Kajian Ekonomi Regional
Jakarta
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
ii
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang M ahakuasa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional
(KER) Jakarta Triw ulan IIII 2010 ini dapat diselesaikan. Buku KER berisi informasi
mengenai perkembangan terkini ekonomi dan perbankan di Jakarta yang di era otonomi daerah keberadaannya dirasakan semakin penting. Tujuan dari
penyusunan buku laporan triw ulanan ini untuk memenuhi kebutuhan Bank
Indonesia dalam mempertajam informasi tentang perekonomian regional
khususnya DKI Jakarta, sehingga dapat mendukung formulasi kebijakan moneter
Bank Indonesia. Selain itu, juga ditujukan untuk memberikan informasi kepada
stakeholder tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Jakarta, dengan
harapan informasi tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi
bagi pembuat kebijakan, akademisi, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya yang
membutuhkan dan memiliki perhatian terhadap perkembangan ekonomi di
Jakarta.
M emasuki triw ulan III 2010, kinerja perekonomian w ilayah Provinsi DKI Jakarta
masih lebih tinggi dibandingkan nasional. Kinerja investasi mengalami
peningkatan sejalan dengan prospek investasi yang membaik disertai kuatnya
permintaan. Konsumsi masih kuat ditopang oleh daya beli masyarakat yang
membaik, terjaganya optimisme masyarakat terhadap perekonomian, dan tingkat
inflasi yang masih terkendali masih cukup kuat . Sektor perdagangan, hotel dan
restoran (PHR) meningkat seiring adanya hari besar keagamaan dan peningkatan
ekspor. Perkembangan inflasi hingga akhir triw ulan III 2010 berada dalam arah
yang meningkat, bersumber dari volatile food, khususnya sayuran, terutama
disebabkan oleh berkurangnya pasokan akibat faktor cuaca. Kinerja perbankan terus menunjukkan peningkatan dengan risiko kredit tetap terkendali dan sistem
pembayaran masih tetap terjaga dalam memenuhi kebutuhan transaksi
perekonomian. Sementara pencapaian realisasi terkini belanja APBD 2010
Pemprov. DKI Jakarta lebih rendah dari pada tahun 2009.
Ke depan, perekonomian Jakarta diperkirakan tetap tumbuh di atas 6,0% pada
triw ulan IV 2010. Diprakirakan prospek investasi di Indonesia yang tetap baik,
konsumsi tetap kuat, dan ekspor tetap tinggi. Secara sektoral, sumber
pertumbuhan ekonomi Jakarta ditopang oleh kinerja sektor keuangan, sektor
bangunan, sektor jasa-jasa dan sektor pengangkutan. Sementara itu, inflasi pada
triw ulan mendatang diperkirakan cenderung stabil meskipun masih terdapat
risiko dari beberapa komoditas pangan. Kerjasama Tim Pengendalian Inflasi
Daerah (TPID) Jakarta perlu semakin ditingkatkan untuk menghasilkan
langkah-langkah strategi kebijakan yang semakin nyata dalam meredam kenaikan harga.
Akhir kata, semoga kajian ini dapat memberi manfaat dalam rangkaian panjang
proses pembangunan ekonomi Jakarta.
Jakarta, November 2010
BIRO KEBIJAKAN M ONETER
Daftar Isi
RINGKASAN EKSEKUTIF halaman iv
BAB I. KONDISI M AKRO EKONOM I REGIONAL halaman 1
Sisi Permintaan halaman 2
Sisi Penaw aran halaman 8
BAB II. PERKEM BANGAN INFLASI JAKARTA halaman 15
BOKS : Peran Strategis Perekonomian Jakarta dan Tantangannya dalam Upaya M enciptakan Stabilitas Harga
halaman 19
BAB III. PERKEM BANGAN PERBANKAN halaman 21
Intermediasi Perbankan halaman 21
Risiko Kredit Perbankan halaman 23
Kredit UM KM halaman 24
BAB IV. PERKEM BANGAN SISTEM PEM BAYARAN halaman 25
Transaksi RTGS halaman 25
Transaksi Kliring halaman 25
BAB V. KEUANGAN DAERAH halaman 27
Realisasi Belanja APBD halaman 28
Realisasi Pendapatan APBD halaman 29
BAB VII. OUTLOOK KONDISI EKONOM I DAN INFLASI halaman 31
Beberapa Asumsi yang Digunakan halaman 31
Pertumbuhan Ekonomi halaman 33
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
iv
Ringkasan Eksekutif
Perkembangan M akro Regional
Perekonomian Jakarta pada triwulan III 2010 tumbuh 6,5% (yoy) lebih tinggi dibandingkan Nasional (5,8% ; yoy). M eskipun demikian
arah pertumbuhannya menunjukkan perlambatan. Perekonomian Jakarta pada triw ulan III 2010 tumbuh 6,5% (yoy), melambat dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya (6,7% ; yoy). Kenaikan impor menahan laju pertumbuhan karena menjadi f aktor pengurang, sehingga laju net ekspor turun. Akan tetapi untuk komponen sisi permintaan lainnya tetap baik, kinerja investasi terus membaik dengan didukung oleh kuatnya pertumbuhan konsumsi dan tingginya ekspor. Peningkatan konsumsi didukung oleh daya beli masyarakat yang membaik disertai optimisme masyarakat yang terjaga dan tingkat inflasi yang masih terkendali. Di sisi sektoral, seiring adanya hari besar keagamaan dan peningkatan ekspor pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) meningkat.
Perkembangan Inflasi Regional
Inflasi pada akhir triwulan III 2010 meningkat menjadi sebesar 5,44% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya (4,52% ; yoy).
Tekanan inflasi terbesar berasal dari volatile food, khususnya sayuran, yang disebabkan oleh berkurangnya pasokan akibat faktor cuaca dan masih berlangsungnya pembelian yang dilakukan ke sentra produksi langsung oleh berbagai pelaku usaha di luar Jaw a. Sementara itu, harga komoditas makanan jadi seperti gula pasir dan roti masih tinggi seiring adanya perayaan hari keagamaan dan kenaikan harga bahan baku (tepung terigu dan gula pasir). Inflasi administered price terjadi lonjakan dipicu kebijakan pemerintah di bidang harga pada triw ulan laporan yaitu kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan tarif jalan tol..
Perkembangan Perbankan
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
vi
masih tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya dan menunjukkan pertumbuhan yang tinggi,.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Kegiatan sistem pembayaran menunjukkan peningkatan seiring masih tingginya aktivitas ekonomi. Volume transaksi keuangan melalui sarana BI-RTGS rata-rata per-harinya selama triw ulan laporan mencapai 22.687 transaksi dengan nilai rata-rata mencapai Rp75,88 triliun. Demikian halnya dengan transaksi non tunai melalui sarana kliring yang volume rata-ratanya mengalami peningkatan dibanding periode triw ulan sebelumnya, dengan diikuti peningkatan kualitas kliring yang membaik. Perkembangan Keuangan Daerah
Realisasi penyerapan belanja APBD Pemda DKI Jakarta mencapai 40,3% hingga triwulan III 2010. Pencapaian tersebut lebih rendah dari pencapaian tahun 2009 pada periode yang sama yang dapat mencapai 44,7% yang antara lain disebabkan masih tertundanya beberapa proyek infrastruktur dan masih berlangsungnya proses lelang. Sementara pada pos pendapatan, pencapaian lebih baik dibandingkan tahun 2009, dengan realisasi penerimaan APBD 2010 secara nominal telah tercapai Rp16,82 triliun atau sebesar 73,3% . Penerimaan pajak daerah dan dana perimbangan meningkatkan pencapaian yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.
Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi
BAB I KONDISI M AKRO EKONOM I REGIONAL
Perekonomian Jakarta tumbuh lebih tinggi dibandingkan nasional.
Namun demikian arahnya relatif indentik, yaitu terjadi perlambatan. Pada
triw ulan III 2010 Jakarta tumbuh sedikit melambat sebesar 6,5% (yoy),
dibandingkan triw ulan sebelumnya (6,7% ; yoy). Di sisi permintaan,
kenaikan impor menahan laju pertumbuhan karena menjadi faktor
pengurang, sehingga laju net ekspor turun. Sementara untuk komponen
lain terjadi peningkatan, antara lain kinerja investasi, ekspor, dan
konsumsi. Prospek investasi yang membaik disertai kuatnya permintaan
berdampak positif pada peningkatan investasi. Sementara daya beli yang
membaik mendorong konsumsi, seiring penyaluran gaji ke-13,
terjaganya optimisme masyarakat terhadap perekonomian, dan tingkat
inflasi yang masih terkendali. Di sisi sektoral, terjadi peningkatan
pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) seiring
adanya hari besar keagamaan dan peningkatan ekspor.
1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Jakarta
M eskipun sedikit melambat, perekonomian Jakarta pada triw ulan
III 2010 mencatat pertumbuhan sebesar 6,5% (yoy) masih relatif
tinggi dan berada di tengah perkiraan aw al (6,3 6,7% ).
Dibandingkan pertumbuhan nasional yang hanya sebesar 5,8% (yoy)
pertumbuhan Jakarta termasuk tinggi. Pandangan dunia internasional
terhadap iklim dan prospek investasi di Indonesia yang semakin m embaik
juga berdampak positif pada pada meningkatnya kinerja investasi dalam
perekonomian Jakarta. Namun demikian, perlambatan tersebut sejalan
dengan indikator penuntun (leading indicators) PDRB Jakarta, yang
mengarah pada penurunan meskipun berada dalam fase ekspansi. Hal
ini dipengaruhi oleh melambatnya berbagai indikator pembentuk
(komposit) indikator penuntun seperti indeks penjualan eceran, nilai
transaksi pada sarana Real Time Gross Settlement (RTGS), indeks
produksi, nilai impor barang modal, nilai tukar dan nilai ekspor.
98 99 99 100 100 101 101 102 102 103 103
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Composit Leading Indicator PDRB Jakarta
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
2
Struktur perekonomian Jakarta yang masih didominasi oleh peran
sektor tersier. Pangsa sektor tersier1
dalam perekonomian Jakarta pada
triw ulan III 2010 mencapai 71,2% , diikuti oleh sekt or sekunder dan
sektor primer yang masing-masing sebesar 28,3% dan 0,5% . Sementara
itu, perekonomian Jakarta memiliki pangsa 17,0% dalam perekonomian
nasional. Distribusi perekonomian Jakarta yang terkonsentrasi pada
sektor tersier dan sekunder ini tidak t erlepas dari peran Jakarta sebagai
sentra bisnis dan penghubung perekonomian nasional dengan global.
A. SISI PERM INTAAN
Tingginya pertumbuhan investasi yang ditengarai dari impor
barang modal, menjadikan impor sebagai faktor pengurang net
ekspor tumbuh turun. Turunnya net ekspor mendorong pertumbuhan
ekonomi Jakarta menjadi sedikit melambat. Peningkatan ekspor yang
cukup menonjol terutama pada berbagai barang manufaktur seperti
listrik, mesin, dan suku cadang, lebih lanjut diikuti dengan meningkatnya
impor terutama untuk barang modal, bahan baku, dan barang
konsumsi. Kinerja konsumsi di Jakarta yang menguat dipengaruhi oleh
daya beli masyarakat yang membaik. Selain itu, optimisme masyarakat
yang tetap terjaga dalam melihat kondisi ekonomi ke depan turut
memicu konsumsi untuk tumbuh lebih cepat. Sebagai respons atas
menguatnya konsumsi tersebut dan membaiknya prospek perekonomian
ke depan, pelaku usaha melakukan perluasan sarana produksi melalui
investasi. Penilaian berbagai lembaga pemeringkat internasional
terhadap sovereign credit rating Indonesia yang terus membaik
merefleksikan iklim dan prospek investasi yang semakin cerah. Kondisi ini
secara keseluruhan mendorong kinerja investasi di Jakarta mengalami
ekspansi. Sementara itu, sejalan dengan berlanjutnya pemulihan
ekonomi global terutama di negara-negara mitra dagang berdampak
positif pada kinerja ekspor yang tetap tumbuh tinggi.
Tabel I.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Jakarta (% , yoy)
1Sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR); sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, real estate dan
jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa
I II III* IV* I* II* III*
Konsumsi 7.5 6.2 6.5 6.7 6.7 6.5 4.6 5.7 6.3
Investasi 8.5 1.3 3.2 3.2 3.3 2.8 7.4 7.7 15.2
Ekspor 4.6 -0.5 -0.7 -1.0 3.1 0.2 1.7 8.4 9.2
Impor 27.6 -1.0 -4.4 -4.5 2.7 -1.8 1.2 7.9 11.0
Net Ekspor -67.6 4.0 57.5 53.6 7.9 26.1 6.1 13.4 -8.5
P D R B 6.2 5.2 4.9 5.0 5.0 5.0 6.2 6.7 6.5
* angka sementara BPS DKI Jakarta
2008* 2009*
2009 2010
1. Konsumsi
Konsumsi pada triw ulan III 2010 tumbuh cepat sebesar 6,3% (yoy)
relatif stabil dibandingkan periode triw ulan sebelumnya (5,7% ;
yoy). Peningkatan konsumsi disebabkan oleh peningkatan daya beli
masyarakat. Daya beli didorong oleh pencairan gaji ke-13 dan
peningkatan gaji profesional. Pencairan gaji ke-13 yang telah diterima
pegaw ai Pemprov DKI berjumlah 70.133 PNS, 13.088 CPNS dan 3.413
PTT, pada bulan Juli 2010. Hasil survei yang dilakukan lembaga riset
menunjukkan naiknya pendapatan yang diterima oleh kaum pekerja
profesional dengan rentang yang lebih tinggi dibanding kenaikan gaji
pada tahun 2009. Pada rilis hasil survey bulan M ei 2010, gaji kelompok
pekerja profesional mengalami kenaikan 5 15% (Tabel I.2) atau lebih
tinggi dibanding periode tahun 2009 yang sebesar 0 13% .
Peningkatan gaji yang lebih tinggi di tahun 2010 terjadi pada kategori
pekerjaan fast moving consumer good, telekomunikasi, teknologi
informasi, perbankan, dan asuransi.
Indikator daya beli menunjukkan indikasi yang stabil. M embaiknya
daya beli ini juga disertai oleh terjaganya optimisme masyarakat
terhadap kondisi perekonomian sebagaimana terlihat pada indeks
penghasilan saat ini yang tetap berada di atas angka 1002 (Grafik I.5).
Berbagai indikator terkait konsumsi menunjukkan arah yang sejalan
dengan laju pertumbuhan konsumsi pada PDRB, yaitu Survei Penjualan
Eceran terutama untuk alat rumah tangga (elektronik), pakaian, dan
suku cadang kendaraan bermotor (Grafik I.2), pendaftaran mobil/motor
baru3 (Grafik I.3), maupun pengeluaran yang bersifat rutin (nondurable
goods) lainnya seperti bahan bakar dan konsumsi energi lainnya (listrik
rumah tangga) (Grafik I.4).
Grafik I. 2 Survei Penjualan Eceran Grafik I. 3 Perkembangan Pendaftaran
M obil/M otor Baru
-100 -50 0 50 100 150 200 250
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010
%, yoy Survei Penjualan Eceran
g.Indeks Alat RT g.Pakaian g.Sk-Cad-Kend
-60 -40 -20 0 20 40 60 80 100
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010
%, yoy
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
4
Grafik I. 4 Konsumsi Energi Rumah Tangga Grafik I. 5 Indeks Keyakinan Konsumen Saat Ini
Pembiayaan konsumsi relatif tumbuh moderat. Pertumbuhan kredit
konsumsi (riil) yang disalurkan oleh perbankan sampai dengan posisi
Agustus 2010 tumbuh moderat sebesar 8,5% (yoy), dibanding posisi
akhir triw ulan II 2010 (7,1% ). Sementara pembiayaan dari lembaga
pembiayaan non-bank (leasing) pada posisi Agustus 2010 tercatat juga
tumbuh terbatas (1,3% ), dibanding periode akhir triw ulan II 2010
(0,5% ) (Grafik I.6). Tingkat bunga yang tetap masih mendorong
masyarakat untuk melakukan pembelian barang-barang konsumsi yang
bersifat durable seperti elektronik, kendaraan bermotor, rumah, dan
lain-lain dengan cara mengangsur melalui lembaga pembiayaan.
Tabel I.2 Kenaikan Gaji Profesional
Grafik I.6 Perkembangan Kredit Konsumsi
(Lokasi Proyek) dan Pembiayaan Nonbank
2. Investasi
Kinerja investasi tetap menunjukkan peningkatan. Pada triw ulan III
2010, investasi tumbuh 15,2% (yoy) atau tetap tinggi dibanding periode
triw ulan II 2010 (7,7% , yoy). Permintaan domestik yang menguat dan
permintaan pasar luar negeri yang tetap tinggi mendorong pelaku usaha
untuk melakukan ekspansi bisnis dan atau perluasan kapasitas produksi.
Indikator investasi non-bangunan menunjukkan bahw a peningkatan
kinerja investasi terutama bersumber dari investasi non-bangunan seperti
penambahan kapasitas (Grafik I.9) dan perluasan lahan industri (Grafik
I.28). Penambahan kapasitas terlihat dari impor barang modal yang
meningkat tinggi, terutama pembelian kendaraan roda 4 atau lebih,
kapal laut, komputer, dan besi/baja. Berdasarkan riset lembaga properti,
total penjualan lahan industri pada triw ulan III 2010 mencapai 927,250
Kons Listrik RT g.Kons Listrik RT (rhs)
Sumber : PLN, diolah
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Penghasilan saat ini Indeks Ketersediaan Lap. Kerja Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama
m2 dan investasi industri elektronik hingga triw ulan III 2010 mencapai
400 juta USD untuk investasi rutin seperti pergantian bentuk dan
pengembangan produk baru. Kemudian berdasarkan informasi Dinas
Pelayanan Pajak, pendaftaran alat berat seperti kendaraan pick-up, truk
dan alat berat lainnya masih bertumbuh (Grafik I.9). Alat berat tersebut
digunakan untuk pembangunan infastruktur. Sementara investasi
bangunan relatif moderat yang tercermin dari penjualan semen yang
stabil (Grafik I.10) dan pembangunan properti komersial yang masih
terbatas (Grafik I.28).
Grafik I.9 Perkembangan Impor Barang
M odal dan Pendaftaran Alat Berat Baru
Grafik I.10 Konsumsi Semen
Prospek dan iklim investasi yang membaik turut mendorong
peningkatan kinerja investasi di Jakarta. Perbaikan peringkat
sovereign credit rating Indonesia sebagaimana yang dilakukan oleh
berbagai lembaga pemeringkat internasional seperti Fitch, S&P,
dan JCRA berdampak positif pada keyakinan investor asing terhadap
prospek investasi di Indonesia. Hal ini berdampak langsung pada kinerja
investasi di Jakarta. Ekspektasi terhadap kegiatan dunia usaha
menunjukkan bahw a dalam periode triw ulan ke depan persepsi
pengusaha menunjukkan perkembangan yang terus membaik (Grafik
I.12). Hasil survei kegiatan dunia usaha mengindikasikan optimisme
pengusaha terhadap meningkatnya pemesan barang dari luar negeri
yang disertai harga jual yang cenderung stabil (Grafik I.13). Berdasarkan
komoditas, permintaan akan produk otomotif dan besi/baja meningkat
signifikan pada triw ulan III 2010.
Grafik I.11 Kegiatan Usaha dan Bisnis Grafik I.12 Ekspektasi Kegiatan Bisnis
-100
g.Volum Impor Brg Modal g.Pick Up,Truk,Alat Berat,Truk Tanki[baru]
-15 Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha Situasi Kegiatan Dunia Usaha
70
Order Brg. Input Riil Order DN Riil Order LN Riil Harga Jual Riil Order Brg. Input Riil
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
6
Grafik I.13 Pembiayaan Investasi
Pembiayaan investasi mendukung peningkatan kinerja investasi.
Hingga Agustus 2010, kredit perbankan yang disalurkan untuk tujuan
investasi di Jakarta secara riil tercatat tetap tumbuh tinggi sebesar 7,31%
(yoy), dibandingkan periode akhir triw ulan sebelumnya. Selain itu, pada
triw ulan III 2010 terdapat beberapa perusahaan yang melakukan initial
public offering (IPO) yang telah tercatat di Bapepam, yaitu
masing-masing untuk 2 emiten obligasi senilai Rp1,5 triliun, dan 2 emiten saham
senilai Rp8,89 triliun.
3. Kegiatan Ekspor-Impor4
Kinerja perdagangan luar negeri dan antar daerah masih
mengalami peningkatan pada triw ulan III 2010. M asih tingginya
permintaan untuk produk otomotif dan besi/baja berdampak positif
pada kinerja ekspor Jakarta yang tetap tumbuh tinggi. Ekspor Jakarta
pada triw ulan III 2010 dapat tumbuh 9,2% (yoy), lebih tinggi dibanding
periode triw ulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,9% (yoy). Ekspor
barang manufaktur masih dalam tren meningkat adalah mesin/mekanik,
suku cadang/aksesoris, peralatan listrik, dan pakaian jadi (Grafik I.17).
Sementara itu, kegiatan arus bongkar/muat barang di Pelabuhan
Tanjung Priok menunjukkan tren yang stabil. Selain itu dari sisi harga,
harga logam dasar masih meningkat seiring penurunan stok dan
peningkatan permintaan internasional. Kemudian untuk ekspor jasa,
relatif mengalami peningkatan sebagaimana terindikasi dari semakin
panjang lamanya hari menginap turis asing (Grafik I.16).
Grafik I.14 Komposisi Ekspor Jakarta Grafik I.15 Perkembangan Arus Perdagangan di
Tanjung Priok
4 Konsep ekspor-impor dalam PDRB, ekspor-impor termasuk kegiatan ekspor-impor domestik (perdagangan antara daerah dan atau antar pulau) (Grafik I.14)
Total IPO (Rp miliar) - rhs g.kredit inv riil (yoy)
Sejalan dengan permintaan ekspor dan domestik yang tinggi,
permintaan impor berupa barang modal dan bahan baku industri
masih dalam tren meningkat. Pada triw ulan laporan impor Jakarta
tumbuh 11,0% (yoy), lebih tinggi dibanding triw ulan II 2010 (6,8% ,
yoy). Peningkatan impor bahan baku terutama untuk suku cadang dan
aksesoris; bahan plastik; kimia organik; dan peralatan listrik (Grafik I.18).
Keseluruhan bahan baku untuk industri memiliki pangsa mencapai 86%
dari keseluruhan nilai impor Jakarta. Sementara impor barang modal
untuk kebutuhan investasi berupa kendaraan bermotor (Grafik I.9).
Grafik I.16 Indikator Ekspor Jasa Grafik I.17 Pertumbuhan Volume Ekspor
Komponen Utama M anufaktur Jakarta
Grafik I. 18 Perkembangan Volume Impor Jakarta 2.00
2.50 3.00 3.50
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2009
hari Rata-rata Lama Menghinap Tamu Asing
-60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010
%, yoy
Peralatan listrik Pakaian Jadi Mesin dan mekanik Suku cadang & aksesori
-100 0 100 200 300 400 500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010
%, yoy
Bahan plastik Suku cadang & aksesori Peralatan listrik Kendaraan bermotor Kimia Organik
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
8
B. SISI PENAW ARAN
M eningkatnya ekspor, kinerja investasi yang meningkat, dan
menguatnya konsumsi, berdampak positif terhadap kinerja
sektor-sektor utama Jakarta. Pada triw ulan III 2010, sektor yang
mengalami peningkatan laju pertumbuhan yang cukup tinggi antara lain
sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor konstruksi, dan sektor
perdagangan, hotel, dan restoran (PHR). Beberapa sektor ekonomi
lainnya pada triw ulan laporan juga mengalami pertumbuhan yang positif
dan hanya sektor pertambangan yang mengalami kontraksi
pertumbuhan. M eningkatnya kinerja berbagai sektor ekonomi di Jakarta,
terutama sektor-sektor yang memiliki pangsa besar dalam perekonomian
Jakarta, dipengaruhi oleh menguatnya permintaan domestik maupun
internasional berdampak mendorong dilakukannya investasi berupa
penambahan alat angkut dan mesin industri.
Tabel I.3 PertumbuhanEkonomi Sisi Penaw aran Jakarta (% , yoy)
1. Industri
Sektor industri pada triw ulan III 2010 tumbuh 3,0% (yoy). Kinerja
sektor industri pada triw ulan laporan ini relatif terbatas dibanding
periode triw ulan sebelumnya yang tumbuh 4,8% (yoy). Terbatasnya
pertumbuhan industri ini dikonfirmasi melambatnya indikator untuk
konsumsi energi listrik industri (Grafik I.19) dan indeks produksi industri
(Grafik I.20). Indeks produksi untuk industri logam dasar, makanan,
tekstil, alat angkut dan elektronik relatif stabil (Grafik I.21). Demikian
pula dari sisi pembiayaan, kredit yang disalurkan ke sektor industri relatif
terbatas (Grafik I.22). Sementara dampak kenaikan tarif dasar listrik (TDL) I* II* III*
Pertanian 0.8 0.8 -0.8 0.7 0.7 0.3 0.9 1.6 0.9
Pertambangan 0.3 -2.5 -9.9 -2.4 -2.6 -4.3 -6.8 1.4 -6.3
Industri 3.9 1.6 0.1 -0.3 -0.8 0.1 3.0 4.8 3.0
Listrik 6.3 6.1 4.7 4.9 2.7 4.6 5.3 5.8 5.1
Bangunan 7.7 6.3 6.5 6.1 5.9 6.2 6.9 7.4 7.3
Perdagangan 6.7 3.3 3.4 4.4 4.8 4.0 6.8 7.2 7.4
Pengangkutan 14.8 15.7 15.3 15.4 16.2 15.6 15.2 14.8 15.0
Keuangan 4.2 4.5 4.2 3.8 3.4 4.0 4.0 4.3 4.4
Jasa-jasa 6.0 5.8 6.2 6.5 7.4 6.5 6.7 6.6 6.4
PDRB 6.2 5.2 4.9 5.0 5.0 5.0 6.2 6.7 6.5
* angka sementara BPS DKI Jakarta
2008* 2009*
II III*
2009 2010
IV* I
terhadap industri relatif berpengaruh minimal terhadap kinerja industri
secara keseluruhan5.
Grafik I. 19 Konsumsi Energi Industri Grafik I. 20 Indeks Produksi Industri
Grafik I. 21 RincianIndeks Produksi Industri Grafik I. 22 Kredit Sektor Industri
Grafik I. 23 Indeks Tendensi Bisnis Industri
Pada triw ulan III 2010 industri menunjukkan tendensi bisnis yang
turun. M eskipun permintaan luar negeri dan domestik tetap tinggi,
namun perkembangan tendensi bisnis industri menunjukkan penurunan
pada pendapatan usaha, penggunaan kapasitas produksi dan jumlah jam
kerja. Diperkirakan stok produk di pasar masih relatif tinggi, setelah
produsen memacu distribusi guna meraih momentum dari pertumbuhan
permintaan, sehingga pada triw ulan III 2010 produsen mengurangi
kapasitas produksi guna menghindari penumpukan pasokan.
Perkembangan pembiayaan sektor industri cenderung moderat.
Hingga Agustus 2010, pertumbuhan kredit industri trennya masih
moderat, dengan tingkat pertumbuhan riil pada triw ulan ini hanya
mencapai kisaran 1,1% (yoy) (Grafik I.22). Sementara itu, profil risiko
(non performing loan/NPL) sektor industri telah berada di baw ah ambang
batas yang diperkenankan (<5% ) dan terus menunjukkan tren
g.IPI Tekstil g.IPI Logam dasar g.IPI Mesin g.Makanan Sumber : CEIC, diolah
g.kredit Industri Riil (mtm) - rhs g.kredit Industri Riil (yoy)
-20.0
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
10
2. Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi masih mencatat
pertumbuhan yang tinggi (15,0% , yoy), setelah pada triw ulan II
2010 juga tumbuh mencapai 14,8% (yoy). Di tengah pertumbuhan
pelanggan telepon seluler yang masih tinggi (Grafik I.24), penetrasi pasar
yang terus dilakukan oleh berbagai operator telepon melalui penyediaan
akses layanan yang lebih bersifat value added, khususnya layanan data,
mendorong kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi tetap tumbuh
tinggi. Saat ini, penggunaan telepon seluler sebagai sarana untuk akses
internet di Indonesia mencapai 51% -52%6, lebih tinggi dibandingkan
dari komputer (48% -49% ). Salah satu penyedia layanan sarana
komunikasi, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) hingga 30
September 2010 mencatat kenaikan pendapatan usaha sebesar Rp1,96
triliun atau 3,9% , menjadi Rp52,12 triliun dari sebelumnya Rp50,16
triliun. Kenaikan itu sebagian besar disumbang dari pendapatan data
internet dan jasa teknologi informatika.
Sementara itu, pertumbuhan subsektor transportasi relatif stabil.
Perkembangan jumlah penumpang yang menggunakan sarana angkutan
laut, pesaw at udara, dan kereta api, relatif stabil (Grafik I.25). Selama
masa Lebaran, volume penumpang yang menggunakan angkutan kereta
api mencapai 2.654.226 orang, atau naik tipis 1,69% dari tahun 2009
(2.610.097 penumpang). Sementara untuk penumpang bus trans Jakarta
meningkat 6,65% (yoy) dibanding akhir triw ulan II 2010 (3,56% ; yoy)
sebagai implikasi penerapan sterilisasi jalur bus dari kendaraan lainnya,
sehingga kecepatan bus meningkat dan mempersingkat w aktu tunggu.
Grafik I.24 Perkembangan Telepon Seluler Grafik I.25 PerkembanganJumlah
Penumpang M oda Transportasi
Grafik I.26 Perkembangan Penumpang Bus Trans Jakarta
6Hasil riset Google terhadap pengguna Opera M ini tahun 2010
3. Bangunan
Sektor bangunan tetap tumbuh tinggi (7,3% ), relatif moderat
dibanding periode sebelumnya. M asih tingginya pertumbuhan sektor
bangunan bersumber dari pembangunan properti oleh sw asta.
Pembangunan properti terutama masih berasal dari properti untuk
industri, dimana terdapat penambahan 500-Ha lahan industri untuk dari
3 perusahaan di sekitar area greater Jakarta, antara lain di Bekasi
Karaw ang. Sementara untuk properti sw asta lainnya adalah properti
apartemen milik (selesainya Tow er A Gandaria Height dan Tow er A of
Centro City), apartemen sew a (pembangunan M enara Budi Apartment
sehingga menambah pasokan sebanyak 291 unit menjadi kumulatif
37,756 unit), dan properti retail (pembangunan Gandaria City dan lantai
3 Tanah Abang Blok B, yang menambah pasokan menjadi sebesar
3,532,600 m2
). Sementara infrastruktur pemerintah daerah berupa
perbaikan jalan, pembebasan lahan banjir kanal timur, dan normalisasi
saluran air.
Grafik I.27 Hasil Survei Properti Residensial Grafik I.28 Riset Lembaga Properti Komersial
4. Perdagangan, Hotel dan Restoran
Adanya perayaan hari besar keagamaan ikut mendorong
peningkatan laju pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan
restoran (PHR) tumbuh 7,4% . M eningkatnya laju pertumbuhan sektor
ini dipengaruhi oleh masih kuatnya konsumsi dan kinerja ekspor yang
tetap tumbuh tinggi. Berbagai indikator terkait perkembangan sektor
PHR menunjukkan tren yang meningkat seperti indeks penjualan eceran,
konsumsi listrik sektor bisnis (Grafik I.29) dan arus barang di Tanjung
Priok (Grafik I.31). Selain itu, perkembangan jumlah w isataw an dan
tingkat hunian mengindikasikan pertumbuhan yang cukup tinggi (Grafik
I.30). Jumlah pengunjung yang masuk ke Ancol pada triw ulan III 2010
diperkirakan mencapai target sebanyak 1,4 juta lebih tinggi
dibandingkan pencapaian pada periode yang sama tahun 2009 (1,1 juta
0 1000 2000 3000
Tw IV-2008 Tw I-2009 Tw II-2009 III-2009 IV-2009 I-2010 II-2010 Unit terjual
Survei Properti Residensial
TIPE KECIL TIPE MENENGAH TIPE BESAR
-2 0 2 4 6 8 10 12 14
Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009 2010
%, yoy
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
12
Grafik I.29 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis
dan Survei Penjualan Eceran
Grafik I.30 PerkembanganJumlah Wisman
dan Tingkat Hunian
Grafik I.31 Arus Barang melalui Kereta dan Pelabuhan
Pertumbuhan subsektor perdagangan dipengaruhi oleh
perkembangan kegiatan ekspor yang masih tinggi. Kinerja sub
sektor perdagangan didorong oleh pertumbuhan ekspor barang yang
masih tinggi. Namun demikian, arus perdagangan domestik relatif tidak
tinggi tercermin dari perlambatan arus barang yang melalui kereta dan
pelabuhan (Grafik I.31).
Peningkatan pembiayaan kredit perbankan turut mendorong
pertumbuhan sektor perdagangan. Posisi kredit (berdasarkan lokasi
proyek) yang disalurkan di sektor ini pada akhir Agustus 2010 tercatat
sebesar Rp91,9 triliun, atau secara tahunan mengalami peningkatan
18,2% . Selain itu, kualitas kredit di sektor ini juga terus terjaga
sebagaimana tercermin dari rasio NPL yang selalu berada di baw ah 5% .
5. Keuangan, Persew aan dan Jasa
Pada triw ulan laporan, sektor keuangan, persew aan dan jasa
tumbuh meningkat 4,4% (yoy), dibandingkan triw ulan
sebelumnya (4,3% ). Iklim dunia usaha yang kondusif dan ditunjang
oleh menguatnya permintaan, serta masih berlanjutnya tren penurunan
suku bunga berpengaruh pada kegiatan di sektor keuangan, persew aan,
dan jasa usaha. Nilai dan frekuensi transaksi di pasar modal masih
mengalami peningkatan (Grafik I.32). Selain itu, pada triw ulan laporan
terdapat initial public offering (IPO) dari 2 emiten obligasi perusahaan
otomotif dan jasa pengangkutan dengan nilai Rp1,5 triliun; serta 2
emiten saham dari perusahaan makanan dan energi senilai Rp8,89triliun.
Sementara tingkat hunian (occupancy rate) persew aan retail dan
-10
Hotel Occupancy Rate g.Kunjungan Turis (rhs)
-20
apartemen relatif meningkat dibandingkan triw ulan sebelumnya (Grafik
I.33). Faktor positif lainnya adalah pertumbuhan kredit lokasi proyek dan
simpanan masing-masing meningkat sebesar 21,3% (yoy) dan 14,1%
(yoy).
Grafik I. 32 Perkembangan Transaksi
Saham
Grafik I.33 Tingkat Hunian Apartemen
dan Retail
6. Listrik, Gas dan Air Bersih
Sektor listrik 5,1% % (yoy), masih tumbuh tinggi di atas 5%
sebagaimana triw ulan sebelumnya. Konsumsi listrik di w ilayah
Jakarta yang cenderung meningkat seiring dengan membaiknya kegiatan
bisnis dan perdagangan yang menjadi salah satu faktor yang mendorong
naiknya pertumbuhan sektor ini. Sementara penambahan daya listrik
berasal dari interkoneksi Jaw a-Bali dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) Labuan sebesar 630 M W, PLTU Rembang 630 M W, Suryalaya 640
M W, PLTU Lontar 8 sebesar 300 M W. Pembangkit lain yang akan
beroperasi adalah PLTU Pacitan 1 sebesar 315 M W dan Pacitan 630 M W.
Pasokan yang semakin meningkat secara total telah mendorong
konsumsi listrik Jakarta dan pendapatan di sektor listrik tumbuh masih
tinggi (Grafik I.34). Pada subsektor air bersih, pada triw ulan ini Pemda
juga telah menganggarkan dana Rp20 miliar untuk kegiatan normalisasi
saluran air, dengan mengeruk enam sungai.
Grafik I.34 Pendapatan dan Konsumsi Listrik DKI Jakarta
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
14
BAB II PERKEM BANGAN INFLASI JAKARTA
Inflasi pada akhir triw ulan III 2010 meningkat menjadi sebesar 5,44% (yoy) yang terutama bersumber dari volatile food, khususnya sayuran. Hal ini terutama disebabkan oleh berkurangnya pasokan akibat faktor cuaca dan masih berlangsungnya pembelian yang dilakukan ke sentra produksi langsung oleh berbagai pelaku usaha di luar Jaw a. Sementara itu, inflasi administered price dipicu oleh kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan tarif jalan tol.
Perkembangan inflasi IHK Jakarta hingga akhir triw ulan laporan
masih cenderung meningkat, terutama dipicu oleh kenaikan
harga pada komoditas bahan makanan khususnya sayuran.
Kenaikan harga sayuran tersebut terutama terjadi pada bulan Juli 2010,
akibat berkurangnya pasokan. Kenaikan harga masih terjadi terutama
pada komoditas cabe. M enurunnya pasokan komoditas cabe di Jakarta
terlihat pada kondisi pasokan per minggu di Pasar Induk Kramat Jati.
Sementara untuk beras kondisi pasokan di Pasar Induk Beras Cipinang
yang sempat menurun pada Agustus mendorong kenaikan harga pada
level tinggi yang tetap bertahan sampai dengan akhir triw ulan,
w alaupun sebenarnya pasokan mulai meningkat. Sebagai akibat masih
naiknya harga komoditas volatile food (sayuran) dan komoditas bahan
makanan lainnya (beras, termasuk minyak goreng dan tepung terigu
juga naik) ini, tercatat inflasi pada kelompok bahan makanan meningkat
(11,74% ; yoy). Sementara itu, harga komoditas makanan jadi seperti
gula pasir dan roti masih tinggi seiring adanya perayaan hari keagamaan
dan kenaikan harga bahan baku (tepung terigu dan gula pasir). Hal ini
mendorong kelompok makanan jadi tetap lebih dari 10% (11,01% , yoy)
(tabel II.1). Kontribusi dua kelompok tersebut mencapai lebih dari 60%
dalam inflasi tahunan pada triw ulan III 2010. Selain dua kelompok
tersebut, kelompok perumahan juga mengalami peningkatan seiring
kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang mulai diberlakukan Juli 2010.
Grafik II.1 Perkembangan Inflasi Grafik II.2 Kontribusi Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Kebijakan pemerintah di bidang harga pada triw ulan laporan
terjadi pada tarif dasar listrik (TDL) dan tarif jalan tol. Kenaikan TDL
rata-rata sebesar 15% . Kenaikan terjadi pada pelanggan sosial (10% ),
pelanggan rumah tangga lainnya (18% ), pelanggan bisnis (12% -16% ),
pelanggan industri lainnya (6% -15% ) dan pelanggan pemerintah lainnya
(15% -18% ). Harga yang diatur Pemerintah lainnya yaitu bahan bakar
minyak (BBM ) subsidi7
relatif stabil sementara BBM non-subsidi pertamax
dan pertamax plus justru mengalami penurunan sekitar 3,9% 4,3%
dibandingkan harga tahun sebelumnya (Tabel II.2). Kenaikan BBM
non-subsidi hanya terjadi pada pertamax dex yang mencapai 6,6% .
Sementara itu, penetapan kenaikan tarif tol dilakukan pada pertengahan
Juli 2010, dengan besaran sebagai berikut, untuk ruas tol
Jakarta-Cikampek 9-11% dan tol Sedyatmo 7-12% .
7Konsumsi BBM subsidi hampir mencapai 60% .
qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy
IHK -0.13 6.98 0.15 3.45 1.73 2.63 0.58 2.34 0.92 3.43 1.21 4.52 2.63 5.44
Bahan Makanan 1.22 10.71 0.27 6.75 5.67 6.60 -0.77 5.17 2.43 6.43 3.84 11.54 5.86 11.74
Makanan jadi 2.30 9.51 0.87 7.74 2.31 9.02 2.87 8.55 4.29 10.66 1.24 11.12 2.20 11.01
Perumahan -0.08 9.91 1.05 6.29 0.09 1.78 0.09 0.28 0.29 0.66 0.08 0.55 2.14 2.61
Pakaian 3.97 8.06 1.54 4.87 0.44 6.11 2.55 5.31 -2.68 -1.43 2.52 2.76 -0.79 1.50
Kesehatan 0.30 4.09 0.91 6.04 0.39 4.76 0.47 4.13 0.16 3.99 0.12 1.15 0.66 1.42
Pendidikan 0.00 2.96 0.00 2.45 1.99 1.97 0.06 1.96 0.00 1.96 0.01 2.06 1.35 1.42
Transportasi -5.70 -0.16 -3.85 -7.15 1.36 -6.23 -0.30 -3.87 0.15 2.09 0.70 1.91 3.92 4.48
Tabel II.2 Harga BBM di Jakarta
Secara umum kondisi konsumsi yang masih kuat masih dapat
diimbangi oleh sisi produksi. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
menunjukkan sektor produksi cenderung meningkatkan kapasitas
produksinya (Grafik I.13) melalui investasi, baik untuk mengimbangi
permintaan domestik maupun untuk memenuhi permint aan eskpor.
Respons sisi produksi yang memadai perlu terus dijaga untuk menunjang
menguatnya konsumsi, sehingga daya beli masyarakat yang membaik
tidak berpotensi untuk menekan terjadinya inflasi lebih tinggi. Ekspektasi
kenaikan harga dapat dipengaruhi melalui peran pemerintah daerah
lew at rilis ketersediaan pasokan yang masih cukup memadai, sehingga
turut berpengaruh positif dalam meredam kenaikan inflasi lebih lanjut
dan meminimalkan upaya spekulasi yang mencari margin keuntungan
tinggi dan penimbunan stok komoditas.
Grafik II.5 Ekspektasi Harga
M asih berkurangnya pasokan sayuran ke Pasar Induk Kramat Jati
pada Juli 2010 menyebabkan kenaikan harga beberapa komoditas
bahan pangan (volatile foods). Pada aw al triw ulan, pasokan beberapa
komoditas sayuran masih turun sehingga mendorong kenaikan harga.
M asih tingginya curah hujan di berbagai sentra produksi sayuran
menyebabkan gagal panen dan menurunnya produksi, sehingga
pedagang luar Jaw a pun mulai mencari pasokan langsung dari sentra
produksi di Jaw a, karena pasokan lokal mereka juga relatif terbatas.
Pasokan sayur ke Pasar Induk Kramat Jati pada Juli relatif lebih rendah
dibanding bulan-bulan sebelumnya yang dapat mencapai lebih dari 35
ribu ton per bulan. Sementara pada bulan tersebut, pasokan hanya
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
18
3.718 ton, dari pasokan normal yang dapat sekitar 6 ribu ton per bulan.
Perkembangan tersebut menyebabkan harga eceran cabe merah pada
aw al Juli mencapai Rp45.000,-/kg atau meningkat hampir 2 kali lipat
dibandingkan harga normal yang hanya di baw ah Rp20.000,-/kg. Hal
lain yang perlu diw aspadai adalah penurunan pasokan beras di Pasar
Induk Cipinang pada Agustus sebagai persiapan menjelang Idul Fitri,
yang menyebabkan harga beras naik pada level yang tinggi dan
bertahan hingga akhir triw ulan padahal pasokan berangsur mulai
meningkat, terutama berasal dari daerah Jaw a Tengah. Kenaikan
terutama terjadi pada beras kualitas baik (IR-I, IR-II, M uncul, dan Setra),
sementara beras IR-III relatif turun. Faktor positif yang menyebabkan
adalah upaya Pemerintah yang telah menjatahkan raskin selama 2 bulan,
yaitu Agustus dan September yang dikeluarkan sekaligus pada Agustus.
Grafik II.6 Harga Beras Eceran dan
Grafik II.10 Perkembangan Harga Sembako Grafik II.11 Perkembangan Harga Sembako
Lainnya
Pasokan Beras Harga rata-rata Eceran Beras (rhs)
5,500
Cabe merah keriting Cabe merah TW Cabe rawit merah Cabe rawit hijau Bawang merah
Gula pasir Minyak goreng curah Tepung terigu
Boks : Peran Strategis Perekonomian Jakarta dan
Tantangannya dalam Upaya M enciptakan Stabilitas Harga
Dibanding daerah lain, peran ekonomi dan inflasi Jakarta
terbesar. Peran tersebut tercermin dari dengan bobot Jakarta yang
terbesar dibandingkan daerah lain. Inflasi Jakarta memiliki bobot sebesar
22,49% terhadap inflasi nasional, sementara ekonomi Jakarta memiliki
pangsa (share) sebesar 16,41% dalam ekonomi nasional.
Ekonomi dan inflasi Jakarta selalu lebih baik. Pola historis inflasi
Jakarta selalu lebih rendah dibanding nasional. Inflasi Jakarta perlu
dijaga, karena mampu mendorong pergerakan inflasi nasional lebih
stabil. Pertumbuhan ekonomi Jakarta lebih kuat, ketika terjadi shock,
penurunannya tidak sedalam Nasional. Secara historis, pertumbuhan
Jakarta relatif lebih tinggi dibandingkan Nasional.
Grafik A.1 Inflasi Jakarta dibanding Nasional Grafik A.2 Perkembangan Ekonomi Jakarta dibanding Nasional
Tantangan penanganan inflasi Jakarta masih akan dihadapi oleh
Tim Pengendalian Inflasi (TPID) Jakarta. Tantangan yang masih akan
dihadapi oleh TPID berupa, (1) Harga di pasar induk Jakarta menjadi
acuan (benchmark) harga di daerah. Penentuan harga di daerah
mengacu harga yang terjadi di pasar induk Jakarta, karena volume yang
diperdagangkan relatif besar. Berkurangnya pasokan dari daerah
mendorong kenaikan harga di Jakarta, yang berimbas pula ke daerah. (2)
Harga eceran beras belum stabil. Khusus untuk komoditas beras, hasil
Kajian Kemendag8 menyatakan harga eceran beras bulanan paling tak
stabil ternyata justru terjadi di Jakarta dibanding kota besar lainnya
(Bandung, Surabaya, M edan, dan M akasar). (3) Ekspektasi inflasi, upaya
mempengaruhi perilaku masyarakat melalui konferensi pers khususnya
mejelang peak season. (4) Administered Price, pengaturan besaran dan
w aktu penyesuaian tarif yang diatur Pemda (PDAM , busw ay, UM P, dan
lainnya).
2
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9 2007 2008 2009 2010
%, yoy
Inflasi Jakarta
Inflasi Nasional
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7
I II III IV I II III IV I II
2008 2009 2010
%, yoy
Pertumbuhan PDRB Jakarta
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
20
Grafik A.3 Perkembangan Pasokan dan Harga
Grafik A.4 Perkembangan Pasokan dan Harga
-200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600
10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000
I III I III I III I III V II IV II IV I III I III I III V
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEPT Ton Rp/kg
Cabe Merah
Pasokan (Ton) - rhs Harga Cabe Merah Jkt Harga Cabe Merah Palembang Harga Cabe Merah Medan
-200 400 600 800 1,000
8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000 22000
I III I III I III I III V II IV II IV I III I III I III V
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEPT Ton
Rp/kg Bawang Merah
BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN
Secara umum, kinerja perbankan Jakarta pada triwulan III 2010
terus menunjukkan peningkatan dengan risiko kredit tetap
terkendali. Dana Pihak Ketiga (DPK) masih meningkat menjadi 14,1%
(yoy) sementara kredit yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta
tumbuh 18,0% (yoy). Perkembangan kegiatan intermediasi perbankan
membaik sebagaimana terpantau dari perkembangan LDR (loan to
deposit ratio) yang menunjukkan peningkatan dari 74,0% menjadi
76,2% . Kualitas kredit terjaga dengan rasio gross Non Performing Loan
(NPL) tetap di baw ah 5% . Demikian pula dengan kredit UM KM yang
berupa kredit mikro, kecil dan menengah (M KM ) tetap tumbuh tinggi,
tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya.
Tabel III.1 Beberapa Indikator Perbankan Jakarta
A. INTERM EDIASI PERBANKAN
Kegiatan intermediasi perbankan yang tercermin dalam loan to
deposit ratio (LDR) berdasarkan lokasi bank dan proyek
menunjukkan peningkatan. LDR hingga Agustus 2010 sebesar 76,2%
relatif meningkat dibanding LDR pada akhir triw ulan II 2010 (74,0% ).
Pada data terakhir triw ulan laporan, dana pihak ketiga (DPK) perbankan
dan kredit tumbuh tinggi. Sementara itu, kredit dalam kategori UM KM
tetap tumbuh cukup tinggi (43,7% ), namun pangsa kredit UM KM hanya
sebesar 25% dari total kredit Jakarta. Penghitungan LDR dengan kredit
yang ditujukan untuk lokasi peruntukan proyek Jakarta juga
menunjukkan peningkatan dibandingkan triw ulan sebelumnya.
I II III IV I II III*
DPK Rp Miliar 880,839.2 899,351.3 921,394.6 995,416.6 994,087.8 1,012,718.1 1,054,017.8 Pertumbuhan (%, y-o-y) 21.7 17.6 17.2 14.6 12.9 12.6 14.1 Kredit Lokasi Bank Rp Miliar 665,407.9 666,946.3 672,416.1 709,804.5 705,214.5 749,394.8 803,020.9 Pertumbuhan (%, y-o-y) 26.8 15.4 6.2 5.2 6.0 12.4 18.0 Kredit Lokasi Proyek Rp Miliar 476,032.0 476,533.0 492,633.7 520,547.4 524,875.2 564,256.8 590,523.8 Pertumbuhan (%, y-o-y) 27.0 16.7 9.4 7.6 10.3 18.4 19.4 Kredit UMKM Rp Miliar 133,817.4 143,407.7 148,208.5 155,941.7 185,750.0 191,264.3 211,389.0 Pertumbuhan (%, y-o-y) 17.1 15.8 9.2 13.6 38.8 33.4 43.7 LDR Lokasi Bank (%) 75.5 74.2 73.0 71.3 70.9 74.0 76.2 LDR Lokasi Proyek (%) 54.0 53.0 53.5 52.3 52.8 55.7 56.0 NPL (%) 4.5 4.5 4.2 3.8 3.8 3.3 3.1 *) s.d. Agustus 2010
2009 2010
Uraian Satuan
50 55 60 65 70 75 80 85
40 45 50 55 60
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
22
1. Penghimpunan Dana M asyarakat
Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan di Jakarta
sampai dengan Agustus 2010 mengalami peningkatan. Secara
tahunan, penghimpunan DPK hingga Agustus 2010 tumbuh lebih cepat
dibandingkan posisi akhir triw ulan II 2010 yaitu dari 12,6% menjadi
sebesar 14,1% (yoy). Berdasarkan komponen, peningkatan DPK
bersumber dari semua komponen. Pertumbuhan Giro naik ke 15,3%
(yoy), tabungan naik menjadi 22,1% (yoy), dan deposito naik menjadi
13,8% (yoy), dibandingkan pertumbuhan triw ulan sebelumnya
masing-masing sebesar 2,4% ; 14,4% ; dan 12,8% .
Grafik III.2 Perkembangan Komponen DPK Grafik III. 3 PerkembanganKepemilikan DPK
2. Penyaluran Kredit
Perkembangan kredit selama triw ulan III 2010 (hingga Agustus
2010) terus meningkat. Berdasarkan lokasi bank penyalur, kredit pada
triw ulan III 2010 tercatat sebesar Rp803,02 triliun (posisi Agustus 2010)
atau tumbuh lebih cepat yaitu sebesar 18,0% (yoy), dibandingkan
dengan triw ulan sebelumnya yang sebesar 12,4% (yoy). Dilihat dari sisi
penggunaannya, pada triw ulan III 2010 kredit modal kerja tercatat
mengalami ekspansi pertumbuhan 19,4% (yoy). Demikian halnya
dengan kredit investasi yang juga mengalami ekspansi 12,6% (yoy).
Namun, di sisi lain pertumbuhan kredit konsumsi mengalami
perlambatan yaitu 21,4% (yoy). Secara sektoral, membaiknya kinerja
perekonomian berbagai sektor ekonomi utama di Jakarta diikuti oleh
peningkatan penyaluran kredit ke sektor tersebut. Pada beberapa sektor,
seperti industri, jasa dunia usaha, dan konstruksi membaik. Perlambatan
kredit konsumsi tercermin dalam perlambatan sektor lain-lain.
Tabel III.3 Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Usaha
Tabel III.2 Perkembangan Kredit Berdasarkan Sektoral
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
24
yang menurun. Salah satunya adalah sektor perdagangan dengan rasio
NPL yang turun dari 4,4% menjadi 3,8% . Sementara rasio NPL industri
pengolahan tetap stabil di baw ah 5% , yaitu sebesar 4,1% .
Grafik III.4 NPLs Jenis Penggunaan Grafik III.5 NPLs Sektor Ekonomi Utama
C. KREDIT UM KM (LOKASI PROYEK)
Pertumbuhan kredit mikro, kecil dan menengah (M KM9
) Bank di
Jakarta mengalami percepatan. Hingga Triw ulan III 2010, kredit M KM
di Jakarta tumbuh 38,8% (yoy) menjadi 205,76 triliun. Nominal kredit
M KM Jakarta tersebut masih tertinggi dibandingkan dengan provinsi
lain. Provinsi lain yang penyaluran kredit M KM -nya termasuk tinggi
diantaranya provinsi Jaw a Barat, Jaw a Timur, dan Jaw a Tengah. Secara
nasional, penggunaan kredit M KM tersebut masih berupa kredit
konsumsi (pangsa 52,2% ), yang tercermin pula secara sektoral dalam
kredit lain-lain (pangsa 55,6% ). Sementara kredit M KM yang bersifat
produktif (investasi dan modal kerja) tercatat masih meningkat, yang
tercermin secara sektoral pada sektor jasa dunia usaha, industri,
perdagangan, dan listrik.
Tabel III.4 Perkembangan Kredit UM KM
9 Termasuk kredit M KM oleh BPR, BPRS dan Bank Syariah namun tidak termasuk kartu kredit
2
Konstruksi Peng., Pergd., dan Kom. Industri Pengolahan Perdg, Rest, dan Hotel
batas NPL
(Miliar Rp)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Pertumbuhan
2009 2009 2009 2009 2010 2010 2010 (yoy)
1. DKI Jakarta 133,817.4 143,407.7 148,208.5 155,941.7 186,281.9 191,832.5 205,764.3 38.8%
2. Jawa Barat 103,425.1 108,727.3 112,633.3 117,856.5 121,720.1 133,069.1 137,382.2 22.0%
3. Jawa Timur 78,499.4 81,425.3 84,395.0 89,356.9 91,849.1 98,081.0 101,889.6 20.7%
4. Jawa Tengah 63,833.5 66,878.3 69,527.1 72,038.8 73,568.6 78,808.9 81,291.6 16.9%
5. Sumatera Utara 34,552.2 36,292.4 38,236.4 39,863.5 41,066.8 43,237.6 45,262.6 18.4%
6. Banten 29,148.9 29,274.3 30,117.3 31,647.8 34,104.5 36,936.3 39,752.5 32.0%
7. Sulawesi Selatan 22,834.2 24,210.9 24,949.4 27,048.4 27,983.4 30,077.5 31,143.0 24.8%
8. Riau 17,380.7 18,449.0 19,455.5 20,208.6 20,574.4 22,582.6 22,784.3 17.1%
9. Bali 16,765.7 17,582.3 18,351.3 19,236.2 19,867.0 21,053.4 22,018.6 20.0%
10. Sumatera Selatan 14,745.1 16,153.6 17,152.0 18,343.2 19,049.9 20,714.2 21,996.3 28.2%
Total 10 Propinsi 515,002.2 542,401.1 563,025.9 591,541.6 636,065.9 676,393.0 709,285.1 26.0%
Propinsi Lainnya 148,794.8 158,935.4 167,229.4 175,359.8 176,329.0 192,686.1 205,185.1 22.7%
Total Kredit MKM Nasional 663,797.0 701,336.6 730,255.3 766,901.4 812,394.8 869,079.1 914,470.2 25.2%
BAB IV PERKEM BANGAN SISTEM PEM BAYARAN
Perkembangan sistem pembayaran sampai triw ulan III 2010 masih tetap
terjaga dalam memenuhi kebutuhan transaksi perekonomian. Nilai
transaksi pembayaran nontunai dengan menggunakan sarana BI Real
Time Gross Settlement (RTGS) masih tinggi. Sementara pelayanan
nontunai lainnya (kliring) juga menunjukkan kinerja membaik
sebagaimana ditunjukkan oleh rendahnya persentase tolakan kliring
yang terus menunjukkan penurunan.
A. TRANSAKSI RTGS
Rata-rata volume maupun nilai transaksi dengan menggunakan
sarana RTGS tetap tinggi (Tabel IV.1). Nilai transaksi RTGS dalam
triw ulan laporan kira-kira mencapai Rp75,88 triliun per hari dan dari sisi
volume sebanyak 22.687 transaksi per hari. Disamping itu, penggunaan
RTGS masih mendominasi pembayaran nontunai yang nilai nominalnya
mencapai lebih dari 95% dari total nilai transaksi nontunai, karena
mampu melayani transaksi keuangan bernilai besar dan bersifat
mendesak (urgent) antara lain seperti transaksi di Pasar Uang Antar Bank
(PUAB), transaksi di bursa saham, transaksi pemerintah, transaksi valuta
asing (valas). Pengguna sistem RTGS paling banyak dilakukan oleh
nasabah bank untuk jumlah transaksi dari luar Jakarta ke Jakarta.
Tabel IV.1 Transaksi RTGS Harian
B. TRANSAKSI KLIRING
Rata-rata transaksi harian melalui kliring di Jakarta pada triw ulan
I II III IV I II III
RTGS (Rp Miliar) 59,093 72,102 66,591 61,165 68,005 82,549 75,885
Dari Jakarta 35,302 42,783 38,780 35,914 41,107 48,456 44,553
ke Jakarta(f-t) 11,985 15,320 12,876 11,529 12,923 16,037 14,210
ke Luar Jakarta(f) 23,316 27,463 25,904 24,385 28,185 32,419 30,343
Ke Jakarta 23,791 29,320 27,811 25,251 26,898 34,093 31,332
dari Luar Jakarta(t) 23,791 29,320 27,811 25,251 26,898 34,093 31,332
RTGS (Volume) 18,947 20,396 20,652 21,878 21,621 22,247 22,687
Dari Jakarta 10,606 11,502 11,519 12,678 12,876 13,613 14,099
ke Jakarta(f-t) 3,215 3,470 3,046 3,594 3,532 3,553 3,531
ke Luar Jakarta(f) 7,391 8,032 8,473 9,084 9,344 10,059 10,569
Ke Jakarta 8,341 8,895 9,133 9,200 8,745 8,635 8,588
dari Luar Jakarta(t) 8,341 8,895 9,133 9,200 8,745 8,635 8,588
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
26
naik menjadi 241.970 w arkat dibandingkan triw ulan sebelumnya
229.670 w arkat. Rata-rata harian nilai nominal transaksi kliring di
triw ulan laporan Rp3,74 triliun, meningkat dibandingkan dengan
triw ulan sebelumnya (Rp3,61 triliun). Faktor yang mempengaruhi
kenaikan nilai transaksi tersebut antara lain karena meningkatnya
transfer dengan nominal yang kecil, dan seiring adanya perayaan hari
besar keagamaan.
Tabel IV.2 Rata-rata Harian Transaksi Kliring
Kualitas kliring di Jakarta pada triw ulan III 2010 semakin baik
(Tabel IV. 3). Persentase rata-rata harian tolakan kliring terhadap total
rata-rata harian kliring, baik dari sisi jumlah w arkat maupun nilai
transaksi relatif rendah dan menunjukkan penurunan. Persentase
rata-rata harian nilai nominal dan volume cek dan BG yang ditolak
masing-masing adalah 0,75% dan 0,35% . Rendahnya temuan Cek/BG kosong
didorong oleh upaya Bank Indonesia memberlakukan penerbitan daftar
hitam nasional penarik cek dan atau bilyet giro kosong.
BAB V KEUANGAN DAERAH
Hingga akhir triw ulan III 2010, realisasi belanja APBD Pemprov. DKI
Jakarta mencapai 40,3% atau lebih rendah dari pencapaian tahun 2009
pada periode yang sama yang mencapai 44,7% yang antara lain
disebabkan masih tertundanya beberapa proyek infrastruktur dan masih
berlangsungnya proses lelang. Sementara pada pos pendapatan, realisasi
penerimaan APBD 2010 secara nominal telah tercapai Rp16,82 triliun
atau sebesar 73,3% . Penerimaan pajak daerah dan dana perimbangan
meningkatkan pencapaian yang lebih baik dibandingkan tahun
sebelumnya.
Pada bulan Agustus 2010 APBD Jakarta tahun 2010 mengalami
perubahan melalui rapat paripurna DPRD. APBD Perubahan (APBD-P)
2010 ditetapkan sebesar Rp 26,71 triliun, atau bertambah sekitar Rp2,03
triliun dari APBD penetapan sebesar Rp 24,67 triliun. Dengan rincian,
target pendapatan bertambah sebesar Rp 791 miliar menjadi Rp 22,96
triliun dari sebelumnya sebesar Rp 22,17 triliun. Kemudian, anggaran
belanja bertambah sebesar Rp 1,94 triliun menjadi Rp 26,23 triliun dari
sebelumnya Rp 24,28 triliun. Terdapat lima dinas yang mendapatkan
anggaran tambahan tertinggi yaitu Dinas Pendidikan, Kesehatan,
Pekerjaan Umum, Perhubungan, serta Dinas Koperasi Usaha M ikro Kecil
M enengah dan Perdagangan (KUM KM P). Penambahan anggaran di
Dinas Kesehatan dialokasikan utamanya untuk anggaran Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Keluarga M iskin (JPK-Gakin) dan penambahan
perlengkapan puskesmas yang saat ini sudah berjalan., Anggaran Dinas
Perhubungan bertambah sebesar 4,5% yang sebagian besar akan
dialokasikan untuk pendirian ruang kontrol (control room) di Badan
Layanan Umum (BLU) Transjakarta. Control Room ini digunakan untuk
mengatur dan mengaw asi operasionalisasi armada bus Transjakarta yang
selama ini masih menggunakan handy talky (HT).
Grafik V.1 Proporsi PAD dan Dana Perimbangan Grafik V.2 Proporsi Belanja Langsung dan Tidak langsung
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
28
M eskipun adanya perubahan terhadap APBD 2010, proporsi
belanja APBD terutama masih didominasi oleh belanja rutin.
Belanja rutin tersebut diantaranya adalah belanja yang bersifat
administrasi dan operasional seperti belanja pegaw ai. Proporsi belanja
rutin mencapai 73% dari total belanja. Sementara proporsi belanja
modal sedikit turun menjadi 27% atau setara Rp 7,63 triliun. Namun
demikian, nilai belanja modal masih mengalami peningkatan dibanding
APBD 2009. Komponen belanja modal terutama untuk belanja
infrastruktur publik yang diharapkan memiliki dampak multiplier yang
besar terhadap perekonomian Jakarta.
Tabel V.1 APBD DKI Jakarta dan Realisasi (M iliar Rupiah)
A. Realisasi Pendapatan APBD
Nilai realisasi APBD pendapatan daerah pada triw ulan III 2010
meningkat dibandingkan realisasi pada tahun 2009. Nilai realisasi
pendapatan APBD hingga triw ulan III 2010 mencapai Rp16,82 triliun,
lebih besar dibandingkan tahun 2009 yang mencapai Rp12,85 triliun.
Kontribusi pendapatan asli daerah meningkat menjadi Rp9,42 triliun
atau sudah mencapai 76,5% dari yang dianggarkan. Pencapaian
tersebut didorong oleh kegiatan sosialisasi supaya w ajib pajak dapat
membayar tepat w aktu. Sosialisasi yang juga dilakukan secara nasional,
berupa pekan panutan pelayanan pajak yang dimaksudkan untuk
menjaring pendapatan daerah dari pajak secara lebih optimal. Hal lain
yang turut mendorong pencapaian penerimaan tersebut adalah tingkat
Uraian (Rp Miliar)
Anggaran Perubahan
2009
Realisasi Tw III 2009 %
Anggaran Perubahan
2010
Realisasi Tw III-2010 %
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah 11,134.5 7,330.0 65.8 12,315.4 9,421.8 76.5
Pajak Daerah 9,397.0 6,160.0 65.6 10,083.0 7,971.2 79.1
Retribusi Daerah 384.6 317.5 82.5 407.9 295.0 72.3
Laba Perusahaan Milik Daerah 180.0 157.2 87.3 212.8 199.5 93.8
Lain-Lain Pendapatan 1,172.9 - - 1,611.6 956.0 59.3
Dana Perimbangan 9,540.0 5,520.0 57.9 10,006.1 7,138.4 71.3
Lain-Lain Penerimaan Yang Sah - - - 641.9 261.0 40.7
Total Pendapatan Daerah 20,674.5 12,850.0 62.2 22,963.4 16,821.1 73.3
BELANJA
Belanja Tidak Langsung 6,710.7 4,500.0 65.9 8,577.6 5,149.1 60.0
Belanja Langsung 15,428.8 6,040.0 36.0 17,551.7 5,377.5 30.6
Belanja Pegawai 1,872.0 1,170.0 58.0 1,383.0 791.6 57.2
Belanja Barang Dan Jasa 7,611.9 3,300.0 40.9 8,536.7 3,788.7 44.4
Belanja Modal 5,944.9 1,560.0 23.3 7,632.1 797.1 10.4
Total Belanja Daerah 22,139.5 10,540.0 44.7 26,129.3 10,526.5 40.3
penjualan kendaraan bermotor yang meningkat signifikan pada tahun
2010, sehingga penerimaan yang diperoleh dari bea balik nama dan
pajak kendaraan bermotor turut meningkat signifikan.
B. Realisasi Belanja APBD
Realisasi belanja APBD triw ulan III 2010 masih lebih rendah
dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Pencapaian realisasi
belanja pada triw ulan III 2009 dapat mencapai 44,7 % . Namun pada
triw ulan II 2010 penyerapan yang dapat dilakukan baru mencapai
40,3% atau sebesar Rp10,52 triliun. Hal tersebut antara lain disebabkan
oleh belum terealisasinya pembebasan lahan dan penundaan
pembangunan beberapa proyek (antara lain terminal Pulo Gebang,
pembangunan kabel baw ah laut, dan proyek rehabilitasi sekolah-sekolah
besar). Sementara berdasarkan satuan kerja, sebanyak 13 dinas yang
memiliki alokasi anggaran terbesar, terdapat lima dinas yang
penyerapannya masih di baw ah 25% . Untuk mendorong realisasi
penyerapan anggaran di 702 satuan kerja perangkat daerah (SKPD),
Gubernur DKI Jakarta sudah meminta para asisten gubernur untuk
melakukan pengaw asan yang lebih ketat terhadap para pimpinan SKPD.
Dengan demikian realisasi penyerapan APBD DKI 2010 diharapkan akan
lebih baik daripada realisasi APBD 2009 yang hanya mencapai 83% .
Kegiatan pembangunan infrastruktur yang berlangsung antara lain
adalah lanjutan pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT) dengan
pembebasan 46 pemilik lahan yang terkena proyek Kanal Banjir Timur
(KBT), di kaw asan M arunda, Cilincing, Jakarta Utara; pengerukan enam
sungai (Kali Grogol, Kali Ciliw ung, Kali Penghubung Raw a Kerbau, Kali
Penghubung Kesehatan, dan Saluran Serdang). Sementara itu, dalam
rangka pembangunan jalan layang Antasari-Blok M dan
Kampungmelayu-Tanahabang (jalan layang Dr Satrio) yang saat ini masih
dalam proses redesain, Pemprov DKI telah mengalokasikan dana sekitar
Rp2 triliun, dengan rincian Rp1,2 triliun untuk ruas Antasari-Blok M dan
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
30
BAB VI OUTLOOK KONDISI EKONOM I DAN INFLASI
Stabilnya ekonomi Jakarta diperkirakan masih akan berlanjut pada
triw ulan IV 2010 dengan laju pertumbuhan yang diperkirakan berada
pada kisaran 6,3-6,7% . Prospek investasi di Indonesia yang tetap baik,
menjadi pendorong kinerja investasi Jakarta. Seiring dengan
pertumbuhan investasi, kebutuhan impor barang modal menjadi relatif
tinggi. Sementara konsumsi diperkirakan tetap kuat dan ekspor tetap
tinggi. Dilihat secara sektoral, sumber pertumbuhan ekonomi Jakarta
ditopang oleh kinerja sektor keuangan, sektor bangunan, sektor jasa-jasa
dan sektor pengangkutan. Sementara itu, inflasi pada triw ulan
mendatang diperkirakan cenderung stabil meskipun masih terdapat
risiko dari beberapa komoditas pangan.
A. BEBERAPA ASUM SI YANG DIGUNAKAN
Kondisi Perekonomian Internasional dan Domestik
Proses pemulihan ekonomi global diperkirakan tetap berlanjut
dengan optimisme yang semakin membaik. Hal ini terlihat dari
dilakukannya revisi ke atas angka proyeksi pertumbuhan ekonomi global
oleh berbagai lembaga internasional. IM F pada rilis World Economic
Outlook 201010 memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia dapat
mencapai 4,8% , setelah pada rilis Juli 2010 IM F masih meyakini
pertumbuhan ekonomi tumbuh 4,6% . Perkiraan pertumbuhan ekonomi
dunia yang lebih baik ini tidak terlepas dari perkembangan kondisi
ekonomi makro yang terus membaik. Perekonomian global masih terus
menunjukkan pertumbuhan meskipun tidak merata. Perekonomian
negara-negara besar seperti AS, Jepang dan China mengalami
perlambatan. Di sisi lain, negara-negara Eropa khususnya Jerman dan
Perancis tumbuh lebih baik dari perkiraan. Peningkatan tersebut antara
lain didorong oleh ekspor yang meningkat serta hasil stress test
perbankan Eropa yang lebih baik dari perkiraan sehingga memicu
optimisme pelaku ekonomi. Selain itu, perekonomian negara-negara
emerging market juga tetap tumbuh dengan solid. Ekspor diperkirakan
masih mendapatkan permintaan yang tinggi, seiring revisi ke atas
prakiraan pertumbuhan volume perdagangan dunia tahun 2010
(Oktober 2010) menjadi 11,4% , lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya
(9,0% ). Pertumbuhan ekspor ini dipicu oleh pertumbuhan ekonomi
global yang terus membaik terutama China dan India seiring dengan