• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam proses globalnya membutuhkan sarana dan prasarana guna menunjang proses pembangunan yang seutuhnya. Salah sektor vital didalam suatu pembangunan negara adalah sektor ekonomi, karena pembangunan tidak berjalan dengan semestinya apabila sektor ekonominya tidak memadai. Untuk itu salah satu wujud nyata dari sektor ekonomi untuk merealisasikan pembangunan yang seutuhnya adalah dengan melakukan investasi baik dalam negeri (PMDN) maupun investasi luar negeri (PMA). Investasi dalam negeri dilakukan oleh pemerintah nasional maupun swasta di Indonesia dengan tujuan untuk menciptakan suatu produksi, sedangkan investasi asing (PMA) adalah modal yang di tanamkan oleh pihak asing untuk memulai usaha di negara lain.

Secara umum investasi merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi yang dapat diharapkan agar perekonomian dapat menghasilkan keuntungan. Investasi yang dilakukan oleh perusahaan atau investor-investor dapat berupa pembelian barang-barang modal riil untuk mendirikan perusahaan baru maupun untuk memperluas usaha yang telah ada (Deliarnov,1995: 82).

Sumber daya alam yang ada juga dapat dimanfaatkan secara optimal. Sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia sangat banyak sehingga diperlukan aktivitas penanaman modal baik PMA dan PMDN. Disetiap wilayah Indonesia tersedia

(2)

berbagai bahan mentah dari berbagai hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan yang dapat digunakan oleh sektor industri. Disamping itu terdapat pula potensi yang besar dari sektor pertambangan, perindustrian dan sebagainya. Semua faktor-faktor ini memerlukan investasi yang relatif besar untuk mengelolanya ataupun mengeksplorasinya termasuk investasi asing.

Investasi asing di Indonesia dimulai tahun 1967 yakni sejak dikumandangknnya undang-undang No 11/1967 mengenai penanaman modal asing (PMA). Sejak saat itu Indonesia dinyatakan terbuka bagi investasi asing dan hasilnya arus investasi asing yang masuk meningkat pesat dibandingkan keadaan tahun sebelumnya. Dengan demikian, melalui PMA dan PMDN pembangunan ekonomi Indonesia secara makro diharapkan akan lebih baik. Kebijaksanan pelaksanan pembangunan ekonomi melalui PMA dan PMDN juga dalam konteks perekonomian propinsi. Propinsi Sumatera utara misalnya telah melaksanakan penbangunan ekonomi dengan PMA dan PMDN sejak lama. Kedua unsur ini telah memberikan kemajuan yang sangat berarti bagi perekonomian Sumatera Utara. Kenaikan investasi PMDN yang terus meningkat menjadi harapan semua pihak. Realisasi investasi lewat PMDN di Sumatera Utara pada tahun 2006 menurut data yang dikeluarkan BPS mencapai 5,501 triliun rupiah, terjadi sedikit kenaikan dari tahun 2005 yang berada pada posisi 5.462 triliun rupiah.

Investasi memiliki indikator yang mempengaruhinya yaitu, suku bunga, produk domestik regional bruto, dan angkatan kerja merupakan faktor penting dalam investasi. Jika pertumbuhan ekonomi di suatu negara pincang atau tidak merata maka akan sulit menarik para investor untuk menanamkan modalnya di negara tersebut.

(3)

Investasi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi serta perbaikan bagi produktivitas tenaga kerja. Tanpa investasi tidak akan ada pabrik, dengan demikian tidak akan ada ekspansi (perluasan) ekonomi (Nopirin,1992).

Suku bunga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap investasi, dimana penurunan tingkat suku bunga di Indonesia dari tahun ketahun makin terbatas, hal ini mengakibatkan masuknya investasi akan mengalami perlambatan sehubungan dengan upaya Bank Indonesia dalam mempertahankan perbedaan tingkat suku bunga domestik terhadap tingkat suku bunga internasional agar tetap menarik bagi investor dalam negeri untuk menanamkan modalnya.

Dengan naiknya tingkat suku bunga SBI (BI rate), secara otomatis perbankan dalam negeri cenderung akan menaikkan tingkat suku bunganya, baik suku bunga kredit atau suku bunga deposito, yang kemudian dapat mempengaruhi tingkat investasi. Sebagai komponen yang dapat mendorong investasi, suku bunga haruslah rendah, rendahnya tingkat suku bunga dapat mendorog investor untuk melakukan pinjaman pada lembaga perbankan sehingga meningkatkan investasi, baik investasi baru maupun investasi perluasan. Akan tetapi investasi dapat menjadi tidak menarik apabila suku bunga meningkat. Hal ini disebabkan karena tingkat suku bunga yang tinggi dapat memperbesar beban biaya (Miraza, 2006: 250). Dari pengalaman empiris selama ini Bank Indonesia berusaha mempertahankan BI rate pada level yang positif, pada tahun 2006 BI rate berada pada posisi 9,75 % dimana terjadi penurunan 3,08 % dari tahun sebelumnya yang berada pada posisi 12,83 %. Dalam upaya tetap mempertahankan level suku bunga pada tingkat yang positif akan semakin sempit, hal ini dikarenakan oleh pergerakan suku bunga juga diarahkan untuk memberi insevtif

(4)

bagi masyarakat untuk menabung sekaligus upaya untuk mendorong iklim investasi dalam negeri yang kondusif.

Variabel suku bunga mempunyai pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang, oleh karena itu pemerintah harus bisa menjaga kestabilan tingkat suku bunga supaya tidak terjadi pelarian modal.

Salah satu indikator kinerja makro untuk menilai baik tidaknya perekonomian di daerah yang sering digunakan secara luas adalah produk domestik regional bruto (PDRB). Nilai PDRB dapat dihitung berdasarkan harga kini (curren price) maupun berdasarkan harga konstan (constant price), PDRB yang dihitung berdasarkan harga kini (curren price) menunjukkan kontribusi atau pangsa pasar masing-masing sektor dalam perekonomian daerah, berdasarkan harga yang berlaku dalam tahun yang bersangkutan yang didalamnya tercakup unsur tingkat inflasi makro. Okeh karena itu, tinggi rendahnya persentase pertumbuhan ekonomi yang dihitung akan dipengaruhi tinggi rendahnya tingkat inflasi dalam periode yang bersangkutan. Sedangkan PDRB Sumatera Utara merupakan jumlah nilai tambah barang dan jasa akhir yang dihasilkan (nilai barang dan jasa akhir dikurangi biaya untuk menghasilkannya). Dengan demikian, harus diakui PDRB menurut harga kini belum secara riil dapat menggambarkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara

PDRB senderi yang sering disebut sebagai utusan tunggal yang paling baik untuk mengukur tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Seperti yang kita lihat PDRB dapat mengukur total pendapatan maupun total pengeluaran perekonomian untuk barang dan jasa. Jadi, PDRB perkapita menberitahu kita pendapatan dan pengeluaran dari rata-rata seseorang dalam perekonomian, karena kebanyakan orang

(5)

lebih memilih pendapatan dan pengeluaran yang lebih tinggi, PDRB perkapita sepertinya merupakan ukuran kesejahteraan rata-rata seseorang yang cukup alamiah. Namun, beberapa orang mempersoalkan keabsahan PDRB sebagai ukuran kesejahteraan.

PDRB tidak mengukur kesehatan anak-anak, kualitas pendidikan atau kesenangan mereka. PDRB yang besar sesungguhnya membantu kita untuk menjalani hidup yang baik. PDRB tidak tidak mengukur kesehatan anak-anak kita, namun negara dengan PDRB lebih besar dapat menyediakan fasilitas dan peralatan kesehatan yang lebih baik. PDRB perkapita dapat digunakan sebagai gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari seluruh proses produksi sektor-sektor ekonomi disuatu wilayah. PDRB perkapita diperoleh dengan cara membagi total nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat secara langsung meningkatakan PDRB perkapita. Berdasarkan angka PDRB perkapita atas dasar harga berlaku kinerja perokonomian Sumatera Utara telah menunjukkan peningkatan yang relatif menggembirakan. Pada tahun 2005 PDRB perkapita menujukkan angka Rp 11.326.516 sedangkan pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp 12.657.397 walaupun demikian PDRB berlaku perkapia masyarakat Sumatera Utara umumnya lebih rendah dibanding nasional (sumber: BPS sumatera utara).

Selain faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi perkembangan investasi dalam negeri adalah jumlah tenaga kerja. Salah satu tujuan dari pembangunan adalah mengurangi pengangguran dengan sendirinya dapat menambah lapangan kerja bagi masyarakat serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat

(6)

tersebut. Dalam hal ini untuk menciptakan lapangan kerja harus ditujukan pada penggunaan lapangan kerja yang produktif, dengan meluaskan dasar ekonomi dan meningkatkan produktivitas kerja diberbagai bidang kegiatan.

Untuk itu perkembangan ekonomi dewasa ini khususnya bagi negara berkembang menuntut adanya sumber daya manusia (SDM/human capital) yang terampil. Hal ini seiring dengan kemajuan teknologi yang berkembang pesat dan pertambahan jumlah penduduk yang semakin tinggi sehingga keberadaan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja benar-benar diperlukan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara. Namun untuk pengadaan semua itu, termasuk fasilitas seperti gedung sekolah, perpustakaan dan sebagainya guna mendukung penyiapan SDM, diperlukan dana yang disebut dana investasi. Berdasarkan data BPS pada tahun 2006, dari total angkatan kerja di Sumatera Utara yang mencapai 5.491.696 juta jiwa dan yang bekerja sebanyak 4.859.647 juta jiwa terjadi kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya, berdasarkan masuknya investasi pada saat itu. Untuk menjaga agar perkembangan tenaga kerja terus meningkat diperlukan adanya kestabilan sosial ekonomi, sehingga memberikan pengaruh pada faktor-faktor produksi. Secara langung naik turunnya faktor ini akan memberikan dampak terhadap tinggi-rendahnya permintaan dan penawaran tenaga kerja.

Pembangunan ekonomi daerah baru dapat menunjukkan peran yang nyata dalam pembangunan nasional apabila suatu daerah telah mencapai transformasi struktural ekonomi daerah. Tranformasi struktural daerah tidak begitu banyak berbeda dengan Tranformasi struktural nasional, yaitu berusaha menciptakan struktur ekonomi medern yang didominasi sektor industri sekunder.

(7)

Sumatera Utara sebagai salah satu daerah pintu gerbang perekonomian industri di wilayah barat menunjukkan pertumbuhan yang makin baik pasca krisis. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2006 sebesar 4,06%, tingginya pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara disebabkan karena meningkatnya investasi yang ditanamkan oleh para investor. Hambatan-hambatan yang dialami akan menyulitkan masuknya investasi, hal ini mengakibatkan kurangnya kepercayaan para investor terhadap perekonomian untuk kembali menanamkan modalnya. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul “ Analisis Pengaruh Suku Bunga, PDRB Perkapita, dan Angkatan Kerja Terhadap Investasi Dalam Negeri Sumatera Utara”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh suku bunga terhadap investasi dalam negeri Sumatera

Utara?

2. Bagaimana pengaruh PDRB perkapita terhadap investasi dalam negeri Sumatera Utara?

3. Bagaimana pengaruh angkatan kerja terhadap investasi dalam negeri Sumatera Utara?

1.3 Hipotesis

(8)

1. Suku bunga berpengaruh negatif terhadap investasi dalam negeri Sumatera Utara

2. PDRB perkapita berpengaruh positif terhadap investasi dalam negeri Sumatera Utara

3. Angkatan kerja berpengaruh positif terhadap investasi dalam negeri Sumatera Utara

1.4 Tujuan Penelitian

Penulisan skripsi ini memiliki beberapa tujuan, yaitu:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suku bunga terhadap investasi dalam negeri Sumatera Utara

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh PDRB perkapita terhadap investasi dalam negeri Sumatera Utara

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh angkatan kerja terhadap investasi dalam negeri Sumatera Utara

1.5 Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya: 1. Guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ekonomi.

2. Sebagai bahan studi dan literatrur bagi mahasiswa yang ingin mengetahui tentang pengaruh suku bunga, PDRB perkapita, dan angkatan kerja terhadap investasi dalam negeri Sumatera Utara

(9)

3. Sebagai pelengkap sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian dengan topik yang sama yang sudah ada sebelumnya.

4. Sebagai tambahan wawasan bagi penulis dalam kaitannya dengan disiplin ilmu yang penulis tekuni.

5. Sebagai bahan masukan atau pemikiran bagi instansi yang terkait dalam pengambilan keputusan

Referensi

Dokumen terkait

Di sisi lain, apabila salah satu dari tahapan yaitu memiliki motivasi yang rendah, tidak memiliki perencanaan dimana pekerja kontrak tidak memiliki target apa

Dalam pelaksanaannya PNPM mempunyai program simpan pinjam perempuan dana bergulir UEP/SPP (usaha ekonomi produktif/ Simpan pinjam perempuan) melalui program nasional

Santoso (2010) melakukan penelitian dengan menggunakan data tahun 1994–2008 meliputi pertumbuhan ekonomi, impor barang modal, ekspor, investasi, jumlah tenaga kerja,

1. Potensi dana yang bersumber dari zakat, infaq dan shadaqah sangat besar. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan sebagian besar diantaranya adalah orang Islam,

Dalam kondisi tren suku bunga menurun hal tersebut mengakibatkan penurunan pendapatan bunga lebih besar dibandingkan dengan penurunan biaya bunga, maka laba akan

Sebaliknya, apabila tingkat suku bunga mengalami penurunan, maka terjadi penurunan pendapatan bunga lebih besar dibanding penurunan biaya bunga yang berarti risiko suku bunga

positif terhadap ROA. 2) Ketika tingkat suku bunga mengalami penurunan, maka bank mengalami penurunan pendapatan bunga dengan persentase yang lebih besar dibanding

Sebaliknya, apabila tingkat suku bunga mengalami penurunan, maka akan terjadi penurunan pendapatan bunga lebih besar dari pada penurunan biaya bunga yang