• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV STUDI KASUS. spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV STUDI KASUS. spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

7

pengobatan j bagi pasien rawat inap pada hari k.

𝑧𝑗𝑘𝑙 ≤ 𝑛𝑗𝑘, ∀𝑗, 𝑘

𝑙∈𝐷 . (4)

Jumlah pelaksanaan operasi spesialisasi pengobatan j bagi pasien rawat jalan yang ditunda dari hari k ke hari l, tidak lebih besar dari permintaan operasi dengan spesialisasi pengobatan j bagi pasien rawat jalan pada hari k.

𝑤𝑗𝑘𝑙 ≤ 𝑜𝑗𝑘, ∀𝑗, 𝑘

𝑙∈𝐷 . (5)

Jumlah pembatalan operasi pasien rawat inap dengan spesialisasi pengobatan j pada hari ke-k tidak lebih dari total permintaan operasi pasien rawat inap pada hari ke-k. 𝑢𝑗𝑘 ≤ 𝑛𝑗𝑘, ∀𝑗, 𝑘. (6)

Jumlah pembatalan operasi pasien rawat jalan dengan spesialisasi pengobatan j pada hari ke-k tidak lebih dari total permintaan operasi pasien rawat inap pada hari ke-k. 𝑣𝑗𝑘 ≤ 𝑜𝑗𝑘, ∀𝑗, 𝑘. (7)

Pendefinisian h sebagai jumlah jam ruang operasi biasa yang tidak dipakai selama satu minggu.

ℎ = 𝑗 ∈𝐽 𝑘∈𝐷𝑏𝑗𝑘. (8) Pendefinisian 𝑝𝑗 dan 𝑞𝑗 yang masing-masing merupakan kelebihan dan kekurangan waktu penggunaan ruang operasi biasa yang ditawarkan. Diberikan jumlah total jam kosong penggunaan ruang operasi biasa dalam satu minggu kemudian membagi dengan proporsi penggunaan ruang operasi

spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu.

𝑏𝑗𝑘 − ℎ 𝑘∈𝐷 𝑛𝑗𝑘+𝑜𝑗𝑘 𝑛𝑗𝑘+𝑜𝑗𝑘 𝑘𝜖𝐷 𝑗𝜖𝐽 𝑘∈𝐷 = 𝑝𝑗 − 𝑞𝑗, ∀𝑗. (9) Operasi darurat dilaksanakan di ruang operasi darurat selama s jam kerja per hari.

𝑦𝑗𝑘 ≤ 𝑠, ∀ 𝑘

𝑗 ∈𝐽 . (10) Banyaknya ruang operasi jenis i yang digunakan untuk melayani operasi dengan spesialisasi pengobatan j pada hari ke-k tidak lebih dari jumlah maksimum ruang operasi yang dialokasikan untuk melayani operasi dengan spesialisasi pengobatan j pada hari ke-k.

𝑥𝑖𝑗𝑘𝑖∈𝐼 ≤ 𝑐𝑗𝑘, ∀ 𝑗, 𝑘. (11) Jumlah permintaan operasi darurat dengan spesialisasi pengobatan j pada hari ke-k yang dilaksanakan di ruang operasi darurat tidak melebihi dari seluruh permintaan operasi darurat pada hari tersebut.

𝑦𝑗𝑘 ≤ 𝑒𝑗𝑘, ∀ 𝑗, 𝑘. (12) Kendala ketaknegatifan untuk semua variabel keputusan.

𝑥𝑖𝑗𝑘, 𝑦𝑗𝑘, 𝑧𝑗𝑘𝑙, 𝑤𝑗𝑘𝑙, 𝑢𝑗𝑘, 𝑣𝑗𝑘, 𝑏𝑗𝑘, ℎ, 𝑝𝑗, 𝑞𝑗 ≥ 0, ∀ 𝑖, 𝑗, 𝑘, 𝑙. (13)

Pendefinisian variabel 𝑥𝑖𝑗𝑘 sebagai suatu integer.

𝑥𝑖𝑗𝑘 integer , ∀ 𝑖, 𝑗, 𝑘. (14)

IV STUDI KASUS

4.1 Deskripsi Masalah

Untuk memahami permasalahan penjadwalan ruang operasi di rumah sakit menggunakan mixed integer programming, dalam karya ilmiah ini diberikan suatu contoh kasus. Misalkan suatu rumah sakit umum memiliki beberapa layanan spesialisasi pengobatan, yaitu bedah perkemihan (urologi), bedah tulang (ortopedi), bedah tulang belakang, otak dan syaraf, luka bakar, bedah plastik, tumor, dan kanker. Setiap spesialisasi pengobatan ditangani oleh beberapa ahli bedah (lihat Tabel 1).

Tabel 1 Layanan spesialisasi pengobatan yang diberikan oleh rumah sakit

No Spesialisasi ( j ) Banyaknya ahli bedah (orang) 1 Urologi 3 2 Ortopedi 3 3 Tulang belakang 3 4 Otak dan syaraf 4

5 Luka bakar 2

6 Bedah plastik 2

7 Tumor 3

(2)

8

Untuk melaksanakan beberapa operasi, rumah sakit umum tersebut juga memiliki ruang operasi. Ruang operasi yang dimiliki oleh rumah sakit ini terdiri atas ruang operasi darurat dan ruang operasi biasa. Ruang operasi darurat hanya digunakan untuk melayani tindakan operasi bagi pasien darurat. Semua tindakan operasi pada spesialisasi pengobatan dapat dilaksanakan di ruang operasi darurat. Dalam studi kasus karya ilmiah ini, diasumsikan rumah sakit memiliki satu ruang operasi darurat. Ruang operasi biasa digunakan untuk melayani tindakan operasi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan. Ruang operasi biasa dibedakan jenisnya berdasarkan peralatan yang dimiliki dan lokasi ruang operasi tersebut. Dalam kasus ini, diasumsikan rumah sakit memiliki lima jenis ruang operasi biasa (lihat Tabel 2).

Tabel 2 Data ruang operasi biasa Jenis ( i ) Spesialisasi ( j ) Jumlah 𝑎𝑖 Kode 1 Urologi 1 ND A 2 Ortopedi dan tulang belakang 2 ND B1 dan ND B2 3 Otak dan syaraf 1 ND C 4 Luka bakar dan bedah plastik 2 ND D1 dan ND D2 5 Tumor dan kanker 2 ND E1 dan ND E2

Spesialisasi pengobatan luka bakar dan bedah plastik memerlukan peralatan pengobatan yang hampir sama, sehingga digolongkan dalam satu jenis dan diasumsikan operasi dengan spesialisasi pengobatan tersebut dapat dilaksanakan di ruang operasi yang sama. Setiap ruang operasi digunakan melayani spesialisasi pengobatan sesuai jenis ruang operasi tersebut.

Dalam kasus normal, rumah sakit diasumsikan hanya melayani permintaan operasi pada hari kerja saja. Selama satu minggu diasumsikan terdapat lima hari kerja, yaitu hari Senin sampai Jumat dengan banyaknya jam kerja adalah delapan jam setiap hari. Seorang ahli bedah dan staf ruang operasi akan bekerja selama delapan jam setiap hari.

Data yang diperlukan dalam simulasi model penjadwalan pada karya ilmiah ini

adalah data perkiraan permintaan operasi pasien rawat inap, rawat jalan, dan darurat selama satu minggu. Dalam studi kasus karya ilmiah ini, diasumsikan data yang digunakan adalah perkiraan permintaan operasi pada minggu pertama bulan Januari 2011. Pada dasarnya, data tersebut dapat diperoleh melalui peramalan dari data deret waktu permintaan operasi, sehingga dapat diketahui perkiraan permintaan operasi pada waktu yang akan datang. Pada karya ilmiah ini, data perkiraan permintaan operasi merupakan data hipotetik dan bukan data yang diperoleh melalui peramalan data deret waktu (lihat Lampiran 1).

4.2 Formulasi Masalah

Dalam contoh kasus ini, variabel keputusan dideskripsikan untuk setiap spesialisasi pengobatan j = 1,2,3,…,8, jenis ruang operasi biasa i = 1,2,…,5, dan hari kerja k,l = 1,2,…5. Parameter-parameter yang digunakan dalam contoh kasus ini adalah 𝑎𝑖 (lihat Tabel 2), 𝑛𝑗𝑘 (lihat Lampiran 1), 𝑜𝑗𝑘 (lihat Lampiran 1), 𝑒𝑗𝑘 (lihat Lampiran 1), s = 8, dan 𝑐𝑗𝑘 (lihat Lampiran 2). Fungsi objektif masalah ini adalah sebagai berikut:

min 𝑧 = 𝑧𝑖 5 𝑖=1 ; dengan 𝑧1 = 5𝑘=1 𝜌5𝑙=1 𝑘𝑙 8𝑗 =1𝑧𝑗𝑘𝑙 , 𝑧2= 5𝑘=1 𝜆5𝑙=1 𝑘𝑙 8𝑗 =1𝑤𝑗𝑘𝑙 , 𝑧3= 𝜃𝐼𝑃𝑇 5 𝑢𝑗𝑘, 𝑘=1 8 𝑗 =1 𝑧4= 𝜃𝑂𝑃𝑇 8𝑗 =1 5𝑘=1𝑣𝑗𝑘, 𝑧5= 𝛽 8𝑗 =1𝑞𝑗.

Nilai biaya penalti 𝜌𝑘𝑙 dan 𝜆𝑘𝑙 sesuai dengan asumsi pemodelan yang sudah dibahas pada Bab 3. Biaya penalti yang disebabkan oleh operasi yang dibatalkan harus diberikan lebih besar dari biaya penalti yang lain. Pada kasus ini biaya penalti operasi pasien rawat inap yang dibatalkan sama dengan biaya penalti operasi pasien rawat jalan yaitu 𝜃𝐼𝑃𝑇= 𝜃𝑂𝑃𝑇 = 14. Nilai parameter biaya penalti yang disebabkan oleh adanya kekurangan jam penggunaan ruang operasi ialah 𝛽 = 1 (Zhang et al. 2009).

(3)

9

Kendala yang digunakan sebagai berikut: Jumlah penggunaan ruang operasi jenis i untuk melayani operasi dengan spesialisasi pengobatan j pada hari ke-k tidak lebih besar dari banyaknya ruang operasi jenis i.

𝑥𝑖𝑗𝑘 ≤ 𝑎𝑖, ∀𝑖, 𝑘 8

𝑗 =1

dengan i = 1,2,3,4,5 dan k= 1,2,3,4,5. (1) Pelaksanaan operasi di ruang operasi biasa yang digunakan untuk melayani spesialisasi pengobatan j setiap hari ke-k tidak melebihi kapasitas waktu yang ditawarkan ruang operasi tersebut.

8 5𝑖=1𝑥𝑖𝑗𝑘 ≥ 𝑒𝑗𝑘 − 𝑦𝑗 𝑘+ 5𝑖=1 𝑧𝑗𝑙𝑘 + 𝑤𝑗𝑙𝑘 , ∀𝑗, 𝑘 dengan j = 1,2,3,..,8 dan k = 1,2,3,4,5. (2)

Pelaksanaan operasi nondarurat pada spesialisasi pengobatan j hari ke-k harus dilaksanakan pada hari tersebut atau ditunda pada hari kerja yang tidak lebih dari tujuh hari atau jika penundaan lebih dari tujuh hari maka operasi tersebut dibatalkan.

8 5𝑖=1𝑥𝑖𝑗𝑘 − 𝑒𝑗𝑘 − 𝑦𝑗𝑘 + 𝑧5𝑙=1 𝑗𝑙𝑘 + 𝑤𝑗𝑙𝑘 − 𝑏𝑗𝑘 + 𝑧5𝑙=1 𝑗𝑘𝑙 + 𝑤𝑗𝑘𝑙 + 𝑢𝑗𝑘 + 𝑣𝑗𝑘 = 𝑛𝑗𝑘 + 𝑜𝑗𝑘, ∀𝑗, 𝑘

dengan j = 1,2,3,..,8 dan k = 1,2,3,4,5. (3) Jumlah pelaksanaan operasi spesialisasi pengobatan j bagi pasien rawat inap yang ditunda dari hari k ke hari l, tidak lebih besar dari permintaan operasi dengan spesialisasi pengobatan j bagi pasien rawat inap pada hari k.

𝑧𝑗𝑘𝑙 ≤ 𝑛𝑗 𝑘, ∀𝑗, 𝑘 5

𝑙=1

dengan j = 1,2,3,..,8 dan k = 1,2,3,4,5. (4) Jumlah pelaksanaan operasi spesialisasi pengobatan j bagi pasien rawat jalan yang ditunda dari hari k ke hari l, tidak lebih besar dari permintaan operasi dengan spesialisasi pengobatan j bagi pasien rawat jalan pada hari k.

𝑤𝑗𝑘𝑙 ≤ 𝑜𝑗𝑘, ∀𝑗, 𝑘 5

𝑙=1

dengan j = 1,2,3,..,8 dan k = 1,2,3,4,5. (5) Jumlah pembatalan operasi pasien rawat inap dengan spesialisasi pengobatan j pada hari ke-k tidak lebih dari total permintaan operasi pasien rawat inap pada hari ke-k. 𝑢𝑗𝑘 ≤ 𝑜𝑗𝑘, ∀𝑗, 𝑘

dengan j = 1,2,3,..,8 dan k = 1,2,3,4,5. (6) Jumlah pembatalan operasi pasien rawat jalan dengan spesialisasi pengobatan j pada

hari ke-k tidak lebih dari total permintaan operasi pasien rawat jalan pada hari ke-k. 𝑣𝑗𝑘 ≤ 𝑜𝑗𝑘, ∀𝑗, 𝑘

dengan j = 1,2,3,..,8 dan k = 1,2,3,4,5. (7) Variabel h didefinisikan sebagai jumlah jam ruang operasi biasa yang tidak dipakai selama satu minggu.

ℎ = 8𝑗 =1 5𝑘=1𝑏𝑗𝑘. (8) Pendefinisian 𝑝𝑗 dan 𝑞𝑗 yang masing-masing merupakan kelebihan dan kekurangan waktu penggunaan ruang operasi biasa yang ditawarkan. Diberikan jumlah total jam kosong penggunaan ruang operasi biasa dalam satu minggu kemudian membagi dengan proporsi penggunaan ruang operasi spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu.

𝑏𝑗𝑘 − ℎ 5𝑘=1 𝑛𝑗𝑘+𝑜𝑗𝑘 𝑛𝑗𝑘+𝑜𝑗𝑘 5 𝑘=1 8 𝑗 =1 5 𝑘=1 = 𝑝𝑗 − 𝑞𝑗, ∀𝑗, 𝑘 dengan j = 1,2,3,..,8. (9) Operasi darurat dilaksanakan di ruang operasi darurat selama 8 jam kerja per hari.

𝑦𝑗𝑘 ≤ 8, ∀𝑗, 𝑘 8

𝑗 =1

dengan k = 1,2,3,4,5. (10) Banyaknya ruang operasi jenis i yang digunakan melayani operasi dengan spesialisasi pengobatan j pada hari ke-k tidak lebih dari jumlah maksimum ruang operasi yang dialokasikan untuk melayani operasi dengan spesialisasi pengobatan j pada hari ke-k.

𝑥𝑖𝑗𝑘 ≤ 𝑐𝑗𝑘, ∀𝑗, 𝑘 5

𝑖=1

dengan j = 1,2,…,8 dan k = 1,2,3,4,5. (11) Jumlah permintaan operasi darurat dengan spesialisasi pengobatan j pada hari ke-k yang dilaksanakan di ruang operasi darurat tidak melebihi dari seluruh permintaan operasi darurat pada hari tersebut.

𝑦𝑗𝑘 ≤ 𝑒𝑗𝑘, ∀𝑗, 𝑘

dengan j = 1,2,…,8 dan k = 1,2,3,4,5. (12) Kendala ketaknegatifan untuk semua variabel keputusan.

𝑥𝑖𝑗𝑘, 𝑦𝑗𝑘, 𝑧𝑗𝑘𝑙, 𝑤𝑗𝑘𝑙, 𝑢𝑗𝑘, 𝑣𝑗𝑘, 𝑏𝑗𝑘, ℎ, 𝑝𝑗, 𝑞𝑗 ≥ 0, ∀𝑖, 𝑗, 𝑘, 𝑙

dengan j = 1,2,…,8 dan i,k,l = 1,2,3,4,5. (13) Pendefinisian variabel 𝑥𝑖𝑗𝑘 sebagai suatu integer.

𝑥𝑖𝑗𝑘 integer , ∀𝑖, 𝑗, 𝑘

(4)

10

4.3 Hasil

Penyelesaian masalah penjadwalan tersebut dapat diselesaikan dengan software LINGO 11.0. Program dan output dari LINGO 11.0 dituliskan pada Lampiran 8 dan Lampiran 9. Informasi yang diperoleh dari hasil running program LINGO 11.0 pada masalah penjadwalan dalam karya ilmiah ini meliputi jadwal penggunaan ruang operasi biasa, banyaknya penundaan dan pembatalan permintaan operasi, dan banyaknya penggunaan ruang operasi darurat untuk melayani tindakan operasi darurat.

Jadwal ruang operasi biasa yang ditawarkan pada rumah sakit disajikan di Tabel 3. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa setiap hari hampir semua ruang operasi dialokasikan untuk menangani permintaan

operasi sesuai dengan spesialisasi pengobatan yang dapat ditangani di ruang operasi tersebut. Spesialisasi pengobatan luka bakar dan bedah plastik dapat dilayani pada dua unit ruang operasi dengan kode ND D1 dan ND D2. Pada hari Senin, ruang operasi ND D1 dialokasikan untuk melayani permintaan spesialisasi pengobatan luka bakar selama 8 jam, sedangkan ruang operasi ND D2 dialokasikan untuk melayani spesialisasi pengobatan bedah plastik selama 8 jam. Pada hari Selasa, ruang operasi ND D1 dan ND D2 digunakan untuk melayani permintaan operasi luka bakar, sehingga pada hari tersebut ruang operasi biasa yang digunakan untuk melayani operasi luka bakar ialah sebesar 16 jam (lihat Tabel 3).

Tabel 3 Banyaknya alokasi waktu yang ditawarkan ruang operasi biasa (jam) Spesialisasi pengobatan ( j ) Kode ruang operasi Hari ( k )

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

Urologi ND A 8 8 8 8 8 Ortopedi ND B1 8 8 8 8 8 ND B2 0 0 0 0 0 Tulang belakang ND B1 0 0 0 0 0 ND B2 8 8 8 8 8 Otak dan syaraf ND C 8 8 8 8 8 Luka bakar ND D1 8 8 8 8 8 ND D2 0 8 0 0 8 Bedah plastik ND D1 0 0 0 0 0 ND D2 8 0 8 8 0 Tumor ND E1 8 8 8 8 8 ND E2 0 0 0 0 0 Kanker ND E1 0 0 0 0 0 ND E2 8 8 8 8 0 Total 64 64 64 64 56

4.3.1 Pelaksanaan Operasi Darurat

Ruang operasi darurat digunakan untuk menangani permintaan operasi pada pasien darurat. Semua spesialisasi pengobatan dapat ditangani di ruang operasi darurat. Jika kapasitas ruang operasi darurat penuh, sedangkan ada kasus pasien darurat yang memerlukan tindakan operasi, maka pelaksanaan operasi pasien tersebut dialihkan ke ruang operasi biasa. Dari hasil LINGO 11.0 (lihat Lampiran 9) diperoleh jadwal pelaksanaan operasi darurat di ruang operasi

darurat (nilai variabel 𝑦𝑗𝑘) dan disajikan pada Tabel 4. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa permintaan operasi darurat dengan spesialisasi pengobatan otak dan syaraf paling banyak ditangani yaitu 15.1 jam atau 10.17% dari total permintaan operasi darurat. Sedangkan permintaan operasi darurat yang paling sedikit ditangani ialah spesialisasi pengobatan tumor dan kanker yaitu masing-masing sebesar 0 jam. Setiap hari, total penggunaan ruang operasi darurat adalah 8 jam.

(5)

11

Tabel 4 Lama waktu pelaksanaan operasi di ruang operasi darurat (jam)

Hari ( k )

Spesialisasi pengobatan ( j ) Urologi Ortopedi Tulang

belakang Otak dan syaraf Luka bakar Bedah

plastik Tumor Kanker

Senin 0.1 3.5 0 3.9 0.5 0 0 0

Selasa 0.7 0 0 2.5 0 4.8 0 0

Rabu 0 3.6 2 2.4 0 0 0 0

Kamis 1.2 0 2.4 3.6 0.8 0 0 0

Jumat 0 2.4 0 2.7 0 2.9 0 0

Operasi darurat yang tidak dapat dilayani di ruang operasi darurat akan dialihkan pelaksanaannya di ruang operasi biasa. Pelaksanaan operasi darurat di ruang operasi biasa disajikan pada Tabel 5. Dari Lampiran 1 tentang perkiraan permintaan operasi darurat, diketahui bahwa permintaan operasi darurat untuk spesialisasi pengobatan urologi pada

hari Selasa adalah 5.2 jam sedangkan Tabel 4 menunjukkan permintaan tersebut mampu dilayani di ruang operasi darurat sebesar 0.7 jam, artinya sisa permintaan operasi sebesar 4.5 jam akan dilaksanakan pada ruang operasi biasa.

Tabel 5 Lama waktu operasi darurat yang harus dilaksanakan di ruang operasi biasa (jam)

Hari ( k )

Spesialisasi pengobatan ( j ) Urologi Ortopedi Tulang

belakang Bedah otak dan syaraf Luka bakar Bedah

plastik Tumor Kanker

Senin 4.6 2.7 4.8 1.1 7.7 0 5.2 4.5

Selasa 4.5 7.1 2.6 2 7.2 0 3.7 0

Rabu 3.2 2.2 2.2 1.4 5.2 4.9 4.2 0

Kamis 3 0 1.4 2.8 1.5 0 4.9 0

Jumat 0 1.4 4 2.3 6.2 0 0 0

4.3.2 Penundaan Pelaksanaan Operasi Karena permintaan operasi darurat menjadi prioritas untuk mendapatkan layanan operasi dengan sesegera mungkin, maka operasi darurat yang dialokasikan di ruang operasi biasa tidak boleh mengalami penundaan. Akibatnya pasien rawat inap dan rawat jalan yang memerlukan tindakan operasi dengan spesialisasi tertentu dapat mengalami penundaan pelaksanaan operasi, karena ruang operasi biasa yang dialokasikan untuk pasien rawat inap dan rawat jalan sudah penuh digunakan untuk melayani operasi darurat. Dari hasil running program LINGO 11.0 diperoleh informasi mengenai penundaan operasi pada pasien rawat inap (nilai variabel 𝑧𝑗𝑘 𝑙) dan penundaan operasi pada pasien rawat jalan (nilai variabel 𝑤𝑗𝑘𝑙) yang disajikan pada Lampiran 3. Pelayanan operasi pasien rawat inap yang paling banyak mengalami penundaan adalah pada spesialisasi pengobatan tumor. Dalam seminggu

penundaan operasi pasien rawat inap dengan spesialisasi pengobatan tumor adalah sebesar 12.6 jam (lihat Lampiran 3) atau 8.42% dari total permintaan operasi pasien rawat inap. Sedangkan pelayanan operasi pasien rawat jalan yang paling banyak mengalami penundaan adalah pada spesialisasi pengobatan bedah plastik sebesar 1.9 jam (lihat Lampiran 3) atau 3.02% dari total permintaan operasi pasien rawat jalan.

Permintaan operasi pasien rawat inap dengan spesialisasi pengobatan ortopedi pada hari Rabu adalah 5.4 jam dan hari Jumat sebesar 6.3 jam (lihat Lampiran 1), sedangkan permintaan operasi pasien rawat inap dengan spesialisasi pengobatan ortopedi pada hari Rabu mengalami penundaan sebesar 1.7 jam (lihat Lampiran 3) yang akan dilaksanakan pada hari Kamis di minggu yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan operasi bagi pasien rawat inap dengan spesialisasi pengobatan ortopedi pada hari Rabu ialah selama 3.7 jam (lihat Lampiran 7), sedangkan

(6)

12

pelaksanaan operasi bagi pasien rawat inap dengan spesialisasi pengobatan ortopedi pada hari Kamis sebesar 8 jam (lihat Lampiran 7). Pada kasus permintaan operasi pasien rawat inap dengan spesialisasi pengobatan bedah plastik mengalami penundaan dari hari Jumat ke Senin selama 2.3 jam (lihat Lampiran 3), artinya operasi tersebut akan dilaksanakan hari Senin pada minggu berikutnya selama 2.3 jam.

4.3.3 Pembatalan Pelaksanaan Operasi Penundaan operasi yang melebihi tujuh hari digolongkan sebagai pembatalan operasi. Pembatalan ini bukan berarti operasi tidak dilaksanakan, melainkan operasi tersebut dapat dilaksanakan di luar jam kerja (lembur) atau dirujuk ke rumah sakit lain. Hasil running program LINGO 11.0 yang menunjukkan pembatalan operasi pasien rawat inap (nilai variabel 𝑢𝑗𝑘) dan pembatalan operasi rawat jalan (nilai variabel 𝑣𝑗𝑘) disajikan pada Lampiran 4. Pembatalan terhadap permintaan operasi pasien rawat inap dan rawat jalan paling banyak dilakukan pada spesialisasi pengobatan urologi yaitu sebesar 6.5 jam (lihat Lampiran 4) atau 3.06% dari total permintaan operasi pasien rawat inap dan rawat jalan.

Perkiraan permintaan operasi pasien rawat inap dengan spesialisasi urologi pada hari Selasa sebesar 3.9 jam (lihat Lampiran 1), dari Lampiran 3 dapat dilihat bahwa operasi dengan spesialisasi pengobatan urologi pada hari Selasa dibatalkan sebesar 3.5 jam. Artinya permintaan operasi urologi yang dapat dilayani rumah sakit pada hari Selasa adalah sebesar 0.4 jam. Secara keseluruhan terdapat sembilan permintaan operasi yang dibatalkan. Operasi yang dibatalkan meliputi spesialisasi pengobatan urologi, ortopedi, tulang belakang, otak dan syaraf, luka bakar. dan bedah plastik.

4.3.4 Rekapitulasi Pelaksanaan, Penundaan, dan Pembatalan Operasi

Penundaan dan pembatalan operasi pada pasien rawat inap yang dihasilkan running program LINGO 11.0 dapat digunakan dalam menentukan rekapitulasi pelaksanaan, penundaan, dan pembatalan operasi pasien rawat inap dan rawat jalan (lihat Lampiran 5 dan Lampiran 6). Pada Lampiran 5 dan Lampiran 6, kolom P menunjukkan pelaksanaan operasi. Nilai kolom P berasal dari jumlah permintaan operasi dikurangi dengan penjumlahan antara jumlah operasi

yang ditunda dengan jumlah operasi yang dibatalkan.

Perkiraan permintaan operasi pasien rawat inap dengan spesialisasi pengobatan urologi pada hari Rabu adalah 3.9 jam (lihat Lampiran 1). Berdasarkan hasil running program LINGO 11.0 pada kasus permintaan operasi tesebut tidak ada penundaan dan pembatalan, sehingga pelaksanaan operasi dengan spesialisasi pengobatan pada hari tersebut adalah 3.9 jam. Jika terdapat penundaan operasi pada hari ke-k sampai hari ke-l, maka pelaksanaan operasi pada hari ke-l adalah ditambah dengan jumlah operasi yang ditunda pada hari ke-k. Permintaan operasi pasien rawat inap dengan spesialisasi pengobatan luka bakar pada hari Senin ialah 4.6 jam dan hari Selasa sebesar 5 jam (lihat Lampiran 1). Berdasarkan hasil running program LINGO 11.0 operasi pasien rawat inap dengan spesialisasi pengobatan luka bakar mengalami penundaan dari hari Senin ke hari Selasa sebesar 0.9 jam (lihat Lampiran 3) dan pembatalan pada hari Senin sebesar 3.4 jam (lihat Lampiran 4), sehingga pelaksanaan operasi untuk spesialisasi pengobatan luka bakar pada hari Senin ialah 4.6 – (0.9+3.4) = 0.3 jam, sedangkan pelaksanaan operasi pada hari Selasa adalah sebesar 5 + 0.9 = 5.9 jam. 4.3.5 Pelaksanaan Operasi di Ruang Operasi Biasa

Setiap ruang operasi darurat dan ruang operasi biasa melayani tindakan operasi maksimal delapan jam per hari. Ruang operasi biasa digunakan melayani operasi pasien rawat inap, pasien rawat jalan, dan pasien darurat yang tidak bisa dilayani tindakan operasinya di ruang operasi darurat. Dengan adanya jadwal pelaksanaan operasi pasien rawat inap dan rawat jalan serta jadwal permintaan operasi darurat yang harus dilaksanakan di ruang operasi biasa maka dapat ditentukan penggunaan ruang operasi biasa (lihat Lampiran 7). Lampiran 7 menunjukkan pelaksanaan operasi di ruang operasi biasa untuk melayani permintaan operasi pasien rawat inap, rawat jalan, dan darurat. Setiap ruang operasi biasa memiliki alokasi waktu sesuai dengan Tabel 3, sehingga pelaksanaan operasi tidak boleh melebihi alokasi waktu yang dimiliki oleh ruang operasi tersebut.

Pada Lampiran 7 dapat dilihat bahwa total pelaksanaan operasi ortopedi di ruang operasi ND B1 setiap hari adalah 8 jam, sedangkan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa waktu yang dialokasikan oleh ruang operasi ND B1 yang

(7)

13

digunakan melayani operasi bedah tulang adalah 8 jam setiap hari. Hal ini menunjukkan waktu yang disediakan oleh ruang operasi ND B1 untuk melayani permintaan operasi ortopedi sudah digunakan secara maksimal. Pelaksanaan operasi dengan spesialisasi pengobatan tulang belakang di ruang operasi ND B2 pada hari Selasa adalah 7.9 jam, alokasi yang dimiliki ruang operasi tersebut adalah 8 jam, sehingga terdapat waktu kosong pada ruang operasi tersebut sebesar 0.1 jam. Selain pada ruang operasi ND B2.

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa terdapat waktu kosong pada ruang operasi biasa dengan kode ruang ND E1, ND E2, ND D2, dan ND B2. Banyaknya waktu ruang operasi yang dialokasikan untuk melayani operasi dengan spesialisasi pengobatan tumor pada hari Jumat adalah 8 jam (lihat Tabel 3), sedangkan pelaksanaan operasi pada kasus tersebut adalah 4.4 jam (lihat Lampiran 7) sehingga waktu kosong ruang operasi tersebut adalah sebesar 3.6 jam.

Tabel 6 Total waktu operasi kosong pada ruang operasi biasa (jam) Kode ruang operasi Spesialisasi pengobatan Hari Waktu kosong (jam) ND B2 Tulang belakang Selasa 0.1 ND D2 Bedah plastik Senin 2.8 ND E1 Tumor Jumat 3.6 ND E2 Kanker Rabu 5.3 Kamis 0.6 4.3.6 Fungsi Objektif

Pada formulasi model karya ilmiah ini, terdapat lima jenis biaya penalti dalam fungsi objektif. Jenis penalti 𝑧1 merupakan biaya penalti disebabkan adanya penundaan pelaksanaan operasi pasien rawat, 𝑧2 merupakan biaya penalti yang disebabkan oleh penundaan pelaksanaan operasi terhadap pasien rawat jalan, 𝑧3 dan 𝑧4 menyatakan penalti yang disebabkan oleh pelaksanaan operasi pasien rawat inap dan rawat jalan yang dibatalkan, dan 𝑧5 merupakan jumlah dari biaya penalti yang dikarenakan kekurangan jam penggunaan setiap ruang operasi biasa. Nilai setiap jenis biaya penalti disajikan pada Tabel 7. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa biaya penalti yang paling besar adalah jenis ketiga yaitu 𝑧3 . Hal ini menunjukkan operasi pasien rawat inap yang dibatalkan lebih banyak dari pada pasien rawat jalan. Biaya penalti yang paling rendah adalah jenis kedua yang berarti bahwa penundaan operasi pasien rawat jalan lebih rendah dari pada pasien rawat inap.

Tabel 7 Biaya penalti pada fungsi objektif (rupiah)

Jenis Biaya penalti (rupiah) 𝑧1 42.9 𝑧2 3.8 𝑧3 140 𝑧4 121.8 𝑧5 7.66 Total 316.17

V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Rumah sakit memiliki keterbatasan dalam melayani setiap operasi yang diperlukan oleh pasien. Keterbatasan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain banyaknya ruang operasi, banyaknya ahli bedah, dan jam kerja di rumah sakit. Dengan adanya keterbatasan tersebut maka operasi dapat ditunda atau dibatalkan. Setiap rumah sakit berusaha untuk memenuhi permintaan operasi. Dalam memenuhi setiap permintaan layanan operasi, rumah sakit harus melakukan penjadwalan pelaksanaan operasi dengan baik. Jika tindakan operasi bagi pasien terlambat, maka akan berdampak pada kesehatan pasien dan bahkan nyawa pasien.

Penjadwalan operasi dapat dilakukan dengan menggunakan model matematika. Salah satu metode penjadwalan tersebut adalah menggunakan mixed integer programming. Diperlukan data perkiraan permintaan operasi pasien nondarurat (rawat inap dan rawat jalan) dan pasien darurat, banyaknya ruang operasi, dan spesialisasi pengobatan yang ada di rumah sakit sebagai input pemodelan ini. Penyelesaian dengan menggunakan software LINGO 11.0 memberikan beberapa informasi antara lain banyaknya penggunaan ruang operasi biasa dan darurat, penundaan operasi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan, dan banyaknya operasi pasien rawat inap dan rawat jalan yang dibatalkan.

Gambar

Tabel 1 Layanan spesialisasi pengobatan yang  diberikan oleh rumah sakit
Tabel  3 Banyaknya alokasi waktu yang ditawarkan ruang operasi biasa (jam)  Spesialisasi  pengobatan  ( j )  Kode ruang operasi  Hari ( k )
Tabel 5 Lama waktu operasi darurat yang harus dilaksanakan di ruang operasi biasa (jam)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

LPEM–FEUI (forthcoming) Monitoring Investment Climate in Indonesia: A Report from the Mid 2006 Survey , Report in collaboration with the World Bank, Jakarta. MacIntyre, Andrew

Berdasarakan keterangan penumpang yang menaiki bus Batang Pane Baru yang naik secara tidak resmi atau dari luar loket mereka meberikan pernyataan bahwa

Tidak terdapat Spesialisasi Pertumbuhan Sektor pertanian di Kabupaten Bogor terhadap Provinsi Jawa Barat khususnya di masing-masing daerah yang ditunjukan dari

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah AWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

harus membuat persiapan mengajar, melaksanakan pengajaran berdasarkan rencana yang telah dibuat, mengelola kelas, dan sebagainya. 4) Pengajaran micro juga berarti

Sebelumnya kami ingin menjelaskan bahwa forex adalah bisnis dengan resiko yang besar, maka dari itu bila anda baru memulai usaha dalam meraih penghasilan melalui pasar forex maka

[r]