• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian CFD Perbandingan Kinerja Tiga Buah Model Runner Turbin Francis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian CFD Perbandingan Kinerja Tiga Buah Model Runner Turbin Francis"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TeknikA 77

Kajian CFD Perbandingan Kinerja

Tiga Buah Model Runner Turbin Francis

Gusriwandi

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang Email: [email protected]

Abstrak

Kajian ini berisi tentang simulasi computational fluid dynamics (CFD) dari tiga model turbin francis dengan bilangan spesifik perancangan, tipe airfoil runner dan komponen lain seperti spiral casing, draft tube dan jumlah sudu yang sama. Perbedaan pada masing-masing turbin adalah bentuk kurva leading dan trailing edge yang divarisiasikan saat tahap perancangan bidang meridional runner. Bentuk leading dan trailing berpengaruh pada ukuran sudu runner saja, tidak mengubah dimensi utama runner. Ukuran sudu runner mempengaruhi aliran di dalam runner sehingga kinerja runner menjadi berbeda. Tiga pasang bentuk leading dan trailing edge dipilih menggunakan persamaan parabola dengan dimensi utama runner sebagai titik-titik acuan. Simulasi dilakukan dengan menggunakan software CFD, kondisi steady state, moving reference frame (MRF), model turbulensi k-epsilon, mass flow inlet dan pressure outlet sebagai kondisi batas. Kinerja utama yang diamati pada runner adalah daya keluaran dan efisiensi dengan menvariasikan debit aliran. Hasil simulasi menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada daya keluaran, tetapi terjadi pada efisiensi pada debit aliran dibawah debit aliran perancangan. Visualisasi aliran juga menunjukkan perbedaan yang signifikan pada potensi terjadinya kavitasi di ketiga turbin. Simulasi ini memberikan kontribusi pada perancangan dalam memilih bentuk runner yang mempunyai kinerja optimal sesuai batasan perancangan yang ada.

Kata kunci : CFD, francis turbin runner, leading, trailing, meridional, k-epsilon, mass flow inlet, pressure outlet, MRF

Abstract

This study is subjected to computational fluid dynamics (CFD) simulation of three francis turbines with equal in specific velocity design, runner airfoil type, and other components such as spiral casing, draft tube and number of runner blades. Difference on those runners is leading and trailing edge shape, where their shapes were choosen in runner meridional plane design step. The shape of leading and trailing edge affect on runner blade dimension but do not on runner primary dimension. Runner blade dimension affect flows in runner, thus different result present on runner perfomance. Three couples of leading and trailing edge were choosen using parabolic shape where runner primary dimesions were used as reference points. Simulation was conducted by using CFD software with steady state simulation condition, moving reference frame (MRF), k-epsilon turbulence model, and mass flow inlet and pressure outlet as boundary conditions. The important perfomances runner such as power output and eficiency were investigated by varying turbine flow rate. Simulation results showed there was no significant difference on power output but there was on eficiency below design flow rate variatons. Flow visualization also showed significant difference on cavitation potential on those three runners. This simulation contribute to runner designer in choosing runner shape to achieved runner optimal perfomance due to design constraints.

Wood gasification becomes more importantecently because of . i

(2)

TeknikA 78 1.

Pendahuluan

Aliran pada turbin francis sangat kompleks. Tidak ada model matematika yang dapat diselesaikan secara analitis untuk menggambarkan kondisi aliran pada turbin tersebut. Salah satu solusinya adalah kajian eksperimental, namun ini membutuhkan usaha dan biaya yang sangat besar. Solusi lain yang lebih layak sebelum dilakukan kajian ekperimental adalah simulasi komputer menggunakan software yang dikenal sebagai computational fluid dynamics (CFD). Keberhasilan simulasi CFD pada turbin air telah banyak dilakukan, dimana hasil yang diperoleh dapat diterima, mengacu pada hasil kajian ekperimental. Sumber daya komputer yang semakin besar saat ini juga telah mendorong pengujian secara virtual dengan CFD menjadi pilihan utama sebelum model akhir diperoleh. Gusriwandi [1] telah berhasil menyusun sebuah prosedur perancangan dasar runner turbin francis menggunakan pendekatan empirik-metode numerik, namun kinerja runner yang dihasilkan perlu diuji. Banyak parameter perancangan yang perlu divariasikan agar diperoleh sebuah runner yang optimal sesuai dengan input dan batasan-batasan perancangan yang ada, termasuk kekuatan sudu dan biaya produksi runner. Dalam tulisan ini dikaji kinerja, yaitu hubungan antara debit aliran dengan daya output dan efisiensi dari tiga buah runner turbin francis yang dirancang pada bilangan spesifik sama,ns yaitu 195,3 dengan head sebesar 60 m dan debit 2 m3/s. Perbedaan ketiga runner turbin terletak pada bentuk kurva leading dan trailing edge, yang divariasikan pada tahap perancangan bidang meridional runner. Simulasi dilakukan dengan menggunakan software CFD. Kondisi simulasi adalah steady state, dengan tipe moving reference frame (MRF), model turbulensi adalah k-epsilon dengan mass

flow inlet dan pressure outlet sebagai kondisi batas.

2.

Studi Literatur

Nechleba [2] menjelaskan pencarian medan meridional runner turbin francis dengan metode grafis-analitis, namun tidak ada acuan baku dalam pemilihan kurva leading dan trailing edge, sehingga perancang leluasa dalam menentukan bentuk kedua kurva tersebut. Sedikit dari sekian banyak batasan yang ada adalah, dimensi/ukuran sudu yang dihasilkan serta kekuatan dan biaya produksi dari sudu tersebut. Perkembangan kajian aliran fluida menggunakan CFD, khususnya masalah aliran pada geometri yang kompleks seperti turbin air yang didukung oleh sumber daya komputasi yang memadai, membuat CFD semakin menjadi pilihan yang bisa diandalkan, dengan hasil yang baik. Jain., et. al [3] telah mensimulasikan sebuah turbin francis dengan kapasitas 3 MW untuk memprediksi efisiensi total turbin menggunakan software CFD (Fluent), dengan model turbulensi k-omega (k-ω), steady state, dua tipe kondisi batas yaitu pressure inlet – pressure outlet dan mass flow inlet- pressure outlet, didapati bahwa kondisi batas kedua memberikan hasil yang lebih baik dan telah memvalidasinya dengan eksperimen, dimana hasil CFD dan eksperimen menunjukkan kecocokan yang bagus. Patel., et. al [4] melakukan perancangan dasar komponen-komponen turbin francis seperti runner, spiral casing dan draft tube, kemudian melakukan proses optimasi dengan CFD. Didapati bahwa penggunaan CFD telah menghemat banyak usaha, waktu, biaya proses tersebut.

Computational Fluid Dynamics (CFD)

CFD adalah suatu teknik menganalisis sistem yang melibatkan aliran fluida, perpindahan panas ataupun reaksi kimia menggunakan simulasi komputer. Ada dua persamaan dasar untuk kajian aliran fluida pada turbin air yaitu : 1. Kekekalan massa:

 

V 0 t        (1) 2. Kekekalan momentum :

2 3 b V V V F p V V t                     (2)

CFD memanipulasi kedua persamaan dasar diatas ke dalam bentuk persamaan aljabar diskrit dan diselesaikan untuk mendapatkan nilai-nilai diskrit pada ruang dan waktu tertentu, menggunakan komputer.

Efisiensi Turbin dan Runner

Secara umum, efisensi dideinisikan sebagai perbandingan antara output dengan input. Pada sistem turbin air, terdapat banyak cara untuk menghitung efisiensi, berdasarkan perbandingan daya output dengan input total sistem, berdasarkan presentase pressure drop pada berbagai komponen atau berdasarkan rugi-rugi pada berbagai komponen turbin. Patel., et. al. [4] melakukan analisis CFD turbin francis untuk meningkatkan efisiensi,

(3)

TeknikA 79 mengurangi kavitasi, dan masalah-masalah dinamik yang terjadi, efisiensi dihitung dengan cara menghitung head drop pada setiap komponen. Drtina., et. al. [5] melakukan kajian CFD dan menghitung efisiensi turbin francis berdasarkan rugi tekanan yang terjadi pada setiap komponen. Dalam kajian ini, efisiensi runner dihitung berdasarkan torsi total runner dan drop tekanan yang terjadi pada runner :

. . runner air P T Efisiensi P P Q     (3) 3.

Metode

Model turbin yang digunakan adalah model turbin menggunakan prosedur perancangan yang disusun oleh Gusriwandi [1]. Input pada perancangan runner adalah head (H) = 60 m, debit (Q) = 2 m3/s, efisiensi = 90%, dan daya keluaran 1 MW. Variasi diterapkan pada pemilihan kurva leading (L) dan trailing (T) edge saat langkah perancangan bidang meridional runner. Ada tiga pasangan kurva leading dan trailing edge yang dipilih berdasarkan nilai kecepatan di sepanjang streamline-streamline (ψ) bidang meridional runner. Bentuk kurva leading dan trailing edge menggunakan bentuk pendekatan yaitu kurva parabola, jadi dibutuhkan tiga titik untuk membentuk kurva-kurva tersebut. Untuk kurva leading edge, titik pertama adalah jari-jari hub, R1i, titik kedua dan ketiga dipilih titik pada streamline dengan nilai kecepatan yang tinggi. Untuk kurva trailing edge, titik pertama adalah jari-jari shroud, R2e, titik-titik berikutnya dipilih pada titik streamline dengan kecepatan keluar yang hampir sama. Ilustrasi bidang meridional runner dan pemilihan kedua kurva tersebut dapat dilihat pada gambar 1.a dan 1.b. Pada gambar 2 ditunjukkan variasi kecepatan sepanjang streamline yang dapat digunakan sebagai acuan dalam memilih kurva leading dan trailing edge.

r z 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 R1i R2e  = 1  = 0,5  = 0 Sisi keluar Sisi masuk Hub Shroud

Gambar 1.a Bidang meridional runner dengan dimensi utama R1i dan R2e [1]. R1i L2 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 r 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 z L1 L3 T2 T1 T3 R2e 0,0

Gambar 1.b Pemilihan titik-titik kurva leading dan trailig edge.

Gambar 2. Variasi kecepatan sepanjang streamline.

Setelah kurva leading dan trailing edge ditentukan, dengan teknik conformal mapping, streamline ditransformasi ke bidang tegak lurus poros runner, hasil transformasi streamline merupakan kurva chamber dari airfoil yang

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 Cm /C m0 s (m)

Streamline 0 Streamline 0,1 Streamline 0,2 Streamline 0,3 Streamline 0,4 Streamline 0,5 Streamline 0,6 Streamline 0,7 Streamline 0,8 Streamline 0,9 Streamline 1

(4)

TeknikA 80 dipakai , dengan demikian kordinat tiga dimensi dari sudu runner didapatkan dan menggunakan software CAD bentuk sudu dari ketiga runner bisa diperoleh [1].

a Sudu runer turbin 1 b Sudu runner turbin 2 c Sudu runner turbin 3 Gambar 3 Sudu runner

a Runner turbin 1 b Runner turbin 2 c Runner turbin 3

Gambar 4. Runner

Simulasi CFD

Untuk proses simulasi CFD, diperlukan komponen lain seperti spiral casing, sudu pengarah dan draft tube, kemudian dilakukan proses diskritisasi/meshing turbin (domain), seperti terlihat pada gambar 5.

Gambar 5. Hasil meshing turbin 1 Kondisi simulasi untuk ketiga turbin adalah sebagai berikut :

 Jumlah elemen meshing : lebih kurang 500.000 elemen, terdiri dari tipe tetrahedral dan hexahedral

 Model turbulensi : k-epsilon

 Kondisi batas inlet : mass flow inlet

(5)

TeknikA 81

 Kondisi kerja turbin : steady state, MRF

 Input simulasi : debit aliran (dalam bentuk laju aliran massa)

 Output simulasi : torsi runner

4.

Hasil dan Pembahasan

Hasil simulasi dari ketiga turbin dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Hasil simulasi turbin

Turbin Mass flow

(kg/s)

Pressure drop runner (kPa) Torsi runner (N.m) 1 1.800 189,8 3.268,4 2.000 206,3 4.843,7 2.200 243,5 6.595,8 2.400 272,8 8.689,7 2.600 308,1 11.058,6 2 1.800 187,9 2.718,9 2.000 213,9 4.265,1 2.200 242,4 6.108,5 2.400 268,9 8.172,5 2.600 301,2 10.567,9 3 1.800 191,6 3.676,4 2.000 217,2 5.093,6 2.200 235,5 6.875,3 2.400 275,1 8.961,5 2.600 312,4 11.281,1

Simulasi dilakukan pada keadaan steady state sehingga putaran turbin dibuat tetap, yaitu pada 105 rad/s, sesuai dengan putaran poros pada tahap perancangan. Pada putaran yang tetap tersebut diamati perubahan torsi terhadap perubahan input simulasi yaitu laju aliran massa. Daya simulasi didapat dengan mengalikan torsi dengan putaran. Efisiensi dihitung dengan membandingkan daya output simulasi dengan daya input simulasi pada bagian runner. Hasil simulasi berupa daya dan efisiensi runner dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 6 dan 7. Pada gambar 6, dapat diamati bahwa perbedaan daya keluaran ketiga runner tidak berbeda secara signifikan. Sedangkan efisiensi ketiga runner pada gambar 7, terdapat perbedaan yang signifikan untuk v.ariasi debit aliran dibawah debit perancangan. Hal tersebut terjadi karena laju penurunan torsi runner lebih tinggi dari pada pressure drop pada debit yang rendah.

Gambar 6. Daya runner

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1.50 2.00 2.50 3.00 D a y a ( k W) Debit (m3/s) Runner 1 Runner 2 Runner 3

(6)

TeknikA 82 Gambar 7. Efisiensi runner

a Runner turbin 1di bidang z = 0.5 m b Runner turbin 2 di bidang z = 0.5 m c Runner turbin 3 di bidang z = 0.5 m Gambar 8. Kontur kecepatan absolut

Visualisasi aliran pada beberapa komponen dapat membantu memberikan umpan balik pada proses perancangan pemilihan parameter runner, seperti spiral casing dan draftube. Spiral casing dengan kinerja yang baik, akan menigkatkan kinerja runner. Pada gambar 8, terlihat spiral casing sudah mempunyai kinerja yang bagus pada ketiga turbin, kecepatan meningkat secara teratur dari diameter terluar spiral casing menuju sisi masuk sudu pengarah dan runner. Tekanan pada sisi pressure pada ketiga runner bisa dikatakan tidak memiliki perbadaan yang berarti, seperti terlihat pada gambar 9.

a Kontur tekanan statik runner 1, Q = 2 m3/s

b Kontur tekanan statik runner 2, Q = 2 m3/s

Gb. c Kontur tekanan statik runner 3, Q = 2 m3/s

Gambar 9. Tekanan pada sudu runner

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.50 1.70 1.90 2.10 2.30 2.50 2.70 E fi s ie n s i Debit (m3/s) Runner 1 Runner 2 Runner 3

(7)

TeknikA 83 a Kontur tekanan statik runner 1, Q =

2 m3/s, bidang y = 0

b Kontur tekanan statik runner 2, Q = 2 m3/s, bidang y = 0

c Kontur tekanan statik runner 3, Q = 2 m3/s, bidang y = 0

Gambar 10. Tekanan pada draftube

Informasi mengenai kavitasi dapat diperoleh pada ketiga turbin dengan melihat distribusi tekanan pada bagian draft tube. Kavitasi merupakan fenomena menguapnya air pada tekanan yang sangat rendah. Seperti terlihat pada gambar 10, tekanan air yang rendah (warna biru), yaitu pada area dekat sisi keluar runner. Pemilihan bentuk kurva leading dan trailing memberikan potensi kavitasi yang berbeda cukup signifikan pada ketiga turbin.

5.

Kesimpulan

Dari kajian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Pemilihan kurva leading dan trailing edge menentukan lebar sudu, tetapi tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada daya keluaran, hanya pada efisiensi runner pada debit aliran yang rendah.

2. Bentuk kurva leading dan trailing edge menentukan potensi kavitasi pada turbin, dimana masalah kavitasi adalah salah satu masalah krusial dalam perancangan runner turbin francis.

3. Simulasi CFD telah membantu designer mengamati karakteristik aliran yang kompleks pada runner turbin francis, sehingga memudahkan untuk mencari model runner optimal sesuai batasan perancangan yang ada.

Nomenklatur

ρ : massa jenis (kg/m3)

ω : putaran sudut (rad/s)

ΔP : beda tekanan (Pa)

p : tekanan (Pa)

t : waktu (s)

Cm : kecepatan meridional runner (m/s)

F : gaya (N)

V : kecepatan mutlak fluida (m/s)

Prunner : daya runner (Watt)

Pair : daya air (Watt)

Q : debit aliran (m3/s)

R1i : jari-jari shroud (m)

R2e : jari-jari hub (m)

T : torsi runner (N.m)

Daftar Pustaka

[1] Gusriwandi. Perancangan Dasar Runner Turbin Francis Menggunakan Persamaan Empirik-Analitik,

Metode Empirik-Analitik, Metode Numerik, Conformal Mapping dan Simulasi CFD, Proceeding Seminar

National Tahunan Teknik Mesin (SNTTM XIII) Universitas Indonesia, Jakarta ( Oktober 2014).

[2.] Nechleba, M. (1957), Hydraulic Turbine – Their Design and Equipment, English Edition, Artia Prague, Czechoslovakia.

[3] Jain S., Saini, P. R., Kumar, A., 2010, CFD Approach for Prediction of Efficiency of Francis Turbine, IGHM-Oct, 2010.

(8)

TeknikA 84 [4] Patel, K., Desai, J., Chauhan, V., Charnia, S., 2011, Development of Francis Turbine using Computational

Fluid Dynamics, Asian International Conference on Fluid Machinery, 21-23 November 2011.

[5] Drtina, P., and Sallaberger, M., Hydraulic Turbines – Basic Principles and State-of-the-art Computational

Gambar

Gambar  1.a  Bidang  meridional  runner  dengan  dimensi   utama R 1i  dan R 2e  [1].  R 1i  L 2 0,1 0,2 0,3  0,4  0,5  r 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 z L1 L3 T2 T1 T3 R2e 0,0
Gambar 4. Runner
Gambar 6. Daya runner 02004006008001000120014001.502.002.50 3.00Daya (kW)Debit (m3/s)  Runner 1Runner 2Runner 3
Gambar 9. Tekanan pada sudu runner  00.10.20.30.40.50.60.70.80.911.501.701.902.102.302.50 2.70Efisiensi Debit (m3/s)  Runner 1Runner 2Runner 3
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa terjadi interaksi antara beberapa kosentrasi ZPT Root-up dan bagian setek cacah daun Sansevieria graclis terutama pada

Secara umumnya, punca pencemaran yang menyebabkan kualiti air terjejas boleh dikaitkan dengan rawatan loji kumbahan, industri pembuatan, pertanian, kawasan bandar

Menjalani profesi sebagai guru selama pelaksanaan PPL, telah memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa untuk menjadi seorang guru tidak hanya cukup dalam

Isu tsunami dapat menjadi pemicu untuk menggalakkan kembali rehabilitasi hutan mangrove yang rusak di pantai barat Sumatera dalam rangka meredam efek merusak dari tsunami,

Berdasarkan laporan tersebut, menunjukan bahwa pada periode 3 (tiga) bulan terakhir (September – Oktober 2020), CV TERRA MADRE NUSANTARA belum melakukan penerimaan produk

Mengetahui suatu korelasi antara faktor fisika-kimia tanah dengan keanekaragaman serangga tanah yang terdapat di perkebunan jeruk Desa Poncokusumo Kecamatan Poncokusumo Kabupaten

Banyak modifikasi telah dilakukan terhadap sistem lumpur aktif, tetapi secara keseluruhan sistem pengolahan dengan lumpur aktif dapat dicirikan dengan tanda-tanda:

Sasaran penelitian adalah proses pembelajaran IPA kelas VIII SMP pada materi cahaya, dengan validasi yang dilakukan oleh tiga ahli media dan ahli materi serta