• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN MASALAH. Menurut Branden (dalam Esri, 2004) perilaku seseorang mempengaruhi dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN MASALAH. Menurut Branden (dalam Esri, 2004) perilaku seseorang mempengaruhi dan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN MASALAH

II.1 Pengertian Harga diri (Self-Esteem (SE)) II.1.1 Definisi Harga diri (Self-Esteem)

Menurut Branden (dalam Esri, 2004) perilaku seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tingkat self esteem (SE) yang dimilikinya. SE memiliki banyak definisi yang sedikit banyak saling bertumpang tindih. Misalnya menurut Coopersmith (dalam Pohan, 2006) SE adalah penilaian yang dibuat oleh individu untuk menggambarkan sikap menerima atau tidak menerima keadaan dirinya, dan menandakan sampai seberapa jauh individu itu percaya bahwa dirinya mampu, sukses, dan berharga. Sejalan dengan teori tesebut, Baron & Byrne (dalam Esri, 2004) mengatakan bahwa SE adalah evaluasi yang dibuat oleh setiap orang; sikap umum dari seseorang untuk mempertahankan tentang diri mereka sendiri. Sementara itu Mussen (dalam Yanuar, 2004) menyatakan bahwa SE merupakan evaluasi diri individu terhadap kualitas dirinya yaitu suatu penilaian yang bersifat positif atau negatif yang dibuat oleh individu terhadap profil atribut mereka sendiri. Brehm (dalam Riyanti, 2005) melihat SE dari sisi yang lain. Menurutnya SE berhubungan dengan cara pendekatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap hidupnya. Orang yang mempunyai perasaan baik terhadap dirinya cenderung bahagia, sehat, sukses, dan mampu menyesuaikan diri. Namun orang yang menilai dirinya negatif mempunyai kecenderungan khawatir, takut, tidak sehat, depresi, pesimis mengenai masa depan dan cenderung melakukan kesalahan.

(2)

Berdasarkan definisi-definisi SE yang berbeda-beda dapat disimpulkan bahwa SE adalah penilaian secara umum yang dilakukan oleh seseorang mengenai dirinya sendiri baik itu penilaian yang bersifat positif maupun negatif yang akhirnya menghasilkan perasaan keberhargaan atau kebergunaan maupun ketidakberhargaan dan ketidakbergunaan diri dalam menjalani kehidupan.

II.1.2 Sumber Harga Diri (Self Esteem)

Banyak ahli yang membahas mengenai sumber SE. William James (dalam Lopez dan Synder, 2003), mengungkapkan bahwa SE dikembangkan melalui akumulasi dari berbagai pengalaman dimana keberhasilan seseorang melebihi tujuan mereka sebelumnya. Dengan kata lain SE sama dengan keberhasilan atau potensi-potensi yang dimiliki. Cooley (dalam Lopez dan Synder, 2003) berpendapat bahwa SE merupakan looking-glass self, sehingga penilaian diri dilihat sebagai sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sosial. Sedangkan menurut Mead (dalam Lopez dan Synder, 2003), SE merupakan gambaran dari proses interaksi simbolik (symbolic interactionism), dimana individu menginternalisaikan ide-ide dan perilaku-perilaku yang ditampilkan oleh seseorang yang sangat berpengaruh dalam kehidupannya. SE yang rendah disebabkan oleh adanya penolakan, diabaikan, dan direndahkan oleh seseorang yang berpengaruh tersebut. Sejalan dengan teori Mead, Coopersmith dan Rosenberg (dalam Lopez dan Synder, 2003), mengatakan bahwa penting bagi kita untuk mengukur bagaimana seseorang menilai dirinya melalui bagaimana mereka dilihat oleh orang lain yang berperan penting atau berpengaruh dalam kehidupan mereka, seperti teman sebaya, lingkungan masyarakat, dan anggota keluarga. Sumber SE lainnya juga dapat berasal dari nilai dan norma-norma budaya dimana individu itu dibesarkan.

(3)

II.1.3 Tingkatan Harga Diri (Self Esteem)

Pada umumnya SE hanya digolongkan sebagai SE yang positif dan SE yang negatif. Namun Coopersmith (dalam Yanuar, 2004) membagi SE kedalam tiga tingkatan, yaitu :

1. Self esteem tinggi

SE yang tinggi menunjukkan kemampuan dalam menghadapi tugas dan orang lain dengan penuh pengharapan akan sukses dan diterima. Individu ini juga memiliki pandangan yang lebih realistis dan positif terhadap lingkungan sekitarnya dan juga terhadap dirinya sendiri. Hal ini membuat dirinya dapat mengembangkan sikap percaya diri dan menerima diri apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.

2. Self esteem menengah

Individu dengan SE menengah digambarkan sebagai seorang yang memiliki kepercayaan diri yang agak lemah. Hal ini ditandai dengan adanya ketergantungan pada pendapat orang lain dalam melakukan evaluasi terhadap dirinya. Selain itu individu juga memiliki aspirasi yang lebih rendah dari pada mereka yang memiliki SE tinggi.

3. Self esteem rendah

Individu dengan SE yang rendah digambarkan sebagai orang yang tidak percaya pada dunia, disamping tidak adanya kepercayaan dan penghargaan terhadap dirinya sendiri. Individu ini akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain karena tidak adanya rasa percaya diri, baik terhadap lingkungannya maupun terhadap dirinya. Mereka cenderung akan bergantung pada sosok orang lain, terutama dengan orang yang dianggapnya kuat.

(4)

II.2 Dewasa Muda (Young Adulthood) dan Tugas Perkembangannya

Bee (1996) menyebutkan bahwa indiviu yang masuk ke dalam tahap perkembangan dewasa muda adalah mereka yang berusia antara 18 - 25 tahun. Pada tahap ini seseorang akan menyelesaikan pendidikan pada jurusan tertentu, dimana membutuhkan pembelajaran yang intensif dan pengingatan, berpisah dari orang tua dan membangun kehidupan yang mandiri, bekerja, menikah, dan menjadi orang tua, juga akan lebih sering berpindah dan mengubah pekerjaan serta menghasilkan perubahan kehidupan yang lebih tinggi dibandingkan pada waktu lainnya dalam hidup. Pendapat ini mirip dengan Dariyo (2008), yang mengatakan bahwa sebagian besar golongan dewasa muda telah menyelesaikan pendidikan sampai taraf akademi atau universitas dan kemudian mereka akan segera memasuki jenjang karier dalam pekerjaannya. Kehidupan psikososial dewasa muda akan semakin kompleks dibandingkan dengan remaja karena selain bekerja, mereka akan memasuki kehidupan pernikahan, membentuk keluarga baru, memelihara anak-anak, dan tetap harus memperhatikan orang tua mereka.

Perubahan-perubahan juga terjadi pada masa dewasa muda ini. Perubahan yang terjadi menurut Bee (1996) adalah perubahan kognitif dimana kemampuan kognitif ini meningkat di hampir setiap pengukuran. Perubahan yang kedua adalah perubahan peran keluarga dan gender, dimana akan menikah dan mengetahui secara jelas mengenai perbedaan peran antara pria dan wanita. Ketiga, perubahan hubungan juga terjadi, dimana lebih menekankan pada hubungan pertemanan dan percintaan. Perubahan keempat adalah perubahan kepribadian yang di tahap dewasa muda ini berada di tahap intimasi atau keintiman dimana seseorang akan menemukan diri dalam diri orang lain. Jika para dewasa muda membentuk persahabatan yang sehat dan hubungan akrab dengan orang lain, keintiman ini akan

(5)

tercapai (Santrock, 2007). Perubahan terakhir adalah mengenai tugas-tugas dari dewasa muda, yaitu berpisah dari keluarga, memulai kehidupan berkeluarga, mencari kerja, dan menciptakan pola kehidupannya sendiri.

Menurut Havinghurst (dalam Dariyo, 2008), ada empat tugas perkembangan dewasa muda. Tugas yang pertama adalah mencari dan menemukan pasangan hidup. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun kehidupan rumah tangga selanjutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Tugas yang kedua adalah membina kehidupan rumah tangga. Pada usia ini sebagian besar dari mereka telah meyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SMU (Sekolah Menengah Umum) atau universitas. Setelah itu mereka akan memasuki dunia kerja guna mengejar karier mereka. Dari sini, mereka akan mempersiapkan dan membuktikan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi kepada orang tua. Sikap mandiri ini juga merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu mereka juga harus mampu membangun, membina dan menyesuaikan diri dalam kehidupan berumah tangga. Serta juga mampu mendidik anak-anak mereka kelak dan tetap menjaga hubungan baik dengan kedua orang tua maupun saudara.

Tugas yang ketiga adalah meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga. Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU (Sekolah Menengah Umum) atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka berupaya menekuni karier dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa depan

(6)

keuangan yang baik. Apabila mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebaliknya, apabila mereka tidak cocok antara minat atau bakat dengan jenis pekerjaannya, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan lain yang sesuai dengan mereka. Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang meyala-nyala dan penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja.

Terakhir adalah tugas yang keempat yaitu menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini diwujudkan dengan cara-cara, seperti (1) mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan, (2) membayar pajak, (3) menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat dengan mengendalikan diri agar tidak tercela di mata masyarakat, dan (4) mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan di masyarakat. Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma sosial-budaya yang berlaku di masyarakat.

II.2.1 Harga Diri (Self Esteem) Pada Dewasa Muda

Pada usia dewasa muda ini, orang telah memiliki pekerjaan yang stabil, keluarga, dan hubungan percintaan, dikarakteristikan dengan pencapaian prestasi puncak dan memiliki kontrol akan diri sendiri dan lingkungannya (Erickson & Levinson dalam Orth, Robins, dan Trzesniewski,2010 ). Selama tugasnya ini, individu meningkatkan posisi pekerjaan dalam status dan kekuasaan, di mana hal ini dapat meningkatkan SE (Dannefer dalam Orth, Robins, dan Trzesniewski, 2010). Menurut Crocker dan Wolfe (Dannefer, 1984, dikutip oleh Orth, Robins, dan

(7)

Trzesniewski, 2010), positif SE akan didapat apabila individu mampu melihat dan mengenal dirinya sendiri pada masa perkembangan, dari pada adanya penghargaan dari luar dirinya.

Ada tiga variabel yang dapat mempengaruhi SE. Variabel pertama adalah variabel demografis, dimana perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap SE. Hal ini paling banyak terjadi pada usia remaja dan dewasa sedangkan tidak berpengaruh besar pada usia tua. Etnik juga berpengaruh terhadap SE, sama seperti status sosial ekonomi yang meliputi tingkat pendidikan, pendapatan, dan gengsi pekerjaan. Status sosial ekonomi dapat mempengaruhi SE karena status dan kekayaan dapat mempengaruhi persepsi seseorang tentang nilai dirinya.

Variabel berikutnya adalah hubungan dengan diri sendiri dan sesama. Hubungan interpersonal memiliki pengaruh yang penting dalam perkembangan SE. Misalnya perasaan mengenai diri sendiri ditentukan oleh persepsi individu tentang perasaan pasangannya terhadap diri mereka. Hubungan dengan teman dan keluarga juga dapat mempengaruhi SE. Selain itu, pernikahan dan hubungan yang saling mendukung juga mampu meningkatkan SE. Variabel yang terakhir adalah kesehatan. Penelitian mengatakan bahwa kesehatan fisik mempengaruhi SE seseorang.

II.3 Pengertian produk bermerek

Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan (M. Tohar, 2000). Hampir semua yang termasuk produksi merupakan benda nyata yang dapat dilihat, diraba, dan dirasakan. Sedangkan menurut Nafarin(2007), produk adalah hasil produksi yang dalam arti luas meliputi barang dan jasa.

(8)

Merek menurut David A. Aaker (dalam Rangkuti, 2002) adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap, atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau kelompok penjual tertentu. Sedangkan menurut William J. Stanton (dalam Rangkuti, 2002) merek adalah nama, istilah, simbol, atau desain khusus atau beberapa kombinasi unsur-unsur ini yang dirancang untuk mengidentifikasi barang atau jasa yang ditawarkan oleh penjual.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, maka merek mempunyai dua unsur yaitu, brand name yang terdiri dari huruf-huruf atau kata-kata yang dapat terbaca, serta brand mark yang berbentuk simbol, desain, motif atau warna tertentu yang spesifik. Kedua unsur ini berguna untuk membedakan satu produk dari produk pesaingnya juga berguna untuk mempermudah konsumen dalam mengenali atau mengidentifikasi barang atau jasa yang hendak dibeli.

II.4 Pengertian Produk Tiruan

Produk tiruan di Indonesia dikenal juga dengan istilah kwalitet (KW). Menurut Aprilins (2010) “barang KW” adalah sebuah barang yang diproduksi sebagai tiruan, replika, atau imitasi dari barang lain. “Barang KW” ini bukan hanya diproduksi sebagai tiruan atau replika merek terkenal saja, tetapi juga untuk semua merek. “Barang KW” diproduksi tanpa menggunakan hak merek yang bersangkutan, para produsen membuatnya dengan cara seperti meniru saja. Oleh karena itu secara sederhana dapat dikatakan bahwa “barang KW” adalah barang palsu. Tingkatan paling umum “barang KW” adalah “KW 1”, “KW 2”, dan “KW super”. Harga barang KW yang paling mahal dan memiliki kualitas mirip dengan aslinya adalah KW super.

(9)

II.5 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang muncul adalah sebagai berikut : “Bagaimanakah self esteem mahasiswi ketika menggunakan tiruan tas bermerek?”

II.6 Hipotesis

H1 : Individu yang sedang menggunakan tiruan tas bermerek memiliki tingkat self esteem yang tinggi.

H0 : Individu yang sedang menggunakan tiruan tas bermerek tidak memiliki tingkat self esteem yang tinggi.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut para penganut paradigma critical theory et al, keadilan justru dapat tercapai ketika, demi memenuhi rasa keadilan masyarakat, hukum harus ditafsir secara

 Capaian persentase perkara pidana Perikanan yang tidak mengajukan upaya hukum banding sebesar 0% diperoleh dari perbandingan realisasi (0%) dengan target yang

1 Fayzah Dhabit Akib Office Manager 1 36 36 Person/Months 6,5 1 7,5 28,5. 2

Dengan demikian bahwa pemanfaatan protein sebagai sumber energy tidak efisien dan efektif, hal ini terlihat pada perlakuan pakan A dan B (bekicot dan keong mas) mempunyai

Tujuannya adalah melihat secara komprehensif strategi kampanye komunikasi ASI Eksklusif yang dilakukan oleh AIMI Jateng dikota Semarang.. Penelitian ini menggunakan

Jenis elektroda ini adalah jenis elektroda selaput selulosa yang dapat dipakai untuk pengelasan dengan penembusan yang dalam. Pengelasan dapat pada segala posisi dan terak yang

Selain itu, ada beberapa keuntungan yang diperoleh ketika menggunakan permainan dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu: memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan

Berdasarkan hasil dan analisis, (1) Bentuk pelanggaran maksim kesantunan berbahasa yang terdapat dalam Fesbukers di Antv mencakup maksim kebijaksanaan, maksim