HOMOSEKSUAL PERSPEKTIF AL-
QUR’A>N
(Studi Maudhu>’i> Tafsir Muhammad ‘Ali< al-S}a>bu>ni> dalam Kitab Shafwah at-Tafa>sir)
Skripsi:
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat
Oleh:
ISYFINA WARDALINA
NIM: E23212133
PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR JURUSAN AL-QUR’AN DAN HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Isyfina Wardalina, NIM: E23212133, Judul: Homoseksual Perspektif Al-Qur’a>n (Studi Maudhu>’i> Tafsir Muhammad ‘Ali< al-S}a>bu>ni> dalam Kitab Shafwah at-Tafa>sir), Skripsi Jurusan Tafsir dan Hadis, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana metode penafsiran Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> terhadap ayat-ayat tentang homoseksual ? 2. Bagaimana penafsiran Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> terhadap ayat-ayat tentang homoseksual ?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui serta memahami pandangan Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> terhadap ayat-ayat tentang homoseksual serta analisis tafsir oleh Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> dalam menafsirkan ayat-ayat tentang homoseksual.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini bersifat kepustakaan (Library Research) dan menggunakan metode Maudhu>’i> (tematik) yaitu menggambarkan atau menjelaskan ayat-ayat al-Qur’a>n sesuai dengan judul atau tema yang telah ditetapkan (ayat-ayat tentang homoseksual) berdasarkan perspektif Al-Qur’a>n. Fokus kajian dalam penelitian ini untuk mengetahui serta memahami makna al-Fa>hisyah dalam ayat-ayat yang dikumpulkan secara tematik.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pertama metode yang digunakan oleh Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> dalam menafsirkan ayat-ayat tentang homoseksual dengan menggunakan metode ijmali>. Yaitu metode penafsiran serta global (umum) yang menjelaskan ayat-ayat al-Qur’a>n secara ringkas, namun mencakup dengan bahasa yang populer, mudah di mengerti, serta menggunakan bahasa yang digunakan oleh al-Qura>n (lafadz yang digunakan tidak jauh berbeda dengan gaya bahasa al-Qur’a>n). Kedua, M. ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> menjelaskan makna al-Fa>hisyah dalam QS. Al-A’ra>f ayat 80-81 yang didalamnya menceritakan tentang kisah Nabi Luth, menafsirkan bahwa Fa>hisyah adalah perbuatan keji dan buruk yang merupakan suatu pelanggaran atau hal yang buruk di luar ukuran dan melampaui batas yaitu perbuatan homoseksual (menyetubuhi laki-laki di duburnya).
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR ... i
SAMPUL DALAM ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iv
SURAT PERNYATAAN ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ... viii
KATA PENGANTAR ... x
ABSTRAK ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Kegunaan Penelitian ... 8
F. Penegasan Judul ... 8
G. Kajian Pustaka ... 10
H. Metode Penelitian ... 11
BAB II HOMOSEKSUAL ... 17
A. Pendapat Para Ulama Tentang LGBT ... 17
B. Pengertian Homoseksual... 20
C. Awal Munculnya dan Penyebab Terjadinya Homoseksual ... 23
D. Homoseksual dalam Pandangan Hukum Islam dan Psikologi... 25
BAB III HOMOSEKSUAL DALAM PANDANGAN Muhammad ‘ALI< AL-S}A<BU<NI< ... 35
A. Biografi Muhammad ‘Ali> Al-S}a>bu>ni> ... 35
1. Riwayat hidup ... 35
2. Pendidikan ... 36
3. Karya-karya ... 38
4. Metode dan corak penafsiran Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni ... 38
B. Penafsiran Ayat-Ayat al-Qur’a>n Tentang Homoseksual Menurut Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> ... 41
1. Penafsiran QS. Al-A’ra>f ayat 80-84... 41
2. Penafsiran QS. Asy-Syu’ara>’ ayat 160-166 ... 48
3. Penafsiran QS. An-Naml ayat 54-58 ... 52
4. Penafsiran QS. Al-Ankabu>t ayat 28-29 ... 56
C. Analisis Homoseksual Perspektif Al-Qur’a>n Menurut
Pandangan Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> ... 61
1. Metode penafsiran Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni terhadap ayat-ayat tentang homoseksual ... 61
2. Analisis tafsir menurut pandangan Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni terhadap ayat-ayat tentang homoseksual ... 64
BAB IV PENUTUP ... 69
A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur a>n merupakan kitab petunjuk yang dapat menuntun umat
manusia menuju jalan kebenaran. Selain itu,al-Qur a>n juga berfungsi sebagai
pemberi penjelas terhadap segala sesuatu dan pembeda antara kebenaran dan
kebathilan. Untuk mengungkap petunjuk dan penjelasan darial-Qur a>n,telah
dilakukan berbagai upaya oleh sejumlah pakar dan ulama yang berkompeten
untuk melakukan penafsiran terhadap al-Qur a>n, sejak masa awal hingga
sekarang ini.1 Al-Qur a>n memuat semua hal sehingga tepat untuk dijadikan
pedoman bagi manusia dalam menjalankan kehidupan di dunia serta menjadi
penolong dalam mempersiapkan kehidupan di akhirat. Disamping itu, a
l-Qur a>n berlaku sepanjang masa dan dapat ditafsirkan sesuai dengan
kebutuhan manusia. Hal itu tentu menunjukkan bahwa al-Qur a>n memang
benar-benar kalam Allah yang mukjizatnya tak tertandingi.
Untuk menangkap semua kandungan al-Qur a>n tidak cukup hanya
membacanya. Diperlukan kemampuan dalam memahami dan mengungkap
isinya. Untuk itu, muncullah tafsir al-Qur a>n, karena tafsir disebut dengan
kemampuan. Tafsir berupaya menjelaskan makna ayat al-Qur a>n. Selain itu,
tafsir juga mengadaptasikan ayatal-Qur a>nke dalam situasi kekinian.2Untuk,
1
M. Hanafi Muchlis, Tafsir al-Qur an Tematik, Pembangunan Ekonomi Umat (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2012), 19.
2
2
itu sangatlah penting bagi seorang Mufassir dalam menafsirkan al-Qur a>n,
dituntut untuk menguasai beberapa cabang ilmu untuk dapat menafsirkan
sesuai dengan kaidah tafsir al-Qur a>n. Seorang Mufassir tidak memiliki
kewenangan untuk menafsirkan bila ia tidak memiliki kapasitas yang cukup
untuk menjadi seorang Mufassir. Metode tafsir (cara yang digunakan untuk
menafsirkan al-Qur a>n) yang digunakan pun harus sesuai dengan tuntunan
Rasulullah SAW, para sahabat, tabi in serta para ulama. Seorang Mufassir
yang hendak menafsirkan al-Qur a>n mestilah terlebih dahulu menguasai
Ulumul Qur an (ilmu-ilmu al-Qur a>n). Salah satu ilmu yang harus dikuasai
yaitu kaidah-kaidah tafsir, kaidah tersebut dapat membantu para Mufassir
dalam memahami ayat-ayatAl-Qur a>n.
Di lingkungan masyarakat, manusia selalu diikuti oleh keberadan
status sosial yang dikenal masyarakat sebagai "gaya hidup". Seiring dengan
perkembangan zaman gaya hidup yang dimunculkan seringkali tidak biasa
atau terlihat menyimpang. Belakangan ini muncul wacana pasangan sejenis
yang menarik perhatian di masyarakat. Sejumlah orang terang-terangan
mempublikasikan diri sebagai kaum homoseksual. Mereka pun akhirnya
bertemu dan membentuk suatu komunitas. Perbuatan menyimpang ini masuk
dalam wacana umum yaitu wacana panas yang membahas tentang LGBT
(Lesbian,Gay, BiseksualdanTransgender). Kabar ini selalu menjadi bola liar
nan panas yang selalu mendapat sorotan banyak pihak.
Keberadaan kelompok/komunitas LGBT ini merupakan fenomena
3
diperbincangkan di zaman sekarang ini, ternyata sudah muncul jauh sebelum
masa Nabi Muhammad SAW, tepatnya pada masa Nabi Luth. Selain
melakukan homoseksual mereka (kaum Sodom) melakukan hal-hal yang
dilarang oleh agama Islam, seperti: merampok, suka berkhianat, dan selalu
dalam jurang kemungkaran. Sampai dikatakan bahwa mereka sering kentut
dalam sebuah majelis dan lebih anehnya lagi tidak ada rasa malu sama sekali
pada diri mereka. Pada saat itu, Nabi Luth mengajak kaum Sodom untuk
meninggalkan segala perbuatan mungkar terutama perbuatan
homoseksualnya. Hampir semua kitab tafsir mengabadikan kisah tersebut,
dimana para Mufassir menyingkap kandungan ayat-ayat yang membahas
tentang homoseksual menurut perspektifal-Qur a>n.
Untuk mengetahui jawabannya yaitu melalui cara menguraikan
ayat-ayat al-Qur a>n yang berkaitan dengan cerita tentang kisah Nabi Luth. Lebih
khususnya lagi berkaitan tentang Homoseksual baik Gay maupun Lesbian,
yaitu ayat-ayat yang menyinggung tentang homoseksual secara jelas serta
mengutuk dan melaknat praktek homoseksual karena bertentangan dengan
kodrat dan kenormalan manusia. Larangan LGBT diterangkan dalam
al-Qur a>nsuratAl-A ra>fayat 80-81 yang berbunyi:
4
Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan
faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini)
sebelummu?". Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. (QS. Al-A ra>f ayat 80-81).3
Mayoritas Mufassir berpendapat bahwa ayat diatas merupakan ayat
yang sangat erat kaitannya dengan perilaku homoseksual yang terjadi pada
zaman Nabi Luth. Disebutkan dalam ayat diatas tentang al-Fa>hisyah. al-Fa>hisyah dalam ayat tersebut diatas merupakan jenis perbuatannya (orientasi
seksualnya/nama perbuatannya yaitu homoseksual), sedangkan pelakunya
adalah laki-laki yang mendatangi dubur sesama laki-lakinya yaitu dalamQS.
Al-A ra>f ayat 80-81 disebutkan kata ar-rija>la yang bermakna mendatangi
dubur/anus laki-laki, yaitu pelaku dari perbuatanal-Fa>hisyahatau para
homo-homo seks tersebut.
Ketika memahami makna al-Fa>hisyah dalam kitab tafsir, dapat
dipahami bahwa maknanya ialah homoseksual atau sekarang diartikan dengan
LGBT (Lesbian,Gay, Biseksual dan Transgender). Namun, dalam penelitian
ini penulis hanya memfokuskan untuk membahas tentanggay atau perbuatan
menyimpang yang disebut dengan homoseksual. Untuk mempermudah dalam
menganalisis tentang homoseksual sesuai dengan perspektif al-Qur a>n, maka
penulis mengutip pendapat atau penfasiran dari seorang ulama sekaligus ahli
tafsir yang terkenal yaitu Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni>. Jawaban dalam
menemukan maknaal-Fa>hisyahsebagai homoseksual dilakukan melalui studi
tematik atau yang disebut dengan studiMaudhu> i>.
3
5
Penulis menganggap, bahwa metode penafsiran dari Muhammad Ali<
Al-S}a>bu>ni> merupakan metode penafsiran yang tepat dalam menafsirkan
makna al-Fa>hisyah. Sebab, Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni> dalam menafsirkan
ayat-ayat al-Qur a>n mengumpulkan serta mengambil argumen yang paling
dianggap s}ahih. Lalu mengklasifikasi mana saja ayat-ayat yang dianggap
memiliki permasalahan. Selain itu, Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni> mumpuni
dalam menjelaskan makna ayat-ayat al-Qur a>n dari segi kebahasaannya,
mampu menjelaskan asbabun nuzul sebuah ayat al-Qur a>n dan mampu dari
segibalaghah (gaya bahasa). Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini,
yaitu untuk mengetahui serta memahami penjelasan Muhammad Ali<
Al-S}a>bu>ni> tentang homoseksual. Ayat-ayat yang menyinggung tentang
homoseksual dalam al-Qur a>n sangatlah banyak, namun penulis membatasi
ayat-ayat tersebut dalam penelitian ini. Al-Qur a>n menyinggung tentang
perilaku LGBT atau lebih khususnya tentang homoseksual.
Dalam penelitian ini, sudah penulis kategorikan surat-surat mana saja
yang akan penulis kaji dimana surat-surat tersebut membahas serta
menyinggung tentang perilaku homoseksual. Meskipun, banyak ayat-ayat
dalam al-Qur a>n membahas tentang perilaku homoseksual, namun penulis
memilih ayat-ayat tertentu saja, dikarenakan ayat-ayat dibawah ini merupakan
surat-surat utama yang sering penulis baca atau telusuri dalam kitab-kitab
tafsir, selain itu surat-surat yang penulis pilih adalah surat-surat yang spesifik.
6
Surat An-Naml ayat 54-58, Surat Al-Ankabu>t ayat 28-29, dan Surat
Al-Qamar ayat 33-39.
Sejalan dengan permasalahan diatas, penulis menganggap bahwa
kasus tentang homoseksual perlu untuk dikaji, terlebih dengan menggunakan
analisis tafsir dariMufassir yang terkenal sepertiMuhammad Ali< Al-S}a>bu>ni>.
Selain itu, sudah banyak kasus yang ada di lingkungan kita bahwa
ditemukannya beberapa kelompok atau individu yang melakukan perilaku
menyimpang seperti homoseksual. Dengan demikian, perlu adanya kajian
secara mendalam tentang kasus homoseksual terutama pandangan dari para
Mufassir mengenai respon mereka tentang homoseksual dengan
menggunakan studi Maudhu> i>. Untuk menemukan jawaban, apakah
homoseksual itu diperbolehkan apa tidak menurut al-Qur a>n sebagaimana
tertera dalam 5 (lima) surat yang cenderung membahas tentang perilaku
homoseksual dan lebih spesifik. Oleh karena itu, penulis menggunakan pola
kajian yang diformulasikan dengan judul Homoseksual Perspektif
Al-Qur a>n (Studi Maudhu> i> Tafsir M. Ali< Al-S}a>bu>ni> dalam Kitab Shafwah
at-Tafa>sir) .
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Identifikasi masalah menjelaskan kemungkinan-kemungkinan
cakupan yang dapat muncul dalam penelitian dengan melakukan identifikasi
dan inventarisasi kemungkinan yang dapat diduga sebagai masalah. Ayat-ayat
7
berhubungan dengan homoseksual, khususnya kisah tentang Nabi Luth
bersama kaum Sodom. Adanya kisah ini, muncul sikap proaktif dari para
Mufassirdalam menelaah kasus homoseksual di zaman Nabi Luth.
Untuk memudahkan penulis dalam mengidentifikasi masalah serta
menganalisis, penulis menggunakan metode penafsiran atau pandangan
seorang ahli tafsir yang terkenal yaitu Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni> tentang
homoseksual dalam kitab tafsirnya yang berjudul Shafwatut Tafa>sir.Adapun
identifikasi masalah diatas, penulis membatasi masalah, yaitu:
1. Metode penafsiranMuhammad Ali< Al-S}a>bu>ni> terhadap ayat-ayattentang
homoseksual
2. Analisis Tafsir terhadap ayat-ayat tentang homoseksual berdasarkan
perspektifal-Qur a>nmenurutMuhammad Ali< Al-S}a>bu>ni>
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang dan identifkasi masalah diatas,
dapat dirumuskan masalah untuk memperkuat fokus penelitian ini, sebagai
berikut:
1. Bagaimana metode penafsiran Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni> terhadap
ayat-ayat tentang homoseksual?
2. Bagaimana penafsiran Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni> terhadap ayat-ayat
8
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini:
1. Mengetahui dan memahami pandangan Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni>
terhadap ayat-ayat tentang homoseksual
2. Mengetahui dan memahami bagaimana analisis tafsir oleh Muhammad
Ali< Al-S}a>bu>ni>dalam menafsirkan ayat-ayat tentang homoseksual
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna
sekurang-kurangnya 2 (dua) aspek, yaitu:
1. Aspek teoritis
Hasil penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam penelitian tafsir yang
terkait dengan teori yang digunakan olehMuhammad Ali< Al-S}a>bu>ni>.
2. Aspek praktis
Implementasi penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi
agar dapat memberi solusi terhadap masyarakat serta solusi terhadap
perilaku homoseksual yang biasanya terjadi di masyarakat.
F. Penegasan Judul
Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian ini
yakni Homoseksual Perspektif Al-Qur a>n (Studi Maudhu> i> Tafsir
9
kiranya untuk memperjelas maksud dari judul penelitian tersebut dengan
definisi sebagai berikut:
Homoseksual: Keadaan tertarik terhadap orang dari jenis
kelamin yang sama (laki-laki dengan laki-laki).
Atau, hubungan seks dengan pasangan sejenis
(pria dengan pria).
StudiMaudhu> i>: Membahas ayat-ayat al-Qur a>n sesuai dengan
tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua
ayat yang berkaitan (ayat-ayat tentang
homoseksual) dihimpun, kemudian dikaji
secara mendalam dan tuntas dari berbagai
aspek, diantaranya: asba>b al-nuzu>l, kosakata
dan sebagainya.
Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni>: Ulama dan ahli tafsir yang memiliki nama
lengkap Muhammad Ali bin Ali bin Jamil
ash-Shabuni (1347 H/1928 M). Beliau memperoleh
Magister Syari ah pada tahun 1953 M. Berasal
dari Aleppo Syria. Kemampuannya dalam
mengkritisi karya-karya terdahulu dalam
khazanah keilmuan Islam.
Shafwah at-Tafa>sir: Sebuah kitab tafsir yang ringkas, merupakan
hasil karya yang paling populer. Kitab ini
10
Shafwah at-Tafa>sir yaitu kitab yang
mengandung intisari daripada kitab-kitab tafsir
besar yang telah beliau susun lebih ringkas,
tertib, mudah dan jelas.
Demikianlah penegasan judul diatas, dapat dipahami bahwa yang
dimaksud dengan judul penelitian ini yaitu untuk memberikan pemahaman
terhadap istilah yang digunakan. Sepengetahuan dari penulis, masih belum
ada karya yang sama dengan judul skripsi ini.
G. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian penelitian yang
sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang diteliti sehingga tidak terjadi
pengulangan atau bahkan duplikasi kajian atau penelitian yang telah ada.
Pada dasarnya, bertujuan untuk mendapatkan gambaran topik yang akan
diteliti dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya, dengan harapan tidak ada pengulangan materi secara mutlak.
Maka, penulis temukan beberapa kajian diantaranya:
1. Skripsi yang ditulis oleh Muiyah yang berjudul Homoseksual dalam
pandanganal-Qur a>n .
Dari penelitian tersebut, menyimpulkan bahwa penelitiannya
membahas homoseksual menurut paraMufassir. Dalam penelitian tersebut
menggunakan metode tafsir maudhu i yaitu metode yang ditempuh oleh
11
berbicara tentang suatu masalah serta mengarah kepada satu pengertian
dan satu tujuan.4
2. Skripsi yang ditulis oleh Nuriyanti yang berjudul Ancaman bagi
homoseksual dalam hadis sunan at-Tirmidhi no indeks 1456 .
Dari penelitian tersebut, menyimpulkan bahwa penelitiannya hanya
mendeskripsikan tentang ancaman bagi homoseksual yang berupa
ancaman dibunuh karena homoseksual sama halnya dengan pelaku zina
yang ancamannya hanya dirajam, dicambuk dan diasingkan. Akan tetapi
pada ancaman homoseksual terdapat perbedaan yaitu ancaman dibunuh,
dengan demikian kemungkinan terdapat sesuatu yang berbeda dalam
kejadiannya.5
Permasalahan-permasalahan yang ada dalam skripsi-skripsi diatas
lebih cenderung pada penelitian tentang makna homoseksual dalam
pandangan al-Qur a>n (homoseksual menurut Mufassir secara umum).
Sedangkan penelitian skripsi yang kedua membahas hadis yang membahas
tentang homoseksual. Sementara itu, penelitian yang akan penulis angkat
adalah lebih menekankan pada analisis tafsir menurut pandangan atau
penafsiran Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni> terhadap ayat-ayat tentang
homoseksual menurut perspektifal-Qur a>n.
4
Muiyah, Homoseksual Dalam Pandangan al-Qur an (Skripsi, Surabaya, Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel, 2007), 10-11.
5
12
H. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah mengemukakan secara teknis tentang
metode-metode yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitiannya.
Dengan kata lain, metode penelitian adalah ilmu tentang alat-alat untuk
penelitian.6Antara lain:
1. Metode penelitian
Penelitian ini bertajuk tentang studi Maudhu> i>. Dimana, studi
tematik yang khusus membahas tentang ayat-ayat yang membahas tentang
homoseksual. Penulis akan mencoba mengemukakan metode tafsir apa
yang digunakan oleh Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni>dalam menafsirkan
ayat-ayat tentang homoseksual, dimana hal tersebut merupakan persoalan
tentang permasalahan yang tengah diteliti. Kemudian, penulis melakukan
penafsiran dalam mengartikan maksud dari suatu kalimat, ayat, atau
pernyataan.
2. Jenis penelitian
Penelitian ini bersifat kepustakaan (Library Research) dengan
mengumpulkan data dan informasi dari data-data tertulis baik berupa
literatur berbahasa arab maupun literatur berbahasa Indonesia yang
mempunyai relevansi dengan penelitian. Sedangkan, metode yang
digunakan dalam mengkaji topik ini menggunakan studi Maudhu> i>
6
13
(tematik) yaitu membahas ayat-ayat al-Qur a>n sesuai dengan judul atau
tema yang telah ditetapkan (ayat-ayat tentang homoseksual).7
3. Sumber data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini, bersumber dari
dokumen perpustakaan tertulis seperti kitab, buku ilmiah dan referensi
tertulis lainnya. Data-data tertulis tersebut terbagi menjadi dua jenis
sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber
data penelitian ini, dapat dihimpun dari:
a. Sumber data primer merupakan rujukan data utama dalam penelitian
ini, yaitu kitabTafsirShafwah at-Tafa>sir.
b. Sumber data sekunder merupakan data yang sudah tertulis atau diolah
oleh orang lain atau suatu lembaga, buku-buku, surat-surat, catatan
harian, laporan, dan sebagainya.8 Data sekunder dalam penelitian ini
merupakan referensi pelengkap sekaligus sebagai data pendukung
terhadap sumber data primer. Adapun sumber data sekunder dalam
penelitian ini diantaranya:
1) Tafsir Al- Misbah,karangan M. Quraish Shihab
2) Tafsir Al-Azhar,karangan Hamka
3) Fi Zhilalil Qur an,karangan Sayyid Quthb
4) Tafsir Ibnu Katsir, karangan Ibnu Katsir
5) Al-Qur an dan Tafsirnya,karangan Kementerian Agama RI
7
Nashruddin Baidan,Metodologi Penafsiran al-Qur an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 151.
8
14
6) Metodologi Penafsiran Al-Qur an,karangan Nashruddin Baidan
7) Pengantar Ilmu Tafsir,karangan Samsurrohman
4. Teknik pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode dokumentasi. Mencari data mengenai
hal-hal atau variabel berupa catatan, buku, kitab, dan lain sebagainya. Melalui
metode dokumentasi, diperoleh data yang berkaitan dengan penelitian
berdasarkan konsep-konsep kerangka penulisan yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
Data yang telah ditelaah sesuai dengan fokus pembahasan yang
sedang diteliti (ayat-ayat tentang homoseksual) berdasarkan studi Maudhu> i>(tematik). Prosedur yang harus dilalui dalam menafsirkan
ayat-ayatal-Qur a>n,sebagai berikut:9
1) Menetapkan masalah yang akan dibahas
2) Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut
3) Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya disertai
pengetahuan mengenaiasba>b al-nuzu>l-nya
4) Memahami kondisi ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-masing
5) Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna
6) Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan
pokok bahasan
15
7) Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruan dengan jalan
menghimpun ayat-ayatnya yang memiliki pengertian yang sama atau
mengkompromikan antara yang amm (umum) dan yang khass
(khusus), muthlaq dan muqayyad atau yang pada lahirnya
bertentangan sehingga semuanya bertemu dalam satu muara tanpa
pemaksaan
5. Teknik analisis data
Untuk sampai pada prosedur akhir penelitian, maka penulis
menggunakan metode analisa data untuk menjawab persoalan yang akan
muncul di sekitar penelitian ini. Setelah tahapan pengumpulan data serta
pengolahan data, langkah selanjutnya yaitu menganalisis data. Semua data
yang telah terkumpul, baik primer maupun sekunder diklasifikasi dan
dianalisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing. Selanjutnya
dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang memuat objek
penelitian dengan menggunakan analisis isi.
Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan Metode Deskriptif-Analitis. Deskriptif yaitu
menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian (seseorang,
lembaga, masyarakat, dan lain-lain) berdasarkan fakta-fakta yang tampak
16
berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel dan fenomena yang terjadi saat
penelitian berlangsung dan menyajikan apa adanya.10
Penelitian Deskriptif-Analitis yang dimaksud dalam penelitian ini
yakni dengan cara mengumpulkan ayat-ayat yang berkaitan dengan
homoseksual dalamal-Qur a>n. Penelitian yang bersifat tematik, bertujuan
untuk memaparkan data-data yang diperoleh dari kepustakaan.11 Dengan
menggunakan metode ini akan dideskripsikan mengenai perihal masalah
tersebut. Selanjutnya, setelah melakukan pendeskripsian, lalu dianalisa
dengan melibatkan penafsiran Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni dan beberapa
pandanganMufassirlainnya sebagai pendukung.
I. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dan memahami apa yang ada dalam penulisan
skripsi ini, maka penulis menyusun sistematikanya menjadi 4 (empat) bab,
yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang satu sama lainnya saling
berkorelasi sehingga terperinci, sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan Pendahuluan. Bab ini berisi pemaparan latar
belakang, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, penegasan judul, kajian pustaka, metodologi
penelitian, dan diakhiri dengan sistematika pembahasan.
10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), 3.
11
17
Bab kedua, memuat penjelasan mengenai homoseksual secara umum,
meliputi: sejarah munculnya homoseksual, definisi homoseksual, faktor
terjadinya homoseksual, homoseksual dalam pandangan psikologi dan hukum
Islam.
Bab ketiga, memaparkan hasil penelitian, meliputi: biografi
Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni, metode penafsiran Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni
terhadap ayat-ayat tentang homoseksual dalam KitabShafwah at-Tafa>sir, dan
analisis penafsiran Muhammad Ali< Al-S}a>bu>ni> terhadap ayat-ayat tentang
homoseksual.
Bab keempat, memuat tentang kesimpulan sebagai jawaban dari
BAB II
HOMOSEKSUAL
Berbicara tentang homoseksual, tentunya erat kaitannya dengan LGBT.
Dimana, LGBT telah penulis deskripsi dalam bagian pendahuluan. Bahwa LGBT
merupakan induk dari homoseksual, LGBT adalah akronim dari Lesbian, Gay,
Biseksual dan Transgender. Namun, LGBT ini tetap menjadi wacana yang cukup
ramai diperbincangkan oleh para Ulama ataupun para Mufassir tentang hukum
dari LGBT. Maka, perlu penulis paparkan terdahulu tentang pendapat para
Mufassir terkait LGBT, setelah itu dilanjutkan tentang landasan teori
homoseksual.
A.Pendapat Para Ulama Tentang LGBT
LGBT merupakan penyimpangan orientasi seksual yang bertentangan
dengan fitrah manusia, agama, adat masyarakat. Lesbian yaitu bagi perempuan
yang mengarahkan orientasi seksualnya (baik itu secara fisik, seksual, emosional)
kepada sesama perempuan. Gay adalah istilah yang merujuk pada homoseksual
yaitu memiliki orientasi seksual sesama laki-laki. Biseksual merupakan individu
yang dapat menikmati hubungan emosional dan seksual dengan orang dari kedua
jenis kelamin (laki-laki maupun perempuan). Transgender ketidaksamaan
identitas gender seseorang terhadap jenis kelamin yang ditunjuk kepada dirinya.
Menurut pandangan agama Islam, LGBT bertentangan dengan fitrah manusia itu
19
bahwa hukum dari LGBT ini adalah haram, karena Allah SWT telah
menunjukkan kekuasaan serta ketidaksukaannya terhadap perilaku kotor dan keji
ini kepada kaum Nabi Luth dengan azab yang sangat besar.
Dalam Islam LGBT dikenal dengan 2 (dua) istilah, yaitu liwath (gay)
yaitu perbuatan yang dilakukan oleh laki-laki, ini merupakan perbuatan yang keji
(fahisyah) dan melampaui batas (musrifun), dan sihaaq (Lesbian) yaitu hubungan
cinta birahi antar sesama wanita dengan image dua orang wanita saling
menggesek-gesekkan annggota tubuhnya (farji’) nya hingga keduanya merasakan
kelezatan dalam berhubungan tersebut.1
Syaikh Sayyid Sabbiq menyatakan bahwa homoseksual termasuk
kriminalitas yang paling besar, dan ia termasuk salah satu perbuatan keji yang
dapat merusak eksistensi manusia dan fitrah manusia, agama dan dunia, bahkan
bagi kehidupan itu sendiri. Karena, Allah SWT memberi hukuman bagi pelaku
kriminalitas ini dengan hukuman yang paling keras. Dia menenggelamkan bumi
dan segala isinya akibat perbuatan kaum Luth AS serta menghujani mereka
dengan batu dari tanah liat yang terbakar.Rasulullah SAW memerintahkan umat
beliau untuk membunuh dan melaknat pelaku homoseks.2
Syaikh Ali Ahmad al-Jurjawi yang menjabat sebagai Direktur Asosiasi
Riset Ilmiah Universitas Al-Azhar Mesir, mendefinisikan homoseksual dalam
bukunya yang berjudul “Indahnya Syariat Islam” menggambarkan buruk dan
hinanya homoseksual dengan menyatakan “Liwath” (homo) bertentangan dengan
tabiat, adab dunia dan agama. Ia bertentangan dengan adab dunia dan agama
20
karena seorang pria merdeka yang bersih tidak rela memposisikan diri sebagai
wanita dan tidak mau mengenakan pakaian wanita lebih-lebih menjadi objek bagi
nafsu syahwat pria lain. Alat kelamin masuk ke lubang dubur tempat keluar
kotoran dimana mendengar namanya saja jiwa tidak suka, maka lebih-lebih
menyentuhnya.3
Pernyataan diatas mengambarkan betapa buruknya praktik homoseksual,
sekaligus menjadi jawaban atas pernyataan bodoh orang-orang yang menolak
pengharaman homoseksual lantaran pelaku homoseksual saat ini tidak diazab
sebagaimana diazabnya kaum Nabi Luth terdahulu. Selain itu, Para Imam
Mazhabsepakat bahwa homoseksual hukumnya adalah haram, dan termasuk
jinayat yang besar. Apakah pelakunya dikenai had?. Menurut pendapat Maliki,
Syafi’idanHambali bahwa: Pelakunya wajib dikenai had. Hanafiberkata:
Di-ta’zir jika dilakukan pertama kali. Sedangkan jika berulang kali melakukannya
maka ia wajib dibunuh.4
Oleh karena itu, sudah dipastikan akar masalah munculnya penyimpangan
kaum LGBT saat ini karena ideologi sekularisme (memisahkan agama dari
kehidupan atau fash al-din ‘an al-hayah). Oleh sebab itu, dalam rangka
memelihara keturunan manusia dan nasabnya, Islam telah mengharamkan zina,
gay, lesbian, dan penyimpangan seksual lainnya. Bahkan, Islam harus
menjatuhkan hukuman bagi pelakunya. Hal ini bertujuan untuk menjaga kesucian
dalam sebuah hubungan.
3Syaikh Ali Ahmad Al-Jurjawi, Indahnya Syariat Islam, terj. dari buku Hikmatut Tasyri Wa
Falsafatuh (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2013), 408-409.
4Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin ‘Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh Empat Mazhab(Bandung:
21
B. Pengertian Homoseksual
Allah SWT telah mensyari’ahkan perkawinan dan menjadikan terbatas
hanya antara laki-laki dan perempuan. Setiap hubungan (seksual) yang dilakukan
bukan cara yang mulia dan suci, pasti akan melahirkan bahaya bagi diri manusia
yaitu timbullah berbagai penyakit jiwa dan kesehatan, yang terkadang tidak dapat
diobati oleh manusia.5 Dalam budaya tradisional Indonesia, ketika seorang anak
laki-laki atau perempuan mencapai usia pubertas, hubungan dan interaksi antara
mereka segera dibatasi. Norma dan moral tradisional-terutama di pedasaan dan
wilayah pedalaman menentang kaum remaja berpacaran, karena dianggap dapat
mengarah pada hubungan seks pra-nikah. Moral tradisional juga menentang
berkumpulnya antara gadis yang belum menikah dengan laki-laki, karena dapat
mengarah pada skandal perzinahan.
Hubungan persahabatan yang erat dan ikatan antar laki-laki justru
dianjurkan. Pengalaman homoerotik atau bahkan insiden hubungan homoseksual
mungkin saja terjadi di lingkungan serba laki-laki; misalnya di asrama, pondok
pesantren, kamar kost, hingga barak militer, dan panjara. Terdapat laporan dan
desas-desus insiden hubungan homoseksual di tempat-tempat tersebut, akan tetapi
karena kuatnya budaya malu di Indonesia, insiden semacam ini biasanya langsung
ditutupi dan dirahasiakan agar tidak mencemari reputasi institusi tersebut.6
Homoseksual berasal dari kata Yunani yaitu homo yang berarti “sama”.
Istilah homoseksual diciptakan tahun 1896 oleh Dr. Karl Maria Kerbeny, seorang
5 M. Mutawali Asy-Sya’rawi, Dosa-dosa Besar (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 171.
6Wikipedia Ensiklopedia Bebas, “Homoseksualitas di Indonesia”,
22
dokter berkebangsaan Jerman-Hongaria.7 Homoseksual dapat digunakan sebagai
kata sifat atau kata benda yang menggambarkan laki-laki atau wanita yang
memiliki daya tarik seksual khusus untuk orang-orang yang berjenis kelamin
sama dengan periode waktu yang signifikan. Homoseksual adalah ketertarikan
seksual terhadap jenis kelamin yang sama. Ketertarikan seksual ini yang
dimaksud adalah orientasi seksual, yaitu kecenderungan seseorang untuk
melakukan perilaku seksual dengan laki-laki atau perempuan. Dengan kata lain,
homoseksual adalah sifat laki-laki yang senang berhubungan seks dengan
sesamanya (gay). Sedangkan lesbianberarti sifat perempuan yang senang
berhubungan seks dengan sesamanya pula.
Istilah homoseksual, dijumpai dalam agama Islam sebagai istilah
َا
ُطا َﻮِّﻠﻟ
,
yang pelakunya disebut ﱡﻲِط ْﻮﱡﻠﻟَا ;yang dapat diartikan secara singkat olehbahasa Arab dengan perkataan: َﻞُﺟﱠﺮﻟا ﻲِﺗْﺄَﯾ ُﻞُﺟﱠﺮﻟَا (laki-laki yang selalu mengumpuli
sesamanya). Sedangkan istilah lesbian, juga dijumpai dalam agama Islam sebagai
Istilah قﺎَﺤﱠﺴﻟَا ,yang pelakunya disebut ُﻖ ِﺣﺎﱠﺴﻟَا yang dapat diartikan secara singkat
oleh bahasa Arab dengan perkataan: ُةَأ ْﺮَﻤﻟْا ﻰِﺗْﺄَﺗُةَأ ْﺮَﻤْﻟَا (perempuan yang selalu
mengumpuli sesamanya). Definisi homoseksual sendiri adalah kelainan orientasi
seksual yang ditandai dengan timbulnya rasa suka terhadap orang lain yang
mempunyai kelamin sama. Istilah yang sudah umum dikenal di masyarakat
tentang orang yang masuk dalam kategori homoseksual, adalah dengan sebutan
gay (untuk lelaki) dan lesbian (untuk wanita).
7Rama Azhari, Membongkar Rahasia Jaringan Cinta Terlarang Kaum Homoseksual (Jakarta:
23
Selain itu, ada pula banciyaitu laki-laki yang mempunyai kecenderungan
seperti wanita dan tomboy yaitu wanita yang mempunyai kecenderungan seperti
laki-laki.8 Dari keterangan tersebut dapat di mengerti bahwa istilah yang
diterangkan diatas, memang perilaku seksual yang menyimpang, dan telah
menyedot perhatian masyarakat tentang keberadaan LGBT (Lesbian, Gay,
Biseksual dan Transgender). Maka dalam hal ini, dapat ditarik suatu pengertian,
bahwa gay adalah kebiasaan seorang laki-laki melampiaskan seksual pada
sesamanya.Sedangkan lesbian adalah kebiasaan seorang perempuan
melampiaskan nafsu seksual pada sesamanya pula.9
Homoseksual sebagai orang yang orientasi seksualnya mengarah kepada
individu yang bergender sama dengan dirinya. Homoseksual dalam pembahasan
ini sesuai dengan makna dari QS. Al-A’ra>f ayat 80-81yang menyatakan bahwa
homoseksual adalah perbuatan yang menyerupai seperti perbuatan menyimpang
kaum Nabi Luth yaitu perbuatan yang berarti fa>hisyah. Homoseksualtersebut
dilakukan dengan cara memasukkan penis ke dalam anus (dubur) sedangkan
lesbian dilakukan dengan cara melakukan masturbasi satu sama lain atau dengan
cara lainnya mendapatkan orgasme (puncak kenikmatan).
C.Awal Munculnya dan PenyebabTerjadinya Homoseksual
Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang
untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara
yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak
8Ibid., 25.
24
wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologisatau kejiwaan, yang
diperoleh dari pengalaman sewaktu kecil, maupun dari lingkungan pergaulan, dan
faktor genetik.10 Saat ini, kata sifat homoseks digunakan untuk menunjukkan
hubungan intim atau hubungan seksual diantara orang-orang berjenis kelamin
sama, yang mengidentifikasi diri mereka sebagai gay atau lesbian.11
Istilah tersebut disebarkan pertama kali di Jerman melalui pamflet tanpa
nama. Kemudian penyebarannya ke seluruh dunia dilakukan oleh Richard Freiher
Von Krafft-Ebing dalam bukunya yang berjudul “Pshychopatia Sexualis”
mengatakan bahwa gay muncul sebagai salah satu bentuk seksualitas ketika
dialihkan dari praktek sodomi menjadi semacam androgini (percampuran dari
ciri-ciri maskulin dan feminin) batin.12 Jika ingin flashback, kiprah perilaku
homoseksual dan lesbian telah dikenal dalam masyarakat dari masa kemasa.
Tetapi, pada kurun waktu tertentutepatnya di masa Nabi Luth perilaku ini semakin
mengkristal dan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat pada waktu itu.
Akibat perilaku sekelompok masyarakat maka berimbas pada generasi berikutnya
karena kesinambungan antar generasi merupakan proses alam untuk memperiksis
dan melestarikan kehidupan umat manusia.
Hubungan kelamin antara sesama jenis laki-laki diistilahkangay,
sedangkan hubungan kelamin antara perempuan dan perempuan atau sesama jenis
diistilahkan lesbian. Kegitan homoseksual atau lesbian ini dimaksudkan untuk
menyalurkan keinginan syahwatnya untuk memperoleh kepuasaan biologis,
10Kelly Brook, Education of Sexuality For Teenager (North Carolina: Charm Press, 2001), 89. 11Harold I. Kaplan, dkk., Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi
Ketujuh (Jakarta: Binarupa Aksara, 1997), 207.
12Michel Foucault, Seks dan Kekuasaan: Sejarah Seksualitas, terj. Rahayu S. Hidayat (Jakarta: PT.
25
meskipun pada hakikatnya tidak memenuhi krteria persetubuhan menurut syari’at
Islam.13Karena Islam menghendaki persetubuhan yang dilakukan antara seorang
lelaki dengan seorang perempuan yang diawali dengan pernikahan. Justru
homoseksual dan lesbian tidak dapat dilakukan secara profesional dan maksimal,
manakala seorang (lelaki-perempuan) mendatangi seorang (lelaki-wanita) lain
dengan tujuan mengadakan (melakukan) hubungan intim sebagai upaya
pelampiasan syahwatnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan homoseksual, ada beberapa pendekatan.
Beberapa peneliti yakin bahwa homoseksualitas adalah akibat dari pengalaman
masa kanak-kanak, khususnya interaksi antara anak dan orang tua. Beberapa
kajian ilmiah, menyatakan bahwa faktor-faktor penyebab orang menjadi
homoseksual, sebagai berikut:14
a) Susunan kromosom
b) Herediter atau ketidakseimbangan hormon
c) Struktur otak
d) Kelainan susunan saraf
e) Faktor psikodinamika yaitu adanya gangguan perkembangan seksual sejak
kecil
f) Faktor sosiokultural yaitu adat istiadat yang memberlakukan homoseksual
dengan alasan yang tidak benar
g) Pengaruh lingkungan dimana memungkinkan hubungan para lelaki
homoseksual menjadi erat
13Hamid Laonso dan Muhammad Jamil, Hukum Islam Alternatif Solusi Terhadap Masalah Fiqh
Kontemporer(Jakarta: Restu Ilahi, 2005), 64.
26
h) Seorang anak laki-laki pernah mengalami pengalaman traumatis dengan
ibunya, sehingga timbul kebencian/antipati terhadap ibunya dan semua
wanita. Lalu muncul dorongan homoseksual yang menetap
D.Homoseksualdalam Pandangan Hukum Islam dan Psikologi
1. Homoseksual dalam pandangan hukum Islam
Islam mengakui bahwa manusia memiliki hasrat yang sangat besar
untuk melangsungkan hubungan seks.Oleh karena itu, hukum Islam mengatur
penyaluran kebutuhan biologis tersebut melalui perkawinan yang telah
ditetapkan berdasarkan al-Qur’a>n maupun hadist nabi, yang bertujuan untuk
menciptakan kebahagiaan dan memadukan cinta kasih sayang antara dua insan
yang berlainan jenis (pria dan wanita). Walaupun Islam telah mengatur
hubungan biologis yang halal, namun penyimpangan tetap saja terjadi baik
berupa perzinaan, homoseksual maupun lesbian.
Semua itu terjadi karena dororngan biologis yang tidak terkontrol
dengan baik.15Istilah homoseksual dalam bahasa Arab disebut dengan:16
a) Al-mitsliyyah al-jinsiyah yang diambildari akar kata al-matsal yang artinya
homo, dan al-jinsiyah yang artinya seks. Jadi arti Al-mitsliyyah al-jinsiyah
adalah homoseksual.
b) Asy-Syudzuz al-jinsiyyah yang diambil dari kata asy-syudzuz yang artinya
penyimpangan dan al-jinsiyah yang artinya seks. Jadi, Asy-Syudzuz
al-jinsiyyah adalah penyimpangan seksual.
15M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah al-Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum Islam
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), 57.
27
c) Al-liwath. Istilah ini digunakan dalam terminologi Islam, bahwa kata
tersebut dinisbatkan kepada kaum Nabi Luth. Mereka adalah penduduk kota
Sodom dan Gomuroh.
Dalam al-Qur’a>n Allah SWT menyebut zina dengan kata Fa>hisyah
(tanpa alif lam), sedangkan homoseksual dengan al-Fa>hisyah (dengan alif lam),
(jika ditinjau dari bahasa Arab) tentunya perbedaan dua kata tersebut sangat
besar. Firman Allah SWT, yang berbunyi:
“Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala Dia
berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu,
yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?".(QS. Al-A’ra>f ayat 80).17
Kata Fa>hisyah tanpa alif dan lam dalam bentuk nakirah (indefinitif)
yang dipakai untuk makna perzinaan menunjukkan bahwa zina merupakan
salah satu perbuatan keji dari sekian banyak perbuatan keji. Akan tetapi, untuk
perbuatan homoseksual dipakai kata al-Fa>hisyah dengan alif dan lam yang
menunjukkan bahwa perbuatan itu mencakup kekejian seluruh perbuatan
keji.Penggunaan alif lamtersebut hanya pada penyebutan LGBT yang berarti
pengkhususan terhadap perilaku tersebut. Dimana tidak ada perbuatan keji lain
setelah itu.Secara tidak langsung karena LGBT juga telah merangkupi
perbuatan-perbuatan keji lain, diantaranya perbuatan pembunuhan karena
17Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Syaamil Cipta Media,
28
memutuskan keturunan, merusak tatanan kehidupan sosial, khamr, zina, dan
lainnya yang timbul sebab perilaku tersebut. Maka, perbuatan Fa>hisyahjuga
ditujukan kepada perbuatan zina. Sesuai dengan firman Allah:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra>’ ayat 32).18
Ayat tersebut menerangkan bahwa zina adalah salah satu perbuatan
keji, sedangkan ayat sebelumnya (QS. Al-A’ra>f ayat 80) menerangkan bahwa
perbuatan homoseksual mencakup kekejian.
Hukum dari homoseksual baik gay dan lesbianyaitu haram dalam
ajaran Islam.Karena termasuk perbuatan zina. Homoseksual dalam agama
Islam dikenal dengan istilah liwath. Istilah homoseksual dan lesbianisme
bukanlah perkara baru. Penyimpangan ini terjadi pertama kali pada kaum Nabi
Luth, beliau diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah menyebarkan agama
Islam dan memperkuat amar ma’aruf nahi munkar agar bisa meninggalkan
perbuatan atau kebiasaan yang diharamkan tersebut. Imam Ibnu Qudamah
mengatakan bahwa telah sepakat (ijma’) seluruh ulama mengenai haramnya
homoseksual. Hukuman untuk homoseks adalah hukuman mati.19
Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW, yang berbunyi:
ﺎَﻓ َﻞِﻋﺎَﻔﻟا َﻞَﻤَﻋ ِمْﻮَـﻗ ٍطﻮُﻟ ُﻞَﻤْﻌَـﻳ ْﻦَﻣ ُﻩﻮُُﲤ ْﺪَﺟَو َلﻮُﻌْﻔَﻤْﻟاَو ِﻪِﺑ اﻮُﻠُـﺘْـﻗ
18Ibid., 285.
29
“Barangsiapa yang kalian mendapati melakukan perbuatan kaum Luth (liwath), maka bunuhlah fa’il (pelaku) dan maf’ul bih (partner) nya.” (HR. Tirmidzi : 1456).
Dalam masalah ini para ulama berbeda pendapat. Sebagian mereka
mengatakan hukumannya sebagaimana hukuman zina yaitu dirajam bagi yang
muhshan (sudah pernah menikah) dan dicambuk dan diasingkan bagi yang
belum menikah. Sebagian yang lain mengatakan, kedua-duanya dirajam dalam
keadaan apapun, menerapkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan
Tirmidzi, “Bunuhlah yang menyetubuhi dan yang disetubuhi”. Ibnu Qayyim
rahimahullah berkata:
Para sahabat telah menerapkan hukum bunuh terhadap pelaku homoseksual. Mereka hanya berselisih pendapat bagaimana cara membunuhnya.
Para ulama hukum Islambanyak yang berpendapat tentang sanksi
(ganjaran) yang harus diberikan kepada pelakunya. Antara lain dikemukakan
oleh Zainuddin bin Abdil ‘Aziz Al Malibaary dengan mengatakan:
Al Baghawiyyu berkata; Ahli Ilmu Hukum Islam berbeda pendapat dalam (masalah) ganjaran hukum praktek homoseksual.Maka ada sekelompok (Ulama Hukum Islam) yang menetapkan bahwa pelakunya wajib dihukum sebagaimana menjatuhkan ganjaran hukum perzinaan.Apabila pelakunya tergolongan orang yang sudah pernah kawin, maka wajib didera sebanyak
seratus kali.20
Pendapatdiatas menetapkan bahwa terhadap laki-laki yang dikumpuli
oleh homoseksual, mendapatkan ganjaran dera sebanyak seratus kali atau
diasingkan setahun; baik laki-laki maupun perempuan yang pernah kawin
maupun yang belum pernah. Ada juga segolongan (Ulama Hukum Islam)
20Hamid Laonson dan Muhammad Jamil, Hukum Islam Alternatif Solusi Terhadap Masalah Fiqh
30
berpendapat, bahwa pelaku homoseksual wajib dirajam, meskipun ia belum
pernah kawin.
Al-Imam Asy-Syafi’i berkata:
اَﺬََِو ُﺬُﺧْﺄَﻧ ِﻢْﺟَﺮِﺑ ْﻦَﻣ ُﻞَﻤْﻌَـﻳ اَﺬَﻫ َﻞَﻤَﻌْﻟا ﺎًﻨَﺼُْﳏ َنﺎَﻛ ْوَأ َﺮْـﻴَﻏ ٍﻦَﺼُْﳏ
“Maka dengan (dalil) ini, kami menghukum orang yang melakukan
perbuatan gay dengan rajam, baik ia seorang yang sudah menikah atau
belum.”
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa ganjaran hukum
pelaku orang yang dikumpuli oleh homoseksual menjadi 3 (tiga) klasifikasi
pendapat yaitu:21
1. Memberikan ganjaran hukum bagi pelaku homoseksual, bersama dengan
orang-orang yang dikumpulinya, dengan hukuman rajam bila ia sudah
pernah kawin, dan hukuman dera seratus kali bila ia sudah pernah kawin.
2. Memberikan ganjaran hukum bagi pelaku homoseksual dan lesbian bersama
dengan orang-orang yang dikumpulinya, dengan hukuman rajam; meskipun
ia belum pernah kawin.
3. Larangan homoseksual dan lesbian yang disamakan dengan perbuatan zina
dalam ajaran Islam, bukan hanya karena merusak kemuliaan dan martabat
kemanusiaan, tetapi resikonya lebih jauh lagi; yaitu dapat menimbulkan
penyakit kanker kelamin, AIDS dan sebagainya. Tentu saja, perkawinan
waria yang telah menjalani operasi penggantian kelamin dengan laki-laki,
dikategorikan sebagai praktek homoseksual, karena tabiat kelaki-lakiannya
21Hamid Laonson dan Muhammad Jamil, Hukum Islam Alternatif Solusi Terhadap Masalah Fiqh
31
tetap tidak bisa diubah oleh dokter, meskipun ia sudah memiliki kelamin
perempuan buatan.
Menurut Nashir Qasim bin Ibrahimdan Imam Syafi’i di dalam salah
satu pendapat mereka, pelaku homoseksual dan lesbian yang pelakunya jejaka
atau bukan hukumnya dibunuh, yang bentuk dan cara membunuh pelakunya
terjadi perbedaan pendapat ulama, khususnya para sahabat adalah:
1. Umar dan Usman menyatakan, pelakunya harus dijatuhkan dengan
benda-benda yang keras dan berat sampai mati.
2. Abu Bakar dan Ali mengatakan, pelakunya harus dibunuh, yang cara
dipancung dengan pedang.
3. Ibnu Abbas menyatakan, pelakunya dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau
dilemparkan dari atas tebing yang memungkinkan pelakunya mati dalam
sekejap sehingga menderita kesakitan.
4. Al-Zuhri, Malik, Ahmad dan Ishak menyatakan, pelakunya dirajam atau
dipukuli sampai mati.22
Perbuatan kaum homoseksual, baik seks antar sesama pria (gay),
maupun seks antar sesama wanita (lesbian) merupakan kejahatan
(jarimah/jinayah) yang dapat diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun menurut hukum pidana di Indonesia. Menurut Fiqh Jinayah, pelaku
homoseksual (baik gay maupun lesbian) termasuk dalam kategori dosa besar.
Perbuatan tersebut bertentangan dengan norma agama dan norma kesusilaan,
karena menyimpang dari eksistensi kemanusiaan. Disamping itu perbuatan
32
tersebut dipandang menantang sunnatullah dan fitrah manusia sebab Allah
SWT menjadikan manusia terdiri dari pria dan wanita adalah agar
berpasang-pasangan sebagai suami istri untuk mendapatkan keturunan yang sah dan untuk
memperoleh ketenangan dan kasih sayang.
Maka di sinilah, terlihat kesempurnaan ajaran Islam dalam
menetapkan suatu larangan bagi manusia.Larangan tersebut mengandung unsur
tanggung jawab sebagai hamba kepada Tuhan-nya, etika hidup (akhlak mulia)
dan unsur kesehatan manusia, yang menjadi salah satu sarana untuk
kelangsungan hidupnya di dunia ini.23 Sebelum pelaku homoseksual dan
lesbian dihadapkan dengan azab Allah SWT, mereka juga dikenakan sanksi
hukum yang akan dijalaninya semasa hidup di dunia ini.
2. Homoseksual dalam pandangan psikologi
Menurut pandangan dari aspekpsikologi bahwa perbuatan
homoseksual dapat merusak jiwa dan kegoncangan yang terjadi dalam diri
seseorang.Pelaku homoseksual merasakan adanya kelainan-kelainan perasaan
terhadap kenyataan dirinya. Dalam perasaannya, ia merasa sebagai seorang
wanita, sementara kenyataannya organ tubuhnya adalah laki-laki sehingga ia
lebih simpati pada orang yang sejenis dengan dirinya untuk memuaskan libido
seksualnya.
Homoseksual dalam dunia psikologis yaitu: hubungan seks antar jenis
kelamin yang sama; dan, daya tarik seksual bagi jenis kelamin yang sama.24
Psikologi cenderung mengabaikan permasalahan homoseksualitas gay dan
23Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah, 36.
33
lesbian atau menganggap orang dengan penyimpangan perilaku seksual itu
sebagai orang yang abnormal.25Namun, masalah seksualitas dianggap perilaku
yang abnormal, diartikan sebagai gangguan mental dan dalam konteks yang
lebih luas sama artinya dengan perilaku maladatif.26 Dalam dunia psikologis
mempelajari permasalahan homoseksualitas seperti gay dan lesbian dalam
ilmunya yang bernama “British Psychlogical Society” dengan tujuan
memperbaiki pemahaman psikologi masyarakat.
Pengaruh homoseksual terhadap pikiran manusia, antara lain:27
a. Terjadi suatu syndrome atau himpunan gejala-gejala penyakit mental yang
disebut dengan penyakit lemah syaraf (neurasthenia)
b. Terjadinya depresi mental yang mengakibatkan ia lebih suka menyendiri
dan mudah tersinggung sehingga tidak dapat merasakan kebahagiaan hidup
c. Terjadinya penurunan daya pikir. Ia hanya dapat berfikir secara global, daya
abstraksinya berkurang dan minatnya juga sangat lemah, sehingga secara
umum dapat dikatakan otaknya menjadi lemah
Secara tersistematis psikologi memberikan perspektif terhadap
penyebab mengapa individu mengalami kecenderungan untuk berperilaku
seksual yang menyimpang, sebagai berikut:28
a) Pengaruh lingkungan di sekitar individu menimbulkan situasi sosial yang
sangat berpengaruh terhadap orientasi kejiwaan individu
25Matt Jarvias, Teori-Teori Psikologi Pendekatan Modern Untuk Memahami Perilaku, Perasaan
Dan Pikiran Manusia (Bandung: Nusa Media, 2009), 202.
26Tristiadi Ardhi Wardani, Psikologi Klinis (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 21.
27Yatimin, Etika Seksual dan Penyimpangannya Dalam Islam: Tinjauan Psikologi Pendidikan
dari Sudut Pandang Islam (Pekanbaru: Amzah, 2003), 111.
34
b) Pengalaman seksual yang menyimpang yang didapatkan oleh individu
didalam masa pertumbuhannya (seperti pemerkosaan sejenis)
c) Pengaruh homophobia dalam bentuk interaksi (seperti video porno
homoseksual)
d) Kondisi kehidupan individu terpisah dari lawan jenis seksualnya
e) Kondisi genetik individu
BAB III
HOMOSEKSUAL DALAM PANDANGAN
MUHAMMAD ‘ALI< AL-S{A<BU<NI<
A.Biografi Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni>
1. Riwayat Hidup
Nama lengkap adalah Muhammad bin Ali bin Jamil As-Shabuni.
Beliau lahir di kota Helb Syiria pada tahun 1347 H/1928 M. Beliau
dibesarkan dalam keluarga yang terpelajar. Ayah beliau merupakan salah
seorang ulama di Aleppo.1 Syekh Ali Ash Shobuni belajar di kuliyah
al-Syari’ah wa al-Dirasah al-Islamiyah di Mekkah. Setelah beliau
menamatkan di Tsanawiyah al-Syari’ah, beliau menuntut Ilmu ke Suriah,
dan beliau memperoleh syahadah al-Aliyah (cumlaude) pada tahun 1371
H/ 1952 M, dan di sana juga juga dia memperoleh Magister Syari’ah pada
tahun 1953 M.2
Salah satu guru beliau adalah sang Ayah yaitu Jamil al-S{abuni. Ia
juga berguru pada ulama terkemuka di Aleppo. Seperti Syekh Muhammad
Najib Sirajuddin, Syekh Ahmad Shama, Syekh Muhammad Said
al-Idlibi, Syekh Muhammad Raghib al-Tabbakh dan Syekh Muhammad
Najib Khayatah. Untuk menambah pengetahuannya, Muhammad ‘Ali<
1Republika, “Berita Dunia Islam Khazanah Hujjatul Islam Syekh Ali Ash Shabuni”,
http://www. Rebublik.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/07/17/m7bb0f-hujjatul-islam-syekh-ali-ashshabuni (Senin, 01 Agustus 2016, 21.45)
2 Muhammad ad-Dzahabi Hussain, At-Tafsir wa al-Mufassirun (Cairo: Maktabah, 2003),
36
S}a>bu>ni juga kerap mengikuti kajian-kajian para ulama lainnya yang biasa
diselenggarakan di berbagai masjid.
Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> menghabiskan waktu mengajar di 2
(dua) universitas selama 28 tahun. Dikarenakan, prestasi akademik dan
kemampuan beliau yang tinggi dalam bidang penulisan ketika menjadi
Pensyarah di Universitas Umm al-Qura. Beliau pernah menyandang
jabatan sebagai Ketua Fakulti Syari’ah. Beliau juga diberi kepercayaan
untuk menjadi Ketua Pusat Kajian Akademik dan Warisan Islam.
Disamping mengajar di universitas, Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> kerap
memberikan ceramah bagi masyarakat umum di Masjidil Haram. Beliau
juga turut memberi ceramah tentang tafsir di salah satu masjid di kota
Jeddah. Aktivitas ceramah yang disampaikan oleh Muhammad ‘Ali<
Al-S}a>bu>ni> akan direkam dalam bentuk kaset, proses rekaman ceramah beliau
berjaya dan diselesaikan pada tahun 1998.
2. Pendidikan
Untuk menambah pengetahuannya, Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni>
juga kerap mengikuti kajian-kajian para ulama lainnya yang biasa
diselenggarakan di berbagai masjid. Setelah menamatkan pendidikan
dasar, Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> melanjutkan pendidikan formalnya di
sekolah milik pemerintah, Madrasah al-Tijariyah. Di sini ia hanya
mengenyam pendidikan selama satu tahun. Kemudian ia meneruskan
pendidikan di sekolah khusus Syariah, Khasrawiyya, yang berada di
37
bidang ilmu-ilmu Islam, tetapi juga mata pelajaran umum. Ia berhasil
menyelesaikan pendidikan di Khasrawiyya dan lulus tahun 1949.
Atas beasiswa dari Departemen Wakaf Suriah, ia melanjutkan
pendidikan di Universitas Al-Azhar, Mesir, hingga selesai strata satu dari
Fakultas Syariah pada tahun 1952. Dua tahun berikutnya, di Universitas
yang sama, ia memperoleh gelar magister pada konsentrasi Peradilan
Syariah (Qudha asy-Syariyyah). Studinya di Mesir merupakan beasiswa
dari Departemen Wakaf Suria.
Selepas dari Mesir, Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> kembali ke kota
kelahirannya, beliau mengajar di berbagai sekolah menengah atas yang
ada di Aleppo. Pekerjaan sebagai guru sekolah menengah atas ini ia
lakoni selama delapan tahun, dari tahun 1955 hingga 1962. Setelah itu ia
mendapatkan tawaran untuk mengajar di Fakultas Syariah Universitas
Umm al-Qur’an dan Fakultas Ilmu Pendidikan Islam Universitas King
Abdul Aziz.3
Selain itu Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> dikenal dengan
kecerdasannya tentang wawasannya mengenai sejarah dan perspektif
Islam dan mampu mengkritisi karya-karya terdahulu dalam khazanah
keilmuan Islam, serta Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> menulis banyak karya
tulis tentang keIslaman, terutama tentang al-Qur’a>n dan luar Islam
(outsider), yakni para Orientalis dan para pemikir Sekuler.
Sistematikanya pun jelas dan runtut dalam hal menetapkan perisitiwa
38
keIslaman serta menyangga tuduhan pada musuh Islam dalam
karya-karya kontroversialnya.4
3. Karya-karya
Disamping sibuk mengajar, Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> aktif
dalam Organisasi Liga Muslim Dunia. Beliau menjabat sebagai Penasehat
Dewan Kajian Ilmiah mengenai al-Qur’a>n dan Sunnah, serta beliau aktif
dalam organisasi ini beberapa tahun. Banyak sekali karya yang dihasilkan
oleh Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni>, diantara karya-karyanya sebagai
berikut:5
a. Mukhtasar Tafsir Ibn Katsir dalam tiga jilid
b. Mukhtasar Tafsir al-Thabari jami’ul Bayan
c. Al-Tibyan fi Ulumul al-Qur’an
d. Al-Mawarits fi Syari’ah Islamiyah ‘ala Dhou’il kitab wa
al-Sunnah
e. Tanwir al-Adham min Tafsir Ruh Al-Bayan
f. Rawaiul Bayan atau Tafsir Ahkam
g. Shafwah at-Tafa>sir, ini merupakan karya mutakhir Muhammad ‘Ali<
Al-S}a>bu>ni> dan sekaligus menjadi karya monumental dalam bidang tafsir
4. Metode dan corak penafsiran Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni>
Untuk memahami al-Qur’a>n secara baik dan benar diperlukan
penafsiran yang tepat. Tiada lain upaya untuk memberi petunjuk bagi yang
4 M. Yusron, dkk., Studi Kitab Tafsir Kontemporer, Cet.I(Yogyakarta: Teras, 2006), 51. 5Akhmad Syaifuddin, “Studi Kitab Tafsir Shafwah at-Tafasir”,
39
lain dalam mengarahkan kehidupan mereka ke arah yang lebih baik
dengan pengetahuan yang baik pula dengan cara memberikan penafsiran
yang baik guna menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia. Berbicara
tentang kitab tafsir, tentunya Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> sebagai Mufassir
yang termasyhur memiliki karya kitab tafsir yang fenomenal di masanya.
Kitab yang paling popular ialah Shafwah at-Tafa>sir. Kitab yang ditulis
oleh Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> ini terdiri dari pada 3 (tiga) jilid. Kitab
tafsir ini menggunakan metode-metode yang sederhana. Muhammad ‘Ali<
Al-S}a>bu>ni> telah menulis kitab tafsir ini selama lebih 5 tahun dan beliau
tidak menulis sesuatu tentang tafsir sehingga beliau membaca terlebih
dahulu apa yang telah ditulis oleh para Mufassir yang terdahulu.
Dari keempat metode penafsiran al-Qur’a>n yang ada, seperti:
ijmali>, tahli>li>, muqa>rin, dan maudhu>’i. Adapun metode yang diterapkan
oleh Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni> dalam menafsirkan ayat-ayat tentang
homoseksual ini yaitu menggunakan metode penafsiran ijmali>. Metode
penafsiran ijmali> (global) yaitu menjelaskan ayat-ayat al-Qur’a>n secara
ringkas tapi mencakup dengan bahasa yang populer, mudah dimengerti,
dan enak dibaca. Sistematika penulisannya menuruti susunan ayat-ayat
didalam mush-haf. Disamping itu, penyajiannya tidak terlalu jauh dari
40
masih tetap mendengar al-Qur’a>n padahal yang didengarnya itu adalah
tafsirannya.6
Metode ijmali> (global) sangat membantu dan merupakan metode
yang tepat, terutama dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’a>n yang
berbicara tentang homoseksual. Sebab, metode ijmali> (global) sangat
ringkas, tidak berbelit-belit, mudah dipahami oleh siapapun yang
membacanya. Secara sederhana metode ijmali> (global), sebagai berikut:7
a. Menjelaskan surat al-Qur’a>n secara global, kemudian merinci
maksud-maksud yang terkandung dalam surat tersebut
b. Menjabarkan hubungan antar ayat sebelum dan sesudahnya
c. Pembahasan tentang hal yang berhubungan dengan bahasa, seperti akar
kalimat, dan bukti-bukti kalimat yang diambil dari ungkapan orang
Arab
d. Pembahasan tentang Asbab al-Nuzu>l yang memiliki latar belakang
penurunan ayat
e. Pembahasan tentang tafsir ayat secara substansi (isi kandungan)
f. Pembahasan ayat dari segi balaghah-nya atau aspek sastranya
g. Penjelasan tentang hikmah-hikmah/faedah-faedah dan makna apa saja
dari ayat yang dibahas
Bagaimanapun bentuk sebuah metodologi ia tetap merupakan
produk dari ijtiha>di> yakni hasil dari olah pikir manusia. Manusia diberi
6 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012),
14.
41
kemampuan kepintaran yang luar biasa, namun mereka juga memiliki
kelemahan serta keterbatasan yang tidak bisa mereka hindari (sifat lupa
lalai). Adapun kelebihan dari metode ijmali> (global), sebagai berikut:8
a. Praktis dan mudah dipahami
b. Bebas dari penafsiran israilliyat (pemikiran yang tidak sejalan dengan
pemahaman al-Qur’a>n) dan terhindar pemikiran yang spekulatif
(meragukan)
c. Akrab dengan bahasa al-Qur’a>n, pembaca dapat memahami kosakata
dari ayat-ayat al-Qur’a>n, karena Mufassir akan menjelaskan pengertian
kata atau ayat dengan sinonimnya dan tidak mengemukakan ide atau
pendapatnya secara pribadi
Adapun kelemahan dari metode ijmali> (global), sebagai berikut:9
a. Menjadikan petunjuk al-Qur’a>n bersifat parsial
b. Tak ada ruangan untuk mengemukakan analisis yang memadai
B.Penafsiran Ayat-Ayat al-Qur’a>n Tentang Homoseksual Menurut
Muhammad ‘Ali< Al-S}a>bu>ni>
1. Penafsiran QS. Al-A