2 M K p ( 2.1 Porter Menur Model ini d Kompetisi b pendatang b (Sumber : Th
Barga
Pow
Supp
Five-Force rut Tompson digunakan un basa didomiaru, daya taw
hompson, Pe
aining
er of
pliers
T
E
LAN
es Model n, Peteraf, G ntuk menen inasi oleh k war supplier Gambar 2.1P eteraf, & StrC
R
hreat o
New
Entrants
8DASAN T
Gamble & St ntukan besar kompetisi di rs, daya tawa Porter Five-rickland III,Competitiv
Rivalry in a
Industry
f
s
S
TEORI
trickland (20 rnya tekanan antara com ar pembeli, d -Forces Mod 2012)ve
an
y
Threat
Substitu
012), Porte n kompetitif mpetitive sel dan ancaman delof
utes
Barg
Pow
Bu
er Five-Forc f dari indust llers, ancam n pengganti.gaining
wer of
uyers
ces tri. man2.1.1Bargaining Power of Customers
Bargaining power of customers, atau daya tawar pelanggan, merupakan analisa tentang kekuatan pelanggan pada suatu bisnis atau industri. Daya tawar pelanggan dibutuhkan mengetahui kemampuan pelanggan dalam mempengaruhi atau menekan suatu bisnis. Dengan begitu, kita dapat memahami tingkat sensitivitas harga dari pelanggan. Pasar dengan potensi pelanggan yang rendah cenderung memiliki kendali yang relatif lebih kuat terhadap pasar.
Semakin besar daya tawar pelanggan, semakin besar upaya atau biaya yang dibutuhkan perusahaan untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggan. Biasanya, pasar yang dibanjiri alternatif produk atau merek sejenis memiliki daya tawar pelanggan yang kuat.
Jika daya tawar pelanggan tergolong melebihi yang semestinya, perusahaan sebaiknya menerapkan upaya untuk menurunkan daya tawar. Misalnya dengan menawarkan program loyalitas kepada pelanggan.
2.1.2Bargaining Power of Suppliers
Bargaining power of suppliers, atau daya tawar pemasok merupakan analisa untuk memahami tingkat kekuatan pemasok relatif terhadap perusahaan. Berbeda daya tawar pelanggan, daya tawar pemasok menganalisa berbagai aspek terkait tingkat ketersediaan pasokan yang dibutuhkan untuk
produksi dari perusahaan. Pasokan dapat mencakup bahan baku, komponen, buruh, dan tenaga ahli yang merupakan sumber utama dari keberlangsungan operasional perusahaan.
Semakin besar daya tawar pemasok, semakin bergantung kita pada pemasok dalam upaya menjaga biaya produksi, menjaga keberlangsungan produksi, dan menjaga/meningkatkan kualitas produk atau jasa. Daya tawar pemasok dapat menjadi terlalu kuat hingga pemasok dapat menolak menyediakan barang atau memberlakukan harga yang sangat mahal untuk jenis pasokan tertentu.
2.1.3 Threat of New Entrants
Threat of new entrants, atau ancaman pemain baru, merupakan analisa yang mengkaji tingkat kekuatan pemain baru dalam mempengaruhi kompetisi bisnis. Bisnis dengan pasar yang menguntungkan menarik banyak pemain baru. Banyaknya pemain baru akan menurunkan tingkat keuntungan relatif suatu industri. Jika tidak dilakukan intervensi, tingkat keuntungan relatif dari suatu bisnis akan menurun menuju nol sampai menciptakan pasar persaingan sempurna.
Jika pemain baru dapat memulai bisnis dengan mudah dan tak perlu keluar banyak modal, maka suatu industri akan menjadi semakin ramai. Misalnya pada bidang internet dimana begitu banyak pemain baru yang bermunculan.
Semakin sulit pemain baru untuk berkembang, maka semakin menarik bisnis tersebut. Jika kita pemain baru, maka analisa ini dapat digunakan untuk memetakan strategi dalam mengembangkan bisnis agar berkembang dan menjadi semakin besar.
2.1.4 Threat of Substitutes Products
Threat of substitutes products or services, atau ancaman produk atau layanan pengganti, merupakan analisa terhadap seberapa besar ancaman yang diberikan pada produk atau layanan pengganti. Produk pengganti selalu muncul dan keberadaannya mampu membuat pelanggan beralih. Produk atau layanan pengganti merupakan faktor yang mesti dipertimbangkan dalam persaingan bisnis.
Meski suatu bisnis telah berada pada kondisi stabil dengan permintaan yang cenderung naik, potensi ancaman dari produk atau layanan pengganti tak bisa diabaikan. Ada begitu banyak kasus kegagalan dari suatu bisnis akibat tidak menyadari ancaman dari produk atau layanan pengganti. Misalnya pada wartel atau warnet. Kondisi pasar dapat berubah dengan cepat dan berpotensi menurunkan laba atau malah menghancurkan bisnis.
2.1.5 Intensity of Competitive Rivalry
Intensity of competitive rivalry, atau intensitas persaingan kompetitif, merupakan faktor penutup Porter Five Forces yang bertujuan memahami seberapa ketat persaingan bisnis. Faktor ini merupakan faktor utama yang mesti
dipertimbangkan sebelum memasuki persaingan bisnis. Suatu bisnis menarik dimasuki jika persaingan tidak ketat, akan tetapi, biasanya bisnis tersebut berumur pendek. Meskipun demikian, persaingan ketat jelas akan menyulitkan bisnis kita untuk tumbuh dan berkembang
2.2 TOWS Matrix
TOWS matrix adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk menciptakan faktor strategis perusahaan. Bagaimana peluang dan ancaman dihadapi oleh perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. TOWS matrix akan memberikan empat set dari strategi alternative bagi perusahaan.
Tabel 2.1 TOWS Matrix
Faktor Strategis Strengths (S) Weakness (W) Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO
Threats (T) Strategi ST Strategi WT (Sumber : Fred R David, 2003)
- Strategi SO ( Strength – Opportunities )
Strategi ini diformulasikan berdasarkan perilaku perusahaan, yang didesain dengan menggunakan kekuatan perusahaan untuk memperoleh kesempatan yang tercipta dari keadaan lingkungan.
- Strategi WO ( Weakness – Opportunities )
Strategi ini diformulasikan dengan menggunakan kesempatan yang disediakan oleh lingkungan agar kelemahan perusahaan dapat diminimalisir sekecil mungkin.
- Strategi ST ( Strength – Threat )
Strategi ini diformulasikan dengan menggunakan kekuatan perusahaan untuk mengatasi ancaman akibat dari lingkungan sekitar.
- Strategi WT ( Weakness – Threat )
Strategi ini diformulasikan untuk menghadapi dan mengurangi dampak dari ancaman serta mengurangi resiko kerusakan dari kelemahan.
2.3Marketing Mix (The Four P’s)
Menurut Kotler, P. dan Keller, K.L (2012), The Four P’s dari marketing mix yang dimaksud antara lain produk (product), tempat (place), promosi (promotion), dan harga (price).
2.3.1 Produk (Product )
Product(produk) adalah perpaduan barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada target market. Produk yang ditawarkan dapat berupa barang, jasa pelayanan, maupun informasi. Beberapa yang harus diperhatikan dalam product adalah kualitas, manfaat, desain, ukuran dan kemasan.
2.3.2 Tempat (Place )
Place(tempat) tidak hanyamewakili tempat dimanaproduktersebut dapatditemukandandiketahui,tetapijugameliputiaktivitasyang dilakukan perusahaan agar produk tersebut mudah didapatkan oleh sasaran
konsumennyadanselalutersediabagitargetmarket.Place meliputipemilihan lokasi,penyediaan, pengangkutan, danlogistik.Bentukdariplace mencakup physical store (toko nyata) danvirtual store (tokomaya).
2.3.3 Promosi (Promotion )
Promotion (promosi) adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan kelebihan produk serta mengajak pelanggan sasaran agar membeli produk. Kegiatan promosi berupa periklanan (advertising), events, sponsorships, dan sebagainya yang terangkum dalam IMC (Integrated Marketing Communication).
2.3.4 Harga (Price )
Price(harga) adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk memperoleh produk. Price bukan hanya mencakup harga yang tertera pada barang, tetapi juga mencakup potongan harga (discount), batasan kredit, kemudahan pembayaran, dan periode pembayaran. Price ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain pangsa pasar, persaingan, identitas produk, dan nilai (value) yang diterima oleh konsumen dari produk tersebut.
( 2 a (Sumber : K 2.4Bisnis M Menur atas 9 bagian 2.4.1 C menjad bisnis perusa lebih b yang b G Kotler & Kell
Model Kan rut Ostelwal n, sebagai be Customer Customer se di target seb model. Tanp ahaan yang a baik, maka berbeda sesu Gambar 2.2M ler, 2012) nvas lder, A. dan erikut : r Segments egments bui buah perusah pa adanya ko akan bertaha perusahaan uai dengan Marketing Mi n Pigneur, Y s ilding block haan. Konsu onsumen ya an lama. Dem harus mem kebutuhan,
ix: The Four
Y (2010), kan k adalah sek umen merupa ng memberi mi mencapai mbagi konsum kebiasaan m r P’s nvas model kelompok c akan bagian ikan profit, m kepuasan k men ke beb membeli, dan bisnis terba customer ya inti dari sua maka tidak a onsumen ya berapa segm n atribut ya agi ang atu ada ang men ang
lain. Sebuah perusahaan harus memutuskan segmen mana yang akan dilayani dan mana yang diabaikan.
Sekelompok konsumen mewakili segmen yang berbeda apabila : 1) Kebutuhan berbeda.
2) Konsumen tersebut dapat dicapai melalui jalur distribusi yang berbeda. 3) Dibutuhkan hubungan yang berbeda jenisnya.
4) Konsumen tersebut dapat menghasilkan tingkat profitabilitas yang berbeda.
5) Konsumen memiliki kemauan untuk membayar aspek yang berbeda dari sebuahpenawaran.
Ada beberapa tipe dari customer segments, antara lain : 1) Mass Market
Sebuah bisnis model yang berfokus kepada mass markets tidak memilah customer segments. Value propositions, channels, serta cutomer relationships berfokus kepada sekelompokcustomers yang memiliki kebutuhan dan problem yang kurang lebih menyerupai satu dengan yang lainnya.
2) Niche Market
Business model yang berfokus kepada niche market melayani customer segment yang spesifik dan memiliki spesialisasi tertentu. Value propositions, channels, serta customer relationships diracang sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dari niche market.
3) Segmented
Business model segmented memilah customer segments yang memiliki kebutuhan, problem, dan value propositions yang sedikit berbeda.
4) Diversified
Business model yang memiliki customer segments yang beragam melayani dua customer segments yang tidak berhubungan sama sekali, dengan kebutuhan, problem, serta value propositions yang sangat berbeda pula.
5) Multi-sided Market
Business model yang memiliki dua atau lebih customer segments yang independen. Kedua segmen ini dibutuhkan untuk dapat membuat business model ini berjalan.
2.4.2 Value Propositions
Value Propositions Building Block dideskripsikan sebagai sebuah produk dan servis yang dapat menciptakan sebuah nilai untuk customer segment yang spesifik. Value propositions seringkali menjadi sebuah alasan customer pindah dari satu produk ke produk lainnya untuk memenuhi kebutuhannya. Beberapa value propositions mungkin saja inovatif, namun sebagian besar akan sama dengan yang sudah ada di pasar hanya ditambahkan fitur dan atribut tertentu.
1) Newness
Elemen newness memenuhi sebuah kebutuhan baru yang sebelumnya belum pernah terpikirkan oleh customers karena belum ada penawaran serupa. 2) Performance
Dengan adanya peningkatan performa dari sebuah produk atau servis merupakan cara umum untuk menciptakan sebuah value.
3) Customizations
Merancang sebuah produk dan servis, agar sesuai dengan kebutuhan tertentu dari customer segments maupun cutomer individual, dapat menciptakan value.
4) Getting The Job Done
Dengan membantu customer menyelesaikan pekerjaan tertentu dapat juga menciptakan sebuah value.
5) Design
Design merupakan sebuah bagian dari value propositions yang sangat penting. Sebuah produk dapat menjadi sorotan oleh karena sebuah design yang luar biasa.
6) Brand/Status
Para customers dapat menciptakan value hanya dengan menggunakan atau memperlihatkan sebuah produk dengan brand tertentu.
7) Price
Harga menjadi sebuah elemen untuk menciptakan value. Dengan menawarkan value yang sama dengan harga yang lebih rendah dapat pula memenuhi kebutuhan customer yang mengutamakan harga.
8) Cost Reduction
Membantu customer untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan juga dapat menciptakan value.
9) Risk Reduction
Membantu customer untuk mengurangi resiko yang dihadapi juga merupakan salah satu cara untuk menciptakan sebuah value.
10) Accessibility
Memberikan akses kepada customersyang sebelumnya tidak dapat memiliki produk dan servis tertentu dapat menciptakan value.
11) Convenience/Usability
Kemudahan dalam menggunakan sebuah produk dapat menciptakan sebuah value yang penting.
2.4.3 Channels
Channels Building Block mendeskripsikan strategi perusahaan dalam berkomunikasi dengan customer segment yang ditargetkan guna menyampaikan value propositions. Channels mempunyai beberapa fungsi antara lain :
1) Meningkatkan kesadarancustomer tentang suatu perusahaan dan produknya.
2) Membantu para customer untuk mengevaluasi value propositions yang disampaikan oleh perusahaan.
3) Menyampaikan sebuah value propositions kepada customer. 4) Menyediakan after sales service setelah pembelian dilakukan.
Tabel 2.2Channel Types and Phases
Channels Types Channel Phases
Sales Force 1. Awareness Bagaimana kesadaran akan produk dan servis perusahaan dapat di tingkatkan? 2. Evaluations Bagaimana sebuah perusahaan dapat membantu pelanggan untuk mengevaluasi value propositions dari perusahaan 3. Purchase Bagaimana perusahaan dapat membantu pelanggan mendapatkan produk dan servis yang spesifik? 4. Delivery Bagaimana perusahaan menyampai kan value proposition tersebut kepada para pelanggan? 5.After sales Bagaimana perusahaan menyediak an after sales customer service? Web Sales Own Stores Partner Stores Wholeseller
(Sumber : Osterwalder & Pigneur (2010))
Untuk menemukan channel yang tepat untuk memenuhi kebutuhan customers adalah suatu hal yang sangat penting untuk menyampaikan value propositions kepada customers. Salah satu cara adalah menyeimbangkan jalur distribusi melalui channel milik sendiri ataupun partner untuk dapat menyampaikan value kepada customers serta revenue.
2.4.4Customer Relationship
Customer Relationship Building Block mendeskripsikan tipe dari sebuah hubungan yang dibangun oleh sebuah perusahaan dengan customer segment spesifik yang ditargetkan. Hubungan dapat bersifat personal sampai yang bersifat otomatis. Hubungan dengan customer dilakukan karena alasan berkut ini:
1) Customer Acquisition; mendapatkan customer baru, 2) Customer Retention; mempertahankan customer lama, 3) Boosting Sales (Upselling); meningkatkan sales.
Beberapa kategori dari customer relationship: 1) Personal Assistance
Customer dapat berkomunikasi dengan pihak customer service untuk mendapatkan bantuan saat proses belanja dan setelahnya.
2) Dedicated Personal Assistance
Seorang Customer dilayani oleh seorang personal assistant yang dikhususkan hanyan untuk melayani customer tersebut.
3) Self-service
Perusahaan menyediakan seluruh kebutuhan agarcustomer dapat melayani diri sendiri, tidak ada hubungan langsung dengan customer. 4) Automated service
Merupakan integral dari hubungan self-service. Perusahaan melayani customers melalui proses otomatis melalui mesin atau online.
5) Communities
Perusahaan menggunakan komunitas untuk berbagi pengetahuan serta menyelesaikan permasalahan satu sama lain. Komunitas dapat membantu perusahaan mengerti lebih dalam terntang customer-nya. 6) Co-Creation
Perusahaan melibatkan para customer untuk ikut serta dalam menciptakan sebuah produk baru yang inovatif.
2.4.5 Revenue Streams
Revenue Streams Building Block mendeskripsikan tentang revenue yang dihasilkan oleh perusahaan dari setiap customer segment. Selain customer, revenue streams juga merupakan inti dari sebuah business model. Revenue streams dari sebuah business model dapat dibagi menjadi dua, antara lain:
1) Revenue dari sebuah transaksi dihasilkan dari pembayaran yang dilakukan oleh customer dalam sekali proses pembayaran.
2) Revenue yang didapatkan dari pembayaran yang dilakukan secara terus-menerus utuk menyampaikan value propositions atau menyediakan after sales service setelah proses pembelian.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan revenue streams, yaitu:
1) Penjualan Aset
Menjual hak kepemilikan dari suatu produk untuk mendapatkan revenue.
2) Usage Fee
Perusahaan mendapatkan revenue sesuai dengan banyaknya atau lamanya customer menggunakan produk atau jasa perusahaan.
3) Biaya Langganan
Perusahaan mendapatkan revenue melalui biaya berlangganan atau biaya akses berkelanjutakn untuk sebuah servis perusahaan.
4) Lending/Renting/Leasing
Perusahaan mendapatkan revenue dengan menjual hak guna dari sebuah asset tertentu untuk waktu yang ditentukan.
5) Licensing
Perusahaan mendapatkan revenue dengan memberikan izin untuk menggunakan properti intelektual tertentu yang telah dilindungi dan diganti dengan biaya tertentu.
6) Brokerage Fees
Perusahaan mendapatkan revenue dengan berlaku sebagai penengah antara kedua belah pihak.
7) Advertising
Perusahaan mendapatkan revenue melalui publikasi iklan dari sebuah produk, servis, atau brand tertentu.
2.4.6 Key Resources
Key Resources Building Block mendeskripsikan semua aset yang penting dan diperlukan untuk membuat sebuah model bisnis dapat berjalan. Sumber daya ini membuat sebuah perusahaan dapat menciptakan dan menawarkan
sebuah value propositions, mencapai pasar, menjaga hubungan dengan customer, dan mendapatkan revenue.
Key resources dapat berupa sesuatu yang berbentuk, antara lain: 1) Fisik, seperti bangunan toko.
2) Finansial, seperti pinjaman dana bank atau kas. 3) Intelektual, seperti brand, copyright, hak paten. 4) Manusia, seperti tenaga sales.
2.4.7 Key Activities
Key Activities Building block mendeskripsikan segala sesuatu yang terutama dan harus dilakukan oleh suatu perusahaan untuk membuat bisnis model berjalan. Seperti key resources, perusahaan diperlukan untuk menciptakan dan menawarkan value propositions, produk sampai ke pasaran, menjaga hubungan dengan customer, dan mendapatkan revenue. Key activities dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, antara lain:
1) Kegiatan produksi,
2) Penyelesaian masalah setiap individual customer,
3) Platform atau network; platform atau jaringan yang digunakan dalam model bisnis ini.
2.4.8 Key Partnership
Key Partnerships Building Block mendeskripsikan tentang para supplier dan partners yang membuat model bisnis ini dapat tetap berjalan. Ada 4 macam
partnerships yang dapat berjalan antara lain aliansi strategis diantara non-kompetitor, competition strategic partnership antar non-kompetitor, joint ventures untuk membangun sebuah bisnis baru, dan hubungan buyer-supplier untuk memastikan supply yang terus ada.
Ada tiga macam motivasi untuk partnerships, antara lain: 1) Optimization and economy of scale
Tipe partnership ini ditujukan untuk mereduksi biaya dan seringkali dilakukan outsourcing atau berbagi infrastruktur.
2) Reduction of risk and uncentainty
Tipe partnership ini dilakukan untuk mengurangi resiko dalam lingkungan yang kompetitif.
3) Acquisition of particular resources and activities
Tipe partnership ini seringkali dilakukan dengan mengakuisisi perusahaan lain demi mendapatkan pengetahuan, lisensi, dan akses kepada customer perusahaan yang diakuisisi.
2.4.9 Cost Structure
Cost Structure Building Block mendeskripsikan semua biaya operasional dari sebuah model bisnis. Biaya dapat dengan mudah dihitung setelah
menentukan key resources, key activities, dan key partnerships. Cost Structure dapat dipilih antara dua kelas model bisnis:
1) Cost-Driven
Business model cost-driven berfokus untuk mengurangi biaya semaksimal mungkin. Pendekatan ini dilakukan untuk mendapatkan cost structure yang paling lean.
2) Value-Driven
Business model value-driven lebih fokus kepada value creation. Value propositions yang premium dan servis yang dirancang sedemikian rupa untuk kebutuhan personal menjadi salah satu ciri khas dari business model value-driven.
Cost Structure memiliki beberapa karakteristik, antara lain: 1) Fixed Costs
Biaya yang tidak dipengaruhi oleh banyaknya produk atau servis yang di produksi.
2) Variable Cost
Biaya yang dipengaruhi secara proposional bergantung pada banyaknya produk atau servis yang diproduksi.
3) Economies of Scale
Sebuah keuntungan biaya yang ada pada sebuah bisnis oleh karena volume pembelian.
4) Economies of Scope
Sebuah keuntungan biaya yang didapatkan oleh karena kegiatan operasional yang lebih luas melalui jalur distribusi, kegiatan marketing yang mendukung beberapa produk.
2.5 Teori Finansial
2.5.1 Income Statement
Pengertian incomestatementdalam buku “Financial Management: Principles and Applications”, (Titman, Keown, & Martin, 2007), adalah mengukur besarnya keuntunganyangdihasilkan oleh sebuah perusahaan dalam jangkawaktuperiode tertentu. Rumus untukincomestatementadalah:
Sales –Expenses = Profits
Gambar 2.3 Income Statement (Sumber:Kimmel, Weygandt, & Kieso, 2007)
Laporan income statement erat kaitannya dengan lima aktivitas finansial yang menggerakkan profit sebuah perusahaan, yaitu meliputi:
1. Revenue adalah uang hasil penjualan dari produk atau jasa yang ditawarkan oleh sebuh perusahaan.
2. Cost of Goods Sold (COGS) merupakan biaya pengeluaran untuk sebuah produk atau jasa yang akan dijual.
3. Operating expenses adalah pengeluaran yang berkaitan dengan berbagai tindakan operasional meliputi pemasaran, distribusi maupun administrasi produk atau jasa yang akan dijual.
4. Financial cost adalah pengeluaran yang berkaitan dengan pembayaran bunga (interest) kepada kreditor dan pembayaran dividen kepada pada pemegang saham (stockholders).
5. Tax expenses adalah pengeluaran yang berkaitan dengan pajak berdasarkan penghasilan yang dihasilkan perusahaan.
2.5.2 Balance Sheet
Pengerti balance sheet dalam buku “Financial Management: Principles and Applications”, (Titman, Keown, & Martin, 2007), adalah laporan finansial keadaan atau posisi finansial sebuah perusahaan pada waktu yang sangat spesifik yaitu pada sebuah tanggal, memperlihatkan keadaan asset, liabilities, dan own-supplied capital. Rumus untuk balance sheet adalah:
Gambar 2.4 Balance Sheet (Sumber:Kimmel,Weygandt,Jerry&Kieso,2007)
Dalam balance sheet, aset sebuah perusahaan dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Current Asset
Menurut definisi dari buku “Financial Accounting; Tools for Business Decision Making”(Kimmel, Weygandt, & Kieso, 2007), current asset merupakan aset sebuah perusahaan yang diekspektasikan dirubah menjadi cash atau terpakai dalam kurun periode satu tahun. Current asset meliputi cash, account receivable, inventory, dan prepaid expenses.
2. Fixed Asset
Fixed asset meliputi mesin dan peralatan, bangunan, serta properti.
3. Other Asset
Aset lainnya merupakan semua asset yang tidak tergolongkan dalam current asset maupun fixed asset, contohnya seperti intangible asset berupa hak patent, copyrights atau goodwill.
2.5.3 Financial Forcasting
Financial forecasting atau perencanaan finansial menurut buku “Financial Management: Principles and Applications”, (Titman, Keown, & Martin, 2007), digunakan untuk menentukan kebutuhan finansial sebuah perusahaan untuk masa yang akan datang. Perencanaan secara benar berarti menyiapkan segala sesuatu serta bentuk antisipasi untuk siap menghadapi berbagai keadaan. Terdapat tiga langkah dasar untuk membuat sebuah perencanaan finansial, yaitu:
1. Proyeksikan sales revenue dan pengeluaran perusahaan dalam jangka periode yang direncanakan.
2. Estimasi level investasi dalam current asset dan fixed asset yang dibutuhkan untuk mendukung proyeksi penjualan.
3. Determinasikan kebutuhan finansial perusahaan dalam periode proses perencanaan.
Metode Percent of Sales of Financial Forecasting merupakan metode yang umum digunakan untuk membuat sebuah proyeksi finansial. Metode tersebut melibatkan tingkat pengeluaran, aset, atau liability untuk masa
period yang d curren tahun. 2.5.4 M incom analisa U jual s dinyat EBIT (Sales 2.5.5 N proyek Projec projec Weyga de kedepan digunakan d nt sales atau Break-Eve Model Brea e statement a sebagai ber Sales – (T Untuk dasar setiap unit takan sebaga menjadi nol s Price per U Net Presen NPV adalah ksi penghasi ct dapat dite ct harus dito andt, Kieso) sebagai das dapat diambi u dari perhi ent Point ak-Event Po t sebuah p rikut: Total Variabl r produksi, dan output ai EBIT. BE . Rumusnya Unit)(Unit Sa + (Total F nt Value h selisih anta ilan yang di erima jika N olak jika NP . ar persentas l dari lapora itungan rata-oint (BEP) perusahaan le Cost + To merupakan t variable c EP dapat di adalah seba ales) - (Var Fixed Cost) =
ara nilai inv iharapkan di NPV dari su PV dari proje si dari peren an finansial -rata dalam merupakan yang dieks otal Fixed C keharusan u cost per un ikalkulasi de agai berikut: riable Cost p = EBIT = $0 vestasi dima i masa yang uatu project ect tersebut ncanaan sal terbaru seba jangka per adaptasi s spresikan d Cost) = Profit untuk meng nit. “Profit” engan meny per Unit)(Un 0 asa sekarang g akan datan bernilai pos bernilai neg les. Persenta agai persenta riode bebera sederhana d dengan form t genalkan har ” dalam BE yatakan bahw nit Sold) g dengan ni ng. Investme sitif dan sua gatif.(Kimm ase asi apa ari mat rga EP wa ilai ent atu mel,
R 2.5.6F F suatu p produk modal disebu sebeba untuk sumbe 2.5.7 A dikaitk proyek rata te Rumusan da Free Cash Free cash f perusahaan d ksi, tagihan, (capital exp ut Arus Kas asnya mengg mengemban er dana lainn Discount R Adalah tingk kan dengan k sektor swa ertimbang p ari NPV dijab Flow flow adalah di akhir suat , cicilan hu penditure) u Bebas. Mes gunakan uan ngkan usaha nya. Rate kat bunga d suatu proye asta tingkat d pada perusah barkan seper Gambar 2.5 sisa perhitu tu periode ke utang beriku ntuk pengem ski dinaman ng ini karena a, kalau tida dimana aliran ek investasi diskonto ser haan, di ma rti berikut in 5 Rumus NPV ungan arus euangan sete ut bunganya, mbangan usa nkan bebas t a uang sisa i ak mengam n uang masu yang diken ring didasark ana beban b ni: V kas yang d elah memba , pajak, dan aha. Sisa uan tapi manajem nilah yang b mbil dana da
uk dan alira nakan pemot kan atas biay
bunga dari
dihasilkan ol ayar gaji, bia n juga belan ng inilah ya men tidak bi bisa digunak ari hutang d an uang kelu tongan. Unt ya modal rat setiap bent leh aya nja ang isa kan dan uar tuk ta-tuk
pembiayaan (pinjaman jangka panjang, overdraft, kekayaan perusahaan, dan sebagainya) dihitung secara tertimbang menurut proporsi dari tiap-tiap bentuk pembiayaan perusahaan.
2.5.8 Internal Rate of Return
Internal rate of return adalah discount rate yang menyamakan nilai sekarang ( present value) dari arus kas masuk dan nilai investasi suatu usaha, dengan kata lain IRR adalah discount rate yang menghasilkan NPV = 0 . Jika biaya modal suatu usaha lebih besar dari IRR, maka NPV menjadi negatif, sehingga usaha tsb tidak layak untuk diambil. Jadi, semakin tinggi IRR dibandingkan dengan biaya modalnya ( WACC ), semakin baik usaha tersebut untuk dipilih. Sebaliknya, jika IRR lebih kecil daripada biaya modalnya, proyek tersebut tidak akan diambil. Jadi biaya modal maksimum yang dapat ditanggung suatu usaha adalah sebesar IRR.
Adapun cara menghitung IRR secara manual adalah sebagai berikut :
a. Ambil discount rate (r1) yang memberikan NPV Positif (NPV1) dan ambil discount rate lainnya (r2) yang lebih besar dari pada r1, sehingga menghasilkan NPV negatif (NPV2)
b. Gunakan metode linear interpolation untuk menghitung IRR sebagai berikut IRR = r1 + ( r2 – r1) x NPV1 NPV1+ NPV2
2.5.9 Payback Period
Ukuran kelayakan usaha lainnya yang banyak digunakan oleh investor adalah payback periode yaitu jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi yang telah dikeluarkan dengan total nilai sekarang arus kas yang akan dihasilkan. Semakin cepat investasi tersebut dapat dikembalikan, semakin baik usaha tersebut untuk dipilih.
Discounted payback period
Merupakan penyempurnaan dari payback period dimana metode ini memperhitungkan jangka waktu yang diperlukan sampai semua perkiraan arus kas yang akan diperoleh, dengan menghitung time value of money, sehingga dapat menutupi arus kas keluarnya.
Kelemahan dari metode ini adalah tidak memperhitungkan besarnya arus kas yang masuk setelah payback period. Hal ini karena yang menjadi pusat perhatian pada payback period hanya seberapa cepat modal akan kembali dari cashflow yang susah di-discounted dengan biaya modalnya. Hal ini dapat menjadi dilemma jika membandingkan beberapa proyek. Namun karena yang diukur adalah jangka waktu pengembalian modal yang dikeluarkan untuk investasi maka meode payback period dapat menjadi indicator resiko dan likuiditas suatu proyek.
Non discounted payback period
pengembalian dana yang Telah diinvestasikan dalam suatu proyek bisnis. Ini merupakan metode yang paling sederhana dan mudah.
Pengukuran Payback period memperhatikan likuiditas perusahaan. Semakin pendek periode investasi maka akan semakin kecil pula resiko ketidakpastiaan yang akan ditimbulkan. Sehingga semakin pendek jangka waktu pengembalian investasi maka semakin layak proyek tersebut.
Kelemahan metode payback period
a. Tidak memperhitungkan time value of money
b. Metode ini tidak bisa mengukur profitabilitas dari suatu proyek karena tidakmemasukan arus kas yang diterima setelah payback period tercapai. Jadi bisa dikatakan metode ini hanya menilai kelayakan proyek sampai dengan titik impas. Arus kas masuk dan keluar sama.
c. Metode payback period tidak bisa memberikan gambaran terhadap meningkatkan nilai perusahaan atau investasi tsb.
Dengan metode payback period maka tidak bisa memberikan gambaran terhadap investasi yang telah dilakukan dapat meningkatkan nilai perusahaan atau tidak.
2.5.10 Return of Interest
ROI (Return On Investment) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan dapat mengukur kemampuan perusahaan
dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor :
a. Tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi
b. Profit Margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih. Profit Margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya.
Kelebihan ROI antara lain:
1. Selain ROI berguna sebagai alat control juga berguna untuk keperluan perencanaan. ROI dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan apabila perusahaan akan melakukan ekspansi.
2. ROI dipergunakan sebagai alat ukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menerapkan sistem biaya produksi yang baik, maka modal dan biaya dapat dialokasikan ke dalam produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga dapat dihitung masing-masing.
3. Kegunaan ROI yang paling prinsip adalah berkaitan dengan efisiensi penggunaan modal, efisiensi produk dan efisiensi penjualan. Hal ini dapat dicapai apabila perusahaan telah melaksanakan praktik akutansi
secara benar dalam artian mematuhi sistem dan prinsip-prinsip akutansi yang ada.
kelemahan ROI antara lain:
1. Mengingat praktek akutansi dalam perusahaan seringkali berbeda maka kelemahan prinsip yang dihadapi adalah kesulitan dalam membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain.
2. Dengan menggunakan analisa rate of return atau return on investment saja tidak dapat dipakai untuk membandingkan dua perusahaan atau lebih dengan memperoleh hasil yang memuaskan.
2.6 Value Chain
Value Chain adalah kumpulan aktivitas atau kegiatan dalam sebuah perusahaan yang dilakukan untuk mendesain, memproduksi, memasarkan, mengirimkan dan support produk.Value chain terdiri dari sekumpulan aktivitas utama dan pendukung. Dalam rantai nilai yang umum, aktivitas pendukung terdiri dari infrastruktur perusahaan, pengelolaan sumber daya manusia, pengembangan teknologi dan usaha memperolehnya. Sedangkan dalam aktivitas utama terdiri dari logistik masuk, operasi, logistik keluar, pemasaran dan penjualan serta pelayanan. (Porter, 1998)
2.6.1 Aktivitas Utama
• Input, adalah aktivitas atau kegiatan yang dihubungkan dengan penerimaan, penyimpanan dan penyebaran input/bahan baku, seperti penanganan bahan baku, pergudangan, kontrol inventory, jadwal kendaraan dan pengembalian kepada supplier.
• Operasional (Operations), adalah kegiatan yang dihubungkan dengan mengubah input atau bahan baku menjadi bentuk produk akhir, seperti permesinan, pengemasan, perakitan, perawatan perlengkapan, testing, pencetakan dan yang lainnya yang berkaitan dengan prose operasi atau produksi.
• Output, adalah kegiatan yang diasosiasikan dengan pengumpulan, penyimpanan dan distribusi produk ke pembeli , seperti pergudangan produk jadi, penanganan material, operasi pengiriman, proses pemesanan dan penjadwalan.
• Pemasaran dan penjualan (Marketing and Sales), adalah kegiatan dalam membujuk atau menarik pembeli untuk membeli, seperti pengiklanan, promosi, tenaga penjual, quota dan harga.
• Pelayanan (Service), adalah kegiatan yang diasosiasikan dengan penyediaan layanan untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai produk, seperi instalasi, perbaikan, pelatihan dan penambahan produk.
2.6.2 Aktivitas Pendukung
Secara umum, aktivitas pendukung dalam rantai nilai terbagi dalam 4 kategori kegiatan:
• Procurement, mengacu pada fungsi pembelian seperti pembelian bahan mentah, persedian dan jenis jenis barang lainnya yang dapat dijadikan aset seperti mesin-mesin, perlengkapan laboratorium, kantor dan bangunan.
• Technology Development, terdiri dari berbagai kegiatan yang dapat dikelompokkan ke dalam usaha untuk meningkatkan produk dan proses. Pengembangan teknologi sangat penting untuk keunggulan kompetitif dalam semua industri.
• Human Resource Management, pengelolaan sumberdaya manusia meliputi kegiatan rekrutmen, pelatihan, pengembangan SDM.
• Firm Infrastructure , aktivitas infrastruktur perusahaan terdiri dari sejumlah aktivitas termasuk pengelolaan umum, perencanaan, keuangan, accounting dan manajemen kualitas.