• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN MEJA PENCEKAM DAN KURSI GUNA MEMPERBAIKI POSTUR KERJA BERDASARKAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI DI LATHAN FURNITURE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN MEJA PENCEKAM DAN KURSI GUNA MEMPERBAIKI POSTUR KERJA BERDASARKAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI DI LATHAN FURNITURE"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERANCANGAN MEJA PENCEKAM DAN KURSI GUNA

MEMPERBAIKI POSTUR KERJA BERDASARKAN

PENDEKATAN ANTHROPOMETRI DI LATHAN

FURNITURE

Skripsi

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

FITRI PRASETYANINGRUM

I 1305031

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi :

PERANCANGAN MEJA PENCEKAM DAN KURSI GUNA

MEMPERBAIKI POSTUR KERJA BERDASARKAN

PENDEKATAN ANTHROPOMETRI DI LATHAN

FURNITURE

Ditulis oleh: Fitri Prasetyaningrum

I 1305031

Mengetahui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Taufiq Rochman, STP, MT Irwan Iftadi, ST, M.Eng NIP 19701030 199802 1 001 NIP 19700404 199603 1 002

Ketua Program S-1 Non Reguler Jurusan Teknik Industri

Fakultas Teknik UNS

Taufiq Rochman, STP, MT NIP. 19701030 199802 1 001

Pembantu Dekan I Ketua Jurusan

Fakultas Teknik Teknik Industri UNS

Ir. Noegroho Djarwanti, MT Ir. Lobes Herdiman, MT NIP 19561112 198403 2 007 NIP 19641007 199702 1 001

(3)

iii

LEMBAR VALIDASI

Judul Skripsi :

PERANCANGAN MEJA PENCEKAM DAN KURSI GUNA

MEMPERBAIKI POSTUR KERJA BERDASARKAN

PENDEKATAN ANTHROPOMETRI DI LATHAN

FURNITURE

Ditulis oleh: Fitri Prasetyaningrum

I 1305031

Telah disidangkan pada hari Rabu tanggal 21 April 2010

Di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan

Dosen Penguji

1. Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT NIP. 19760122 199903 2 001

2. Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT NIP. 19791005 200312 1 003

Dosen Pembimbing

1. Taufiq Rochman, STP, MT NIP. 19701030 199802 1 001

2. Irwan Iftadi, ST, M.Eng NIP. 19700404 199603 1 002

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

ORISINALITAS KARYA ILMIAH

Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Fitri Prasetyaningrum

Nim : I 1305031

Judul tugas akhir : Perancangan Meja Pencekam Dan Kursi Guna Memperbaiki Postur Kerja Berdasarkan Pendekatan Anthropometri Di Lathan Furniture

Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun tidak mencontoh atau melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika terbukti bahwa Tugas Akhir yang saya susun mencontoh atau melakukan plagiat dapat dinyatakan batal atau gelar Sarjana yang saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau dicabut.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup menanggung segala konsekuensinya.

Surakarta, 27 April 2010

Fitri Prasetyaningrum I 1305031

(5)

v

SURAT PERNYATAAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Fitri Prasetyaningrum

Nim : I 1305031

Judul tugas akhir : Perancangan Meja Pencekam Dan Kursi Guna Memperbaiki Postur Kerja Berdasarkan Pendekatan Anthropometri Di Lathan Furniture

Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun sebagai syarat lulus Sarjana S1 disusun secara bersama-sama dengan Pembimbing 1 dan Pembimbing 2. Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian dari Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk publikasi dari proceeding, jurnal, atau media penerbit lainnya baik di tingkat nasional maupun internasional sebagaimana mestinya yang merupakan bagian dari publikasi karya ilmiah

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surakarta, 27 April 2010

Fitri Prasetyaningrum

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir dengan judul “Perancangan Meja Pencekam Dan Kursi Guna memperbaiki Postur Kerja Berdasarkan pendekatan Anthropometri Di Lathan Furniture“ dapat diselesaikan untuk memenuhi syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan penelitian ini, penulis berharap dapat memberi masukan secara umum bagi Lathan Furniture dan khususnya bagi pekerja di stasiun perakitan..

Tidak lupa pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya atas pihak- pihak yang turut membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, yaitu :

1. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS.

2. Bapak Taufiq Rochman, STP, MT selaku pembimbing I, atas segala bimbingan, arahan, motivasi, pengertian dan doa.

3. Bapak Irwan Iftadi, ST, M.Eng selaku pembimbing II, atas segala bimbingan, arahan, motivasi, pengertian dan doa.

4. Bapak Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT selaku penguji, atas kesediaannya memberikan masukan, gagasan dan saran atas perbaikan tugas akhir ini. 5. Ibu Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT selaku penguji, atas kesediannya dalam

membimbing, mengarahkan dan memberikan ide maupun gagasan dalam hal perbaikan dalam tugas akhir ini.

6. Bapak Supaham, Ibu Tatik Tri Suharni selaku orang tua saya, Bapak Sutanto selaku kakek saya yang selalu memberi dukungan dan doa yang tak pernah putus sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.

7. Adekku Desti trimakasih atas doa dan dukungan slama pembuatan Tugas Akhir ini.

(7)

vii

8. My Honey “Muhammad Hanafi” yang selalu memberi dukungan, bantuan, bimbingan, arahan, dan doa dalam penyelesaian tugas akhir ini.

9. Bang Sunar yang telah membantu aku dalam penyelesaian tugas akhir ini. 10. Temen-temen kos pondok baru 5 afla, laras, darmani, janti, devi, dan lain-lain

terimakasih atas doa dan dukungannya.

11. Bapak Purwanto beserta pekerja di Lathan Furniture yang membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.

12. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti, Pak Agus , dan semua tim TU, terima kasih atas segala urusan administrasi selama kuliah di teknik industri ini. 13. Teman-teman Teknik Industri angkatan 2005, yang selalu mendukung dan

membantuku, kalian semua teman-teman terbaikku.

14. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun yang dapat membantu penulis di masa yang akan datang. Semoga apa yang penulis sampaikan dalam laporan ini dapat berguna bagi penulis, rekan-rekan mahasiswa maupun semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta, 27 April 2010

(8)

viii ABSTRAK

Fitri Prasetyaningrum, NIM: I1305031, PERANCANGAN MEJA PENCEKAM DAN KURSI GUNA MEMPERBAIKI POSTUR KERJA BERDASARKAN PENDEKATAN ANTHOPOMETRI DI LATHAN FURNITURE. Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, April 2010.

Aktivitas kerja pada stasiun perakitan kursi makan kursi makan di Lathan Furniture masih sederhana.. Berdasarkan hasil kuesioner Nordic Body Map yang disebarkan kepada lima orang pekerja diketahui pekerja mengalami cidera otot pada bagian leher bawah (80%), bahu (20%), punggung (40%), pinggang kebelakang (40%), pinggul kebelakang (20%), pantat (20%), paha (40%), lutut (60%), dan betis (80%). Dan berdasarkan Penilaian postur kerja dengan metode Rapid Entire Body Assesment pada aktivitas menganyam sandaran kursi bagian belakang, membalik kursi dan menaruh kursi setelah dibalik berada dalam level tinggi dengan skor REBA 11, 9, dan 8. Sedangkan gerakan yang termasuk level sedang yaitu saat menganyam sandaran kursi bagian depan, menganyam sisi-sisi pada kaki kursi, dan menganyam kaki kursi dengan skor REBA 4, 5, dan 4. untuk memperbaiki postur kerja saat ini, maka perlu dirancang meja pencekam dan kursi berdasarkan pendekatan anthropometri.

Dari hasil penilaian postur kerja dengan metode REBA, postur kerja pekerja mengalami perbaikan setelah menggunakan fasilitas kerja hasil rancangan. Pada gerakan menganyam sandaran depan mengalami penurunan level dari level 2 ke level 1, gerakan menganyam sandaran belakang mengalami penurunan level yaitu dai level 3 ke level 2, gerakan menganyam kaki kursi juga mengalami penurunan level yaitu dari level 2 ke level 1. Dapat disimpulkan bahwa meja pencekam dan kursi yang dibuat dapat memperbaiki postur kerja yang ada saat ini.

Kata Kunci: cidera otot, postur kerja, meja pencekam, dan kursi xix + 139 halaman; 59 tabel, 45 gambar, 1 lampiran,

(9)

ix ABSTRACT

Fitri prasetyaningrum, NIM: I1305031. DESIGN CHUCK TABLE AND CHAIR FOR IMPROVING WORK POSTURE WITH ANTHROPOMETRI APPROACH IN LATHAN FURNITURE. THESIS. Surakarta: Industrial Engineering Departement, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, April 2010.

Work activities at the dining chair assembly station in Lathan Furniture are still simple. Based on the results of the Nordic Body Map questionnaires which sre distributed to the five workers, worker injured muscles in the lower neck (80%), shoulder (20%), back (40%), waist (40%), hips (20%), buttocks (20%), thigh (40%) , knee (60%), and calf (80%). And based on the Rapid Entire Body Assessment in the activity of weaving the back seat, turning the chair and putting a chair after being reversed, all of this activities are in a higher level with the REBA score of 11, 9, and 8. While the movement of the front seat weaving, weaving the sides of the legs of the chair, and wicker chair leg, all of this activities have REBA score 4, 5, and 4. To improve working posture this time, it is necessary to design clamp table and chairs based on anthropometric approach.

From the results of assessment of working posture with the REBA method, workers working posture has improved after using the work facility design result. On the front chair weaving movement decreased level, from level 2 to level 1, the rear backrest weaving movements decreased level from level 3 to level 2, braided chair leg movements also decreased level, from level 2 to level 1. Can be concluded that the result design of chuck table and chair can improve working posture of the workers.

Keywords: musculoskeletal, work posture, chuck table, and chair xix + 139 pages, 59 tables, 45 drawings, 2 attachments,

(10)

x

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR VALIDASI... SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH... SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi viii ix x xv xviii xix BAB I BAB II PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang ……….. 1.2 Perumusan Masalah ………... 1.3 Tujuan Tugas Akhir………... 1.4 Manfaat Tugas Akhir ……… 1.5 Batasan Masalah ……… 1.6 Asumsi ……… 1.7 Sistematika Penulisan ………...

TINJAUAN PUSTAKA ……….. 2.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN………

2.1.1 Latar Belakang Perusahaan………..…………. 2.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan………. 2.1.3 Hari dan Jam Kerja...

I - 1 I - 1 I - 3 I - 3 I - 3 I - 3 I - 4 I - 4 II - 1 II - 1 II - 1 II - 1 II - 2

(11)

xi BAB III

2.1.4 Alur Kerja Proses Produksi Lathan Furniture……... 2.1.5 Produk yang Dihasilkan……… 2.2 LANDASAN TEORI………..

2.2.1 Konsep Ergonomi……..……… 2.2.2 Nordic Body Map……..……… 2.2.3 Postur dan Pergerakan Kerja………. 2.2.4 REBA (Rapid Entire Body Assesment)………. 2.2.5 Anthropometri dan Aplikasinya Dalam Perancangan

Fasilitas Kerja………. 2.2.6 Aplikasi Distribusi Normal dan Persentil Dalam

Penetapan Data Anthropometri……….. 2.2.7 Sikap Duduk dan Perancangan Tempat Duduk…….. 2.2.8 Meja dan Permukaan Benda Kerja……… 2.2.9 Perancangan Alat Bantu………. 2.3 MEKANIKA KONSTRUKSI MESIN...

2.3.1 Statika... 2.3.2 Gaya... 2.3.3 Kekuatan Material (Kekuatan Rangka)... 2.3.4 Pengertian dan Kategori Pencekam (Fixture)...

METODOLOGI PENELITIAN... 3.1 TAHAP IDENTIFIKASI MASALAH DAN STUDI

PENDAHULUAN... 3.1.1 Studi Pustaka... 3.1.2 Studi Lapangan... 3.1.3 Latar Belakang... 3.1.4 Perumusan Masalah... 3.1.5 Tujuan dan Manfaat ... 3.2 PENGUMPULAN DATA... 3.2.1 Pengumpulan Data Nordic Body Map (NBM)... 3.2 2 Dokumantasi Postur Kerja……….………... 3.2.3 Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode Rapid

II - 2 II - 3 II - 4 II - 4 II - 5 II - 5 II - 8 II - 18 II - 22 II - 25 II - 26 II - 27 II - 27 II - 29 II - 29 II - 32 II -34 III - 1 III - 1 III – 2 III - 2 III - 2 III - 3 III - 3 III - 3 III - 3 III - 4

(12)

xii BAB IV

Entire Body Assessment (REBA) Sebelum Perancangan……… 3.2.4 Data Anthropometri………... 3.3 PENGOLAHAN DATA... 3.3.1 Perhitungan Persentil... 3.3.2 Perancangan Fasilitas Kerja Perakitan... 3.3.3 Perhitungan Kekuatan Rangka Meja Pencekam dan

Kursi Kerja... 3.3.4 Penetapan Bahan dan Analisis Biaya... 3.3.5 Uji Coba Alat Hasil Rancangan...

3.3.6 Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode Rapid Entire Body Assesment (REBA ) Setelah Perancangan... 3.4 ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL... 3.5 KESIMPULAN DAN SARAN...

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... 4.1 PENGUMPULAN DATA... 4.1.1 Pengumpulan Data Studi Pendahuluan ... 4.1.2 Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode Rapid

Entire Body Assesment (REBA) Sebelum Perancangan... 4.1.3 Pengumpulan Data Anthropometri……… 4.2 PENGOLAHAN DATA... 4.2.1 Perhitungan Persentil... 4.2.2 Perancangan Fasilitas Meja Pencekam dan Kursi... 4.2.3 Pembuatan Gambar Rancangan Meja Pencekam dan

Kursi... 4.2.4 Perhitungan Kekuatan Rangka Fasilitas Kerja Meja

Pencekam dan Kursi... 4.2.5 Penetapan Bahan Rancangan dan Analisis Biaya... 4.2.5 Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Rapid Entire Body

III - 4 III - 4 III - 4 III - 5 III - 5 III - 8 III - 8 III - 8 III - 9 III- 9 III- 9 IV - 1 IV - 1 IV - 1 IV - 5 IV - 35 IV - 36 IV- 36 IV- 37 IV- 42 IV- 46 IV- 60

(13)

xiii BAB V

BAB VI

Assessment (REBA) Setelah Perancangan…………... ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL... 5.1 ANALISIS KONDISI AWAL

5.2 ANALISIS POSTUR KERJA... 5.2.1 Analisis Postur Kerja Saat Memakai Fasilitas Kerja yang

Lama... 5.2.2 Analisis Postur Kerja Saat Memakai Fasilitas Kerja yang

Baru... 5.2.3 Analisis Perbandingan Penilaian Postur Kerja dengan

Metode REBA Sebelum Perancangan dan Setelah Perancangan...

5.3 ANALISIS HASIL PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA MEJA PENCEKAM DAN KURSI….

5.4 ANALISIS MEKANIKA TEKNIK………...

5.5 ANALISIS PENENTUAN BAHAN DAN BIAYA………...

KESIMPULAN DAN SARAN... 6.1 Kesimpulan... 6.2 Saran... IV- 62 V - 1 V - 1 V - 2 V - 2 V - 3 V- 3 V- 4 V-4 V-5 VI-1 VI-1 VI-1 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 2.10 Tabel 2.11 Tabel 2.12 Tabel 2.13 Tabel 2.14 Tabel 2.15 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7

Skor Pergerakan Punggung (Batang Tubuh)... Skor Pergerakan Leher... Skor Postur Kaki ... Skor Pergerakan Lengan Atas ... Skor Pergerakan Lengan Bawah ... Skor Pergelangan Tangan... Tabel A……….. Tabel B ………. Tabel C ……….. Load atau force ... Coupling………... Activity………... Level Resiko dan Tindakan... Macam Persentil dan Cara Perhitungan dalam Distribusi Normal ………... Rumus Perhitungan Momen Penahan untuk Beberapa Geometri Melintang Material... Postur Kerja Pada Aktivitas Perakitan... Tabel Input dan Output Perancangan... Data Kuesioner Nordic Body Map………... Skor REBA Grup A Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Depan ... Skor REBA Grup B Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Depan ... Tabel REBA Skor C Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Depan... Skor REBA Grup A Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Belakang ... II -10 II- 10 II- 11 II- 12 II- 13 II- 13 II -14 II -15 II -15 II -16 II -16 II -16 II -18 II -24 II - 24 II –32 IV - 4 IV - 5 IV - 7 IV - 9 IV- 10 IV-12

(15)

xv Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Tabel 4.23 Tabel 4.24 Tabel 4.25 Tabel 4.26 Tabel 4.27 Tabel 4.28

Tabel REBA Skor B Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Belakang ... Skor REBA Grup A Gambar Menganyam Bagian Sisi-Sisi Pada Alas Kursi ... Skor REBA Grup B Untuk Gambar Menganyam Bagian Sisi-Sisi Pada Alas Kursi... Tabel REBA Skor C Gambar Menganyam Bagian Sisi-Sisi Pada Alas Kursi... Skor REBA Grup A Gambar Membalik Kursi ... Skor REBA Grup B Gambar Membalik Kursi ... Tabel REBA Skor C Gambar Membalik Kursi ... Skor REBA Grup A untuk Gambar Menaruh Kursi Setelah Dibalik... Skor REBA Grup B Gambar Menaruh Kursi Setelah

Dibalik ... Tabel REBA Skor C untuk Gambar Menaruh Kursi Setelah Dibalik ... Skor REBA Grup A untuk Gambar Menganyam Kursi Bagian Bawah ... Skor REBA Grup B untuk Gambar Menganyam Kursi Bagian Bawah... Tabel REBA Skor C Gambar Menganyam Kursi Bagian Bawah ……… Data Anthrpometri Pekerja………. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Persentil 50 Data

Anthropometri………. Dimensi Meja Pencekam dan Kursi……… Tabel Kelebihan dan Kekurangan Material Besi……… Tabel Kelebihan dan Kekurangan Material Kayu………….. Rencana Anggaran Pembuatan Meja Pencekam... Rencana Anggaran Pembuatan Kursi……… Skor REBA Grup A Gambar Menganyam Sandaran Kursi

IV-14 IV-15 IV-17 IV-19 IV-20 IV-22 IV-24 IV-25 IV-27 IV-29 IV-30 IV-32 IV-34 IV-35 IV-36 IV-37 IV-43 IV-60 IV-60 IV-61

(16)

xvi Tabel 4.29 Tabel 4.30 Tabel 4.31 Tabel 4.32 Tabel 4.33 Tabel 4.34 Tabel 4.35 Tabel 4.36 Tabel 4.37 Tabel 4.38 Tabel 4.39 Tabel 4.40 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Bagian Depan ... Skor REBA Grup B Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Depan ... Tabel REBA Skor C Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Depan ... Skor REBA Grup A Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Belakang ... Skor REBA Grup B Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Belakang ... Tabel REBA Skor C Gambar Menganyam Sandaran Kursi Bagian Belakang ... Skor REBA Grup A Gambar Menganyam Kaki Kursi... Skor REBA Grup B Gambar Menganyam Kaki Kursi... Tabel REBA Skor C Gambar Menganyam Kaki Kursi... Skor REBA Grup A Menganyam Alas atau Dudukan Kursi Skor REBA Grup B Menganyam Alas atau Dudukan Kursi Skor REBA Grup C Menganyam Alas atau Dudukan ……. Postur Kerja Awal dan Postur Kerja Setelah Perancangan… Hasil Penilaian Dengan Metode REBA Sebelum Perancangan ………... Hasil Penilaian Dengan Metode REBA Setelah Perancangan ……….. Hasil Penilaian Dengan Metode REBA Sebelum dan

Setelah Perancangan……… IV-62 IV-65 IV-66 IV-67 IV-69 IV-71 IV-72 IV-74 IV-76 IV-80 IV-81 IV-82 IV-82 IV-83 V-2 V-3 V-4

(17)

xvii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 2.11 Gambar 2.12 Gambar 2.13 Gambar 2.13 Gambar 2.14 Gambar 2.15 Gambar 2.16 Gambar 2.17 Gambar 2.18 Gambar 2.19 Gambar 2.20 Gambar 2.21 Gambar 2.22 Gambar 2.23 Gambar 2.24 Gambar 2.25 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4

Alur Kerja Proses Produksi Lathan Furniture……… Nordic Body Map………... Jangkauan Gerakan Korset Bahu………... Jangkauan Persendian Bahu………... Jangkauan Gerakan Persendian Siku ... Jangkauan Gerakan Pergelangan Tangan……….. Range Pergerakan Punggung ……… Range Pergerakan Leher ………... Range Pergerakan Kaki ……… Range Pergerakan Lengan Atas ……… Range Pergerakan Lengan Bawah……….. Range Pergerakan Pergelangan Tangan... Langkah-Langkah Perhitungan Metode REBA…………. Anthropometri untuk Perancangan Produk……… Distribusi Normal yang Mengakomodasi 95% dari Populasi………... Tumpuan Rol ………... Tumpuan Sendi ……….. Tumpuan Jepit ………... Sketsa Prinsip Statika Kesetimbangan………... Sketsa Shearing Force Diagram………. Sketsa Normal Force ……… Sketsa Moment Bending (+)... Landasan Sketsa Moment Bending (-)... Landasan Arah Kanan ……… Landasan Arah Kiri……… Metodologi Penelitian………. Menganyam Sandran Kursi Bagian Depan………. Menganyam Sandaran Kursi Bagian Belakang………….. Menganyam Bagian Sisi-Sisi pada Kaki Kursi………….. Membalik Kursi……….. II-2 II-5 II-6 II-6 II-7 II-7 II-10 II-11 II-11 II-12 II-13 II-14 II-17 II-20 II-22 II-28 II-28 II-28 II-30 II-30 II-30 II-31 II-31 II-31 II-31 III-1 IV-6 IV-11 IV-16 IV-21

(18)

xviii Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15 Gambar 4.16 Gambar 4.17 Gambar 4.18 Gambar 4.19 Gambar 4.20

Menaruh Kursi Setelah Dibalik……….... Menganyam Kursi Bagian Bawah……… Gambar 2D Tampak Atas Meja Pencekam dan Kursi…. Gambar 2D Tampak Samping Meja Pencekam dan Kursi Gambar 3D Meja Pencekam dengan Kursi Anyaman dan Kursi, dan Meja Tempat Material………. Gambar 3D Perspektif Meja Pencekam, Kursi, dan Meja Tempat Material………. Gambar 3D Tampak Samping Meja Pencekam dengan Posisi Meja Dimiringkan dan Kursi……….. Reaksi Gaya Rangka Meja……… Diagram Gaya Geser Meja……… Diagram Momen Lentur Meja……….. Profil O Jenis ST 37………. Rangka Kursi………. Reaksi Gaya-Gaya pada Rangka……… Perpotongan Rangka……….. Diagram Gaya Geser Kursi……… Diagram Momen Lentur Kursi………. Profil O Jenis ST 37………. IV-26 IV-31 IV-44 IV-44 IV-45 IV-46 IV-50 IV-47 IV-48 IV-48 IV-49 IV-55 IV-55 IV-56 IV-57 IV-58 IV-58

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

(20)

L-20

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah yang diangkat, tujuan dan manfaat penelitian. Selanjutnya diuraikan mengenai batasan masalah, asumsi yang digunakan dalam membahas permasalahan dan sistematika penulisan untuk menyelesaikan penelitian ini.

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia memiliki beberapa daerah sentra industri rotan. Salah satu sentra industri kerajinan rotan di Jawa Tengah terdapat di Desa Gawok Sukoharjo. Sebagian masyarakat di Desa Gawok Sukoharjo bekerja sebagai pengrajin rotan. Kerajinan yang dibuat berupa anyaman kursi, meja, peti mati, dan lain-lain. Keahlian masyarakat dalam menganyam didapatkan secara turun-temurun dari keluarga mereka. Kemudian masyarakat di Desa Gawok Sukoharjo mengembangkan bakat yang mereka miliki dengan cara mendirikan industri kecil.

Lathan Furniture merupakan salah satu industri kecil di daerah Gawok Sukoharjo yang bergerak di bidang kerajinan rotan dan memfokuskan produksinya berdasarkan pesanan konsumen. Lathan Furniture mempunyai beberapa stasiun kerja diantaranya yaitu stasiun pemotongan, stasiun perakitan, dan stasiun finishing. Pada stasiun pemotongan terdapat bebrapa pekerja yang bertugas antara lain mengoperasikan mesin pemotong dan memilih rotan yang sudah dipotong. Posisi pekerja yang bertugas mengoperasikan mesin pemotong yaitu berdiri sambil memasukkan rotan kedalam mesin pemotong dan pekerja yang lain duduk dikursi sambil menerima fitrit output dari mesin. Kemudian pekerja dibagian sortir, memilah fitrit dan kulit rotan sesuai dengan kebutuhan dengan posisi duduk disebuah dingklik. Aktivitas di stasiun perakitan masih dikerjakan secara manual yaitu pekerja menganyam fitrit dan kulit rotan pada produk dengan menggunakan tangan. Pada saat menganyam, produk diletakkan diatas meja putar dan pekerja duduk disebuah dingklik dengan posisi kepala menunduk. Setelah produk selesai dirakit, kemudian dilakukan proses finishing yang terdiri dari pross pengapian yaitu produk disemprot dengan api untuk menghilangkan serabut-serabut yang masih menempel. Selanjutnya dilakukan pengamplasan yang berfungsi untuk menghaluskan produk dengan cara menggosok produk dengan amplas supaya permukaan produk menjadi halus. Setelah itu dilakukan proses pengecatan, produk dicat dengan cara menyemprot agar produk menjadi menarik dan tahan lama. Setelah proses pengeringan selesai produk dibungkus

(21)

L-21

dengan menggunakan kertas dan dilapisi plastik yang fungsinya untuk melindungi produk dari pengaruh lingkungan dan gesekan dengan produk lain saat berada digudang.

Pada penelitian kali ini difokuskan pada stasiun perakitan. Para pekerja yang bertugas di stasiun perakitan beraktivitas menganyam kursi makan. Fasilitas kerja yang digunakan pekerja masih sangat sederhana, yaitu meja putar yang kecil dan dingklik. Pada saat menganyam sandaran depan, pekerja duduk diatas kursi makan yang sedang dianyam dengan posisi menghadap kebelakang. Pekerja duduk dengan posisi tersebut dengan durasi waktu 2 jam. Kemudian pada saat menganyam sandaran bagian belakang , pekerja duduk pada sebuah dingklik dengan posisi kedua kaki menjepit kursi makan yang dianyam. Posisi pekerja tersebut dipertahankan selama kurang lebih 3 jam, karena hal tersebut dilakukan dengan membolak-balik kursi pada saat menganyam guna mendapatkan hasil yang baik. Sedangkan pada saat menganyam bagian kaki kursi, pekerja duduk pada sebuah dingklik dan meletakkan benda kerja disebuah meja putar kecil yang tidak ada pencekamnya. Posisi kerja dengan kaki ditekuk tersebut dilakukan dalam durasi kurang lebih 2 jam. Dari banyaknya postur kerja yang berbeda-beda dan pekerjaan yang dilakukan secara terus–menerus menyebabkan timbulnya rasa sakit pada beberapa bagian tubuh. Hal ini diketahui dari kuisioner Nordic Body Map yang telah dibagikan kepada lima orang pekerja. Bardasarkan hasil kuisioner Nordic Body Map yang disebarkan kepada lima orang pekerja diketahui timbulnya rasa sakit pada beberapa bagian tubuh pekerja yaitu leher bawah (80%), bahu (20%), punggung (40%), pinggang kebelakang (40%), pinggul kebelakang (20%), pantat (20%), paha (40%), lutut (60%), dan betis (80%).

Penilaian postur kerja dilakukan dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Assesment. Berdasarkan penilaian tersebut diketahui bahwa postur kerja pekerja saat menganyam sandaran kursi bagian belakang, membalik kursi dan menaruh kursi setelah dibalik termasuk dalam level tinggi dengan skor REBA 11, 9, dan 8. Sedangkan gerakan yang termasuk level sedang yaitu saat menganyam sandaran kursi bagian depan, menganyam sisi-sisi pada kaki kursi, dan menganyam kaki kursi dengan skor REBA 4, 5, dan 4. Sehingga, masih diperlukan perbaikan postur kerja terhadap para pekerja.

Dari permasalahan diatas, diketahui bahwa alat yang digunakan masih sederhana yaitu berupa meja putar yang hanya bisa digunakan untuk menganyam bagian kaki kursi, tidak bisa dinaik-turunkan, tidak bisa dimiringkan, dan belum ada pencekam untuk mencekam kursi yang sedang dianyam. Pencekam yaitu alat bantu yang berfungsi memposisikan, memegang, dan menahan benda kerja selama proses produksi. Sedangkan

(22)

L-22

tempat duduk pekerja dalam bekerja masih menggunakan dingklik sehingga dilakukan perancangan meja pencekam dan kursi.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dari tugas akhir ini yaitu “bagaimana merancang fasilitas kerja berupa meja pencekam dan kursi untuk memperbaiki postur kerja pada pekerja di Lathan Furniture ?”.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dari tugas akhir ini, yaitu menghasilkan rancangan meja pencekam dan kursi untuk membuat anyaman yang sesuai dengan anthropometri pekerja yang dapat memperbaiki postur kerja.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu memberikan rancangan fasilitas kerja berupa meja pencekam dan kursi yang dapat mengurangi tingkat keluhan cidera otot pada pengrajin rotan di Lathan Furniture.

1.5 BATASAN MASALAH

Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Pekerja yang diukur adalah pekerja laki-laki dengan usia antara 22 tahun sampai dengan 31 tahun.

2. Pengamatan dilakukan pada perakitan sandaran dan kaki kursi makan. 3. Pengukuran anthropometri pekerja menggunakan rollmeter.

1.6 ASUMSI

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Pekerja bekerja dalam keadaan normal.

2. Lama jam kerja setiap hari 8 jam dengan istirahat 1 jam.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

Laporan tugas akhir ini merupakan dokumentasi pelaksanaan dan hasil penelitian, adapun sistematika laporan tugas akhir sebagai berikut:

(23)

L-23

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi dan sistematika penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan untuk menjelaskan latar belakang penelitian yang dilakukan sehingga dapat memberikan manfaat sesuai dengan tujuan penelitian dengan batasan-batasan dan asumsi yang digunakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang uraian teori yang dipergunakan sebagai landasan pemecahan masalah serta memberikan penjelasan secara garis besar mengenai metode yang digunakan sebagai kerangka pemecahan masalah serta perhitungan-perhitungan yang digunakan dalam pengumpulan dan pengolahan data.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan uraian-uraian tahapan yang dilakukan dalam melakukan penelitian mulai dari identifikasi masalah hingga penarikan kesimpulan.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisikan uraian mengenai data-data penelitian yang digunakan dalam proses pengolahan data dan hasil pengolahan yang digunakan sebagai rekomendasi perbaikan rancangan fasilitas kerja perakitan di Lathan Furniture.

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil terhadap pengumpulan dan pengolahan data.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan sebelumnya berupa pembahasan kesimpulan hasil yang diperoleh dan memberikan saran perbaikan yang dilakukan untuk penelitian selanjutnya.

(24)

L-ii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Pada sub bab ini akan dijelaskan latar belakang serta kegiatan atau aktifitas yang dilakukan di perusahaan tempat dilakukannya penelitian.

2.1.1 Latar belakang Perusahaan

Awal berdirinya perusahaan ini adalah berdagang rotan. Pada tahun 1980an Bapak Suharto berdagang rotan dan usahanya dinamai UD Sumber Rejeki. Dari usaha dagang tersebut UD Sumber Rejeki memperluas usahanya menjadi usaha furniture yang berbahan baku rotan yang dinamai Lathan Furniture. Pada tahun 1990an Lathan Furniture berdiri dan beralamat di Gesingan RT 1 RW 9 Luwang, Gawok, Sukoharjo.

Adapun latar belakang didirikannya usaha furniture karena didaerah Gawok Sukoharjo merupakan sentra industri kerajinan rotan. Pada saat itu putra dari Bapak Suharto yaitu Bapak Purwanto sudah lulus dari bangku kuliah. Sehingga, Bapak Suharto ingin mengembangkan usahanya dari berdagang rotan menjadi pengusaha furniture. Bapak Purwanto mengembangkan usaha ini dengan baik, dan sampai sekarang beliau menjadi pengelola usaha furniture tersebut.

2.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Lathan Furniture, memiliki struktur organisasi yang difungsikan sebagai sarana dan prasarana agar tugas dapat diselesaikan dengan baik, dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Manager/ Pemimpin

Lathan Furniture memiliki manager/pemimpin yang merangkap sebagai pemilik perusahaan yang memiliki wewenang terhadap perusahaan atas segala kegiatan operasional yang ada di Lathan Furniture.

b. Asisten

Asisten merupakan para pekerja yang melakukan aktifitas khusus didalam perusahaan tersebut. Asisten yang dimiliki perusahaan tersebut sebanyak 1

(25)

L-iii orang dan mempunyai tugas antara lain: · Menerima pesanan dari konsumen.

· Mengkoordinir pekerja dan memberi pengarahan pada pekerja. · Mencatat pembukuan

c. Karyawan

Karyawan merupakan para pekerja yang terdiri dari tiga bagian yaitu bagian proses awal, proses perakitan, dan proses finishing.

2.1.3 Hari dan Jam Kerja

Lathan Furniture bekerja selama 6 hari dan setiap harinya bekerja selama 8 jam sejak pukul 08.00 – 16.00 WIB.

2.1.4 Alur Kerja Proses Produksi Lathan Furniture

Gambar 2.1 Alur Kerja Proses Produksi Lathan Furniture

Sumber: Lathan Furniture, 2009

(26)

L-iv 1. Bahan Baku

Bahan baku didatangkan dari Surabaya dan Gunung Kidul. Bahan baku yang dipakai berupa rotan dan daun pandan.

2. Pengelupasan Kulit Rotan

Kulit rotan dikupas dengan menggunakan mesin, fungsinya untuk memecah rotan dengan kulitnya sehingga fitrit dan kulit rotan terpisah.

3. Sortir

Proses sortir dilakukan untuk mengelompokkan fitrit sesuai pesanan dan megelompokkan antara fitrit yang baik dan yang cacat. Sehingga memudahkan proses perakitan.

4. Proses perakitan

Pada proses perakitan rangka mebel yang sudah ada kemudian dirakit dengan menganyam rotan/ fitrit yang sudah disiapkan.

5. Proses finishing

Setelah produk selesai dirakit produk tersebut mengalami proses finishing, meliputi pengamplasan, pengapian, pemotongan bagian produk yang tidak digunakan, dan pengecatan/pernis. Setelah selesai dicat produk tersebut dikeringkan.

6. Proses Packing

Pada proses packing produk yang telah selesai dikeringkan dikemas sesuai pesanan kemudian ditaruh dalam gudang barang jadi.

7. Produk siap dikirim

Produk yang sudah jadi siap untuk dikirim menggunakan container. Karena produk mebel di perusahaan ini diekspor ke luar negeri.

2.1.5 Produk yang Dihasilkan

Produk yang dihasilkan oleh perusahaan meliputi meja, kursi, peti, keranjang, dan lain-lain. Kursi makan terdapat berbagai macam jenis seperti kursi makan enceng gondok, kursi makan balero, kursi makan kipas, kursi makan balero jari-jari, kursi makan spain, kursi makan tipe rig, kursi makan marline, dan kursi makan rotan yang dudukannya memakai busa.

(27)

L-v

Konsep-konsep berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan. Teori pendukung yang dibahas dalam sub bab ini antara lain tentang konsep ergonomi, postur kerja (REBA), anthropometri, dan mekanika teknik.

2.2.1 Konsep Ergonomi

Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu Ergo (kerja) dan Nomos (hukum). Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatannya untuk merancang suatu system kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif dan efisien (Wignjosoebroto, 1995).

Pendekatan ergonomi akan mampu menimbulkan “functional effectiveness” dan kenikmatan-kenikmatan pemakaian dari peralatan, fasilitas, maupun lingkungan kerja yang dirancang. Maksud dan tujuan dari pendekatan ergonomi yaitu memperbaiki performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, dan keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi kelelahan pada pekerja. Pengembangan ergonomi tidak hanya ditinjau dari satu segi ilmu saja, namun pengembangan ergonomi akan memerlukan dukungan berbagai disiplin keilmuan seperti psikologi, anthropologi, anatomi, anthropometri, mekanika teknik, dan lain-lain.

Didalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja, dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya (Nurmianto, 2008).

2.2.2 Nordic Body Map (NBM)

Corlett (1992) menyatakan bahwa Nordic body map merupakan salah satu alat ukur yang biasanya digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan musculoskeletal. Melalui nordic body map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman

(28)

L-vi

(agak sakit) sampai sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada gambar 2.2, maka diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Cara ini sangat sederhana namun kurang teliti karena mengandung subjektivitas yang tinggi. Untuk menekan bias yang mungkin terjadi, maka sebaiknya pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas kerja (Tarwaka dkk., 2004).

Gambar 2.2 Nordic Body Map

Sumber: Corlett, 1992 dalam Tarwaka dkk., 2004

2.2.3 Postur dan Pergerakan Kerja

Postur kerja adalah merupakan pengaturan sikap pada saat tubuh sedang melakukan pekerjaan. Sikap kerja pada saat bekerja sebaiknya dilakukan secara normal sehingga dapat mencegah timbulnya musculoskeletal. Rasa nyaman dapat dirasakan apabila pekerja melakukan postur kerja yang baik.

a. Korset bahu

Korset bahu memiliki macam-macam gerakan normal yaitu : abduction, adduction, elevation, depression

(29)

L-vii

.

Abduction Adduction Elevation Depression. Gambar 2.3 Jangkauan Gerakan Korset Bahu

Sumber: www.brianmac. co.uk, 2010

· Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi sumbu tengah tubuh (the median plane).

· Adduction adalah pergerakan ke arah sumbu tengah tubuh (the median plane).

· Elevasition adalah pergerakan kearah atas (bahu diangkat keatas)

· Depression adalah pergerakan kearah bawah (bahu diturunkan kebawah).

b. Persendian bahu

Persendian bahu memiliki jangkauan gerakan normal yaitu : flexion, extension,abduction,adduction,rotation.

(30)

L-viii

Flexion Extension Abduction Adduction

Outward Medial Rotation Intward Medial Rotation Circumduction Gambar 2.4 Jangkauan Persendian Bahu

Sumber: www.brianmac. co.uk, 2010

· Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.

· Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.

· Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh.

· Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh.

· Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan. · Circumduction adalah gerakan perputaran lengan menyamping secara

keseluruhan.

c. Persendian siku

Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu : supination, pronation, flexion, extension.

(31)

L-ix

Flexion Extension Gambar 2.5 Jangkauan Gerakan Persendian Siku

Sumber: www.brianmac. co.uk, 2010

· Supination adalah perputaran kearah samping dari anggota tubuh. · Pronation adalah perputaran bagian tengah dari anggota tubuh.

· Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.

· Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.

d. Persendian pergelangan tangan

Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu: flexion, ekstension, adduction, abduction, dan circumduction.

Flexion Extension Adduction Abduction Circumduction Gambar 2.6 Jangkauan Gerakan Pergelangan Tangan

Sumber: www.brianmac. co.uk, 2010

· Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.

· Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.

· Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh.

(32)

L-x

· Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh.

· Circumduction adalah pergerakan pergerakan tangan secara memutar.

2.2.4 REBA (Rapid Entire Body Assesment)

Menurut Mc Atamney dan Hignett (2000) Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktifitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator (nur-w.blogspot.com,2009).

Metode ergonomi tersebut mengevaluasi postur, kekuatan, aktivitas dan faktor coupling yang menimbulkan cidera akibat aktivitas yang berulang–ulang. Penilaian postur kerja dengan metode ini dengan cara pemberian skor resiko antara satu sampai lima belas, yang mana skor yang tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan perbaikan sesegera. REBA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus. Ini memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan dan pengukuran tanpa biaya peralatan tambahan. Pemeriksaan REBA dapat dilakukan di tempat yang terbatas tanpa menggangu pekerja. Pengembangan REBA terjadi dalam empat tahap. Tahap pertama adalah pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto, tahap kedua adalah penentuan sudut–sudut dari bagian tubuh pekerja, tahap ketiga adalah penentuan berat benda yang diangkat, penentuan coupling, dan penentuan aktivitas pekerja. Dan yang terakhir, tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan. Dengan didapatnya nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko dan kebutuhan akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja (nur-w.blogspot.com,2009).

(33)

L-xi

Penilaian postur dan pergerakan kerja menggunakan metode REBA melalui tahapan–tahapan sebagai berikut:

Tahap 1 : Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto

Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto. Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dari leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.

Tahap 2 : Penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja.

Penentuan sudut–sudut dari bagian tubuh pekerja. Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja dilakukan perhitungan besar sudut dari masing – masing segmen tubuh yang meliputi punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan kaki. Pada metode REBA segmen – segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Dari data sudut segmen tubuh pada masing–masing grup dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor untuk masing–masing tabel.

Tabel 2.1 Skor Pergerakan Punggung (Batang Tubuh) P Peerrggeerraakkaann SSkkoorr PePerruubbaahhaann S Skkoorr Tegak 1 0⁰ - 20⁰ Flexion 0⁰ - 20⁰ Extension 2 20⁰ - 60⁰ Flexion >20⁰ Extension 3 >60⁰ Flexion 4 +1 jika memutar atau kesamping

(34)

L-xii Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009

Pada tabel 2.1 di atas, pergerakan punggung dapat ditunjukkan pada gambar 2.8 berikut ini.

Gambar 2.7 Range Pergerakan Punggung Sumber : nur-w.blogspot.com,2009

Skor pergerakan leher dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.2 di bawah ini. Tabel 2.2 Skor Pergerakan Leher

P Peerrggeerraakkaann SSkkoorr PePerruubbaahhaann SSkkoorr 0⁰-20⁰ Flexion 1 >20⁰ Flexion atau Extension 2

+1 jika memutar atau miring kesamping Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009

Pada tabel 2.2 di atas, pergerakan leher dapat ditunjukkan pada gambar 2.8 berikut ini.

(35)

L-xiii

Gambar 2. 8 Range Pergerakan Leher Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009

Skor postur kaki dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.3 di bawah ini.

Tabel 2.3 Skor Postur Kaki P

Peerrggeerraakkaann SSkkoorr PePerruubbaahhaann SSkkoorr kaki tertopang ketika

berjalan atau duduk dengan bobot seimbang rata-rata

1 1 jika lutut antara 30⁰-60⁰ Flexion

kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata

2 2 jika lutut > 60⁰ Flexion

Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009

Pada tabel 2.3 di atas, postur kaki dapat ditunjukkan pada gambar 2. 9 berikut ini.

Gambar 2. 9 Range Pergerakan Kaki Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009

Skor pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.4 di bawah ini.

1

2 TABEL 2.4 SKOR PERGERAKAN LENGAN ATAS

2 200⁰⁰EExxtteennssiioon n --2200⁰⁰ F Flleexxiioon n 1 1 + + 11 jjiikkaa lleennggaann aattaass aabbdduucctteedd >20⁰ Extension 20⁰-45⁰Flexion

2 +1 jika pundak atau bahu ditinggikan

45⁰-90⁰Flexion 3

>90⁰Flexion 4

-1 jika operator bersandar atau bobot lengan ditopang

(36)

L-xiv Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009

Pada tabel 2.4 di atas, pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan pada gambar 2.10 berikut ini.

Gambar 2.10 Range Pergerakan Lengan Atas Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009

Skor pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.5 di bawah ini.

Tabel 2.5 Skor Pergerakan Lengan Bawah P Peerrggeerraakkaann SkSkoorr 60⁰-100⁰ Flexion 1 <60⁰ Flexion atau >100⁰Flexion 2 Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009

Pada tabel 2.5 di atas, pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan pada gambar 2.11 berikut ini.

(37)

L-xv

Gambar 2.11 Range Pergerakan Lengan Bawah Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009

Skor pergelangan tangan dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.6 di bawah ini. Tabel 2.6 Skor Pergelangan Tangan

Pergerakan Skor Perubahan Skor

0°-15° Flexion atau Extension 1 +1 jika pergelangan tangan > 15° Flexion atau Extension 2 menyimpang atau berputar Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009

Pada tabel 2.6 di atas, pergelangan tangan dapat ditunjukkan pada gambar 2.12 berikut ini.

Gambar 2.12 Range Pergerakan Pergelangan Tangan Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009

Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Hasil penilaian dari pergerakan punggung (batang tubuh), leher dan kaki kemudian digunakan untuk menentukan skor A dengan menggunakan tabel 2.7 di bawah ini.

Tabel 2.7 Tabel A N Neecckk T Taabbllee AA 1 2 3 Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6 2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7 3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8 Trunk Posture score 4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

(38)

L-xvi

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9 Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009

Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Hasil penilaian dari pergerakan lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan kemudian digunakan untuk menentukan skor B dengan menggunakan tabel 2.8 di bawah ini.

3 TABEL 2.8 TABEL B

L Loowweerr AArrmm T Taabbllee BB 1 2 Wrist 1 2 3 1 2 3 1 1 2 2 1 2 3 2 1 2 3 2 3 4 3 3 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 6 7 5 6 7 8 7 8 8 Upper Arm Score 6 7 8 8 8 9 9 Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009

Hasil skor yang diperoleh dari tabel A dan tabel B digunakan untuk melihat tabel C sehingga didapatkan skor dari tabel C.

Tabel 2.9 Tabel C T

Taabbllee CC

Score B, (table B value + coupling score)

S Sccoorree AA ( (ssccoorreeffrroomm t teebbllee A A++llooaadd//ffoorrccee s sccoorree)) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

(39)

L-xvii 1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7 2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8 3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8 4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9 6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10 7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11 8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11 9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12 10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009

Selain skoring pada masing-masing segmen tubuh, faktor lain yang perlu disertakan adalah berat beban yang diangkat, coupling dan aktivitas pekerjanya. Masing-masing faktor tersebut juga mempunyai kategori skor.

Besarnya skor berat beban yang diangkat dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.10 di bawah ini.

4 TABEL 2.10 LOAD ATAU FORCE

L Looaadd//FFoorrccee 0 1 2 +1 <5kg 5-10kg >10kg shock or rapid build up Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009

Besarnya skor coupling dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.11 di bawah ini.

Tabel 2.11 Coupling C

Coouupplliinngg

0 Good 1 fair 2 Poor 3 Unacepptable

Well-fitting handle and a

mid-range power grip

hand hold acceptable but not

ideal, or coupling is acceptable via

Hand hold not acceptable although possible Awkward, unsafe grip, no handles;coupling is unaceptable using

(40)

L-xviii another part of the

body

other parts of the body Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009

Sementara itu besarnya skor activity dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.12 di bawah ini.

Tabel 2.12 Activity A

Accttiivviittyy

+1 1 more body parts static (held>1 min)

+1 repeated>4 per min in small range (not walking)

+1 rapid large changes in posture or unstable base

Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009

Setelah didapatkan skor dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat sehingga didapatkan nilai bagian A. Sementara skor dari tabel B dijumlahkan dengan skor dari tabel coupling sehingga didapatkan nilai bagian B. Nilai bagian A dan bagian B dapat digunakan untuk mencari nilai bagian C dari tabel C yang ada.

Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan nilai bagian C dengan nilai aktivitas pekerja. Nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko pada musculoskeletal dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi resiko serta perbaikan kerja. Lebih jelasnya, alur cara kerja dengan menggunakan metode REBA dapat dilihat pada gambar 2.13 di bawah ini.

(41)

L-xix Trunk Legs Neck Group A Group B Activity score REBA Score Use Group A Use Group B Upper Arm Lower Arm L R R L L R Wrists Load/Force Coupling + + + + Score A Score B Score C Use Group C

Gambar 2.13 Langkah-Langkah Perhitungan Metode REBA Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009

Level resiko yang terjadi dapat diketahui berdasarkan nilai REBA. Level resiko dan tindakan yang harus dilakukan dapat dilihat pada tabel 2.13 berikut ini.

Tabel 2.13 Level Resiko dan Tindakan A Accttiioonn LLeevveell SkSkoorr R REEBBAA L Leevveell RReessiikkoo TiTinnddaakkaann P Peerrbbaaiikkaann

0 1 Bisa diabaikan Tidak perlu

1 2-3 Rendah/kecil Mungkin perlu

2 4-7 Sedang Perlu

3 8-10 Tinggi Perlu segera

4 11-15 Sangat tinggi Perlu saat ini juga Sumber : nur-w.blogspot.com, 2009

(42)

L-xx

Pada tabel 2.13 yang merupakan tabel resiko diatas dapat diketahui dengan nilai REBA yang didapatkan dari hasil perhitungan sebelumnya dapat diketahui level resiko yang terjadi dan perlu atau tidaknya tindakan dilakukan untuk perbaikan. Perbaikan kerja yang mungkin dilakukan antara lain berupa perancangan ulang peralatan kerja berdasarkan prinsip- prinsip ergonomi.

2.2.5 Antropometri dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja Istilah Anthropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif anthropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (Wignjosoebroto, 1995).

Anthropometri menurut Nurmianto (2008) adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk pananganan masalah desain.

Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran, (tinggi, lebar, dan sebagainya), berat, dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya. .Anthropmetri secara luas yang digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan produk maupun sistem kerja yang akan melibatkan interaksi manusia. Aplikasi anthropometri meliputi perancangan areal kerja, peralatan kerja dan produk-produk konsumtif, dan perancangan lingkungan kerja fisik.

Manusia pada umumnya akan berbeda – beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia , yaitu:

a. Umur

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahiran sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian yang dilakukan oleh A. F. Roche dan G. H. Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, sedangkan wanita 17,3 tahun. Meskipun ada 10 % yang masih terus bertambah tinggi sampai usia 23,5 tahun (laki-laki) dan 21,1 tahun (wanita). Setelah itu, tidak

(43)

L-xxi

lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan (Wignjosoebroto, 1995).

b. Jenis kelamin (sex)

dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul, dan sebagainya.

c. Suku bangsa (etnic)

Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa negara Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi tubuh suku bangsa negara Timur.

d. Posisi tubuh (posture)

Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran. Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu: 1. Anthropometri Statis (Structural Body Dimensions)

Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur meliputi berat badan, tinggi tubuh, dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut, pada saat berdiri/duduk, panjang lengan, dan sebagainya.

2. Anthropometri Dinamis (Functional Body Dimensions)

Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan (Wignjosoebroto, 1995) .

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data anthropometri yang tepat diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran dimensi antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada gambar 2.13.

(44)

L-xxii

Gambar 2.13 Antropometri untuk Perancangan Produk Sumber: Wignjosoebroto, 1995

Keterangan gambar 2.13 di atas, yaitu:

1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung kepala).

2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak. 3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.

4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).

5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan).

6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat sampai dengan kepala).

7 : Tinggi mata dalam posisi duduk. 8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.

9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus). 10 : Tebal atau lebar paha.

11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.

12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari lutut betis.

13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk. 14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan

paha.

(45)

L-xxiii 16 : Lebar pinggul ataupun pantat.

17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam gambar).

18 : Lebar perut.

19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus.

20 : Lebar kepala.

21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari. 22 : Lebar telapak tangan.

23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar).

24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak. 25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.

26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai dengan ujung jari tangan.

2.2.6 Aplikasi Distribusi Normal dan Persentil Dalam Penetapan Data Anthropometri

Data Anthropometri diperlukan agar supaya rancangan suatu produk bisa sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara individual. Adanya variansi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana kita mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu suai” dengan suatu ukuran tertentu.

Pada penetapan data anthropometri, pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata dan simpangan standarnya dari data yang ada. Berdasarkan nilai yang ada tersebut, maka persentil (nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di bawah nilai tersebut) bisa ditetapkan sesuai tabel probabilitas distribusi normal. Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka diambil rentang 2,5th dan 97,5th percentile sebagai batas-batasnya (Wignjosoebroto, 1995).

(46)

L-xxiv

Gambar 2.14 Distribusi Normal yang Mengakomodasi 95% dari Populasi Sumber: Wignjosoebroto, 1995

Menurut Panero dan Zelnik (2003) disamping berbagai variasi, pola umum dari suatu distribusi data anthropometrik, seperti juga data-data lain, biasanya dapat diuga dan diperkirakan seperti pada distribusi Gaussian. Distribusi semacam itu, bila disajikan melalui grafik dengan membandingkan kejadian yang muncul terhadap besaran, biasanya berbentuk kurva simetris atau berbentuk lonceng. Ciri umum kurva berbentuk lonceng tersebut adalah besarnya prosentase pada bagian tengah dengan sedikit saja perbedaan yang mencolok pada bagian ujung dari skala grafik tersebut.

Secara statistik sudah diperlihatkan bahwa data hasil pengukuran tubuh manusia pada berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa sehingga data-data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian tengah grafik. Sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan yang ekstrim akan terletak pada ujung-ujung grafik. Telah disebutkan pula bahwa merancang untuk kepentingan keseluruhan populasi sekaligus merupakan hal yang tidak praktis. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan perancangan dengan tujuan dan data yang berasal dari segmen populasi dibagian tengah grafik. Jadi merupakan hal logis untuk mengesampingkan perbedaan yang ekstrim pada bagian ujung grafik dan hanya menggunakan segmen terbesar yaitu 90% dari kelompok populasi tersebut.

Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase teretentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya: 95% populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil (Nurmianto, 2008).

(47)

L-xxv

Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata dari suatu kelompok tertentu, namun demikian pengertian ini jangan disalahartikan sama dengan mengatakan bahwa rata-rata orang pada kelompok tersebut memiliki ukuran tubuh yang dimaksudkan tadi. Ada dua hal penting yang harus selalu diingat bila menggunakan persentil. Pertama, persentil anthropometrik dari tiap invidu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Kedua, tidak dapat dikatakan seseorang memilki persentil yang sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5, untuk keseluruhan dimensi tubuhnya (Panero & Zelnik, 2003).

Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data anthropometri, ditunjukan dalam tabel 2.14.

Tabel 2.14 Macam Persentil dan Cara Perhitungan dalam Distribusi Normal P Peerrsseennttiill PePerrhhiittuunnggaann 1-st x - 2,325 s x 2.5-th x - 1,96 s x 5-th x - 1,645 s x 10-th x - 1,28 s x 50-th x 90-th x + 1,28 s x 95-th x + 1,645 s x 97.5-th x + 1,96 s x 99-th x + 2,325 s x Sumber: Wignjosoebroto, 1995

Keterangan tabel 2.14 di atas, yaitu:

-x = mean data

x

s = standar deviasi dari data x

Pada pengolahan data anthropometri yang digunakan adalah data anthropometri hasil pengukuran dimensi tubuh manusia yang berkaitan dengan dimensi dari perancangan fasilitas kerja.

(48)

L-xxvi · Perhitungan Persentil 5 dan 95

Pada penentuan dimensi rancangan fasilitas kerja perakitan dibutuhkan beberapa persamaan berdasarkan pendekatan anthropometri. Ini berkaitan dengan penentuan penggunaan persentil 5 dan 95 (Panero & Zelnik, 2003).

Perhitungan nilai persentil 5 dan persentil 95 dari setiap jenis data yang diperoleh, dilanjutkan dengan perhitungan untuk penentuan ukuran rancangan dan pembuatan rancangan berdasarkan ukuran hasil rancangan. Menurut Wignjosoebroto (1995), untuk menghitung persentil 5 dan persentil 95 menggunakan rumus pehitungan yang terdapat pada tabel 2.14 sebelumnya.

P5 = x-1,645SD -……….………...persamaan 2.1 P50 = -x ……….………....persamaan 2.2 P95 = x+1,645SD -……...……….……persamaan 2.3

2.2.7 Sikap Duduk dan Perancangan Tempat Duduk

Duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal itu mengurangi banyaknya otot statis pada kaki. Namun sikap duduk yang keliru akan menyebabkan masalah punggung. Operator dengan sikap duduk yang salah akan menderita pada bagian punggungnya. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan pada saat berdiri atau berbaring. Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau urat saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong kedepan (Nurmianto, 2008).

Perancangan kursi kerja harus dikaitkan dengan jenis pekerjaan, postur yang diakibatkan, gaya yang dibutuhkan, arah visual (pandangan mata), dan kebutuhan yang perlunya mengubah posisi (postur).

Pertimbangan-pertimbangan untuk perancangan tempat duduk: · Dinamika Posisi Duduk

Dinamika posisi duduk dapat lebih mudah digambarkan dengan mempelajari mekanika sisitem penyangga dan keseluruhan struktur tulang yang terlibat dalam gerakanya. Menurut Tichauher, “sumbu penyangga dari batang tubuh yang diletakkan dalam posisi duduk adalah sebuah garis pada bidang datar

Gambar

Tabel  2.15  Rumus  Perhitungan  Momen  Penahan  untuk  Beberapa  Geometri  Melintang Material (Lanjutan)
Gambar 4. 1 Menganyam Sandaran Kursi Bagian Depan
Tabel  4.4    Skor  REBA  Grup  A  Gambar  Menganyam  Sandaran  Kursi   Bagian Depan  Neck     1  2  3 Table A  Legs  1  2  3  4  1  2  3  4  1  2  3  4  1  1  2  3  4  1  2  3  4  3  3  5  6  2  2  3  4  5  3  4  5  6  4  5  6  7  3  2  4  5  6  4  5  6
Tabel 4.5  Skor REBA Grup B Untuk Gambar Menganyam Sandaran Kursi  Bagian Depan  Lower Arm     1  2 Table B  Wrist  1  2  3  1  2  3  1  1  2  2  1  2  3  2  1  2  3  2  3  4  3  3  4  5  4  5  5  4  4  5  5  5  6  7  5  6  7  8  7  8  8 Upper Arm Score  6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Studi yang dilakukan oleh Kim Fridkin Kahn (Kahn, 1996; Kahn &amp; Goldenberg, 1991) menunjukkan hasil bahwa dalam berbagai surat kabar di Amerika yang diteliti dengan

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Substituen pada Posisi Para dari Turunan

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu terletak pada model pembelajaranya, pada penelitian Umariyah menggunakan model pembelajaran

menyoroti penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) yang dibatasi pada pemakaian huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca dalam karangan deskripsi siswa yang dikaji

Kelenjar sebaseus yang hiperaktif menyebabkan produksi lipid berlebihan sehingga kadar lipid pada kulit tinggi dan mengakibatkan kulit berminyak.. Jika produksi

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis dan pengujian secara eksperimen di Laboratorium adalah momen nominal hasil analisis pada kolom beton bertulangan bambu wulung

Keagamaan Islam di sini mengacu kepada satuan pendidikan keagamaan atau lembaga pendidikan keagamaan Islam. Jadi, kesimpulannya adalah integritas madrasah ke dalam

Berdasarkan temuan penelitian diatas, maka saran bagi manajemen perusahaan dalam kaitannya untuk menigkatkan kepuasan kerja karyawan adalah manajemen perusahaan