• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1.1.Latar Belakang

Berkembangnya perekonomian di

tumbuhnya pembangunan properti, khususnya di Jakarta. Pembangunan properti dengan cepat dan menyebar di berbagai wilayah di Jakarta. Berbagai gedung perkantoran, sentra bisnis, pusat perbelanjaan, hingga kawasan

tumbuh dengan pesat di Jakarta.

Hal ini memberikan dampak terhadap sektor pariwis peningkatan kedatangan

wisata dari berbagai wisatawan Statistik DKI Jakarta

berkunjung ke

terakhir, sedangkan wisatawan Selama tahun 2013 Jakarta mencapai

2.053.850 kunjungan, berarti meningkat sebanyak

sekitar 4.34 persen. Adapun banyaknya perjalanan wisatawan

sebesar 236,8 juta perjalanan pada tahun 2011 dan 245,3 juta perjalanan tahun 2012.

Gambar 1.1 Kedatangan Wisatawan Mancanegara Ke Jakarta Tahun 2009 Sumber : Katalog BPS : 8401011 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara

500 000 1 000 000 1 500 000 2 000 000 2 500 000 1

BAB 1

PENDAHULUAN

Berkembangnya perekonomian di Jakarta menjadi faktor pendorong tumbuhnya pembangunan properti, khususnya di Jakarta. Pembangunan properti dengan cepat dan menyebar di berbagai wilayah di Jakarta. Berbagai gedung perkantoran, sentra bisnis, pusat perbelanjaan, hingga kawasan

buh dengan pesat di Jakarta.

Hal ini memberikan dampak terhadap sektor pariwis

peningkatan kedatangan dengan berbagaitujuan, seperti urusan bisnis atau tujuan wisata dari berbagai wisatawan mancanegara maupunlokal.

Statistik DKI Jakarta menunjukkan, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Jakartasetiap tahun mengalami kenaikan dalam lima tahun terakhir, sedangkan wisatawan lokal juga terus meningkat setiap tahunnya.

Selama tahun 2013, jumlah wisatawan mancanegara

mencapai 2.240.502 kunjungan, sedangkan pada tahun 2012 kunjungan, berarti meningkat sebanyak 186.652

persen. Adapun banyaknya perjalanan wisatawan

,8 juta perjalanan pada tahun 2011 dan 245,3 juta perjalanan tahun

Gambar 1.1 Kedatangan Wisatawan Mancanegara Ke Jakarta Tahun 2009 Sumber : Katalog BPS : 8401011 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara

2009 2010 2011 2012

1 390 440 1 823 636 1 933 022

2 053 850

menjadi faktor pendorong tumbuhnya pembangunan properti, khususnya di Jakarta. Pembangunan properti dengan cepat dan menyebar di berbagai wilayah di Jakarta. Berbagai gedung perkantoran, sentra bisnis, pusat perbelanjaan, hingga kawasan perumahan elit

ata, dimana terjadi seperti urusan bisnis atau tujuan . Data Badan Pusat wisatawan mancanegara yang datang setiap tahun mengalami kenaikan dalam lima tahun

erus meningkat setiap tahunnya. mancanegara yang datang ke ungan, sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 186.652 kunjungan atau persen. Adapun banyaknya perjalanan wisatawan lokal tercatat ,8 juta perjalanan pada tahun 2011 dan 245,3 juta perjalanan tahun

Gambar 1.1 Kedatangan Wisatawan Mancanegara Ke Jakarta Tahun 2009-2013 Sumber : Katalog BPS : 8401011 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara

2013

(2)

Secara keseluruhan, jumlah terbesar wisatawan mancanegara ke Jakarta yang datang pada tahun 2012 adalah kalangan profesional yaitu 33,65 persendiikuti manajemen/administrasi, dan sales/karyawan/teknisi masing-masing 22,77 persen dan 15,22 persen.

Gambar 1.2 Kedatangan Wisatawan Mancanegara Menurut Pekerjaan, 2012 Sumber : Katalog BPS : 8401011 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara

Data badan pusat statistik menunjukkan bahwa, jumlah wisatawan mancanegara yang ke Jakarta pada tahun 2012 terbesar masih berasal dari kawasan Asia yaitu sebesar 67,24 persen dari jumlah seluruh kedatangan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Angka ini meningkat dari tahun 2011 sebesar 0.25 persen.

Gambar 1.3 Kedatangan Wisatawan Mancanegara 5 Negara terbanyak, 2012 Sumber : Katalog BPS : 8401011 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara

Pada gambar 1.3 diatas dapat terlihat bahwa kunjungan terbesar adalah dari negara-negara tetangga yang datang ke Jakarta, maksud kunjungan kedatangan wisatawan tersebut adalah sebagai berikut :

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 Ibu Rumah Tangga

Pelajar Lainnya Karyawan Manajer Profesional

Kedatangan Wisatawan Mancanegara Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2012

0 500 1000 1500 2000 Singapore Malaysia Australia China Jepang

Kedatangan Wisatawan Mancanegara Menurut Negara Asal Tahun 2012

(3)

Gambar 1.4Maksud Kunjungan Wisatawan, 2012

Sumber : Katalog BPS : 8401011 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara Kunjungan berlibur dan berbisnis merupakan tujuan kunjungan wisatawan mancanegara terbesar, sehingga diperlukannya sebuah akomodasi sementara untuk mendukung kegiatan kedatangan wisatawan. Pertumbuhan wisatawan mancanegara dan lokal di Jakarta ini memberikan pengaruh pada hotel yang ada di Jakarta. Hal ini perlu di imbangi antara lain dengan peningkatan penyediaan hotel sehingga tidak menimbulkan kesenjangan antara permintaan dan penawaran. Keberadaan hotel berbintang terus berkembang di Jakarta dalam 5 tahun terakhir.

Gambar 1.5 Jumlah Hotel Berbintang di Jakarta Tahun 2009-2012 Sumber : Jakarta Dalam Angka 2013

Menurut data Badan Pusat Statistik, tingkat penghunian hotel berbintang di Jakarta tahun 2013 secara keseluruhan mencapai 52,96 persen. Ini berarti

rata-Maksud Kunjungan

Bisnis Misi Konvensi Berlibur Pendidikan Lainnya

140 150 160 170 180

2009 2010 2011 2012

Jumlah Hotel Berbintang Di Jakarta Tahun 2009-2012

(4)

rata jumlah kamar yang dipakai setiap malam pada sel tahun 2013 adalah 52,96

dibandingkan dengan keadaan tahun 2012

penghunian kamar yang meningkat ini diikuti berdasarkan peningkatan jumlah tamu pada hotel berbintang di Jakarta.

Tabel 1.1 Jumlah Tamu pada Hotel Bintang di Jakarta Tahun 2010

Jakarta Tamu Asing

Tamu Indonesia 3.932,40

Sumber :http://www.bps.go.id/ Data Badan Pusat Statistik Jakarta asing dan dalam negeri hotel berbintang

paling banyak mengalami peningkatan adalah pada hotel berbintang peningkatan sebesar 1 juta orang pada hotel bintang 4 dan 1,1 juta orang pada hotel bintang 3. Hal ini

hotel yang paling diminati dari semua kelas hotel yang ada.

Gambar 1.6 Jumlah Tamu Asing & Dalam Negeri di Hotel Berbintang, 2011 Sumber : Katalog BPS : 8403001 Tingkat Penghunian Kamar Hotel Hotel merupakan salah satu solusi sebagai sarana penunjang untuk tempat tinggal, baik

selama berpergian jarak jauh. Hotel pada hanya diberikan fasilitas untuk minum dan ma

berjalannya waktu,hotel telah berkembang sehingga fasilitasnya bertambah dengan dilengkapi fasilitas seperti ruang

ruang rapat dan sebagainya. Fasilitas hotel dapat berbeda 0 2 4 6 8 10 Bintang 1 Bintang 2

Jumlah Tamu Asing & Dalam Negeri di Hotel

rata jumlah kamar yang dipakai setiap malam pada seluruh hotel berbintang 52,96 persen. Angka tersebut lebih tinggi 0.64

ingkan dengan keadaan tahun 2012 sebesar 52,32 persen. Jumlah tingkat penghunian kamar yang meningkat ini diikuti berdasarkan peningkatan jumlah tamu pada hotel berbintang di Jakarta.

Jumlah Tamu pada Hotel Bintang di Jakarta Tahun 2010-2012

2010 2011 2012

882,90 1.013,20 1.190,30 3.932,40 5.470,30 5.566,40 http://www.bps.go.id/, diakses 15 Maret 2014

ata Badan Pusat Statistik Jakarta menunjukkan bahwa, jumlah tamu asing dan dalam negeri hotel berbintang pada tahun 2011-2012di Jakarta

mengalami peningkatan adalah pada hotel berbintang peningkatan sebesar 1 juta orang pada hotel bintang 4 dan 1,1 juta orang pada

berarti hotel bintang 4 merupakan urutan ke 2 dalam hotel yang paling diminati dari semua kelas hotel yang ada.

Jumlah Tamu Asing & Dalam Negeri di Hotel Berbintang, 2011 Sumber : Katalog BPS : 8403001 Tingkat Penghunian Kamar Hotel

salah satu solusi sebagai sarana penunjang

baik perorangan/sekelompok orang untuk menginap selama berpergian jarak jauh. Hotel pada awalnya berupa kamar tidur yang hanya diberikan fasilitas untuk minum dan makan. Tetapi bersamaan dengan hotel telah berkembang sehingga fasilitasnya bertambah fasilitas seperti ruang entertainment, sarana olahraga, hingga ruang rapat dan sebagainya. Fasilitas hotel dapat berbeda-beda hal ini berkaitan

Bintang 2 Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5

Jumlah Tamu Asing & Dalam Negeri di Hotel Berbintang,

2011-2012 (Juta Orang)

Series 1 Series 2 Column1

uruh hotel berbintang Angka tersebut lebih tinggi 0.64 poin jika Jumlah tingkat penghunian kamar yang meningkat ini diikuti berdasarkan peningkatan jumlah

2012 2012 1.190,30 5.566,40 jumlah tamu di Jakarta yang mengalami peningkatan adalah pada hotel berbintang, peningkatan sebesar 1 juta orang pada hotel bintang 4 dan 1,1 juta orang pada urutan ke 2 dalam

Jumlah Tamu Asing & Dalam Negeri di Hotel Berbintang, 2011-2012 Sumber : Katalog BPS : 8403001 Tingkat Penghunian Kamar Hotel

salah satu solusi sebagai sarana penunjang sementara /sekelompok orang untuk menginap berupa kamar tidur yang bersamaan dengan hotel telah berkembang sehingga fasilitasnya bertambah , sarana olahraga, hingga beda hal ini berkaitan

(5)

dengan target pasar hotel tersebut yang didasarkan pada kondisi aktifitas lingkungan sekitar. Lingkungan dengan lokasi yang berada pada kegiatan aktivitas perkotaandi Jakarta menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk datang dan kebutuhan akanhotel sebagai tempat penginapan diperlukansebagai penunjang.

Berdasarkan data-data yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa grafik peningkatan terus terjadi pada perhotelan di Jakarta, hal ini menjadi dasar dibangunnya hotel di Jakarta. Data Portal Resmi provinsi DKI Jakarta menyatakan bahwa, wilayah Puri Indah merupakan salah satu dari 5 lokasi kawasan yang termasuk dalam kategori kawasan sentra primer di Jakarta Barat. Lokasi dengan sebuah area perkembangan yang pesat dibawah pengelolaan Lippo Group, Pondok Indah Group, dan Goldland Group. Berdasarkan perencanaan kawasan yang terdapat di wilayah Puri Indah, pada tahun 2020 akan dibangun kawasan terpadu yang mengintegrasikan hunian,landed penthouse, menara perkantoran, apartemen dan hotel berbintang.

Gambar 1.7. View Kawasan Pondok Indah Group di Puri Indah Sumber :http://www.kaylerealty.com/puri-indah-cbd/, diakses 5 April 2014 Wilayah Puri Indah yang akandikembankan menjadi kawasan CBD (Central Business District) ini menjadi wilayah strategis untuk dibangunnya sebuah hotel bagi wisatawan yang ingin bernisnis atau berlibur yang datang baik dari luar negeri maupun dalam negeri. Selain direncanakan sebagai wilayah sentra bisnis,Keunggulan wilayah Puri Indah adalah lokasi yang strategis, dekat ruas Tol Jakarta-Merak sehingga memiliki akses masuk dan keluar tol langsung dari 4 arah dalam beberapa tahun perencanaan kedepan.Kawasan Puri Indah ini juga merupakan bagian perencanaan pemerintah untuk dikembangkan menjadi transit

(6)

stasiun kereta dari Bandara Soekarno-Hatta, hal ini menambah nilai kawasan Puri Indah menjadi lebih strategis dalam menuju bandara.

Gambar 1.8. Peta CBD Puri Indah

Sumber :http://thewindsor-okky.blogspot.com/, diakses 5 April 2014

Wilayah Puri Indah berada di Jakarta yang dimana merupakan kawasan dengan iklim tropis.Secara geografisterletak pada 6º LU dan 11º LS. Pada tabel 1.2dibawah dapat terlihat bahwa Iklim tropis dengan ciri-ciri sinar matahari yang terik sepanjang tahun, kecepatan angin yang rendah, suhu udara dan kelembapan yang relatif tinggi dan adanya curah hujan sedang. Hal ini menyebabkan suhu lingkungan menjadi tinggi dan menyebabkan penggunaan konsumsi energi semakin besar pada kebutuhan energi.Menurut Priatman (2002), hampir 50% konsumsi energi fosil dunia digunakan untuk kebutuhan energi bangunan. Dari kenyataan tersebut maka seharusnya diperlukan kesadaran untuk memperhatikan pembangunan yang keberlanjutan, salah satunya dengan cara menghemat pemakaian energi listrik.

Tabel 1.2 Kondisi Cuaca Menurut Stasiun Pengamatan 2012

Uraian Jakarta

Suhu / Temperature (oC)

Maksimum 33.0

Minimum 25.3

Rata-rata 28.6

Kelembaban Udara / Relative Humidity (%)

Maksimum 80

Minimum 69

Rata-rata 75

Tekanan Udara /Atmospheric Pressure (mbs) 1009.8

(7)

Kecepatan Angin / Wind Velocity (M/SE) 4.9

Curah Hujan / Rainfall (mm2) 1488.2

Penyinaran Matahari / Sunlight (%) 61

Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi & Geofisika

Pada tabel 1.2 terlihat bahwa daerah denganIklim tropis seperti Jakarta memperoleh banyak penyinaran matahari. Penyinaran matahari yang datang tidak hanya membawa sinar atau cahayanya tetapi juga besertakan radiasi yang terbawa. Radiasi matahari yang besar tersebutmemberikan dampak yang berkaitan dengan penggunaan energi.Radiasi matahari yang terlalu besar masuk kedalam bangunan menyebabkan suhu mikro sekitar bangunan menjadi naik, naiknya suhu mikro menyebabkan penggunaan energi seperti pendingin ruangan menjadi besar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi radiasi matahari adalah dengan mereduksi radiasi matahari yang masuk ke dalam bangunan melalui fasade bangunan sehingga dapat menurunkan penggunaan energi.

Terdapat tiga faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap penghematan energi pada bangunan, yaitu :disain selubung bangunan, manajemen energi dan kesadaran pengguna. Akumulasi angka pemborosan dalam penggunaan energi pada bangunan berkisar 15-30 % sehingga perlu memperoleh tanggapan yang lebih serius, karena akan mempunyai dampak yang besar terhadap pemakaian energi listrik secara nasional. Bentuk desain selubung bangunan tidak lepas dari pertimbangan kondisi iklim tropis dan lingkungan sekitar. Bentuk pembayangan pada bangunan merupakan upaya dalam mengantisipasi iklim tropis untuk mencapai kondisi termal yang nyaman dalam bangunan. Penyelesaian disain fasade harus dibuat tidak diseragamkan antara yang menghadap barat, timur selatan atau utara. Karena pada prisipnya deretan fasade yang menghadap ke barat dan ke selatan memiliki permasalahan yang berlainan apabila dilihat dari aspek lintasan matahari. (Sukawi : 2010).

Penelitian yang dilakukan Parker dan Akbari di Amerika Serikat menyebutkan bahwa secara teori penurunan suhu sekitar 1oC sama dengan pengurangan energi 10%. Penurunan pada penelitian tersebut dapat tercapai dengan bangunan yang terlindung dari radiasi matahari. Hal ini sebagai acuan apabila bangunan atau fasade yang dapat terlindung dari radiasi matahari maka dapat mengurangi pengurangan energi, dimana listrik merupakan salah satu elemen dari energi.

(8)

Prianto (2007) berpendapat bahwa, “Di era semakin maju d

modern, kehadiran listrik sudah menjadi kebutuhan primer kehidupan manusia. Segala kelengkapan kebutuhan hidup kini mengkonsumsi energi listrik, bahkan untuk tempat berlindung (rumah/bangunan) dalam usaha menciptakan kenyamanan. Seiring dengan ter

akhir ini, maka tak ayal bila sebagian orang membutuhkan penghawaan buatan seperti AC (Air Conditioner

Energi yang diperlukan untuk

seperti AC memakan energi terbanyak pada bangunan hotel, penggunaan energi yang tinggi ini akanberdampak pada biaya operasional pada sebuah hotel

Berdasarkan fakta laporan ICASEA (

Southeas Asia), diantara sepuluh negara ASEAN, Indonesia merupakan negara yang paling boros energi dan berada di peringkat pertama pengguna pendingin udara. Dari semua negara, Indonesia menggunakan pendingin udara sebesar 72% per tahunnya, artinya ketergantungan masyara

udara sangat besar, jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain yang rata hanya 30%. Seperti diketahui bahwa

terusmeningkat perlu untuk ditanggapi dengan serius Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo)

berdampak pada meningkatnya harga hingga 10%

Gambar 1.9 Sumber : Buku Pan

Gambar 1.9 diatas merupakan contoh penggunaan energi pada hotel Melati, yang dapat memberikan gambaran bahwa konsumsi energi terbesar dalam suatu operasional hotel berasal dari penggunaan

Dalam keterkaitannya dapat terlihat bahwa radiasi panas

menyebabkan terjadinya kenaikan suhu. Hal ini berarti akan memungkinkan Prianto (2007) berpendapat bahwa, “Di era semakin maju d

modern, kehadiran listrik sudah menjadi kebutuhan primer kehidupan manusia. Segala kelengkapan kebutuhan hidup kini mengkonsumsi energi listrik, bahkan untuk tempat berlindung (rumah/bangunan) dalam usaha menciptakan kenyamanan. Seiring dengan terjadinya pemanasan bumi yang terjadi akhir akhir ini, maka tak ayal bila sebagian orang membutuhkan penghawaan buatan

Air Conditioner) untuk menjaga suhu ruangan tetap nyaman”. Energi yang diperlukan untuk penghawaan buatan pada pendingin ru seperti AC memakan energi terbanyak pada bangunan hotel, penggunaan energi

erdampak pada biaya operasional pada sebuah hotel

Berdasarkan fakta laporan ICASEA (International Copper Association , diantara sepuluh negara ASEAN, Indonesia merupakan negara yang paling boros energi dan berada di peringkat pertama pengguna pendingin udara. Dari semua negara, Indonesia menggunakan pendingin udara sebesar 72% per tahunnya, artinya ketergantungan masyarakat Indonesia akan pendingin udara sangat besar, jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain yang rata hanya 30%. Seperti diketahui bahwa tarif dasar listrik nasional yang terusmeningkat perlu untuk ditanggapi dengan serius. Menurut

Ritel Indonesia (Aprindo), menegaskan bahwa kenaikan tarif listrik berdampak pada meningkatnya harga hingga 10%-20% di tahun 2014.

Gambar 1.9 Grafik Penggunaan Energi di Hotel Sumber : Buku Panduan Efisiensi Energi di Hotel (2005)

diatas merupakan contoh penggunaan energi pada hotel Melati, yang dapat memberikan gambaran bahwa konsumsi energi terbesar dalam suatu operasional hotel berasal dari penggunaan pendingin ruangan Dalam keterkaitannya dapat terlihat bahwa radiasi panas memungkinkan menyebabkan terjadinya kenaikan suhu. Hal ini berarti akan memungkinkan Prianto (2007) berpendapat bahwa, “Di era semakin maju dan serba modern, kehadiran listrik sudah menjadi kebutuhan primer kehidupan manusia. Segala kelengkapan kebutuhan hidup kini mengkonsumsi energi listrik, bahkan untuk tempat berlindung (rumah/bangunan) dalam usaha menciptakan jadinya pemanasan bumi yang terjadi akhir-akhir ini, maka tak ayal bila sebagian orang membutuhkan penghawaan buatan

) untuk menjaga suhu ruangan tetap nyaman”. nghawaan buatan pada pendingin ruangan seperti AC memakan energi terbanyak pada bangunan hotel, penggunaan energi

erdampak pada biaya operasional pada sebuah hotel.

International Copper Association , diantara sepuluh negara ASEAN, Indonesia merupakan negara yang paling boros energi dan berada di peringkat pertama pengguna pendingin udara. Dari semua negara, Indonesia menggunakan pendingin udara sebesar 72% kat Indonesia akan pendingin udara sangat besar, jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain yang rata-rata tarif dasar listrik nasional yang . Menurut Asosiasi kenaikan tarif listrik

2014.

diatas merupakan contoh penggunaan energi pada hotel Melati, yang dapat memberikan gambaran bahwa konsumsi energi terbesar pendingin ruangan AC. memungkinkan menyebabkan terjadinya kenaikan suhu. Hal ini berarti akan memungkinkan

(9)

terjadinya peningkatan penggunaan energi, seperti pada penggunaan energi untuk pendingin buatan. Diperlukannya sebuah elemen untuk mereduksi radiasi matahari tersebut dengan penggunaan perangkat pereduksi matahari sepertishading devicedan double skin facade.

1.2.Rumusan Masalah

Kebutuhan akan hotel didaerah Puri Indah yang akan dikembangkan menjadi CBD (Central Business District). Penerapan konsep sustainable architecture dengan pemanfaatan sun shadingdan double skin facade sebagai upaya untuk mengurangi radiasi matahari yang berdampak bagi penghematan energi dalam mengurangi beban penggunaan energi di hotel.Berikut masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penerapanshading devicedan double skin facade yang baik untuk mengurangi intensitas radiasi cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan dan fasad bangunan pada hotel,dengan tujuan untuk memperoleh efisiensi konsumsi energi pada bangunan hotel ?

1.3.Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan maksud yang ingin dicapai dalam perancangan Hotel dengan topik efisiensi konsumsi energi di Jakarta ini adalah :

• Perancangan hotel dengan berbagai fasilitas-fasilitas penunjang sebagai kebutuhan wisatawan yang diperlukan untuk kegiatan pengguna hotel. Perancangan hotel berdasarkan pengaruh dari faktor iklim tropis dimana memperhatikan posisi orientasi bangunan dan gubahan massa yang baik terhadap iklim di Jakarta.Perancangan hotel yang memperhatikan aspek sustainable architecture.Pendekatan perancangan dengan menggunakan shading devicedan double skin facade pada fasad bangunan sebagai cara untuk mereduksi radiasi matahari yang masuk ke dalam ruangan, sehingga dapat mengurangi penggunaan energi khususnya pada energi listrik dengan maksud meminimalkan biaya operasional hotel. Akan tetapi tetap memperhatikan intensitas cahaya yang masuk sehingga juga menghemat energi dari segi pencahayaan.

(10)

1.4.Ruang Lingkup

Lingkup pembahasan pada karya tugas akhir ini adalah mengenai perancangan Hotel sebagai bangunan yang mendukung kegiatan wisatawan. Pembahasan tentang konsep desain berkelanjutan dengan memfokuskan pada penerapan sun shadingdan double skin facade sebagai solusi pengurangan efek radiasi matahari sesuai iklim dan tapak di lokasi Puri Indah Jakarta Barat, sehingga dapat menghemat pemakaian energi.

1.5.Sistematika Penulisan

Karya tulis pada proses perencanaan dan perancangan Hotel di Jakarta Barat ini disusun dalam beberapa bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab 1 Pendahuluan

Latar belakang diperlukannya hotel, latar belakang perlunya didirikan Hotel di PuriIndah Jakarta Barat, dan pemilihan topik arsitektur berkelanjutan sebagai solusi dalam perancangan untuk menjawab permasalahan,tujuan dan maksud penelitian, ruang lingkup penelitian, sistematika penulisan, serta tinjauan pustaka yang mendasari pemilihan topik dan tema.

Bab 2 Landasan Teori

Landasan teori umum terhadap proyek hotel dan tinjauan khusus mengenai topiksustainable design dengan penggunaanshading devicedan double skin facade sebagai pendekatan perancangan arsitektur, disertai beberapa studi literatur dan studi kasus lapangan terhadap proyek sejenis dengan tujuan sebagai pembanding.

Bab 3 Metode Penelitian

Menjelaskan analisis metode yang digunakan, cara mendapatkan data, serta menjelaskan konsep, pendekatan, dan proses dalam melakukan perancangan dan mencari solusi desain.

Bab 4 Hasil dan Bahasan

Analisis permasalahan terhadap aspek manusia, lingkungan, dan bangunan yang dirumuskan melalui pendekatan perancangan dan topik sustainable design – pereduksian radiasi matahari dengan sun shadingdan double skin facade. Hasil analisis kemudianakandiperolehalternatif konsep sustainable desaindansun shading-double skin facadeyang akan diterapkan sebagai dasaruntuk merencanakan dan merancang bangunan dan lingkungan.

(11)

Bab 5 Simpulan dan Saran

Simpulan berisi hasil penelitian yang akan digunakan untuk menjawab masalah penelitian yang disampaikan pada bab 1 yaitu masalah yang berhubungan dengan hotel dan sun shadingserta double skin facade. Bagian Saran berisi hasil dan usulan pada penelitian ini.

1.6.Tinjauan Pustaka

Tabel 1.3 Tinjauan Pustaka

No Judul Jurnal Penulis Nama Jurnal/Volume Kesimpulan 1 Energy and environmental performance of tall buildings: state of the art (2012). Eliana Cangelli Dan Lukia Fais Department of Design, Architecture Technology, Land and Environment (DATA), Sapienza University of Rome, Italy

Jurnal ini menjelaskan mengenai efisiensi energi pada bangunan tinggi, potensi penggunaan energi yang rendah pada

bangunan tinggi.

Pemanfaatan energi yang dapat diperbaharui 2 Le Corbusier’s Solar Shading Strategy for Tropical Environment: A Sustainable Approach (2013). Moham mad Arif Kamal College of Environmental Design, King Fahd University of Petroleum and Minerals, Dhahran 31261, Saudi Arabia JARS 10(1). 2013.

Pada daerah yang beriklim tropis dan panas, pancaran sinar matahari sangat besar dan menyebabkan tingkat konsumsi energi pada pendingin ruangan menjadi besar. shading adalah sebuah metode untuk menghalau radiasi matahari sebelum masuk ke dalam bangunan pada area yang beiklim tropis. penggunaanbrisesoleil di Rio de Janeio.

penggunaansolarshading dapat mengurangi suhu untuk mencapai

kenyamanan thermal dan mengurangi masalah pada lingkungan terhadap konsumsi energi yang besar.

(12)

3 Intelligent Facades As An Energy-Efficient Building Design Approach (2012). Özlem Eren Banu Erturan NWSA-Engineering Sciences, 1A0347, 8, (3), 136-156. Tindakan terhadap efisiensi energi pada bangunan perlu untuk dilakukan, karena pada abad 21 dimana era industri dan teknologi menyebabkan

permasalahan pada lingkungan secara global, fasad pintar dapat

digunakan sebagai solusi untuk penghematan energi pada bangunan, tujuan utama adalah untuk meminimalkan

pengguanaan energi pada bangunan. No Judul Jurnal Penulis Nama Jurnal/Volume Kesimpulan 4 Hot Climate Double Façades: Avoiding Solar Gain (2012) Terri Meyer Boake, B.E.S., B.Arch., M.Arch. FACADE TECTONICS Journal: Volume 14 Menerangkan doubleskinfacade yang telah banyak diterapkan dalam berbagai proyek penelitian salah satunya di bangunan beriklim panas. Penerapan pada berbagai proyek yang berbeda seperti perkantoran dan hotel. Pada penelitian terhadap proyek tersebut sun shadingdan

doubleskinfacadecukup berhasil menurunkan suhu radiasi matahari dari luar ke dalam bangunan. 5 Strategi disain fasad rumah tinggal Hemat energi (2012). Eddy Prianto Riptek Vol. 6, No.I, Tahun 2012, Hal.: 54 - 64 Jurnal tentang penggunaan pendingin ruangan buatan sangat tinggi di Semarang. Bagian kulit bangunan memberikan pengaruh terhadap kondisi termal didalam ruangan sehingga dilakukan desain pada kulit bangunan untuk mengurangi radiasi matahari, dan penggunaan warna yang berpengaruh pada radiasi matahari.

(13)

Sumber : Google search engine

Tinjauan pustaka mengenai pengaruh radiasi matahari terhadap energi

Pada Jurnal “Le Corbusier’s Solar Shading Strategy for Tropical Environment: A Sustainable Approach” (Mohammad Arif Kamal, 2013).Menjelaskan bahwa strategi penggunaan teknik solar shading yang bertujuan meminimalkan efek dari radiasi matahari dan dapat menurunkan bangunan secara efektif dan mengurangi dampak terhadap penggunaan energi pada bangunan. Penggunaan solar shading dapat mengurangi angka dari penggunaan perangkat pendingin ruangan sehingga konsumsi energi sedikit berkurang. Energi yang dapat di simpan atau di hemat berkisar antara 10-40%. Perkembangan arsitektur zaman modern seperti sekarang ini dapat memanfaatkan teknik solar shading sebagai sebuah upaya untuk meminimalkan masalah pada lingkungan dimana konsumsi energi yang cukup besar dan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan di kemudian hari.

Kesimpulan Studi Banding :

Tindakan terhadap efisiensi energi pada bangunan perlu untuk dilakukan, pada abad 21 dimana era industri dan teknologi menyebabkan permasalahan pada lingkungan secara global. Efisiensi energi pada bangunan dapat dicapai, pada daerah yang beriklim tropis dan panas pancaran sinar matahari yang besar menyebabkan tingkat konsumsi energi menjadi besar seperti pada pendingin ruangan. Sun shadingdan double skin facadeadalah sebuah metode untuk menghalau radiasi matahari sebelum masuk ke dalam bangunan.Shading dan double skin facadetelah

6 Kaitan Desain Selubung Bangunan Terhadap Pemakaian Energi Dalam Bangunan. (2010). Sukawi Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi 2010. Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang.

Penelitian ini menjelaskan terdapat tiga faktor yang sangat berpengaruh terhadap penghematan energi, disain selubung bangunan, manajemen energi, dan kesadaran pengguna. akumulasi angka pemborosan dalam penggunaan energi pada bangunan berkisar 15-30% sehingga akan

memberikan dampak yang besar pada pemakaian energi. Desain selubung bangunan

dipertimbangkan dari kondisi iklmi tropis dan lingkungan sekitar.

(14)

banyak diterapkan dalam berbagai proyek penelitian, salah satunya di bangunan beriklim tropis. Penerapan pada berbagai proyek yang berbeda seperti perkantoran dan hotel. Pada penelitian terhadap proyek tersebut sun shading dan double skin facade berhasil menurunkan suhu radiasi matahari dari luar ke dalam bangunan.

(15)

Gambar

Gambar 1.1 Kedatangan Wisatawan Mancanegara Ke Jakarta Tahun 2009 Sumber : Katalog BPS : 8401011 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Gambar 1.2 Kedatangan Wisatawan Mancanegara Menurut Pekerjaan, 2012  Sumber : Katalog BPS : 8401011 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Gambar 1.5 Jumlah Hotel Berbintang di Jakarta Tahun 2009-2012  Sumber : Jakarta Dalam Angka 2013
Gambar 1.6 Jumlah Tamu Asing & Dalam Negeri di Hotel Berbintang, 2011 Sumber : Katalog BPS : 8403001 Tingkat Penghunian Kamar Hotel Hotel  merupakan  salah  satu  solusi  sebagai  sarana  penunjang  untuk  tempat  tinggal,  baik
+5

Referensi

Dokumen terkait

pelana yang miring dimana bangunan ini sangat merespon pada iklim tropis. Terlihat disini Karena area yang cukup luas dan banyak massa

Dari bentuk dan banyaknya lantai pada usulan gubahan massa dalam hotel ini maka struktur yang digunakan bangunan hotel ini adalah sistem struktur

Bangunan hotel berdiri di Kota Jambi maka akan menjadi bangunan hotel yang bertipologi city hotel dan akan berfungsi sebagai tempat untuk mewadahi kegiatan-kegiatan penghuni

Anshori (2006) melakukan penelitian dengan judul “pengaruh orientasi pasar, intellectual capital, orientasi pembelajaran terhadap inovasi dan kinerja hotel bintang empat dan lima

Alasan membuat perancangan interior resort hotel bintang tiga pada daerah Situ Bagendit ini untuk menciptakan hotel resort yang memiliki kriteria-kriteria yang sesuai

Tetapi, dengan bimbingan yang saya dapatkan untuk mengawali desain dengan bentuk gubahan massa yang cocok dengan tapak, gubahan massa yang memperhatikan bangunan yang

Penerapan konsep edukasi rekreasi di dalam perancangan ini terdapat pada, penerapan gubahan massa bangunan, konsep gubahan massa yang menampilkan proses aktifitas

Aspek Bangunan Identifikasi masalah perancangan terhadap aspek persoalan bangunan diuraikan sebagai berikut : a Memperhatikan iklim kawasan yang tropis sehingga bangunan haruslah