• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEM PENGUKURAN TEMPERATUR DALAM FLUIDA MENGALIR (*)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROBLEM PENGUKURAN TEMPERATUR DALAM FLUIDA MENGALIR (*)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PROBLEM PENGUKURAN TEMPERATUR

DALAM FLUIDA MENGALIR

(*)

Sukmanto Dibyo

ABSTRAK

PROBLEM PENGUKURAN TEMPERATUR DALAM FLUIDA MENGALIR : Pengukuran temperatur fluida mengalir, pada umumnya menggunakan termokopel. Salah satu permasalahan error pengukuran pada termokopel terjadi karena aliran konduksi panas antara ujung pengukur temperatur merambat menuju batang penyangga. Makalah ini menghitung besarnya error akibat pengaruh konduksi panas dari ujung termokopel ke dinding pipa sistem primer RSG-GAS. Hasil menunjukkan, berdasarkan pengukuran temperatur di dinding pipa primer dan data pengukuran temperatur aliran dari CT-01 bahwa besarnya error dapat dianggap sangat kecil yakni -0,028oC pada daya reaktor 25MW.

ABSTRACT

TEMPERATURE MEASURERING PROBLEM IN FLOWING FLUID : In attempting to measure temperature of flowing fluid, the thermocouple is commonly used. Error problem is arise due to heat conduction flowing from junction to the thermocouple support. This paper calculates the temperature error measurement at CT-01 (Control Temperature) of primary pipe. Based on temperature measurement data taken from CT-01 and pipe wall of primary sistem, it shows that the error indicate very small of -0,028oC at reactor power of 25MW.

(*)

:

Disampaikan pada Seminar Pranata Nuklir BATAN, Jakarta 24-25 Juni 1997

(**)

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengukuran temperatur aliran fluida banyak menemui berbagai hal yang menyangkut permasalahan respon alat sensor ukur yang digunakan. Pada umumnya pengukuran temperatur untuk fluida mengalir di dalam pipa, menggunakan alat ukur jenis termokopel. Salah satu permasalahan dalam menggunakan termokopel adalah

terjadinya error (penyimpangan)

pengukuran oleh pengaruh perpindahan panas dari ujung pengukur temperatur dan batang penyangga di dekatnya. Permasalahan terjadi karena aliran konduksi panas antara ujung pengukur temperatur merambat menuju batang penyangga. Disamping itu penyimpangan berupa fluktuasi juga disebabkan oleh fluktuasi kecepatan aliran fluida di mana pengukur temperaturnya berada pada posisi tetap.

Beberapa literatur mengatakan

bahwa dalam beberapa kasus error pengukuran temperatur ini perlu diperhitungkan. Perhitungan terhadap

kemungkinan error pengukuran

temperatur yang ada di RSG-GAS berguna untuk mengetahui tingkat akurasinya.

Tujuan

Berdasarkan uraian di atas maka makalah ini ingin menghitung besarnya

error (penyimpangan) pengukuran

temperatur akibat pengaruh konduksi panas dari ujung termokopel ke penyangga termokopel (dinding pipa) pada sistem primer.

TEORI

Termokopel (1)

Apabila 2 kawat yang berbeda bahan, disambungkan di dalam satu

junction di mana salah satu bahan pada

temperatur T1 dan yang lain pada temperatur T2 maka apabila diukur akan timbul arus dari junction tersebut. Besarnya arus ini tergantung pada jenis bahan dan temperaturnya, hubungan antara arus dan temperatur ini digunakan sebagai dasar pengukuran secara termoelektris yang dikenal dengan nama

Efek Seebeck.

Termokopel adalah alat ukur

temperatur yang banyak dipakai di

dalam industri maupun laboratoria

penelitian. Jenis termokopel yang pada umumnya dipakai adalah Platinum/ Rodium, Cromel/ Alumel,

Copper/Constantan dan seba-gainya.

Tiap jenis memiliki rentang pengukuran dan besarnya error pemba-caan yang berbeda-beda. Pengukuran temperatur pada fluida yang mengalir di dalam pipa bisa timbul error oleh pengaruh temperatur dari dinding pipa, di mana temperatur dinding pipa dipengaruhi oleh temperatur sekitarnya.

Jenis-jenis error dalam

pengu-kuran temperatur fluida oleh perpindahan panas, terutama disebabkan karena : 1. Error oleh konduksi panas 2. Error oleh radiasi panas

Error Karena Konduksi Panas (1)(2)

Pada umumnya pemasangan termokopel untuk mengukur temperatur fluida mengalir atau diam yang terdapat pada sebuah pipa, sangatlah sederhana

(3)

yaitu dengan menancapkan termokopel yang cukup panjang menembus dinding pipa seperti yang terlihat pada gambar 1. Untuk memperkuat kedudukan probe termokopel, maka termokopel disangga pada dinding pipa.

Temperatur dinding bisa lebih panas atau lebih dingin dari temperatur fluidanya. Dengan adanya berbedaan temperatur antara fluida dan dinding maka akan terjadi proses perpindahan panas dari fluida ke dinding atau sebaliknya. Untuk menyederhanakan proses analisis perpindahan panas konduksi pada kasus yang terjadi seperti gambar 2, maka perlu dibuat model perhitungannya. Model yang dibuat dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2. Model Perhitungan Perpindahan Panas

Di dalam model tersebut dibuat asumsi bahwa temperatur pada termokopel merupakan fungsi dari x (panjang) tetapi tidak bergantung terhadap waktu dan temperatur fluida seragam disekitar dinding batang termokopel. Sehingga perhitungan perpindahan panas secara konveksi dapat dilakukan dengan memakai neraca panas. Panas pada x = (Panas yang keluar pada dx +x) + ( Panas yang hilang pada permukaan)

qx = qx+dx + q ... (1) dengan memasukkan faktor konduktivitas (k) dan luas penampang (A), maka persamaaan ( 1 ) dapat diubah menjadi,

q q d dx q dx kA dT dx d dx kA dT dx dx x dx x x r r + = + ( ) =− + (− ) ... (2) Dengan menganggap k dan A konstan , dan mengasumsikan panas yang hilang akibat konveksi permukaan sebagai :

ql= h Cdx T( )( rTf) ... (3)

di mana h=koefisien perpindahan panas dan Cdx=luasan, maka persamaan (2) dapat diubah menjadi

d T dx hC kAT hC kAT r r f 2 2 − = − ...(4)

Persamaan (4) akan menjadi persamaan differensial linier apabila h dan C konstan, sehingga Tr hanya sebagai fungsi

x saja. Untuk menyelesaikan persaamaan tersebut maka diperlukan kondisi batas, yaitu : x dx Tf L qx qx+dx Tr(x) arah aliran termokopel Tw Tf

(4)

Tr = Tw pada x = 0

dT dx

r

= 0 pada x = L (ujung batang terisolasi).

dT dx

r

≈ 0 pada x = L (batang sangat panjang tanpa terisolasi) Dengan syarat batas tersebut, maka penyelesaian persamaan diferensial menjadi : T T T T e mL e e mLe r f f w mL mx mL mx = − − ⎛ − ⎝ ⎜ ⎞ ⎠ ⎟ + ⎡ ⎣ ⎢ ⎤ ⎦ ⎥ − ( ) cosh cosh 1 2 2 ...(5) di mana : m hC kA ≅ ...(5a)

Oleh karena pada umumnya elemen sensor temperatur ditempatkan pada x=L, sehingga persamaan (5) menjadi,

errorsuhu T T T T mL r f w f = − = − cosh ...(6) Jika kondisi batas pada x=L berubah sesuai dengan keadaan riil pada posisi x dan di mana koeffisien perpindaan panas

konveksi film he pada ujung L, maka

persamaan (6) akan menjadi :

( )

[

]

T T T T mL h mk mL r f w f e − = − + cosh / sinh ...(7)

Akan tetapi persamaan ini akan lebih rumit dibanding persamaan (6).

Aplikasi Perhitungan

Termokopel dengan kode CT-01 mengukur temperatur air pendingin yang

mengalir di dalam pipa primer pada daya reaktor 15MW dan 25MW, temperatur

ruangan primary cell konstan 34oC.

Tercatat temperatur dari CT-01 sebagai Tf

dan temperatur dinding pipa di dekat

posisi CT-01 sebagai Tw masing-masing

disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Temperatur Tf dan Tw

Tgl. Daya Reak tor (MW) Tempera tur Tf (oC) Temperat ur Tw (oC) 12/6/97 15 35,6 35,4 13/6/97 25 43,9 43,4

Data-data lain yang diperlukan sbb: Konduktifitas Panas Bahan, k=50 w/moC Panjang Celupan, L=20cm = 0,2 m

Diameter wire, d=0,005 m, A=0,0002 m2

dan C=0,016m. Koefisien perpindahan panas rerata h=200 w/m2oC (3)

Error pengukuran temperatur oleh konduksi panas pada termokopel dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (5), harga m diperoleh dari persamaan (5a) sebesar 17,89.

Tabel 2 menyajikan hasil perhitungan

error yang diperoleh dari 2 data

pengukuran di atas.

Tabel 2. Hasil Perhitungan Error

Tempera tur Tf(oC) Temperat ur Tw(oC) Error (oC) % (abs) 35,6 35,4 -0,011 0,03 43,9 43,4 -0,028 0,06

(5)

PEMBAHASAN

Dari persamaan (6) dapat ditunjukkan bahwa semakin besar beda temperatur antara fluida yang mengalir dengan temperatur dinding pipa maka semakin besar error yang terjadi. Oleh karena itu untuk memperoleh error seminimal mungkin, maka pengaruh temperatur dinding pipa terhadap termokopel harus diminimalkan dengan usaha mengisolasi panas. Suku cosh mL akan besar bila m dan L besar. Oleh karena itu dalam praktek pemasangan

termokopel, probe harus sedalam

mungkin dicelupkan (L disebut panjang celupan).

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa semakin daya reaktor tinggi maka error temperatur CT-01 semakin tinggi pula, akan tetapi angka

error ini masih dianggap sangat kecil

(-0,028oC pada daya reaktor 25MW).

Sebagai pembahasan tambahan bahwa apabila temperatur ruangan primary cell lebih dingin maka temperatur Tw akan turun dan berakibat error akan naik.

KESIMPULAN

Dari hasil perhitungan dan bahasan yang dikemukakan di atas dapatlah diungkapkan kesimpulan yakni bahwa,

• Insulasi panas dapat memperkecil beda (Tw-Tf) dan dengan memperbesar L (dicelupkan sedalam dalamnya) dapat mengurangi besarnya error.

• Besarnya error oleh pengaruh konduksi panas pada pengukuran aliran di dalam pipa primer oleh CT-01 di dianggap sangat kecil. Apabila

temperatur ruangan primary cell lebih dingin maka error akan naik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Andrianto,"Pengukuran Data",TK-608, ITB/1992.

2. Benedict,"Fundamentals of

Tempe-rature Pressure And Flow

Meas-urement",Wiley, NY, 1997

3. Birth S, Lightfoot,”Transport

Phenomena”Departement of Chemical Eng. Univ. of Wisconsin,

John Wiley &Sons,Inc. Page291 ***

Gambar

Tabel 1. Data Temperatur T f  dan T w

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kekuatan sehingga peneliti dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan penulisan proposal skripsi

Kata Utama Nama Indonesia yang terdiri dari – Nama diri diikuti gelar tradisional, gelar keagamaan, atau gelar administrasi yg digabungkan dgn gelar kebangsawanan dan

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka dapat terbaca bahwa bimbingan keagamaan yang telah diberikan pada siswa terlihat pada wujud pengamalan siswa terhadap

Kepunyaan- Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi…” (QS. Az-Zumar [39]:62-63) Ketika kita berusaha mencari dan menemukan aspek-aspek kekokohan (firmitas),

Judul Tesis : HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN STATUS KESEHATAN DENGAN GEJALA DEPRESI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI UPT PELAYANAN SOSIAL WILAYAH BINJAI MEDAN TAHUN

Promosi kesehatan juga mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor risiko yang dominan terhadap waktu dan biaya konstruksi perumahan di Surabaya, dapat ditarik kesimpulan bahwa

Didepan mata persoalan nelayan semakin memprihatinkan ketika banyak anak muda yang kemudian tidak ingin lagi menjadi nelayan dan lebih memilih menjadi tenaga buruh dikota-kota