KAJIAN EKONOMI REGIONAL
PROVINSI SUMATERA UTARA
TRIWULAN IV-2009
Visi Bank Indonesia:
“Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”.
Misi Bank Indonesia:
“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”.
Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia:
“Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berprilaku yang terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan”.
Visi Kantor Bank Indonesia Medan:
“Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan”.
Misi Kantor Bank Indonesia Medan:
“Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya”.
Kalender Publikasi
Periode Publikasi Publikasi
KER Triwulan I Pertengahan Mei KER Triwulan II Pertengahan Agustus KER Triwulan III Pertengahan November KER Triwulan IV Pertengahan Februari
Penerbit:
Kantor Bank Indonesia Medan Jl. Balai Kota No.4
MEDAN, 20111 Indonesia
Telp : 061-4150500 psw. 1729, 1770
Fax : 061-4152777 , 061-4534760
Homepage : www.bi.go.id www.d-bes.net
Perekonomian Sumut pada triwulan IV-2009 secara umum diwarnai nuansa percepatan
pemulihan ekonomi global dan nasional yang tercermin dari angka pertumbuhan ekonomi yang
membaik setelah sempat mengalami perlambatan di awal tahun 2009, serta laju inflasi yang
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Sumut diperkirakan
mencapai 5,36% (yoy), meningkat dari pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 4,97% (yoy). Sementara itu, inflasi Sumut pada triwulan IV-2009 terkendali
pada level yang rendah yakni sebesar 2,61% (yoy).
Sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian tersebut, perbankan Sumut pada
triwulan IV-2009 juga menunjukkan peningkatan kinerja yang terlihat pada peningkatan total
aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit. Total aset, dana pihak ketiga dan kredit
masing-masing tumbuh 4,69% ; 5,06% dan 5,99% dibandingkan triwulan III-2009 sehingga
mencapai Rp115,77 triliun ; Rp94,88 triliun dan Rp73,57 triliun pada akhir Desember 2009,
yang mendorong peningkatan fungsi intermediasi perbankan dan tercermin pada kenaikan
Loan to Deposit Ratio (LDR) menjadi 77,54% pada triwulan IV-2009.
Ke depan, Bank Indonesia akan tetap berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah untuk
menjaga stabilitas makroekonomi Sumut dalam rangka pencapaian laju inflasi yang rendah
dengan tetap memperhatikan upaya percepatan pemulihan ekonomi. Salah satu langkah yang
akan dilakukan adalah rencana Pembentukan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumatera
Utara pada tahun 2010.
Demikian sekilas gambaran perkembangan ekonomi Sumatera Utara triwulan IV-2009
yang uraiannya secara lengkap dicakup dalam buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi
Sumatera Utara Triwulan IV-2009.
Akhir kata, kami berharap kiranya buku ini memberikan manfaat bagi para pembaca.
Medan, Februari 2010
BANK INDONESIA MEDAN
Gatot Sugiono S. Pemimpin
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ...ii
Daftar Tabel ...iv
Daftar Grafik ... v
Daftar Lampiran ...vi
Tabel Indikator Ekonomi Terpilih RINGKASAN EKSEKUTIF ... viii
BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ... 1
1.1. Kondisi Umum ... 1
1.2. Sisi Permintaan ... 2
1. Konsumsi ... 3
2. Investasi ... 6
3. Ekspor dan Impor ... 9
1.3. Sisi Penawaran ... 12
1. Sektor Pertanian ... 13
a. Produksi Padi ... 14
b. Produksi Jagung ... 15
c. Produksi Kedelai ... 16
2. Sektor Industri Pengolahan ... 16
3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 17
4. Sektor Keuangan ... 19
5. Sektor Bangunan ... 20
6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 21
7. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ... 22
8. Sektor Jasa-jasa ... 24
BOKS 1 Klaster Industri Berbasis Pertanian dan Oleochemical ... 25
BOKS 2 Survei Prospek Industri dan Perdagangan Sumut 2010 ... 27
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ... 29
2.1. Kondisi Umum ... 29
2.2. Inflasi Triwulanan ... 30
2.3. Inflasi Tahunan ... 38
2.4. Pemantauan Harga Oleh Bank Indonesia Medan ... 44
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ... 45
3.1. Kondisi Umum ... 45
3.2. Intermediasi Perbankan ... 46
1. Penghimpunan Dana Masyarakat ... 46
2. Penyaluran Kredit ... 47
3. Kredit UMKM ... 49
3.3. Stabilitas Sistem Perbankan ... 51
1. Resiko Kredit ... 51
2. Resiko Likuiditas ... 53
3. Resiko Pasar ... 53
3.4. Perbankan Syariah ... 55
3.5. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ... 56
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ... 57
4.1. Anggaran Belanja Tahun 2010 ... 57
4.2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)... 59
4.3. Dana Alokasi Umum (DAU)... 59
BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 60
5.1. Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara ... 60
5.2. Transaksi Kliring ... 61
5.3. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow) ... 63
5.4. Temuan Uang Palsu ... 65
5.5. Penyediaan Uang Yang Layak Edar ... 66
5.6. Transaksi Jual Beli UKA dan TC Pada PVA Non Bank ... 66
BOKS 3 Net Cash Inflow Sumut ... 68
BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN ... 70
6.1. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah ... 70
6.2. Perkembangan Kesejahteraan ... 74
BOKS 4 Pemerataan Kesempatan Kerja ... 78
BOKS 5 Tingkat Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi ... 80
BAB 7 PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ... 82
7.1. Perkiraan Ekonomi ... 82
7.2. Perkiraan Inflasi ... 83
LAMPIRAN
1.1. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut (%) ... 2
1.2. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut dari Sisi Permintaan (%) ... 3
1.3. Nilai Ekspor Triwulan IV-2009 ... 10
1.4 Nilai Impor Triwulan IV-2009 ... 12
1.5. Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Sumut (%) ... 18
1.6. Perkembangan Kegiatan Bank ... 19
1.7. Perkembangan Pembangunan Perumahan di Kota Medan ... 20
1.8. Jumlah Penumpang Domestik dan Internasional di Bandara Polonia ... 21
1.9. Jumlah Penumpang Dalam Negeri di Pelabuhan Belawan ... 22
1.10. Pasokan Listrik Sumut dan Prospeknya ... 24
2.1. Komoditas yang mengalami peningkatan harga tertinggi Desember 2009 ... 31
2.2. Inflasi Triwulanan Sumut menurut Kelompok barang dan jasa (%) ... 33
2.3. Rata-Rata Harga Jual Rumah di Sumut (dalam Rp) ... 37
2.4. Inflasi Triwulanan Sumut menurut kota ... 38
2.5. Inflasi Tahunan Sumut menurut Kelompok barang dan jasa (%) ... 39
2.6. Inflasi Tahunan Sumut menurut kota ... 44
3.1. Indikator Utama Perbankan Sumut ... 46
4.1. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Untuk Sumut Tahun 2010 ... 58
5.1. Transaksi BI-RTGS Perbankan di Wilayah Sumut ... 61
5.2. Perkembangan Transaksi Kliring dan Cek/BG Kosong ... 63
5.3. Perkembangan Aliran Kas di KBI Medan dan KBI Sibolga ... 64
5.4. Data Temuan Uang Palsu di Kantor Bank Indonesia Medan ... 65
5.5. Perkembangan Transaksi Jual Beli UKA dan TC (Ribu USD) ... 67
6.1. Indikator Tenaga Kerja Sumut Menurut Kegiatan Utama ... 71
6.2. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun keatas yang Bekerja ... 71
6.3. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun keatas yang Bekerja di Pedesaan dan Perkotaan ... 72
6.4. Angkatan Kerja Sumut menurut Status Pekerjaan Utama ... 72
6.5. Jumlah Pekerja dan Jumlah Penganggur di Sumut ... 73
6.6. Perkembangan Nilai Tukar Petani... 74
6.7. Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke Sumut... 76
6.8. Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang... 76
1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumut ... 2
1.2. Perkembangan Kegiatan Usaha di Sumut ... 2
1.3. Indeks Keyakinan Konsumen ... 3
1.4. Komponen Indeks Keyakinan Saat Ini ... 3
1.5. Komponen Indeks Ekspektasi ... 4
1.6. Pertumbuhan Penjualan Elektronik ... 4
1.7. Pertumbuhan Penjualan BBM ... 4
1.8. Penjualan Makanan dan Tembakau ... 4
1.9. Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga ... 5
1.10. Penjualan Pakaian dan Perlengkapan ... 5
1.11. Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi oleh Bank Umum di Sumut ... 5
1.12. Penyaluran Kredit Baru untuk Konsumsi oleh Bank Umum di Sumut ... 5
1.13. Perkembangan UMP Sumut ... 6
1.14. Pengadaan Semen di Sumut ... 6
1.15. Penjualan Bahan Konstruksi ... 6
1.16. Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Sumut ... 7
1.17. Perkembangan Nilai Ekspor Impor ... 9
1.18. Perkembangan Volume Ekspor Impor ... 9
1.19. Volume Muat Barang di Pelabuhan Belawan ... 10
1.20. Perkembangan Nilai Ekspor Produk Utama ... 10
1.21. Perkembangan Pertumbuhan Sektor Andalan ... 13
1.22. Nilai Tukar Petani Sumut ... 13
1.23. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pertanian ... 14
1.24. Nilai dan Volume Ekspor Produk Karet dan Turunannya ... 17
1.25. Nilai dan Volume Ekspor Makanan, Minuman, dan Tembakau ... 17
1.26. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Industri Pengolahan ... 17
1.27. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor PHR ... 18
1.28. Perkembangan Arus Barang di Pelabuhan Belawan (ton) ... 19
1.29. Realisasi Pengadaan Semen Sumut ... 20
1.30. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Konstruksi ... 21
1.31. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pengangkutan & Komunikasi ... 22
1.32. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Jasa-Jasa ... 24
2.1. Inflasi Bulanan Sumut dan Nasional ... 29
2.2. Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional ... 29
2.3. Inflasi Triwulanan Sumut dan Nasional ... 31
2.4. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD ... 32
2.5. Ekspektasi Pedagang terhadap Nilai Barang dan Jasa ... 32
2.6. Ekspektasi Konsumen terhadap HargaBarang dan Jasa ... 32
2.7. Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Sumut ... 34
2.8. Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi dan Komunikasi di Sumut ... 34
2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut ... 35
2.10. Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, minuman, rokok & Tembakau di Sumut ... 35
2.11. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Gas ... 36
2.12. Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan ... 37
2.13. Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut ... 38
2.14. Inflasi Kelompok Bahan Makanan ... 40
2.15. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, minuman, rokok & Tembakau di Sumut... 40
2.16. Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut... 41
2.17. Inflasi Kelompok Sandang... 42
2.20. Inflasi Kelompok Transportasi dan Komunikasi ... 43
2.21. Pergerakan Tingkat Harga Bulanan sesuai SPH ... 44
3.1. Perkembangan DPK Sumut ... 46
3.2. Struktur DPK Sumut ... 47
3.3. Perkembangan Kredit Sumut ... 48
3.4. Struktur Kredit Sumut ... 48
3.5. Perkembangan Kredit dan pangsanya menurut sektor ekonomi ... 49
3.6. Perkembangan Kredit UMKM ... 49
3.7. Struktur Kredit UMKM ... 50
3.8. Struktur Kredit Mikro, Kecil, Menengah ... 50
3.9. Perkembangan Kredit UMKM menurut sektor ekonomi ... 51
3.10. NPL Gross ... 52
3.11. NPL Gross Menurut Jenis Penggunaan ... 52
3.12. NPL Gross per Sektor Ekonomi ... 53
3.13. Cash Ratio ... 53
3.14. Maturity Profile ... 54
3.15. Pergerakan Suku Bunga Perbankan 2009 ... 54
3.16. Perkembangan Aset, Pembiayaan, DPK Perbankan Syariah ... 55
3.17. FDR Perbankan Syariah ... 55
3.18. Perkembangan Aset, Kredit, DPK BPR ... 56
3.19. LDR BPR ... 56
4.1. Komposisi Belanja Pemerintah Pusat untuk Sumut ... 57
5.1. Perkembangan Transaksi Kliring ... 62
5.2. Grafik Penolakan Cek/BG kosong ... 62
5.3. Perkembangan Aliran Uang Kartal... 64
5.4. Perkembangan Jumlah PTTB di Sumut ... 66
7.1. Ekspektasi Realisasi Kegiatan Dunia Usaha ... 82
7.2. Ekspektasi Konsumen terhadap barang dan jasa ... 84
7.3. Perkiraan nilai penjualan barang dan jasa ... 84
7.4. Perkembangan UMP Sumut ... 85
A. PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut
Lapangan Usaha
B. Pertumbuhan PDRB Triwulanan Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000
(qtq, %)
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV*
‐ Medan 167,66 109,92 111,25 113,76 112,80 112,61 116,38 116,82
‐ Pematangsiantar 161,40 110,11 111,62 113,11 112,88 112,99 116,67 116,19
‐ Sibolga 166,68 109,68 113,04 115,55 114,95 114,94 118,91 117,39
‐ Padangsidempuan 171,55 112,34 113,77 115,55 115,52 114,28 117,32 117,71
‐ Medan 7,01 10,86 10,30 10,63 6,37 2,45 4,61 2,69
‐ Pematangsiantar 8,48 11,09 10,27 10,16 6,89 2,62 4,52 2,72
‐ Sibolga 8,37 10,10 12,03 12,36 7,88 4,80 5,19 1,59
‐ Padangsidempuan 8,71 14,34 12,62 12,34 8,50 1,73 3,12 1,87
‐ Pertanian 6.398,93 6.248,74 6.410,88 6.242,09 6.660,22 6.479,26 6.635,40 6.600,00
‐ Pertambangan & Penggalian 314,65 327,82 330,66 331,21 321,70 322,37 334,28 334,77
‐ Industri Pengolahan 6.033,65 5.900,70 6.145,05 6.225,82 6.196,40 6.087,52 6.310,78 6.500,60
‐ Listrik, Gas, dan Air Bersih 187,15 190,41 196,03 199,36 200,18 203,37 205,38 206,36
‐ Bangunan 1.720,47 1.752,13 1.784,87 1.833,17 1.785,57 1.829,64 1.926,64 1.912,07
‐ Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4.818,59 4.718,62 4.960,52 5.017,79 5.053,84 4.931,48 5.172,92 5.200,34
‐ Pengangkutan dan Komunikasi 2.428,92 2.421,32 2.495,44 2.537,56 2.574,99 2.591,87 2.702,59 2.747,44
‐ Keuangan, Persewaan, dan Jasa 1.838,20 1.841,99 1.885,12 1.914,53 1.941,29 1.968,18 2.065,83 2.096,08
‐ Jasa‐Jasa 2.532,72 2.594,71 2.661,07 2.731,46 2.761,58 2.770,10 2.851,93 2.883,94
5,35 5,51 7,73 6,97 4,64 4,57 4,97 5,36
2.333,02 2.406,09 2.417,65 1.769,72 1.274,36 1.449,29 1.515,92 1.012,22
2.102,33 1.906,94 2.076,85 2.214,16 1.753,54 1.835,80 1.834,23 1.109,42
635,70 708,26 843,66 666,59 419,43 505,38 570,89 354,18
1.346,56 1.358,95 1.371,47 1.086,02 878,93 1.022,86 1.009,14 638,90
PDRB ‐ harga konstan (Rp miliar)
Data PDRB triwulan IV‐2009 adalah data proyeksi BI Medan
Nilai Impor Nonmigas (USD juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta) Pertumbuhan PDRB (yoy %)
Ket.:
Data Indeks Harga Konsumen‐Desember 2009 Data Ekspor‐Impor s.d November 2009
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) Laju Inflasi Tahunan (yoy %)
2009
Indeks Harga Konsumen
MAKRO
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV
87,49
90,20 92,87 97,46 108,08 114,55 109,52 110,58 110,58 71,30
72,08 75,72 77,97 84,29 88,82 89,56 90,31 90,31 ‐ Giro (Rp Triliun) 14,48 15,08 16,09 14,87 15,07 16,25 17,04 17,19 17,19 ‐ Tabungan (Rp Triliun) 26,41 27,18 28,73 28,58 30,58 31,08 31,97 33,10 33,10 ‐ Deposito (Rp Triliun) 30,42 29,82 30,90 34,52 38,64 41,49 40,55 40,02 40,02
‐ Modal Kerja 30,98 30,90 36,69 37,72 36,03 34,49 35,10 36,56 36,56
‐ Konsumsi 11,17 10,74 11,17 12,16 14,38 16,48 17,14 17,55 17,55
‐ Investasi 12,06 13,14 14,48 15,99 16,31 14,82 14,94 16,00 16,00
‐ LDR 76,01% 76,01% 82,33% 84,48% 79,03% 73,94% 75,01% 76,86% 76,86%
22,43 24,72 27,69 30,42 30,17 30,02 31,36 33,07 33,07
1,03 1,17 1,28 1,53 1,61 1,68 1,71 1,84 1,84
‐ Kredit Modal Kerja 0,31 0,36 0,38 0,41 0,42 0,45 0,46 0,48 0,48
‐ Kredit Investasi 0,10 0,10 0,12 0,15 0,16 0,16 0,19 0,21 0,21
‐ Kredit Konsumsi 0,62 0,72 0,78 0,97 1,03 1,07 1,06 1,15 1,15
7,46 8,17 9,23 10,57 10,46 10,63 10,98 11,72 11,72
‐ Kredit Modal Kerja 3,42 3,69 4,03 4,40 4,52 4,58 4,25 4,53 4,53
‐ Kredit Investasi 0,70 0,76 1,01 1,19 1,18 1,25 1,39 1,60 1,60
‐ Kredit Konsumsi 3,34 3,72 4,19 4,98 4,76 4,80 5,34 5,59 5,59
13,62 15,05 17,18 18,32 18,11 17,71 18,67 19,51 19,51 ‐ Kredit Modal Kerja 8,48 9,03 10,17 10,75 10,57 10,29 11,06 11,61 11,61
‐ Kredit Investasi 1,54 1,73 2,06 2,33 2,37 2,39 2,58 2,70 2,70
‐ Kredit Konsumsi 3,92 4,61 4,95 5,24 5,17 5,03 5,03 5,20 5,20
22,43 24,72 27,69 30,42 30,17 30,02 31,36 33,07 33,07 3,88% 3,96% 3,57% 3,29% 2,85% 3,76% 4,05% 4,45% 4,45%
0,42 0,45 0,43 0,49 0,53 0,51 0,53 0,55 0,55
0,31 0,33 0,31 0,34 0,35 0,37 0,39 0,41 0,41
‐ Tabungan (Rp Triliun) 0,13 0,15 0,13 0,14 0,14 0,16 0,17 0,18 0,18
‐ Deposito (Rp Triliun) 0,18 0,18 0,18 0,20 0,21 0,21 0,22 0,23 0,23
0,32 0,33 0,33 0,38 0,38 0,39 0,40 0,43 0,43
8,49% 8,67% 7,88% 6,61% 7,26% 7,95% 7,75% 7,21% 7,21% 101,68% 100,00% 106,45% 111,76% 108,57% 105,41% 102,56% 104,88% 104,88%
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), KBI Medan
2008
Total Kredit MKM (Rp Triliun) Kredit Menengah
Kredit Kecil Total Aset (Rp Triliun)
Bank Umum :
LDR
Total Aset (Rp Triliun) DPK (Rp Triliun)
Kredit (Rp Triliun) Rasio NPL Gross (%)
BPR:
Kredit UMKM (Rp Triliun)
2009
Kredit Mikro
Kredit (Rp Triliun) berdasarkan lokasi proyek
NPL MKM gross (%)
2007
DPK (Rp Triliun)
PERBANKAN
Perekonomian Sumut
triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 5,36% (yoy).
G
G
viii
GAAAMMMBBBAAARRRAAANNNUUUMMMUUUMMM
Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) pada triwulan IV-2009 diperkirakan terus menunjukkan perbaikan dengan tumbuh lebih tinggi (5,36%) dibandingkan triwulan sebelumnya (4,97%). Kegiatan konsumsi masih menjadi penggerak ekonomi yang dominan di samping komponen ekspor yang mulai menunjukkan aktivitas yang signifikan sehingga mendukung pertumbuhan Sumut pada triwulan ini. Sementara itu, aktivitas impor memasuki akhir tahun 2009 mulai mengalami penurunan setelah pada awal tahun mengalami lonjakan untuk mendukung ekspansi pada sisi penawaran (berupa impor barang modal dan bahan baku) dan memenuhi kebutuhan konsumsi langsung masyarakat (berupa barang konsumsi). Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan kegiatan konsumsi pada triwulan laporan masih dapat dipenuhi oleh impor yang dilakukan pada triwulan-triwulan sebelumnya. Kegiatan investasi juga tetap tumbuh meski cenderung melambat.
Tekanan terhadap harga-harga di Sumut pada triwulan IV-2009 mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin pada angka inflasi yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2009 inflasi hanya 0,24% (qtq), turun dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya 3,31% dan triwulan yang sama tahun 2008 (2,13%). Secara tahunan (yoy) inflasi di Sumut pada akhir bulan Desember 2009 sebesar 2,61% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi akhir triwulan sebelumnya 4,56%.
Sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian di Sumatera Utara, kondisi perbankan di Sumatera Utara pada triwulan IV-2009 juga menunjukkan peningkatan kinerja yang terlihat dari peningkatan beberapa indikator kinerja perbankan seperti total aset, penghimpunan dana masyarakat dan penyaluran kredit. Peningkatan kinerja ini mendorong peningkatan fungsi intermediasi perbankan yang juga menunjukkan kenaikan pada triwulan IV-2009 sebagaimana terlihat dari peningkatan loan to deposit ratio dari 76,86% menjadi 77,54%. Total aset perbankan Sumatera Utara pada triwulan IV-2009 tumbuh sebesar 4,69% (qtq) dan 7,11% (yoy). Total aset perbankan sebesar Rp115,77 triliun didominasi oleh bank konvensional yaitu sebesar Rp112,10 triliun (96,83%) sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp3,67 triliun (3,17%).
Belanja pemerintah pusat tahun 2010 yang dianggarkan untuk Sumut sebesar Rp11,04 triliun. Sebanyak 32,07% dari anggaran ini digunakan untuk belanja pegawai atau sebesar Rp3,54 triliun,
sedangkan belanja sosial menyedot Rp2,76 triliun atau 25,00% dari total anggaran. Sementara itu, belanja modal dan belanja barang masing-masing memiliki proporsi 24,18% dan 18,75% dari total anggaran atau sebesar Rp2,67 triliun dan Rp2,07 triliun.
P
PPEE
ix
ERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNNEEEKKKOOONNNOOOMMMIIIMMMAAAKKKRRROOO
Perekonomian Sumut pada triwulan IV-2009 diperkirakan terus menunjukkan perbaikan dengan tumbuh lebih tinggi (5,36%) dibandingkan triwulan sebelumnya (4,97%). Kegiatan konsumsi masih menjadi penggerak ekonomi yang dominan di samping komponen ekspor yang mulai menunjukkan aktivitas yang signifikan sehingga mendukung pertumbuhan Sumut pada triwulan ini. Sementara itu, aktivitas impor memasuki akhir tahun 2009 mulai mengalami penurunan setelah pada awal tahun mengalami lonjakan untuk mendukung ekspansi pada sisi penawaran (berupa impor barang modal dan bahan baku) dan memenuhi kebutuhan konsumsi langsung masyarakat (berupa barang konsumsi). Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan kegiatan konsumsi pada triwulan laporan masih dapat dipenuhi oleh impor yang dilakukan pada triwulan-triwulan sebelumnya. Kegiatan investasi juga tetap tumbuh meski cenderung melambat.
Dari sisi sektoral, sektor-sektor andalan Sumut, seperti Pertanian dan Industri Pengolahan masih memberi andil yang dominan pada laju pertumbuhan agregat di triwulan ini. Sektor pertanian dan industri pengolahan mencatat peningkatkan utilisasi kapasitas sehingga dapat berproduksi pada volume yang lebih besar meskipun pada sektor industri masih menyimpan persoalan infrastruktur kelistrikan dan harga BBM industri. Pencapaian kinerja yang cukup mengesankan terjadi pada beberapa sektor ekonomi non dominan di Sumut. Peningkatan kinerja sektor ekonomi non dominan antara lain terjadi pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, yang didorong oleh semakin membaiknya kinerja subsektor keuangan di Sumut. Subsektor keuangan mencatatkan pencapaian profitabilitas yang cukup tinggi dan mengalami perbaikan efisiensi biaya. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan laporan diperkirakan mengalami penurunan seiring mulai hilangnya pengaruh hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini didukung oleh pertumbuhan yang serupa pada sisi pembiayaan khususnya yang berasal dari perbankan. Tingkat pertumbuhan pembiayaan perbankan untuk kegiatan ekonomi di berbagai sektor semakin menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan kredit investasi juga terus berada dalam tren peningkatan sejalan dengan aktivitas investasi swasta di Sumut. Di tengah kondisi penghasilan masyarakat yang masih belum menunjukkan peningkatan berarti, kegiatan konsumsi rumah tangga tetap berlangsung dengan pembiayaan konsumsi melalui kredit perbankan, terlihat dari laju pemberian kredit konsumsi yang terbesar setelah kredit modal kerja.
akan tumbuh pada kisaran 2,80% - 3,00% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, laju pertumbuhan ekonomi Sumut pada tahun 2010 diproyeksikan masih berada pada kisaran 5±1% (yoy).
P
PPEE
x
ERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNNIIINNNFFFLLLAAASSSIII
Tekanan terhadap harga-harga di Sumut pada triwulan IV-2009 mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin pada angka inflasi yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2009 inflasi mencapai 0,24% (qtq), turun dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya 3,31% dan triwulan yang sama tahun 2008 (2,13%). Secara tahunan (yoy) inflasi di Sumut pada akhir bulan Desember 2009 sebesar 2,61% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahunan akhir triwulan sebelumnya 4,56%.
Faktor yang mempengaruhi relatif lebih terkendalinya harga antara lain adalah permintaan yang relatif normal setelah berakhirnya perayaan Hari Raya Idul Fitri. Sementara itu faktor pemicu inflasi pada triwulan laporan antara lain adalah kenaikan harga sebagai dampak kenaikan harga di pasar internasional pada komoditas seperti emas, gangguan pasokan pada beberapa komoditas bahan makanan seperti cabe rawit dan ikan-ikanan serta masih tingginya tarif angkutan udara.
Secara tahunan (yoy) inflasi di Sumut pada akhir bulan Desember 2009 sebesar 2,61% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahunan akhir triwulan sebelumnya 4,56%. Inflasi triwulan IV-2009 ini merupakan inflasi terendah sejak tahun 2007 baik dihitung secara triwulanan (qtq) maupun tahunan (yoy). Sementara itu bila dilihat berdasarkan empat kota penyumbang inflasi Sumut, maka inflasi tahunan terendah berturut-turut adalah Sibolga (1,59%), Padangsidempuan (1,87%), Medan (2,69%) dan Pematangsiantar (2,72%).
Pada triwulan I-2010, inflasi Sumut diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan akhir 2009 dengan kisaran antara 1,5±1% (qtq). Sementara itu, pada 2010, laju inflasi di Sumut diperkirakan mencapai 5,5±1% (yoy).
P
PPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNN PPPEEERRRBBBAAANNNKKKAAANNN
Total aset perbankan Sumatera Utara pada triwulan IV-2009 tumbuh sebesar 4,69% (qtq) dan 7,11% (yoy). Total aset perbankan sebesar Rp115,77 triliun didominasi oleh bank konvensional yaitu sebesar Rp112,10 triliun (96,83%) sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp3,67 triliun (3,17%).
Dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan Sumatera Utara pada triwulan IV-2009 tumbuh sebesar 5,06% (qtq) dan 12,56% (yoy) hingga mencapai jumlah Rp 94,88 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan simpanan berupa tabungan, dan deposito dengan persentase kenaikan masing-masing sebesar 8,18% dan 1,93% (qtq). Sedangkan instrumen giro mengalami penurunan 3,22% yang diindikasikan karena pembayaran-pembayaran yang dilakukan khususnya oleh pemerintah terkait dengan akan berakhirnya tahun anggaran 2009.
Adapun secara tahunan seluruh instrumen mengalami kenaikan dengan kenaikan tertinggi dialami oleh instrumen tabungan yaitu sebesar 21,37%(yoy). Sedangkan instrumen giro dan deposito naik dengan rincian masing-masing sebesar 10,39% dan 6,44%(yoy). Rendahnya pertumbuhan deposito diindikasikan sebagai dampak penurunan rata-rata tertimbang suku bunga deposito yang relatif cukup besar yaitu sebesar 3,28% (yoy) yang relatif lebih besar dibandingkan dengan penurunan rata-rata tertimbang suku bunga giro dan tabungan yang masing-masing hanya turun sebesar 0,35% dan 0,43% (yoy).
Kredit yang disalurkan perbankan Sumatera Utara pada triwulan IV-2009 tumbuh sebesar 5,99% (qtq) dan 10,26% (yoy) hingga mencapai jumlah Rp73,57 triliun. Pertumbuhan kredit tertinggi di triwulan IV-2009 dialami oleh kredit investasi yaitu sebesar 6,74% (qtq).
P
P
xi
PEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNNSSSIIISSSTTTEEEMMMPPPEEEMMMBBBAAAYYYAAARRRAAANNN
Nilai transaksi BI-RTGS perbankan Sumatera Utara yang meliputi perbankan di wilayah kerja KBI Medan, KBI Pematang Siantar dan KBI Sibolga pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar Rp118.107 miliar atau meningkat 13,09% (yoy) bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp104.436 miliar, dengan jumlah transaksi BI-RTGS sebanyak 187.993 transaksi atau meningkat 18,72% (yoy) bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 158.349 transaksi.
Nilai transaksi kliring perbankan di Sumatera Utara yang meliputi wilayah kerja KBI Medan, KBI Pematang Siantar dan KBI Sibolga pada triwulan IV-2009 tercatat sebesar Rp29.158 miliar atau meningkat sebesar 2,92% bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp28.332 miliar, dengan jumlah transaksi kliring yang juga mengalami peningkatan namun relatif kecil yaitu sebesar 1,88% dari 1.057.714 transaksi (warkat) pada triwulan IV-2008, menjadi 1.077.649 transaksi (warkat).
Pada triwulan IV-2009 jumlah temuan uang palsu di KBI Medan tercatat sebanyak 353 lembar dengan nilai nominal sebesar Rp18.905.000,00 atau rata-rata temuan uang palsu rupiah sebanyak 6 lembar per hari kerja. Dibandingkan periode sebelumnya, jumlah temuan uang rupiah palsu tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan baik jumlah lembar (52,16%) maupun nilai nominal (52,83%) dimana pada triwulan III-2009 tercatat sebanyak 232 lembar dengan nilai nominal sebesar Rp12.370.000.
P
PPEE
xii
ERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNNKKKEEEUUUAAANNNGGGAAANNNDDDAAAEEERRRAAAHHH
Belanja pemerintah pusat tahun 2010 yang dianggarkan untuk Sumut sebesar Rp11,04 triliun. Sebanyak 32,07% dari anggaran ini digunakan untuk belanja pegawai atau sebesar Rp3,54 triliun, sedangkan belanja sosial menyedot Rp2,76 triliun atau 25,00% dari total anggaran. Sementara itu, belanja modal dan belanja barang masing-masing memiliki proporsi 24,18% dan 18,75% dari total anggaran atau sebesar Rp2,67 triliun dan Rp2,07 triliun.
Satuan kerja (satker) yang memiliki proporsi anggaran terbesar adalah satker di bawah Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Agama (Depag), dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Anggaran untuk satuan kerja (satker) di wilayah Sumut yang berada di bawah Depdiknas memiliki proporsi 21,20% dari total anggaran untuk Sumut atau sebesar Rp2,34 triliun. Anggaran ini terutama untuk belanja sosial dan belanja pegawai masing-masing sebesar Rp1,59 triliun dan Rp0,33 triliun. Anggaran untuk satker di bawah Departemen Pekerjaan Umum sebesar 12,05% dari total anggaran untuk Sumut atau sebesar Rp1,33 triliun. Anggaran ini terutama untuk belanja modal yang nilainya mencapai Rp0,35 triliun. Anggaran untuk satker di bawah Depag menyerap 10,24% dari total anggaran untuk Sumut atau sebesar Rp1,13 triliun. Anggaran satker di bawah Kepolisian Negara Republik Indonesia sebesar 9,69% dari total anggaran Sumut atau sebesar Rp1,07triliun.
P
PPEEERRRKKKEEEMMMBBBAAANNNGGGAAANNNKKKEEETTTEEENNNAAAGGGAAAKKKEEERRRJJJAAAAAANNNDDDAAANNNKKKEEESSSEEEJJJAAAHHHTTTEEERRRAAAAAANNN
Hal positif lainnya, peningkatan jumlah tenaga kerja disertai dengan penurunan jumlah pengangguran. Pada Agustus 2009, jumlah pengangguran di Sumut sebesar 532.427 orang mengalami penurunan dibandingkan Agustus 2008 sebesar 554.539 orang atau 3,99%.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumut pada Agustus 2009 sebesar 69,14% mengalami peningkatan dibandingkan TPAK Agustus 2008 sebesar 68,33%. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga menurun dari 9,10% pada Agustus 2008 menjadi 8,45% pada Agustus 2009.
Jumlah penduduk setengah penganggur, yaitu penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu) pada Agustus 2009 sebanyak 1.834.54 orang. Sekitar 47,92% atau 878.854 orang di antaranya merupakan setengah penganggur terpaksa, yaitu bekerja di bawah jam kerja normal, dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan. Sedangkan jumlah setengah penganggur sukarela, yaitu bekerja di bawah jam kerja normal, tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain sebanyak 955.200 orang atau 52,08% dari jumlah penduduk setengah penganggur.
Rata-rata Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV-2009 menunjukkan adanya peningkatan bila dibandingkan triwulan III-2009. Pada bulan Oktober 2009 dan November 2009 NTP Sumut masing-masing sebesar 100,70 dan 101,80. Peningkatan NTP pada November 2009 sebesar 1,09% dibandingkan triwulan sebelumnya dipengaruhi oleh peningkatan nilai tukar petani pada 5 subsektornya.
P
PPRR
xiii
ROOOSSSPPPEEEKKKPPPEEERRREEEKKKOOONNNOOOMMMIIIAAANNN
Perkiraan Ekonomi
Proses pemulihan ekonomi di Sumut terus berlanjut, terlihat dari semakin membaiknya indikator-indikator utama perekonomian, eperti pertumbuha ekonomi dan laju inflasi. Dari sisi perbankan, intermediasi juga menunjukkan perbaikan yang cukup menggembirakan. Sejalan dengan hal tersebut, perekonomian Sumut pada triwulan I-2010 diperkirakan masih akan mengalami tren pertumbuhan yang meningkat. Dari sisi permintaan, konsumsi swasta, rumah tangga maupun pemerintah diperkirakan masih akan mengalami peningkatan, meskipun dalam level yang tidak terlalu tinggi. Hal ini tidak lain adalah bagian dari siklus konsumsi pada awal tahun. Kinerja investasi diperkirakan akan mengalami perlambatan, terutama disebabkan oleh realisasi investasi pemrintah yang masih rendah.
Pada triwulan I-2010, pertumbuhan ekonomi Sumut diproyeksikan akan tumbuh pada kisaran 2,80% - 3,00% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, laju pertumbuhan ekonomi Sumut pada tahun 2010 diproyeksikan masih berada pada kisaran 5±1% (yoy).
Perkiraan Inflasi Daerah
Pada triwulan I-2010, inflasi Sumut diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan akhir 2009 dengan kisaran antara 1,5±1% (qtq). Sementara itu, pada 2010, laju inflasi di Sumut diperkirakan mencapai 5,5±1% (yoy). Kondisi ini mencerminkan bahwa tekanan inflasi masih dalam batas normal. Potensi meningkatnya harga di daerah, masih disebabkan oleh hambatan kelancaran distribusi barang. Hambatan distribusi barang terkait erat dengan belum optimalnya pengembangan infrastruktur transportasi di daerah. Terkait dengan upaya perbaikan infrastruktur, pemerintah sedang melakukan upaya peningkatan infrastruktur. Peningkatan tersebut mencakup pengembangan infrastruktur transportasi.
Dari sisi core inflation, terdapat beberapa hal yang patut diwaspadai, antara lain adalah potensi peningkatan permintaan yang berasal dari kenaikan gaji karyawan, kenaikan UMP dan kenaikan gaji pada berbegai level jabatan. Kenaikan UMP Sumut diperkirakan akan meningkatkan tekanan inflasi dari sisi permintaan dan sebagian produsen merespon dengan cara kenaikan harga produknya. Upah buruh yang tercermin dari UMP di Sumut meningkat dari Rp 905.000 menjadi Rp965.000 pada 2010.
BAB I
Perkembangan Ekonomi
B
B
B
A
A
A
B
B
B
11
1
P
P
P
E
E
E
R
R
R
K
K
K
E
E
E
M
M
M
B
B
B
A
A
A
N
N
N
G
G
G
A
A
A
N
N
N
E
E
E
K
K
K
O
O
O
N
N
N
O
O
O
M
M
M
I
I
I
M
M
M
A
A
A
K
K
K
R
R
R
O
O
O
R
R
R
E
E
E
G
G
G
I
I
I
O
O
O
N
N
N
A
A
A
L
L
L
1.1. KONDISI UMUM
Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) pada triwulan IV-2009 diperkirakan terus
menunjukkan perbaikan dengan tumbuh lebih tinggi (5,36%) dibandingkan triwulan
sebelumnya (4,97%). Kegiatan konsumsi masih menjadi penggerak ekonomi yang dominan di
samping komponen ekspor yang mulai menunjukkan aktivitas yang signifikan sehingga
mendukung pertumbuhan Sumut pada triwulan ini. Sementara itu, aktivitas impor memasuki
akhir tahun 2009 mulai mengalami penurunan setelah pada awal tahun mengalami lonjakan
untuk mendukung ekspansi pada sisi penawaran (berupa impor barang modal dan bahan
baku) dan memenuhi kebutuhan konsumsi langsung masyarakat (berupa barang konsumsi).
Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan kegiatan konsumsi pada triwulan laporan masih
dapat dipenuhi oleh impor yang dilakukan pada triwulan-triwulan sebelumnya. Kegiatan
investasi juga tetap tumbuh meski cenderung melambat.
Dari sisi sektoral, sektor-sektor andalan Sumut, seperti Pertanian dan Industri Pengolahan
masih memberi andil yang dominan pada laju pertumbuhan agregat di triwulan ini. Sektor
pertanian dan industri pengolahan mencatat peningkatkan utilisasi kapasitas sehingga dapat
berproduksi pada volume yang lebih besar meskipun pada sektor industri masih menyimpan
persoalan infrastruktur kelistrikan dan harga BBM industri. Pencapaian kinerja yang cukup
mengesankan terjadi pada beberapa sektor ekonomi non dominan di Sumut. Peningkatan
kinerja sektor ekonomi non dominan antara lain terjadi pada sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan, yang didorong oleh semakin membaiknya kinerja subsektor keuangan di
Sumut. Subsektor keuangan mencatatkan pencapaian profitabilitas yang cukup tinggi dan
mengalami perbaikan efisiensi biaya. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada
triwulan laporan diperkirakan mengalami penurunan seiring mulai hilangnya pengaruh hari
Raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini didukung oleh pertumbuhan yang serupa pada sisi
pembiayaan khususnya yang berasal dari perbankan. Tingkat pertumbuhan pembiayaan
perbankan untuk kegiatan ekonomi di berbagai sektor semakin menunjukkan peningkatan.
Pertumbuhan kredit investasi juga terus berada dalam tren peningkatan sejalan dengan
aktivitas investasi swasta di Sumut. Di tengah kondisi penghasilan masyarakat yang masih
berlangsung dengan pembiayaan konsumsi melalui kredit perbankan, terlihat dari laju
pemberian kredit konsumsi yang terbesar setelah kredit modal kerja.
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumut Grafik 1.2. Perkembangan Kegiatan Usaha
‐15 ‐10 ‐5 0 5 10 15 20 25 30 35
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2006 20 07 2008 200 9
Sumbe r : SKDU KBI M edan & BPS, diolah
(2,00) (1,00) ‐ 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00
SBT PDRB (qtq / % ) di Sumut 8,37 8,55 6,68 4,18 5,35 5,51 7,73 6,97
4,67 4,574,97
5,36
I II III IV I II III IV I II III IV*
0 2 4 6 8 10
2007 2008 2009
Sumber : BPS, Proyeksi BI Medan ; *proyeksi BI Medan % yoy
Pada tahun 2009, perekonomian Sumut diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 4,89%, lebih
rendah dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 6,37%. Hal ini dikarenakan kualitas
pertumbuhan ekonomi yang masih belum optimal setelah terjadinya krisis keuangan global,
investasi yang masih tumbuh rendah dan di sisi sektoral sektor-sektor ekonomi yang tumbuh
adalah sektor yang padat modal.
Tabel 1.1. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut (%)
I II III IV I II III IV I II IIIr IV*
Pertanian 5.13 6.27 5.91 3.02 5.06 6.13 7.79 7.81 4.67 6.59 4.08 3.69 3.50 5.73 4.25
Pertambangan dan Penggalian 1.42 1.17 ‐1.94 6.34 1.67 3.25 7.32 7.96 7.76 6.58 2.24 ‐1.66 1.09 1.07 0.67 Industri Pengolahan ‐3.02 ‐3.65 ‐5.72 1.77 ‐2.73 1.02 0.37 4.56 5.73 2.92 2.70 3.17 2.70 4.41 3.24 Listrik, Gas dan Air Bersih ‐14.17 ‐11.72 ‐9.48 6.83 ‐7.84 ‐0.37 2.66 5.11 7.69 3.76 8.89 7.13 4.77 3.51 5.62
Bangunan 40.29 43.04 40.98 7.47 30.69 7.75 8.42 8.98 7.45 8.15 3.78 4.42 7.94 4.30 5.10
Perdagangan, Hotel dan Restoran ‐5.18 ‐5.65 ‐7.96 3.72 ‐3.93 4.20 3.94 8.20 8.08 6.11 4.88 4.51 4.28 3.64 4.32 Pengangkutan dan Komunikasi 45.56 49.94 46.65 7.40 34.52 8.91 7.87 9.44 8.54 8.69 6.01 7.04 8.30 8.27 7.42 Keuangan dan Jasa Perusahaan 39.83 37.67 34.30 10.29 28.98 12.11 8.59 9.38 7.17 9.26 6.70 6.85 9.59 9.48 8.18
Jasa‐Jasa 25.44 21.27 18.24 4.14 16.64 7.36 9.03 10.35 11.50 9.57 8.25 6.76 7.17 5.58 6.92
PDRB 8.37 8.55 6.68 4.18 6.90 5.32 5.50 7.67 6.98 6.37 4.67 4.57 4.97 5.36 4.89
Sumber : BPS dan BI
r : angka diperbaiki * angka sementara
2008 2008
2007
2007 2009 2009*
Sektor Ekonomi
1.2. SISI PERMINTAAN
Perekonomian Sumut pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 5,36% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,97% (yoy). Pertumbuhan
ekonomi Sumut masih didorong oleh meningkatnya kegiatan konsumsi, baik pemerintah
maupun swasta. Konsumsi swasta diperkirakan masih tetap tinggi seiring dengan perbaikan
tersebut didukung pula oleh semakin meningkatnya penyaluran kredit oleh perbankan.
Sementara itu, membaiknya kinerja ekspor yang diikuti oleh melambatnya pertumbuhan
impor, mendorong perbaikan nilai tambah net ekspor-impor Sumut. Di sisi lain, kegiatan
investasi masih tetap mengalami pertumbuhan, meskipun secara rata-rata masih lebih rendah
dibandingkan tahun 2008.
Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Sumut Dari Sisi Permintaan (%)
2008
IV I II III IV*)
Konsumsi 9,22 8,08 9,37 9,21 10,65 9,61 9,72
Investasi 14,10 11,04 9,03 5,73 5,76 4,25 6,15
Ekspor 5,87 10,39 ‐0,24 ‐1,75 ‐3,20 ‐1,39 ‐1,66
Impor 13,44 17,59 9,30 5,31 5,06 3,96 5,84
PDRB 6,98 6,37 4,67 4,57 4,97 5,36 4,89
Sumber : BPS dan BI *) proyeksi KBI Medan
Jenis Penggunaan 2008 2009 2009*)
1. Konsumsi
Konsumsi pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 9,61% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya (9,22%). Sebagaimana triwulan-triwulan sebelumnya,
pertumbuhan konsumsi masih didorong oleh kinerja konsumsi swasta. Berbagai indikator
memperlihatkan bahwa konsumsi swasta pada akhir tahun 2009 masih tetap tinggi dan
tumbuh signifikan dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, stimulus fiskal terus menunjukkan
peningkatan terutama sejak paruh kedua tahun 2009. Pada akhir tahun 2009, realisasi
anggaran pemerintah Sumut diperkirakan mencapai 70% dari total anggaran.
Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.4. Komponen Indeks Keyakinan
Saat Ini
0 20 40 60 80 100 120 140
9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2007 2008 2009
Sumber : Survei Konsumen, KBI Medan
0 50 100 150 200 250
Sumber : Survei Konsumen, KBI Medan
Pembelian brg tahan lama Penghasilan saat ini
9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2007 2008 2009
Konsumsi swasta pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 9,48% (yoy), lebih tinggi
Konsumsi swasta mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan daya beli, membaiknya
ekspektasi konsumen dan tingginya penyaluran kredit perbankan. Sementara itu, rata-rata
indeks keyakinan konsumen (IKK) selama tahun 2009 meningkat menjadi 104,66% setelah
pada tahun sebelumnya berada pada indeks 90,32%.
Grafik 1.5. Komponen Indeks Ekspektasi Grafik 1.6. Pertumbuhan Penjualan Elektronik
Beberapa prompt indikator konsumsi mengindikasikan pengeluaran masyarakat Sumut untuk
pembelian barang-barang konsumsi masih cukup tinggi. Konsumsi durable dan non durable
goods pada triwulan IV-2009 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan yang sama
tahun lalu. Sementara itu, indikator barang konsumsi lainnya seperti konsumsi BBM,
penjualan makanan dan minuman, penjualan perlengkapan rumah tangga, serta penjualan
pakaian dan perlengkapannya mengalami peningkatan selama tahun 2009.
Grafik I.7. Pertumbuhan Penjualan BBM Grafik I.8. Penjualan Makanan&Tembakau
Grafik I.9. Penjualan Perlengkapan RT Grafik I.10. Penjualan Pakaian&Perlengkapan
Pertumbuhan konsumsi masyarakat antara lain juga ditopang oleh penyaluran kredit
konsumsi yang terus mengalami peningkatan. Penyaluran kredit baru untuk jenis penggunaan
konsumsi pada triwulan IV-2009 mencapai Rp1,10 triliun. Dengan tambahan penyaluran
kredit baru tersebut, outstanding penyaluran kredit konsumsi bank umum di Sumut mencapai
Rp18,64 triliun.
Grafik I.11. Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi Grafik I.12. Penyaluran Kredit Baru untuk oleh Bank Umum di Sumut konsumsi oleh Bank Umum di Sumut
‐60 ‐40 ‐20 0 20 40 60 80 100 120
Dari sisi daya beli, beberapa indikator dan hasil survei mencerminkan daya beli masyarakat
pada level yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Indikator dimaksud antara lain adalah
kenaikan pendapatan, yang tercermin dalam peningkatan UMP Sumut menjadi Rp905.000.
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2006 2007 2008 2009
Sumber : Laporan Bank Umum
Rp Miliar
0 200 400 600 800 1.00 1.40%0
jumlah kredit pertumbuhan (yoy)
1.200
Grafik I.13. Perkembangan UMP Sumut
2005 2006 2007 2008 2009
Sumut (Rp) 600,000 737,794 761,000 822,000 905,000 Rp
0 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000 900,000 1,000,000
2. Investasi
Kegiatan investasi pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 4,25% (yoy), lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya yang sebesar 5,76% (yoy). Pertumbuhan
investasi terutama didorong oleh meningkatnya kegiatan investasi sektor bangunan. Indikator
investasi khususnya investasi sektor bangunan masih menunjukkan peningkatan walaupun
tidak setinggi periode sebelumnya. Peningkatan investasi sektor bangunan dikonfirmasi oleh
meningkatnya penjualan bahan konstruksi dan penjualan semen. Penjualan bahan konstruksi
dan semen mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya kegiatan pembangunan
sektor swasta dan pemerintah khususnya terkait dengan pembangunan infrastruktur. Nilai
penjualan bahan konstruksi pada bulan Desember mencapai Rp965,6 juta atau tumbuh
0,15% (qtq), sedangkan penjualan semen mencapai 247,1 ribu ton, atau tumbuh sekitar
62,57% (qtq) atau 20,54% (yoy).
Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan untuk tujuan investasi terus menunjukkan tren
peningkatan. Pertumbuhan kredit investasi pada Desember 2009 tercatat sebesar 15,58%
(yoy) dengan outstanding kredit mencapai Rp16,62 triliun. Selain kredit perbankan, sektor riil
diperkirakan juga menggunakan sumber pendanaan investasi lain seperti modal sendiri,
pinjaman, obligasi dan saham, meskipun proporsinya masih relatif kecil. Pilihan pembiayaan
investasi di luar perbankan belum terlalu populer bagi kalangan usaha di Sumut.
Grafik I.16. Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Sumut
Selama periode Januari-Oktober 2009 terdapat 233 proyek rencana investasi PMDN dengan
nilai Rp163,75 triliun dan 1.625 proyek PMA senilai USD17,48 miliar (setara dengan
Rp157,32 triliun). Namun, realisasinya hanya 212 proyek PMDN dengan nilai Rp32,47 triliun
dan 1.008 proyek PMA dengan nilai investasi USD9,92 miliar (Rp89,28 triliun). Proyek PMA
dan PMDN tersebut bisa menciptakan sebanyak 242.529 lapangan kerja baru dari yang
diprediksikan 437.194 lapangan kerja baru. Jika dibandingkan dengan periode yang sama
tahun lalu terjadi peningkatan yang signifikan nilai rencana investasi PMDN yaitu 104,5%.
Sementara itu, sejalan dengan terjadinya krisis keuangan global, minat rencana investasi PMA
turun sebesar 28,8%.
Penyelesaian beberapa proyek infrastruktur di Sumut bervariasi, sebagian proyek dapat
berjalan relatif lancar, namun sebagian lainnya relatif lambat, antara lain karena terkendala
permasalahan teknis. Proyek-proyek yang berjalan relatif lancar antara lain adalah
penyelesaian proyek fly over Amplas. Sementara itu, proyek-proyek yang masih berkutat pada
permasalahan teknis, antara lain adalah beberapa rencana pembangunan proyek jalan tol dan
bandara Kuala Namu.
Sementara itu, selama tahun 2009, realisasi investasi mengalami peningkatan. Realisasi
investasi PMA sebesar USD8.057,58 dan PMDN sebesar USD515.784,31. Diharapkan pada
tahun 2010, investasi akan terus bergairah terlebih lagi dengan banyaknya duta besar negara
terus diupayakan untuk direalisasikan. Untuk pembangunan Bandara Kualanamu, hingga
tahun 2009 pemerintah telah mengucurkan dana sebesar Rp333,238 miliar dengan estimasi
kebutuhan proyek secara keseluruhan mencapai Rp4,35 triliun. Untuk target pembiayaan
tahun 2010, masih mengalami kekurangan sebesar Rp1,4 triliun dan diharapkan pemerintah
pusat dapat mengalokasikan dana tambahan tersebut.
Untuk pembangunan jalan akses non-tol simpang Kayu Besar - Bandara Kualanamu,
pelaksanaan konstruksi masih terkendala pada sebagian segmen yang lahannya belum
dibebaskan. Selain itu juga karena belum ada kejelasan penetapan status kepemilikan lahan
eks HGU yang telah disepakati penyelesaiannya lewat pengadilan. Untuk persoalan ini, masih
diperlukan percepatan proses pelepasan aset PTPN II dari Menteri Negara BUMN, sedangkan
menyangkut proses pengadilan sudah disepakati untuk dikonsinyasikan. Rencana
pembangunan jalan tol Medan – Kualanamu - Tebingtinggi, saat ini telah ada MoU dengan
Kementerian Transportasi RRC dalam rangka pembiayaan dan pelaksanaan konstruksi jalan
tol tersebut. Namun diperlukan percepatan pembebasan lahan agar dana pinjaman dari RRC
tersebut dapat terserap.
Selanjutnya untuk pengembangan Pelabuhan Belawan, Teluk Nibung dan Bagan Asahan, juga
memerlukan dukungan pemerintah pusat untuk percepatan pengembangannya menuju
pelabuhan internasional. Pengembangan sarana dan prasarana air meliputi pembangunan
Bendungan Lau Simeme, pembangunan irigasi Lae Ordi, rehabilitasi irigasi di Secanggang dan
Hinai, pengendalian banjir Kota Tebing Tinggi dan sekitarnya, pengendalian banjir Sei
Wampu, pembangunan daerah irigasi Siborna Kecamatan Sosa, serta pembangunan daerah
irigasi di Mombang Boru. Banyaknya rencana pembangunan ini tentunya membutuhkan dana
investasi yang cukup besar pula.
Di pihak lain, penanaman modal di Sumut didominasi oleh Pengusaha Inggris dengan nilai
investasi sekitar USD13,804 juta untuk empat proyek tahun 2009 dengan investasi terbanyak
di bidang makanan. Dari empat proyek yang direncanakan investor Inggris itu, tercatat satu
proyek melakukan perluasan. Nilai investasi rencana perluasannya sebesar USD1,30 juta
sedangkan tiga proyek rencana pembangunan baru nilainya mencapai USD12,50 juta. Selain
Inggris, investor asing yang menempati urutan kedua yakni Malaysia dengan empat proyek
senilai USD 1,5 juta. Negara lainnya yang juga merencanakan berinvestasi ke Sumut
sepanjang tahun 2009 yakni Maroko, Australia, Belanda, Malaysia, Korea Selatan dan
Singapura. Sementara rencana proyek yang melakukan perluasan investasi yakni Amerika,
Dari semua investor asing yang memiliki rencana investasi tersebut, berdasarkan Izin Usaha
Tetap (IUT), Malaysia, Belanda, Jerman, dan Singapura sudah merealisasikan proyeknya pada
2009. Jerman merupakan realisasi investasi yang paling besar mencapai USD 3,611 juta.
Sementara berdasarkan sektor, investasi industri jasa masih mendominasi, misalnya jasa
perhotelan, medis, perjalanan dan lainnya.
3. Ekspor - Impor
Kegiatan ekspor-impor Sumut masih memberi andil terhadap perekonomian Sumut. Pada
triwulan IV-2009, ekspor Sumut terus melanjutkan tren peningkatan meskipun cenderung
agak melambat. Pertumbuhan ekspor melambat seiring dengan melandainya kinerja ekspor
CPO Sumut ke luar negeri yang merupakan komoditi terbesar ekspor. Begitu pula dengan
ekspor Sumut ke daerah/provinsi lain di dalam negeri yang cenderung menurun dikonfirmasi
oleh penurunan volume bongkar muat barang melalui Pelabuhan Belawan.
Impor Sumut menunjukkan penurunan pada triwulan IV-2009, khususnya impor dari luar
negeri/antar negara. Nilai impor Sumut diperkirakan tumbuh sebesar 3,96% pada triwulan
IV-2009, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,06%. Aktivitas impor
memasuki akhir tahun 2009 mulai mengalami penurunan setelah pada awal tahun
mengalami lonjakan untuk mendukung ekspansi pada sisi penawaran (berupa impor barang
modal dan bahan baku) dan memenuhi kebutuhan konsumsi langsung masyarakat (berupa
barang konsumsi). Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan kegiatan konsumsi pada
triwulan laporan masih dapat dipenuhi oleh impor yang dilakukan pada triwulan-triwulan
sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi 5,36% pada triwulan laporan diperkirakan dicukupi oleh
produksi maupun bahan baku yang berasal dari dalam negeri.
Grafik I.19. Volume Muat Barang di Pelabuhan Belawan
Ekspor masih didominasi oleh produk manufaktur dengan pangsa hingga 72,60% dari total
nilai ekspor. Komoditas ekspor produk manufaktur yang utama tetap berupa produk
makanan dan minuman, produk kimia dan bahan kimia serta karet dan produk plastik.
Grafik I.20. Perkembangan Nilai Ekspor Tabel I.3. Nilai Ekspor Triwulan IV-2009* Produk Utama
Ekspor karet alam Sumut tahun 2010 diperkirakan meningkat dibanding tahun 2009 namun
kondisinya belum seperti tahun 2008. Peningkatan volume ekspor pada tahun 2010 seiring
dengan mulai membaiknya kondisi perekonomian global, terutama mulai pulihnya sektor
otomotif dunia. Volume ekspor karet tahun 2010 diperkirakan akan mengalami kenaikan
mengingat konsumen karet alam seperti China juga termasuk negara yang memiliki daya
tahan terhadap krisis. Peningkatan volume ekspor karet alam Sumut tahun 2010 salah
satunya dipicu kemungkinan tidak akan ada lagi pembatasan ekspor karet yang dilakukan
oleh International Tripartite Rubber Council (ITRC) yang beranggotakan tiga negara produsen
volume ekspor oleh ITRC pada akhir tahun 2008 dilakukan untuk mengontrol fluktuasi harga
karet alam dunia yang sempat merosot tajam hingga USD1,02/kg.
Harga karet alam dunia menurun tajam seiring dengan krisis keuangan global yang mulai
merebak di AS akhir tahun 2008. Selama ini AS yang merupakan salah satu produsen
otomotif dunia, adalah pasar ekspor karet alam terbesar di luar Jepang dan China. Sampai
sekarang dampak krisis ekonomi global untuk industri otomotif belum pulih sepenuhnya.
Tetapi volume ekspor tahun 2010 diperkirakan lebih baik dibanding tahun 2009.
Sementara itu, pihak Kedutaan Besar RI di Belanda yakin optimalisasi pasar ekspor komoditas
asal Sumut ke dataran Eropa bisa dipacu lebih besar. Optimisme tersebut muncul setelah
upaya kerja sama misi dagang antara Indonesia dengan Kota Rotterdam, Belanda khususnya
dalam ekspor tembakau, kakao, dan CPO. Kota Rotterdam jadi target sebagai pintu gerbang
ekspor tembakau, kakao, dan CPO asal Sumut ke dataran Eropa. Selain itu, Dubes RI untuk
Argentina akan memfokuskan neraca ekspor pada komoditas kakao dan CPO saja. Karena
devisa dari dua produk ini bisa mencapai lebih dari USD100 juta bila dikirim secara langsung
dimana selama ini, ekspor dua komoditas tersebut hanya dalam bentuk bahan baku.
Sehingga saat masuk ke Paraguay dan kemudian menyebar ke daerah sekitarnya, seperti Peru
dan Argentina, komoditas tersebut sudah diklaim milik negara tersebut. Ke depan akan
diupayakan langsung pasar di negara Amerika Latin dengan mengirim langsung kakao dan
CPO, termasuk bahan baku untuk elektronik dan spare part.
Di sisi lain, impor masih didominasi oleh bahan baku untuk mendukung kegiatan produksi
terutama pada industri yang mengandung komponen impor tinggi (high import content)
seperti industri kimia. Selain itu produk dari industri makanan dan minuman juga
mendominasi impor Sumut. Produk dari industri ini kemudian menjadi komoditas ekspor yang
dikirim kembali ke luar negeri, seperti tampak pada produk ekspor utama Sumut.
Produk-produk yang mendominasi impor Sumut pada triwulan IV-2009 ini juga sesuai dengan
subsektor industri pengolahan yang mengalami pertumbuhan tinggi, yaitu Kimia dan Bahan
Tabel I.4. Nilai Impor Triwulan IV-2009*
1.3. SISI PENAWARAN
Perkembangan di sisi permintaan, terutama konsumsi direspon oleh beberapa sektor ekonomi
utama, yaitu sektor industri pengolahan, sektor transportasi dan komunikasi dan jasa yang
mengalami pertumbuhan cukup tinggi. Sementara itu, sektor perdagangan masih tetap
tumbuh walaupun relatif melambat seiring mulai hilangnya pengaruh hari Raya Idul Fitri yang
jatuh pada triwulan sebelumnya. Secara keseluruhan perekonomian di triwulan IV-2009
tumbuh cukup tinggi namun masih belum mencerminkan kualitas pertumbuhan yang
diharapkan karena pertumbuhan kurang dipicu oleh pertumbuhan investasi dan dari sisi
sektoral pertumbuhan kurang didukung oleh pertumbuhan pada sektor ekonomi yang
mampu menyerap tenaga kerja secara cukup signifikan.
Selama tahun 2009, perekonomian Sumut didorong oleh pertumbuhan dua sektor ekonomi
non dominan, yaitu sektor keuangan dan jasa perusahaan serta sektor pengangkutan dan
komunikasi. Kedua sektor ini mulai menunjukkan sumbangan yang besar terhadap
pertumbuhan ekonomi Sumut. Di sisi lain, walaupun kinerja sektor pertanian pada triwulan ini
tumbuh signifikan, secara keseluruhan kinerja sektor pertanian diperkirakan mengalami
penurunan. Agar dapat terus mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang, berbagai
persoalan yang membayangi kinerja sektor-sektor andalan ini perlu mendapat perhatian dan
Grafik I.21. Perkembangan Pertumbuhan Sektor Andalan
1. Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan IV-2009 mengalami perkembangan yang positif dan
diperkirakan tumbuh 5,73% (yoy). Perbaikan kinerja tersebut terutama didorong oleh
pertumbuhan subsektor tanaman pangan. Produksi sektor pertanian pada triwulan ini lebih
baik dibandingkan produksi pada periode yang sama tahun lalu.
Peningkatan sektor pertanian pada triwulan IV-2009 sejalan dengan meningkatnya tingkat
kesejahteraan petani. Hal ini antara lain tercermin dari peningkatan nilai tukar petani (NTP)
yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani. Berdasarkan hasil pemantauan
BPS Sumut terhadap perkembangan harga-harga di kabupaten/kota di Provinsi Sumut, NTP
pada bulan November 2009 sebesar 101,80, meningkat 1,10 poin dibandingkan angka NTP
pada bulan Oktober 2009 yang sebesar 100,70.
Grafik I.22. Nilai Tukar Petani Sumut
Peningkatan pertumbuhan sektor pertanian juga sejalan dengan penyaluran kredit perbankan
ke sektor ini yang meningkat 15,10% (qtq) atau 28,33% (yoy). Nilai kredit ke sektor
pertanian mencapai Rp11,28 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
Grafik I.23. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Pertanian
a. Produksi Padi
Menurut data Dinas Pertanian, pada angka ramalan (Aram) III-2009 produksi padi Sumut
masih mencapai 3,48 juta ton atau bertambah dibandingkan dengan angka tetap (Atap)
2008 sebanyak 3,34 juta ton. Produktivitas selama 2009 mencapai 45,46 kwintal/ha di
seluruh lahan padi Sumut di 27 kabupaten/kota, sedangkan di 3 kabupaten sebagai daerah
kontribusi terbesar dengan produktivitas tertinggi yakni 46,98-49,02 kuintal/ha, yakni
Simalungun, Langkat, dan Deli Serdang. Adapun proyeksi 2010 produksi diharapkan
mencapai 3,68 juta ton.
Target produksi padi Sumut sebesar 3,68 juta ton pada tahun 2010 yaitu guna mewujudkan
posisi sebagai salah satu lumbung padi nasional. Peningkatan produksi padi itu juga dibarengi
dengan penambahan luas panen dan produktivitas tanaman padi per hektar. Optimisme akan
swasembada beras di tahun depan dikarenakan pertanaman padi yang berhasil dengan baik
karena tidak terjadinya musim kemarau hampir sepanjang tahun. Peningkatan juga didukung
oleh mulai berkurangnya keluhan kelangkaan pupuk urea bersubsidi di daerah sentra padi.
Sebagai sentra produksi padi di Sumut pada 2010 Kabupaten Simalungun ditargetkan
memproduksi padi 450.558 ton, disusul Langkat sebanyak 388,282 ton, dan Deli Serdang
377,579 ton. Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman padi di Sumut itu antara lain
dipicu penggunaan bibit unggul dan tetap tingginya minat bertanam padi.
Produksi padi diperkirakan akan terus meningkat dilihat dari rencana pemerintah yang akan
kembali menaikkan patokanharga pembelian pemerintah (HPP) beras dan gabah. Pada 2009,
HPP di Sumut naik dibandingkan 2008 atau masing-masing sebesar Rp4.600/kg untuk beras,
sedangkan gabah kering panen (GKP) Rp2.400/kg dan GKG (gabah kering
giling) Rp3.000/kg. Untuk memenuhi stok beras di Sumut tahun 2010, Bulog mendatangkan
Sementara itu, jika tanaman padi hibrida berhasil ditingkatkan di tahun 2010 seluas 21.820
ha, maka Sumut akan mendapatkan Bantuan Langsung Pupuk (BLP) untuk tiga jenis pupuk
yakni NPK, Organik Granul dan pupuk organik cair. Bantuan dari Departemen Pertanian ini
diperkirakan disalurkan bersamaan dengan Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) 2010.
Penggunaan padi hibrida dapat meningkatkan produktivitas tanaman hingga produksi
diharapkan semakin tinggi. Berdasarkan data, Sumut akan mendapatkan BLP jenis NPK
sebesar 5.455.000 kg, organik granul sebanyak 16.365.000 kg dan jenis pupuk Organik Cair
sebesar 109.100 liter. Sedangkan penyaluran akan dilakukan oleh PT. Sang Hyang Seri (SHS)
dan PT. Pertani.
Untuk daerah yang mendapatkan BLP tersebut yakni di 19 kabupaten/kota diantaranya
terbesar yakni Kabupaten Langkat, Deliserdang, Serdang Bedagai, Simalungun dan Batubara.
BLP akan diterima langsung oleh petani sesuai dengan Calon Penerima Calon Lahan (CPCL) di
kabupaten/kota masing-masing. Penerima alokasi BLP tersebut sesuai dengan jumlah
kelompok tani di tiap kebupaten/kota dan Sumut merupakan daerah terbesar di luar pulau
Jawa dalam hal penerimaan alokasi BLP mengingat Sumut merupakan daerah sentral
agribisnis.
b. Produksi Jagung
Selama tahun 2009, dengan produksi jagung sebesar 1.190.822 ton, Sumut berada di
peringkat kelima penghasil jagung nasional dan pada 2010, Sumut berupaya
mempertahankan posisinya dalam daerah sepuluh besar dengan produksi 1.267.218 ton.
Kenaikan produksi jagung tahun 2010 sebanyak 96.396 ton itu bukan hanya karena ada
penambahan luas areal tanaman, tetapi juga dari produktivitas yang meningkat dibandingkan
tahun 2009. Tahun 2009, produktivitas tanaman jagung Sumut rata-rata mencapai 46
kwintal/ha. Untuk Tanah Karo dan Simalungun produktivitasnya diperkirakan sudah mencapai
50 kwintal/ha.
Di Sumut, daerah penghasil jagung terbesar yakni Simalungun, Tanah Karo dan Deli Serdang.
Tantangan dalam pengembangan produksi jagung seperti serangan penyakit hawar daun,
tetapi semakin bisa diatasi dengan adanya benih yang tahan dengan serangan penyakit itu.
Dengan semakin banyaknya produksi jagung, diharapkan ketergantungan pabrikan pakan
c. Produksi Kedelai
Dinas Pertanian Sumut tahun 2010 menargetkan bisa menaikkan produksi kedelaihingga
91,80% dari angka ramalan (aram) II-2009 atau mencapai 31.638 ton. Target peningkatan
produksi yang cukup tinggi itu untuk mendukung program pemerintah yang menargetkan
swasembada kedelai di tahun 2014. Pada 2014 pemerintah berharap tidak lagi mengimpor
kedelai yang kini sekitar 1,1 juta ton per tahun, meski pada tahun 1992 pernah mencapai
swasembada dengan produksi sekitar 1,8 juta ton. Dibandingkan dengan jenis tanaman
pangan lainnya, rencana peningkatan produksi kedelai adalah yang paling tinggi. Untuk
tanaman padi misalnya, target kenaikan produksinya di 2010 hanya 6,11% dibandingkan
produksi di aram II-2009 dan jagung sekitar 8,09%. Peningkatan produksi yang besar pada
kedelai juga mengacu pada masih sangat minimnya produksi kedelai di Sumut (16.495 ton),
padahal potensinya masih cukup besar.
Produksi kedelai Sumut sendiri ditargetkan bisa mencapai sekitar 18 ribu tahun 2010. Dinas
Pertanian optimistis bisa mencapai target produksi 2010 itu, karena beberapa perusahaan
perkebunan khususnya PT.PN tertarik berbisnis kedelai. Kenaikan produksi semakin bisa
diyakini tercapai karena produktivitas tanaman di Sumut juga terus naik atau sudah di kisaran
12,34 kwintal/ha. Penggunaan bibit unggul juga terus meningkat dan pemerintah sendiri juga
memberikan bantuan benih unggul.
2. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri tumbuh lebih cepat pada triwulan ini dan memberikan sumbangan yang relatif
stabil terhadap perekonomian Sumut. Pada triwulan IV-2009, sektor ini diperkirakan tumbuh
4,41% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,70% (yoy). Beberapa
faktor yang diduga mempengaruhi relatif meningkatnya pertumbuhan di sektor industri
antara lain adalah kenaikan permintaan domestik yang meningkatkan penggunakan kapasitas
yang sudah ada dan di sisi lain aktivitas pasar ekspor mulai bergairah kembali. Dengan kata
lain, insentif pasar mulai meningkat.
Sebagaimana pola periode sebelumnya, kinerja sektor industri pengolahan masih didorong
oleh pertumbuhan sektor non migas, sedangkan kinerja sektor migas masih menunjukkan
tren yang menurun. Sementara itu, kinerja produk utama industri Sumut seperti plastik, karet
dan makanan, minuman dan tembakau diperkirakan mengalami penurunan. Terlihat dari nilai
Grafik I.24. Nilai dan Volume Ekspor Grafik I.25. Nilai dan Volume Ekspor
Plastik, Karet dan Produk Turunannya Makanan, Minuman dan Tembakau
Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit bank umum ke sektor industri pengolahan mengalami
penurunan pertumbuhan 3,65% (yoy), namun bila dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 6,03% (qtq). Nilai kredit ke sektor industri
pengolahan mencapai Rp17,93 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
Rp16,91 triliun.
Grafik I.26. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor Industri Pengolahan
3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar
3,64% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan III-2009 (4,28%). Sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan laporan diperkirakan mengalami penurunan seiring
mulai hilangnya pengaruh hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan sebelumnya.
Penurunan pertumbuhan yang terjadi di sektor perdagangan diindikasikan oleh beberapa
Tabel I.5. Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Sumut (%)
Pertumbuhan yang relatif stagnan di sub sektor hotel dan restoran antara lain tercermin pada
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan tingkat hunian hotel. Jumlah
wisman yang masuk melalui bandara Polonia juga meningkat, demikian pula jumlah wisman
yang masuk melalui Pelabuhan Belawan. Sementara itu tingkat hunian hotel di wilayah Sumut
relatif meningkat. Tingkat penghunian kamar hotel rata-rata bintang di Sumut pada bulan
November 2009 mencapai 37,12%, meningkat dibandingkan bulan September 2009 sebesar
32,45%. Secara agregat, rata-rata lama menginap tamu asing dan tamu domestik pada hotel
berbintang di Sumut pada bulan November 2009 mencapai 1,49 hari. Di sisi lain, rata-rata
lama menginap tamu domestik pada bulan November 2009 turun 0,03 hari dibandingkan
bulan Oktober 2009. Secara keseluruhan, rata-rata lama menginap tamu asing pada bulan
November 2009 sebesar 1,77 hari, lebih tinggi dibandingkan tamu domestik yakni 1,46 hari.
Grafik I.27. Penyaluran Kredit oleh Bank Umum di Sumut ke Sektor PHR
Sementara itu, dukungan di sisi pembiayaan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran
menunjukkan kecenderungan yang meningkat dan perfomance kredit yang membaik.
Outstanding kredit lokasi proyek yang disalurkan di sektor ini cukup melesat dibandingkan
dengan periode waktu yang sama tahun sebelumnya. Pada akhir Desember 2009, jumlah
Grafik I.28. Perkembangan Arus Barang di Pelabuhan Belawan (Ton)
4. Sektor Keuangan
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa terus melanjutkan tren perbaikan dengan mencatat
pertumbuhan signifikan pada triwulan ini (9,48%). Perbaikan kinerja ini terutama disebabkan
oleh peningkatan pertumbuhan di subsektor perbankan yang juga memiliki pangsa dominan
di sektor ini. Kinerja perbankan Sumut yang terus membaik ini ditunjukkan oleh berbagai
ukuran kinerja perbankan seperti pertumbuhan kredit dan DPK, rasio LDR dan NPL. Seluruh
indikator tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa telah terjadi perbaikan hingga akhir
tahun 2009.
Perbankan Sumut membukukan pertumbuhan kredit sebesar 12,56%. Net Interest Margin
(NIM) yang merupakan indikator sumber pendapatan utama perbankan dari kegiatan
tradisionalnya (simpan-pin