• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INTERAKSI GENETIK LINGKUNGAN (SISTEM PERKANDANGAN) PADA TIGA JENIS AYAM KAMPUNG TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INTERAKSI GENETIK LINGKUNGAN (SISTEM PERKANDANGAN) PADA TIGA JENIS AYAM KAMPUNG TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN SKRIPSI"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INTERAKSI GENETIK LINGKUNGAN (SISTEM PERKANDANGAN) PADA TIGA JENIS AYAM KAMPUNG

TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN

SKRIPSI

OLEH:

JOZI ARSA DEMASANI E10017030

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI

(2)

PENGARUH INTERAKSI GENETIK LINGKUNGAN (SISTEM PERKANDANGAN) PADA TIGA JENIS AYAM KAMPUNG

TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN

Jozi Arsa Demasani, di bawah bimbingan Silvia Erina dan Helmi Ediyanto

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh sistem perkandangan pada tiga jenis ayam kampung terhadap pertambahan bobot badan. Penelitian ini dilaksanakan di Farm Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Materi penelitian yang digunakan adalah ayam kampung lokal, super dan KUB. Alat dan bahan yang digunakan adalah kandang baterai, kandang litter tanpa tengger dan kandang litter tengger, timbangan digital, ransum merk Novo produksi Charoen Phokphand. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan jumlah sampel sebanyak 162 ekor ayam yang terdiri dari ayam kampung lokal, super dan KUB masing masing 54 ekor yang dipelihara mulai umur DOC sampai umur 70 hari. Rancangan penelitian yang digunakan metode Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 3 x 3 dengan 3 pengulangan. Peubah yang diamati adalah bobot badan dan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 2, 4, 6, 8 dan 10 minggu yang di ukur dalam satuan gram. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA), apabila terdapat pengaruh yang nyata maka akan dilakukan dengan uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi genetik lingkungan pada 3 jenis ayam kampung terhadap bobot badan maupun pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan harian yang tertinggi pada ayam kampung lokal dan KUB dicapai pada minggu kedelapan yaitu 15,82±3,98 gram dan 21,25±4,26 gram, sedangkan pada ayam super tercapai pada minggu kesepuluh yaitu 19,79±4,59 gram. Bobot badan umur 10 minggu ayam kampung lokal yang dipelihara pada kandang baterai 956,16 gram , kandang litter tanpa tengger 884,33 gram, litter tengger 942,94 gram, dan Bobot badan umur 10 minggu ayam kampung super yang dipelihara pada kandang baterai 1.148,11 gram, kandang litter tanpa tengger 1028,19 gram, litter tengger 1.118,36 gram, sedangkan Bobot badan umur 10 minggu ayam KUB yang dipelihara pada kandang baterai 1.165,27 gram, kandang litter tanpa tengger 1.060,64 gram, litter tengger 1.151,73 gram. Ada perbedaan bobot badan umur 10 minggu yang berbeda sangat nyata (P<0,01) antara ayam kampung lokal, super dan KUB, yaitu sebesar 927,81±112,32 gram, 1.098,22±157,15 gram dan 1.125,88±147,20. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ayam KUB dan super yang dipelihara pada kandang baterai dan litter tengger bobot badannya lebih tinggi dibandingkan dengan litter tanpa tengger.

(3)
(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Interaksi Genetik Lingkungan (Sistem Perkandangan) Pada Tiga Jenis Ayam Kampung Terhadap Pertambahan Bobot Badan. Adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku.

Jambi, Juli 2021

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis skripsi yang berjudul “Pengaruh Interaksi Genetik Lingkungan (Sistem Perkandangan) Pada Tiga Jenis Ayam Kampung Terhadap Pertambahan Bobot Badan” bernama, Jozi Arsa Demasani anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Muharman dan Ibu Seni Sahhuri. Penulis dilahirkan di Punai Merindu,pada tanggal 24 Desember 1998.

Penulis telah menyelesaikan jenjang pendidikan dasar di SD Negeri 120 Telanaipura pada tahun 2011, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 7 Muaro Jambi pada tahun 2014 dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Muaro Jambi dalam program studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada tahun 2017.

Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi pada tahun 2017 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Penulis melakukan kegiatan praktek lapang dari bulan Agustus sampai dengan September 2020 di Tunas Organik Farm, Rawa Sari, Kecamatan Kota Baru, Jambi. Penulis juga melaksanakan progam magang pengganti KKN pada bulan November 2020 sampai dengan Januari 2021 di Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak (BPTUHPT) Padang Mengatas, Kabupaten Lima Puluh Kota, Povinsi Sumatera Barat.

(6)

i PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Karunia dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir (SKRIPSI) yang berjudul“Pengaruh Interaksi Genetik Lingkungan (Sistem Perkandangan) Pada Tiga Jenis Ayam Kampung Terhadap Pertambahan Bobot Badan”. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama kuliah, kegiatan penelitian berlangsung dan dalam menyusun skripsi, yaitu:

1. Kedua Orang Tua saya yang amat sangat saya cintai dan sayangi yaitu Bapak Muharman dan Ibu Seni Sahhuri yang telah memberikan doa, restu, kasih sayang, dan semangat serta dorongan secara moril maupun materil.

2. Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir. Agus Budiansyah, M.S 3. Ketua Prodi Fakultas Peternakan Dr. Bayu Rosadi, S.Pt., M.Si

4. Ibu Drh. Anie Insulistyowati, M.P selaku pembimbing akademik yang telah membimbing saya dari awal perkuliahan.

5. Ibu Ir. Silvia Erina, M.P selaku dosen pembimbing utama dan Bapak Ir. Helmi Ediyanto, M.P selaku dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi ini dengan sabar.

6. Bapak Ir. Eko Wiyanto, M.Si selaku dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan.

7. Bapak Dr. Ir. Gushairiyanto, M.Si, Dr. Ir. Depison, M.P, dan Ir. Eko Wiyanto, M.Si selaku Tim Evaluator.

8. Pegelola Keserjanaan Bapak Ir. Eko Wiyanto, M.Si yang telah banyak membantu dalam proses tugas akhir.

9. Seluruh staf pengajar Fakultas Peternakan universitas Jambi yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan dan wawasan kepada penulis.

10. Saudara saya tersayang Regina Arsa Sufintan dan Afifah Pawaransa. dan keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang,perhatian, semangat dan dukungan kepada saya.

(7)

ii

11. Sepupu saya Rada Yamerbuke yang yang telah memberikan motivasi dan mendengarkan segala keluh kesah selama penulisan skripsi.

12. Bapak Al hendri, S.Pt, M.Si dan lainnya yang telah membantu selama pelaksanaan magang berlangsung di Padang dan memberi semangat dalam penyusunan skripsi.

13. Rekan satu penelitian Kartika Eka Putri, Sari Utami dan Weni Oktari dan Rekan satu tempat pelaksanaan magang di BPTUHPT Padang Mengatas yaitu Angga Zulkarnain, Bagus Tri Admaja, Dwi Putri Wulandari, Oktariki, Tegar Hastanto, Vinny Alvionita dan Wedo Ahmad Yani.

14. Para Sahabat saya Antonny Azman, Bima Aftadinata, Julkarnain, dan Ricky Suari Damanik, yang telah memberikan motivasi dan mendengarkan segala keluh kesah selama penulisan skripsi serta telah menemani suka duka selama masa perkuliahan.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Jambi, Januari 2021

(8)

iii DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v BAB I PENDAHULIAN ... 1 1.1.Latar Belakang ... 1 1.2.Tujuan ... 4 1.3.Manfaat ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Ayam kampung ... 5

2.2. Produktivitas ayam kampung ... 6

2.3. Interaksi genetik dengan lingkungan ... 7

2.4. Pertambahan bobot badan ... 8

BAB III MATERI DAN METODA ... 10

3.1. Tempat dan waktu ... 10

3.2. Materi ... 10

3.3. Metode ... 10

3.4. Rancangan penelitian ... 11

3.5. Peubah yang diamati ... 11

3.6.Analisis Data ... 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

4.1. Bobot badan DOC, 2, 4, 6, 8 dan 10 Minggu... 13

4.2. Pertambahan Bobot Badan Umur 2, 4, 6, 8 dan 10 Minggu .... 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 20

5.1.Kesimpulan ... 33

5.2.Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34 LAMPITAN ...

(9)

iv DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Bobot Badan 3 Jenis Ayam Kampung Umur 1 Hari, 2, 4, 6, 8 dan 10

minggu ... 13 2. Rataan bobot Badan 3 jenis ayam kampung umur 2 minggu yang

dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda. ... 16 3. Rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 4 minggu yang

dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda ... 17 4. Rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 6 minggu yang

dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda ... 18 5. Bobot Badan 3 jenis ayam kampung umur 8 minggu yang dipelihara di

3 sistem perkandangan yang berbeda ... 21 6. Rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 10 minggu yang

dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda ... 21 7. Rataan Pertambahan Bobot Badan 3 Jenis Ayam Kampung Umur 2, 4,

6, 8 dan 10 minggu ... 23 8. Rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 0-2

minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda. ... 26 9. Rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 2-4

minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda. ... 27 10. Rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 4-6

minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda. ... 28 11. Rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 6-8

minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda. ... 30 12. Rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 8-10

(10)

v DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kurva Bobot Badan 3 Jenis Ayam Kampung Umur 1 Hari, 2, 4, 6, 8

dan 10 minggu ... 16 2. Kurva Rataan bobot Badan 3 jenis ayam kampung umur 2 minggu

yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda. ... 17 3. Kurva Rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 4 minggu

yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda ... 18 4. Kurva Rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 6 minggu

yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda ... 20 5. Kurva Bobot Badan 3 jenis ayam kampung umur 8 minggu yang

dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda ... 21 6. Kurva Rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 10 minggu

yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda ... 22 7. Kurva Rataan Pertambahan Bobot Badan 3 Jenis Ayam Kampung

Umur 2, 4, 6, 8 dan 10 minggu ... 25 8. Kurva Rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur

0-2 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda. .. 27 9. Kurva Rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur

2-4 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda. .. 29 10. Kurva Rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur

4-6 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda. .. 30 11. Kurva Rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur

6-8 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda. .. 31 12. Kurva Rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Ayam kampung adalah ayam lokal yang populasinya tersebar diseluruh wilayah Indonesia seperti ayam kampung unggul balitnak, super dan lokal. Ayam lokal ini berpotensi besar untuk dikembangkan karena mempunyai peranan yang sangat penting dalam memenuhi kecukupan gizi keluarga, peningkatan pendapatan keluarga dan dijadikan sebagai tabungan bagi peternak (Dewanti dan sihombing, 2012). Ayam kampung berperan penting sebagai sumber produksi daging dan telur untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat. Dalam memproduksi daging dan telur, produktivitas ayam kampung lebih rendah dibandingkan dengan ayam ras pedaging maupun petelur. Pola pemeliharaan secara insentif dapat memperbaiki produktivitas ayam lokal dan sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki penampilan produksi ayam lokal dibandingkan dengan pemeliharaan secara tradisional. (Resnawati dkk, 1999 ). Manfaat daging ayam bagi kesehatan sangat baik bagi tubuh tentunya, karena daging ayam mengandung protein tinggi, serta vitamin dan mineral. Daging memiliki komposisi secara umum yaitu terdiri dari air sekitar 75%, protein 19%, lemak 2,5%, karbohidr at 1,2%, substansi non protein yang larut 2,3% termasuk substansi nitrogenus 1,65%, substansi anorganik 0,65% dan vitamin yang larut dalam lemak dan air relative sangat sedikit.(Rukimini et al., 2019)

Interaksi merupakan suatu jenis tindakan yang terjadi ketika dua atau lebih objek saling mempengaruhi. Fenotip merupakan suatu karakteristik, baik struktural, biokimiawi, fisiologis dan perilaku yang dapat diamati dari suatu organisme. Fenotip meliputi sifat kualitatif dan sifat kuantitatif, sifat kualitatif adalah sifat yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan atau sifat yang dapat dideskripsikan, meliputi warna bulu, warna cakar, dan bentuk jengger, sedangkan sifat kuantitatif adalah sifat yang dipengaruhi oleh lingkungan ataupun sifat yang dapat diukur meliputi panjang femur, panjang tibia, tinggi jengger dan bobot badan. Pertambahan bobot badan ayam kampung sangat dipengaruhi oleh sifat kuantitatif dan juga dari genetiknya. Genetik sendiri dapat diartikan sebagai

(12)

2

karateristik yang diturunkan dari induk ke anaknya melalui gen. genetik ayam kampung dapat diperbaiki dengan cara memperbaiki produktivitas genetiknya, yaitu dengan cara sistem pemeliharaan semi insentif. Sistem pemeliharaan ini dapat meningkakan produktivitas ayam lokal lebih dari 100% walaupun angka kematian juga cukup tinggi yaitu 20% (Nataamijaya, 2000), berbeda dengan lingkungan yang meliputi semua faktor fisik, kimia, biologi dan sosial yang ada disekitar ternak tersebut. Sifat dan lingkungan berpengaruh pada gen-gen yang dimiliki ternak, tetapi keadaan lingkungan yang menunjang diperlukan untuk memberikan kesempatan penampilan suatu sifat secara penuh (Warwick et al, 1995). Interaki genetik lingkungan adalah ketika dua atau lebih genotipe berbeda merespon lingkungan dengan cara yang berbeda. Ukuran tubuh mampunyai keragaman pada hewan disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan (Nozawa, 1980).

Kandang adalah tempat tinggal ayam dalam melakukan semua aktivitasnya. Mulai dengan makan, minum dan tentu saja tumbuh maupun menghasilkan telur. Perlu sekiranya diperhatikan kenyamanan kandang sehingga mampu mendukung tercapainya performan ayam yang optimal. Sistem perkandangan baterai, litter yang ada tempat tenggernya dan litter yang tidak ada tempat tenggernya. Tempat bertengger sebaiknya disediakan dengan cukup agar ayam tidak bertindihan dan harus selalu menjaga kebersihannya agar ayam yang tinggal didalamnya tetap sehat dan terhindar dari penyakit berak kapur , berak hijau dan berak darah, sedangkan litter disediakan agar ayam leluasa melakukan aktifitas. Pemberian ransum juga sangat berpengaruh terhadap unggas, ransum komersial merupakan gabungan dari beberapa bahan yang disusun sedemikian rupa dengan formulasi tertentu yang sudah dihitung (dikalkulasi) sebelumnya berdasarkan kebutuhan industri dan energi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan ternak. Ransum dinyatakan berkualitas baik apabila mampu memberikan seluruh nutrien secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan nutrien tersebut bagi ternak. Ransum komersial mengandung zat-zat makanan seperti : protein, kabohidrat, lemak, mineral, vitamin, yang dibutuhkan oleh ayam pedaging.

(13)

3

Ayam kampung unggul balitnak adalah ayam hasil persilangan antara sesama ayam kampung yang telah diseleksi dan mempunyai beberapa keunggulan. Jenis ayam kampung unggul merupakan hasil penelitian ternak yang beralamat di jalan veteran III, Ciawi Bogor, dilakukan seleksi ayam lokal di Jawa Barat selama 6 generasi, yang memiliki kelebihan produktivitas telurnya tinggi, 2x lipat lebih banyak dari ayam kampung biasa dan bisa juga dijadikan ayam pedaging unggul yang usia 8 minggu rata rata dapat mencapai bobot 800gram hingga 900gram, sifat mengeramnya rendah dan jumlah konsumsi pakan ketika masa produksi bertelur lebih rendah, tetapi kekurangannya masa panen ayam unggul lebih lama dibandingkan ayam super serta untuk mendapatkan bibit ayam unggul tidak mudah karena belum banyak orang yang mengembangkan ayam kampung unggul ini, sedangkan ayam kampung super adalah jenis ayam kampung pedaging hasil persilangan dari ayam Bangkok jantan dengan ayam petelur betina. Karateristik ayam kampung super mirip dengan ayam kampung biasa yang suka bertengger dan berkokok, memiliki pial yang besar dan tegap hanya saja warna telurnya lebih gelap dari telur ayam kampung. Ayam kampung super memiliki masa panen yang lebih cepat dibandingkan dengan ayam kampung biasa, hanya membutuhkan waktu sekitar 60 hari dengan bobot 0,8 – 1kg, tetapi kekurangan dari ayam kampung super ini adalah pemberian pakan akan sedikit lebih banyak karena postur tubuh ayam kampung super yang besar dan harga telur yang lebih murah dari pada ayam kampung biasa, sedangkan Ayam kampung lokal merupakan ayam yang tidak dilakukan seleksi, kelebihannya adalah pemberian pakan akan sedikit lebih banyak karena postur tubuh ayam kampung super yang besar serta kelemahan ayam kampung lokal mempunyai pertumbuhan lebih lambat dibandingkan ayam unggul dan ayam super, ayam kampung baru dapat dipanen pada umur 5 atau 6 bulan dan juga lebih rentan terhadap penyakit karena bukan dari varietas unggulan.

Pertambahan bobot badan merupakan selisih dari bobot akhir dengan bobot awal pada saat tertentu. Kurva pertumbuhan ternak sangat tergantung dari pakan yang diberikan serta bagaimana interaksi lingkungannya. Bobot ayam kampung pada umur 90 hari yang dipelihara secara tradisional 425,19 gram lebih

(14)

4

rendah dibandingkan dengan jika dipelihara semi insentif 531,88 gram. (Prasetyo et al., 1985)

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh interaksi genetik lingkungan (sistim perkandangan) pada tiga jenis ayam kampung terhadap pertambahan bobot badan”.

1.2.Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem perkandangan pada tiga jenis ayam kampung terhadap pertambahan bobot badan.

1.3.Manfaat

Penelitian ini diharapkan agar mahasiswa dapat mempraktekkan pemanfaatan penggunaan sistem perkandangan yang berbeda untuk memelihara ayam kampung.

(15)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Ayam kampung

Ayam kampung adalah ayam lokal yang populasinya tersebar di seluruh wilayah Indonesia seperti ayam kampung unggul balitnak, super dan lokal. Ayam lokal ini berpotensi besar untuk dikembangkan karena mempunyai peranan yang sangat penting dalam memenuhi kecukupan gizi keluarga, peningkatan pendapatan keluarga dan dijadikan sebagai tabungan bagi peternak. Pemeliharaan dan pemasaran ayam kampung sangat sederhana sedangkan dari pendapatan sangat menguntungkan bagi peternak (Dewanti and Sihombing, 2012). Ayam kampung lokal adalah sebutan bagi ayam peliharaan yang tidak dibudidayakan dengan cara budidaya massal serta tidak berasal dari ras yang dihasilkan untuk kepentingan komersial, sedangkan ayam kampung super adalah jenis ayam kampung pedaging hasil persilangan dari ayam Bangkok jantan dengan ayam petelur betina. Ayam kampung super ini memiliki performa yang hampir mirip dengan ayam kampung (Kusmayadi et al., 2018) Ayam kampung super merupakan hasil dari proses pemuliaan yang bertujuan untuk peningkatan produksi daging. Hasil penelitian (Munira dkk, 2015) bobot potong ayam super yang hanya 874, 903, 838 dan 839 gram pada setiap perlakuannya dan hasil penelitian (Selviana dkk, 2019) bobot potong ayam super 718, 812, 758 dan 728 gram setiap perlakuannya. Dalam jangka pendek metode persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan Sartika, 2001) Dilakukannya persilangan pada ayam untuk memperbaiki pertumbuhan ayam kampung karena bobot yang dihasilkan lebih besar (Habiburahman, 2018).

Daging memiliki komposisi kimia secara umum terdiri dari air sekitar 75%, protein 19%, karbohidrat 1,2%, lemak 2,5 %. Substansi non protein yang larut 2,3% termasuk substansi nitrogenus 1,65%, substansi anorganik 0,65% serta vitamin yang larut dalam lemak dan air relative sangat sedikit (Rukmini et al., 2019). Daging dan telur ayam kampung lebih mahal harganya dan memiliki preferensi lebih baik dibandingkan ayam ras dan yang tidak kalah pentingnya

(16)

6

produk ayam kampung lebih alami karena sedikit mengkonsumsi obat sintesis (Fitriani et al., 2019)

2.2.Produktivitas ayam kampung

Ayam kampung berperan penting sebagai sumber produksi daging dan telur untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat. Dalam memproduksi daging dan telur, produktivitas ayam kampung lebih rendah dibandingkan dengan ayam ras pedaging maupun petelur. Pola pemeliharaan secara insentif dapat memperbaiki produktivitas ayam lokal. (Iskandar, 2012). Ayam memiliki kebutuhan zat gizi seperti halnya manusia, ayam jangan hanya diberi jagung saja, karena tidak akan tumbuh optimal apabila diberikan makan dari satu bahan saja, harusnya setiap bahan seringkali kekurangan zat-zat tertentu ternak umumnya ticlak (Kushartono, 2001)

Sebelum tahun 1980-an, sistem pemeliharaan semiintensif meningkatkan produktivitas ayam lokal lebih dari 100%, walaupun angka kematian masih cukup tinggi, yaitu sekitar 20% (Nataamijaya, 2000). Bobot ayam kampung pada umur 90 hari yang dipelihara secara tradisional 425,19 gram lebih rendah dibandingkan dengan jika dipelihara secara semi intensif 531,88 gram (Prasetyo et al., 1985) dan secara intensif 708,0 gram pada umur 12 minggu (Creswell dan Gunawan, 1982) Suhu lingkungan yang tinggi berpengaruh karena dapat memberikan dampak negatif pada produktivitas serta kondisi fisiologis ayam, suhu lingkungan pada ayam lebih banyak diperhatikan, karena sering mengakibatkan kerugian pada peternak (Gunawan and Sihombing, 2004). Suhu lingkungan tinggi adalah faktor penghambat produksi ayam, karena secara langsung hal ini mengakibatkan turunnya konsumsi pakan sehingga terjadi defisiensi zat-zat makanan (Daghir, 1995). Bobot badan ayam buras umur 8 minggu yang dipelihara oleh peternak secara ekstensif pada suhu lingkungan tinggi adalah 257 g/ekor lebih rendah dibandingkan bobot badan ayam buras pada suhu lingkungan rendah, yaitu 427 g/ekor (Wihandoyo et al., 1981). Menurut penelitian (Kompiang, 2001) Pertumbuhan ayam kampung lokal paling tinggi pada minggu ke 8 yaitu 214±16,44 gram dan ayam KUB pada penelitian (Urfa, 2017) minggu ke 8 juga memiliki pertumbuhan yang tinggi yaitu 144,47 gram. Penurunan konsumsi pakan

(17)

7

ini, antara lain disebabkan oleh meningkatnya konsumsi air minum yang digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh terhadap suhu lingkungan yang bertambah panas.

2.3.Interaksi genetik dengan lingkungan

Produksi atau penampilan individu dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan (Subekti and Arlina, 2011). Ukuran tubuh mampunyai keragaman pada hewan disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan (Nozawa, 1980). Pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh faktor bangsa, jenis ternak, umur kualitas ransum dan jenis kelamin (Yunianti, 2004). Genetik adalah ilmu yang mempelajari bagaimana sifat-sifat suatu makhluk hidup ini diturunkan dari induk kepada keturunannya (Sutarno, 2016). Variasi yang terdapat pada suatu individu disebabkan oleh variasi genetik dan lingkungan ( Yatim, 1991). Sesuai hasil penelitian penelitian (Nishida et al. 1982) yang mana rata-rata bobot badan pada ayam Kampung jantan dan betina adalah 1.87 kg dan 1.37 kg dan hasil penelitian (Mansjoer, 1985) rata-rata bobot badan pada ayam Kampung jantan dan betina adalah 1.65 kg dan 1.39 kg. Perbedaan hasil penelitian tersebut dikarenakan faktor genetik dan lingkungan.

Sifat dan lingkungan berpengaruh pada gen-gen yang dimiliki ternak, tetapi keadaan lingkungan yang menunjang diperlukan untuk memberikan kesempatan penampilan suatu sifat secara penuh (Warwick et al, 1995), maka semakin padat kandang akan meningkatkan jumlah konsumsi ransum sementara bobot badan ayam menurun ( Woro dkk, 2019) Tempat bertengger disediakan untuk mengarah pada manfaat kesejahteraan dalam hal berkurangnya rasa takut dan agresi serta kondisi tubuh yang lebih baik (Wardi et al., 2019). Sifat kualitatif merupakan sifat yang dapat dideskripsikan dimana individu individu dapat diklasifikasikan ke dalam satu, dua kelompok atau lebih dan pengelompokan itu berbeda jelas satu sama lain. Sifat kuantitatif adalah sifat yang dapat diukur, sifat kuantitatif dipengaruhi oleh banyak pasangan gen dan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Kumnirdpetch, 2002)..

Pertumbuhan seekor ternak merupakan interaksi antara lingkungan dan faktor genetik (Suharsino, 1976). Ayam pada umumnya menyukai duduk dan

(18)

8

berdiri didekat tenggerannya . Hubungan performa dengan tingkah laku bertengger biasanya tidak saling mempengaruhi satu sama lain (Mishra, et al., 2005). Faktor lainnya antara lain adalah dengan perbaikan genetik dan peningkatan dalam manajemen pemeliharaan ayam kampung yang harus didukung dengan perbaikan nutrisi pakan (Resnawati, 2012). Pencapaian bobot badan pada umur yang sama antara berbagai strain akan berbeda dan hal ini disebabkan selain adanya perbedaan mutu genetik juga disebabkan oleh faktor lingkungan yang mendukung potensi genetik tersebut (Risnajati, 2017).

Ayam akan naik ketempat yang lebih tinggi untuk bertengger karena bertengger termasuk dalam salah satu tingkah laku berlindung (shelter behavior). Umumnya ayam akan mencari perlindungan ketika merasa datangnya gangguan dari luar (lingkungan), seperti angin, sinar matahari, hujan, dan predator seperti serangga (Wardi et al., 2019). Performa berhubungan dengan tingkah laku bertengger biasanya tidak saling mempengaruhi satu sama lain (Mishra et al., 2005). Tempat bertengger disediakan untuk mengarah pada manfaat kesejahteraan dalam hal berkurangnya rasa takut dan agresi serta kondisi tubuh yang lebih baik (Donaldson dan O’Connell, 2012).

2.4.Pertambahan bobot badan

Kebutuhan optimum ternak terjadi pada suhu yang rendah karena ternak akan mengkonsumsi ransum lebih banyak karena sebagian energi ransum akan diubah menjadi panas untuk mengatasi suhu lingkungan yang lebih rendah(Rajab, 2019). Karena biasanya ayam tidak akan makan pada keadaan panas dan makan selama keadaan dingin, karena kebutuhan energi yang lebih tinggi (Wardi et al., 2019). Pakan komersial untuk penampilan ayam kampung menghasilkan pertambahan berat badan lebih tinggi dan konsumsi pakan daripada pakan rasional yang disusun mengikuti kandungan ME dan PK pakan komersial. (Trisiwi dan Supartini, 2015). Ayam yang mendapat pakan dengan energi dan protein lebih rendah kurang efisien memanfaatkan pakan untuk meningkatkan pertambahan bobot badan sedangkan ayam yang mendapat pakan dengan energi dan protein yang tinggi ini menjadi efisien dalam mengubah pakan untuk meningkatkan pertambahan bobot badan(Candrawati, 1999). Ayam Pelung yang

(19)

9

disilangkan dengan ayam Kampung sebesar 954,7 g/ekor dan persilangan ayam Kampung dengan ayam Kampung sebesar 886,9 g/ekor dengan pemberian ransum yang hampir sama(Eriko, 2016).

Ayam kampung unggul bobotnya DOC sangat nyata paling tinggi dibandingkan dengan ayam kampung Asli dan Super. Hal tersebut disebabkan karena ayam unggul telah mengalami seleksi pada bobot tetas, bobot badan dan bobot potong selama bebera pagenerasi sehingga terjadi peningkatan pada peubah peubah tersebut (Balai Penelitian Ternak, 2011). Rataan dan keragaman bobot badan umur 2, 4, 6 dan 8 minggu dari uji lanjut (uji jarak Dun can) menunjukkan bahwa bobot badan ayam kampung Unggul memiliki bobot badan yang paling tinggi dibandingkan ayam kampung Super dan ayam kampung (Ediyanto, 2018). Ayam kampung pada umur 90 hari yang dipelihara secara tradisional mempunyai bobot badan 425,19 gram lebih rendah dibandingkan dengan jika dipelihara semi insentif 531,88 gram. (Prasetyo et al., 1985).

Pemeliharaan ayam buras pada lingkungan yang baik dengan lantai litter dapat menghasilkan bobot badan sekitar 553 gram pada umur 8 minggu (Creswell dan Gunawan, 1982). Bobot badan yang dicapai hingga umur 56 minggu pada kandang dengan sistem lantai bambu dan litter, masing-masing 633,62 dan 630,67 gram (Abdul Aziz, 2003)

(20)

10 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Tempat dan waktu

Penelitian ini bertempat di kandang percobaan Fakultas Peternakan Universitas Jambi dan waktu yang dibutuhkan untuk penelitian ini 10 minggu terhitung dari 14 Juli 2020 – 25 September 2020.

3.2.Materi

Materi yang digunakan yaitu DOC ayam kampung unggul balitnak, super dan lokal masing masing 54 ekor. Alat dan bahan yang digunakan adalah kandang baterai, kandang litter tanpa tempat bertengger dan kandang litter dengan tempat bertengger untuk memelihara ayam, timbangan digital, vaksin, ransum merk Novo produksi Charoen Phokphand

3.3.Metode

Penelitian Pengaruh interaksi genetik lingkungan (sistim perkandangan) pada tiga jenis ayam kampung terhadap pertambahan bobot badan ini menggunakan metode percobaan dan termasuk kedalam kategori eksperimen, 162 unit ayam kampung dipelihara dengan menggunakan 3 perlakuan yaitu kandang baterai dengan ukuran 1x1x0,5 meter 9 kandang setiap kandang di isi 6 ekor ayam, kandang litter dengan tempat bertengger dengan ukuran 1x1x0,5 meter sebanyak 9 unit setiap kandang di isi 6 ekor ayam dan kandang litter tanpa tempat bertengger dengan ukuran 1x1x0,5 meter sebanyak 3 unit setiap kandang 6 ekor ayam. Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan.

Prosedur kerja penelitian ini adalah persiapan penelitian dengan menyiapkan alat serta bahan yang diperlukan, setelah itu lakukan sanitasi kandang. Kemudian tahapan penelitian peneliti melakukan pemberian pakan dan minum kepada ayam kampung secara ad labitum yang berlangsung selama 10 minggu, selain itu juga melakukan vaksinasi secara teratur, apabila ada ternak yang terkena hama atau penyakit segera menjauhkan atau memusnahkan ternak

(21)

11

tersebut. Terakhir tahapan pengamatan yaitu mengamati pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 2, 4, 6, 8 dan 10 minggu serta konsumsi ransum dan dilanjutkan dengan pencatatan data bobot ayam kampung.

3.4.Rancangan penelitian

Rancangan percobaan dalam penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 3 x 3 dengan 3 pengulangan. Faktor I yaitu jenis ayam meliputi ayam kampung unggul balitnak, ayam kampung super dan ayam kampung lokal dan faktor II yaitu model kandang yang digunakan meliputi kandang baterai, kandang litter dengan tempat bertengger dan kandang litter tanpa tempat bertengger dengan 9 perlakuan kombinasi dan setiap perlakuan terdiri dari 3 pengulangan dan penempatan ayam pada masing masing kandang dilakukan secara acak.

Model matematika sesuai dengan rancangan yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk Keterangan:

Yijk = Nilai ke- k pada jenis ayam I dan sistem kandang j μ = Nilai rata-rata

αi = Pengaruh jenis ayam ke-i (1, 2, 3) βj = Pengaruh jenis kandang ke-j (1, 2, 3)

(αβ)ij = Pengaruh interaksi jenis ayam ke-I dan sistem kandang ke-j εij = Pengaruh galat jenis ayam dan sistem kandang.

3.5.Peubah yang diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah bobot badan 3 jenis ayam kampung DOC, 2, 4, 6, 8 dan, 10 minggu, serta pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung yang diperoleh dari selisih bobot setiap penimbangan yang dilakukan pada umur 2, 4, 6, 8 dan 10 minggu yang di ukur dalam satuan gram.

Data pertambahan bobot badan selama penelitian diperoleh dari selisih antara bobot badan akhir dengan bobot badan awal. Dengan rumus sebagai berikut:

(22)

12

PBB = BBt – BBt-1 Keterangan:

PBB = Pertambahan Bobot Badan BBt = Bobot badan pada waktu akhir BBt-1 = Berat badan pada waktu awal

3.6.Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA). Apabila terdapat pengaruh yang nyata maka akan dilakukan dengan uji Jarak Berganda Duncan (Steel and Torrie, 1995).

Sebelum dianalisis data, bobot badan ayam betina disetarakan atau disamakan ke bobot jantan caranya dengan membagi rata rata bobot ayam jantan dengan ayam betina, setelah itu melakukan analisis ragam dan apabila berpengaruh nyata atau sangat nyata maka dilanjut dengan uji Duncan dan untuk mengetahui ada tidaknya interaksi genetik lingkungan maka data digambarkan dengan kurva norma reaksi. Jika ada interaksi maka garis kurva akan saling berpotongan dan jika tidak ada interaksi garis kurva tidak akan berpotongan atau sejejar.

(23)

13 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Bobot badan DOC, 2, 4, 6, 8 dan 10 Minggu

Rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 1 hari dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Bobot Badan 3 Jenis Ayam Kampung Umur 1 Hari, 2, 4, 6, 8 dan 10 minggu.

Bobot badan menurut umur (Gr)

Jenis Ayam Kampung

Lokal Super KUB

DOC 30,56±3,64a 38,22±4,12c 33,64±2,70b 2 Minggu 111,38±13,69a 112,96±15,50a 115,60±14,52a 4 Minggu 297,75±29,57a 312,96±45,29b 328,52±37,69c 6 Minggu 501,06±66,98a 556,65±92,24b 565,28±90,20b 8 Minggu 722,50±89,50a 812,17±136,31b 862,84±109,37c 10 Minggu 927,81±112,32a 1098,22±157,15b 1125,88±147,20b Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

perbedaan sangat nyata (P<0,01).

Rataan bobot badan ayam kampung lokal umur 1 hari 30,56 gram, ayam kampung super 38,22 gram dan ayam KUB 33,64 gram. Hasil ini berbeda dengan penelitian Ediyanto dkk (201 8) menunjukkan bahwa rataan bobot badan ayam kampung lokal umur 1 hari 28,6 gram, ayam kampung super 30,1 gram dan KUB 33,9 gram. Bila dibandingkan dengan penelitian Ediyanto rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung penelitian ini lebih besar.

Hasil analisis ragam pada rataan bobot 3 jenis ayam kampung umur 1 hari menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara ketiga jenis ayam kampung, bobot DOC ayam kampung Super sangat nyata paling berat dibandingkan dengan ayam kampung lokal dan KUB. Hal ini disebabkan ayam kampung super adalah jenis ayam kampung pedaging hasil persilangan dari ayam bangkok jantan dengan ayam petelur betina. Hal ini sesuai pendapat Habiburahman (2018) menyatakan dilakukannya persilangan untuk memperbaiki pertumbuhan ayam kampung karena bobot yang dihasilkan lebih besar. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Ediyanto dkk (2018) yang menyatakan bahwa bobot DOC ayam KUB lebih besar dibandingkan dengan ayam kampung lokal dan ayam kampung super, hal ini dikarenakan ayam KUB telah mengalami seleksi

(24)

14

pada bobot tetas dan bobot potong selama beberapa generasi sehingga terjadi peningkatan pada bobot DOCnya.

Rataan bobot badan ayam kampung lokal umur 2 minggu 111,38 gram, ayam kampung super 112,96 gram dan ayam KUB 115,60 gram. Hasil ini berbeda dengan penelitian Ediyanto dkk (2018) menunjukkan bahwa rataan bobot badan ayam kampung lokal umur 2 minggu 109,7 gram, ayam kampung super 131,4 gram dan KUB 138,2 gram. Bila dibandingkan dengan penelitian Ediyanto, bobot badan ayam kampung super dan ayam KUB penelitian ini lebih kecil, sedangkan bobot badan ayam kampung lokal lebih besar.

Rataan bobot badan ayam kampung lokal umur 4 minggu 297,75 gram, ayam kampung super 312,96 gram dan ayam KUB 328,52 gram. Hasil ini berbeda dengan penelitian Ediyanto dkk (2018) menunjukkan bahwa rataan bobot badan ayam kampung lokal umur 4 minggu 246,2 gram, ayam kampung super 300,5 gram dan KUB 329,5 gram. Bila dibandingkan dengan penelitian Ediyanto, bobot badan ayam kampung lokal dan ayam kampung super penelitian ini lebih besar, sedangkan bobot badan ayam KUB lebih kecil.

Hasil analisis ragam pada rataan bobot 3 jenis ayam kampung umur 4 minggu menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara ketiga jenis ayam kampung, bobot 4 minggu ayam kampung KUB sangat nyata paling berat dibandingkan dengan ayam kampung super dan ayam kampung lokal. Pada umur 4 minggu ini terjadi perubahan bobot badan dari umur 2 minggu tidak nyata (P>0,05) menjadi berbeda sangat nyata (P<0,01). Hal ini diduga karena pada umur 2 minggu ketiga jenis ayam kampung mulai melakukan aktifitasnya yang sedikit berbeda, pada ayam KUB dan ayam kampung super sifat mengeram dan sifat bertenggernya rendah, sedangkan pada ayam kampung lokal yang biasanya dipelihara secara extensif kini dipelihara secara intensif. Menurut (Iskandar, 2012) Pemeliharaan secara intensif merupakan pemeliharaan yang mana ternak kita kandangkan secara terus menerus.

Rataan bobot badan ayam kampung lokal umur 6 minggu 501,06 gram, ayam kampung super 556,65 gram dan ayam KUB 565,28 gram. Hasil ini berbeda dengan penelitian Ediyanto dkk (2018) menunjukkan bahwa rataan bobot badan ayam kampung lokal umur 6 minggu 403,8 gram, ayam kampung super 519,4

(25)

15

gram dan KUB 610 gram. Bila dibandingkan dengan penelitian Ediyanto, bobot badan ayam kampung lokal dan ayam kampung super penelitian ini lebih besar, sedangkan bobot badan ayam KUB lebih kecil

Rataan bobot badan ayam kampung lokal umur 8 minggu 722,50 gram, ayam kampung super 812,17 gram dan ayam KUB 862,84 gram. Hasil ini berbeda dengan penelitian Ediyanto dkk (2018) menunjukkan bahwa rataan bobot ayam kampung lokal umur 8 minggu 593,4 gram, ayam kampung super 722,2 gram dan KUB 793,5 gram. Bila dibandingkan dengan penelitian Ediyanto bobot badan 3 jenis ayam kampung penelitian ini lebih besar.

Hasil analisis ragam pada rataan bobot 3 jenis ayam kampung umur 8 minggu menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara ketiga jenis ayam kampung, bobot 8 minggu ayam kampung KUB sangat nyata paling berat dibandingkan dengan ayam kampung super dan ayam kampung lokal. Hal ini karena ayam KUB sebagai ayam dwiguna sedangkan ayam kampung super sebagai ayam pedaging, sesuai pendapat (Iskandar, 2012) yang menyatakan bahwa dalam memproduksi daging produktivitas ayam kampung lokal lebih rendah dibandingkan dengan ayam pedaging maupun petelur.

Rataan bobot badan ayam kampung lokal umur 10 minggu 722,50 gram, ayam kampung super 812,17 gram dan ayam KUB 862,84 gram. Bobot ayam umur 10 minggu hasil analisis ragam menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Hal ini diduga karena jenis ayam yang digunakan berbeda, sehingga mengakibatkan pertambahan bobot badan yang berbeda pula. Yunianti (2004) menyatakan bahwa pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh faktor bangsa, jenis ternak, umur, kualitas ransum dan jenis kelamin. Kurva rataan bobot badan 3 jenis ayam disajikan pada Gambar 1.

(26)

16

Gambar. 1 Kurva rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung

Rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 2 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan bobot Badan 3 jenis ayam kampung umur 2 minggu yang

dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda.

Jenis ayam Jenis kandang

Baterai Litter Litter tengger

Ayam kampung lokal 110,67±13,11a 111,38±13,74a 112,07±14,91a Ayam kampung super 113,99±16,25a 114,77±12,98a 110,10±17,42a Ayam KUB 118,16±16,26a 113,86±12,50a 114,78±15,04a Keterangan: Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata (P>0,05).

Rataan bobot badan ayam kampung lokal umur 2 minggu 110,67 gram dipelihara pada kandang baterai, 111,38 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 112,07 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tengger. Bobot badan ayam kampung super umur 2 minggu 113,99 gram bila dipelihara pada kandang baterai, 114,77 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 110,10 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tenggernya. Bobot badan ayam KUB umur 2 minggu 118,16 gram bila dipelihara pada kandang baterai, 113,86 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 114,78 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tenggernya yang bisa dilihat pada gambar 2.

Hasil analisis ragam pada rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 2 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda menunjukkan

0 200 400 600 800 1000 1200 1 hari 2 minggu 4 minggu 6 minggu 8 minggu 10 minggu

ayam kampung lokal ayam kampung super ayam KUB

(27)

17

perbedaan tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini diduga bahwa berbagai jenis kandang memberikan pengaruh yang sama terhadap 3 jenis ayam kampung pada bobot badan umur 2 minggu. Ayam kampung umur 2 minggu ini melakukan aktifitas yang sama pada setiap jenis kandang, ayam umur 2 minggu ini belum melakukan aktifitas seperti bertengger sehingga kandang tersebut memberikan perlakuan yang sama.

Gambar 2. Kurva Rataan bobot Badan 3 jenis ayam kampung umur 2 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda.

Rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 4 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 4 minggu yang dipelihara di 3

sistem perkandangan yang berbeda.

Jenis ayam Jenis kandang

Baterai Litter Litter tengger

Ayam kampung lokal 293,19±30,45a 293,02±30,00a 307,04±27,61a Ayam kampung super 316,02±43,68a 312,75±41,27a 310,10±52,60a Ayam KUB 338,11±41,96a 327,69±35,29a 319,76±35,28a Keterangan: Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata (P>0,05).

Bobot badan ayam kampung lokal umur 4 minggu 293,19 gram dipelihara pada kandang baterai, 293,02 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 307,04 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tengger. Bobot badan ayam kampung super umur 4 minggu 316,02 gram bila dipelihara pada kandang baterai, 312,75 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 310,10 gram bila dipelihara pada

106 108 110 112 114 116 118 120

Baterai Litter Litter tengger

ayam kampung lokal ayam kampung super ayam KUB

(28)

18

kandang litter yang tidak ada tempat tenggernya. Bobot badan ayam KUB umur 4 minggu 338,11 gram bila dipelihara pada kandang baterai, 327,69 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 319,76 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tenggernya yang bisa dilihat pada gambar 3.

Hasil analisis ragam pada rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 4 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda menunjukkan perbedaan tidak berbeda nyata (P>0,05). Sama halnya dengan bobot badan ayam kampung minggu ke 2, bahwa berbagai jenis kandang memberikan pengaruh yang sama terhadap 3 jenis ayam kampung pada bobot badan umur 4 minggu. Hal ini diduga karena 3 jenis ayam kampung umur 4 minggu ini melakukan aktifitas yang sama pada 3 jenis kandang.

Gambar 3. Kurva Rataan bobot Badan 3 jenis ayam kampung umur 4 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda.

Rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 6 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 6 minggu yang

dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda.

Jenis ayam Jenis kandang

Baterai Litter Litter tengger

Ayam kampung lokal 521,42±56,48b 469,36±72,70a 512,41±62,23a Ayam kampung super 599,37±72,51b 524,25±79,53a 546,33±108,58a Ayam KUB 627,59±66,27b 531,34±81,22a 536,91±90,52a Keterangan:Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

perbedaan sangat nyata (P<0,01)

270 280 290 300 310 320 330 340 350

Baterai Litter Litter tengger

ayam kampung lokal ayam kampung super ayam KUB

(29)

19

Rataan bobot badan ayam kampung lokal umur 6 minggu 521,42 gram dipelihara pada kandang baterai, 469,36 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 512,41 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tengger. Bobot badan ayam kampung super umur 6 minggu 599,37 gram bila dipelihara pada kandang baterai, 524,25 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 546,33 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tenggernya. Bobot badan ayam KUB umur 6 minggu 627,59 gram bila dipelihara pada kandang baterai, 531,34 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 536,91 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tenggernya yang bisa dilihat pada gambar 4.

Hasil analisis ragam pada rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 6 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01). Hal ini diduga tiap tiap kandang memberikan respon yang berbeda terhadap tiga jenis ayam kampung. ayam kampung umur 4 minggu mulai melakukan aktifitas bertengger sehingga ada pertambahan aktifitas ayam kampung yang berdampak terhadap bobot badan minggu 6. (Widyasworo dkk, 2016) menyatakan banyaknya aktifitas tiap ayam pada jenis kandang yang berbeda akan mengeluarkan energy yang berbeda pula.

Gambar 4. Kurva Rataan bobot Badan 3 jenis ayam kampung umur 6 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda.

Rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 8 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

0 100 200 300 400 500 600 700

Baterai Litter Litter tengger

ayam kampung lokal ayam kampung super ayam KUB

(30)

20

Tabel 5. Bobot Badan 3 jenis ayam kampung umur 8 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda.

Jenis ayam Jenis kandang

Baterai Litter Litter tengger

Ayam kampung lokal 738,94±65,91b 681,24±101,64a 747,32±87,19b Ayam kampung super 865,64±134,09b 757,94±120,24a 839,94±137,08b Ayam KUB 929,81±100,58b 814,92±87,48a 843,79±109,36b Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

perbedaan sangat nyata (P<0,01)

Rataan bobot badan ayam kampung lokal umur 8 minggu 738,94 gram dipelihara pada kandang baterai, 681,24 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 747,32 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tengger. Bobot badan ayam kampung super umur 8 minggu 865,64 gram bila dipelihara pada kandang baterai, 757,94 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 839,94 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tenggernya. Bobot badan ayam KUB umur 8 minggu 929,81 gram bila dipelihara pada kandang baterai, 814,92 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 843,79 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tenggernya yang bisa dilihat pada gambar 5.

Hasil analisis ragam pada rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 8 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01). Hal ini diduga tiga jenis kandang memberikan pengaruh yang beda pada tiga jenis ayam umur 8 minggu terutama pada aktifitas ayam, semakin banyak aktifitas yang dilakukan ayam maka akan semakin kecil bobot badan yang diperoleh ayam karena energi yang digunakan terbuang.

(31)

21

Gambar 5. Kurva Rataan bobot Badan 3 jenis ayam kampung umur 8 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda.

Rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 10 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 10 minggu yang

dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda.

Jenis ayam Jenis kandang

Baterai Litter Litter tengger

Ayam kampung lokal 956,16±93,73b 884,33±119,91a 942,94±114,34b Ayam kampung super 1148,11±142,45b 1028,19±126,95a 1118,36±179,81b Ayam KUB 1165,27±160,56b 1060,64±115,41a 1151,73±146,96b

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01)

Rataan bobot badan ayam kampung lokal umur 10 minggu 956,16 gram dipelihara pada kandang baterai, 884,33 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 942,94 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tengger. Bobot badan ayam kampung super umur 10 minggu 1.148,11 gram bila dipelihara pada kandang baterai, 1.028,19 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 1.118,36 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tenggernya. Bobot badan ayam KUB umur 10 minggu 1.165,27 gram bila dipelihara pada kandang baterai, 1.060,64 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 1.151,73 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tenggernya. Menurut Resnawati dan Bintang (2012) Faktor tingginya bobot badan adalah dengan perbaikan genetik dan peningkatan dalam manajemen

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

Baterai Litter Litter tengger

ayam kampung lokal ayam kampung super ayam KUB

(32)

22

pemeliharaan ayam kampung yang harus didukung dengan perbaikan nutrisi pakan, Pola pemeliharaan secara insentif dapat memperbaiki produktivitas ayam lokal dan sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki penampilan produksi ayam lokal dibandingkan dengan pemeliharaan secara tradisional.

Hasil analisis ragam pada rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 10 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01). Bobot badan tiga jenis ayam kampung umur 10 minggu paling berat pada kandang baterai, hal ini diduga karena pada kandang baterai ayam kampung hanya sedikit melakukan aktifitasnya. (Widyasworo dkk, 2016) menyatakan banyaknya aktifitas tiap ayam pada jenis kandang yang berbeda akan mengeluarkan energy yang berbeda pula, sehingga energi yang dikeluarkan untuk kandang baterai sedikit aktifitas dan banyak makan, dan kandang portal banyak melakukan aktifitas sedikit makan sehingga energi yang diserap tubuh banyak terbuang untuk melakukan aktifitas.

Gambar 6. Kurva Rataan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 10 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda.

Dapat dilihat pada Gambar 6 bahwa bobot badan 3 jenis ayam kampung yang dipelihara pada kandang yang berbeda bobot badannya tidak sama tinggi. Ukuran tubuh mampunyai keragaman pada ayam disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Ayam kampung yang dipelihara pada kandang baterai dan litter tengger bobot badannya lebih tinggi dibandandingkan dengan ayam kampung yang dipelihara pada kandang litter tanpa tengger. Hal ini karena aktivitas yang dilakukan ayam pada setiap jenis kandang berbeda beda. Pada kandang baterai

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Baterai Litter Litter tengger

ayam kampung lokal ayam kampung super ayam KUB

(33)

23

aktivitas ayam lebih sedikit bila dibandingkan dengan kandang lainnya, yaitu makan dan minum, pada kandang litter ayam bisa makan, minum dan mengais, sedangkan pada kandang litter tengger ayam melakkan aktivitas mulai dari makan, minum, mengais dan bertengger, sehingga di duga ada pertambahan masa otot ayam dikarenakan aktivitas bertengger tersebut. Tempat bertengger disediakan untuk mengarah pada manfaat kesejahteraan dalam hal berkurangnya rasa takut dan agresi serta kondisi tubuh yang lebih baikdan ayam akan naik ketempat yang lebih tinggi untuk bertengger karena bertengger termasuk dalam salah satu tingkah laku berlindung (shelter behavior) Umumnya ayam akan mencari perlindungan ketika merasa datangnya gangguan ( Donaldson dan O’Connell, 2012).

4.2. Pertambahan Bobot Badan Harian Umur 2, 4, 6, 8 dan 10 Minggu

Rataan dan keragaman pertambahan bobot badan harian 3 jenis ayam kampung umur 2 minggu dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Pertambahan Bobot Badan 3 Jenis Ayam Kampung Umur 2, 4, 6, 8 dan 10 minggu

Pertambahan Bobot badan menurut umur

(Gr)

Jenis Ayam Kampung

Lokal Super KUB

0-2 Minggu 5,77±0,90b 5,34±0,92a 5,85±0,97b 2-4 Minggu 13,31±1,63a 14,29±2,83b 15,21±2,09c 4-6 Minggu 14,52±3,74a 17,41±5,69b 16,91±4,88b 6-8 Minggu 15,82±3,89a 18,89±5,82b 21,25±4,26c 8-10 Minggu 14,67±3,49a 19,79±4,59b 18,79±7,46b

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01).

Rataan Pertambahan bobot badan harian ayam kampung lokal umur 2 minggu 5,77 gram, ayam kampung super 5,43 gram dan ayam KUB 5,85 gram. Hasil ini berbeda dengan penelitian Ediyanto dkk (2018) menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan harian ayam kampung lokal umur 2 minggu 5,8 gram, ayam kampung super 7,2 gram dan KUB 7,5 gram. Bila dibandingkan dengan penelitian Ediyanto, pertambahan bobot badan harian ayam kampung lokal, super dan KUB lebih kecil.

(34)

24

Rataan pertambahan bobot badan harian ayam kampung lokal umur 4 minggu 13,31 gram, ayam kampung super 14,29 gram dan ayam KUB 15,21 gram. Hasil ini berbeda dengan penelitian Ediyanto dkk (2018) menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan harian ayam kampung lokal umur 2-4 minggu 9,8 gram, ayam kampung super 12,1 gram dan KUB 13,7 gram. Bila dibandingkan dengan penelitian Ediyanto, pertambahan bobot badan harian ayam kampung lokal, super dan KUB lebih besar.

Rataan pertambahan bobot badan harian ayam kampung lokal umur 4-6 minggu 14,52 gram, ayam kampung super 17,41 gram dan ayam KUB 16,91 gram . Hasil ini berbeda dengan penelitian Ediyanto dkk (2018) menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan harian ayam kampung lokal umur 4-6 minggu 11,3 gram, ayam kampung super 15,6 gram dan KUB 20 gram. Bila dibandingkan dengan penelitian Ediyanto, pertambahan bobot badan harian ayam kampung lokal dan super lebih besar, sedangkan ayam KUB lebih kecil.

Rataan pertambahan bobot badan harian ayam kampung lokal umur 6-8 minggu 15,82 gram, ayam kampung super 18,89 gram dan ayam KUB 21,25 gram. Hasil ini berbeda dengan penelitian Ediyanto dkk (2018) menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan harian ayam kampung lokal umur 6-8 minggu 13,5 gram, ayam kampung super 14,5 gram dan KUB 13,1 gram. Bila dibandingkan dengan penelitian Ediyanto, pertambahan bobot badan harian ayam kampung lokal, super dan KUB lebih kecil.

Rataan pertambahan bobot badan harian ayam kampung lokal umur 8-10 minggu 14,67 gram, ayam kampung super 19,79 gram dan ayam KUB 18,79 gram. Kurva rataan pertambahan bobot badan dapat dilihat pada Gambar 7.

Hasil analisis ragam pada rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 2, 4, 6, 8 dan 10 minggu menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01). Artinya umur 0-2, 2-4, 4-6, 6-8, dan 8-10 minggu memberikan respon yang berbeda terhadap tiga jenis ayam kampung. sesuai pendapat (Gunawan dkk, 2018) menyatakan hal hal yang mempengaruhi pertambahan bobot badan meliputi jenis ternak, umur ternak dan kualitas pakan.

(35)

25

Gambar 7. Kurva rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung

Hasil pengamatan pada Gambar 7 dapat di lihat pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung dari umur 0-10 minggu, berjalan lebih cepat pada minggu ke 8 untuk ayam lokal dan KUB, sedangkan ayam super pada minggu ke 10. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Kompiang (2001) pertumbuhan ayam kampung lokal paling tinggi pada minggu ke 8 yaitu 214±16,44 gram dan ayam KUB pada penelitian Urfa (2017) minggu ke 8 juga memiliki pertumbuhan yang tinggi yaitu 144,47 gram. Hal ini menunjukkan bahwa secara fisiologis ayam telah mampu untuk mengkonsumsi pakan secara optimal, kemudian kondisi tulang-tulang yang mendukung kerangka tubuh yang masih tulang-tulang rawan memungkinkan untuk cepat tumbuh, sehingga dengan konsumsi pakan yang adlibitum serta seimbang unsur imbangan proteinnya maka unsur pakan dimetabolisir untuk kegunaan hidup pokok dan pertumbuhan.

Rataan pertambahan bobot badan harian 3 jenis ayam kampung umur 0-2 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 0-2 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda.

Jenis ayam Jenis kandang

Baterai Litter Litter tengger

Ayam kampung lokal 5,73±0,82a 5,78±0,93a 5,80±1,01a Ayam kampung super 5,44±0,94a 5,43±0,80a 5,15±1,04a

Ayam KUB 6,00±1,06a 5,76±0,81a 5,81±1,05a

Keterangan: Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05). 0 5 10 15 20 25

2 minggu 4 minggu 6 minggu 8 minggu 10 minggu

ayam kampung lokal ayam kampung super ayam KUB

(36)

26

Pertambahan bobot badan harian ayam kampung lokal umur 0-2 minggu 5,73 gram dipelihara pada kandang baterai, 5,78 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 5,80 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tengger. Pertambahan bobot badan harian ayam kampung super umur 0-2 minggu 5,44 gram bila dipelihara pada kandang baterai, 5,43 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 5,15 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tenggernya. Pertambahan bobot badan harian ayam KUB umur 0-2 minggu 6 gram bila dipelihara pada kandang baterai, 5,76 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 5,81 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tenggernya yang bisa dilihat pada Gambar 8. Hasil ini berbeda dengan penelitian Kompiang dkk, (2001) pertambahan bobot badan harian ayam kampung lokal umur 0-2 minggu 5,56 gram. Penelitian Munira dkk, (2018) pertambahan bobot badan harian ayam kampung super umur 0-2 minggu 13,59 gram dan penelitian Rahmad dkk, (2020) pertambahan bobot badan harian ayam KUB umur 0-2 minggu 2,22 gram.

Hasil analisis ragam pada rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 0-2 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda menunjukkan perbedaan tidak berbeda nyata (P>0,05). diduga ketiga jenis kandang memberikan tingkat kenyamanan yang sama terhadap pertambahan bobot badan umur 0-2 minggu, karena pada umur 0-2 minggu sedikit aktifitas yang dilakukan oleh tiga jenis ayam kampung.

Gambar 8. Kurva rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 0-2 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda. 4.6 4.8 5 5.2 5.4 5.6 5.8 6 6.2

Baterai Litter Litter tengger

ayam kampung lokal ayam kampung super ayam KUB

(37)

27

Rataan pertambahan bobot badan harian 3 jenis ayam kampung umur 4 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 2-4 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda.

Jenis ayam Jenis kandang

Baterai Litter Litter tengger

Ayam kampung lokal 13,04±1,61a 12,79±1,41a 13.93±1,75a Ayam kampung super 14,43±3,15a 14,14±2,68a 14,29±2,80a Ayam KUB 15,71±2,19a 15,27±1,77a 14,64±2,27a

Keterangan: Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05).

Pertambahan bobot badan harian ayam kampung lokal umur 2-4 minggu 13,04 gram dipelihara pada kandang baterai, 12,79 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 13,93 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tengger. Pertambahan bobot badan harian ayam kampung super umur 2-4 minggu 14,43 gram bila dipelihara pada kandang baterai, 14,14 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 14,29 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tenggernya. Pertambahan bobot badan harian ayam KUB umur 2-4 minggu 15,71 gram bila dipelihara pada kandang baterai, 15,27 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 14,64 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tenggernya yang bisa dilihat pada Gambar 9. Hasil ini berbeda dengan penelitian Kompiang dkk, (2001) pertambahan bobot badan harian ayam kampung lokal umur 2-4 minggu 7,28 gram. Penelitian Munira dkk, (2018) pertambahan bobot badan harian ayam kampung super umur 2-4 minggu 9,17 gram dan penelitian Rahmad dkk, (2020) pertambahan bobot badan harian ayam KUB umur 2-4 minggu 6,20 gram.

Hasil analisis ragam pada rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 2-4 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda menunjukkan perbedaan tidak berbeda nyata (P>0,05).artinya 3 jenis kandang memberikan pengaruh yang sama terhadap petrambahan bobot badan

(38)

28

ayam kampung umur 2-4 minggu. menurut (Mishra et al., 2005) pertambahan bobot badan dengan tingkah laku bertengger biasanya tidak saling mempengaruhi satu sama lain. Hal ini diduga karena pada umur 2-4 munggu ayam masih belum banyak yang melakukan aktifitas bertengger.

Gambar 9. Kurva rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 2-4 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda.

Rataan pertambahan bobot badan harian 3 jenis ayam kampung umur 6 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 4-6 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda.

Jenis ayam Jenis kandang

Baterai Litter Litter tengger

Ayam kampung lokal 16,30±2,48a 12,60±4,34b 14,67±3,37b Ayam kampung super 20,24±5,22a 15,11±4,78b 16,87±6,04b Ayam KUB 20,68±2,19a 14,55±4,45b 15,51±5,15b

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01)

Pertambahan bobot badan harian ayam kampung lokal umur 4-6 minggu 16,30 gram dipelihara pada kandang baterai, 12,60 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 14,67 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tengger. Pertambahan bobot badan harian ayam kampung super umur 4-6 minggu 20,24 gram bila dipelihara pada kandang baterai, 15,11 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Baterai Litter Litter tengger

ayam kampung lokal ayam kampung super ayam KUB

(39)

29

tenggernya dan 16,87 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tenggernya. Pertambahan bobot badan harian ayam KUB umur 4-6 minggu 20,68 gram bila dipelihara pada kandang baterai, 14,55 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 15,51 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tenggernya yang bisa dilihat pada Gambar 10. Hasil ini berbeda dengan penelitian Kompiang dkk, (2001) pertambahan bobot badan harian ayam kampung lokal umur 4-6 minggu 11,13 gram. Penelitian Munira dkk, (2018) pertambahan bobot badan harian ayam kampung super umur 4-6 minggu 11,81 gram dan penelitian Rahmad dkk, (2020) pertambahan bobot badan harian ayam KUB umur 4-6 minggu 15,93 gram.

Hasil analisis ragam pada rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 4-6 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01). Hal ini diduga karena ayam kampung yang dipelihara jenisnya berbeda beda. Menurut (Rahmad dkk, 2020) pada fase pertumbuhan terjadi perubahan ukuran tubuh mulai dari berat tubuh, panjang sayap, komposisi tubuh termasuk komponen komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang, dan organ serta komponen komponen kimia terutama air, protein dan lemak. (Risnajati, 2017) memperjelas bahwasanya pencapaian bobot badan pada umur yang sama antara berbagai strain akan berbeda dan hal ini disebabkan selain adanya perbedaan mutu genetik juga disebabkan oleh faktor lingkungan yang mendukung potensi genetik tersebut.

Gambar 10. Kurva rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 4-6 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda. 0 5 10 15 20 25

Baterai Litter Litter tengger

ayam kampung lokal ayam kampung super ayam KUB

(40)

30

Rataan pertambahan bobot badan harian 3 jenis ayam kampung umur 6-8 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 6-8 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda.

Jenis ayam Jenis kandang

Baterai Litter Litter tengger

Ayam kampung lokal 15,54±2,35ab 15,13±3,68a 16,78±5,16b Ayam kampung super 19,02±5,70ab 16,69±6,91a 20,97±3,94b Ayam KUB 21,59±3,93ab 20,16±4,10a 21,92±4,77b

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01)

Pertambahan bobot badan harian ayam kampung lokal umur 6-8 minggu 15,54 gram dipelihara pada kandang baterai, 15,13 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 16,78 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tengger. Pertambahan bobot badan harian ayam kampung super umur 6-8 minggu 19,02 gram bila dipelihara pada kandang baterai, 16,69 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 20,97 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tenggernya. Pertambahan bobot badan harian ayam KUB umur 6-8 minggu 21,59 gram bila dipelihara pada kandang baterai, 20,16 gram bila dipelihara pada kandang litter yang ada tempat tenggernya dan 21,92 gram bila dipelihara pada kandang litter yang tidak ada tempat tenggernya yang bisa dilihat pada Gambar 11. Hasil ini berbeda dengan penelitian Kompiang dkk, (2001) pertambahan bobot badan harian ayam kampung lokal umur 6-8 minggu 15,32 gram. Penelitian Munira dkk, (2018) pertambahan bobot badan harian ayam kampung super umur 6-8 minggu 10,13 gram dan penelitian Rahmad dkk, (2020) pertambahan bobot badan harian ayam KUB umur 6-8 minggu 21,23 gram.

Hasil analisis ragam pada rataan pertambahan bobot badan 3 jenis ayam kampung umur 6-8 minggu yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01). Artinya 3 jenis kandang memberikan pengaruh yang berbeda kepada 3 jenis ayam kampung umur 6-8 minggu. menurut (Yunianti, 2004) pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh faktor

Gambar

Tabel  2.  Rataan  bobot  Badan  3  jenis  ayam  kampung  umur  2  minggu    yang  dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda
Gambar  2.  Kurva  Rataan  bobot  Badan  3  jenis  ayam  kampung  umur  2  minggu   yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda
Gambar 3. Kurva Rataan bobot Badan 3 jenis ayam kampung umur 4 minggu   yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda
Gambar  4.  Kurva  Rataan  bobot  Badan  3  jenis  ayam  kampung  umur  6  minggu   yang dipelihara di 3 sistem perkandangan yang berbeda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai viskositas CPO memiliki kekentalan yang dapat mendukung kinerja dari shock absorber yang lebih baik dari pada kekentalan oli peredam original shock absorber,

Sebagaimana dijelaskan oleh Jamie Mackie (1999:185) “meskipun mereka menjadi bagian dari unsur-unsur warisan identitas etnis dan budaya Tionghoa di mana pun, interaksi

Penambahan ban-ban bekas pada barge bumper untuk mengurangi beban impact dan atas pertimbangan biaya, karena pof struktur untuk vessel yang bersandar untuk

Dalam menyusun Tugas Akhir/ Skripsi , disamping mengikuti aturan penulisan, mahasiswa harus memahami tentang metodologi penelitian dan penulisan karya ilmiah.Untuk

Berdasarkan hasil penelitian “percepatan tanah maksimum dan Mikrozonasi dari percepatan tanah diwilayah Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul Berdasarkan Pengukuran

 Manajemen sebagai suatu sistem, yaitu suatu kerangka kerja yang terdiri dari berbagai bidang atau unit atau komponen yang saling berkaitan, bergantung, dan

Hasil analisisi data yang telah ditemukan menunjukan status sosial ekonomi orang tua tidak berpengaruh terhadap indeks prestasi mahasiswa terlihat dari uji F dari table ANOVA

1) Pengayaan diberikan untuk menambah wawasan peserta didik mengenai materi pembelajaran yang dapat diberikan kepada peserta didik yang telah tuntas mencapai