• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN Identifikasi Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBAHASAN Identifikasi Masalah"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBAHASAN

4.1. Identifikasi Masalah

4.1.1. Tuntutan Kebutuhan Informasi dan Pengetahuan Agribisnis Cabai

Tuntutan kebutuhan dan memperoleh informasi pertanian dapat berpengaruh positif terhadap keberdayaan petani sayuran. Artinya, tuntutan kebutuhan informasi dan memberolehnya berpengaruh terhadap upaya untuk meningkatkan kemampuan mengembangkan usahatani, khususnya perbaikan dalam hal merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengatasi masalah agribisnis (Tamba, 2007).

Pada saat ini petani membutuhkan akses terhadap berbagai sumber informasi pertanian dalam rangka meningkatkan hasil produksinya. Informasi peningkatan produksi dan mutu sayuran mencakup antara lain informasi teknologi usahatani, pola tanam, iklim/cuaca, teknologi usahatani. Teknologi usahatani berarti bagaimana cara melakukan pekerjaan usaha tani. Didalamnya termasuk cara-cara bagaimana petani menyebarkan benih, pupuk, pestisida, memelihara tanaman dan memungut hasilnya. Informasi-informasi tersebut dibutuhkan dan harus dapat diakses oleh petani agar petani menjadi berdaya (Tamba, 2007).

Sementara itu, kualitas informasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan seseorang untuk mengadopsi inovasi melalui informasi yang diterimanya. Petani maju / masyarakat inovatif umumnya memanfaatkan berbagai sumber informasi kemudian menyarikannya serta menggunakan dalam kegiatan agribisnis pertanian yang mereka tekuni. Sedangkan petani berkembang/masyarakat yang kurang inovatif, umumnya hanya memanfaatkan teknologi yang sudah umum diterapkan oleh petani setempat dan relatif sedikit memanfaatkan informasi dari sumber-sumber yang terpercaya.

Dalam penyampaian informasi pertanian, penyuluh pertanian memiliki peranan yang sangat penting. Hal ini dikarenakan penyuluh pertanian sangat dekat dengan petani. Petani dapat berkonsultasi dengan penyuluh pertanian terdekat untuk mendapatkan informasi-informasi terkait dengan kegiatan agribisnis cabai.

(2)

Namun demikian, terdapat dua faktor yang menyebabkan kurang efektifnya kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh pertanian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang melekat pada diri penyuluh seperti umur, pendidikan, kekosmopolitanan, pengalaman bekerja sebagai penyuluh, motivasi, kemampuan / wawasan teknis, keinovatifan, kemampuan menyediakan informasi, komunikatif, intensitas pemanfaatan multimedia penyuluhan, intensitas penyusunan materi penyuluhan sesuai kebutuhan petani, intensitas interaksi dengan sumber inforamsi dan sikap profesionalisme penyuluh. Sedangkan faktor eksternal adalah ketersediaan kelembagaan penyuluhan, sistem nilai, sarana komunikasi yang terjangkau, serta dukungan lembaga pelayanan dan dinamika organisasi/lembaga penyuluhan (Tamba, 2007).

4.1.2. Penyediaan Informasi Pertanian

Pemberdayaan petani melalui penyediaan informasi pertanian, akan meningkatkan kemampuan manajemen usaha (merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengatasi masalah usahatani) petani sehingga petani mampu memanfaatkan peluang usaha, mengantisipasi perubahan dan permasalahn serta mampu memprediksi permintaan, dan preferensi konsumen. Berbagai sumber informasi pertanian telah banyak disediakan oleh lembaga/institusi terkait dengan kegiatan agribisnis diantaranya adalah :

1. Badan Koordinasi Penyuluhan

Badan Koordinasi Penyuluhan (BKP) merupakan lembaga penyuluhan di provinsi yang akan mengkaji dan mengolah berbagai data/informasi yang berasal dari berabgai instansi terkait. Selanjutnya BKP menghasilkan informasi yang siap disalurkan kepada petani. BKP juga bertanggung jawab menghasilkan informasi pertanian dalam bentuk cetak dan digital yang disebarkan ke dinas pertanian provinsi/kabupaten/kota.

2. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Balai pengkajian teknologi Pertanian merpakan lembaga penelitian yang menghasilkan berbagai informasi ilmiah di bidang teknis, ekonomi, dan sosial yang berasal dari hasil-hasil penelitian yang dijamin dan dapat

(3)

dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selanjutnya informasi ini akan disampaikan ke Badan Koordinasi Penyuluhan

3. Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota

Dinas pertanian provinsi/kabupaten/kota merupakan lembaga yang menyusun program pembangunan pertanian di wilayahnya, baik program jangka panjang maupun jangka pendak berdasarkan potensi dan sumber daya yang dimilikinya dan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dengan meperhatikan kelsetarian sumber daya pertanian.

4. Lembaga/Unit penelitian sayuran

Lembaga/unit penelitian sayuran merupakan lembaga yang melakuakn penelitian terutama bdiang teknologi, sosial, dan ekonomi, diharapkan melakukan diseminasi hasil-hasil penelitian spesifik lokasi ke instansi terkait seperti Dinas Pertanian, Badan pelaksana penyuluhan, dan lain-lain sehingga bermanfaat bagi pembangunan.

5. Balai Penyuluhan Pertanian

Balai penyuluhan pertanian merupakan lembaga yang bertugas : (1) menyusun program penyuluhan pada tingkat kecamatan, (2) melaksanakan pernyuluhan berdasarkan program penyuluhan, (3) menyebarkan inforamsi pertanian seperti informsi : teknologi, sarana produksi, permodalan (pembiayaan), pasar dan informasi lainnya, (4) memfasilitasi pengembangan kelembagaan serta kemitraan pelaku utama (petani) dan pelaku usaha, dan (5) memfasilitasi peningkatan kapasitas penyuluh melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan.

6. Perguruan Tinggi Pertanian

Perguruan tinggi yang memegang mandat pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat memiliki peran penting dalam penyediaan SDM dan informsi pertanian. Penelitian yang dilakukan perguruan tinggi secara terus menerus dan diintegrasikan dengan kegiatan pendidikan dan pengabdian masyarakat, menjadikan perguruan tinggi menjadi sumber informasi pertanian yang sangat potensial. Namum permasalahan yang terjadi saat ini adalah belum optimalnya penyediaan informasi-informasi dan pengetahuan pertanian yang

(4)

berasal dari perguruan tinggi kepada masyarakat. Hal ini disebabkan karena cakupan wilayah Indonesia sangat luas, sehingga perlu ada strategi penyebaran dan pemanfaatan media-media penyebaran informasi yang efektif agar informasi pertanian dapat sampai.

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh lembaga-lembaga yang menjadi penyedia informasi pertanian adalah belum adanya suatu perangkat yang baik dalam penyebaran informasi yang komprehensif, berbasis produk, berbasis lokasi lokal, dan dapat dengan mudah diakses dari manapun. Permasalahan ini hasus dipecahkan dalam rangka mendorong petani untuk lebih berdaya. Keberdayaan petani pada akhirnya akan berakibat pada majunya sektor ini, dan dapat menjadi penopang perekonomian bangsa.

Memperhatikan permasalahan-permasalahan tersebut, maka pada penelitian ini perlu dibangun sebuah sistem konsultasi online agribisnis cabai. Penelitian yang dilaksanakan bermaksud menjadi jembatan antara lembaga-lembaga yang potensial dalam penyediaan informasi dan pengetahuan pertanian yang tepat guna dan up to date. Salah satu lembaga yang sangat aktif adalah perguruan tinggi, sehingga penelitian ini fokus pada penyediaan pengetahuan pertanian yang berasal dari penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) sebabagi perguruan tinggi pertanian bertaraf internasional.

Ahli-ahli pertanian yang ada di IPB selanjutnya dilibatkan secara penuh dalam pengembangan sistem konsultasi ini, sehingga sistem ini nantikan dapat menjadi instrumen yang sangat baik dalam penyampaian informasi dan pengetahuan agribisnis cabai kepada petani. Pengetahuan yang dimiliki oleh perguruan tinggi akan dimasukkan ke dalam sistem berbasis komputer dan dapat diakses secara online. Dengan memanfaatkan teknik-teknik inferensi maka sistem dapat berkomunikasi dan melakukan dialog kepada pengguna dalam pemecahan masalah agribisnis. Sistem yang dibangun dibatasi pada komoditas Cabai (Capsicum annuum. L) dengan studi kasus cabai dataran tinggi.

4.1.3. Visi dan ruang lingkup sistem konsultasi agribisnis Cabai

Sistem konsultasi agribisnis cabai (Capsicum annuum. L) dibangun dengan visi penyediaan informasi dan pengetahuan pertanian tanpa batas kepada petani sebagai pelaku agribisnis. Penyediaan informasi tanpa batas maksudnya adalah

(5)

memberikan kemudahan akses kepada petani dalam mendapatkan informasi pertanian. Hal ini sesuai dilatarbelakangi oleh kebutuhan petani akan inovasi, wawasan dan tindakan yang baik dalam kegiatan agribisnis cabai. Selain itu, kebutuhan akan Knowledge Based Agriculture dengan menerapkan Good

Agricultural Practices sudah menjadi keharusan untuk menjadi petani maju.

Ruang lingkup sistem konsultasi yang akan dibangun dibatasi pada satu komoditas pertanian yaitu cabai untuk dataran tinggi. Hal ini dimaksudkan agar pengetahuan yang didapatkan dari ahli di perguruan tinggi dapat diserap dan ditransformasikan ke dalam sistem secara optimal. Pengetahuan-pengetahuan tersebut dikumpulkan, dimasukkan ke dalam sistem, dibuat halaman-halaman bagi petani untuk melakukan dialog terkait dengan kegiatan agribisnis cabai.

4.2. Pencarian Sumber Pengetahuan

Pencarian sumber pengetahuan dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan yang dapat diimplementasikan pada sistem konsultasi online yang dibangun pada penelitian ini. Pengetahuan berasal dari pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan yang diperoleh dari berbagai sumber melingkupi tahapan-tahapan yang dilaksanakan oleh petani dalam kegiatan agribisnis dan teknik-teknik pemecahan masalah lapangan.

Menurut Kaye (1997), setiap manusia akan mampu mengenali inti permasalahan yang sedang dihadapi bila diperoleh informasi yang banyak. Untuk itu dibutuhkan suber daya dan upaya ekstra serta akses dari setiap orang terhadap sumber informasi. Pencarian pengetahuan dalam rangka membangun sistem konsultasi yang baik memperhatikan faktor-faktor penyediaan pengetahuan yang baik. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pencarian pengetahuan pada penelitian ini adalah :

1. Relevansi : pengetahuan yang berkaitan erat dengan persoalan yang tengah dihadapi oleh petani cabai (Capsicum annuum. L). Informasi dan pengetahuan juga harus sesuai dengan perspektif situasi yang ada.

(6)

2. Akurasi : sumber pengetahuan yang akan dicari adalah pengetahuan yang berasal dari sumber yang layak untuk dipercaya dan dapat diuji kebenarannya.

3. Kelengkapan : informasi dan pengetahuan yang dikumpulkan dalam penelitian ini harus lengkap dan dapat menajawab permasalahan-permasalahan pokok dalam kegiatan agribisnis cabai.

4. Ketajaman : informasi dan pengetahuan yang dikumpulkan merupakan diupayakan memiliki ketajaman, sehingga dapat menunjukkan perbedaan antara pilihan satu dengan pilihan yang lain.

5. Ketepatan waktu : Pengembangan sistem secara online memungkinkan penyediaan informasi dan pengetahuan yang tepat waktu dan berdaya guna tinggi karena terhindar dari informasi kadaluarsa. Untuk menjamin mekanisme pembaharuan informasi dan pengetahuan maka sistem yang akan dibangun harus meyediakan fitur yang dapat digunakan untuk melakukan pembaharuan informasi dan pengetahuan.

6. Keterwakilan : informasi dan pengetahuan yang dikumpulkan dalam penelitian ini sangat mementingkan keterwakilan kondisi lapangan. Untuk itu, penyusunan pengetahuan fokus pada komoditas cabai (Capsicum annuum. L) pada dataran tinggi dan spesifik untuk daerah Liwa, Lampung Barat.

Sumardjo (2004) menyatakan bahwa kegiatan agribisnis merupakan kombinasi dari kegiatan di lahan (on farm) dan pendukung diluar lahan (off farm) maka pengetahuan yang dicari melingkupi kedua kegiatan tersebut. Pengetahuan yang didapatkan dari penelitian ini adalah pengetahuan terkait kegiatan agribisnis yang mengacu pada praktek Good Agricultural Practices (GAP). Pengetahuan yang akan disajikan dalam sistem konsultasi diutamakan pengetahuan lapangan. Hal ini dimakudkan agar pengguna dapat melaksanakan rekomendasi dari proses konsultasi yang dilakukan.

Kegiatan agribisnis cabai pada dasarnya terdiri dari kegiatan-kegiatan dalam pertanian yang terencana dan terkontrol dengan baik. Kegiatan tersebut meliputi empat kegiatan utama yaitu : (1) perencanaan dan analisis usaha tani, kegiatan penyediaan sarana dan budidaya, (2) pengendalian hama dan penyakit,

(7)

(3) panen dan penanganan pasca panen, dan (4) pemasaran produk. Gambar 13 menunjukkan urutan dari tahapan dalam agribisnis tanaman cabai pada satu musim tanam.

Gambar 13. Kegiatan Utama Agribisnis Cabai

Untuk mendukung empat kegiatan utama agribisnis tersebut maka perlu diinventarisasi pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan. Selanjutnya pengetahuan tersebut dikumpulkan dan diimplementasikan menjadi sistem konsultasi. Informasi dan pengetahuan terkait kegiatan agribisnis cabai yang dikumpulkan (dicari) pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan Pemilihan Varietas unggul 2. Pengetahuan Penentuan Dosis Pupuk Dasar 3. Pengetahuan Pengendalian Hama dan Penyakit 4. Pengetahuan Teknologi Budidaya

5. Pengetahuan Penanganan Pasca Panen 6. Teknik analisis usaha tani

7. Ketersediaan Informasi Pasar 8. Informasi Cuaca

9. Kelembagaan Pertanian

(8)

Berdasarkan jenisnya pengetahuan dapat digolongkan menjadi dua yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit adalah pengetahuan-pengetahuan yang didapatkan dari pakar berdasarkan hasil wawancara, sementar pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan-pengetahuan yang telah dibukukan. Pada penelitian ini dilakukan pencarian pengetahuan sesuai kebutuhan petani dan jenis pengetahuan baik tacit maupun eksplisit. Berikut adalah penjelasan mengenai pengetahuan tacit dan eksplisit dikumpulkan dari penelitian ini :

4.2.1. Pengetahuan Tacit

Pengetahuan tacit diperoleh dari pengalaman pakar agribisnis cabai dan petani. Pakar merupakan orang yang dianggap telah memiliki kemapuan dan pengalaman yang baik dan diakui dalam kegiatan agribisnis cabai (Capsicum

annuuum. L). Pakar-pakar tersebut digolongkan sesuai dengan jenis keahliannya

sehingga dapat mendukung dalam pencarian pengetahuan tacit. Bidang keahlian menentukan seberapa faham seorang pakar dalam memahami kasus-kasus yang dihadapi petani di lapangan.

Berdasarkan jenis keahliannya terdapat tiga bidang keahlian yang kemudian menjadi nara sumber dalam pencarian pengetahuan yaitu : (1) Ahli teknologi dan sistem informasi, (2) Pakar Agronomi dan Hortikultura, dan (3) Pakar Proteksi Tanaman. Selain itu dalam pencarian pengetahuan tacit juga melibatkan petani sebagai pelaku agribisnis cabai di lapangan.

Pakar agronomi dan hortikultura yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah Prof. Dr. Sriani Sujiprihati, M.S. Selanjutnya pakar proteksi tanaman yang dilibatkan adalah Dr. Widodo. Petani yang menjadi narasumber adalah Sukoyo, sebagai petani cabai di daerah Liwa, Lampung Barat. Ketiga nara sumber yang disebutkan diatas merupakan sumber utama pengetahuan tacit yang akan menjadi basis pengetahuan dalam sistem konsultasi agribisnis cabai yang dibangun.

Untuk mendapatkan pengetahuan tacit peneliti melakukan wawancara dan diskusi (forum group discussion) dengan pakar. Diskusi terbuka dipilih agar pakar dapat mengeluarkan semua pengetahuan yang dimiliki dan dapat

(9)

ditransformasikan menjadi pengetahuan yang dapat disimpan pada tahapan selanjutnya dari penelitian ini. Wawancara digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang terarah dan dapat digunakan sebagai basis pengetahuan (knowledge based). Pengetahuan tacit yang digali melingkupi pengetahuan teoritis dan pengalaman lapangan yang pernah dialami oleh pakar dan petani. Selain itu peneliti juga melakukan pengamatan langsung pada kegiatan budidaya pertanian cabai di daerah Liwa, Lampung Barat untuk memperkuat dan mengumpulkan pengetahuan-pengetahuan tacit yang sudah diterapkan.

Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara yang dilakukan maka pengetahuan-pengetahuan tacit yang diperoleh meliputi pengetahuan budidaya tanaman cabai dan proteksi tanaman. Tabel 2 menjelaskan secara detail pengetahuan, metode pencarian pengetahuan yang digunakan, dan sumber pengetahuan pakar.

Tabel 2. Jenis dan Sumber Pengetahuan Tacit

No Pengetahuan Metode Pencarian Pengetahuan Sumber Pengetahuan

1 Budidaya Tanaman Cabai 1. Pakar Agronomi

dan Hortikultura (Prof. Dr. Sriani Sujiprihati, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor) 2. Petani (Sukoyo ; petani cabai di daerah Liwa, Lampung Barat). a. Pemilihan benih cabai dan

kesesuaian lahan.

Diskusi, wawancara, pengamatan lapangan b. Penentuan dosis pupuk

dasar berdasarkan jenis tanah dan ketersediaan hara di lokasi penanaman cabai.

Diskusi, wawancara, pengamatan lapangan c. Penentuan Dosis Nutrisi

(pupuk) tambahan dalam bentuk kocor ataupun semprot melalui daun pada kegiatan budidaya.

Diskusi, wawancara, pengamatan lapangan

(10)

No Pengetahuan Metode Pencarian Pengetahuan Sumber Pengetahuan

2 Proteksi Tanam Pakar Proteksi

tanaman (Dr. Ir. Widodo ; Klinik tanaman Departemen Proteksi tanaman, Institut Pertanian Bogor)

a. Diagnosa Penyakit dan Penanggulangannya Diskusi dan wawancara b. Identifikasi dan Penanggulangan Diskusi dan wawancara 4.2.2. Pengetahuan Ekplisit

Pengetahuan eksplisit terkait kegiatan agribisnis cabai (Capsicum annuum. L) adalah pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh dari keahlian pakar dalam menggunakan berbagai peralatan dan metodologi. Pengetahuan-pengetahuan eksplisit yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari literatur-literatur yang ditulis dan disusun oleh pakar-pakar pertanian. Tulisan-tulisan tersebut berupa best practice budidaya cabai, publikasi ilmiah, buku-buku, standar

operating prosedur (SOP) dan sumber-sumber lain yang relevan.

Literatur-literatur tersebut dikumpulkan dan dipelajari dan direpresentasikan dalam bentuk yang mudah difahami dan dapat di implementasikan ke sistem konsultasi untuk kemudian didiskusikan dengan pakar untuk menjadi keabsahan dari pengetahuan yang telah disusun oleh peneliti. Pengetahuan eksplisit lebih terstrtuktur dibandingkan dengan pengetahuan tacit, yang bergantung pada bagaimana cara pakar menjelaskan suatu permasalahan. Keterbatasan waktu untuk mengambil pengetahuan dari pakar langsung membuat studi ini juga mengoptimalkan pengetahuan tacit dalam pencarian pengetahuan untuk memperkaya basis pengetahuan (knowledge based) dari sistem yang dibangun.

Setelah dilakukan inventarisir terhadap pengetahuan-pengetahuan eksplisit yang didapatkan dari pakar yang dilibatkan maka diakukan dokumentasi menjadi

(11)

bentuk pengetahuan yang mudah diimplementasikan ke dalam sistem konsultasi berbasis komputer. Secara detail jenis pengetahuan eksplisit agribisnis cabai dan sumbernya dapat dilihat pada Tabel 3 yang menunjukkan jenis-jenis pengetahuan sesuai dengan studi pada tahapan identifikasi.

Tabel 3. Jenis dan Sumber Pengetahuan Eksplisit

No Pengetahuan Sumber Pengetahuan

1 Analisis Usaha Tani.

a. Analisis usaha dalam bentuk musiman. b. Analisis nilai B/C rasio yang sesuai dan

menguntungkan bagi petani. Dengan mempertimbangkan besarnya pendapatan bulanan yang akan didapatkan oleh petani.

Buku

2 Budidaya Tanaman Cabai Buku, publikasi ilmiah (jurnal), peraturan pemerintah terkait, SOP Budidaya Cabai dan sumber-sumber lain.

a. Pemilihan benih cabai dan kesesuaian lahan. b. Penentuan dosis pupuk dasar berdasarkan

jenis tanah dan ketersediaan hara di lokasi penanaman cabai.

c. Penentuan Dosis Nutrisi (pupuk) tambahan dalam bentuk kocor ataupun semprot melalui daun pada kegiatan budidaya.

3 Proteksi Tanam Buku, punlikasi

ilmiah, SOP proteksi tanaman dan sumber-sumber lain yang relevan.

c. Diagnosa Penyakit dan Penanggulangannya d. Identifikasi dan Penanggulangan

4 Informasi – Informasi Lain a. Informasi Pasar

b. Informasi Cuaca c. Kelembagaan Pertanian

d. Kebijakan, dukungan dan program-program pemerintah

Buku, website, dan keputusan-keputusan pemerintah.

(12)

4.3. Akuisisi Pengetahuan

Kegiatan akuisisi pengetahuan merupakan kegiatan yang sulit dalam pengembangan sistem berbasis pengetahuan (sistem konsultasi) agribisnis cabai. Pada tahapan ini meliputi identifikasi pengetahuan dan representasi pengetahuan dalam bentuk dan format yang dapat dimasukkan ke dalam komputer. Pada kegiatan ini harus ada kerjasama antara knowledge engineer, pakar dan calon pengguna sistem konsultasi. Seorang knowledge engineer pada tahapan ini bertugas menerjemahkan pengetahuan ke dalam komputer agar mudah difahami dan dimengerti oleh end user (pengguna).

Dilihat dari jenis pengetahuan yang digunakan dalam pengembangan sistem konsultasi maka pengetahuan tersebut masuk pada jenis pengetahuan eksplisit. Artinya, harus dilakukan transformasi pengetahuan tacit menjadi eksplisit, eksplisit menjadi eksplisit, eksplisit menjadi tacit, dan tacit menjadi tacit pada tahap akuisisi pengetahuan. Berikut adalah penjelasan dari proses-proses akuisisi pengetahuan yang mengadopsi model transformasi pengetahuan yang dikemukakan oleh Nonaka dan Takeuchi (1995).

4.3.1. Tacit menjadi Tacit (Socialization)

Teknik yang dapat dilakukan peneliti untuk mendapatkan pengetahuan tacit dari sumber pengetahuan tacit (pengalaman) adalah dengan melakukan diskusi informal seperti brainstorming secara periodik untuk mendiskusikan tentang kegiatan agribisnis cabai. Diskusi dan wawancara dilakukan dengan mendatangi langsung dengan pakar agronomi dan hortikultura, pakar proteksi tanaman dari Institut Pertanian Bogor (IPB), dan petani yang telah berpengalaman dalam kegiatan agribisnis cabai.

Hasil dari diskusi ini seorang knowledge engineer memiliki pengetahuan yang lebih banyak. Pengetahuan ini menjadi dasar bagi peneliti untuk membangun sistem konsultasi. Selanjutnya knowledge engineer akan mentransformasikan pengetahuan tacit tersebut menjadi pengetahuan eksplisit untuk dapat diimplementasikan ke dalam sistem konsultasi.

(13)

4.3.2. Explicit menjadi Tacit (Internalization)

Menyediakan sistem yang mendokumentasikan semua kebutuhan informasi dan pengetahuan dalam pembangunan sistem konsultasi. Selanjutnya pakar menjawab keluhan-keluhan yang dihadapi petani dilapangan. Sehingga seorang peneliti sebagai knowldedge engineer dapat memiliki pemahaman yang lebih mendalam terkait dengan kegiatan agribisnis cabai. Selain itu teknik yang dilakukan adalah dengan mendatangi ruang baca yang berisikan dokumen dan laporan terkait dengan kegiatan agribisnis cabai.

Hasil dari kegiatan hampir sama dengan tahapan sebelumnya yaitu peneliti memiliki pengetahuan yang lebih banyak. Pengetahuan ini menjadi dasar bagi peneliti untuk membangun sistem konsultasi. Selanjutnya peneliti akan mentransformasikan pengetahuan tacit tersebut menjadi pengetahuan eksplisit untuk dapat diimplementasikan ke dalam sistem konsultasi.

4.3.3. Pengetahuan Tacit menjadi Eksplisit (Externalization)

Transformasi pengetahuan (knowlegde) dari tacit manjadi eksplisit dapat dilakukan dengan merekam atau mencatat hasil diskusi dan wawancara dengan pakar dan petani. Pengetahuan yang didapatkan kemudian dimodelkan dalam bentuk pengetahuan eksplisit yang akan menjadi bagian dari basis pengetahuan sistem konsultasi yang dibangun. Pengetahuan eksplisit yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah pengetahuan yang sudah ditransformasikan secara manual oleh

knowledge engineer.

Pengetahuan eksplisit yang dihasilkan berupa pengetahuan yang sudah direpresentasikan dalam bentuk basis pengetahuan, sehingga bentuk dan teknik penyimpanannya dapat memanfaatkan perangkat lunak komputer. Perangkat komputer yang dimaksud adalah sistem konsultasi yang telah dibangun oleh peneliti.

4.3.4. Pengetahuan Explicit menjadi Eksplisit (Combination)

Mentransfer laporan atau dokumen yang berbasis kertas dapat digitalisasi misalnya dalam bentuk format PDF atau file DOC dan lain-lain. File-file yang berisikan pengetahuan eksplisit dikumpulkan kemudian dipelajari untuk mendapatkan pengetahuan eksplisit yang direpresentasikan dalam bentuk diagram

(14)

pohon atau basis aturan sehingga mudah diimplementasikan ke dalam sistem konsultasi. Transformasi ini perlu dilakukan mengingat pengetahuan eksplisit yang berasal dari berbagai literatur memiliki standar dan bentuk yang berbeda-beda.

Pada peneletian ini teknik akuisi pengetetahuan eksplisit masih menggunakan cara manual. Kelebihan cara manual pada tahap akuisisi pengetahuan ini adalah pengetahuan yang didapatkan dapat dianalisis tingkat kebenaran dan keabsahannya. Peneliti sebagai knowledge engineer mendapatkan pengetahuan yang benar-benar siap dimasukkan ke dalam sistem konsultasi dengan validitas yang baik. Setiap tahapan akuisisi (transformasi) pengetahuan dilakukan dengan seksama oleh knowledge engineer. Kekurangan dari teknik manual adalah sangat lambat dalam akuisisi pengetahuan dengan jumlah dokumen yang banyak.

4.4. Representasi Pengetahuan

Pengetahuan yang diperoleh dari proses akuisisi kemudian direpresentasikan untuk membentuk basis pengetahuan. Basis pengetahuan terdiri atas pengetahuan yang dimaksud dan spesifikasi dari pokok persoalan yang akan diselesaikan (Marimin 2005). Metode representasi pengetahuan yang digunakan dalam sistem konsultasi ini disesuaikan dengan masing-masing pengetahuan yang diperoleh. Pengetahuan disusun menjadi rule-rule yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Berikut adalah penjelasan mengenai teknik representasi pengetahuan dari masing-masing modul sistem konsultasi yang dibangun dalam penelitian ini :

4.4.1. Pengetahuan Pemilihan Varietas unggul

Pemilihan varietas benih cabai merah (Capsicum annuum. L) sangat berpengaruh terhadap produksi. Benih yang baik adalah benih yang memiliki daya hasil (produktivitas tinggi) dan tahan terhadap serangan hama penyakit. Pemilihan benih berdasarkan dataran (rendah, tinggi dan sedang) merupakan pertimbangan utama dalam penentuan varietas yang direkomendasikan sistem kepada petani.

(15)

Rekomendasi dibangkitkan dari informasi yang didapatkan dari pengguna berupa ketinggian lokasi dan teritorial calon petani yang akan menanam cabai. Selanjutnya rule based (basis aturan) akan mencocokkan varietas-varietas yang cocok ditaman di lokasi tersebut. Gambar 14 menunjukkan proses masukan dan proses inferensi pemilihan benih cabai.

Lokasi Dataran (Rendah,

sedang, Tinggi) Teritorial

Daftar Varietas Cabai yang Direkomendasikan

Rule Based

Gambar 14. Representasi Pengetahuan Pemilihan Benih

4.4.2. Pengetahuan Penentuan Dosis Pupuk Dasar

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Pemupukan yang efektif dan efisien akan tercapai apabila diketahui dulu kondisi kesuburan lahan dan jenis tanaman, kemudian dibuatkan susunan hara (formula) berdasar kepentingan spesifik lokasi kebun tertentu. Penentuan dosis pupuk yang optimal dan dibutuhkan perlu dilakukan agar petani dapat melakukan kegiatan pemupukan sesuai kebutuhan tanaman.

Basis pengetahuan untuk penentuan dosis pupuk adalah tabel keputusan berdasarkan dosis tunggal untuk wilayah Liwa, Lampung Barat. Perhitungan dilakukan dengan asumsi jumlah tanaman/ha sebanyak 17.000. Tabel 4 menunjukkan detail dosis pupuk per satu hektar untuk budidaya tanaman cabai (Capsicum annuum. L).

(16)

Tabel 4. Basis Pengetahuan Penentuan Dosis Pupuk Dasar Jenis Pupuk Dosis Pertanaman Dosis pupuk per hektar Pupuk Kandang 1,18 - 1,76 kg 20 - 30 ton/ha

ZA 36 gram 612 kg/ha

Urea 14 gram 238 kg/ha

TSP / SP36 28 gram 476 kg/ha

KCL 22 gram 374 kg/ha

Sementara itu, untuk mengatasi keasaman, maka diberikan rekomendasi dosis pupuk dolomit berdasarkan keasaman (pH) tanah di lokasi. pH tanah yang masih membutuhkan pupuk dolomit adalah antara 4-6. Angka menunjukkan tingkat keasaman, semakin kecil angka pH maka tanah semakin asam dan perlu ditambahkan dolomit agar tanah menjadi netral dan dapat digunakan untuk kegiatan budidaya cabai. Tabel 5 menunjukkan dosis pupuk dolomit berdasarkan pH tanah.

Tabel 5. Dosis Pupuk Dolomit Berdasarkan pH tanah

Keasman tanah (pH) Kepeluan dolomit (ton/ha)

4 10.24 4,1 9.76 4,2 9.28 4,3 8.82 4,4 8.34 4,5 7.87 4,6 7.39 4,7 6.91 4,8 6.45 4,9 5.98 5 5.49 5,1 5.02 5,2 4.54 5,3 4.08 5,4 3.60 5,5 3.12 5,6 2.65 5,7 2.17 5,8 1.69 5,9 1.23 6 0.75

(17)

4.4.3. Diagnosa dan Pengendalian Penyakit

Diagnosa penyakit yang menyerang cabai (Capsicum annuum. L) merupakan kegiatan dalam budidaya pertanian yang membutuhkan pengetahuan yang baik. Berbagai gejala yang menyerang dapat ditemu kenali dengan melihat ciri-ciri fisik tanaman di lapangan. Ciri – ciri tersebut dapat dilihat pada bagian akar, batang, daun, bunga dan buah cabai. Penyebab penyakit dapat berupa Virus, Bakteri, dan Cendawan (jamur). Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan baik secara mekanis dan kimia. Pemanfaatan bahan kimia tentu akan meninggalkan residu pestisida yang digunakan pada saat pengendalian penyakit. Sementara pengendalian secara mekanis tidak akan banyak membantu saat serangan penyakit sudah semakin meluas. Gambar 15 merupakan skema basis pengetahuan penyakit cabai dan pengendaliannya.

TANAMAN CABAI BATANG Bagian tanaman BUNGA DAN BUAH PENYAKIT Terserang Bakteri Penyebab Mekanis Pengendalian Virus Kimiawi Cendawan AKAR DAUN

Gambar 15. Skema Diagnosa dan Pengendalian Penyakit

Pada saat pengguna berkonsultasi dengan sistem, maka sistem akan memberikan jawaban (nasehat) berdasarkan pengetahuan yang disimpan. Teknik representasi pengetahuan yang digunakan adalah dengan menggunakan diagram pohon. Diagram pohon ini menjadi dasar untuk menentukan basis aturan (rule

(18)

based) pada sistem konsultasi yang dibangun. Gambar 16 menunjukkan salah satu

contoh pohon keputusan dalam diagnosa dan pengendalian penyakit cabai.

Gambar 16. Pohon Keputusan Pengendalian Penyakit Cabai (Widodo, et al., 2011)

Pada diagram tersebut dapat didefinisikan bahwa basis aturan yang digunakan adalah :

1. IF Gejala di lahan tanaman sakit tersebar acak, perakaran baik AND Gejala daun, terutama daun AND Bercak membulat atau bersudut dengan lingkaran konsentris dan pinggiran kuning THEN Bercak daun oleh Alternia

2. IF Gejala di lahan tanaman sakit tersebar acak, perakaran baik AND Gejala daun, terutama daun AND Bercak membulat, bagian tengah berwarna putih / warna jerami, pinggiran berwarna gelap, ditengah bercak terlihat bintik-bintik kecil berwarna hitam THEN bercak daun oleh cendawan Ceropora atau Coletotrichum.

(19)

4.4.4. Identifikasi dan Penanggulangan Hama

Langkah yang paling efektif adalah mengenal berbagai macam hama yang dapat merusak tanaman. Selanjutnya setelah pelaku agribisnis mengenal hama yang menyerang menentukan strategi penanggulangan. Penanggulangan dapat dilakukan secara hayati, kimiawi dan mekanik / fisik.

TANAMAN CABAI

AKAR BATANG DAUN

Bagian tanaman BUNGA DAN BUAH HAMA Terserang Thrips jenis Manual, mekanik, fisik Pengendalian Kutu Kimiawi Ulat, Lalat Hayati Pestisida yang tepat memilih

Gambar 17. Skema Pengendalian Hama

Terdapat berbagai jenis hama yang dapat menyerang tanaman cabai merah diantaranya adalah Aphids (Aphis gossypii, Myzus persicae), Broad mite (Polyphagotarsonemus latus), Thrips (Scirtothrips dorsalis, Thrips palmi), dan Ulat (Berke, T, et al., 2005). Pengguna diberikan pengetahuan berupa gambar (ciri-ciri) penyakit yang menyerang dan gejala (akibat) yang ditimbulkan oleh hama. Setelah itu petani akan mendapatkan penjelasan mengenai pengendalian

(20)

penyakit yang diderita oleh tanaman cabainya. Gambar 17 menunjukkan contoh tanaman cabai yang terkena Trips dan contoh gejala serangannya.

Gambar 18. Hama Trips dan Gejala Serangannya (Berke, T, et al,. 2005)

4.4.5. Pengetahuan Teknologi Budidaya

Representasi pengetahuan teknologi budidaya adalah dengan membuat hierarki (pohon). Tahapan-tahapan budidaya akan dikelompokkan sesuai dengan kategorinya, kemudian pengguna akan memilih penjelasan yang ditampilkan pada node anak (child) pada diagram pohon. Gambar 19 menunjukkan diagram pohon konsultasi teknologi budidaya cabai.

Teknologi Budidaya Pemasangan Mulsa Persiapan Lahan

Olah Tanah Pemupukan

Penyemaian Pemeliharaan tanaman

Kocoran Pupuk Daun

Pemasangan Mulsa

(21)

4.4.6. Pengetahuan Penanganan Pasca Panen

Penanganan pasca panen merupakan tahapan yang penting di dalam kegiatan agribisnis cabai. Pengetahuan pasca panen direpresentasikan ke dalam diagram pohon. Pengetahuan yang diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga dapat menjadi basis pengetahuan di dalam sistem konsultasi yang dibangun.

4.4.7. Teknik analisis usaha tani

Analisis usahatani merupakan tahapan perhitungan secara terliti terhadap kebutuhan ekonomi pada kegiatan agribisnis cabai. Pada penelitian ini analisis usaha tani tidak mengakomodir adanya inflasi dan efek kenaikan harga barang yang menyebabkan biaya produksi meningkat. Analisis usaha pada sistem konsultasi ini dihitung dengan asumsi sebagai berikut :

1. Analisis usaha tani dihitung untuk satu musim tanam. 2. Populasi tanaman yang digunakan adalah 17.000 pohon/ha.

3. Produktivitas yang digunakan untuk perhitungan adalah produktivitas lapang dan produktivitas potensi dari benih yang dipilih oleh pengguna,

4. Harga jual cabai diisikan oleh petani pada saat melakukan analisis.

Komponen biaya produksi yang diperhitungkan dalam analisis usaha tani adalah biaya persiapan lahan, biaya pembibitan, biaya penanaman, biaya pemeliharaan, biaya pengendalian hama penyakit, biaya pemanenan, dan biaya-biaya lain yang terkait. Selanjutnya dilakukan analisis pendapatan, keuntungan, nilai benefit cost ratio (B/C ratio), dan titik Impas. Tabel 3 menunjukkan teknik yang digunakan dalam analisis usaha tani pada sistem konsultasi yang dibangun.

Tabel 3. Komponen Analisis Usaha Tani

No Komponen Cara Perhitungan

1 Keuntungan Keuntungan =

Total Pendapatan – (Total Biaya Produksi + Bunga 15 %)

2 Nilai Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

B/C Ratio = Pendapatan Total biaya 3 Titik Impas / Break Event Point (BEP)

(22)

a. BEP Harga BEP Harga (Rp) = Total Biaya Total Produksi b. BEP Produksi BEP Produksi (Kg) =

Total Biaya Harga Jual

4.4.8. Informasi Pasar

Informasi pasar diperoleh dari berbagai sumber. Informasi pasar nantinya akan bersifat dinamis dan dapat diupdate secara berkala oleh pengelola web. Teknik representasi pengetahuan adalah dengan menggunakan production rule. Sebagai contoh jika di Jawa Tengah harga cabai sebesar Rp. 10.000 maka rule yang digunakan untuk merepresentasikan informasi pasar adalah : IF daerah =

Jawa Tengah THEN harga = 10.000.

4.4.9. Informasi Cuaca

Informasi cuaca diambil langsung dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) pusat. Informasi cuaca dihubungkan dengan data XML yang merupakan fasilitas yang diberikan oleh BMKG kepada para pengembang web untuk digunakan kembali pada aplikasi-aplikasi web yang membutuhkan. Ketersediaan data dan informasi yang dihubungkan dengan penyedia pihak ketiga ini memiliki kelebihan yakni informasi dapat langsung terupdate saat penyedia (BMKG) telah mengupdate informasi cuaca.

4.4.10. Kebijakan, dukungan dan program-program pemerintah

Representasi pengetahuan terkait kebijakan, dukungan dan program-program pemerintah menggunakan diagram pohon. Program-program-program dan kebijakan pemerintah disusun berdasarkan hierarki dan jenis informasi yang akan direpresentasikan. Pengguna dapat memilih bagian yang akan dipilih kemudian melanjutkan penelusuran, hingga mendapatkan penjelasan dan jawaban yang memuaskan.

4.5. Analisis Sistem

Tahap ini merupakan tahap penting sebelum program atau sistem ditulis atau dibangun. Tahap analisis meliputi beberapa aspek dalam sistem seperti

(23)

lingkungan organisasi, analisis sistem untuk memenuhi kebutuhan waktu sekarang, analisis system requirement (input, output, proses, storage, dan kontrol). Sistem konsultasi online agribisnis cabai merah (Capsicum annuum. L) yang dibangun pada penelitian ini melingkupi kegiatan-kegiatan agribisnis cabai. Kegiatan agribisnis melingkupi kegiatan on farm (budidaya) dan off farm (pemasaran, pembiayaan dan kelembagaan). Sistem konsultasi yang dibangun diimplementasikan ke dalam halaman-halam web.

4.5.1. Analisis Kebutuhan SDM dalam Pengembangan Sistem Konsultasi

Kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) sistem konsultasi online agribisnis cabai dapat dikategorikan menjadi dua yaitu SDM pengembangan sistem konsultasi dan SDM pelaksana operasional sistem konsultasi. Sumber daya manusia yang dibutuhkan pada saat pengembangan sistem konsultasi adalah sebagai berikut ;

1. Team leader / Ahli sistem informasi

2. Knowledge engineer 3. System Analist

4. Ahli basis data

5. Programmer

6. Ahli Agribisnis Cabai

7. Network specialist 8. Harware Specialist

9. Seorang admin untuk pengelolaan Sistem Konsultasi

Sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk pelaksanaan operasional sistem konsultasi :

1. Satu orang admin yang bertanggung jawab untuk melakukan update informasi 2. Knowledge engineer yang bertanggung jawab mengupdate pengetahuan yang

ada di dalam sistem konsultasi.

3. Pakar budidaya pertanian, untuk memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara langsung oleh petani namun beluma da di dalam modul pakar.

(24)

4.5.2. Pengguna dan Kebutuhan Pengguna

Pengguna sistem konsultasi online agribisnis merah ini adalah semua orang yang membutuhkan jasa konsultasi agribisnis cabai merah. Pengguna utama dari sistem konsultasi yang dibangun diantaranya adalah lembaga penelitian, petani, pemerintah, mahasiswa, penyuluh pertanian, kelompok tani / gabungan kelompok tani (gapoktan), admin, knowledge engineer, dan pakar. Namun demikian Pakar dan praktisi pertanian yang akan menambahkan pengetahuan harus melalui admin atau knowledge engineer, hal ini dimaksudkan agar pengetahuan yang dimasukkan ke dalam sistem adalah pengetahuan yang valid.

Penyuluh Pertanian Sistem Konsultasi Online

Agribisnis cabai

Petani

Mahasiswa

Lembaga Penelitian

Pemerintah Knowledge EngineerAdmin dan

Pakar Praktisi Pertanian

Literatur dan Data Sekunder

Kelompok tani/ Gapoktan

Gambar 20. Skema Calon Pengguna Sistem Konsultasi

Berdasarkan hasil studi literatur dan pengataman mendalam terhadap kegiatan agribisnis cabai, komponen atau institusi yang terlibat beserta kebutuhannya terhadap informasi dan pengetahuan agribisnis cabai adalah :

1. Lembaga Penelitian

a. Desiminasi teknologi hasil penelitian b. Informasi kegiatan-kegiatan penelitian

(25)

2. Petani

a. Pengetahuan teknologi budidaya peratnian b. Pengetahuan teknik pengolahan tanah c. Pengetahuan pemilihan benih

d. Pengetahuan pengendalian hama penyakit e. Pengetahuan analisis usaha tani

f. Informasi Iklim g. Informasi pemasaran

h. Informasi program-program pemerintah i. Informasi kemitraan

3. Pemerintah

a. Peningkatan lapangan kerja dan kesempatan berusaha b. Stabilitas harga dan pasokan komoditas

c. Peningkatan produktivitas petani

d. Peningkatan daya saing produk agribisnis 4. Mahasiswa

a. Pengetahuan teknologi budidaya peratnian b. Pengetahuan teknik pengolahan tanah c. Pengetahuan pemilihan benih

d. Pengetahuan pengendalian hama penyakit e. Pengetahuan analisis usaha tani

5. Penyuluh Pertanian

a. Pengetahuan teknologi budidaya peratnian b. Pengetahuan teknik pengolahan tanah c. Pengetahuan pemilihan benih

d. Pengetahuan pengendalian hama penyakit e. Pengetahuan analisis usaha tani

f. Informasi Iklim g. Informasi pemasaran

h. Informasi program-program pemerintah i. Informasi kemitraan

(26)

6. Kelompok Tani / Gapoktan

a. Pengetahuan teknologi budidaya peratnian b. Pengetahuan teknik pengolahan tanah c. Pengetahuan pemilihan benih

d. Pengetahuan pengendalian hama penyakit e. Pengetahuan analisis usaha tani

f. Informasi Iklim g. Informasi pemasaran

h. Informasi program-program pemerintah i. Informasi kemitraan

4.5.3. Kebutuhan Fungsional Sistem

Sebelum menentukan sistem aplikasi yang akan dibuat perlu dilakukan terlebih dahulu analisis kebutuhan fungsional sistem. Analisis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran sistem seperti apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh pengguna. Penelitian yang dijadikan acuan adalah penelitian yang dilakukan oleh Tamba (2007) yang meneliti kebutuhan informasi pertanian tanaman hortikultura. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan petani terdiri dari : (1) Modul Konsultasi Pemilihan Varietas Unggul, (2) Penentuan Dosis Pupuk Dasar, (3) Pengendalian Hama dan Penyakit, (4) Teknologi Budidaya Cabai, (5) Pasca Panen, (6) Analisis Usaha Tani, (7) Prakiraan Cuaca, dan (9) Kebijakan Pemerintah. Tabel 6 menunjukkan secara detail fungsi-fungsi dari modul yang dikembangkan.

Tabel 6. Kebutuhan Fungsional Sistem Konsultasi

No. Kebutuhan Fungsional Deskripsi

1. Login Mendapatkan hak akses

2.

Lihat Profil Melihat profil sistem konsultasi dan pengembang sistem.

3.

Konsultasi Pemilihan Varietas Unggul

Berupa halaman dialog antara pengguna dengan sistem.

(27)

No. Kebutuhan Fungsional Deskripsi

dengan sistem.

5.

Penentuan Dosis Pupuk Dasar

Berupa halaman dialog antara pengguna dengan sistem.

6.

Pengendalian Hama Berupa halaman dialog antara pengguna dengan sistem.

7.

Pengendalian Penyakit Berupa halaman dialog antara pengguna dengan sistem.

8.

Teknologi Budidaya Cabai (Ssesuai SOP)

Berupa halaman dialog antara pengguna dengan sistem.

9.

Pasca Panen Berupa halaman dialog antara pengguna dengan sistem.

10.

Analisis Usaha Tani Prakiraan Cuaca

Berupa halaman dialog antara pengguna dengan sistem.

11.

Kebijakan Pemerintah Berupa halaman dialog antara pengguna dengan sistem.

12.

Informasi Harga Pasar Berupa halaman dialog antara pengguna dengan sistem.

14.

Forum Konsultasi Ahli Pengguna berkonsultasi langsung dengan ahli (pakar)

15.

Chat room Ruang yang digunakan untuk berkomunikasi antar pengguna.

4.5.4. Kebutuhan non Fungsional Sistem

Kebutuhan non fungsional sistem konsultasi meliputi kenyamanan warna tampilan, kecepatan, dan kemampuan sistem konsultasi melayani pengguna setiap saat. Berdasarkan hasil analisis yang dilaksanakan maka dapat dinyatakan bahwa sistem konsultasi diimplementasikan ke dalam sistem berbasis website yang berjalan pada perangkat yang terkoneksi internet.

(28)

4.6. Perancangan Sistem Konsultasi

Perancangan sistem merupakan upaya untuk membentuk model yang bersifat konsep. Perancangan sistem pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Unified Modeling Language (UML) yang terdiri dari perancangan use case, actor, class diagram, dan activity diagram. UML merupakan suatu kumpulan teknik terbaik yang telah terbukti sukses dalam memodelkan sistem besar dan kompleks.

4.6.1. Use Case Diagram

Pemodelan fungsional dari sistem dapat dilihat pada usecase diagram yang merupakan gambaran dari fungsionalitas yang dapat dilakukan oleh user dan

administrator pada sistem konsultasi. Rancangan use case diagram bertujuan

untuk mendapatkan kebutuhan sistem dan untuk memahami bagaimana seharusnya sistem bekerja. Pada Gambar 21 dapat dilihat gambaran usecase

diagram untuk pengguna sistem konsultasi. Untuk admin yang digambarkan pada usesace diagram diasumsikan telah login terlebih dahulu. Use case diagram ini

(29)

Pengguna Umum Pemilihan Varietas Unggul Penetuan Dosis Pupuk Dasar Pengendalian hama dan Penyakit Teknologi Budidaya pasca panen

analisis usaha tani

chating online Petani Informasi harga Informasi Kebijakan Pemerintah Update Berita Pakar Admin Update Pengetahuan

Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai

Login

Gambar 21. Rancangan use case diagram untuk user umum pada sistem konsultasi agribisis cabai merah

4.6.2. Aktor

Actor dapat menggambarkan peran yang dimainkan oleh seseorang atau

sesuatu yang dapat berinteraksi dengan sistem. Dalam penelitian ini aktor utama adalah petani yang membutuhkan informasi dan pengetahuan yang terkait dengan aspsek budidaya cabai merah (Capsicum annuum. L). Aktor utama ini dapat mengakses pengetahuan dan informasi dengan bebas tanpa harus melakukan login

(30)

ke sistem konsultasi. Hal ini dimaksudkan agar pengguna mudah dan dapat langsung menggunakan sistem.

Sementara untuk administrator adalah pengelola sistem konsultasi online agribisnis cabai. Administrator mempunyai hak akses yang sama yaitu dapat melihat dan memodifikasi seluruh data serta dapat menambah, mengubah, menyimpan, menghapus, dan mencetak serta bertanggung jawab terhadap semua informasi dan pengetahuan yang dikelola oleh sistem konsultasi. Tabel 7 menunjukkan aktor-aktor dan perannya dalam sistem konsultasi.

Tabel 7. Aktor Sistem Konsultasi

Aktor Peran

Mahasiswa Menggunakan Sistem Konsultasi Pemerintah Penentu kebijakan pertanian

Kelompok tani/ Gapoktan Pengguna Langung sistem konsultasi agribisnis cabai

Petani Pengguna Langung sistem konsultasi agribisnis cabai

Pakar Sumber Pengetahuan

4.6.3. Class Diagram

Class diagram dapat mendeskripsikan beberapa jenis obyek dalam suatu

sistem dan menggambarkan berbagai macam hubungan statis yang terjadi. Class

diagram juga dapat menunjukkan properti dan operasi sebuah class dan batasan

yang terdapat dalam hubungan dengan obyek. Class diagram merupakan suatu alat yang baik dalam mengembangan perancangan perangkat lunak. Class

diagram dapat membantu penulis dalam mendapatkan struktur sistem dan

menghasilkan rancangan sistem.

Rancangan class diagram dalam penelitian ini terdiri dari beberapa class.

Class diagram tersebut yaitu class penyakit, class diagnosa penyakit, class

identifikasi hama, class hama, class varietas cabai, class kabupaten, class provinsi, class cuaca harian, class pasar, dan class harga komoditas. Gambar 22 menunjukkan class diagram dari sistem konsultasi yang dibangun.

(31)

+input() +cari_hama() -kd_idenfikasi -ciri-ciri -kd_hama Identifikasi hama +input() +edit() +hapus() -id_penyakit -nama_penyakit -gejala -pengendalian -gambar penyakit +input() +cari_penyakit() -kd_diagnosa -ciri-ciri -id_penyakit diagnosa +input() +edit() +hapus() -kd_provinsi -nama_provinsi provinsi 1 0..* +input() +edit() +hapus() -kd_hama -nama_hama -gejala_serangan -pengendalian -gambar hama 1 0..* +input() +edit() +hapus() -kd_pasar -kd_provinsi -nama_pasar -luas -keterangan Pasar 1 0..* +input() +edit() +hapus() -kd_kabupaten -kd_provinsi -nama_kabupaten -topografi -keterangan Kabupaten 1..* 1 +input() +edit() +hapus() -kd_komoditas -kd_pasar -nama_komoditas -harga_eceran -harga_agen Harga Komoditas 1 0..* +input() +edit() +hapus() -kd_cuaca -kd_provinsi -tanggal -kelembaban -curah_hujan Cuaca Harian 1 1 +input() +edit() +hapus() -kd_varietas -nama_varietas -produktivitas -ketahanan_thd_penyakit -gambar -dataran -jenis_cabai Varietas Cabai

Gambar 22. Class Diagram Sistem Konsultasi Online

4.6.4. Skenario diagram

Skenario penggunaan kasus digunakan untuk menyusun kegiatan yang terjadi yang selalu menggambarkan tiga masalah yaitu :

1. Aktor yang memulai sebuah pekerjan

2. Sebuah peristiwa sebagai memulai penggunaan kasus

3. Penggunaan kasus menampilkan aksi – aksi yang dimulai oleh peristiwa Tabel 8 adalah skenario yang mengatur materi untuk penggunaan kasus user / pengguna mengakses Sistem konsultasi online agribisnis cabai besar merah:

Tabel 8. Skenario User Mengakses Sistem Konsultasi Online Cabai Penggunaan Nama

Kasus

User / pengguna mangakses sistem konsultasi online cabai

Aktor - aktor

 Petani

 Pengguna Umum (mahasiswa, peneliti dan lain-lain)

 Pakar

(32)

Penggambaran

User / pengguna berinteraksi dengan sistem melalui browser web di komputer (perangkat) yang terkoneksi dengan internet.

Peristiwa yang memulai

User / pengguna membuka browser web dan mengetaikkan alamat www.cabe.ipb.ac.id

Kursus Dasar

Langkah Aksi

1.

User mengakses alamat situs http://www.cabe.ipb.ac.id

2.

User memililih menu – menu yang tersedia yaitu news, menu konsultasi, dan menu konsultasi pakar.

2.1

User menekan menu Cabai berisi sub-sub menu seperti sejarah, klasifikasi,morfologi, dan syarat tumbuh

2.2

User menekan menu analisis usaha tani berisi mengenai informasi analisis usaha tani

2.3 User menekan menu persiapan lahan

2.4

User menekan menu penentuan dosis pupuk

2.5 User menekan menu pemilihan benih

2.6

User menekan menu pengendalian hama dan penyakit

2.7

User menekan menu informasi harga pasar yang berisi harga pasar per-kabupaten di seluruh Indonesia

(33)

2.8

User menekan menu informasi prakiraan cuaca berisi prakiraan cuaca berdasarkan sumber BMKG

2.9

User menekan Kebijakan / kemitraan berisi mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah dan pola kemitraan cabai merah

2.10

User menekan menu teknologi pra dan pasca panen berisi berita mengenai teknologi yang digunakan untuk cabai merah

3. User keluar dari sistem

Keadaan sebelumnya

Petani berkeinginan untuk mendapatkan infomasi dan pengetahuan agribisnis cabai.

Keadaan Sesudahnya

Petani memiliki pengetahuan terkait pertanyaannya dalam kegiatan agribisnis cabai.

Asumsi – asumsi User / pengguna adalah petani atau pelaku agribisnis

Tujuan yang dicapai

 Menjadi solusi bagi para pelaku agribisnis, khususnya petani cabai merah untuk dapat melakukan konsultasi terhadap semua informasi yang dibutuhkan dengan teknologi berbasis web yang dapat diakses dengan komputer atau perangkat lainnya yang terkoneksi internet.

 Petani dapat langsung menerima informasi yang diperlukannya melalui perangkat teknologi informasi tanpa harus melalui perantara pihak lain dalam mengembangkan produksi hasil pertaniannya

(34)

 Penyuluh pertanian dapat memanfaatkan sistem untuk kegiatan penyuluhan, sehingga para pelaku agribisnis dapat secara langsung membuktikan melalui perangkat mobile yang mereka miliki

 Menjadi terobosan baru atas kekurangan tenaga ahli di lapangan dalam menyelesaikan permasalahan agribisnis cabai

4.6.5. Sequence Diagram

Sequence diagram menggambarkan aktivitas obyek terhadap sistem

konsultasi. Pada Gambar 23 diilustrasikan proses konsultasi Penyakit dan pengaksesan berita pada sistem konsultasi. Aktor melakukan request kepada sistem dan sistem memberikan feedback sesui dengan aksi dari aktor.

Sistem Konsultasi

Pengguna

hama dan penyakit(persemaian, pindah tanam)

Rekomendasi pencegahan hama dan penyakit

news(id_news)

news

(35)

4.6.6. Aktivity Diagram

Activity diagram menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing – masing alir

berawal, decision yang mungkin terjadi, dan bagaimana berakhirnya.

Akses browser Web

Cabai

Sejarah Klasifikasi Morfologi Syarat Tumbuh

Informasi Harga Pasar Informasi Prakiraan Cuaca Kebijakan / Kemitraan Teknologi pra dan pasca panen

Kabupaten Detil Harga [ya] [else] Provinsi Detil cuaca [ya]

[else] Kebijakan Kemitraan Detail teknologi pra dan pasca panen Bunga/buah

Batang Daun Tanah

Akar Iklim

Detil sejarah Detil Klasifikasi

Detil akar Detil batang Detil daun Detil bunga/buah

Detil Iklim Detil Tanah

Detil Kebijakan Detil Kemitraan

Menutup Aplikasi

(36)

Gambar 24 menunjukkan activity diagram dari sistem yang dibangun yang menggambarkan aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan oleh pengguna sistem konsultasi. Untuk memulai menggunakan sistem konsultasi pengguna membuka

web browser pada komputer yang terkoneksi internet. Kemudian pengguna

mengekses menu-menu yang disediakan. Mulai dari menu profil umum, menu konsultasi dan menu chatting (konsultasi langsung) dengan pakar.

4.6.7. Desain Basis Data

Desain object relational database menggambarkan secara konseptual relasi obyek-obyek data yang akan diimplementasikan ke dalam sistem. Tabel-tabel data pada sistem konsultasi digunakan untuk menyimpan informasi-informasi hama dan penyakit, berita, penentuan dosis pupuk, pascapanen, dan informasi harga. Gambar 25 menunjukkan desain dari object relational database yang dikembangkan pada sisetm konsultasi online agribisnis cabai.

(37)

Varietas_Benih PK id_benih nama_benih lokasi_tumbuh produktivitas keterangan spesifikasi_lengkap FK1 id_pilih Berita PK id_berita FK1 id_kategori judul isi_berita hari tanggal jam dibaca FK3 username Kategori_Berita PK id_kategori katagori User PK username password nama_pengguna alamat no_telp email pascapanen PK id_pascapanen judul isi_pascasanaen hari tanggal jam dibaca FK1 username FK2 id_kategori Kategori_pascapanen PK id_kategori katagori hama PK id_hama FK1 id_jenis nama_hama deskripsi pengendalian gambar Jenis_hama PK id_jenis nama_hama ordo spesies Penyakit PK id_penyakit FK1 id_bagian_tanaman nama_penyakit ciri_ciri pengendalian gambar FK2 id_penyebab Bagian Tanaman PK id_bagian_tanaman bagian_tanaman penyebab PK id_penyebab penyebab deskripsi foto Pupuk PK id_pupuk nama_pupuk dosis_perhektar efek_kekurangan keterangan FK1 id_kategori FK2 id_dosis Kategori Pupuk PK id_kategori kategori Dosis Pupuk PK id_dosis id_pupuk dosis FK1 id_lokasi provinsi PK id_provinsi nama_provinsi Kabupaten PK id_kabupaten FK1 id_provinsi kabupaten lokasi_tanam PK id_lokasi FK1 id_kabupaten nama_pemilik alamat telp dataran pilih_benih PK id_pilih id_benih FK1 id_lokasi harga PK id_harga FK1 id_kabupaten harga_cabai

Gambar 25. Desain Object Relationship Database

4.6.8. Desain User Interface

Pada tahapan ini dilakukan desain antarmuka (user interface). Antarmuka sistem konsultasi merupakan halaman yang akan diakses oleh pengguna sistem konsultasi. Antarmuka dibuat sesederhana mungkin agar dapat diakses dengan

(38)

mudah oleh petani. Secara konseptual antarmuka utama sistem konsultasi online agribisnis cabai terdiri dari header, menu utama, halaman utama, menu kanan dan

footer. Gambar 26 menunjukkan rancangan konseptual halaman utama sistem

konsutlasi.

Gambar 26. Desain Antarmuka Sistem

Konsultasi online agribisnis cabai memiliki fungsi utama sebagai media konsultasi agribisnis cabai. Halaman konsultasi merupakan halaman yang digunakan untuk berdialog antara pengguna sistem konsultasi dengan sistem. Sistem akan menjawab berdasarkan knowledge based yang disimpan di dalam

knowledge based management system. Halaman konsultasi di desain dalam bentuk

form-form yang disediakan oleh sistem untuk mendapatkan informasi dari pengguna. Gambar 27 menunjukkan salah satu desain user interface form halaman konsultasi agribisnis cabai.

(39)

Gambar 27. Desain Halaman Konsultasi

Selain dengan menggunakan form-form, beberapa halaman konsultasi di desain dengan menggunakan menu dialog. Menu dialog di desain untuk memberikan panduan kepada pengguna dalam proses konsultasi. Dialog diimplementasikan dalam bentuk check list. Pengguna sistem di mudahkan dalam proses konsultasi dengan model dialog ini. Pengguna cukup memilih chek list yang ada kemudian melanjutkan ke tahapan konsultasi selanjutnya, sampai mendapatkan kesimpulan. Gambar 28 menunjukkan tampilan desain halaman konsultasi yang berbentuk check list dialog.

(40)

4.7. Implementasi

Pengertian implementasi dalam penelitian ini adalah implementasi prototipe sistem konsultasi online agribisinis cabai. Sistem konsultasi online diimplementasikan dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan basis data (database) MySQL. PHP dan MySQL dipilih karena ketangguhannya dan mendukung pemrograman yang berbasis object oriented. PHP digunakan untuk mebangun interface dari sistem konsultasi. Sementara MySQL digunakan sebagai penyimpanan basis data dan basis pengetahuan.

Instalasi sistem konsultasi telah dilaksanakan pada server web Institut Pertanian Bogor. Instalasi dilakukan dengan mengkonfigurasi sistem ke dalam

server sehingga dapat diakses secara online dengan nama domain

www.cabe.ipb.ac.id. Sistem konsultasi ini dapat diakses secara online oleh pengguna di seluruh dunia dengan menggunakan perangkat yang terkoneksi dengan internet.

Gambar 29 menunjukkan halaman utama dari sistem konsultasi yang telah diimplementasikan. Halaman utama sistem konsultasi dibuat sesederhana mungkin agar petani dapat langsung mendapatkan informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan terkait budidaya cabai. Pada bagian atas sistem konsultasi terdapat menu utama yang digunakan sebagai navigasi untuk berpindah ke halaman-halaman lain pada sistem konsultasi. Pada bagian tengah, merupakan bagian utama sistem konsultasi online yang nantinya berisi modul-modul utama sistem. Pada bagian kanan terdapat menu-menu dan tampilan informasi singkat yang dapat diakses oleh pengguna sistem konsultasi online agribisnis cabai.

(41)

Gambar 29. Halaman Utama Sistem Konsultasi

4.7.1. Implementasi Basis Data

Basis data diimplementasikan dengan menggunakan perangkat lunak sistem manajemen database MySQL. Nama setiap tabel basis data yang dibuat disesuaikan dengan nama yang telah dirancang sebelumnya. Gambar 30 menunjukkan gambaran implementasi sistem basis data.

(42)

Gambar 30. Impelementasi Basis Data

4.7.2. Implementasi Sistem Konsultasi

Sistem konsultasi diimplementasikan dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan MySQL. Pengguna dapat mengakses halaman ini dalam bentuk halaman-halaman web yang dapat diakses melalui menu utama di bagian atas. Berikut adalah penjelasan implementasi sistem konsultasi secara detail. 4.7.2.1.Halaman Konsultasi Pemilihan Varietas Cabai

Pada halaman konsultasi pemilihan varietas Benih Cabai (Capsicum

annuum. L) pengguna terlebih dahulu memasukkan identitas lokasi. Kemudian

memilih lokasi penanaman. Gambar 31 memperlihatakan halaman awal konsultasi pemilihan varietas benih unggul. Setelah pengguna mengisi dengan benar form masukan maka pengguna dapat memilih benih yang cocok dengan mengakses tombol cari benih.

(43)

Gambar 31. Form Konsultasi Pemilihan Varietas Unggul

Setelah pengguna mengisi form untuk pemilihan varietas benih cabai maka sistem akan mencari benih cabai yang sesuai denagn karakteristik lokasi yang dimasukkan oleh pengguna. Pada tahapan ini, sistem akan melakukan penalaran (inferensi) dan mengeluarkan rekomendasi. Teknik penalaran yang dilakukan adalah dengan mencocokkan parameter kunci yang dimasukkan oleh pengguna dengan basis pengetahuan varietas cabai yang disimpan pada sistem konsultasi.

Parameter kunci yang digunakan untuk membuat keputusan pada bagian ini adalah Lokasi (dataran). Sebenarnya masih banyak faktor – faktor lain yang menjadi alasan dalam pemilihan varietas yang unggul dan cocok. Parameter ini karena sistem ini digunakan untuk memudahkan petani, dan semaksimal mungkin dapat digunakan oleh petani di lapangan tanpa harus disulitkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang banyak.

Gambar 32 menunjukkan hasil rekomendasi benih cabai berdasarkan kondisi lokasi yang dimasukkan oleh pengguna sistem konsultasi. Rekomendasi yang diberikan berupa nama benih cabai, produktivitas potensi, jenis buah dan spesifikasi varietas benih yang direkomendasikan. Pengguna dapat mengunduh (download) spesifikasi benih dalam format PDF.

(44)

Gambar 32. Contoh Tampilan Hasil Konsultasi Pemilihan Varietas Benih 4.7.2.2.Halaman Konsultasi Penentuan Dosis Pupuk Dasar

Konsultasi penentuan dosis pupuk dasar diimplementasikan dalam bentuk halaman konsultasi. Pengguna terlebih dahulu memasukkan parameter kondisi tanah yang akan ditanami cabai merah. Setelah parameter tersebut terisi maka pengguna dapat berkonsultasi dosis pupuk anjuran yang sesuai. Parameter yang dimasukkan oleh pengguna diantaranya adalah luas lahan dan pH tanah. Selanjutnya pengguna dapat mengklik perhitungan dosis pupuk dasar. Gambar 33 menunjukkan form untuk memasukkan parameter kondisi tanah yang dimiliki oleh pengguna.

Gambar 33. Form Masukan Parameter Penentuan dosis Pupuk

Selanjutnya sistem melakukan perhitungan dosis pupuk dan memberikan rekomendasi kepada pengguna. Rekomendasi dosis pupuk didasarkan pada perhitungan luas lahan dikali dengan dosis pupuk anjuran untuk luasan satu hektar. Tabel 9 merupakan dasar perhitungan yang digunakan untuk menentukan

(45)

dosis pupuk dalam budidaya cabai. Petani dapat melakukan simulasi kebutuhan pupuk yang digunakan sesuai dengan luasan lahan yang ingin ditanami.

Tabel 9. Dasar Penentuan Dosis Pupuk

Jenis Pupuk Dosis Pertanaman Dosis pupuk per hektar Pupuk Kandang 1,18 - 1,76 kg 20 - 30 ton/ha

ZA 36 gram 612 kg/ha

Urea 14 gram 238 kg/ha

TSP / SP36 28 gram 476 kg/ha

KCL 22 gram 374 kg/ha

Rekomendasi ditampilkan dalam tabel dosis dan rekomendasi teknik aplikasi pupuk dasar. Halaman rekomendasi ini terdiri dari informasi mengenai luas lahan yang diinput oleh petani, asumsi jumlah tanaman adalah sebanyak 17.000 tanaman per hektar. pH tanah hasil pengukuran oleh petani adalah sebesar 5,2. Dosis pupuk anjuran yang diberikan sistem konsultasi dapat dilihat pada Gambar 34. Petunjuk singkat aplikasi pupuk dasar diberikan pada bagian bawah sistem konsultasi yang dibangun pada penelitian ini.

(46)

Gambar 34. Hasil Perhitungan dan Rekomendasi Dosis Pupuk

Idealnya penentuan dosis pupuk dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan analisis laboratorium terhadap kandungan hara dalam tanah. Namun, petani di lapangan masih sulit untuk melakukan uji laboratorium sehingga sistem konsultasi ini mengakomodir teknik-teknik yang dapat diterapkan secara langsung di lapangan. Tidak menutup kemungkinan modul konsultasi penentuan dosis pupuk cabai dikembangkan lagi, sehingga lebih presisi dan sesuai dengan uji laboratorium terhadap kandungan hara tanah.

4.7.2.3.Halaman Konsultasi Pengendalian Hama

Halaman konsultasi pengendalian hama diimplementasikan dengan memberikan pilihan kepada pengguna, hama apa yang menyerang di lahannya. Pengendalian hama umumnya dilakukan dengan melihat ciri-ciri serangan hama yang menyerang tanaman cabai. Ciri-ciri fisik itu yang menjadi dasar diagnosa, jenis hama apa yang menyerang tanaman cabai.

(47)

Untuk memudahkan dalam melakukan konsultasi, pengguna diberikan ilustrasi gambar hama yang menyerang. Model gambar dipilih karena jika menggunakan deskripsi maka akan ada ketidaksamaan persepsi petani dikarena tingkat pemahamannya berbeda-beda satu sama lain. Perbedaan pemahaman ini dapat disebabkan karena faktor bahasa (bahasa daerah), pendidikan petani, dan pengalaman petani dalam budidaya cabai.

Untuk melakukan konsultasi, petani terlebih dahulu membuka halaaman konsultasi pengendalian hama. Selanjutnya pengguna memilih jenis-jenis hama yang menyerang pada tanaman cabainya. Setelah itu pengguna mengklik tombol konsultasi, sehingga sistem akan memberikan penjelasan mengenai ciri-ciri serangan dan teknik penanggulangan hama tersebut. Gambar 35 menunjukkan tampilan dialog yang digunakan untuk melakukan konsultasi dengan sistem.

(48)

Pada halaman penjelasan ini pengguna akan mendapatkan penjelasan tentang hama dan teknik pengendaliannya. Petani dapat menggunakan rekomendasi yang diberikan untuk melakukan pengendalian. Gambar 36 menunjukkan tampilan halaman penjelasan pengendalian hama.

Gambar 36. Halaman Penjelasan Pengendalian Hama

Rekomendasi yang diberikan pada sistem konsultasi ini bersifat umum. Pengguna harus memilih jenis (merek) pestisida yang akan digunakan dalam pengendalian hama. Petani diberikan kebebasan pula untuk memilih apakah akan menggunakan teknik-teknik kimiawi, biologi atau mekanis dalam pengendalian hama. Tentu pemilihan teknik ini disesuikan dengan luasan lahan dan kondisi lingkungan budidaya cabai.

4.7.2.4.Halaman Konsultasi Pengendalian Penyakit

Halaman konsultasi pengendalian penyakit diimplementasikan dengan memberikan pilihan kepada pengguna, gejala – gejala gangguan apa yang muncul di persemaian dan setelah tanaman dipindah tanam. Gejala-gejala ditanyakan secara berurut, mengikuti alur diagnosa. Alur diagnosa ini disusun oleh pakar untuk memudahkan petani dalam melakukan pengendalian penyakit. Pengetahuan yang menjadi basis pengetahuan merupakan modul konsultasi yang

(49)

dikembangkan oleh Dr. Ir. Widodo, M.S, pakar klinik tanaman dari Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor.

Proses konsultasi dimulai dengan memasukkan jenis serangan yang terjadi, kemudian secara berjengjang petani akan diarahkan untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan yang dihadapi di lapangan. Gambar 37 dan 38 menunjukkan tampilan dialog untuk diagnosa gangguan tanaman.

Gambar 37. Halaman utama diagnosa gangguan tanaman

Gambar 38. Dialog Sistem dengan pengguna untuk diagnosa

Gambar 39 menunjukkan diagram pohon yang merupakan representasi pengetahuan yang disimpan pada basis pengetahuan. Diagram pohon ini yang menjadi basis pengetahuan dalam mengarahkan petani ke jawaban dari permasalahan lapangan yang dihadapi. Diagram pohon ini menggambarkan ciri-ciri fisik tanaman cabai yang terserang penyakit. Pengambilan keputusan dilakuan dengan menelusuri salah satu cabang.

(50)

Gambar 39. Contoh Diagram Pohon Diagnosa Penyakit

Setelah pengguna menyeleasaikan dialog yang dengan sistem konsultasi, maka pengguna mendapatkan hasil diagnosa dan rekomendasi pengendalian penyakit. Rekomendasi yang diberikan sesuai dengan ciri-ciri yang dimasukkan oleh pengguna sistem konsultasi. Gambar 40 merupakan contoh tampilan hasil akhir dari diagnosa penyakit dan pengendaliannya.

Gambar

Tabel 3. Jenis dan Sumber Pengetahuan Eksplisit
Gambar 14. Representasi Pengetahuan Pemilihan Benih  4.4.2.  Pengetahuan Penentuan Dosis Pupuk Dasar
Tabel 4. Basis Pengetahuan Penentuan Dosis Pupuk Dasar  Jenis Pupuk  Dosis Pertanaman  Dosis pupuk per hektar  Pupuk Kandang  1,18 - 1,76  kg  20 - 30 ton/ha
Gambar 15. Skema Diagnosa dan Pengendalian Penyakit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, telah dilakukan optimalisasi sintesis polimer PNIPA agar polimer memiliki viskositas yang optimal dalam penggunaan aplikasinya sebagai sumber radiasi

Berdasarkan Indikator kondisi kulit Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari parameter kondisi kulit, sebagian besar responden tidak beresiko terhadap terjadinya luka

Oleh karenanya melalui Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Mercu Buana Yogyakarta kami

pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa peran Agama dalam Antropologi sebagai panduan untuk membimbing manusia untuk memiliki moral dan perilaku sesuai dengan

Candi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bangunan kuno yang dibuat dari batu (sebagai tempat pemujaan, penyimpanan abu jenazah raja- raja, pendeta-pendeta Hindu atau

Saya mendengar peristiwa Sampang itu dari berita di radio. Ketika itu pejabat setempat mengatakan, bahwa konflik yang muncul itu murni urusan keluarga. Konflik antara kakak

Persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan akreditasi di bidang kurikulum atau kegiatan belajar mengajar adalah sekolah menyiapkan semua dokumen kurikulum yang

Be rdas arka n urge ns i te rs ebut dan merupakan kelanjutan dari penelitian Fadilah (2011:40) tentang implementasi pengendalian in- tern dan total quality management