• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK MODELLING MELALUI SIKAP PEDULI DALAM MENANGANI PERILAKU AGRESIF ANAK DI DESA KETEGAN TANGGULANGIN - SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK MODELLING MELALUI SIKAP PEDULI DALAM MENANGANI PERILAKU AGRESIF ANAK DI DESA KETEGAN TANGGULANGIN - SIDOARJO."

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam

(S, Sos.I)

Disusun Oleh: Yuli Agustin NIM. B03211036

BIMBINGAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)

iii







































































































Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.Dan janganlah suka mencela dirimu sendiridan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang ejekan.Seburuk-buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Qs. Al-Hujurat: 11).1

1

(5)

iv

Ku persembahkan karya tulis skripsi ini teruntuk:

Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan setiap langkah kakiku dalam menempuh aktivitas akademisi, yang selalu ikhlas menafkahiku selama berproses sejak kecil hingga saat ini, yang selalu tersenyum walaupun menyimpan sejuta masalah demi kebahagiaanku, yang selalu sabar dalam membimbingku, yang tak pernah lelah memberikan nasihat untukku. Semoga beliau senantiasa diberi panjang umur dan Khusnul Khotimah di dunia dan akhirat.

Kepada kakakku satu-satunya, terima kasih selama ini telah memberikan semangat kepada adikmu ini, memberikan motivasi-motivasi untukku.

Kepada adikku tersayang Yeny Silviani yang selama ini telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya serta memberikan motivasi yang membuat kakakmu ini bersemangat.Kepada Bu Dhe Suwarni, terima kasih telah memberikan banyak nasihat-nasihat kepadaku, semua nasihatmu akan tetap terniang dalam ingatan dan fikiranku.

Kepada jodohku yang selalu memberikan support kepadaku, kepada teman-temanku BKI ’11 UIN Sunan Ampel Surabaya yang selalu melatih saya untuk meningkatkan rasa persaudaraan agar hati kita tetap teguh dan selalu yakin.

Untuk sahabat-sahabat semuanya, selalulah menjaga tali silaturrahim sesame dan buang jauh-jauh rasa saling menyakiti, takabur, iri, dan penyakit hati lainnya. Janganlah pernah berhenti berikhtiar disertai dengan doa. Akhir

(6)
(7)

vi

Dalam skripsi ini, ada dua permasalahan yang dikaji, yaitu (1) Bagaimana proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Modeling melalui Sikap Peduli dalam mengatasi Perilaku Agresif Anak di Desa Ketegan Tanggulangin- Sidoarjo, (2) Bagaimana pelaksanaan akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Modeling melalui Sikap Peduli dalam mengatasi seorang anak berperilaku agresif di Desa Ketegan Tanggulangin – Sidoarjo.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis deskriptif yang menggambarkan fenomena yang terjadi di lapangan dan untuk mengetahui data mengenai proses Bimbingan Konseling Islam dengan teknik modeling melalui sikap Peduli dalam mengatasi perilaku agresif anak beserta hasil dari proses konseling tersebut. Analisa menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan proses Bimbingan Konseling Islam dengan teknik modeling sebelum dan sesudah dilakukan proses bimbingan.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Modelling melalui sikap peduli dalam mengatasi perilaku agresif anak dilakukan konselor dengan langkah-langkah identifikasi masalah, diagnosa, prognosis, treatment/terapi dengan teknik modeling yaitu dengan cara konselor sebagai model memberikan percontohan kepada konseli terkait dengan perilaku agresif sehingga dapat membentuk tingkah laku baru dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk dan follow up/evaluasi. (2) Hasil Bimbingan Konseling Islam dengan teknik modeling melalui sikap peduli dalam mengatasi perilaku agresif anak mengalami perubahan sikap yang lebih baik sebelum diadakannya pelaksaan bimbingan konseling. Konseli sudah tidak lagi memukul temannya, sudah tidak pernah mengucapkan kata-kata kotor maupun mengejek temannya, tidak berbuat usil di dalam kelas, dan mampu mengendalikan emosinya. Keberhasilan dalam bimbingan konseling ini di ukur dengan standart uji persentase kualitatif sebanyak 71,4% dan di ketegorikan cukup berhasil.

(8)

ix

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Definisi Konsep ... 11

F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 17

2. Sasaran dan Lokasi Peneltian ... 18

3. Jenis dan Sumber Data ... 19

4. Tahap-tahap Penelitian ... 22

5. Teknik Pengumpulan Data ... 27

6. Teknik Analisis Data ... 30

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 31

G. Sistematika Penulisan... 33

BAB II BIMBINGAN KONSELING ISLAM, TEKNIK MODELLING, SIKAP PEDULI DAN AGRESIF A. Bimbingan Konseling Islam, Teknik Modelling, Sikap Peduli dan Agresif 1. Bimbingan dan konseling Islam a. Pengertian Bimbingan Konseling Islam... 35

b. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling ... 37

c. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ... 38

d. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam ... 39

e. Asas-asas Bimbingan dan Konseling Islam ... 44

f. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam ... 44

g. Unsur-unsur dalam proses Bimbingan Konseling Islam ... 47

2. Teknik Modeling a. Pengertian Modelling ... 52

b. Tujuan Modelling ... 54

c. Macam-macam Modelling ... 55

(9)

x

penokohan (modeling) ... 61

j. Pengaruh Modeling ... 62

k. Langkah-langkah Modelling ... 62

3. Sikap Peduli ... 63

4. Agresif a. Pengertian Perilaku Agresif ... 66

b. Ciri-ciri Perilaku Agresif... 68

c. Jenis-jenis perilaku Agresif ... 70

d. Penyebab Agresif ... 74

e. Teori-teori Agresi ... 77

B. Kriteria Keberhasilan Bimbingan Konseling Islam ... 80

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 80

BAB III BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK MODELLING MELALUI SIKAP PEDULI DALAM MENGATASI PERILAKU AGRESIF ANAK DI DESA KETEGAN, TANGGULANGIN-SIDOARO A. Perilaku Agresif Anak di Desa Ketegan Tanggulangin-Sidoarjo 1. Desa Ketegan ... 85

2. Deskripsi Konselor ... 86

3. Deskripsi Konseli ... 88

4. Latar Belakang Keluarga Konseli ... 91

5. Perilaku Agresif Anak ... 92

B. Teknik Modelling dengan Sikap Peduli 1. Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Modelling Melalui Sikap Peduli Dalam Mengatasi Perilaku Agresif Anak di Desa Ketegan, Tanggulangin Sidoarjo ... 93

2. Hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Modelling Melalui Sikap Peduli Dalam Mengatasi Perilaku Agresif Anak di Desa Ketegan, Tanggulangin Sidoarjo ... 115

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK MODELLING MELALUI SIKAP PEDULI DALAM MENGATASI PERILAKU AGRESIF ANAK DI DESA KETEGAN, TANGGULANGIN-SIDOARO A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Modelling melalui Sikap Peduli dalam Mengatasi Perilaku Agresif Anak di Desa Ketegan Tanggulangin Sidoarjo ... 119

B. AnalisisHasil Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Modelling Melalui Sikap Peduli Dalam Mengatasi Perilaku Agresif Anak di Desa Ketegan, Tanggulangin Sidoarjo ... 126

(10)
(11)

xii

Tabel 1.2. Analisis Kondisi konseli sebelum dan sesudah proses konseling. Tabel.2.1. Bentuk-bentuk Agresif

Tabel. 3.1. Modeling terhadap bentuk perilaku agresif

Tabel. 4.1. Langkah-langkah konselor dalam proses bimbingan konseling islam

Bagan 4.2. Modeling dengan sikap peduli

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada anak-anak usia sekolah dasar, umumnya berada dalam proses perkembangan yang berlangsung dengan cepat dalam aspek fisik, emosional, intelektual dan sosial. Dalam tahap perkembangan tersebut, tak jarang anak mengalami hambatan atau bahkan melakukan perilaku yang keliru yang dapat merugikan mereka, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Perilaku yang dicerminkan dapat berupa perilaku yang positif dan perilaku yang negative. Salah satunya yaitu berupa perilaku kenakalan. Kenakalan pada anak dimaknai sebagai suatu bentuk perilaku yang tidak sesuai dengan norma

– norma yang hidup di tengah masyarakat. Perilaku yang tidak sesuai dengan

norma itu dianggap sebagai anak yang cacat social dan kemudian masyarakat menilai cacat tersebut dianggap sebagai sebuah kelainan sehingga perilaku mereka pun disebut dengan kenakalan. Pada umumnya kenakalan atau istilah lain Deliquency merupakan produk konstitusi defektif dari mental dan emosi- emosi, yaitu mental dan emosi anak muda yang belum matang (labil) dan jadi rusak (defektif) sebagai akibat proses pengondisian oleh lingkungan yang buruk.1

Siswa di Sekolah Dasar (SD) akan mengalami masalah-masalah yang berkenaan dengan : Pertama,perkembangan individu. Kedua, perbedaan individu dalam hal : kecerdasan, kecakapan, hasil belajar, bakat, sikap,

(13)

kebiasaan, pengetahuan, kepribadian, cita-cita, kebutuhan, minat, pola-pola, dan tempo perkembangan, ciri-ciri jasmaniah dan latar belakang lingkungan. Ketiga, kebutuhan individu dalam hal: memperoleh kasih sayang, memperoleh harga diri, memperoleh penghargaan yang sama, ingin dikenal, memperoleh prestasi dan posisi, untuk dibutuhkan orang lain, merasa bagian dari kelompok, rasa aman dan perlindungan diri, dan untuk memperoleh kemerdekaan diri. Keempat, penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku. Kelima, masalah belajar.

Perilaku yang sering terjadi pada anak adalah perilaku agresif. Perilaku agresif secara psikologi cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan, menghalangi atau menghambat. Perilaku ini terjadi pada masa perkembangan, karena pada masa inilah seorang anak sudah mulai merasa ingin mengetahui dan ingin melakukan sesuatu yang dia inginkan walaupun tanpa dia sadari sesuatu yang dia lakukan itu dapat berdampak negative pada dirinya sendiri ataupun pada orang lain.2

Sikap marah terhadap anak yang kelewat nakal tentu diperbolehkan dengan maksud untuk mengingatkan dia agar tidak mengulangi kenakalannya. Namun harus diingat juga, jangan sampai terlewat marah hingga memukul anak. Menampar/memukul anak saat berumur 5 tahun justru akan membuat dia menjadi nakal dan agresif, meskipun itu dilakukan sesekali. Anak selalu mencontoh apapun yang dia lihat dan alami. Perilaku

(14)

agresif anak muncul manakala ia merasakan adanya ancaman, marah, gusar, atau frustrasi.

Perilaku agresif sesungguhnya merupakan reaksi normal pada anak-anak yang masih kecil (usia 2-3 tahun). Anak-anak secara naluriah akan memunculkan perilaku ini ketika mereka merasa tidak nyaman, ketika mereka ingin melindungi diri mereka, atau ketika mereka ingin mencapai suatu tujuan tertentu namun tidak mengetahui bagaimana cara yang lebih baik untuk meraihnya. Selain itu, perilaku agresif juga merupakan cara khas anak kecil untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka tidak suka pada apa yang dilakukan orang lain terhadap mereka. Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya usia mereka, anak-anak seharusnya menjadi semakin mampu menggunakan cara-cara yang lebih tepat untuk meraih tujuannya, sehingga tidak perlu bertindak dengan cara yang agresif.

Perilaku agresif menjadi bagian dari tahapan perkembangan mereka dan sering kali menimbulkan masalah, baik itu di rumah, sekolah ataupun dalam suatu kelembagaan yang mana disuatu tempat tersebut dia dapat berinteraksi terutama dengan orang lain. Diharapkan setelah melewati usia 7 tahun, anak sudah lebih dapat mengendalikan dirinya untuk tidak menyelesaikan masalah dengan perilaku agresif, tetapi bila keadaan ini menetap, maka ada indikasi anak mengalami gangguan psikologis sehingga dapat menghambat perkembangan psikologis anak tersebut.

(15)

sakit secara psikis. Perilaku agresif yang menyebabkan sakit fisik (non verbal) antara lain memukul, menggigit, mencubit, menendang, menginjak, melempari orang dengan benda, dsb. Sedangkan secara psikis (verbal) diantaranya mengucapkan kata-kata hinaan atau mengejek, memaki dengan kata-kata kotor, melecehkan, mengancam, membentak orang yang lebih tua, atau bahkan memerintah orang lain seenaknya saja.

Dengan adanya perubahan baik dari sisi seksual, psikologis maupun sosial membuat masa anak- anak seringkali menjadi masa-masa rawan terjadinya adanya perilaku agresif yang diakibatkan kurangnya bimbingan orang tua, kurangnya perhatian guru, pengaruh lingkungan, pergaulan yang tidak baik atau kurangnya perhatian dari orang tua adanya pola asuh anak yang dapat mempengaruhi semua ini.3

Seperti halnya sebuah kasus atau masalah yang terjadi di kawasan Desa Ketegan, yang mana pada anak usia 10 tahun keatas masih belum bisa mengendalikan emosinya dan belum dapat menepatkan diri dengan baik di lingkungannya. Perkembangan moral pada anak mempunyai aspek kecerdasan dan aspek impulsive. Anak harus belajar apa yang benar dan apa yang salah.4 Disini anak tersebut mengalami masalah agresifitas dalam kesehariannya. Berkali-kali mendapatkan hukuman baik dari orang tua maupun dari gurunya, tetapi tetap saja tidak dapat menghentikan perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk lebih memahami tentang perilaku agresif

3 Pohan. Masalah Anak dan Anak Bermasalah (Jakarta : Intermedia, 1986), hal.67.

(16)

anak khususnya pada anak sekolah dasar, peneliti akan melakukan penelitian terhadap salah satu anak yang bermasalah.

Konseli ini bernama Nur Rohman Bahrul atau biasa dipanggil Arul merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Arul hanya tinggal bersama Ayahnya saja, Ibunya meninggal dunia ketika ia duduk di bangku TK. Saudara perempuannya sudah menikah dan tinggal dengan suaminya. Ayahnya merupakan pensiunan TNI-AD, sekarang ini beliau membuka bengkel motor dan rental PS. Di rumah, Arul sudah dibiasakan untuk mengerjakan tugas rumah mulai dari menyapu, memasak, mencuci baju, dan lain sebagainya. Ayah Arul mendidik dia dengan keras, tidak jarang pula ia mendapat perlakuan kasar dari Ayahnya. Misalnya, jika Arul tidak menyapu rumah, tidak mau memasak atau menuruti perintah ayah yang lainnya, maka ayahnya langsung memukuli dia.5 (menurut penuturan dari tetangga Arul, tanggal 14 November 2014 pukul 09.00 WIB).

Saat ini Arul berusia 12 tahun dan duduk di bangku sekolah dasar kelas 6. Bentuk kenakalan yang dialami Arul berupa sering mengganggu teman- temannya, seperti memukul, berkata kotor, menyuruh temannya mengerjakan tugas secara paksa, mengosek kepala temannya, melempari barang yang ada di sekitarnya, sering membentak, bahkan pernah sampai mencekik leher adik kelasnya hingga membuat si anak tersebut menangis karena kesakitan. Perbuatan Arul ini hampir setiap hari ia lakukan, orang - orang yang ada di sekitar Arul sering merasa terganggu dengan tingkah

(17)

lakunya. Ketika di rumah Arul tidak memiliki kebebasan, dia dapat bermain bebas saat dia berada di sekolah, tempat mengaji dan les, selebihnya wakunya dihabiskan untuk membantu Ayahnya.

Menurut penuturan dari penjaga sekolah Bapak Saiful, mengatakan bahwa Arul sering terlambat datang ke Sekolah. Setiap kali ada adik kelas atau teman - temannya yang keluar dari kamar mandi dan bertemu dengan Arul, dia langsung menjaili temannya tersebut dengan cara dikosek kepalanya, memanggil temannya dengan panggilan kata kotor, bahkan dia sampai berkelahi.6 Sedangkan menurut informasi dari teman-teman sekelas Arul, jika di dalam kelas Arul sering membuat keributan, tidak bisa diam, mengganggu temannya, dan sebagainya. Yusuf teman sebangkunya mengaku bahwa setiap harinya dia dipaksa untuk menuliskan catatan atau mengerjakan tugas Arul secara paksa, mengosek dia setiap hari, bahkan dia pernah dipukul juga. Bukan hanya Yusuf saja, semua teman-teman Arul lainnya juga pernah diperlakukan yang sama seperti Yusuf, misalnya dilempari dengan penghapus, pensil, buku, ataupun barang-barang yang ada di sekitarnya. (Hasil wawancara dengan teman-teman Arul, tanggal 1 November 2014 pukul 09.30 WIB di belakang sekolah SDN Ketegan).

Setiap kali Arul melakukan perbuatan tercela, Arul merasa bahwa semua yang dia lakukan merupakan tindakan yang benar dan wajar, dia sendiri juga tidak mau disalahkan atas perbuatannya. Hukuman yang

(18)

diberikan oleh guru atau orang tuanya tidak mampu membuat dia jera agar tidak mengganggu orang lain.

Dari deskripsi konseli diatas, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian terhadap perilaku yang dialami oleh Arul, terutama perilaku agresif. Peneliti merasa penasaran, sebenarnya apa yang membuat Arul berperilaku agresif tersebut dan keingintahuan peneliti terhadap anak sekolah dasar yang sudah duduk dikelas 6 seharusnya sudah dapat membedakan perbuatan yang salah dan benar, tetapi pada kasus ini berbeda, Arul masih belum dapat membedakan mana yang harus dia lakukan dan yang dilarang.

Untuk membatasi penelitan ini agar tidak terjadi salah penafsiran, maka konselor memberikan batasan masalahnya, yaitu konselor akan terfokus pada tingkah laku agresif konseli berupa tindakan yang suka memukul temannya, berbicara kasar, serta menjaili temannya.

konselor akan melakukan terapi dengan menggunakan Behavior Therapi. Menurut Skinner bahwa dalam setiap situasi atau dalam merespon setiap stimulus, seseorang sudah memiliki perbendaharaan respon yang mungkin sesuai dengan stimulus tersebut dan mengeluarkan perilaku yang dikuatkan atau diberi ganjaran,7 Terapi ini menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku ke arah cara-cara yang lebih adaptif. Berlandaskan teori belajar, modifikasi tingkah laku dan terapi tingkah laku adalah pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan

7

(19)

psikoterapi yang berurusan dengan pengubahan tingkah laku. Pada dasarrnya, terapi tingkah laku bertujuan mengubah tingkah laku adaptif dengan cara memperkuat tingkah laku yang diharapkan dan meniadakan perilaku yang tidak diharapka serta berusaha menemukan cara- cara bertingkah laku yang tepat.8. Pada terapi behavior tersebut, konselor akan menggunakan teknik modelingnya, yaitu suatu suatu bentuk belajar melalui observasi yang menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang teramati, menggenalisir berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan proses kognitif.9

Selain itu memodifikasi terapi behavior dengan sikap peduli pada anak. Konselor akan menerapkan sikap peduli dalam proses konselingnya, konseli diajak untuk menumbuhkan sikap peduli sesama maupun peduli dengan lingkungan disekitarnya. Hal itu dimulai dari hal terkecil dulu, semisal dengan perilaku simpati, meminjamkan barang jika teman membutuhkan, memberi dan menerima pendapat orang lain, mengucapkan terima kasih, meminta maaf, menjalankan perintah dari guru atau orang tuanya, menumbuhkan cinta kasih sayang, dsb. Bukan hanya hal itu saja, disini konselor akan mengajak Arul untuk menimbal-balikkan perbuatan yang dilakukan kepada orang lain terhadap dirinya sendiri. Maksudnya, konselor meminta konseli apa yang dirasakannya jika orang lain melakukan hal sama terhadap dirinya, konseli diajak berfikir ulang apa dampak-dampak yang akan terjadi bila dia melakukan perbuatan tersebut. Konselor juga

8

Namora Lumonggan Lubis, Memahami Dasar- dasar Konseling (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 171.

9

(20)

memberikan penguatan-penguatan berupa nasihat ataupun yang lainnya dan memberikan contoh kepada Arul untuk berperilaku asertif bukan agresif. Dari sinilah peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang perilaku agresif yang dialami oleh seorang anak usia sekolah dasar dalam

penelitian ” Bimbingan Konseling Islam Dengan Teknik Modeling Melalui

Sikap Peduli Dalam Mengatasi Perilaku Agresif Anak Di Desa Ketegan, Tanggulangin-Sidoarjo “.

Ada beberapa keunikan yang mendorong peneliti untuk memilih judul tersebut, diantaranya adalah:

1. Melihat banyaknya permasalahan anak dalam periode perkembangannya, salah satu perilaku agresif yang dapat menghambat perkembangan sosial dan psikis anak.

2. Melihat keunikan pada diri konseli, untuk usia 12 tahun dalam proses bersosialisasi, seharusnya anak usia tersebut sudah dapat membedakan mana perbuatan yang baik, dan perbuatan yang buruk, serta bisa mengendalikan emosi yang ada pada dirinya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tentang tema diatas, maka peneliti memfokuskan permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan

(21)

2. Bagaimana pelaksanaan akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Modeling melalui Sikap Peduli dalam mengatasi seorang anak berperilaku aresif di Desa Ketegan Tanggulangin - Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Modeling melalui Sikap Peduli dalam mengatasi perilaku agresif di Desa Ketegan Tanggulangin - Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui hasil akhir pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Modeling melalui sikap peduli dalam mengatasi perilaku agresif di Desa Ketegan, Tanggulangin-Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini diharapkan sebagai berikut: 1) Secara Teoritis

a) Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam bidang Bimbingan Konseling Islam tentang pengembangan Teknik Modeling melalui sikap peduli dalam mengatasi perilaku agresif anak. b)Sebagai sumber informasi dan referensi tentang perilaku agresif pada

anak khususnya anak sekolah SD dengan menggunakan pendekatan konseling.

2) Secara Praktis

(22)

b)Bagi konselor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu teknik pendekatan yang efektif dalam menghadapi perilaku agresif anak.

E.Definisi Konsep

Adapun definisi konsep dari penelitian ini adalah: 1. Bimbingan dan konseling Islam

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seseorang atau beberapa individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungannya, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma- norma yang berlaku.10

Konseling adalah usaha membantu konseli/ klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.11 Dengan kata lain teratasinya masalah yang dihadapi klien/konseli.

Bimbingan konseling islam adalah proses pemberian bantuan terarah, continue dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragam yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginteralisasikan nilai- nilai yang terkandung di dalam al-qur’an dan hadist Rosulullah SAW kedalam dirinya, sehingga

10

Anas Salahuddin, Bimbingan dan Konseling (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal. 15.

11

(23)

ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan al- qur’an dan hadist.12

2. Teknik Modeling

Teknik modeling merupakan sebuah teknik yang berasal dari terapi belajar (tingkah laku). Terapi tingkah laku (behavioristik) adalah gabungan dari beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh ahli yang berbeda. Teori behavior pada dasarnya meyakini bahwa pola pemikiran manusia terbentuk melalui proses rangkaian stimulus–respon, yang saling terkait dan membentuk pola perilaku manusia yang berasal dari lingkungannya.13

Terapi tingkah laku berbeda dengan sebagian besar pendekatan terapi lainnya, ditandai oleh: (a) Pemusatan perhatian pada tingkah laku yang tampak dan spesifik, (b) Kecermatan dan penguraian tujuan- tujuan treatment, (c) perumusan prosedur treatment yang spesifik yang sesuai dengan masalah, dan (d) penaksiran objektif atas hasil- hasil terapi.14

Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi- kondisi baru yang lebih baik melalui proses belajar sehingga perilaku simtomatik dapat dihilangkan. Sedangkan tujuan secara khusus adalah mengubah tingkah laku adaptif dengan cara memperkuat tingkah laku

12

Samsul Munir Amir, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 23.

13

Yadi Purwanto, Psikologi Kepribadian (Bandung: PT. Refika Editama, 2007), hal. 40.

14

(24)

yang diharapkan dan meniadakan tingkah laku yang tidak diharapkan serta berusaha menemukan cara- cara bertingkah laku yang tepat.15

Teknik modeling yaitu mencontohkan dengan menggunakan belajar observasional.16 Modeling berakar dari teori Albert Bandura dengan teori belajar sosial. Modeling merupakan belajar melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus, melibatkan proses kognitif.17

Disini konselor akan memberikan pemodelan untuk diamati oleh Arul, model yang digunakan adalah konselor sendiri, artinya yaitu dengan pencontohan, dimana Arul akan mencontoh perilaku asertif yang efektif yang diperankan oleh model tersebut. Selain itu memberikan penguatan positif kepada konseli sebagai pembelajaran untuk menampilkan perilaku asertif secara terus menerus. Selanjutnya pemberian umpan balik (feed back) yang mana nantinya konselor memberikan saran- saran kepada Arul tentang apa yang seharusnya dia lakukan, jika dia melakukan tindakan tercela kepada temannya, bagaimana kalau temannya juga akan melakukan hal yang sama kepada Arul (timbal balik jika melakukan tindakannya).

15

Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar- dasar Konseling (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 171.

16

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansah- nuansah Psikologi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hal. 214.

17

(25)

3. Sikap Peduli

Peduli adalah sebuah nilai dasar dan sikap memperhatikan dan bertindak proaktif terhadap kondisi atau keadaan disekitar kita. Peduli merupakan sebuah sikap keberpihakan kita untuk melibatkan diri dalam persoalan, keadaan atau kondisi yang terjadi. Sikap kepedulian ditunjukan dengan sikap keterpanggilan untuk membantu mereka yang lemah, membantu mengatasi penderitaan, dan kesulitan yang dihadapi orang lain. Nel Noddings percaya bahwa siswa paling berkembang menjadi manusia yang kompeten ketika mereka merasa dipedulikan.18 Sikap peduli yang dilakukan guru, orang tua bahkan yang lainnya dapat memberikan contoh bagi anak agar anak tersebut dapat meniru sikap peduli tersebut. Dengan sikap peduli membuat anak menjadi diri yang lebih baik yang mampu menempatkan diri pada posisinya.

Sikap peduli dapat dilakukan dengan peduli pada diri sendiri, peduli pada saudara adik atau kakak, peduli pada orang tua, teman dan sesama. Cara kecil yang dapat dilakukan untuk melatih sikap kepedulian pada anak dapat diawali dengan memperdulikan diri sendiri, misalnya orang tua mengajarkan anaknya untuk menjaga kebersihan tubuhnya dengan cara mandi, menyikat gigi, berpakaian, makan yang teratur, dan seterusnya. Hal ini merupakan wujud kepedulian orang tua

18

(26)

terhadap anak sehingga ia merasa dipedulikan dan akhirnya ikut peduli pada dirinya dirinya sendiri dan orang lain.

Selain peduli terhadap dirinya sendiri, sangat penting pula seorang anak diajarkan untuk menumbuhkan sikap peduli terhadap sesama, baik orang tua, saudara, teman bahkan peduli terhadap lingkungan sekitar. Anak diajarkan untuk dapat memahami, menghormati orang lain, saling berbagi baik makanan dan mainan, membiasakan berkata dan bersikap baik dengan membiasakan kata-kata maaf dan terima kasih, saling menyayangi dan sebagainya.

Peneliti akan menumbuhkan sikap kepedulian kepada Arul. Arul akan dilatih untuk lebih sering mengucapkan kata- kata “maaf” setiap

kali dia melakukan kesalahan, dan mengucapkan “terima kasih” jika dia

mendapatkan penghargaan atau kepuasan dari orang lain. Arul akan diajak untuk lebih peka terhadap temannya, jika temannya membutuhkan bantuan, setidaknya Arul dapat memberikan sumbangsih baik bentuk verbal maupun non verbal.

4. Perilaku Agresif

Perilaku agresif secara psikologi berarti cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan, menghalangi atau menghambat. Perilaku ini dapat membahayakan pada anak atau orang lain.19 Agresi dapat diartikan

19

(27)

sebagai sebuah bentuk respon untuk mereduksi ketegangan dan frustasi melalui media tingkah laku yang merusak, berkuasa, atau mendominasi. Agresi terefleksi dalam tingkah laku verbal dan nonverbal. Contoh yang vebal : berkata kasar, bertengkar, panggilan nama yang jelek, jawaban yang kasar, sarkasme (perkataan yang menyakitkan hati, dan kritikan yang tajam). Sementara contoh yang nonverbal diantaranya : menolak atau melanggar aturan (tidak disiplin), memberontak, berkelahi (tawuran), mendominasi orang lain, dan membunuh.20

Lebih lanjut dikemukakan gejala-gejala perilaku agresif, yaitu sebagai berikut.

a. Selalu membenarkan diri sendiri. b. Mau berkuasa dalam setiap situasi c. Mau memiliki segalanya.

d. Bersikap senang mengganggu orang lain.

e. Menggertak, baik dengan ucapan atau perbuatan. f. Menunjukkan sikap pemusuhan secara terbuka. g. Menunjukkan sikap menyerang dan merusak. h. Keras kepala.

i. Bersikap balas dendam. j. Memperkosa hak orang lain. k. Bertindak serampangan (impulsif).

20

(28)

l. Marah secara sadis.21

Dari penjelasan tentang ciri- ciri anak yang mempunyai perilaku agresif, maka Arul tipe anak yang teridentifikasi mempunyai perilaku agresif. Diantaranya yaitu 1) Selalu membenarkan diri sendiri, setiap tindakan yang Arul lakukan dianggapnya selalu benar dan orang lain yang salah. 2) Bersikap senang mengganggu orang lain, hal tersebut terbukti dia sering melempari temannya dengan barang- barang yang ada disekitarnya, baik itu berupa buku, pensil, penghapus atau yang lainnya. Mengganggu ketika pelajaran berlangsung dengan cara membuat gaduh di dalam kelas, menjelek- jelekan nama temannya dengan kata- kata yang tidak sopan, bahkan setiap harinya selalu mengkosek temannya tanpa alasan yang jelas. 3) Menggertak dan memaksa, baik dengan ucapan atau perbuatan. Arul sering memaksa temannya untuk mengerjakan tugasnya, jika temannya menolak, maka dia akan memukul dan mengancam akan melakukan tindakan kasar terhadap temannya tersebut.22 4) Menunjukkan sikap menyerang. Arul sering memukul temannya tanpa alasan yang jelas bahkan berkelahi dengan teman sebayanya, 5) Berbicara kasar dan kotor. F.Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian ini konselor menggunakan pendekatan deskriptif komparatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J

Moleong dalam bukunya “Metode Penetian Kualitatif” merupakan

21

Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling

(Bandung: Rosda, 2005), hal. 220.

22

(29)

prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata- kata tertulis dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati.23

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah Study Kasus. Study Kasus merupakan study mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang hasil penelitian itu memberi gambaran luas dan mendalam mengenai unit social yang telah diteliti. Data atau informasi yang dikumpulkan dalam study kasus bersifat menyeluruh dan terpadu karena data tersebut meliputi aspek kepribadian individu dan menggunakan suatu pendekatan. Oleh karena itu study kasus dapat diartikan sebagai teknik seseorang individu secara mendalam dalam rangka membantu individu atau konseli tersebut memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian a. Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian adalah pihak yang berperan dalam penelitian ini yaitu Arul sebagai konseli, sedangkan konselornya adalah Yuli Agustin.

b. Lokasi Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, konselor mengambil wilayah yang merupakan tempat tinggal Arul di Desa Ketegan dan ditempat sekolah Arul yang terletak di SDN Ketegan Tanggulangin Sidoarjo.

23

(30)

Peneliti dapat mengetahui bagaimana kondisi lingkungan disekitar konseli termasuk didalamnya adalah kehidupan hubungan sosial kepada kepada sesama siswa, interaksi dengan guru dan di lingkungan tempat tinggalnya baik itu lingkungan keluarga maupun sekitarnya.

3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat non statistik, data yang diperoleh nantinya dalam bentuk kata verbal (deskripsi) bukan dalam bentuk angka.

Adapun jenis data dalam penelitian ini ada dua, yaitu data tak tertulis berupa kata- kata dan tindakan, serta data tertulis.

1. Kata- kata dan Tindakan

Kata- kata dan tindakan orang yang diteliti dan diwawancarai merupakan sumber utama. Pada penelitian ini, peeliti melakukan pencatatan sumber data utama melalui pengamatan, wawancara dengan konseli dan orang- orang terdekat dengan konseli yaitu keluarga, teman dan guru yang berperan sebagai informan dalam penelitian ini.

2. Data Tertulis

(31)

b. Sumber Data

Untuk mendapatkan sumber data tertulis, konselor mendapatkannya dari sumber data. Adapun sumber data pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu:

3) Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Dalam hal ini, konselor sebagai pengumpul data. Adapun yang menjadi sumber primernya adalah Arul, disini peneliti melakukan wawancara dan observasi langsung pada Arul.

Kebetulan konselor merupakan guru les sekolah Arul, konselor dapat secara langsung mewawancarai Arul dengan bebas, dan memperhatikan kobiasaan Arul saat di lokasi les dengan mata kepala sendiri. Selain itu konselor juga akan mengobservasi Arul pada saat ia berada di sekolahnya dan saat bergaul dengan teman-temannya.

a. Sumber Data Sekunder

(32)

atau sebagai sumber guna melengkapi data primer.24 Data yang menjadi sumber datanya adalah:

1) Informan adalah orang yang memberikan informasi mengenai kondisi objek yang diteliti. Informan dalam penelitian ini antara lain: orang tua konseli, guru dan teman- teman konseli. konselor akan mewawancarai orang- orang disekitar Arul, yaitu orang tua, guru di sekolah, tetangga Arul dan teman-teman Arul.

Orang Tua : konselor melakukan proses wawancara dengan orang tua konseli perihal sikap Arul saat berada di rumah.

Guru Sekolah dan guru mengaji : peneliti melakukan wawancara kepada guru perihal kebiasaan agresif Arul saat di lingkungan sekolah

Teman sekolah : melakukan wawancara dengan teman sebaya bagaimana perilaku Arul jika dalam bergaul.

Tetangga : bagaimana tanggapan tetangga dengan perilaku Arul yang berperilaku agresif dan mewawancarai bagaimana perilaku Arul saat bersosialisasi.

24

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format- format Kuantitatif dan Kualitatif

(33)

2) Dokumentasi adalah data tertulis yang diperoleh untuk mengetahui lokasi maupun identitas orang yang diteliti, dapat berupa identitas konseli, biografi, foto, dsb.

Dokumentasi yang konselor ambil berupa foto-foto konseli dan identitas konseli.

4. Tahap- tahap Penelitian

Adapun tahap- tahap menurut buku metodologi penelian kualitatif adalah:

a. Tahap Pra Lapangan

Tahap ini merupakan tahap eksplorasi, artinya tahap konselor dalam pencarian data yang sifatnya meluas dan menyeluruh. Dalam tahap ini, langkah- langkah yang akan dilakukan konselor adalah sebagai berikut:

1) Menyusun Rancangan Penelitian

(34)

meneliti masalah yang dihadapi anak tersebut, dan selanjutnya konselor membuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi konsep, dan membuat rancangan data- data yang diperlukan untuk penelitian.

2) Memilih Lapangan Penelitian

Setelah membaca fenomena yang ada di masyarakat, kemudian konselor memilih lapangan penelitian di Desa Ketegan Rt 04/02 Tanggulangin Sidoarjo.

3) Mengurus Perizinan

Pertama kali yang harus dilakukan konselor setelah memilih tempat penelitian adalah mencari tahu siapa saja yang berkuasa dan berwenang memberi izin bagi pelaksanaan penelitian, kemudian konselor melakukan langkah- langkah persyaratan untuk mendapatkan perizinan tersebut.

Konselor akan meminta izin kepada orang tua Arul bahwa peneliti akan melakukan proses konseling terhadap Arul. Dengan adanya izin dan persetujuan dari pihak orang tua Arul, mempermudah konselor melakukan proses terapi, karena kemungkinan juga dalam proses terapi tersebut kaitan atau peran orang tua sangat dibutuhkan.

4) Menjajaki dan Menilai Keadaan Lingkungan

(35)

fisik, keadaan alam serta menyiapkan perlengkapan yang diperlukan di lapangan, kemudian konselor mulai mengumpulkan data yang ada di lapangan.

konselor berperan sebagai guru les Arul, itu berarti konselor mempunyai peran sebagai guru dan seorang konselor. Tentunya konselor harus menyiapkan apa saja yang diperlukan ketika proses pengumpulan data. Serta menilai keadaan suasana keluarga pada saat Arul berada di rumah maupun lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar.

5) Memilih dan Memanfaatkan Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi serta latar belakang kasus tersebut. Dalam hal ini peneliti memilih Arul sendiri, orang tua, teman- teman Arul dan guru di sekolahnya sebagai informan.

Konselor akan memanfaatkan informan sebaik-baiknya untuk dapat menggali data sebanyak mungkin tentang konseli guna membantu untuk mengetahui kebiasaan konseli.

6) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

(36)

mengenai objek penelitian yang akhirnya menghasilkan rencana penelitian.

7) Persoalan Etika Penelitian

Etika penelitian pada dasarnya menyangkut hubungan baik antara konselor dan subjek penelitian, baik secara perorangan maupun kelompok. Maka konselor harus mampu memahami budaya, adat- istiadat, maupun bahasa yang digunakan. Kemudian untuk sementara, peneliti menerima seluruh nilai dan norma social yang ada didalam masyarakat latar penelitiannya.

Pada penelitian ini, konselor akan selalu bersikap sopan santun pada saat melakukan kegiatan penelitian, terutama di lingkungan sekolah Arul. Menjaga silaturrahmi dengan baik, serta melakukan komunikasi yang baik terhadap para informan atau narasumber.

B. Tahap Pekerjaan Lapangan 1) Memahami Latar Penelitian

Untuk memasuki lapangan, konselor harus memahami latar penelitian terlebih dahulu, selain itu peneliti harus mempersiapkan dirinya secara fisik maupun mental.

(37)

(proses penelitian) dan siap menanggung resiko. Selain kesiapan mental, meneliti juga harus siap fisik. Maksudnya tenaga pada saat melakukan proses penelitian, misalnya fisik harus tetap fit, rasa capek harus diatasi, melakukan observasi dan wawancara secara mendalam, dsb.

2) Memasuki Lapangan

Pada saat terjun langsung di lapangan, konselor perlu menjalin keakraban hubungan dengan subjek- subjek penelitian. Dengan demikian mempermudah peneliti untuk mendapatkan data atau informasi. Hal yang perlu dilakukan oleh konselor adalah harus mampu mempelajari bahasa yang digunakan oleh subyek- subyek penelitian serta kebiasaannya supaya dapat mempermudah dalam menjalin suatu keakraban.

konselor harus mematuhi norma- norma yang berlaku di lingkungan konseli, mempelajari apa kebiasaan yang ada pada masyarakat tersebut, serta menggunakan bahasa sehari-hari yang dipakai masyarakat yang ada di wilayah konseli berada.

(38)

3) Berperan sambil mengumpulkan Data

konselor ikut berpartisipasi atau berperan aktif di lapangan penelitian tersebut, kemudian mencatat data yang telah didapat di lapangan lalu dianalisis. Disini konselor ikut terjun langsung dan tatap muka dengan Arul untuk diwawancarai dan memberikan bimbingan konseling, guna memberikan arahan dan motivasi agar kembali ke jalan baik dan merubah agar tidak mengganggu teman-temannya lagi, berkata kasar serta menghentikan perilaku yang suka memukul teman. Dengan mengumpulkan data- data dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, kemudian konselor menindak lanjuti dan memperdalam berbagai permasalahan yang diteliti.

5. Tahap Pengumpulan Data

Tahap analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan megurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Setelah konselor mendapatkan data dari lapangan, peneliti mengadakan pengecekan atau melakukan proses analisasi terhadap hasil temuan guna menghasilkan pemahaman terhadap data. Konselor menganalisis data yang dilakukan dan dikerjakan secara intensif.

(39)

wawancara mendalam serta dokumentasi sebagai penguat data secara tertulis.

a. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang diselidiki. Observasi ini berfungsi untuk memperoleh gambaran, pengetahuan serta pemahaman mengetnai data klien dan sebagai penunjang, serta untuk melengkapi bahan- bahan yang diperoleh melalui interview.

Konselor akan melakukan observasi terhadap Arul tentang kebiasaan-kebiasaan Arul saat berada dirumah, di sekolah, dan saat bergaul dengan teman sebayanya. Observasi yang dilakukan meliputi apa saja bentuk tingkah laku yang dilakukan Arul saat mengganggu teman-temannya, bagaimana reaksi Arul saat dia melakukan tindakan tersebut (marah- marah, cuek/acuh, menangis, tertawa atau sebagainya). Selain itu pada saat Arul diberi hukuman atas tindakan yang dilakukannya, bagaimana kah tanggapan/respon yang dilakukan oleh Arul.

b. Wawancara

(40)

konselor akan mengetahui hal- hal yang lebih mendalam tentang penelitian yang akan diteliti.

Wawancara yang dilakukan oleh konselor berasal dari konseli sendiri (Arul), orang tua konseli, guru dan teman sebayanya. Isi pertanyaan dalam wawancara menyangkut permasalahan yang dialami oleh konseli, meliputi: sejak kapan konseli melakukan penyimpangan tersebut, bentuk tindakan apa saja yang sering konseli lakukan, tindakan apa yang dapat memicu konseli bersikap agresif, serta apa alasan konseli melakukan tindakan mengganggu orang-orang disekitarnya, dsb.

Untuk lebih jelasnya, konselor akan melampirkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada beberapa narasumber di halaman lampiran.

c. Dokumentasi

(41)
[image:41.595.163.517.126.422.2]

Table 1.1.

Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

NO. Jenis Data Sumber Data TPD

1. Gambaran tentang lokasi penelitian

Informan+ Dokumentasi

W + D

2. Deskripsi tentang konseli dan masalah konseli

Informan + Konselor + Konseli

+ Dokumentasi

W + D

3. Perilaku konseli sebelum proses konseling

Konselor + Konseli + Informan

O + W

4. Proses Konseling Konselor + Konseli W

5. Home Visit Informan W + O

6. Hasil dari proses konseling

Konselor + Konseli O + W

Keterangan :

TPD : Teknik Pengumpulan Data O : Observasi

W : Wawancara D : Dokumentasi 6. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen adalah upaya yang dilakukan dengan data, mengorganisasikan data, memilih- milih menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.25

(42)

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan pelaksanaan praktek konseling dengan kriteria keberhasilan secara teoritik, membandingkan kondisi awal konseli sebelum proses konseling dengan kondisi setelah pelaksanaan proses konseling.

Tabel 1.2.

Analisis Kondisi konseli sebelum dan sesudah proses konseling.

No. Sebelum Konseling Sesudah Konseling

Kondisi Konseli Ya Tidak Kondisi Konseli Ya Tidak 1. Berkata kasar

(Membentak)

Berkata kasar (Membentak) 2. Mengucapkan

kata-kata kotor

Mengucapkan kata-kata kotor 3. Sering memukul

teman

Sering memukul teman 4. Mengganggu

teman dengan melempari benda-benda Mengganggu teman dengan melempari benda-benda 5. Cuek terhadap

teman

Cuek terhadap teman

6. Dsb

7. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu data. Agar penelitian dapat menjadi sebuah penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan, maka koselor perlu mengadakan pemikiran keabsahan data, yaitu:

(43)

Yaitu lamanya keikutsertaan peneliti dalam mengumpulkan data serta dalam meningkatkan kepercayaan data yang dilakukan dalam kurun waktu yang relative panjang.

Lamanya peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Lamanya penelitian tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan penelitian.

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan diharapkan sebagai upaya untuk memahami pokok perilaku, situasi, kondisi serta proses tertentu sebagai pokok penelitian. Dengan kata lain, jika perpanjangan penelitian menyediakan data yang lengkap, maka ketekunan pengamatan menyediakan pendalaman data. Oleh karena itu ketekunan pengamatan merupakan bagian penting dalam pemeriksaan keabsahan data.

c. Trianggulasi

Trianggulasi adalah teknik keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

(44)

G. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan skripsi ini, peneliti akan mencantumkan sistematika pembahasan yang terdiri dari 5 BAB dengan susunan sebagai berikut:

1. Bagian Awal

Bagian awal terdiri dari Judul Penelitian (sampul), Persetujuan Pembimbing, Pengesahan Tim Penguji, Motto, Persembahan, Pernyataan Otentisitas Skripsi, Abstrak, Kata Pengantar, Daftar Isi dan Daftar Tabel. 2. Bagian inti

Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini meliputi : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep, Metode Penelitian yang meliputi Pendekatan dan Jenis Penelitian, Sasaran dan Lokasi Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Tahap- tahap Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data dan terakhir yang termasuk dalam pendahuluan adalah Sistematika Pembahasan.

Bab II Tinjauan Pustaka. Bab ini meliputi Bimbingan dan Konseling Islam, pengertian bimbingan konseling islam, tujuan dan fungsi bimbingan konseling islam, asas- asas bimbingan konseling islam, langkah- langkah bimbingan konseling islam dengan menggunakan behavior therapy melalui sikap peduli terhadap perilaku agresif anak.

(45)

pembaca mengetahui gambaran tentang objek yang akan dikaji dan deskripsi lokasi penelitian meliputi hasil penelitian. Pada bagian ini dipaparkan mengenai data dan fakta objek penelitian, terutama yang terkait dengan perumusan masalah yang diajukan.

Bab IV Analisis Data. Berisi tentang pemaparan hasil penelitian yang diperoleh berupa analisis data dari faktor- faktor, dampak, proses serta hasil pelaksanaan bimbingan konseling islam dalam menanggulangi perilaku agresif dengan terapi behavior di Desa Ketegan Tanggulangin, Sidoarjo, sehingga dapat diperoleh apakah bimbingan konseling islam denga behavior therapy melalui sikap peduli dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut.

Bab V Penutup. Dalam hal ini terdapat 2 point, yaitu kesimpulan dan saran.

(46)

BAB II

BIMBINGAN KONSELING ISLAM, TEKNIK MODELLING,

SIKAP PEDULI DAN AGRESIF

A. Bimbingan dan Konseling Islam, Teknik Modelling, Sikap Peduli dan Agresif 1. Bimbingan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan konseling islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petuniuk allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.26

Jika ditinjau secara etimologis, kata Bimbingan merupakan terjemahan dari kata “Guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang memupunyai arti menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu.27 Konseling berasal dari bahasa latin “Counsilium” yang berarti “dengan”

atau “bersama” yang diangkai dengan “menerima” atau “memahami”,28

dimana Counsilium diartikan sebagai bersama, yakni berbicara bersama, pembicaraan yang berlangsung secara bersama konselor (counselor) dengan seorang klien (counselee).29sedangkan islam secara harfiah berasal dari bahasa arab yang mengandung arti selamat sentisa dan damai.30 Dari

26

Tohari Musnamar, Dasar- dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam (Yogyakarta: UII Press, 1992), hal. 5.

27

Hallen A, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hal. 3.

28

Prayitno dan Erman Amti, Dasar- dasar Bimbingan dan Konseling (Edisi Revisi )

(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hal. 99.

29

Latipun, Psikologi Konseling (Malang: UMM Press, 2004), hal. 4.

30

(47)

kata Salima diubah mejadi bentuk Aslama yang berarti berserah diri.31 Kata Aslama mengandung segala arti yang terkandung dalam arti pokok. Dengan demikian, arti pokok islam adalah ketundukan, keselamatan dan kedamaian.32

Di dalam buku Samsul Munir menjelaskan, Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinue dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginterelasikan nilai- nilai yang terkandung di dalam al- qur’an dan hadis Rosulullah SAW ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntutan Al- Qur’an dan Hadist.33

Dari beberapa definisi dan tinjauan secara etimologis yang terpaparkan diatas, maka dapat diambil pengertian bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu pemberian pertolongan dalam bidang mental spiritual yang diberikan kepada seseorang yang sedang atau akan mengalami kesulitan- kesulitan baik lahiriah maupun batiniahdi dalam lingkungan hidupnya agar orang tersebut mampu mengatasi sendiri dengan potensi yang ada pada dirinya melalui dorongan dari kekuatan iman dan taqwanya kepada ALLAH SWT dengan mengacu berdasarkan Al- Qur’an da Hadist untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

b. Prinsip- prinsip Bimbingan dan Konseling

31

Maulana Muhammad Ali, Islamologi (Jakarta : Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1980), hal. 2.

32

Nasruddin Razak, Dienul Islam (Bandung: PT. Al- Ma’arif, 1996), hal. 56.

33

(48)

Prinsip merupakan panduan hasil kajian teoritik yang telah digunakan sebagai pedomaan pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, prinsip- prinsip yang digunakannya bersumber dari kajian filosofis, hasil- hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya, pengertian, tujua, fungsi dan proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Van Hoose mengemukakan bahwa;

1) Bimbingan didasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri tiap anak tekandung kebaikan- kebaikan dan mempunyai potensi.

2) Bimbingan didasarkan pad aide bahwa setiap anak adalah unik, setiap anak berbeda dari yang lain.

3) Bimbingan merupakan bantuan kepada seseorang dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka menjadi pribadi- pribadi yang sehat.

4) Bimbingan merupakan usaha membantu mereka yang memerlukannya untuk mencapai apa yang menjadi idaman masyarakat dan kehidupan umumnya.

5) Bimbingan adalah pelayanan, unik yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dengan latihan- latihan khusus.34

Semua butir yang dikemukakan oleh Van Hoose itu benar, tetapi butir- butir tersebut belum merupakan prinsip- prinsip yang jelas aplikasinya dalam praktek bimbingan konseling. Apabila butir- butir tersebut hendak dijadikan

34

(49)

prinsip- prinsip bimbingan dan konseling, maka aspek- aspek operasionalnya harus ditambahkan.

Rumusan prinsip- prinsip dasar bimbingan dan konseling pada umumnya adalah:

a. Berkenaan dengan sasaran pelayanan. b. Berkenaan dengan masalah konseli.

c. Berkenaan dengan tujuan dan proses penanganan masalah. d. Berkenaan dengan program pelayanan.

e. Berkenaan dengan penyelenggaraan pelayanan.35 c. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

HM. Arifin mengatakan secara garis besar dari tujuan bimbingan dan konseling islam adalah untuk membantu pemechan problema seseorang dengan melalui keimanan. Dengan menggunakan pendekatan nilai- nilai dalam konseling tersebut. Klien diberi insight (kesadaran adanya hubungan sebab akibat dalam rangkaian problema- problema yang dialami) dalam pribadinya yang dihubungkan dengan nilai keimanannya yang mungkin lenyap dalam jiwa konseli.36

Tahari Musnamar menjelaskan tentang tujuan dari Bimbingan dan Konseling Islam ada dua, yaitu tujuan secara khusus dan tujuan secara umum. Tujuan secara khusus tentang Bimbingan dan Konseling Islam adalah untuk membantu individu agar tidak menghadapi masalah, membantu individu

35

Prayitni dan Erman Amti, Dasar- dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 218.

36

(50)

mengatasi masalah yang sedang dihadapinya, dan membantu individu memelihara, mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik, atau menjadi lebih baik lagi sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya atau orang lain. Sedangkan tujuan secara umum adalah membantu individu untuk mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.37

d. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Fungsi dari kegiatan Bimbigan dan Konseling Islam yaitu suatu penggerak dari peranan seorang konselor, diantaranya dari fungsi Bimbingan dan Konseling Islam sebagai berikut:

1) Fungsi Preventif (Pencegahan) yaitu pencegahan timbulnya suatu masalah pada diri seseorang.

2) Fungsi Kuratif yaitu pemecahan atau penanggulangan masalah yang sedang dihadapi dan dialami.

3) Fungsi Preservatif yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good).

4) Fungsi Developmental (pengembangan) yaitu membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinnya menjadi sebab munculnya masalah baginya.38

37

Thohari Musnamar, Dasar- dasar Konseptual Bimbngan dan Konseling Islam

(Yogyakarta: UII Press, 1992), hal. 33-34.

38

(51)

e. Asas- asas Bimbingan dan Konseling Islam

Dalam layanan Bimbingan dan Konseling Islam selalu mengacu pada asas-asas bimbingan yang diterapkan dalam penyelenggaraan dan berlandaskan pada Al- Qur’an dan Hadist. asas-asas Bimbingan dan Konseling Islam merupakan ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan konseling.39 Berdasarkan landasan- landasan tersebut, asas- asas pelaksanaan bimbingan dan konseling islam adalah sebagai berikut:

1) Asas Kebahagiaan dan Dunia Akhirat

Kebahagiaan hidup duniawi pada seseorang muslim hanya merupakan kebahagiaan yang sifatnya sementara, kebahagiaan akhiratlah yang menjadi tujuan utama, sebeb kebahagiaan akhirat merupakan kebahagiaan yang abadi.

2) Asas Fitrah

Manusia menurut islam dilahirkan dalam keadaan fitrah yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau beragama islam.

3) Asas Lillahi Ta’ala

Bimbingan dan konseling islam diselenggaraan semata- mata karena allah. Konsekuensi dari asa ini berarti pembimbing melakukan tugasnya denga penuh keikhlasan tanpa pamrih. Sementara yang dibimbingpun menerima atau meminta bimbingan atau konseling dengan ikhlas dan rela, karena semua pihak merasa bahwa yang dilakukan adalah untuk mengabdi

39

Prayitni dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Edisi Revisi)

(52)

kepada allah semata, sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai makhluk Allah yang harus senantiasa mengabdi kepada- Nya.

4) Asas Bimbingan Seumur Hidup

Manusia hidup di dunia ini tidak ada yang sempurna dan tidak selalu bahagia. Dalam kehidupannya mungkin saja manusia akan menjumpai berbagai kesulitan dan kesusahan. Oleh karena itu, maka bimbingan dan konseling islam diperlukan selama hayat dikandung badan.

5) Asas Kesatuan Jasmani dan Rohani

Citra manusia menurut islam dalam hidupnya merupakan satu kesatuan jasmaniah- rohaniah. Bimbingan konseling islam memperlakukan konselinya sebagai makhluk jasmaniah- rohaniah tidak memandangnya sebagai makhluk biologisnya (rohaniah) semata. Akan tetapi membantu individu untuk hidup dalam keseimbangan jasmani dan rohaniah.

6) Asas Keseimbangan Ruhaniyah

(53)

Orang- orang yang dibimbing dan diajak untuk mempergunakan semua kemampuan ruhaniyah potensialnya, bukan Cuma mengikuti hawa nafsu (perasaan dan kehendak) semata.

7) Asas Kemajuan Individu

Bimbingan dan konseling islam berlangsung pada citra manusia. Islam memandang bahwa seorang individu merupakan suatu maujud (eksistensi) tersendiri. Individu mempunyai hak, mempunyai perbedaan individu dari apa yang lainnya dan mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan kemampuannya fundamental potensi rohaniahnya.

8) Asas Kekhalifahan Manusia

Sebagai kholifah, manusia harus memelihara keseimbangan, sebab problem- problem kehidupan sering kali muncuk dari ketidakseimbangan yang diperbuat oleh manusia itu sendiri. Kedudukan manusia sebagai khalifah itu dalam keseimbangan dengan kedudukannya sebagai makhluk allah yang harus mengabdi pada-Nya, dan jika memiliki kedudukan tidak akan mempertuntutkan hawa nafsu belaka.

9) Asas Keselarasan dan Keadilan

Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan dan keseimbanga, keserasian dalam segala segi. Demgan kata lain, islam menghendaki manusia berlaku adil terhadap hak dirinya sendiri, hak orang lain dan hak alam semesta (hewan, tumbuhan, dsb) dan juga hak tuhan.

(54)

Bimbingan dan konseling islam membantu konseli atau yang dibimbing, memelihara, mengembangkan, menyempurnakan sifat- sifat yang tidak baik tersebut.

11)Asas Kasih Sayang

Setiap orang memerlukan cinta, kasih dan saying dari orang lain. Rasa kasih sayang dapat mengalahkan dan menundukkan banyak hal. Bimbingan dan konseling islam dilakukan dengan berdasarkan kasih sayang, sebab hanya dengan kasih sayanglah bimbingan dan konseling dapat berhasil.

12)Asas Saling Menghargai dan Menghormati

Dalam Bimbingan dan Konseling Islam, kedudukan antara konselor dan konseli pada dasarnya sama atau sederajat. Perbedaannya hanya terletak pada fungsinya saja, yakni konselor sebagai pihak yang memberikan bantuan dan konseli sebagai pihak yang menerima bantuan. Hubungan yang terjalin antara konselor dan konseli merupakan hubungan yang saling menghormati sesuai dengan kedudukan sebagai makhluk allah.40

13)Asas Musyawarah

Bimbingan dan konseling islam dilakukan dengan asas musyawarah, artinya yaitu antara dan konseli terjadi dialog yang baik, tidak ada perasaan tertekan dan saling menekan.

14)Asas Keahlian

40

(55)

Bimbingan konseling islam dilakukan oleh orang- orang yang memang memiliki kemampuan atau keahlian dibidang tersebut, baik keahlian dalam metodologi dan teknik- teknik bimbingan dan konseling.41

Begitu pentingnya asas-asas tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa asas-asas itu merupakan jiwa dan nafas seluruh proses kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling islam. Apabila asas- asas itu tidak dijalankan dengan baik, penyelenggaraan bimbingan dan konseling islam akan tersendat atau bahkan terhenti sama sekali. Jadi asas- asas yang telah ada harus benar-benar diperhatikan oleh konselor demi menjaga kepercayaana masyarakat adanya layanan bimbingan dan konseling itu sendiri.

f. Langkah- langkah Bimbingan dan Konseling Islam

Dalam bimbingan dan konseling islam ada beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan, antara lain:

1) Identifikasi Masalah

Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui masalah beserta gejala- gejala yang nampak. Dalam langkah ini, konselor mencatat kasus- kasus yang perlu mendapatkan bimbingan dan memilih kasus mana yang mendapat bantuan terlebih dahulu.

Pada identifikasi masalah ini, konselor mencari tahu apa saja masalah yang dialami oleh konseli (arul). Berdasarkan dari pengumpulan data konselor yang berupa observasi langsung dan wawancara terhadap

41

(56)

orang- orang terdekat Arul, konselor mengidentifikasikan bahwa perilaku yang sering tampak pada arul adalah 1) Selalu membenarkan diri sendiri, setiap tindakan yang Arul lakukan dianggapnya selalu benar dan orang lain yang salah. 2) Bersikap senang mengganggu orang lain, hal tersebut terbukti dia sering melempari temannya dengan barang- barang yang ada disekitarnya, baik itu berupa buku, pensil, penghapus atau yang lainnya. Mengganggu ketika pelajaran berlangsung dengan cara membuat gaduh di dalam kelas, menjelek-jelekan nama temannya dengan kata- kata yang tidak sopan, bahkan setiap harinya selalu mengkosek temannya tanpa alasan yang jelas. 3) Menggertak dan memaksa, baik dengan ucapan atau perbuatan. Arul sering memaksa temannya untuk mengerjakan tugasnya, jika temannya menolak, maka dia akan memukul dan mengancam akan melakukan tindakan kasar terhadap temannya tersebut.42 4) Menunjukkan sikap menyerang. Arul sering memukul temannya tanpa alasan yang jelas bahkan berkelahi dengan teman sebayanya, 5) Berbicara kasar dan kotor.

Untuk itu, konselor akan terfokus pada tingkah laku agresif konseli berupa tindakan yang suka memukul temannya, berbicara kasar, serta menjaili temannya.

2) Diagnosa

Diagnosa adalah langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya.

42

(57)

Dari hasil identifikasi konselor, maka langkah selanjutnya adalah menentukan apa masalah yang dialami oleh Arul, konselor menetapkan bahwa Arul ini mengalami perilaku agresif, yang sudah ditandai oleh gejala- gejala perilaku yang sering diperlihatkan oleh kebiasaan Arul. Selanjutnya konselor akan melakukan menentukan langkah apa yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi konseli.

3) Prognosa

Prognosa merupakan langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah.

Konselor menetapkan jenis bantuan terapinya yaitu terapi behavior. Pada terapi behavior konselor akan lebih menfokuskan dengan teknik terapi yang berupa modeling. Disini konselor yang berperan sebagai model yang akan menicontohkan kepada konseli untuk dapat merubah perilaku yang maladaptif Arul. Konseli akan mengamati secara langsung model (konselor). Prinsip teori yang melandasi teknik terapi ini adalah teori mengenai belajar melalui pengamatan (observation learning) atau sering jua disebut belajar sosial (social learning). Pada prinsipnya, terapis memperlihatkan model yang tepat untuk membuat klien dapat meniru bagaimana ia seharusnya melakukan upaya menghilangkan perasaan dan pikiran yang tidak seharusnya dari orang lain yang disebut model itu.43

43

(58)

4) Terapi (treatment)

Konselor akan melakukan pelaksanaan bantuan apa yang sudah ditetapkan dalam langkah prognosa.

Pada tahap ini, konselor menerapkan langkah- langkah dalam teknik modeling, diantaranya adalah (1) menetapkan bentuk penokohan, (2) pada live model (penokohan nyata) yang dipilih sebagai model adalah konselor sendiri, (3) kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan tingkat perilaku konseli (konselor akan mencontohkan bagaimana berperilaku yang baik terhadap orang yang lebih tua, menerapkan sikap kepedulian terhadap teman, dsb), (4) mengkombinasikan modeling dengan reward berupa pujian, penguatan positif, nasihat serta punishment.(5) melakukan pemodelan dimana tokoh menunjukkan perilaku yang menimbulkan rasa takut bagi konseli (dengan sikap manis, perhatian, bahasa yang lembut dan perilaku yang menyenangkan konseli).

5) Evaluasi atau Follow Up

Langkah ini

Gambar

Table 1.1.
Tabel. 3.1
Tabel diatas merupakan modeling  yang dilakukan model untuk
Tabel. 4.1
+2

Referensi

Dokumen terkait