• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berkhas Kliping Juli 2008 Institusi-Juli 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Berkhas Kliping Juli 2008 Institusi-Juli 2008"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

VOLUME VI JULI 2008

(2)

Berkhas merupakan salah satu media Akatiga yang menyajikan kumpulan berita dari berbagai macam surat kabar, majalah, serta sumber berita lainnya. Jika pada awal penerbitannya kliping yang ditampilkan di Berkhas dilakukan secara konvensional, maka saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-download berita dari situs-situs suratkabar, majalah, serta situs-situs berita lainnya.

Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.

(3)

Daftar Isi

Pemekaran Boroskan Uang Otsus Papua --- 1

RUU Otsus Papua Jadi UU --- 3

Antisipasi Kemiskinan dengan Peta --- 4

Pengesahan Perpu Papua Barat Dorong Revisi UU No 21/2001 --- 5

Parameter Kemiskinan Perlu Diharmonisasi --- 6

10 Pilkada di Jabar Dipercepat --- 7

KPU Harus Lebih Ketat Seleksi Parpol --- 8

Kalla Yakin Ada yang Bermain dalam Gelap di Pilkada --- 10

Pilkada Bali Dijaga Ketat --- 11

Pembagian BLT Belum Optimal --- 13

Sejumlah Parpol Optimistis Menangi Pilkada Jatim --- 15

Anomi Parpol --- 16

BLT Tahap II Mulai Disalurkan --- 17

Parpol,Berbenahlah! --- 18

Adu Program Tiga Cagub Bali --- 20

Kampanye Pilgub Jatim Dimulai --- 23

Hari Ini Pilkada Bali Digelar--- 24

Kekalahan Pilkada Bukan Kekalahan Parpol --- 26

Pembagian BLT di Bandung Barat pada 14-21 Juli --- 27

Lokasi Kampanye Pilgub dan Pilkada Bupati Dipisah--- 28

MK: Aturan Peralihan UU Pemilu Tidak Adil --- 29

Ancaman Golput Tinggi --- 30

Calon Janjikan Kampanye Santun--- 32

Menolak Politik Uang --- 33

Seluruh Banyuwangi Terancam Golput --- 34

Tentara di Pilkada --- 35

Bang Yos Berjanji Perjuangkan Otonomi Daerah --- 37

Diusulkan, UU tentang Kejahatan Pemilu --- 39

Baru 973 Perda Bermasalah yang Dibatalkan --- 40

Nasib Golkar dalam Pilkada --- 41

Bila Kandidat yang Diusung Gagal, Tak Akan Dicalonkan --- 43

Atribut Kampanye Mulai Dibersihkan --- 45

(4)

Kampanye Dua Babak --- 47

Politik Uang dan Demokrasi Kita --- 50

Politik Uang di Pilkada --- 52

Undang-Undang Pemilu Belum Mengakomodasi Pluralitas --- 53

Peraturan KPU Rendahkan UU Pers --- 54

(De)Legitimasi Pemilu --- 55

Kampanye Bakal Terhambat --- 57

Memilih Parpol --- 58

Golput Pun Kembali Memenangi Pilkada --- 60

Pemprov Sumut Minta Menkeu Koordinasi dengan Mendagri --- 63

Dana Kampanye Harus Transparan --- 64

Gubernur Kalteng Larang Perda yang Hambat Investor --- 65

(5)

Suara Pembaruan Selasa, 01 Juli 2008

Pe m e k a r a n Bor osk a n Ua n g Ot su s Pa p u a

[JAYAPURA] Munculnya kabupaten pemekaran baru di Papua akan menimbulkan banyaknya uang yang dibuang. Keenam kabupaten yang baru dimekarkan, yakni Dogiyai, Lani Jaya, Puncak, Nduga,Yalimo dan Mamberamo Tengah, menjadikan Papua memiliki 26 kabupaten dan satu kota.

"Akan banyak lagi uang dana otonomi khusus (otsus) yang dibuang untuk membangun kantor-kantor pemerintahan dan berapa puluh kepala dinas, berapa puluh kepala bagian baru. Ini pemborosan saja," kata pengamat dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk Papua, Muridan S Widjojo, di Jayapura, baru-baru ini.

"Uang otsus berapa puluh triliun yang katanya peruntukannya untuk kesejahteraan rakyat, berapa puluh lagi yang dihabiskan untuk belanja operasional pejabat untuk membangun gedung baru dan segala macam. Selain itu, berapa lagi pendatang yang didatangkan untuk menjadi pegawai negeri, yang semuanya tidak mungkin diisi oleh orang Papua," ujarnya.

Dengan adanya kabupaten baru, tambahnya, kegiatan semuanya nanti akan konsumtif dan akan lebih banyak diisi pendatang. Coba lihat di sekitar bupati, pendatang semua. Kalau dilihat di sini pun hampir semua pendatang. Mulai dari menawarkan barang, menawarkan jasa dan apa yang bisa ditawarkan. Ini hanya gali lubang saja, untuk persoalan yang lebih besar di Papua.

Soal alasan pemekaran untuk memperpendek rentang kendali antara pusat dan daerah, sebetulnya hanya untuk memperluas medan korupsi. Secara logika, semakin banyak aparat, akan semakin banyak korupsi. "Kemampuan kontrol kita kepada Papua itu seberapa banyak pada praktiknya," katanya.

Tuntutan

Dikatakan, saat ini yang dituntut orang Papua sederhana. Pertama, pemberdayaan orang Papua dengan membuat orang Papua tidak lagi marginal dan tidak lagi terdiskriminasi. Kedua, paradigma baru pembangunan Papua dengan menetapkan empat public service seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan ekonomi kerakyatan.

Dengan meningkatkan keberadaan negara di kampung-kampung. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak diwakili oleh pos tentara, tetapi oleh kehadiran puskesmas pembantu dan sekolah dasar yang bagus, ungkapnya.

Ketiga, rekonsiliasi masalah hak asasi manusia (HAM), karena sampai kapan pun, orang Papua tetap akan berteriak soal HAM. Keempat, mau tidak mau harus dialog dan hal ini tidak bisa ditawar. Semuanya itu bila tanpa pemekaran pun, bisa dilakukan.

Dengan pemekaran, semua energi terkuras habis untuk hal-hal yang sebenarnya tidak perlu sama sekali, katanya.

"Kalau jadi bupati saya tinggal di Swisbell Hotel Jayapura selama berbulan-bulan dan di Jakarta nginap di Hotel Sultan juga selama berbulan-bulan. Sehingga apa artinya pemekaran untuk orang Papua," tanyanya.

(6)

Suara Pembaruan Selasa, 01 Juli 2008

(7)

Suara Pembaruan Selasa, 01 Juli 2008

RUU Ot su s Pa p u a Ja d i UU

[JAKARTA] Setelah melalui pembahasan yang cukup panjang, fraksi-fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akhirnya menyetujui RUU tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-undang (UU) 1/2008 tentang Perubahan atas UU 21/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua disahkan menjadi UU.

Persetujuan itu disampaikan sepuluh fraksi melalui pendapat akhir dalam rapat kerja Komisi II dengan Menteri Dalam Negeri Mardiyanto dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Andi Matalatta di Jakarta, Senin (30/6).

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) berpendapat Perppu 1/2008 tentang Perubahan atas UU 21/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua akan menjadi payung hukum yang sangat bersejarah bagi rakyat Papua. Pengesahan Perppu itu akan lebih mendekatkan pelayanan kepada publik, mengejar ketertinggalan, dan menegakkan keadilan hukum bagi rakyat Papua, yang selama ini hak-hak mereka banyak terabaikan.

"Kami menyambut baik pengesahan Perppu ini menjadi UU. Dengan pengesahan itu, diharapkan hak-hak rakyat Papua dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik akan semakin bisa ditegakkan," kata juru bicara FPDI-P, Suparlan.

Fraksi Partai Golkar (FPG) menyatakan pemberian otonomi khusus (otsus) melalui Perppu 1/2008 adalah suatu keharusan. Perppu itu semakin memberi jaminan bagi terwujudnya kesejahteraan rakyat Papua dalam semua aspek.

"Dengan pengesahan Perppu ini, akan semakin menjamin kesejahteraan rakyat Papua serta menjaga hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dalam bingkai negara kesatuan RI," kata Andi Wahab, juru bicara FPG.

(8)

Kompas Rabu, 02 Juli 2008

An t isip a si Ke m isk in a n d e nga n Pe t a

Ace h La nj ut k a n Pr ogr a m Ge ospa sia l

Rabu, 2 Juli 2008 | 00:13 WIB

Jakarta, Kompas - Perencanaan pembangunan dan tata ruang wilayah perkotaan perlu peta tematik skala besar 1:10.000 hingga 1:5000 mengenai jaringan infrastruktur utilitas dan sanitasi. Dengan data ini dapat dicegah munculnya kawasan permukiman kumuh.

Menurut Kepala Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) Rudolf W Matindas di Jakarta, Selasa (1/7), kota di Indonesia dapat mencontoh Paris, yang memiliki peta perencanaan pembangunan jaringan utilitas dan sanitasi. Akibatnya, semua akses layanan kebutuhan dasar warganya, seperti air minum, listrik, dan telepon, terjamin.

Dia mengingatkan, pemerintah kota di Indonesia dan Jakarta harus mengantisipasi terjadinya ledakan kemiskinan dan kasus penyakit akibat ketiadaan perencanaan pembangunan sarana sanitasi yang memadai.

Menurut Matindas, harus ada prioritas pembuatan peta skala besar minimal 1:10.000 untuk perencanaan pembangunan perkotaan berpenduduk di atas satu juta. ”Dengan penataan ruang yang benar dapat dicegah terbentuknya daerah kumuh yang memicu ledakan kemiskinan dan kasus penyakit,” ujar dia.

Pemetaan ini secara tidak langsung dapat mendukung pencapaian target Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs) untuk menekan kemiskinan dan angka kesakitan dan kematian yang terjadi akibat ketiadaan akses air bersih dan sanitasi.

Kepala Satuan Tugas Geospasial Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh (BRR)-Bakosurtanal Mulyanto Darmawan menjelaskan, saat ini Kota Banda Aceh telah memiliki peta dasar topografi skala 1:2.000 jauh lebih besar dari yang diharapkan.

Peta kawasan pesisir yang dipetakan pasca-tsunami yaitu Lhokseumawe dan Lhokkruet— berskala 1:10.000, sedangkan wilayah tengah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menggunakan peta skala kecil 1:50.000 keluaran Bakosurtanal tahun 1978.

Program lanjutan

Kini, Matindas menyerahkan hasil pemetaan digital wilayah NAD pasca-tsunami kepada Gubernur NAD Irwandi Yusuf di Banda Aceh, Senin (30/6). Peta tersebut merupakan hasil tiga tahun oleh Satgas BRR-Bakosurtanal. Masa kerjanya berakhir Juni ini.

Irwandi menegaskan, pihaknya akan melanjutkan program pemetaan geospasial berskala besar untuk wilayah tengah NAD lewat Badan Normalisasi Aceh (BNA) yang akan dibentuk. Hingga tahun 2012 akan dialokasikan dana 6,8 triliun untuk BNA.

Pembangunan di NAD, lanjut Irwandi, akan diprioritaskan pada pembukaan kawasan pertanian dan perkebunan untuk meningkatkan perekonomian dan membuka lapangan kerja.

(9)

Kompas Rabu,02 Juli 2008

Ot on om i Kh u su s

Pe n g e sa h a n Pe r p u Pa p u a Ba r a t D or on g Re v isi UU

N o 2 1 / 2 0 0 1

Rabu, 2 Juli 2008 | 00:02 WIB

Jakarta, Kompas - Rapat Paripurna DPR, Selasa (1/7), sepakat mengesahkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 mengenai Perubahan atas Undang-Undang No 21/2001 mengenai Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua menjadi undang- undang. Persetujuan atas perpu tersebut memastikan pemberlakuan ketentuan otonomi khusus bagi Provinsi Papua Barat.

Perubahan substantif dalam Perpu No 1/2008 tersebut adalah adanya klausul bahwa Provinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang kemudian menjadi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, yang diberi otonomi khusus dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menteri Dalam Negeri Mardiyanto yang mewakili pemerintah menyebutkan, dengan disetujuinya perpu menjadi undang-undang, ada kepastian hukum mengenai eksistensi Provinsi Papua Barat. Diharapkan ke depan ada harmonisasi antara penyelenggaraan pemerintahan di Provinsi Papua dan Papua Barat.

Namun, sekalipun semua 10 fraksi sepakat dengan penetapan menjadi undang-undang, belum sepenuhnya masalah tuntas. Sejumlah fraksi, seperti Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, dan Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi, menginginkan perubahan UU No 21/2001.

(10)

Seputar I ndonesia Kamis, 03 Juli 2008

Pa r a m e t e r Ke m isk in a n Pe r lu D ih a r m on isa si

Thursday, 03 July 2008

JAKARTA(SINDO) – Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta menyebutkan perlunya harmonisasi parameter dalam mengukur angka kemiskinan.

Hal itu untuk mengantisipasi kemungkinan perdebatan tentang penurunan angka kemiskinan 2,21 juta yang diumumkan Badan Pusat Statistik (1/7/2008). ”Terkait penurunan angka kemiskinan ini kita akan rapat dengan Badan Pusat Statistik (BPS). Tentunya, analisis parameter-parameter perlu diharmonisasi dulu. Saya dalam waktu dekat akan mengundang BPS,” ujar Paskah usai Rapat Pimpinan Bappenas di Gedung Bappenas Jakarta kemarin.

Paskah menjelaskan perlunya harmonisasi ukuran yang mengacu pada peranan sektor informal yang banyak menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.Dengan begitu, sektor ini telah berperan signifikan memangkas angka kemiskinan. Menurut Paskah, sektor informal patut diperhitungkan dalam konteks pengukuran angka kemiskinan. Sebab lazimnya dalam negara berkembang,peran sektor informal sangat dominan dibandingkan sektor formal.

Dalam hitungan Bappenas, penyerapan angkatan kerja sektor informal menggunakan asumsi setiap pertumbuhan ekonomi 1% mencapai 350–400 tenaga kerja. Kendati begitu, kata dia, pihaknya tidak akan melakukan intervensi terkait upaya harmonisasi tersebut.Pasalnya BPS merupakan lembaga negara yang bekerja melakukan pengukuran kemiskinan dan indikator ekonomi lain secara independen.

”Saya tidak akan mengintervensi angka kemiskinan itu,”katanya. Direktur Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Negara PPN/Bappenas Endah Murniningtyas mengatakan, penurunanangkakemiskinan BPS yang dinyatakan turun 2,21 juta jiwa telah didasarkan pada ukuran pengeluaran, baik dalam bentuk makanan maupun nonmakanan. Karena itu, angka ini sulit untuk dinilai politis.

”Tetapi pada intinya, survei nasional tentang kemiskinan ini kan dilakukan dua kali dalam satu tahun, Maret dan Agustus. Kita lihat saja nanti pada bulan Agustus,”katanya. Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Erani Yustika menilai, penurunan angka kemiskinan per Maret 2008 belum didasarkan pada dampak kenaikan harga BBM bersubsidi akhir Mei lalu.

(11)

Suara Pembaruan Jumat, 04 Juli 2008

1 0 Pilk a da di Ja ba r D ipe r ce pa t

[BANDUNG] Sebanyak 10 kabupaten dan kota di Jawa Barat (Jabar) harus mempercepat proses pemilihan kepala daerah (pilkada) sebelum memasuki tahun 2009. Percepatan pilkada itu dilakukan untuk Kabupaten Cirebon, Majalengka, Subang, Kuningan, Garut, Ciamis, Bogor, Kota Bogor, Bandung, dan Banjar.

"Ini dilakukan agar agenda nasional, Pemilu Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, serta pemilu presiden tahun 2009 tidak terganggu. Kita berkonsentrasi ke momentum besar nasional, maka pilkada yang tersisa di tahun 2009 kita tarik ke tahun 2008," kata Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan, di Bandung, Kamis (3/7).

Perintah mempercepat pilkada itu datang dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri). Itu dilakukan lewat Surat Mendagri No 270/516/OTDA perihal Perubahan Jadwal Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dan Surat Mendagri No 188.2/1189/SJ Tanggal 7 Mei 2008 perihal Tindak Lanjut UU No 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, katanya.

(12)

Suara Pembaruan Jumat, 04 Juli 2008

KPU H a r u s Le b ih Ke t a t Se le k si Pa r p ol

[JAKARTA] Penyederhanaan partai politik (parpol) untuk berlaga pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2009 dipastikan tidak bisa terjadi. Namun, Komisi Pemilihan Umum (KPU) seharusnya bisa lebih ketat dalam menyeleksi partai politik (parpol) untuk lolos sebagai peserta pemilu.

Pandangan itu disampaikan peneliti senior Pusat Reformasi Pemilu (Cetro), Partono, saat dihubungi SP di Jakarta, Jumat (4/7). Menurut dia, prediksi meningkatnya jumlah partai politik akan menjadi kenyataan. KPU pun tidak bisa membatasi jumlah parpol sepanjang memenuhi syarat verifikasi faktual.

Hanya saja, KPU harus lebih ketat dalam melaksanakan perintah undang-undang dan menaati peraturan yang dibuat untuk menyeleksi parpol. KPU juga perlu mendisiplinkan anggota KPU di tingkat daerah agar tidak "bermain mata" dengan parpol.

Partono memaparkan, penyederhanaan partai pada 2009 itu mustahil terjadi. Namun, dengan diberlakukannya ambang batas parlemen (parliamentary threshold/PT) sebesar 2,5 persen tahun ini, yang berarti partai yang memiliki suara sah kurang dari 2,5 persen tidak berhak memasukkan kadernya ke DPR, otomatis akan menyaring partai untuk berlaga di 2014.

"Partai yang tidak memenuhi ketentuan PT tersebut berarti tidak mendapat kursi di legislatif. Jadi, mereka sudah mengeluarkan uang banyak untuk membuat jaringan ke daerah, namun tidak memiliki jabatan. Buat apa? Oleh karena itu, partai yang tidak masuk ke parlemen otomatis memilih untuk bergabung saja," katanya.

Ia juga mengingatkan anggota KPU di daerah untuk berpedoman pada undang-undang dan peraturan KPU pada tahapan verifikasi faktual tersebut. Menurutnya, sudah menjadi rahasia umum pada 2004, partai mudah lolos dalam verifikasi faktual karena ada politik uang antara parpol dengan KPU.

Anggota KPU, Andi Nurpati, tidak menampik bahwa jumlah parpol yang bakal bertarung pada Pemilu 2009 jauh lebih banyak dibanding 2004. Pasalnya, pada 2004 belum ada partai yang mendapat "tiket gratis" untuk menjadi peserta pemilu.

Tidak Siap

Partono menyambut baik keputusan untuk memundurkan hari pemungutan suara dari 5 April 2009 menjadi 9 April 2009. Namun, ia tidak menampik jika pandangan yang beredar saat ini terkait pengunduran itu karena KPU tidak siap secara struktural.

"Mereka mempunyai waktu untuk mempersiapkan lebih baik. Dari awal masyarakat tahu kalau KPU tidak siap, jadi lebih baik memiliki waktu untuk memperbaiki," katanya.

Mantan Wakil Ketua KPU 2004, Ramlan Surbakti, juga mendukung sikap KPU memundurkan hari pemungutan suara. Menurutnya, sejak awal memang sudah banyak masukan dari masyarakat untuk memundurkan hari pelaksanaan pemilu.

Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary menegaskan pemunduran hari pemungutan suara karena banyak masukan dari masyarakat agar ada perubahan, khususnya dari kalangan etnis Tionghoa dan umat Kristiani, serta putusan Mahkamah Konstitusi terkait calon perseorangan yang harus diakomodasikan.

(13)

Suara Pembaruan Jumat, 04 Juli 2008

(14)

Kompas Sabtu, 05 Juli 2008

Pa r t isip a si Pe m ilu

Ka lla Ya k in Ad a y a n g Be r m a in d a la m Ge la p d i

Pilk a da

Sabtu, 5 Juli 2008 | 00:11 WIB

Mataram, Kompas - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, yang juga Wakil Presiden, Muhammad Jusuf Kalla yakin ada yang bermain secara gelap dan negatif sehingga terjadi penurunan tingkat partisipasi pemilih dalam setiap pemilihan langsung kepala daerah yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum daerah.

Demikian disampaikan Kalla saat bersilaturahmi dengan kader dan jajaran pengurus Partai Golkar di Kantor DPD Partai Golkar di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat (4/7).

Contoh terakhir, kata Kalla, adalah pilkada di Jawa Tengah yang tingkat partisipasi pemilihnya hanya 56 persen. Dengan kasus Jawa Tengah tersebut, setiap mesin partai politik harus bekerja keras dan optimal untuk meningkatkan partisipasi pemilih kembali, khususnya dalam Pemilu 2009.

Menurut Kalla, mesin partai juga harus dapat menjaga pemilih yang sudah memiliki keyakinan untuk memilih dan meyakinkan masyarakat yang belum memiliki keyakinan untuk ikut memilih.

”Pasti ada saja yang ’bermain’ secara gelap dan negatif agar tidak memilih. Nah, itulah yang harus dijelaskan oleh mesin partai. Di situlah mesin partai harus bekerja dengan baik dan benar,” ujar Kalla.

>k /cmac=9/< Kalla juga mengingatkan pentingnya satu suara pemilih dalam pilkada agar tidak terjadi konflik seperti yang terjadi pada pilkada Provinsi Maluku Utara, di mana selama hampir delapan bulan masalahnya belum selesai hingga kini akibat perbedaan suara pemilih.

(15)

Kompas Sabtu, 05 Juli 2008

Pilk a da Ba li D ij a ga Ke t a t

Ke t e r liba t a n PN S di Pilk a da M a luk u D iindik a sik a n Tinggi

Sabtu, 5 Juli 2008 | 00:51 WIB

Denpasar, Kompas - Pengamanan pemilihan gubernur dan wakil gubernur Bali pada 9 Juli mendatang melibatkan 9.713 personel aparat. Mereka berasal dari Polda 7.807 orang, TNI 540 anggota, dan sipil 1.366 orang. Sebanyak 2.114 dari 5.683 tempat pemungutan suara diprediksi potensi rawan keamanan.

Namun, masyarakat tetap diminta tenang dan tak perlu khawatir menuju tempat pemungutan suara (TPS) saat pencoblosan. Hari Sabtu (5/7), masa kampanye berakhir dan akan ditandai dengan doa bersama semua kandidat gubernur dan wakil gubernur untuk bersembahyang di Pura Jagatnata, Puputan Badung, Denpasar.

”Kami terus memerhatikan semua titik rawan agar pelaksanaan Pilkada Bali pertama kali ini lancar dan damai. Apalagi, Bali menjadi barometer keamanan pilkada se-Indonesia. Kami berharap ketiga kandidat menepati kesepakatan apalagi diakhiri doa bersama di pura,” kata Wakil Kepala Polda Bali Brigjen (Pol) Adhi Chandra P seusai menggelar apel kesiapan operasi pengamanan Pilkada Bali di Lapangan Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Jumat (4/7).

Adhi menambahkan, doa bersama di pura diharapkan mampu memberi pengaruh psikologis masyarakat untuk tenang. Ia pun mengimbau masyarakat tak perlu menjadi golput. Pemilih terdaftar di seluruh Bali tercatat sekitar 2,6 juta jiwa.

Bali strategis

Wakil Presiden Jusuf Kalla di depan ribuan anggota Partai Golkar di Hotel Aston mengungkapkan, Bali merupakan pulau strategis bagi kemenangan partai pada Pilkada Bali. Karena itu, Kalla selaku Ketua Umum Partai Golkar berharap semua kader mengupayakan kemenangan partai dan tercapai 30 persen lebih.

”Indonesia bukan apa-apa tanpa keberadaan dan peran Bali. Hanya Bali yang sudah mendunia. Oleh karena itu, kita harus optimistis Golkar memenangi Pilkada Bali dan melancarkan kemenangan pula pada Pilpres 2009,” katanya.

Dalam Pilkada Bali, Golkar mengusung Ketua DPD Bali Cokorda Budi Suryawan dan mantan Wakil Kepala Polda Bali Nyoman Suweta sebagai kandidat gubernur dan wakil. PDI Perjuangan mengusung mantan Kepala Polda Bali Made Mangku Pastika dan Wali Kota Denpasar AA Puspayoga. Adapun Partai Demokrat bersama koalisi mengusung Bupati Jembrana Gede Winasa dan Ketua KONI Bali Alit Putra.

Beberapa hari sebelumnya, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri ikut berkampanye di Tabanan. Ia juga mengharapkan hal senada bahwa Bali menjadi barometer kemenangan.

Pilkada Maluku

Dari Ambon, Maluku, dilaporkan, keterlibatan pegawai negeri sipil (PNS) dalam kampanye pasangan calon peserta pilkada Provinsi Maluku diindikasi tinggi. Keterlibatan mereka ada yang terang-terangan dan sebagian mendompleng kunjungan juru kampanye dari pusat.

(16)

Kompas Sabtu, 05 Juli 2008

”Saat ini, panwas di kabupaten dan kota juga menelusuri kasus yang sama untuk pembuktian laporan,” ujar Daniel.

Panwas juga menemukan kampanye terselubung dan satu di antaranya telah dilimpahkan ke kepolisian. Ada juga usaha menyesatkan masyarakat dengan memasang spanduk ajakan mencoblos pada 12 Juli, padahal jadwal yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Maluku adalah 9 Juli. Identitas pemasang spanduk sudah diketahui, tetapi belum tertangkap.

”Pemasangan spanduk itu menyesatkan dan menjurus pada ajakan ke masyarakat untuk golput,” ujar Daniel.

(17)

Suara Pembaruan Sabtu, 05 Juli 2008

Pe m ba gia n BLT Be lu m Op t im a l

[JAKARTA] Hingga Jumat (4/7), pemberian bantuan langsung tunai (BLT) belum optimal di dua provinsi, yaitu Kalimantan Tengah dan Maluku.

Secara keseluruhan, dari 440 kota/kabupaten yang menjadi tempat pelaksana, 119 kota/kabupaten atau 27,04 persen telah selesai melakukan pembagian BLT.

Staf Ahli Menteri Sosial Bidang Perencanaan, Mu'man Nuryana dalam jumpa pers, Jumat (4/7) di Jakarta mengatakan, terhambatnya pemberian BLT di dua provinsi tersebut, karena pemerintah setempat ingin melakukan verifikasi kelayakan lebih dalam terhadap penerimanya.

"Seluruh bahan sudah ada di lokasi, hanya menunggu pelaksanaan pendistribusian kepada penerimanya saja," ujarnya.

Mu'man menegasakan, untuk pembagian BLT tahap I, dengan alasan apa pun, tetap harus segera dibagikan. Jika ada keterlambatan, maka pencairan tahap kedua akan ikut terganggu.

Menurut Mu'man, kedua provinsi yang belum melakukan pembayaran BLT tersebut, dianggap terlalu banyak pertimbangan. Hal yang terjadi di daerah tersebut banyak menyita waktu. Dengan itu, tampaknya harus ada penyisiran pelaksanaan yang lebih rapi.

"Oleh karena itu, Departemen Sosial meminta kepada pelaksana di dua provinsi tersebut agar segera melakukan pencairan BLT bagi rumah tangga sasaran (RTS) yang sudah benar-benar pasti layak," tuturnya.

Dikawal

(18)

Suara Pembaruan Sabtu, 05 Juli 2008

Sementara itu, di Kalimantan Tengah, gubernur setempat telah mengeluarkan surat penundaan, menunggu selesainya proses verifikasi oleh pemerintah daerah.

(19)

Kompas Senin, 07 Juli 2008

Pa r t a i polit ik

Se j u m la h Pa r p ol Op t im ist is M e n a n g i Pilk a d a Ja t im

Senin, 7 Juli 2008 | 00:28 WIB

Jakarta, Kompas - Sejumlah pimpinan partai politik menyatakan optimistis, calon yang mereka usung akan memenangi Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada Jawa Timur, yang masa kampanyenya dimulai Minggu (6/7). Untuk mendukung optimisme ini, sejumlah parpol menerjunkan ketua umum untuk berkampanye.

Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Pramono Anung mengatakan, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri akan ke Jatim pada 14-16 Juli untuk mengampanyekan pasangan Sutjipto-Ridwan Hisjam. ”Pasangan yang diusung PDI-P tentunya bisa memenangi pilkada,” katanya.

Optimisme serupa disampaikan Ketua Umum Partai Golkar M Jusuf Kalla untuk pasangan Soenarjo-Ali Maschan. Sedangkan Ketua Umum Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa versi Muktamar Luar Biasa Parung, Abdurrahman Wahid, akan berkeliling Jatim, mendukung pasangan Achmady-Suhartono (Kompas, 6/7).

Selain ketiga pasangan itu, dua pasangan lagi juga mengikuti pemilihan Gubernur Jatim yang menjadi pilkada terbesar jika dilihat dari jumlah pemilih, yang mencapai 29.045.722 orang. Mereka adalah Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono yang diusung 12 partai dengan motor Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Soekarwo-Saifullah Yusuf dari Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional, dan Partai Keadilan Sejahtera.

Ketua Bidang Politik dan Pemenangan Pemilu PDI-P Tjahjo Kumolo menambahkan, suara untuk Sutjipto-Ridwan Hisjam diharapkan berasal dari 8,2 juta warga Jatim yang pada Pemilihan Presiden 2004 memilih Megawati dan mereka yang belum menentukan pilihan.

Meski demikian, Tjahjo menyadari, Jatim agak berbeda dari Jawa Tengah dan Bali yang menjadi basis dan target utama pemenangan PDI-P.

Sekjen PPP Irgan Chairul Mahfis juga meyakini kemampuan pasangan Khofifah-Mudjiono. ”Target kami menang dan semoga hal itu dapat dilakukan dalam satu putaran,” ucapnya.

Target itu diambil, lanjut Irgan, karena dari survei internal PPP, dukungan untuk Khofifah-Mudjiono terus meningkat. Dukungan dari kalangan Nahdlatul Ulama, terutama Muslimat NU, dan popularitas Khofifah sebagai satu-satunya calon perempuan juga diyakini akan efektif memenangkan pasangan tersebut.

(20)

Seputar I ndonesia Senin, 07 Juli 2008

An om i Pa r p ol

Monday, 07 July 2008

KEPERCAYAAN publik terhadap partai politik semakin menurun.Pernyataan ini didukung oleh penelitian LSI yang dilakukan terhadap 1.238 orang di 33 provinsi menggunakan teknik multistage random sampling dengan tingkat kepercayaan 95%.

Sebanyak 65% responden menyatakan bahwa sikap dan perbuatan partai politik selama ini tidak mewakili kepentingan, aspirasi, dan keinginan mereka.Temuan lain sebanyak 53% responden menyatakan setuju bahwa partai politik hanya melayani kelompok-kelompok tertentu serta 54% responden menyatakan setuju bahwa keputusan yang dibuat partai politik sering tidak memperhatikan keinginan rakyat (LSI,2008).

Turunnya kepercayaan publik terhadap partai politik ini dapat disebabkan oleh kegagalan partai politik dalam mewujudkan harapan seluruh rakyat. Publik menilai partai politik hanya berorientasi pada kekuasaan dan kepentingan golongannya. Salah satu kegagalan partai politik yang paling besar adalah ”diam” saat terjadi kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu. Sangat sedikit partai politik yang bersuara lantang untuk menolak kenaikan harga BBM.

Partai politik terjebak dengan ikatan koalisi partai-pemerintah sehingga hilang sikap kritisnya.Partai politik baru bersuara lantang ketika aksi penolakan kenaikan harga BBM meluas di seluruh Indonesia dan menjurus pada aksi-aksi anarkisme. Itu pun sekadar melalui hak angket yang disinyalir akan gembos di tengah jalan.

Janji manis yang disampaikan partai-partai politik seperti yang disampaikan kepada rakyat pada Pemilu 2004 juga tidak kunjung dipenuhi.Pendidikan gratis tinggal janji, yang ada hanyalah liberalisasi pendidikan.Kesehatan semakin mahal,akses masyarakat miskin terhadap kesehatan berkurang dengan dibatasinya Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

Lapangan kerja semakin langka, banyak pemuda yang menganggur,bahkan tak sedikit mereka yang sudah bekerja di-PHK dengan alasan efisiensi pascakenaikan harga BBM. Sampai di sini partai politik telah gagal mewujudkan kesejahteraan rakyat. Bahkan yang lebih memalukan adalah di tengah situasi rakyat yang serbasulit, banyak wakil rakyat terjebak dalam kasus korupsi seperti dalam kasus alih fungsi lahan hutan untuk pelabuhan dan kasus suap pengadaan barang di Dephub.

Berbagai kasus di atas semakin membuat rakyat muak terhadap kinerja partai politik.Rakyat menilai partai politik tidak lagi amanah dalam mengemban tugas-tugasnya. Untuk itu partai politik harus segera berubah dan kembali membangun citranya. Jika tidak, jangan salahkan rakyat yang tidak memilih mereka pada Pemilu 2009.(*)

Agoes Noegraha

(21)

Seputar I ndonesia Senin, 07 Juli 2008

BLT Ta h a p I I M u la i D isa lu r k a n

Monday, 07 July 2008

PALEMBANG(SINDO) – Ratusan rumah tangga sasaran (RTS) di Sumsel segera menerima bantuan langsung tunai (BLT). Pemprov Sumsel menargetkan sebelum akhir Juli 2008 semua RTS di Sumsel sudah menerima kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tersebut.

Total anggaran yang dipersiapkan mencapai Rp204 miliar, yang akan dibagikan kepada 628.000 RTS di seluruh Sumsel, termasuk Palembang. Asisten Ketataprajaan dan Kesra Sekda Provinsi Sumsel Erman Robain Sirodj menyatakan,sesuai instruksi surat dari Menteri Sosial disebutkan bahwa semua verifikasi hingga sosialisasi dan pencetakan kartu RTS pengganti harus selesai maksimal tanggal 10 Juli 2008.

Untuk itu,semua pihak yang terlibat dalam penyaluran BLT diharapkan dapat menyelesaikan proses persiapan penyaluran. ”Hanya satu kunci kesuksesan penyaluran di seluruh Sumsel ini, yakni koordinasi dan kerja sama semua pihak terlibat,” ujarnya dalam rapat koordinasi di Pemprov Sumsel,kemarin.

Menurut dia,langkah tersebut harus dilakukan menyusul target penyelesaian penyaluranBLTdiSumselsebelum akhir Juli 2008. Untuk itu, kepada kabupaten/kota diminta untuk melakukan rembuk atau rapat hingga tingkat kelurahan dan desa dalam melakukan verifikasi data.

”Memang BLT menggunakan data 2005, tetapi kita diberikan waktu update data untuk menggantikan RTS yang sudah tidak layak menerima dan itu menjadi keputusan aparat kelurahan dan desa,”paparnya, sambil menyebutkan data yang kurang akurat akan menimbulkan masalah.

Sementara itu, Koordinator Humas BLT Kantor Pos Palembang Wedha Pratama menerangkan,sesuai dengan tugas dan fungsi (tupoksi) kantor pos dalam program BLT. Karena itu, kantor pos telah melakukan persiapan penyaluran di enam kantor pos pembayaran yang tersebar di beberapa ka-bupaten/ kota.

”Dengan kantor yang dimiliki, kita siap menyalurkan BLT secara serentak,” katanya. Saat ini, kantor pos mendistribusikan kartu BLT di beberapa kabupaten/kota yang telah menyelesaikan verifikasi data.Pendistribusian tersebut diserahkan kepada camat, yang kemudian diteruskan kepada lurah dan RT untuk dibagikan kepada warga yang berhak.

Untuk pendataan,RTS baru hasil verifikasi segera diterbitkan kartu RTS pengganti setelah kantor pos menerima laporan hasil verifikasi dari kabupaten/kota. Hingga saat ini, proses verifikasi hampir selesai dan dipastikan pada pertengahan Juli 2008 BLT di seluruh Sumsel dapat disalurkan.”Target kita pertengahan Juli sudah tersalur dan sebelum akhir Juli semuanya sudah tersalur,” katanya.

(22)

Seputar I ndonesia Senin, 07 Juli 2008

Pa r pol,Be r be na hla h!

Monday, 07 July 2008

Lembaga Survei Indonesia (LSI) dalam jajak pendapat terbarunya mengumumkan betapa legitimasi partai politik (parpol) menempati peringkat terendah dalam menyuarakan keinginan rakyat.

Urutan teratas ditempati media massa (31%), ormas (24%), birokrasi (11%), dan parpol sendiri (11%).Parpol lagilagi hanya diyakini oleh 42% responden bekerja sesuai dengan perannya, jauh lebih rendah dari TV (76,5%), koran (72%), radio (72%), LSM (61%), ormas (57%), dan birokrasi (53%).

Yang lebih serius adalah pendapat bahwa model pemilihan anggota DPR lebih mewakili keinginan parpol (50,9%) ketimbang mewakili keinginan pemilih (28,9%).Ketika dibandingkan antara model pemilihan DPD dengan DPR, pemilih menyebut model pemilihan DPD lebih mudah dimintai tanggung jawab (63,3%) ketimbang model pemilihan DPR (19,7%).

Jadi parpol dianggap hanya bekerja untuk dirinya sendiri, sulit dimintai pertanggungjawaban serta kurang mewakili pemilih ketimbang DPD. Turunnya tingkat kepercayaan terhadap parpol ini juga senada dengan survei-survei sebelumnya. Kurang dari 30% pemilih yang menyatakan berafiliasi atau memiliki keterkaitan dengan parpol.Selebihnya memiliki sikap skeptis,bahkan juga antiparpol.

Parpol telah berubah menjadi pesakitan di mata publik ketimbang solusi bagi persoalan kemasyarakatan yang semakin banyak dan rumit. Bagaimana nasib demokrasi kalau sudah begini? Demokrasi nonprosedural yang menyimpang jelas akan merusak tatanan demokrasi prosedural yang konstitusional.

Aspirasi politik publik lebih bergema di jalanan daripada di gedung-gedung parlemen. Lalu,dalam bentuk yang lain,kemunculan anarkisme di tingkat massa tidak terelakkan,apalagi kalau aparatur keamanan bekerja tidak profesional. Anarkisme bukan sebab yang otonom atau muncul begitu saja, melainkan hadir akibat dari prosesproses penyumbatan aspirasi masyarakat lewat jalur resmi.

*** Sikap rakyat yang tecermin dalam survei-survei itu maupun dalam pelaksanaan pilkada yang kian miskin partisipasi menunjukkan bahwa rakyat tidak memberikan totalitas kepercayaan kepada parpol. Meskipun demikian, rakyat masih menyisakan ruang kepercayaan kepada lembaga lain, yakni pers dan ormas, termasuk pada kemampuan diri sendiri.

Kemampuan rakyat untuk memilahmilah kepentingan publik dengan kepentingan parpol itu menunjukkan betapa rakyat sudah sehat. Sehat dalam artian politik. Namun, sebagai satusatunya tulang punggung dalam sistem demokrasi Indonesia, sesedikit apa pun partisipasi politik rakyat dalam pemilu tidak mengurangi leg i t i m a s i konstitusional yang diperoleh.

Sekalipun hanya ada 10% pemilih yang menggunakan hak pilihnya atau kurang dari 5% publik yang merasa bagian dari parpol, tetap saja lembaga-lembaga demokrasi yang tersedia diisi dan dijalankan oleh parpol. Parpol jelas akan tetap ada dalam setiap ruang kekuasaan, kecuali konstitusi diubah.

(23)

Seputar I ndonesia Senin, 07 Juli 2008

Parpol mengendalikan lembaga-lembaga demokrasi di pusat dan daerah. Seandainya tingkap kepercayaan publik kepada media massa dan ormas begitu tinggi,katakan mencapai 99%, tetap saja kedua lembaga ini tidak memiliki legitimasi konstitusional untuk mengendalikan negara. Media massa dan ormas adalah wadah penyaluran aspirasi rakyat secara nonformal.

Dalam bentuk yang lain,lembaga swadaya masyarakat hanya semacam kelompok penekan atau pengawas kekuasaan, tetapi tidak mampu memberikan sanksi yang bersifat formal. Karena itu, berharap parpol akan bekerja keras untuk mendapatkan legitimasi rakyat yang lebih besar jelas kurang tepat. Parpol justru akan semakin diuntungkan apabila tingkat partisipasi berkurang drastis.

Karena semakin ringan cara atau jalan untuk mendapatkan satu kursi di parlemen lokal dan nasional. Tingkat partisipasi yang tinggi memusingkan bagi parpol. Apalagi k e m a m - puan parpol masih rend a h , b a h k a n nyaris tidak ada, dalam memobilisasi dukungan suara menjadi dukungan dana politik. Jarang sekali kita mendengar ada rakyat biasa yang menyumbang kepada parpol.

Dengan sudut pandang itu,kurang tepat menempatkan parpol sebagai tersangka dalam kasus berkurangnya jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya dalam pilkada.Kalau angka partisipasi masih di atas 30%,sesuai dengan angka akumulatif afiliasi masyarakat pada parpol, berarti parpol sudah 100% lebih mengerahkan anggotanya.

Untuk menaikkan lagi angka partisipasi, dimungkinkan dengan kerja keras lembaga-lembaga yang dipercaya publik,terutama media massa dan organisasi kemasyarakatan. *** Hanya saja, parpol harus tetap berbenah. Pembenahan diri itu bisa dilakukan dengan cara melakukan peremajaan dalam kaderisasi politik.

Tingkat kepercayaan para pemilih pemula dan kaum muda sedapat mungkin dipulihkan karena merekalah nanti yang terus-menerus menjadi pihak yang aktif dalam proses demokrasi, entah sebagai penggembira, petugas pemilihan sampai ke pemilih.Dengan begitu,jangan sampai parpol diisi oleh mereka yang dari kumpulan yang terbuang.

Pola lain adalah benar-benar menghasilkan para bintang dalam kontestasi politik apa pun,baik dalam pilkada ataupun pemilu.Parpol tidak bisa hanya mengandalkan figur-figur yang berjasa kepada parpol,lalu memberikan pelayanan maksimal kepada pihak yang berjasa itu. Sebagai alat ukur panas-dinginnya suara rakyat, hasil-hasil survei sudah menunjukkan begitu rendahnya tingkat kepercayaan publik.

Pemulihan kepercayaan menjadi mutlak mengingat inti dari demokrasi bukan parpol sebagai alat artikulasi, melainkan individu-individu yang memberikan suaranya. Tanpa rakyat,parpol bisa apa? Jelang Pemilu 2009, parpol tampaknya mulai aktif dalam melakukan pembenahan ini.Persentase ”jalur eksternal” parpol makin diperbesar.

Hanya saja, masih berupa tanda tanya, apakah jalur eksternal itu betul-betul disediakan atau hanya manipulasi atau kemasan saja, tetapi akhirnya ditundukkan oleh kepentingan para elite parpol yang hendak terus bertahan? Pembenahan terpenting adalah pengendalian atau pendisiplinan anggota-anggota parpol, terutama yang menduduki jabatan-jabatan publik.

Ketika ada anggota parpol yang terlibat suap, otomatis yang terkena dampak bukan hanya anggota yang bersangkutan,tetapi juga parpol sebagai pengasuhnya. Ada kondisi salah asuhan dalam pengendalian anggota parpol ini. Apalagi ketika menduduki jabatan publik itu, anggota parpol ini termasuk kategori elite parpol, bukan hanya anggota biasa.(*)

Indra Jaya Piliang

(24)

Suara Pembaruan Senin, 07 Juli 2008

Adu Pr ogr a m Tiga Ca gub Ba li

sp/Nyoman Mardika

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Megawati Soekarnoputri (ketiga dari kanan) ikut tampil sebagai juru kampanye untuk pasangan nomor urut 3 Made Mangku Pastika- AA Puspayoga dalam pemilihan gubernur Bali. Foto diambil baru-baru ini.

Setelah melalui proses tahapan pendaftaran, kampanye, dan memasuki minggu tenang proses pemungutan suara untuk pemilihan gubernur dan wakil gubernur Bali periode 2008-2013 tinggal dua hari lagi, yakni Rabu (9/7). Dalam proses pencoblosan di sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) tentu kembali kepada masyarakat Bali yang punya hak pilih.

Kendati pencoblosan dikembalikan kepada hati nurani masyarakat, jangan lupa kalau ketiga calon gubernur (cagub) Bali menawarkan visi dan misi supaya mereka dipilih. Visi dan misi dari kandidat disosialisasikan lewat media televisi dan seminar di perguruan tingga swasta maupun negeri seperti di Universitas Hindu, Universitas Udayana, dan Universitas Pendidikan Ganesha.

Kalau dalam debat cagub di perguruan tinggi ada saja cagub yang tidak hadir dengan berbagai alasan, namun tidak seperti undangan penyampaian visi dan misi cagub di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bali yang resmi diagendakan dalam rapat Paripurna Dewan. Bedanya, kalau cagub di perguruan tinggi dan media televisi diberi kesempatan tanya jawab, tetapi di DPRD hanya diberika kesempatan menyampaikan visi dan misi selama 20 menit, tanpa dialog.

Pasangan nomor 1, Gede Winasa-Alit Putra menyampaikan visi, yakni Menuju Bali Harmoni yang sejahtera, berkeadilan berlandaskan "Tri Hita Karana". Pasangan yang diusung Partai Demokrat dan beberapa partai kecil ini mempunyai misi yang pada intinya meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan menekankan pada pendidikan dan kesehatan dan meningkatkan pelayanan umum.

Dengan penekanan pendidikan dan kesehatan gratis, dalam slogannya kampanye dari kedua pasangan ini menawarkan lima bebas, yakni bebas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, pengangguran, dan korupsi. Hanya saja slogan pasangan ini dalam setiap debat dianggap muluk-muluk, terutama bebas pengangguran dan kemiskinan karena kedua hal ini dianggap hanya kamuflase.

"Kalau menawarkan bebas miskin dan pengangguran saya pikir imposible. Sebab, di mana-mana kemiskinan dan pengangguran itu pasti ada, termasuk di negara maju. Apalagi di negara kita yang masih merupakan negara berkembang," ujar pimpinan Bank Indonesia di Bali, Bagus Viraguna.

Paket cagub Bali yang berada di No 2, yakni Cok Budi Suryawan-Nyoman Gde Suweta menyampaikan menyampaikan visi "Mewujudkan Masyarakat Bali yang Cerdas Berbudaya dan Sejahtera" mempunyai misi yang hampir sama dengan cagub Winasa. Soal pendidikan dan kesehatan, yakni pencapaian wajib belajar harus 12 tahun. Hanya saja pasangan yang diusung Partai Golkar dan beberapa partai yang mengatasnamakan Koalisi Rakyat Bali (KRB) ini lebih menekankan bahwa untuk memajukan pendidikan anggaran pendidikan lewat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bali harus 20 persen dan perlu ada asuransi kesehatan bagi keluarga miskin.

(25)

Suara Pembaruan Senin, 07 Juli 2008

"Bagaimana bisa membangun rumah gratis untuk orang miskin yang jumlahnya puluhan ribu. Dananya dari mana, apalagi kalau mau membangun rumah di Kota Denpasar yang tanahnya mahal, lebih mahal dengan tanah di Jakarta. Jangankan rumah gratis rumah susun saja kita sulit mewujudkan. Saya pikir janji itu terlalu muluk-muluk," ujar Nyoman Sujaya, pengamat sosial dari Universitas Warmadewa Denpasar mengomentari janji pasangan ini.

Pasangan No 3 Made Mangku Pastika- AA Puspayoga justru tidak mau berpatokan pada kata-kata gratis. Dengan visi, Terwujudnya Bali yang Maju, Aman, Damai, dan Sejahtera, pasangan yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) ini dalam misinya justru ingin mewujudkan Bali yang berbudaya, metaksu, dinamis, maju dan modern, mewujudkan Bali yang aman, damai, tertib, harmonis serta bebas dari ancaman serta ingin mewujudkan Bali yang sejahtera lahir dan batin.

Pariwisata Kerakyatan

Pasangan ini tampaknya sadar kalau Bali harus mengawinkan pertanian dan pariwisata dan ingin mengembangkan "pariwisata kerakyatan" yang dapat memberikan efek ganda bagi sebagian besar nasyarakat lokal.

Dalam mengembangkan pariwisata yang sustainable, Mangku Pastika mengatakan, perlunya perbaikan infrastruktur penunjang sektor pariwisata, dengan menjaga lingkungan alam secara berkelanjutan.

Khusus masalah pendidikan, pasangan ini bukan menawarkan pendidikan gratis kepada semua warga, melainkan pendidikan gratis diberikan kepada masyarakat yang tidak mampu. Sedangkan, terkait ekonomi, Mangku Pastika-Puspayoga menawarkan kredit tanpa angunan (KTA) kepada warga ekonomi menengah kecil.

"Program KTA ini sudah sukses dilakukan Pemkot Denpasar kepada pedagang di Pasar Kumbasari menggandeng Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali. Kebijakan ini dilakukan Wali Kota Denpasar yang menjadi pasangan saya, yakni Puspayoga," katanya.

Mangku Pastika menawarkan program untuk mengembangkan sistem keamanan yang berstandar internasional dengan sarana dan prasarana yang memadai, terukur dan dikelola secara profesional. "Tugas pengamanan bukan hanya pada polisi, tetapi juga Gubernur. Kalau Gubernur sudah mengatakan aman dan nyaman maka orang yang mau berlibur ke Bali akan lebih mantap lagi," katanya.

Praktisi pariwisata, Bagus Sudibya menilai kalau dilihat secara umum, penyampaian visi dan misi ketiga cagub sudah bagus. Namun, kalau dilihat dari substansi yang ditawarkan secara jujur harus diakui visi dan misi dari Mangku Pastika-Puspayoga paling menyentuh karena tidak ada janji-janji yang muluk.

Pendapat senada juga disampaikan Koordinator Tim Ahli DPRD Pemprov Bali, Prof Dr Wayan Suparta yang juga Guru Besar Fakultas Pertanian Unud. Kepiawian Mangku Pastika dan Puspayoga menyampaikan visi dan misi harus diakui lebih unggul dibanding cagub lainnya.

"Selain komentar dari beberapa pakar perguruan tinggi keunggulan akan visi dan misi, Made Mangku Pastika diprediksi unggul dalam Pilkada Bali karena program-programnya lebih realistis dibandingkan pasangan kandidat lainnya.

(26)

Suara Pembaruan Senin, 07 Juli 2008

(27)

Suara Pembaruan Senin, 07 Juli 2008

Ka m p a n y e Pilg u b Ja t im D im u la i

[SURABAYA] Hari pertama kampanye pemilihan gubernur Jawa Timur (Pilgub Jatim) 2008-2013, pasangan calon gubernur-calon wakil gubernur (cagub-cawagub) Jatim, Achmady-Suhartono (Achsan) dan Sukarwo-Saifullah Yusuf (Karsa), di lokasi berbeda terkesan belum menggebrak, Minggu (6/7). Namun, Sutjipto-Ridwan Hisjam (SR) di kampanye perdananya, mendapat simpati pendukungnya di Surabaya.

Achsan yang melakukan kampanye dialogis di Krembangan, Dupak, dan Bangunrejo, Surabaya, serta malam harinya dilanjutkan dengan istighotsah di kawasan Krian, Kabupaten Sidoarjo, menjanjikan akan bekerja keras mewujudkan Jatim yang adil dan makmur. Tidak diungkapkan, bagaimana kiat merealisasikannya, kecuali mengajak semua elemen bersatu padu membangun Jatim.

Sedangkan, pasangan SR yang memilih di Tenggilis menggelar aksi lomba jalan sehat berhadiah yang diikuti sekitar 3.000 peserta. Warga tampak menyambut antusias ajakan SR untuk memenangi Pilgub Jatim.

Dukungan warga ini tidak terlepas dari peran Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri yang beberapa waktu lalu meminta warga Jatim memberikan suaranya pada pasangan yang dimajukan PDI-P. Ketika Sutjipto mencoba mengingatkan kembali massa pendukungnya atas pesan Ibu Mega, mereka serentak menyatakan siap memberikan suara kepada SR pada pemungutan suara, 23 Juli mendatang.

(28)

Kompas Rabu, 09 Juli 2008

H a r i I ni Pilk a da Ba li D ige la r

Pilk a da M a luk u D iik ut i Em pa t Pa sa ng Ca lon

Rabu, 9 Juli 2008 | 01:29 WIB

Denpasar, Kompas - Hari Rabu (9/7) ini tiga pasangan calon gubernur-wakil gubernur periode 2008-2013 akan bertarung dalam Pemilihan Kepala Daerah Bali. Hari ini pula berlangsung Pilkada Maluku yang diikuti empat pasang calon.

Tiga pasangan calon yang bertarung dalam Pilkada Bali adalah I Gede Winasa-IGB Alit Putra yang diusung Partai Demokrat bersama 11 partai lainnya, pasangan Cokorda Budi Suryawan- Nyoman Suweta dari Partai Golkar dan koalisi empat partai lain, serta Made Mangku Pastika- Anak Agung Ngurah Puspayoga yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).

Ketiga pasangan calon itu akan merebutkan suara dari 2.631.754 pemilih terdaftar. Para pemilih akan menentukan hak suaranya di 5.683 tempat pemungutan suara (TPS) di sembilan kabupaten/ kota.

Gubernur Bali Dewa Beratha didampingi Ketua KPU Bali AA Oka Wisnumurti sejak Senin berkeliling Bali memantau persiapan pilkada. Pada Selasa (8/7), mereka giliran memantau persiapan di Kabupaten Gianyar, Klungkung, dan Bangli. Pada setiap kesempatan, Dewa Beratha dan Wisnumurti meminta masyarakat sebagai pemilih tetap menggunakan hak suara dan tidak menjadi golongan putih (golput).

Sehubungan dengan Pilkada Bali, Kepala Polri Jenderal (Pol) Sutanto menegaskan, polisi harus dan akan tetap menjaga netralitasnya baik dalam setiap pilkada maupun pemilu secara nasional pada tahun depan. Netralitas ini semata-mata karena Polri harus berada di atas kepentingan semua kelompok masyarakat dan golongan.

”Polri tidak bisa dan tidak ingin dikotak-kotakkan. Kalau institusi maupun oknum Polri sampai tidak netral, berarti itu mengerdilkan eksistensi Polri secara keseluruhan. Oleh karena itu, Polri harus dan tetap akan netral di setiap pilkada dan pemilu mendatang,” kata Sutanto di Markas Kepolisian Daerah Bali di Denpasar, Selasa.

Pilkada Maluku

Pada hari ini, empat pasang calon bertarung dalam Pilkada Maluku. Mereka adalah Karel Albert Ralahalu-Said Assagaff, Abdullah Tuasikal-Septinus Hematang, Azis Samual-Lukas Uwuratuw, dan Muhammad Abdullah Latuconsina-Edward Frans.

Sementara itu, KPU Kabupaten Seram Bagian Timur memastikan 1.427 pemilih di Desa Teur, Kecamatan Wakatei, tidak bisa menggunakan hak pilihnya. Distribusi logistik pilkada hingga Selasa malam tidak bisa dilakukan akibat cuaca buruk. Kapal-kapal tidak bisa melaut akibat gelombang setinggi 4-5 meter.

”Dengan sangat prihatin 1.427 pemilih di Teur tidak bisa menggunakan hak pilihnya. Kami sudah berusaha maksimal, tetapi cuaca sangat buruk dan logistik belum sampai di sana,” ujar Ketua KPU Kabupaten Seram Bagian Timur Sidik Rumahloak.

(29)

Kompas Rabu, 09 Juli 2008

Tujuh pasang calon

Di Lampung, KPU setempat Selasa kemarin menetapkan tujuh pasang calon gubernur lolos dalam pilkada pada 3 September 2008. Tujuh pasang calon gubernur itu hingga saat ini merupakan pasangan terbanyak dalam pilkada di Indonesia. Mereka terdiri atas lima pasang calon dari parpol dan dua pasang dari calon perseorangan.

Ketua KPU Lampung Ch Gultom seusai acara penetapan pasangan calon Gubernur Lampung periode 2009-2014 di Kantor KPU Lampung menyebutkan, lima pasang calon gubernur-wakil gubernur dari parpol itu adalah M Alzier Dianis Thabranie-Bambang Sudibyo (Partai Golkar- PPP), Sjachroedin ZP-MS Joko Umar Said (PDI-P dan beberapa parpol), Oemarsono-Thomas Azis Riska (partai-partai kecil), Zulkifli Anwar-Akhmadi Sumaryanto (PKS-PAN), serta Andi Achmad Sampurnajaya-M Suparjo (Partai Demokrat-PBR).

(30)

Kompas Rabu, 09 Juli 2008

PARTAI GOLKAR

Ke k a la h a n Pilk a d a Bu k a n Ke k a la h a n Pa r p ol

Rabu, 9 Juli 2008 | 03:00 WIB

Jakarta, Kompas - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat atau DPP Partai Golkar, yang juga Wakil Presiden, Jusuf Kalla menyatakan, kekalahan partai-partai politik besar, termasuk Partai Golkar, dalam sejumlah pilkada provinsi bukan mencerminkan kekalahan parpol, melainkan kekalahan calon yang tak populer.

Pernyataan itu disampaikan Kalla, Selasa (8/7), seusai membuka seminar pilkada bertema ”Membangun Masyarakat Sadar Konstitusi”, yang digelar Bidang Hukum, HAM, dan Otonomi Daerah DPP Partai Golkar. Turut hadir dalam seminar itu Gubernur Lemhannas Muladi dan Menteri Hukum dan HAM Andi Mattalatta.

”Semua pilkada, kalau ada lima calon, kan pasti cuma satu yang menang, dan pasti ada yang kalah. Demokrasi harus kita terima seperti itu. Pilkada itu kan intinya figur. Didukung oleh partai ya, tentu saja. Kalau yang didukung itu kalah, bukan berarti parpolnya kalah,” ujar Kalla.

Jika seorang calon didukung oleh banyak parpol, seperti dalam pilkada di DKI Jakarta, menurut Kalla, kekalahan seorang calon tidak berarti kekalahan semua parpol pendukungnya.

Pasangan kurang tepat

Kekalahan figur yang dicalonkan, menurut Kalla, besar kemungkinan lantaran Partai Golkar kurang memberi pilihan pasangan yang tepat untuk mendampingi figur yang dicalonkan maju dalam bursa pilkada.

Secara terpisah, Andi Mattalatta, yang juga Ketua Lembaga Pemenangan Pemilu DPP Partai Golkar, menilai, kekalahan terjadi lantaran mesin partai kurang bergerak akibat banyak kader Partai Golkar yang malah muncul untuk dicalonkan melalui parpol-parpol lain. ”Stoknya ya cuma segitu. Karena pilkada beda dengan pemilu legislatif. Kalau pemilu legislatif itu ibaratnya kerja borongan. Seluruh caleg jumlahnya puluhan ribu orang,” ujar Andi.

(31)

Pikiran Rakyat Rabu, 09 Juli 2008

Pe m b a g ia n BLT d i Ba n d u n g Ba r a t p a d a 1 4 - 2 1 Ju li

Rabu, 09 Juli 2008 , 14:00:00

NGAMPRAH, (PRLM).- Pembagian bantuan langsung tunai (BLT) di Kab. Bandung Barat bakal dilakukan pada 14-21 Juli mendatang. Kendati demikian, masih banyak desa yang belum menyerahkan daftar nominatif penerima BLT yang telah diverifikasi kepada PT Pos Indonesia (Persero).

"Kita tidak bisa menunggu desa-desa yang belum menyerahkan daftar. Soalnya, masyarakat sudah lama menanti. Biar saja, nanti, mereka menyusul. Mudah-mudahan, masih dalam rentang waktu 14-21 Juli itu," kata Kepala Kantor Pos Cimahi, Rondi Sonjaya, dalam rapat koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Sosial (Dinkessos) dan para camat se-Kab. Bandung Barat di Padalarang, Rabu (9/7).

Menurut Rondi, masih ada 25 desa yang belum menyerahkan daftar nominatif penerima BLT. Empat desa di Kec. Ngamprah, tujuh desa di Cikalongwetan, dan dua desa di Kec. Cililin."Sementara, semua desa di Kec. Cipeundeuy sama sekali belum menyerahkan daftar kepada kami. Jumlahnya ada 12 desa," katanya.

(32)

Kompas Kamis, 10 Juli 2008

Pe m iliha n gube r nur

Lok a si Ka m p a n y e Pilg u b d a n Pilk a d a Bu p a t i D ip isa h

Kamis, 10 Juli 2008 | 00:32 WIB

Surabaya, Kompas - Lokasi kampanye calon Gubernur Jawa Timur dan calon bupati/wali kota di Jatim dipisah. Hal itu untuk menghindari konflik antarkader dan massa pendukung partai politik mengingat koalisi parpol dalam pemilihan gubernur dan koalisi parpol dalam pemilihan bupati/wali kota di empat kabupaten/kota yang digelar bersamaan itu sangat berbeda.

Empat kabupaten/kota yang menyelenggarakan pilkada itu adalah Kota Malang, Kabupaten Jombang, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Bondowoso. Pemungutan suara di empat kabupaten/kota itu sama dengan hari pemungutan suara pilgub Jatim, yaitu 23 Juli 2008.

Wakil Ketua Dewan Pengurus Wilayah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Provinsi Jatim M Mirdasy, Rabu (9/7) di Surabaya, mengatakan, pengurus partainya telah menyerukan agar seluruh kampanye untuk Pilkada Jatim tidak diselenggarakan di lokasi yang sama dengan kampanye calon bupati/wali kota yang diusung PPP dan koalisinya.

Namun, Ketua Dewan Pengurus Wilayah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jatim Ja’far Trikuswahyono menegaskan, berbedanya koalisi dalam Pilkada Jatim dan pilkada empat kabupaten/kota tidak akan mengganggu arah dukungan para kader PKS.

”Teman-teman sudah tahu, dalam Pilkada Jatim harus mendukung siapa dan di pilkada kabupaten/kota memilih siapa. Selain itu, target kami memenangkan pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf dalam Pilkada Jatim dengan direct selling tetap berjalan tanpa harus melanggar aturan KPU Jatim,” ujarnya.

Wakil Ketua DPD Partai Demokrat Jatim Antonio Renville mengatakan, selain memisahkan lokasi kampanye untuk calon yang diusung dalam Pilkada Jatim dan calon dalam pemilihan Wali Kota Malang, tim pemenangan juga dibuat tersendiri.

Anggota KPU Jatim, Didik Prasetyono, menjelaskan, kampanye para calon kepala daerah Jatim sudah dibagi dalam lima zona kampanye. Karena itu, ketika para calon gubernur dan calon wakil gubernur itu berkampanye di empat kabupaten/kota yang bersamaan dengan calon bupati/wali kota dengan koalisi kendaraan politik berbeda, lokasi kampanye cagub/cawagub bisa digeser ke kota/kabupaten lain yang masih ada di zona yang sama.

KPUD kerepotan

Terkait hal di atas, sesuai kesepakatan bersama, di Malang kampanye Pilgub Jatim dilarang masuk ke Kota Malang. Mereka hanya diizinkan di daerah-daerah pinggiran seperti di Kabupaten Malang atau Kota Batu.

Bagi KPU Kota Malang, kerja yang mereka lakukan lebih berat. Mereka kerja dua kali lipat, tetapi dibayar sekali. ”Kami cukup sulit menjelaskan kepada masyarakat dan petugas-petugas di lapangan bahwa mereka harus bekerja dua kali, namun hanya dibayar sekali. Selain itu, teknis sosialisasi di lapangan juga lebih sulit. Sebab, kami harus menyosialisasikan dua pilkada sekaligus,” ujar Ketua KPU Kota Malang Hendry, Rabu di Malang.

(33)

Suara Pembaruan Kamis, 10 Juli 2008

M K: At u r a n Pe r a lih a n UU Pe m ilu Tid a k Ad il

[JAKARTA] Mahkamah Konstitusi (MK) menyatakan Pasal 316 UU 10/2008 tentang Pemilu tidak adil, terutama terhadap partai politik (parpol) peserta Pemilu 2004 yang tidak memenuhi aturan electoral threshold (ET).

Dalam sidang uji materi UU Pemili di Jakarta, Kamis (10/7), MK mengabulkan permohonan partai-partai politik peserta Pemilu 2004 yang tidak memperoleh kursi di DPR.

Partai-partai itu menyatakan keberadaan Pasal 316 huruf D UU Pemilu dirumuskan dan ditetapkan secara sewenang-wenang dan tidak memberikan kepastian hukum yang adil. "Alasan pemohon beralasan, karena MK mengabulkan dan menyatakan pasal 316 huruf d UU tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat," kata Ketua MK Jimly Asshidiqqie saat membacakan keputusan di MK.

Jimly dalam memutuskan putusan perkara tersebut didampingi 8 hakim konstitusi. MK menyatakan, Pasal 136 huruf D UU tersebut tidak jelas pengaturannya, apakah untuk semua partai atau tidak. Menurut MK, parpol- parpol peserta pemilu 2004 baik yang memenuhi Pasal 316 huruf D UU tersebut maupun tidak, seharusnya mempunyai kedudukan yang sama, yaitu sebagai parpol peserta Pemilu 2004 yang tidak memenuhi ET, sebagaimana dimaksud baik oleh Pasal 9 Ayat (1) UU 12/2003 maupun Pasal 315 UU 10/2008.

Pasal 316 huruf D, kata Jimly, merupakan peraturan yang memberikan perlakuan yang tidak sama dan menimbulkan ketidakpastian hukum dan ketidakadilan terhadap sesama parpol peserta Pemilu 2004 yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 315 UU 10/2008. Parpol-parpol yang mengajukan permohonan uji materi adalah Partai Persatuan Daerah (PPD), Partai perhimpunan Indonesia Baru (PPIB), Partai nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK), Partai Patriot Pancasila, Partai Buruh Demokrat, Partai Sarikat Indonesia dan Partai Merdeka.

Partai-partai tersebut tidak memenuhi ET 3 persen jumlah kursi di DPR dalam Pemilu 2004. Dalam permohonanannya, para pemohon menyatakan keberatan atas Pasal 316 huruf D UU tersebut dirumuskan dan ditetapkan sewenang-wenang dan tidak memberikan kepatian hukum yang adil bagi para pemohon.

Dengan adanya ketentuan tersebut, parpol peserta Pemilu 2004 yang tidak memenuhi ET namun memiliki kursi di DPR tidak mempunyai kewajiban mengkuti verifikasi oleh KPU dan dengan sendirinya dapat mengikuti Pemilu 2009.

(34)

Kompas Jumat, 11 Juli 2008

Pilk a da Ja t im

An ca m a n Golp u t Tin g g i

Jumat, 11 Juli 2008 | 03:00 WIB

Surabaya, Kompas - Hingga hari kelima kampanye pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2008-2013, Kamis (10/7), antusiasme masyarakat masih terlihat rendah. Sejumlah pengamat pun memperkirakan angka golput dalam pemilihan yang akan dilakukan pada 23 Juli ini sekitar 40 persen.

Masyarakat memang mulai menghadiri kampanye kelima pasangan calon. Namun, kehadiran mereka lebih didorong oleh ketertarikan pada pertunjukan dangdut atau pembagian serta penjualan sembako murah yang digelar para pasangan calon.

Sedangkan di daerah yang belum didatangi para kandidat, bahkan ada yang belum tahu waktu pelaksanaan pilkada dan belum memutuskan siapa yang akan dicoblos.

”Saya mungkin tidak memilih karena belum tahu siapa yang bagus. Semua calon sepertinya sama saja. Di rumah saya, hanya anak yang sering ikut kampanye karena mendapat kaus dan uang,” kata Suyatno, pengemudi taksi di Surabaya. Dia juga belum mengetahui apakah dirinya terdaftar sebagai pemilih atau tidak.

Nasir, warga Tambakwedi, Surabaya, mengaku belum tahu waktu pencoblosan dan bagaimana prosesnya. Sebab, belum ada petugas dari KPUD atau desa yang menjelaskan kepadanya.

Djunaidi, karyawan swasta yang tinggal di Sukodono, Sidoarjo, juga mengaku belum tahu apakah dirinya terdaftar sebagai pemilih atau tidak. Saat ditanya apakah tahu kapan waktu pencoblosan, dia menjawab, ”Saya baca di spanduk-spanduk tanggal 23 Juli. Tetapi belum pernah ada penjelasan dari pak RT atau pak lurah, pegawai KPUD pun belum turun ke lapangan,” kata Djunaidi.

”Saya tidak cukup bersemangat memilih pemimpin kali ini. Ini karena selama ini pemimpin yang saya pilih tidak ada yang bisa mewujudkan janji-janjinya menyejahterakan rakyat,” tutur Hari (28), warga Simpang Grajakan Kota Malang, Kamis.

Yang dirasakan Hari adalah calon-calon pemimpin hanya memanfaatkan suara rakyat selama mereka butuh. ”Setelah suara diperoleh, seringnya mereka lupa dengan janji-janji mereka,” ujar Hari.

Aburaden, salah seorang pemilik warung di Sumenep, antusias ketika mengenakan kaus yang diberikan pasangan kandidat yang sedang berkampanye. Namun, saat ditanya tentang pemungutan suara 23 Juli, antusiasmenya menghilang. ”Tahu, tanggal 23. Tapi, belum tahu bagaimana nanti,” katanya.

Golput 40 persen

Rendahnya antusiasme warga itu membuat pengajar Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya, M Asfar, dan Sekretaris Jenderal Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Jatim Rikson Nababan memperkirakan angka golput di pilkada mendatang sekitar 40 persen.

(35)

Kompas Jumat, 11 Juli 2008

Padahal, sebagian masyarakat mulai merasa tidak banyak manfaat yang dapat diambil dari berbagai pemilihan itu. Kehidupan mereka tetap dirasa berat. ”Mereka jenuh terus mendengar janji dan memilih calon tanpa ada perbaikan kualitas hidup,” ujar Asfar. Tingginya golput ini juga karena masyarakat merasa tak bisa menagih janji apa pun kepada calon gubernur atau wakil gubernur yang menang.

Rikson Nababan menyatakan, tidak sedikit orang terpaksa menjadi golput karena tidak terdata sebagai pemilih. ”Di Surabaya yang dekat dengan KPU Jatim saja ada sekitar 30.000 pemilih tidak terdaftar,” ujarnya.

Data KIPP, ada sekitar 10 persen calon pemilih yang tersebar di 18 kabupaten dan kota di Jatim yang tidak terdaftar. ”Angka golput terpaksa ini bisa empat juta pemilih,” ucap Nababan.

Pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Malang, M Mas’ud Said, mengatakan, apatisme pemilih untuk menggunakan hak suaranya disebabkan tiga hal, yaitu kondisi alamiah seperti geografis yang menyulitkan masyarakat, tingkat kejenuhan politik, serta keadaan di mana performa politik Indonesia, termasuk partai politik, politikus, dan birokrat, tidak juga membaik, bahkan turun.

(36)

Kompas Sabtu, 12 Juli 2008

Ca lon Ja n j ik a n Ka m p a n y e Sa n t u n

Aldy N om or Ur u t Sa t u d a n Soh e N om or Ur u t D u a

KOMPAS/WISNU AJI DEWABRATA / Kompas Images Sabtu, 12 Juli 2008 | 03:00 WIB

Palembang, Kompas - Nomor urut pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sumatera Selatan ditentukan oleh KPU Sumsel melalui pengundian, Jumat (11/7). Pasangan Alex Noerdin-Eddy Yusuf atau Aldy mendapat nomor urut satu dan Syahrial Oesman-Helmy Yahya atau Sohe mendapat nomor urut dua.

Acara pengundian dilaksanakan di Hotel Swarna Dwipa mulai pukul 14.00 yang dihadiri kedua pasangan calon. Para pasangan calon terlihat akrab satu sama lain, bahkan Alex Noerdin sempat berpelukan dengan Syahrial Oesman.

Mekanisme pengundian melalui dua tahap. Tahap pertama mengundi siapa yang berhak mengambil undian lebih dulu, dan tahap kedua mengambil undian nomor urut.

Anggota KPU Sumsel, Alfiyan Toni, mengatakan bahwa para pasangan calon juga menandatangani surat pernyataan bersedia mengikuti debat publik sesuai ketetapan KPU Sumsel.

Menurut Ketua KPU Sumsel Savitri Irwan, acara debat publik rencananya akan disiarkan sebuah stasiun televisi nasional supaya diketahui masyarakat luas. Sedangkan jadwal pelaksanaan debat publik akan ditentukan KPU Sumsel kemudian.

Menurut Alfiyan Toni, para pasangan calon diminta kesediaannya menandatangani ikrar siap menang dan siap kalah pada hari pertama kampanye. Ikrar siap menang dan siap kalah akan ditandatangani di Gedung DPRD Sumsel saat pembacaan visi dan misi.

”Tujuan ikrar adalah mewujudkan pilkada yang berkualitas, langsung, umum, bebas, dan rahasia. Selain itu, juga untuk mewujudkan keharmonisan dan melaksanakan kampanye yang sejuk, aman, damai, sopan, dan mendidik,” kata Alfiyan Toni.

Helmy Yahya mengatakan, pasangan Sohe akan melakukan kampanye dengan sangat santun. Artinya, tidak melakukan kampanye yang mendiskreditkan orang lain.

Saat ditanya mengenai imbauan KPU Sumsel mengenai etika berkampanye, Alex menuturkan pihaknya tidak mengenal kampanye hitam.

Target menang

Mengenai hasil penentuan nomor urut, Syahrial Oesman mengatakan, nomor satu atau nomor dua sama saja karena yang paling penting menang. ”Nomor dua yang kami dapat, itu sesuai dengan kemenangan ganda Sriwijaya FC,” kata Syahrial.

Syahrial mengatakan, debat publik akan diikutinya untuk memberikan pendidikan politik bagi masyarakat Sumsel.

Menurut Alex Noerdin, beberapa kali pilkada yang diikutinya selalu mendapat nomor satu. ”Targetnya insya Allah menang. Menang satu suara pun alhamdulillah,” kata Alex.

(37)

Kompas Senin, 14 Juli 2008

M e n ola k Polit ik Ua n g

Senin, 14 Juli 2008 | 10:39 WIB

Politik uang dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim diakui akan mengurangi kualitas suksesi politik tersebut. Meskipun demikian, praktik kotor ini dinilai tidak menjamin akan memengaruhi pemilih dalam memutuskan pilihannya.

(38)

Kompas Senin, 14 Juli 2008

Se lu r u h Ba n y u w a n g i Te r a n ca m Golp u t

Ke t ua da n Anggot a KPU Ba ny uw a ngi Be r e nca na M undur

Senin, 14 Juli 2008 | 10:25 WIB

Surabaya, Kompas - Seluruh pemilih yang berjumlah 1,3 juta orang di Banyuwangi terancam menjadi golongan putih atau golput dalam Pemilihan Kepala Daerah Jawa Timur pada 23 Juli mendatang. Ancaman itu menyusul kemungkinan pengunduran diri tiga anggota dan Ketua KPU Banyuwangi.

Anggota KPU Jawa Timur Arief Budiman mengatakan, sudah mendengar rencana pengunduran diri itu. Tiga anggota, yakni Supiyanto, Hari Prasetyo, dan Muhaimin Sutawijaya, serta Ketua KPU Banyuwangi Ahmad Syakib meninjau kemungkinan mengundurkan diri. Penguduran diri itu menyusul vonis bersalah dalam kasus korupsi dana Pemilu 2004 yang dijatuhkan Pengadilan Negeri Banyuwangi pada Selasa (8/7).

"Sampai hari ini saya belum menerima surat pengunduran diri ataupun salinan vonis. Saya juga tidak bersikap karena ini harus dibahas pada pleno," ujar Arief di Surabaya, Minggu (13/7).

Jika mereka sampai mengundurkan diri, tahapan pilkada bisa terganggu. Gangguan paling fatal berupa 1,3 juta pemilih terdaftar di Banyuwangi terpaksa tidak bisa menggunakan hak suaranya.

Sekretaris KPU Jatim Zainal Muhtadien menyatakan belum menerima surat pengunduran diri mereka. Meskipun demikian, KPU akan menggelar rapat pleno untuk menyikapi kemungkinan pengunduran diri mereka. "Pasti akan dibahas semua skenario terkait kondisi itu," ujarnya.

Saat ini, KPU Jawa Timur mendorong agar empat orang itu terus bekerja. Apalagi PN Banyuwangi tidak memerintahkan penahanan kepada mereka. Dengan demikian, mereka bisa bekerja sambil terus mengajukan upaya hukum terkait kasus tersebut.

Sementara itu, Hari Prasetyo mengatakan, saat ini dirinya berusaha tetap bekerja. Namun, diakui tidak bisa berkonsentrasi sepenuhnya pada masa kritis dari tahapan pilkada ini. "Kami sadar ada tugas negara. Tetapi, kondisi psikologis kami amat terpengaruh vonis itu," ujarnya.

Ia dan tiga koleganya masih memiliki waktu dua hari untuk berpikir apakah akan banding atau tidak atas vonis itu. Mereka juga masih menunggu hasil konsultasi dengan KPU Jatim. "Kami ini sudah jatuh, tertimpa tangga, kena genteng lagi," tuturnya. Tetap menyalurkan

Hari menuturkan, KPU Banyuwangi tetap berusaha menyalurkan logistik pokok pemilihan. Kemarin, sebagian logistik sudah dikirim ke Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK). "Tinta, formulir penghitungan suara, dan kartu pemilih belum didistribusikan karena kami belum terima dari KPU Jatim," ujarnya.

(39)

Kompas Senin, 14 Juli 2008

Ka n d id a t Gu b e r n u r

Te nt a r a di Pilk a da

Solichin Abdul Wahab Senin, 14 Juli 2008 | 03:00 WIB

Oleh Solichin Abdul Wahab

Ada fenomena yang menggelitik daya kontemplasi kita saat mencermati pemilihan kepala daerah atau pilkada di Jawa Timur kali ini. Di provinsi padat penduduk ini, dua perwira tinggi tentara berpangkat brigadir jenderal (keduanya berasal dari TNI AD) tampil sebagai calon wakil gubernur. Brigjen (Purn) Suhartono, misalnya, dengan gagah mendampingi Achmady, yang berangkat dengan kendaraan politik Partai Kebangkitan Bangsa.

Di pihak Khofifah Indar Parawansa, yang didukung koalisi 12 partai politik, Brigjen (Purn) Mudjiono mendampinginya sebagai calon wakil gubernur. Apakah ini menyiratkan sebuah citra politik bahwa politisi sipil kita sebenarnya masih kurang percaya diri sehingga butuh pendamping yang asal militer?

Kegalauan sebagian orang atas tampilnya para perwira tentara dalam politik itu tak seluruhnya salah karena memang ada akar sejarahnya. Tentara kita sudah amat piawai berpolitik sejak awal kemerdekaan. Ketika bergerilya melawan Belanda di daerah kantong-kantong Republik, sudah ada tentara yang jadi bupati, bahkan gubernur.

Lebih-lebih di masa Orde Baru. Bersinergi dengan Golkar, tentara praktis hadir di semua lini pengambilan keputusan politik penting negeri ini. Orang kepercayaan Soeharto, Ali Moertopo, di awal Orde Baru menyusun buku Akselerasi Modernisasi 25 Tahun.

Konsekuensi lanjut dari semua itu peran politik tentara, lewat sosialisasi masif dan proses indoktrinasi yang sistematis, kemudian dianggap sebagai sebuah keniscayaan bagi terjamin tetap tegaknya republik ini. Anggapan itu berdampak negatif terhadap upaya penguatan nilai- nilai kepemimpinan kalangan sipil dan birokrasinya.

Mereka menjadi tidak mandiri dan tak punya nyali untuk tampil ke depan menjadi pemimpin karena takut berkompetisi dengan perwira tentara, yang secara politis lebih diunggulkan. Selama 32 tahun tegaknya Orde Baru, selama itu pula tentara malang-melintang menjadi primadona politik. Dengan alasan, suatu daerah tak aman atau secara politis tak stabil, penguasa saat itu dapat menunjuk seorang perwira menduduki jabatan entah sebagai caretaker bupati/wali kota atau gubernur.

Asalkan aturan main perpolitikan sipil tetap dijunjung tinggi, sebenarnya tidak ada yang salah jika seorang pensiunan perwira berkecimpung dalam politik. Di Amerika Serikat, saat ini ada senator gaek, McCain, yang mantan marinir sedang bersaing dengan Senator Obama yang sipil. Pada Pemilu 2009 akan ada Partai Hati Nurani Rakyat yang didirikan dan dipimpin Jenderal (Purn) Wiranto dan Partai Gerakan Indonesia Raya yang di belakangnya berdiri Letjen (Purn) Prabowo Subianto. Dan, jangan lupa, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah pensiunan jenderal.

(40)

Kompas Senin, 14 Juli 2008

Lebih penting dari itu semua adalah bagaimana membangun performa politik untuk merealisasikan perjuangan panjang melawan kemiskinan dan berbagai bentuk penindasan dengan mengedepankan penguatan masyarakat sipil atau setidaknya perlindungan atas hak-hak sipil.

(41)

Seputar I ndonesia Senin, 14 Juli 2008

Ba n g Yos Be r j a n j i Pe r j u a n g k a n Ot on om i D a e r a h

Monday, 14 July 2008

JAKARTA(SINDO) – Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso berjanji akan melaksanakan otonomi daerah dengan konsisten apabila terpilih menjadi presiden pada Pilpres 2009 , karena pelaksanaan kebijakan yang tidak konsisten itu membuat daerah sulit berkembang baik secara ekonomi maupun intelektual.

Di sela-sela kunjungannya meresmikan Sutiyoso Center Wilayah III Jabar di Cianjur, kemarin, Sutiyoso mengatakan, undang-undang otonomi daerah harus dilaksanakan secara konsekuen baik dari sisi pemberian wewenang maupun anggaran sehingga daerah dapat berkembang menciptakan lapangan pekerjaan dan tidak terjadi konsentrasi penduduk hanya di kota-kota besar seperti Jakarta.

Kebijakan pembangunan ”capital intensive” yang cenderung hanya padat modal selama ini harus diubah ke investasi yang padat karya dengan membuka seluas-seluasnya akses permodalan dan pemasaran bagi industri-industri kecil (UKM) agar mereka bisa bersaing dan menyerap banyak tenaga kerja.

Menurut Sutiyoso , program-program pemberdayaan ekonomi kerakyatan harus ditingkatkan agar daya beli masyarakat meningkat dan roda ekonomi bisa berputar serta tumbuh dengan baik. ”Kalau diibaratkan sebagai jaringan pipa air besar, distribusi modal dan kekuatan ekonomi sekarang ini hanya bisa dinikmati oleh orang-orang yang memang memiliki jaringan pipa besar juga, tapi bagaimana dengan yang kecil-kecil yang belum memiliki jaringan,” katanya.

Ketika 10 tahun menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso mengaku sudah menjalankan program pemberdayaan ekonomi rakyat di antaranya dengan memberik

Referensi

Dokumen terkait

yang telah diberikan kepada pemegang Surat Izin Pertambangan Daerah atau Kuasa Pertambangan yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

Salah satu penyebab kesulitan siswa dalam pemecahan masalah matematika adalah pendekatan yang digunakan oleh guru bidang studi ( teacher centered ), masih didominasi oleh

File: expd Gambaran Tipe: Kontinyu Format: numeric Desimal: 0 Range: 40-3680 Satuan (UNIT) File: expd Gambaran Tipe: Diskrit Format: character Width: 3. Nilai

Pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba pernah diteliti oleh Widyastuti (2009), dan hasil penelitian menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional

Peran kelompok tani di Desa Bukit Lingkar telah berjalan dengan cukup baik, hal ini dapat terlihat dari data yang telah diolah melalui Skala likert, sehingga

Adhedhasar lelandhesan panliten kang wis diandharake ing dhuwur, mula bisa didudut perkara- perkara kang bakal dionceki ing panliten iki yaiku (1) Kepriye wujud

Digitasi on screen merupakan suatu teknik digitasi atau proses konversi dari data format raster ke dalam format vektor. Pada teknik ini, peta yang akan digitasi terlebih