• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester

Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

YEMI NURTILAWATI

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa. Desain penelitian yang digunakan adalah postest only. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung, dengan sampel siswa kelas VII-D dan VII-E SMPN 8 Bandar Lampung yang diambil secara purposive random sampling. Data penelitian diperoleh melalui tes pemahaman konsep siswa. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji-t dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif ditinjau dari pemahaman konsep metematis siswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013.

(3)
(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 4

C. Tujuan Penelitian ... ... 4

D. Manfaat Penelitian ... ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... ... 7

1.Efektivitas Pembelajaran ... .. . 7

2.Pembelajaran Kooperatif ... ... 8

3.Pemahaman Konsep Matematis Siswa... 10

4.Pembelajaran Konvensional... 15

5.Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 16

(5)

1.Hipotesis Umum... 20

2.Hipotesis Kerja... 20

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... ... 21

B. Prosedur Penelitian... ... 22

C. Desain Penelitian ... ... 23

D. Teknik Pengumpulan Data ... ... 23

E. Instrumen Penelitian... 23

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32

1. Analisis Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 32

2. Pengujian Hipotesis ... 33

B. Pembahasan ... ... 34

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... ... 37

B. Saran ... ... 37 DAFTAR PUSTAKA

(6)

A. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut tercermin dalam pembukaan UUD RI 1945 bahwa pendidikan bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga disebutkan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

(7)

Peraturan Menteri Pendidikan No 41 Tahun 2008 tentang Standar Proses Satuan Pendidikan menyatakan proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi kan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, agar dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Dalam PP RI No19 Tahun 2005 tentang Standar Isi, disebutkan bahwa untuk tiap jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi wajib memuat mata pelajaran atau mata kuliah matematika. Hal ini menunjukkan bahwa mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sangat penting. Selain untuk keperluan pendidikan siswa pada jenjang selanjutnya, matematika juga dapat membentuk kepribadian siswa yang mengarah kepada pembelajaran nilai-nilai kehidupan melalui matematika.

(8)

belajar yang tepat, agar siswa senantiasa aktif dan bersemangat selama pembel-ajaran. Dengan demikian, diharapkan pemahaman konsep siswa dapat berkem-bang. dengan berkembangnya pemahaman konsep, berarti tujuan pem-belajaran dapat tercapai dengan baik.

Pemahaman konsep yang dicapai siswa tidak dapat dipisahkan dengan masalah pembelajaran yang merupakan proses siswa memahami matematika. Selama ini banyak guru yang menggunakan pembelajaran konvensional dalam mengajar. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dengan metode ekspositori, yaitu rumus matematika diinformasikan dan dilatihkan melalui tugas yang diberikan kepada siswa, dan diakhiri dengan melatihkan aplikasinya. Dalam pembelajaran konvensional, guru aktif memberikan informasi, sedangkan kegiatan siswa menyimak, mencatat, dan mengerjakan tugas, sehingga pemahaman konsep matematis siswa dalam pelaksanaan pembelajaran tidak terlaksana secara optimal.

Dari hasil wawancara dengan beberapa guru, pembelajaran konvensional masih sering dilakukan oleh guru-guru matematika di sekolah menengah pertama di Bandar Lampung, demikian pula di SMPN 8 Bandar Lampung, oleh karena itu perlu dilakukan upaya inovatif dalam pembelajaran matematiaka sehingga penguasaan matematis siswa baik. salah satu upaya yang dapat di lakuakan guru adalah melaksanakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik.

(9)

adalah dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa akan lebih aktif, kreatif, dan paham tentang materi pelajaran matematika, sehingga pemahaman konsep matematika siswa lebih bermakna.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan bermanfaat: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam pendidikan berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan pemahaman konsep matematis siswa.

2. Manfaat Praktis

(10)

a. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan informasi tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pemahaman konsep matematis siswa.

b. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat menjadi sarana dalam menambah pengetahuan terkait dengan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD serta sebagai acuan atau refrensi tentang

pemahaman konsep matematis siswa.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu :

1. Efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikatakan efektif jika pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan dengan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensioanal.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam satu kelompok kecil yang heterogen, terutama dari segi kognitifnya untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran di kelas. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini terdiri dari 5 komponen utama yaitu persentasi kelas, kegiatan kelompok, evaluasi, pemberian skor individu dan penghargaan kelompok.

(11)

sedangkan kegiatan siswa menyimak, mencatat, selanjutnya siswa mengerja-kan tugas di kelas.

4. Pemahaman konsep matematis siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika yang dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa setelah pembelajaran melalui tes pemahaman konsep.

Indikator pemahaman konsep matematis siswa dalam penelitian ini adalah: a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang ber- arti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, atau efektif juga dapat diartikan dengan memberikan hasil yang memuaskan. Efektivitas merujuk pada kemampu- an untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya.

(13)

Selanjutnya Hamalik (2001: 171) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melaku- kan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar. Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami konsep yang sedang dipelajari.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembel- ajaran dikatakan efektif jika pemahaman konsep matematis siswa telah tercapai.

2. Pembelajaran Kooperatif

Slavin (1995: 71), menyatakan sebagai berikut. Pembelajaran kooperatif, merupa-kan model pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa per-caya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan ter-hadap keragaman, dan pengembangan keterampilan.

Posamentier dalam Widdiharto (2004: 13), secara sederhana menyebutkan.

(14)

Pembelajaran kooperatif lebih merupakan upaya pemberdayaan teman sejawat, meningkatkan interaksi antar siswa, serta hubungan yang saling menguntungkan antar mereka. Siswa dalam kelompok akan belajar mendengar ide atau gagasan orang lain, berdiskusi setuju atau tidak setuju, menawarkan atau menerima kritik- an yang membangun, dan siswa merasa tidak terbebani ketika ternyata pekerjaan- nya salah.

Kelman dalam Widdiharto (2004: 14) menyatakan bahwa:

Di dalam kelompok terjad i saling pengaruh secara sosial. Pertama, peng- aruh itu dapat diterima seseorang karena ia memang berharap untuk menerimanya. Kedua, ia memang ingin mengadopsi atau meniru tingkah laku atau keberhasilan orang lain atau kelompok tersebut karena sesuai dengan salah satu sudut pandang kelompoknya. Ketiga, karena pengaruh itu kongruen dengan sikap atau nilai yang ia miliki. Ketiganya mempengaruhi sejauh kerja kooperatif tersebut dapat dikembangkan.

Pada proses pembelajaran, kadang kala siswa lebih mudah mengerti berdasarkan penjelasan dari temannya dibandingkan penjelasan dari guru. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa dituntut mengutamakan kerja sama antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan keaktifan siswa dalam kerja sama kelompok, guru bertindak sebagai fasilitator.

Roger dan David Johnson dalam Lie (2004: 31) mengatakan bahwa:

(15)

Menurut Arends dalam Turiyati (2008: 27) indikator pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1). Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, 2). Me-nyajikan informasi, 3).Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, 4). Membimbing kelompok bekerja dan belajar, 5). Evaluasi, 6). Membe-rikan penghargaan.

Pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa belajar secara efektif. untuk terlaksananya pembelajaran yang efektif maka diperlukannya suatu pembelajaran yang lebih baik lagi sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa akan aktif dalam proses pembelajaran. pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan proses belajar dalam kelompok kecil dapat meningkatkan aktivitas belajar, dan mencipta-kan suasana belajar kooperatif.

3. Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Menurut kamus Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedang-kan konsep berarti suatu rancangan. Sedangsedang-kan dalam matematika, konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Jadi pemahaman konsep adalah pengertian yang benar ten-tang suatu rancangan atau ide abstrak.

Menurut Nasution (2008: 161) yang mengungkapkan bahwa :

(16)

Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu. dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. pemahaman konsep matematis siswa juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan.

Dalam proses pembelajaran, konsep memegang peranan penting. Hamalik (2002: 164) menyatakan bahwa dalam suatu pembelajaran konsep berperan sebagai berikut:

1. Konsep mengurangi kerumitan lingkungan.

2. Konsep membantu siswa untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada di sekitar mereka.

3. Konsep dan prinsip untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan lebih maju. Siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapi dapat menggunakan konsep-konsep yang telah dimilikinya untuk mempelajari sesuatu yang baru. 4. Konsep mengarahkan kegiatan instrumental.

5. Konsep memungkinkan pelaksanaan pengajaran.

Hudoyo (1999: 63) menyatakan bahwa :

(17)

Matematika merupakan pelajaran yang didalamnya termuat konsep-konsep yang saling berkaitan atara konsep yang satu dengan yang lain,sehingga dalam mempel- ajarinya harus secara terurut dan beraturan. Penguasaan konsep awal merupakan syarat penting untuk dapat mempelajari dan menguasai konsep selanjutnya.

Skemp dalam Herdian (2010) membedakan pemahaman menjadi dua yaitu pema-haman instruksional (instructional understanding) dan pemahaman relasional (relational understanding). Pada pemahaman instruksional, siswa hanya sekedar tahu mengenai suatu konsep namun belum memahami mengapa hal itu bisa terjadi. Sedangkan pada pemahaman relasional, siswa telah memahami mengapa hal tersebut bisa terjadi dan dapat menggunakan konsep dalam memecahkan masalah-masalah sesuai dengan kondisi yang ada.

(18)

Menurut Sartika (2011: 22) berpendapat bahwa: Indikator pemahaman konsep yang digunakan adalah a. menyatakan ulang suatu konsep

b. mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu c. memberi contoh dan non contoh dari konsep

d. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika e. mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep

f. menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu mengaplikasikan konsep.

(19)

Pedoman penskoran tes pemahaman konsep disajikan pada tabel berikut: 3.2 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep

No Indikator Ketentuan Skor

1 Menyatakan ulang suatu konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Menyatakan ulang suatu konsep tetapi

salah 1

c. Menyatakan ulang suatu konsep dengan

benar 2

b. Mengklasifikasikan objek menurut sifat tertentu tetapi tidak sesuai dengan konsepnya

1 c. Mengklasifikasikan objek menurut sifat

tertentu sesuai dengan konsepnya 2

3 Memberi contoh

b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika tetapi salah 1 c. Menyajikan konsep dalam bentuk

representasi matematika dengan benar 2

5

b. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep tetapi salah 1 c. Mengembangkan syarat perlu atau syarat

cukup dari suatu konsep dengan benar 2

6

b. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tetapi salah 1 c. Menggunakan, memanfaatkan, dan

memilih prosedur dengan benar 2

7 Mengaplikasika konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Mengaplikasikan konsep tetapi tidak

tepat 1

(20)

4. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional saat ini merupakan pendekatan pembelajaran yang paling umum dipakai oleh guru. Sebagaimana dikatakan oleh Wallace dalam Sunartombs (2009) tentang pendekatan konservatif, pendekatan konvensional memandang bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagaimana umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya.guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima.

Institute of Computer Technology dalam Sunartombs (2009) Menjelaskan bahwa pengajaran tradisional yang berpusat pada guru adalah perilaku pengajaran yang paling umum yang diterapkan di sekolah-sekolah di seluruh dunia. Pengajaran model ini dipandang efektif, terutama untuk berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain, menyampaikan informasi dengan cepat, membangkitkan minat akan informasi, mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan. Disebut dengan istilah “pengajaran tradisional”

Namun demikian pendekatan pembelajaran tersebut mempunyai beberapa kelemahan yaitu tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan dan hanya memperhatikan penjelasan guru, sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari, pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis, dan mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan tidak bersifat pribadi.

(21)

mengajar yang biasa dipakai pada pembelajaran matematika. Kegiatan guru yang utama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan atau mencatat apa yang disampaikan guru. Selanjutnya guru memberikan contoh soal dan penyelesaian-nya, kemudian memberi soal-soal latihan, dan siswa disuruh mengerjakannya. Jadi Salah satu ciri kelas dengan pembelajaran secara ekspositori yaitu para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu.

Menurut Hannafin dalam Juliantara (2009) sumber belajar dalam pendekatan pembelajaran konvensional lebih banyak berupa informasi verbal yang diperoleh dari buku dan penjelasan guru atau ahli. Sumber-sumber inilah yang sangat mempengaruhi proses belajar siswa.dengan kata lain, sumber belajar harus tersusun secara sistematis mengikuti urutan dari komponen-komponen yang kecil ke keseluruhan dan biasanya bersifat deduktif. siswa dituntut untuk menunjukkan kemampuan menghafal dan menguasai potongan-potongan informasi sebagai prasyarat untuk mempelajari keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks.

Dengan menggunakan pembelajaran konvensional dimana guru yang menerang-kan dan siswa mendengarmenerang-kan atau mencatat apa yang disampaimenerang-kan guru sehingga siswa kurang aktif. dengan demikian pemahaman siswa terhadap pemahaman konsep matematis siswa dalam pelajaran terutama pelajaran matematika kurang bermakna.

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

(22)

kecil yang teridri dari 4 sampai 5 orang siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda.

Menurut Slavin (1995: 71), dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu presentasi kelas, belajar kelompok, kuis atau tes, poin peningkatan individu, dan penghargaan kelompok.

1. Presentasi Kelas

Materi yang disampaikan pada saat presentasi kelas dengan diskusi yang Dipimpin oleh guru. Siswa harus memperhatikan secara seksama selama Presentasi kelas berlangsung.

2. Belajar Kelompok

Siswa belajar dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Setiap anggota kelompok harus saling membantu dan bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya.

3. Kuis atau Tes

Kuis atau tes dilakukan setelah melaksanakan 1 - 2 pertemuan. Pada saat tes tidak boleh ada kerjasama.siswa harus mengerjakan dan menyelesaikan soal tes secara individu.

4. Poin peningkatan individu

(23)

Tabel 1. Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu.

Skor Tes Skor Perkembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

10 poin hingga 1 poin di bawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin di atas skor dasar 20

Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30 5. Penghargaan Kelompok

Penghargaan kelompok di berikan berdasarkan poin peningkatan kelompok. Untuk menentukan poin kelompok dugunakan rumus:

Nk =

Berdasarkan poin peningkatan kelompok. Kriteria penghargaan kelompok ter- sebut seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Kriteria Poin Perkembangan Kelompok

Perkembangan Penghargaan

Pk < 15 poin Cukup

15 ≤ Pk < 25 poin Baik

Pk ≥ 25 poin Sangat baik

(Slavin,1995: 159)

B. Kerangka Pikir

(24)

variabel bebas adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan pemahaman konsep matematis melalui efektivitas STAD sebagai variabel terikat. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan siswa lebih aktif, kreatif, dan bisa bekerjasama dalam kelompok.

Pada pembelajaran konvensional segala aktivitas terpusat pada guru, siswa hanya menerima apa yang dsampaikan guru, mendengar, mencatat, dan hanya terjadi komunikasi satu arah dari guru ke siswa. Keadaan tersebut akan membuat siswa merasa jenuh sehingga siswa kurang berminat terhadap pelajaran matematika. Dengan STAD siswa dihadapkan pada masalah yang ada dilingkungan sehari-hari sehingga siswa akan lebih mudah memahami konsep matematis, siswa juga belajar dalam kelompok sehingga dapat saling bekerjasama dalam kelompok. Dengan demikian pembelajaran dengan STAD efektif digunakan agar pemahaman konsep matematis siswa menjadi lebih baik.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah :

1. Setiap siswa SMPN 8 Bandar Lampung kelas mendapat materi matematika dengan kurikulum yang sama.

(25)

D.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis Umum

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif ditinjau dari pemahaman kon-sep matematis siswa.

2. Hipotesis Kerja

(26)

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 7 kelas yaitu VII A-VII G. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive random sampling, yaitu mengambil 2 kelas yang di asuh oleh guru yang sama dan mempunyai nilai rata-rata tes matematika akhir semester ganjil tahun 2012/2013 hampir sama dengan nilai rata-rata populasi pada tes yang sama. Nilai rata-rata tes matematika akhir semester dapat di lihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Nilai Tes Matematika Akhir Semester Ganjil SMPN 8 Bandar Lampung Tahun 2012/2013

Nama Guru Kelas Nilai Rata-rata

Nurbaiti VII A 4,87

Nurbaiti VII B 4,71

Nurbaiti VII C 4,99

Hj. Rulita VII D 4,57

Hj. Rulita VII E 4,61

Nurbaiti VII F 4,16

Nurbaiti VII G 4,15

Rata-rata 4,58

(SMPN 8 Bandar Lampung: 2012)

(27)

pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD dan kelas VII-E yang berjumlah 35 siswa sebagai kelas kontrol yang pembelajaran konvensional.

B.Prosedur Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan langkah-langkah penelitian se-bagai berikut:

1. Tahap Perencana

Pada tahapan ini akan dilakukan :

a. Pengambilan data nilai matematika siswa pada tes Akhir Semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 yang digunakan sebagai nilai awal siswa. b. Penyusunan perangkat pembelajaran (RPP, LKK).

c. Pembagian siswa kedalam kelompok heterogen yang terdiri 4-5 orang berdasarkan nilai awal siswa.

d. Penyusunan instrumen tes pemahaman konsep. 2. Tahap Pelaksanaan

a. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajar- an (RPP) telah disusun.

b. Uji coba tes, dilakukan di luar sampel tetapi masih dalam populasi c. Mengumpulkan Data.

d. Analisis Data.

(28)

C. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah dengan menggunakan desain post-test only dengan kelompok pengendali tidak diacak sebagaimana yang dikemukakan Furchan (1982: 368) sebagai berikut:

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelas Perlakuan Post-test

Eksperimen X O1

Kontrol C O2

Keterangan:

X : Perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

C : Perlakuan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional O1 : Skor postest pada kelas eksperimen

O2 : Skor postest pada kelas kontrol.

D.Teknik Pengumpulan Data

Data pemahaman konsep matematis siswa berupa nilai siswa yang diperoleh melalui tes pemahaman konsep matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran yang berupa data kuantitatif. Data yang diambil diperoleh melalui tes uraian.

E.Instrumen Penelitian

(29)



Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi. untuk memper- oleh tes validitas isi, tes disusun dengan menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai kurikulum yang berlaku pada populasi, menyu- sun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih. Tes tersebut dikatakan valid jika butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur berdasarkan penilaian guru matematika kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung. Berdasarkan penilaian guru tersebut, tes yang diguna- kan dalam penelitian ini memenuhi validitas isi, hasil penelitian terlampir (Lampiran pada Tabel 3.5). Selanjutnya tes tersebut di uji cobakan di luar sampel, uji coba tes tersebut untuk mengukur tingkat reliabilitas tes, daya pembeda tes, dan tingkat kesukaran tes.

1. Reliabilitas Tes

Perhitungan reliabilitas tes ini didasarkan pada pendapat Arikunto (180: 2007) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

(30)

kan adalah 0,71. Sehingga instrumen tes pemahaman konsep matematis tersebut memiliki realibilitas yang tinggi.

2. Tingkat kesukaran

Suatu tes dikatakan baik jika tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Dengan

kata lain mempunyai tingkat kesukaran yang sedang atau cukup. Sudijono (2008:

372)mengungkapkan untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal diguna-

kan rumus berikut:

Keterangan:

TK: tingkat kesukaran suatu butir soal

JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh

IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal.

Penafsiran atas tingkat kesukaran butir tes digunakan kriteria menurut Witherington dalam Sudijono (2003: 374) sebagai berikut:

Tabel 3.3 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Tes

Besar TKi Interpretasi

< 0,25 0,25 s.d 0,75

> 0,75

Terlalu Sukar Cukup (Sedang)

Terlalu Mudah

Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran, diperoleh bahwa tarap kesukaran soal tes yang digunakan berkisar 0,37 sampai dengan 0,71. Data selengkapnya pada Tabel 3.5, sehingga soal memiliki taraf kesukaran yang sedang.

(31)

3. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat membedakan siswa yang berkemampuam tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah. Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah) Arikunto (2009: 212).

Karno To dalam Noer (2010: 23), mengungkapkan menghitung daya pembeda di tentukan dengan rumus:

DP =

Keterangan :

DP : indeks daya pembeda satu butri soal tertentu

JA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Hasil perhitungan daya pembeda di interpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam Tabel:

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

(32)

Kriteria yang digunakan dalam instrumen tes pemahaman konsep matematis ada-

lah soal memiliki daya pembeda yang baik dan sedang. Dari hasil uji coba dan perhitungan daya beda butir tes pada post-test, menunjukkan bahwa ke 6 butir tes uji coba memiliki daya beda lebih dari 0,30, data selengkapnya pada Tabel 3.5. sehingga dikatakan daya beda butir tes tergolong baik.

Dari perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 3.5 Data Uji Tes Pemahaman Konsep Matematika Siswa

Test

No.

Soal Validitas Reliabilitas

Daya

Untuk mengambil data maka semua butir tes uji coba memenuhi kriteria sebagai butir tes yang layak digunakan untuk mengambil data.

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

(33)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor rata-rata pemahaman Konsep sampel berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

1) Hipotesis Uji

H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. 2) Taraf Signifikansi

3) Statistik Uji

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut (Sudjana: 2005: 273)

∑( )

Keterangan:

X2 = harga Chi-kuadrat = frekuensi yang diamati = frekuensi yang diharapkan. 4) Keputusan uji

Terima H0 jika dengan dk = k - 3 dan taraf nyata 5%. Rangkuman uji normalitas pemahaman konsep matematika siswa dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:

Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematika Siswa

Kelas hitung2

2

tabel

Keputusan

Uji Keterangan Eksperimen 7,36 7,81 H0 diterima Normal

(34)

Berdasarkan Tabel 3.6 di atas, terlihat bahwa pada taraf signifikan nilai pulkan bahwa data pemahaman konsep matematika siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil per- hitungan uji normalitas kelompok data dapat dilihat pada Lampiran C.4 dan C.6.

2. Uji Kesamaan Dua Varians ( Homogenitas)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data skor tes pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh memiliki varians sama atau sebaliknya. Uji homogenitas varians yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji Bartlett. Uji Bartlett menurut Sudjana (2005: 261) sebagai berikut :

1) Hipotesis

(35)

4) Keputusan uji

Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika: Fhitung≥ F1/2α(n1-1, n2-1) dan tarap nyata 5

%.Perhitungan uji homogenitas terhadap data pemahaman konsep matematika siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.7. Rangkuman hasil perhitungan uji homogenitas variansi tersebut disajikan dalam Tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Pemahaman Konsep Matematika Siswa

F ,sehingga hipotesis nol diterima. Dengan demikian, dapat disim- pulkan bahwa kedua populasi mempunyai variansi yang sama.

3. Uji Hipotesis

Karena data normal dan homogen maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata dengan uji-t. Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 239) sebagai berikut :

1) Hipotesis Uji

H0 : (Pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan pem- Pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan pemahaman

(36)

vensional).

H1 : (Pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan pem- belajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada pemaham- an konsep matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional).

2) Taraf nyata : α = 5% 3) Statistik uji

Karena tetapi tidak diketahui maka

̅ ̅

Keterangan:

̅ = skor rata-rata posttest dari kelas eksperimen ̅ = skor rata-rata posttest dari kelas kontrol n1 = banyaknya subjek kelas eksperimen n2 = banyaknya subjek kelas kontrol

= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol = varians gabungan

4) Keputusan uji

(37)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa SMP Negeri 8 Bandar Lampung.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 dapat dikemukakan saran sebagai berikut.

1. Kepada guru yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD hendaknya memahami dan melaksanakan pembelajaran ini dengan pengelolaan kelas yang baik.

2. Kepada guru hendaknya lebih bisa menguasai kelas

3. Guru juga hendaknya menilai dan melakukan evaluasi aspek afektif berupa karakter dan keterampilan sosial.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.

BSNP. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2008 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Undang- Undang SISDIKNAS ( Sistem Pendidikan Nasional )UU RI No. 20 tahun 2003. Jakarta.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional: Surabaya.

Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Bandung. Herdian.2010. Kemampuan Pemahaman Matematika. Tersedia :

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman matematis/. (27 November 2011)

Juliantara, Ketut. 2009. Pembelajaran Konvensional. [on line]. Tersedia: http://www.kompasiana.com/ikpj. ( 21 Agustus 2010)

Lie, Anita. 2004. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : Grasindo.

Nasution, Arif. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Noer, Sri Hastuti. 2010.Jurnal Pendidikan MIPA.Jurusan P.MIPA. Unila.Bandar Lampung.

(39)

Tahun Pelajaran 2010/2011). Bandar Lampung : Unila.

Slavin, Robert, E. 1995. Cooperative Learning : Theory, Research, and Practice. Allyn and Bacon Publisher. Boston.

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung

Gambar

Tabel 1. Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu.
Tabel 3.1 Nilai Tes Matematika Akhir Semester Ganjil SMPN
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Tabel 3.3  Interpretasi Tingkat  Kesukaran Butir Tes
+3

Referensi

Dokumen terkait

Biomassa dalam industri produksi energi, merujuk pada bahan biologis yang hidup atau baru mati yang dapat digunakan menjadi bahan bakar atau untuk produksi

Skripsi ini berjudul “ Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Reciprocal Teaching Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika SMP Al- Islam 1

Dari hasil analisis selama periode penelitian hasil uji t yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen menunjukan

Hasil penelitian pada permasalahan hukum terhadap perkawinan poligami yang tidak dicatatkan yang dilakukan oleh pejabat Negara dihubungkan dengan Undang-Undang No.1

Alas sebuah prisma tegak segitiga berbentuk segitiga siku-siku.. Panjang sisi siku- sikunya 7 cm dan

Mengetahui inhibition of adult emergence 50% (IE50) dari ekstrak buah Mahkota Dewa ( Phaleria macrocarpa ) terhadap perkembangan larva Aedes aegypti instar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat hidayah dan petunjuk-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul “Pra

menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan