan konservasi dan lingkungan kepada masyarakat, terutama anak sekolah dengan mendirikan semacam taman bacaan konservasi dan memberikan penyuluhan ke sekolah-sekolah.

Dengan melihat kondisi tersebut di atas, selama tahun 2014, peran serta kader konservasi mengalami peningkatan sebesar 2,2% dari jumlah 360 orang, yaitu sekitar 8 orang. Peningkatan ini melebihi target yang ditetapkan yaitu 2%, sehingga persen pencapaian sasaran mencapai 110% dengan realisasi anggaran sebesar 63,96%.

Keberhasilan tersebut, tidak terlepas dari berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Balai Besar KSDA Jawa Barat, di antaranya:

1. Hampir setiap tahun Balai Besar KSDA Jawa Barat senantiasa

melaksanakan kegiatan pembinaan kader konservasi dan pecinta alam;

2. Pelibatan kader konservasi di dalam even-even yang dilaksanakan oleh Balai Besar KSDA Jawa Barat;

3. Adanya motivasi berupa penetapan Kader Konservasi dan Pecinta Alam terbaik lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat setiap tahunnya.

(42)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 26

12. Meningkatnya pengembangan promosi, informasi dan jasa

lingkungan sebanyak 1 Kegiatan

Balai Besar KSDA Jawa Barat mengelola sebanyak 50 kawasan konservasi yang tersebar di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Tentunya, masing-masing kawasan konservasi memiliki potensi dan karakteristik tersendiri, baik berupa flora, fauna, maupun ekosistemnya.

Potensi yang dimiliki oleh masing-masing kawasan sudah selayaknya disebarluaskan agar masyarakat secara luas mengetahui bahwa kawasan konservasi di samping memiliki fungsi yang penting sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, juga memiliki pesona dan keindahan alam tersendiri

sehingga dapat menggugah masyarakat untuk bangga dan turut

melestarikannya. Oleh karena itu, pengembangan promosi, informasi dan jasa lingkungan dalam pengelolaan kawasan konservasi diperlukan.

Beberapa kegiatan terkait dengan promosi dan informasi yang dilaksanakan pada tahun 2014 di antaranya:

1. Kegiatan pameran promosi wisata alam tingkat nasional;

2. Penyebaran informasi melalui media cetak dan elektronik.

Adapun anggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp308.435.000,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp249.800.000,- (80,99%).

Diharapkan melalui penyebaran informasi tersebut, dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat luas mengenai kawasan konservasi. Di samping itu, kunjungan masyarakat ke kawasan konservasi, khususnya taman wisata alam dapat meningkat dari tahun ke tahun. Kegiatan penyebaran informasi dan promosi dapat dilaksanakan sehingga capaian sasarannya sebesar 100% dengan realisasi anggaran sebesar 80,99%.

13. Meningkatnya kapasitas kelembagaan dengan klasifikasi lengkap

Balai Besar KSDA Jawa Barat merupakan Unit Pelaksana Teknis Departemen Kehutanan yang wilayah pengelolaannya meliputi Provinsi Jawa Barat dan Banten. Kelembagaan Balai Besar KSDA Jawa Barat secara lengkap terdiri dari :

1. Bagian Tata Usaha, berkedudukan di Bandung

(43)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 27 3. Bidang Wilayah I s/d III, berkedudukan di Bogor, Soreang, Ciamis.

4. Sub Bagian Umum, Sub Bagian Perencanaan & Kerjasama, Sub Bagian Data, Evlap & Humas, berkedudukan di Bandung

5. Seksi Pemanfaatan & Pelayanan, Seksi Perlindungan, Pengawetan dan Perpetaan, berkedudukan di Bandung

6. Seksi Konservasi Wilayah I s/d VI, berkedudukan di Serang, Bogor, Soreang, Purwakarta, Garut dan Tasikmalaya.

7. Dengan adanya implementasi Resort Based Management (RBM), pada tahun 2013 telah ditetapkan 22 resort pengelolaan wilayah yang tersebar di setiap seksi konservasi wilayah.

Sumber daya manusia (PNS, Honorer, Pegawai Harian) yang tersedia untuk mendukung pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangan Balai Besar KSDA Jawa Barat per Desember 2014 adalah sebanyak 287 orang. Sampai dengan akhir tahun 2014 semua gaji, tunjangan dan honor sudah dibagikan kepada seluruh pegawai lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat.

Pada tahun 2014 PNS lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat juga menerima gaji ke-13 dan kenaikan gaji sebesar 6%. Pemberian gaji ke-13 dan kenaikan gaji ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan meringankan biaya hidup Pegawai Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun/Tunjangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 Tahun 2014 tentang Pemberian Gaji/Pensiun/Tunjangan Bulan Ketiga Belas dalam Tahun Anggaran 2014 kepada Pegawai Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun/Tunjangan. Di samping itu, PNS Balai Besar KSDA Jawa Barat juga mendapatkan tunjangan kinerja sesuai dengan jabatan yang diembannya.

Pada tahun 2014 juga telah dibangun berbagai sarana dan prasarana dalam rangka menunjang tupoksi di antaranya adalah:

1. Pengadaan komputer, 10 unit;

2. Pengadaan printer, 10 unit;

3. Pengadaan perlengkapan pos terpadu di CA Rawa Danau, 1 Paket;

4. Pengadaan perlengkapan meubelair kantor balai, 1 paket;

(44)

Rencana Strategis BBKSDA Jabar 2015-2019 28

6. Pemagaran dan Penataan Landscape Rumah Dinas SKW V di Garut, 1

paket;

7. Pembuatan Pos Jaga di CA. Junghuhn, 1 paket.

Total anggaran yang disediakan untuk mendukung pencapaian sasaran ini sebesar Rp20.334.598.000,- dengan realisasi sebesar Rp18.954.235.573,- (93,21%). Jumlah anggaran yang besar bisa dipahami mengingat di dalamnya termasuk gaji dan honor pegawai, pemeliharaan kendaraan dan bangunan, serta pengadaan/ pembangunan sarana prasarana penunjang tupoksi.

Dengan melihat semakin baiknya kelengkapan kelembagaan Balai Besar KSDA Jawa Barat, maka sasaran berupa peningkatan kapasitas kelembagaan dengan klasifikasi lengkap telah teralisasi sehingga capaian sasaran ini sebesar 100% dengan realisasi anggaran sebesar 93,21%.

14. Tersusunnya program dan anggaran serta laporan evaluasi dan keuangan

Dokumen perencanaan yang meliputi Rencana Kerja (RO/RK, RKT dan RKAKL) serta Rencana Strategis 2010-2014 merupakan dokumen yang mendukung kelancaran pelaksanaan Tupoksi Balai Besar KSDA Jawa Barat sebagai pengelola kawasan konservasi di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Dengan perencanaan yang matang maka pelaksanaan kegiatan akan berjalan dengan lancar.

Sementara itu, dokumen Data Informasi dan Evaluasi yang meliputi Laporan Tahunan, Statistika, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan pelaporan dan pertanggungjawaban kegiatan yang telah dilaksanakan. Dokumen tersebut diperlukan sebagai bahan evaluasi dan peningkatan kinerja di tahun mendatang.

Guna mendukung pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, pada tahun 2014 telah dilaksanakan beberapa kegiatan berikut ini:

1. Penyusunan Laporan Keuangan & Barang Tingkat Satuan Kerja;

2. Penyusunan Laporan Keuangan & Barang Tingkat Wilayah;

3. Penyusunan Laporan BMN;

4. Penyusunan Laporan SPIP;

Gambar

Tabel 1 : Nama, Luas, dan Lokasi Kawasan Konservasi
Tabel 2 : Jenis Aset yang dimiliki BBKSDA Jawa barat s/d 31 Desember 2014
Tabel 3 : Kawasan Ekosistem Esensial lingkup Balai Besar KSDA Jabar
Tabel 4 : Hasil Monev Pendapatan Masyarakat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Strategis (Renstra) Balai POM di Pangkalpinang Tahun 2020-2024 memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan periode 2020-2024. Kegiatan yang

Cara mencapai tujuan dan sasaran Balai Besar Industri hasil Perkebunan (BBIHP) merupakan rencana menyeluruh dan terpadu dari upaya- upaya institusi, yang meliputi

Rencana strategis Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Makassar 2015 – 2019 merupakan penjabaran lebih lanjut dari Rencana Strategis Badan Karantina Pertanian

Upaya peningkatan kompetensi dan profesionalisme bagi sumberdaya manusia aparatur dan non aparatur pertanian, oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku

Tugas dan fungsi Pengawasan Obat dan Makanan yang dilaksanakan oleh Balai Besar POM di Banda Aceh adalah untuk mencapai 5 (lima) sasaran strategis, yaitu : 1) Meningkatnya

Ruang lingkup penyusunan Rencana Kinerja Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik tahun 2014 adalah sesuai dengan sasaran tahunan yang ditetapkan dalam Renstra Balai Besar

Perkembangan Jenis Gangguan dan Kerusakan Hutan Kawasan Konservasi di Wilayah Balai Besar KSDA Jawa Barat Tahun 2010 s/d 2015 .... Perkembangan Jenis Gangguan dan Kerusakan

a. Menjamin keselarasan antara sasaran umum, Strategi utama, tujuan dan sasaran kegiatan pelatihan pertanian dengan tujuan dan sasaran Badan penyuluhan dan Pengembangan SDM