PERANCANGAN PRODUK MEJA DAN KURSI ALAT BANTU
MENCANTING YANG ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE
ERGONOMIC FUNCTION DEPLOYMENT (EFD)
Ilham Shalahuddin Afif, Jazuli, Rindra Yusianto
Alumni Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro Semarang
Email:
[email protected]
,
[email protected]
,
[email protected]
Intisari
Pengrajin batik tulis di Jawa Tengah melewati beberapa proses untuk membuat kain batik tulis. Dalam menjalani proses tersebut, membutuhkan waktu yang lama yaitu 2-3 minggu hingga menghasilkan suatu kain batik tulis yang indah dengan motif penuh. Namun dengan waktu yang lama tersebut tidak diiringi dengan penggunaan stasiun kerja batik tulis yang baik dan memperhatikan kenyamanan pekerja. Terbukti dengan analisa RULA yang menghasilkan nilai 7. Metode
Ergonomic Function Deployment (EFD) digunakan untuk mendapatkan desain produk yang baik dan memiliki ukuran
yang nyaman digunakan bagi pengrajin batik tulis. Untuk perancangan stasiun kerja batik tuliis yang ergonomis maka dilakukan perhitungan antropometri dengan data Rentangan tangan untuk panjang gawangan meja dengan ukuran 143 cm, data tinggi siku duduk untuk tinggi penyangga gawangan cantng dengan ukuran 70 cm, data tinggi popliteal duduk untuk tinggi kursi dengan ukuran 43 cm. Hasil implementasi perbandingan sebelum dan sesudah menggunakan stasiun kerja canting yang ergonomis dengan menggunakan Nordic Body Map diperoleh penurunan keluhan pekerja canting yang berarti kenyamanan yang dirasakan oleh para pekerja canting meningkat. Hasil ini menunjukkan ukuran dan desain stasiun kerja canting yang nyaman untuk pekerja.
Kata Kunci : Batik Tulis, Ergonomi, Ergonomic Function Deployment (EFD)
Abstract
Batik artisans in Central Java passing through several processes to make batik cloth. In going through the process, takes a long time is 2-3 weeks to produce a beautiful batik cloth with a full motif. But with such a long time is not accompanied by the use of work stations batik good and attention to worker comfort. Evidenced by Rula analysis that produces a score of 7. The method Ergonomic Function Deployment (EFD) is used to get a good product design and have a comfortable size used for batik artisans. For the design of batik’s work stations ergonomic then be calculated anthropometric data Spanning hand for long gawangan table with a size of 143 cm, high data elbow sitting on high buffer gawangan cantng with size 70 cm, high data popliteal sitting on a high chair with a size of 43 cm , The results of the implementation of the comparison before and after using canting ergonomic work station using Nordic Body Map obtained a decrease in worker complaints canting means comfort perceived by workers canting increases. These results indicate the size and design of work stations canting convenient for workers.
Keywords: Batik, Ergonomics, Ergonomic Function Deployment (EFD)
1. PENDAHULUAN
Pembinaan Industri Kecil Menengah (IKM) Pengrajin Batik merupakan salah satu program kerja Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Provinsi Jawa Tengah Seksi Industri Logam dan Tekstil. Data tahun
2013 yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa terdapat 1.611 unit industri batik (Disperindag,
2013). Beberapa diantaranya ada Batik Semarangan, Batik Cantingmas, Batik Semarang 16 dan Batik Pasha. Pembuatan batik tulis sendiri melewati beberapa proses, pada awalnya dilakukan proses ngemplong. Kemudian dilanjutkan dengan pengeloyoran. Setelah itu dilanjutkan proses nyorek atau memola, yaitu proses menjiplak atau membuat pola di atas kain mori dengan cara meniru pola motif yang sudah ada, atau biasa disebut dengan ngeblat. Selanjutnya masuk ke tahapan mencanting. Selanjutnya masuk ke proses nembok. Tahap akhir masuk ke proses nglorot. Dari semua proses tahapan di atas penulis ingin meneliti masalah mengenai beban kerja yang ada di proses kerja mencanting.
Pembatik duduk menghadap kain yang diletakkan pada gawangan yang terbuat dari kayu. Dapat dilihat pada gambar 1 ketinggian kursi ± 30 cm dan gawangan pembatik ± 70 cm. Sehingga pada gambar 2 dapat dilihat postur janggal yang ditandai oleh lingkaran oranye. Dimana saat membatik pembatik duduk membungkuk, tangan kanan memegang alat canting dan tangan kiri memegang bagian bawah kain. Posisi kerja seperti ini cukup lama, ± 8 jam sehari. Kondisi ini menyebabkan pembatik mudah merasa lelah dan
keluhan ketidaknyamanan maupun pegal pada tubuh bagian leher, bahu, pinggang, lutut dan kaki. Dimana pada bagian anggota tubuh tersebut geraknya terbatas dan harus menahan pada posisi yang tidak ergonomis dalam waktu yang cukup lama.
Hasil survey awal yang dilakukan terhadap 15 responden pembatik tulis ternyata kegiatan mencanting menimbulkan keluhan musculosketal dan kelelahan. Dilihat dari sisi keluhan musculosketal yaitu 100% sakit pada bahu kanan dan pinggang, 73% sakit pada punggung dan pantat, 60% sakit pada leher bawah dan tangan kanan, 47% sakit pada leher bawah, lutut kiri, lutut kanan dan pergelangan kaki kanan, 33% sakit pada betis. Dilihat dari kelelahan yaitu : 33% kelelahan akibat kegiatan mencanting, 47% kelelahan akibat postur tubuh yang tidak baik saat melakukan aktivitas mencanting, 20% kelelahan akibat lingkungan kerja. Berdasarkan kenyataan tersebut maka penulis melakukan penelitian dengan menerapkan prinsip antropometri ergonomis pada pembatik tulis tentang perancangan kursi dan meja untuk alat bantu batik tulis.
2. METODOLOGI PENELITIAN Gambar 1. Desain Alat Bantu Meja dan
Kursi Mencanting Saat Ini
Gambar 2. Postur Janggal Pekerja Saat Mencanting
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil observasi yang dilakukan di IKM Batik “Canting Mas”, Batik “Semarangan”, Batik “Semarang 16”, Batik “Pasha”. Menunjukkan hasil sebagai berikut.
Dari data tersebut, kemudian langkah selanjutnya diberikan kuesioner tingkat kepentingan konsumen dan tingkat kepuasan konsumen.
1. Tingkat Kepentingan Konsumen
Pada tingkat ini bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan konsumen yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana konsumen memberikan penilaian atau harapan dari kebutuhan konsumen yang ada. Hasil untuk kepentingan konsumen terhadap atribut produk yang akan dibuat adalah sebagai berikut:
2. Tingkat Kepuasan Konsumen
Pada tahap ini mmenentkuan tingkat kepentingan konsumen yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana konsumen memberikan penilaian atau harapan dari kebutuhan konsumen yang ada. Hasil untuk kepuasan konsumen terhadap atribut produk yang sudah ada adalah sebagai berikut:
3. Nilai Target (Goal)
Pada tahap ini, nilai target ditentukan oleh pihak perusahaan yang menunjukkan target nilai target yang akan dicapai untuk tiap kebutuhan konsumen. Berikut ini adalah hasil Nilai Target untuk produk Stasiun Kerja Canting yang Ergonomis:
4. Rasio Perbaikan (Iprovement Ratio)
Pada tahap ini, rasio perbaikan digunakan untuk membandingkan antara nilai target yang akan dicapai (goal) pihak perusahaan dengan tingkat kepuasan konsumen terhadap suatu produk. Berikut ini adalah hasil Nilai Rasio Perbaikan untuk produk Stasiun Kerja Canting yang Ergonomis:
Tabel 1. Hasil Kuisioner NBM
Tabel 2. Tabel Nilai RULA
Tabel 3. Rekap Data Hasil Tingkat Kepentingan
Tabel 4. Rekap Data Hasil Tingkat Kepuasan
5. Titik Jual (Sales Point)
Pada tahap ini, titik jual digunakan untuk mengetahui kontribusi suatu kebutuhan konsumen terhadap daya jual produk. Berikut ini adalah hasil Nilai Titik Jual untuk produk Stasiun Kerja Canting yang Ergonomis:
6. Raw Weight
Pada tahap ini, Raw weight digunakan untuk mengetahui nilai keseluruhan dari data-data yang dimasukkan dalam Planning Matriks tiap kebutuhan konsumen untuk proses perbaikan selanjutnya dalam pengembangan produk. Berikut ini adalah hasil Nilai
Raw Weight untuk produk Stasiun Kerja Canting yang
Ergonomis:
7. Normalized Raw Weight
Pada tahap ini, Normalized Raw Weight merupakan nilai dari Raw weight yang dibuat dalam skala 0-1 atau dibuat dalam bentuk presentase. Berikut ini adalah hasil Nilai Normalized Raw Weight untuk produk Stasiun Kerja Canting yang Ergonomis:
8. Technical Responses
Pada tahap ini, Technical Responses berisi data atau informasi teknis yang digunakan perusahaan untuk mendeskriptifkan kinerja dari produk atau jasa yang disediakannya. Cara yang dapat digunakan untuk menentukan isi dari matrik ini adalah dengan menentukan dimensi dan cara mengukurnya, dengan melihat fungsi produk atau jasa tersebut dan subsistemnya. Sementara itu untuk ukuran kinerja di bidang jasa dapat menggunakan pendekatan proses atau jalannya proses dari pelayanan jasa tersebut dari awal
Tabel 6. Improvement Ratio
Tabel 7. Sales Point
Tabel 8. Raw Weight
hasil Technical Responses untuk produk Stasiun Kerja Canting yang Ergonomis:
Tahapan selanjutnya adalah menyusun House
Of Ergonomic (HOE) berdasarkan hasil olah data yang
telah dilakukan sebelumnya. Berikut hasil penyusunan HOE Stasiun Kerja Canting yang Ergonomis:
Tahapan selanjutnya adalah melakukan penentuan antropometri sebagai dasar dimensi ukuran produk. Berikut tabel rekap data antropometri yang diambil:
Tahapan terakhir adalah melakukan perancangan desain dengan mempertimbangkan dan mengolah data yang diperoleh. Adapun data yang diperoleh terkait dengan kebutuhan konsumen, target spesifikasi dan data antropometri. Berikut hasil perancangan desain produk stasiun kerja canting ergonomis.
Tabel 10. Technical Responses
3.95 2.47 1.6 9.452.47 3.62 3.79 2.681.41 8.022.68 3.42 4.05 2.791.45 8.8 2.79 3.42 4.11 2.211.86 11.42.21 3.95 4.16 2.261.84 11.52.26 3.74 4.05 2.841.43 8.672.84 3.53 4.26 2.421.76 11.32.42 3.68 3.79 2.631.44 8.192.63 3.42 4 2.321.73 10.42.32 3.79 4.16 2.371.76 11 2.37 3.42 2.04 1.7 1.892.22 1.83 1.77 11.5 0.11 0.09 0.090.11 0.06 0.11 2 6 3 1 4 5 1 2 3 4 5 Im p ro v em en t R a ti o R a w We ig h t 8 t ahun 20 t ahun Contribution M em ba nt u pe ngr aj in m engha si lka n pr oduk de nga n l ebi h c epa t P engr aj in nya m an da la m m engguna ka n pr oduk A w et da n t aha n l am a
Alat bantu canting mudah dalam perawatan
Alat bantu canting memiliki bahan yang kuat dan awet
P roduc t C ha ra ct er is tic Im por ta nc e t o C us tom er T er da pa t a re a khus us unt uk m enc ant ing da n kom por c ant ing M engguna ka n ba ha n ya ng kua t da n s endi m at i pa da r angka ut am a pr oduk
Alat bantu canting memiliki ukuran yang nyaman digunakan
Normalized Contribution Urutan Prioritas C u st. S ta ti sti c P er fo rm a n ce U kur an ga w anga n 129 x 92 c m , tinggi duduk kur si 43 c m H ar ga < R p 2.500.000,-Target Spec A re a m en ca n ti n g 1 2 5 x 6 0 c m , k o m p o r 2 0 x 2 0 c m M odul us E la st is ita s ka yu 10 x 10^ 9 N /m 2, <106 kg/ cm 2 ¾ l ebi h c epa t H ar ga s es ua i de nga n kua lit as pr oduk
Alat bantu canting mudah dalam pengoperasian
Alat bantu canting memiliki konstruksi yang kuat
Alat bantu canting memiliki kapasitas maksimal
Alat bantu canting memiliki desain yang ergonomis
Product Requirements
Alat Bantu Canting Lama
Alat Bantu Canting Ergonomis Gambar Alat Bantu Canting
Competitive Analysis ( 0 = worst, 5 = best ) A la t B ant u C ant ing ya ng S uda h A da A la t B ant u C ant ing E rgonom is
Alat Bantu Canting yang Sudah Ada Alat Bantu Canting Ergonomis
Alat bantu canting memiliki tingkat keamanan yang baik Alat bantu canting dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal Alat bantu canting memiliki harga yang terjangkau
Tabel 11. House Of Ergonomic Gambar 3. Tampak Muka Produk
Tahapan selanjutnya setelah perancangan desain produk. Pembuatan produk dan implementasi produk pada IKM Batik Tulis. Dari tahap Implementasi didapatkan hasil sebagai berikut:
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Kuisioner Nordic Body Map awal, diketahui keluhan musculosketal yang dialami oleh pembatik canting yaitu 100% sakit pada bahu kanan dan pinggang, 73% sakit pada punggung dan pantat (bottom), 60% sakit pada leher bawah dan tangan kanan, 47% sakit pada leher atas, lutut kiri, lutut kanan dan pergelangan kaki kanan, 33% sakit pada betis kanan dan pantat (buttock). Setelah dilakukan Analisa beban kerja tubuh menggunakan RULA, didapatkan nilai RULA sebesar 7, dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa stasiun kerja canting yang digunakan oleh pembatik tulis saat ini tidak ergonomis. 2. Dari pengolahan model Ergonomic Function
Deployment, variabel yang menjadi prioritas perancangan produk yaitu pengrajin nyaman menggunakan produk dengan ukuran gawangan 129 x 92 cm dan tinggi duduk kursi 43 cm, Terdapat area khusus untuk mencanting ukuran 125 x 60 cm dan kompor canting ukuran 20 x 20 cm, Membantu pengrajin menghasilkan produk hingga ¾
Gambar 5. Tampak 3 Dimensi Produk
Gambar 6. Tahap Implementasi Produk
Tabel 12. Hasil Benchmarking Nordic Body Map Alat yang Lama dan Alat yang Ergonomis
Tabel 12. Hasil Benchmarking RULA Alat yang Lama (Atas) dan Alat yang Ergonomis (Bawah)
lebih cepat, Harga sesuai dengan kualitas produk yaitu < Rp 2.500.000,- , Awet dan tahan lama dimana produk dapat bertahan 8 hingga 20 tahun, Menggunakan bahan yang kuat yaitu kayu dengan ME 10x〖10〗^9 N/m^2 dengan daya tahan beban < 106 kg/cm2. Setelah dilakukan penerapan produk Stasiun Kerja Canting yang Ergonomis, mengalami peningkatan kenyamanan kerja yang ditunjukkan dengan berkurangnya keluhan musculoskeletal yang dialami oleh pembatik tulis, seperti terlihat pada tabel 4.27 dimana saat menggunakan stasiun kerja yang lama keluhan pada bahu kanan dan pinggang yaitu 100%, setelah menggunakan stasiun kerja canting yang ergonomis keluhan pada bagian tersebut berkurang menjadi 73%, begitu pula dengan bagian tubuh lainnya. Dilihat dari analisa RULA juga mengalami peningkatan perbaikan postur kerja, saat menggunakan stasiun kerja canting yang lama, didapatkan score RULA yaitu 7, dimana diperlukan investigasi dan pergantian produk secara segera, sedangakan saat menggunakan stasiun kerja canting yang ergonomis, didapatkan score RULA yaitu 2, yang berarti postur kerja sudah baik dengan menggunakan produk tersebut.
5. DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. 1991. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Dan Prosedur.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Astutik, R, 2015. PERANCANGAN MEJA KERJA KHUSUS RECYCLE SAMPAH ELEKTRONIK YANG ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE ERGONOMIC FUNCTION DEPLOYMENT (EFD). Universitas Dian Nuswantoro.
Azwar, S. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Buwono Budiasto, B. 2016. Industri Batik Jateng Tumbuh 10 Persen. Jawa Tengah: Tribun Jateng.
Kotler dan Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi 12, Jilid 1. PT.Indeks, Jakarta.
MacLeod, D., 2000, The Ergonomics Manual, Comprehensive Loss Management,
Inc., Minneapolis.
Notoatmodjo, S. 2013. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta. Jakarta.
Nurmianto, E. 1996. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Guna Widya, Jakarta.
Nurmianto, E, 1998, Ergonomi;Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi I. Cetakan II. Guna Widya. Jakarta. Nurmianto, E. 2004. Ergonomi: Konsep dasar dan aplikasinya. Guna Widya. Surabaya.
Peter, V. 2000. Musculoskeletal Disorders, {citid 2013 june 12}. Available from:
http://www.csao.org/uploadfiles/magazine/vol.11no3/m usculo.html
Raymundus, E. 2013. Rancang Bangun Meja Tata Cara Kerja yang Ergonomis Berdasarkan Data Antropometri untuk Praktikum Pengukuran Waktu Kerja. Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Santoso, G. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta. Sastrowinoto, S. 1985. Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Siswiyanti; & Luthfianto, S. 2011. Beban Kerja dan Keluhan Sistem Musculoskeletal pada Pembatik Tulis di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal. Universitas Pancasakti Tegal.
Suma’mur, P.K. 1992. Higine Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta:
CV Haji Mas Agung.
Tarwaka, B. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. UNIBA Press:Surakarta.
Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran. Edisi 3. ANDI: Yogyakarta.
Tayyari, F., and J.L., Smith. 1997. Occupational Ergonomic Principles and Applications.T.J. Press Ltd, Great Britain.
Ulrich, K.T. & Steven D.E. 2001. Perancangan & Pengembangan Produk. Salemba Teknika. Jakarta. Wignjosoebroto, S. 2008. Ergonomi- Studi Gerak dan Waktu. Guna Widya:Surabaya.