SKRIPSI
Oleh
Rachmad Charis A NIM.C02211099
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah Surabaya
2016
Skripsi dengan judul “ Tinjauan Hukum Islam dan Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli MP3
Berkemasan Segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya ” merupakan
hasil penelitian lapangan untuk menjawab pertanyaan : bagaimana praktik jual beli MP3 berkemasan segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya dan
bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang perlindungan konsumen terhadap praktik jual beli MP3 berkemasan segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya.
Data penelitian dihimpun melalui observasi, wawancara dengan pemilik toko, dan pembeli, serta melalui studi dokumentasi, selanjutnya data yang berhasil dihimpun dianalisis dengan metode deskriptif yaitu membuat deskripsi, gambaran atau menjelaskan secara sistematis atas data yang berhasil dihimpun terkait dengan pembahasan.
Praktik jual beli MP3 berkemasan segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya menerapkan ijab kabul yang dilakukan dengan jelas, secara lisan setelah pembeli memilih MP3 bersegel yang kriterianya telah disebutkan penjual, dan harganyapun telah disetujui pembeli. Adapun bentuk akad atau perjanjian jual beli MP3 berkemasan segel di toko Hikmah cell adalah bentuk jual beli yang pembayarannya dilakukan secara tunai, jika ada komplain terhadap MP3 yang dibeli, maka penjual tidak dapat berbuat banyak seperti mengganti rugi jika barang MP3 tersebut ada cacat, karena penjual beranggapan bahwa MP3 yang berkemasan segel sudah terjamin secara kualitas dan kalaupun ada cacat maka hal tersebut merupakan kesalahan pihak produksi dan bukan merupakan tanggung jawab pihak penjual. Adanya produk kemasan segel juga tidak dapat disalahkan karena untuk melindungi konsumen dari produk palsu, dan apabila suatu produk tidak diberi segel atau label maka akan melanggar pasal larangan
pelaku usaha yaitu pasal 8 Undang – undang nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
Pelaksanaan praktik jual beli MP3 berkemasan segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya menurut Hukum Islam merugikan konsumen karena konsumen tidak mendapat kualitas barang yang diinginkan ( barang mengandung gharar ) disertai tetap disarankan membeli barang meskipun tidak sesuai keinginan, karena telah membuka kemasan segel. Akan tetapi keberadaan produk
kemasan segel menurut Undang – undang nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen boleh diadakan.
Adapun saran yang dapat diberikan pertama kepada penjual diharapkan memberikan garansi kepada pembeli, serta dengan meminta jaminan kualitas terlebih dahulu kepada distributor terhadap barang dagangan sebelum
menjualnya kepada konsumen. Kedua bagi pembeli agar hati – hati dan
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ...vii
DAFTAR TRANSLITERASI ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 8
D. Kajian Pustaka ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 11
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 11
G. Definisi Operasional ... 11
H. Metode Penelitian ... 12
I. Sistematika Pembahasan ... 15
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG JUAL BELI PRODUK BERKEMASAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG – UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Jual Beli Produk Kemasan Menurut Hukum Islam 1. Pengertian jual beli ... 17
2. Dasar hukum jual beli ... 18
4. Rukun jual beli ... 22
5. Batalnya jual beli ... 22
6. Macam – macam jual beli ... 22
B. Jual Beli Produk Kemasan Menurut Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 1. Pengertian jual beli ... 24
2. Dasar hukum jual beli ... 24
BAB III DESKRIPSI PELAKSANAAN JUAL BELI MP3 BERSEGEL DI TOKO HIKMAH CELL DARMO SATELIT SURABAYA A. Gambaran tentang Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya 1. Sejarah berdirinya Toko Hikmah Cell ... 39
2. Lokasi Toko ... 40
3. Permodalan ... 40
4. Struktur organisasi ... 40
5. Jenis pelayanan di Toko Hikmah Cell ... 41
6. Segmen pasar ... 46
B. Praktik Penjualan dan Pembelian MP3 Berkemasan Segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya 1. Tata Cara Akad ... 46
a. Cara melakukan ijab kabul ... 47
b. Waktu pelaksanaan ijab kabul ... 48
c. Bentuk perjanjian jual beli MP3 bersegel ... 48
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG – UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JUAL BELI MP3 BERKEMASAN SEGEL DI TOKO HIKMAH CELL DARMO SATELIT SURABAYA
A. Analisis terhadap Praktik Jual Beli MP3 Berkemasan Segel di
Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya ... 53
B. Analisis Hukum Islam dan Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Praktik Jual Beli MP3 Berkemasan Segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya 1. Hukum Islam ... 56
2. Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ... 59
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hukum Islam adalah “seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah
dan sunah Rasul tentang tingkah laku manusia mukalaf yang diakui dan
diyakini berlaku dan mengikat untuk semua umat yang beragama Islam”.1
Supaya semua peraturan yang terdapat dalam hukum Islam dapat dikerjakan
oleh manusia, maka manusia harus bisa memahami semua peraturan yang
diinginkan oleh Allah dan merasa takut akan kekuasaan Allah Swt.
Allah Swt., memberi manusia akal pikiran untuk memahami segala
sesuatu dalam hidup di dunia terutama untuk memahami peraturan-peraturan
Allah. Akal pikiran pulalah yang harus digunakan oleh manusia untuk
menentukan langkah hidupnya ingin sesuai atau tidak dengan yang
diinginkan Allah Swt., serta membuat peraturan berdasarkan hukum Islam.
Dalam bisnis misalnya, terdapat pula aturan yang dibuat manusia
berdasarkan hukum Islam, disebut fikih muamalah. Ruang lingkup fikih
muamalah terdapat sifat adabbi@yah dan maddi@yah.
Adabbi@yah adalah ijab dan kabul, saling meridai, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, penimbunan dan segala sesuatu yang bersumber dari indra manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta dalam hidup bermasyarakat. Sedangkan maddi@yah adalah mencangkup segala aspek
_______________
1 Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Hukum Islam (Surabaya: IAIN Sunan
kegiatan ekonomi manusia diantaranya yaitu buyu@‘ (tentang jual beli).2
Agama Islam mensyariatkan transaksi jual beli sebagai alat untuk
memperoleh barang dan jasa. Adapun firman Allah tentang jual beli terdapat
dalam surah Albaqarah ayat 275:
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat): “Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,” padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang meng-ulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.3
Maksud ayat tersebut, orang-orang yang melakukan praktik riba,
usaha, tindakan dan seluruh keadaan mereka akan mengalami kegoncangan,
jiwanya tidak tentram. Perumpamaannya seperti orang yang dirusak akalnya
oleh setan sehingga terganggu akibat gila yang dideritanya. Mereka
melakukan itu, sebab mereka mengira jual beli sama dengan riba, sama-sama
____________
2 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), 3.
3 Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, ( Semarang: PT Kumudasmoro Grafindo,
mengandung unsur pertukaran dan usaha. Kedua-duanya halal. Allah
membantah dugaan mereka itu dengan menjelaskan bahwa masalah halal dan
haram bukan urusan mereka. Dan persamaan yang mereka kira tidaklah
benar. Allah menghalalkan praktik jual beli dan mengharamkan praktik riba.
Barangsiapa telah sampai kepadanya larangan praktik riba lalu
meninggalkannya, maka baginya riba yang diambilnya sebelum turun
larangan, dengan tidak mengembalikannya. Dan urusannya terserah kepada
ampunan Allah. Dan orang yang mengulangi melakukan riba setelah
diharamkan, mereka itu adalah penghuni neraka dan akan kekal didalamnya.4
Keunggulan hukum Islam dalam tata cara jual beli adalah dengan
memberikan hak memilih (dalam Islam disebut khiya@r) bagi pihak yang
melakukan akad jual beli terutama bagi pihak pembeli. Hal ini diharapkan
agar pembeli memperoleh hasil maksimal sesuai barang yang diinginkan
tanpa mengalami kekecewaan dengan membeli barang cacat atau tidak
sesuai harapan.
Meskipun dalam hukum Islam sudah mengatur tata cara jual beli,
masih banyak pelanggaran yang terjadi. Hal ini disebabkan karena hanya
masalah keinginan untuk mendapat untung besar. Dalam jual beli, ada
barang yang dapat dilihat secara langsung, adapula yang tidak dapat dilihat
secara langsung karena kemasan barangnya tidak dapat ditembus mata
(berwarna gelap) serta disegel dengan rapat, sehingga yang ditunjukkan ke-
__________________
pada konsumennya hanyalah spesifikasinya (ciri-ciri atau keunggulannya).
Saat ingin membeli barang yang tidak dapat dilihat isinya tersebut,
maka pembeli seharusnya dapat melakukan khiya@r. Dari sisi kebaikan
khiya@r-pun juga memkhiya@r-punyainya “pembeli yang menemukan cacat ada barang yang
dibeli mempunyai hak untuk mengembalikannya kepada penjual, kecuali dia
mengetahui tentang cacat barang itu sebelum dibelinya”.5 Akan tetapi khiya@r
akan sulit diterapkan apabila produk yang dipilih adalah produk kemasan
bersegel yang tidak boleh dibuka untuk menjaga keaslian produk, dan harus
jadi dibeli dahulu atau berpindah hak milik ke tangan pembeli jika ingin
dibuka dan diujicoba, dan ini berpotensi besar merugikan pembeli atau
konsumen. Hal ini mengakibatkan pembeli tidak dapat memilih-pilih barang
keinginannya dikarenakan juga rasa ketakutan barang yang tidak dapat
dibuka kemasannya, dilihat isinya, dan atau dicoba tersebut ternyata cacat
atau rusak, sehingga pembeli ragu untuk membelinya.
Dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen memandang adanya produk kemasan bersegel inipun juga tidak
dapat dipersalahkan. Ini diperuntukkan agar konsumen atau pembeli tidak
tertipu dengan produk tiruan atau bajakan yang sangat merugikan serta
kualitasnyapun jauh dibawah standart kelayakan penggunaan. Untuk itu para
_______________
5 Muhammad Tahir Mansory, Shariah Maxim on Financial Matter, Kaidah-kaidah Keuangan dan
produsen beramai-ramai membuat produk dengan kemasan segel bahkan ada
juga penambahan ciri atau logo unik pada kemasan sebagai tanda bahwa
produknya merupakan barang asli.
Undang-undang ini terbentuk untuk melengkapi hukum Islam yang
mengatur tentang dunia bisnis dengan kata lain dalam fikih muamalah.
Sehingga peraturan dalam dunia bisnispun menjadi lebih kompleks, hal ini
semuanya dibuat baik fikih muamalah serta Undang-undang adalah untuk
melindungi hak dan kewajiban produsen, penjual, maupun konsumen.
“Undang-undang merupakan setiap peraturan atau ketetapan yang
isinya berlaku mengikat kepada umum”.6 Sehingga dengan adanya
Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 maka hal ini wajib dipatuhi baik oleh produsen,
penjual, maupun konsumen. Serta dengan adanya Undang-undang Nomor 8
tahun 1999 tentang perlindungan konsumen adalah untuk khususnya dalam
perdagangan agar berjalan dengan sehat.
Setiap pihak dalam hal perdagangan pasti mempunyai tujuan utama
yaitu mencari untung, sayangnya dalam mencari untung tersebut banyak
terjadi kecurangan terutama berasal dari baik pihak produsen maupun
penjual. Oleh sebab itu perlu diingat salah satunya dalam pasal 3 ayat (e)
Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang
berbunyi perihal tujuan perlindungan konsumen yaitu “menumbuhkan
kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen se-
_______________________
6 Siswati, Sistem Hukum Indonesia, (Surabaya: Tim Penyusun Diktat Kuliah Universitas Wijaya
hingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha”.7
Dengan adanya poin tersebut diharap tujuan perlindungan konsumen dapat
terwujud dan dipatuhi terutama pihak penjual. Karena jika tidak dipatuhi,
maka setiap poin dalam suatu Undang-undang pasti terdapat sanksi tegas.
Setelah adanya baik fikih muamalah dan Undang-undang Nomor 8 tahun
1999 tentang perlindungan konsumen maka sangat diharapkan bagi seluruh
pelaku usaha untuk saling menghargai, bertanggung jawab dan bersikap
jujur.
Setelah menjelaskan pemaparan diatas, kemudian perlu diketahui
produk bersegel masih layak atau tidak diperdagangkan. Dalam hal ini pada
Toko Hikmah Cell yang bergerak dalam bisnis perdagangan khususnya MP3,
di mana pembeli bebas memilih MP3 baru dalam keadaan kemasan segel.
Sejak dalam waktu 1 tahun berdirinya Toko Hikmah Cell sudah ada 2
pembeli yang merasa kecewa dengan sistem praktek jual beli MP3 di toko
tersebut. Pembeli merasa dipaksa untuk tetap membeli barang pilihannya
meskipun barang tersebut ternyata cacat saat dibuka kemasan segel untuk
diuji coba.
Dengan paparan atau masalah di atas, maka penulis tertarik untuk
membahas dalam skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Islam dan
Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Jual
Beli MP3 Berkemasan Segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya”.
____________________
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi masalah
“Identifikasi masalah dilakukan untuk menjelaskan kemungkinan
kemungkinan cakupan masalah yang dapat muncul dalam penelitian dengan
melakukan identifikasi dan inventarisasi sebanyak-banyaknya yang
kemudian dapat diduga sebagai masalah”.8 Berdasarkan latar belakang yang
telah dipaparkan di atas, maka penulis mengidentifikasi permasalahan yang
muncul di dalamnya, yaitu:
1. Tidak ada transparansi barang yang diperdagangkan.
2. Faktor yang menyebabkan adanya produk kemasan.
3. Syarat-syarat terhadap produk yang perlu dikemas.
4. Praktik jual beli terhadap produk kemasan.
5. Adanya asumsi yang bertentangan dengan Hukum Islam dan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap
Jual Beli MP3 Berkemasan.
2. Batasan masalah
Jual beli memiliki cakupan yang luas, baik teori, syarat dari berbagai
segi, maupun penerapannya. Berbicara tentang syarat, “ada syarat yang di-
______________________
8 Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi Edisi
benarkan agama dan ada yang dilarang agama”.9 Untuk menghindari
pembahasan yang terlalu melebar, maka peneliti batasi dalam penelitian
tentang:
1. Praktik jual beli MP3 berkemasan segel di Toko Hikmah Cell Darmo
Satelit Surabaya.
2. Tinjauan hukum Islam dan Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen terhadap praktek jual beli MP3 berkemasan
segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya.
C. Rumusan Masalah
Setelah memaparkan baik identifikasi dan batasan masalah diatas, penulis
memberi batasan agar tidak melenceng dari pembahasan yaitu dengan
memberi rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana praktik jual beli MP3 berkemasan segel di Toko Hikmah Cell
Darmo Satelit Surabaya?
2. Bagaimana tinjauan Hukum Islam dan Undang-undang Nomor 8 tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap praktik jual beli MP3
berkemasan segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah untuk “menunjukkan jalan pemecahan
permasalahan penelitian. Apabila peneliti mengetahui apa yang telah dilaku-
_______________
9 Yusuf Subaily, Fiqh Perbankan Syariah: Pengantar Fiqh Muamalah dan Aplikasinya dalam
kan oleh peneliti lain, maka peneliti akan lebih siap dengan pengetahuan yang
lebih dalam dan lengkap.”10 Banyak kajian tentang masalah jual beli kemasan
segel yang mempengaruhi khiya@r dari segi pembeli yang dilakukan oleh
beberapa peneliti terdahulu hanya saja sudut pandang dan pendekatan yang
diambil berbeda, sehingga menyebabkan hasil yang diperoleh juga berbeda.
Penelitian tentang jual beli tersebut antara lain dilakukan oleh Gustaf Ari
Fajar Jurusan Muamalah Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel Surabaya pada
tahun 2006 juga membahas tentang jual beli yang mempengaruhi khiya@r
pembeli dengan judul Skripsi “Hak Pilih dan Pembatalan Perikatan Jual Beli
di Pasar Sepanjang Menurut Mazhab Syafi’i”. Hasil penelitian yang didapat,
praktek hak pilih dan iqalah memiliki karakteristik yang cukup kompleks.
Praktek khiya@r majlis di pasar merupakan hak pilih yang diberikan kepada
pembeli ketika masih berada dalam lingkungan toko. Sedangkan khiya@r syarat
sebagai peluang memilih dengan batas waktu satu hari, untuk khiya@r aib
sebagai konpensasi terhadap barang cacat dengan cara mengurangi harganya.
Iqalah ada dua yaitu pembatalan dengan harga baru, dan tanpa perubahan
harga baru.
Berikutnya adalah penelitian dalam skripsi tentang jual beli yang berjudul
“Status Hukum Khiya@r Majlis Dalam Jual Beli Menurut Madzhab Hanafi dan
Syafi’i” yang dilakukan oleh Moh. Syaifullah Fakultas Syari’ah Jurusan Mua-
_______________
malah IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2000. Hasil penelitian yang
didapat, dalam transaksi jual beli di pasar penerapan yang sesuai ialah khiya@r
majlis, sedang khiya@r syarat dan khiya@r aib belum berprinsip karena tidak
dapat dikembalikan barangnya. Batas khiya@r tidak boleh lebih dari tiga hari,
justru ketika terjadi kerusakan / pengembalian barang dianjurkan segera
dilakukan.
Penelitian berikutnya adalah skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum
Islam dan Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen Terhadap Mekanisme Penjualan Nada Sambung Pada Provider
Selular” yang dilakukan oleh Nur Alifah Hayati Akbar Fakultas Syari’ah
Jurusan Muamalah IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2011. Hasil penelitian
yang didapat, penjualan nada sambung tidak boleh dilakukan jika dilakukan
dengan cara yang salah dan melanggar ketentuan yang telah ditetapkan,
penggunaan nada sambung juga sama, tidak boleh dilakukan jika dengan
menggunakannya menyebabkan kerugian pihak lain. Metode penelitian yang
digunakan ketiga penulis adalah studi lapangan yaitu mempelajari dan atau
mengamati peristiwa yang ada di lapangan yang dapat dijadikan permasalahan
yang kemudian dikaji dari pendapat ulama maupun hukum positif.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui praktik jual beli MP3 bersegel di Toko Hikmah Cell
2. Untuk mengetahui jual beli MP3 bersegel menurut hukum Islam dan
Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen di
Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Kegunaan teoritis, dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong
perkembangan ilmu pengetahuan manajemen sumber daya manusia,
khususnya yang terkait dengan pengaruh motivasi dan kompensasi
terhadap kinerja pemilik Toko Hikmah Cell.
2. Kegunaan praktis, dapat memberikan masukan yang berarti bagi Toko
Hikmah Cell dalam meningkatkan kinerja pemilik, khususnya melalui
perspektif motivasi dan kompensasi.
G. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini ada beberapa variable yang perlu didefinisikan,
diantaranya:
Hukum Islam dalam jual beli : Sebagian besar pelaku transaksi jual beli
baik penjual atau pembeli kurang
mengetahui cara berbisnis menurut syariah.
Undang-undang Nomor 8 : Penerapan “ peraturan yang mengikat ”11
tahun 1999 tentang Perlin- ini tidak sepenuhnya diterapkan, barang te-
dungan Konsumen dalam lah disegel tetapi tidak ada garansi yang di-
jual beli berikan kepada pembeli.
__________________
Jual Beli MP3 bersegel : Pertransaksian “ alat digital pemutar music ”12 ini
tidak diberikan garansi serta pada kemasan segel
produknya tidak terdapat tanda SNI.
Toko Hikmah Cell : Toko yang menjual pulsa, aksesoris HP, MP3 di
jalan Darmo Satelit Surabaya.
Penelitian ini mencari data yang terkait dengan Tinjauan Hukum Islam
dan Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
terhadap sistem jual beli MP3 bersegel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit
Surabaya.
H. Metode Penelitian
1. Data yang dikumpulkan
Sesuai dengan rumusan masalah, maka dalam penelitian ini data yang
akan dikumpulkan adalah sebagai berikut:
a. Data tentang praktik jual beli MP3 di Toko Hikmah Cell.
b. Data tentang ketentuan yang berlaku, baik hukum Islam maupun hukum
positif terkait dengan jual beli.
2. Sumber data
Untuk mendapatkan sebuah data, penulis akan menggunakan sumber
data sebagai berikut:
____________________
a. Sumber data primer
Yaitu sumber data yang berasal dari pelaku transaksi, antara lain:
1. Dendi : Pemilik toko
2. Rudi : Pembeli I
3. Tati : Pembeli II
4. Charis : Pembeli III
b. Sumber data sekunder
Yaitu sumber data pembantu paling penting yang berasal dari
referensi buku, antara lain:
1. Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya
2. Undang - undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
3. Ibnu Hajar ‘Asqalani, Bulughul Maram
4. An-Nawawy, Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf, Terjemah Riadhus
Shalihin II
5. Mardani, Fiqh Muamalah
6. Dijan Widijowati, Hukum Dagang
7. Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah
8. Wahbah Zuhayli, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu ( Jilid 5 )
9. Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah ( Jilid 5 )
3. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah pemilik Toko Hikmah Cell Darmo Satelit
Surabaya, dan pembeli.
4. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Observasi, yaitu pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut
lingkungan fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang
sedang berjalan.
b. Interview atau wawancara, yaitu peneliti bertanya secara langsung dan
bertatap muka kepada responden termasuk pemilik dan pembeli di Toko
Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya.
5. Teknis analisis data
Dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu membuat
deskripsi, gambaran atau menjelaskan secara sistematis atas data yang
berhasil dihimpun terkait dengan pembahasan.13 Dalam hal ini
menggambarkan ketentuan hukum Islam dan Undang-undang nomor 8
tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tentang praktek jual beli
barang berkemasan, sehingga dapat diperoleh kronologi peristiwa serta
aspek jual beli dalam pengungkapan kasus tersebut.
_____________________
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab sebagai
berikut :
Bab pertama diawali dengan pendahuluan yang merupakan ulasan
penjelasan yang dibuat diawal penyusunan skripsi.14 Bab ini memuat: latar
belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian
pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,
metode penelitian, dan diakhiri dengan sistematika pembahasan maupun
daftar pustaka.
Bab kedua berisi landasan teori yang dipakai sebagai dasar yang kuat
dalam sebuah penelitian yang akan dilakukan.15 Bab ini membahas tentang:
pengertian jual beli, dasar hukum jual beli, syarat, rukun dan batalnya jual
beli, dan macam-macam jual beli (menurut hukum Islam dan Undang-undang
Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen).
Bab ketiga memuat data sebagai hasil penelitian yang berkenaan dengan
pelaksanaan jual beli MP3 berkemasan segel di Toko Hikmah Cell Darmo
Satelit Surabaya, yang berisi: gambaran tentang Toko Hikmah Cell Darmo
Satelit Surabaya, praktik penjualan dan pembelian MP3 berkemasan segel di
Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya.
___________________
14 M. Amin Amrullah, Panduan Menyusun Proposal Skripsi Tesis dan Disertasi, (Jakarta: Smart
Pustaka, 2013), 26.
15 Ibid., 35.
Bab keempat berisi analisis terhadap data penelitian yang telah
dideskripsikan dalam bab tiga, menemukan jawaban masalah penelitian yang
berisi tentang analisis terhadap praktik jual beli MP3 berkemasan segel di
Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya dan analisis hukum Islam dan
Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
terhadap pelaksanaan jual beli tersebut.
JUAL BELI PRODUK BERKEMASAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG – UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
A. Jual Beli Produk Kemasan Menurut Hukum Islam
1. Pengertian jual beli
Secara terminologi fikih jual beli disebut dengan bay‘ yang berarti
menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Lafal bay‘ dalam terminologi fikih terkadang dipakai untuk pengertian
lawannya, yaitu lafal al-syira yang berarti membeli. Dengan demikian,
bay‘ mengandung arti menjual sekaligus membeli atau jual beli.
Menurut Hanafiah pengertian jual beli (al-bay‘) secara definitif yaitu
tukar menukar harta benda atau sesuatu yang diinginkan dengan sesuatu
yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat. Adapun menurut
Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah, bahwa jual beli (al-bay‘) yaitu
tukar – menukar harta dengan harta pula dalam bentuk pemindahan
milik dan kepemilikan. Dan menurut pasal 20 ayat 2 Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah, bay‘ adalah jual beli antara benda dan benda, atau
“ Berdasarkan definisi diatas, maka pada intinya jual beli itu adalah
tukar – menukar barang.”1
2. Dasar hukum jual beli
Jual beli telah disahkan oleh Alqur’an, Sunah, dan Ijma’. Adapun
dalil Alqur’an adalah QS. Annisaa’ : 29 :
اَي
َبْلاِب ْمُكَْ يَ ب ْمُكَلاَوْمَأ اوُلُكْأَت ََ اوَُمَآ َنيِذلا اَه يَأ
ْنَع ًةَراَِِ َنوُكَت ْنَأ َِإ ِلِطا
لا نِإ ْمُكَسُفْ نَأ اوُلُ تْقَ ت َََو ْمُكِْم ٍضاَرَ ت
ًميِحَر ْمُكِب َناَك َهل
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan harta-harta kalian di antara kalian dengan cara yang batil, kecuali dengan perdagangan yang kalian saling ridha. Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian, sesungguhnya Allah itu Maha Kasih Sayang kepada kalian.”2
Maksud ayat tersebut, Allah Swt., melarang mengambil harta
orang lain dengan jalan yang bathil (tidak benar) kecuali dengan
perdagangan yang berlaku dengan suka sama suka. Jalan yang bathil
menurut syara’ adalah mengambil dengan cara yang tidak disetujui oleh
pemiliknya dan menggunakan harta bukan pada tempatnya.
Islam menghormati hak milik (harta) dan menentukan hak-hak
tertentu atas harta tersebut dengan kewajiban zakat atau amalan-amalan
sunnah lainnya. Karena harta benda mempunyai kedudukan dibawah
_____________________
1Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), 101.
2 Departemen Agama RI, Alqur’an dan Terjemahnya, ( Semarang: PT Kumudasmoro Grafindo,
nyawa, bahkan terkadang nyawa dipertaruhkan untuk memperoleh atau
mempertahankannya. Maka pesan atau kandungan ayat ini selanjutnya
adalah dan janganlah kamu membunuh diri kamu sendiri atau orang lain
secara tidak hak. Karena orang lain sama dengan kamu, bila kamu
membunuhnya maka kamupun terancam dibunuh.3
Kemudian ada juga dalil sunnah diantaranya, dari Jabir r.a. bahwa Rasulullah bersabda:
membeli dan jika menagih hutang. (HR. Bukhary).4
Maksud hadist tersebut, ringan (lapang dada) adalah perkara yang
tersembunyi, maka ketergantungan hukum sah tidaknya jual beli itu
dilihat dari cara – cara yang nampak yang menunjukkan suka sama suka,
seperti adanya ucapan penyerahan dan penerimaan.
Dan jika didapati adanya ketidaksesuaian yang diinginkan pembeli
terhadap kriteria barang yang diinginkan pembeli, maka seharusnya hal
itu menjadi tanggungan penjual, karena jika tidak maka transaksi jual
___________________
3 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, ( Jakarta: Lentera hati, 2000 ), 24.
4 An-Nawawy, Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf, Riadhus Shalihin II, Salim Bahreisy,
beli tersebut tidak sah karena terkesan mengandung unsur penipuan /
pemaksaan yang dilarang, hal ini sesuai dengan hadis Nabi riwayat
Muslim :
.
ِرَرَغْلا ِعْيَ ب ْنَعَو
،
ِةاَصَْْا ِعْيَ ب ْنَع َملَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىلَص ِهللا ُلوُسَر
ىَهَ ن
َلاَق َة
َرْ يَرُ َِِْا ْنَع
.ٌمِلْسُم ُاَوَر
“ Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Muhammad saw., melarang
jual beli hashah dan jual beli gharar (penipuan).” 5
Maksud hadist tersebut, jual beli hashah ada tiga macam. Pertama,
jika seseorang berkata “ bila aku campak batu kepadamu, berarti jual
beli itu jadi ”. Kedua, jika seseorang berkata “ jadi jual beli barang yang
jatuh atasnya batu lemparanmu ”. Dan yang ketiga, jika seseorang
berkata “ Jadi jual beli tanah sejauh batu lemparanmu ”. Sedangkan
gharar merupakan jual beli yang belum tentu harganya, rupanya,
waktunya, tempatnya, bagaikan jual kucing di dalam karung.
3. Syarat jual beli
Suatu jual beli tidak sah bila tidak terpenuhi dalam suatu akad tujuh
syarat, yaitu :
1. Saling rela antara kedua belah pihak. Kerelaan antara kedua belah
pihak untuk melakukan transaksi syarat mutlak keabsahannya.
2. Pelaku akad adalah orang yang dibolehkan melakukan akad, yaitu
________________
orang yang telah balig, berakal, dan mengerti. Maka, akad yang
dilakukan oleh anak dibawah umur, orang gila, atau idiot tidak sah
kecuali dengan seizin walinya, kecuali akad yang bernilai rendah
seperti membeli kembang gula, korek api dan lain – lain.
3. Harta yang menjadi obyek transaksi telah dimiliki sebelumnya oleh
kedua pihak. Maka, tidak sah jual beli barang yang belum dimiliki
tanpa seizin pemiliknya.
4. Objek transaksi adalah barang yang dibolehkan agama. Maka, tidak
oleh menjual barang haram seperti khamar (minuman keras) dan lain
– lain.
5. Objek transaksi adalah barang yang bisa diserahterimakan. Maka
tidak sah jual mobil hilang, burung diangkasa karena tidak dapat
diserahterimakan.
6. Objek jual beli diketahui oleh kedua belah pihak saat akad. Maka
tidak sah menjual barang yang tidak jelas. Misalnya, pembeli harus
melihat terlebih dahulu barang tersebut dan / atau spesifikasi barang
tersebut.
7. Harga harus jelas saat transaksi. Maka, tidak sah jual beli dimana
penjual mengatakan : “ Aku jual mobil ini kepadamu dengan harga
4. Rukun jual beli
Rukun jual beli ada tiga, yaitu:
1. Pelaku transaksi, yaitu penjual dan pembeli.
2. Objek transaksi, yaitu harga dan barang.
3. Akad ( transaksi ), yaitu segala tindakan yang dilakukan kedua belah
pihak yang menunjukkan mereka sedang melakukan transaksi, baik
tindakan itu berbentuk kata – kata maupun perbuatan.
5. Batalnya jual beli
Pada umumnya jual beli dapat batal jika tidak memenuhi seluruh
rukun – rukun dan syarat – syarat sahnya yang berlaku, yaitu 3 rukun
dan 7 syarat yang telah dijelaskan diatas sebelumnya.
6. Macam – macam jual beli
Dari berbagai tinjauan, bay‘ dapat dibagi menjadi berberapa
bentuk. Berikut ini bentuk-bentuk bay‘ :
1. Ditinjau dari sisi objek akad bay‘ yang menjadi :
a. Tukar-menukar uang dengan barang.
b. Tukar-menukar barang dengan barang.
c. Tukar-menukar uang dengan uang. 6
2. Ditinjau dari sisi waktu serah terima, bay‘ dibagi menjadi empat
bentuk :
_______________________
6 Wahbah Zuhayli, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu, Syed Ahmad Syed Hussain,(Malang: Gema
a. Barang dan uang serah terima dengan tunai, ini bentuk asal bay‘.
b. Uang dibayar dimuka dan barang menyusul pada waktu yang
disepakati, ini dinamakan salam.
c. Barang diterima dimuka dan uang menyusul, disebut dengan jual
beli tidak tunai. Misalnya jual beli kredit.
d. Barang dan uang tidak tunai, disebut bay‘ dayn bi dayn (Jual beli
utang dengan utang).
3. Ditinjau dari menetapkan harga, bay‘ dibagi menjdi :
a. Bay‘ musa>wamah, (jual beli dengan tawar - menawar) yaitu jual
beli dimana pihak penjual tidak menyebutkan harga pokok
barang, akan tetapi menetapkan tertentu dan membuka peluang
untuk ditawar.
b. Bay‘ ama>nah, yaitu jual beli dimana pihak penjual menyebutkan
harga jual barang tersebut. Bay‘ jenis ini terbagi lagi menjadi
tiga bagian:
a) Bay‘ murabahah, yaitu pihak penjual menyebutkan harga
pokok barang dan laba.
b) Bay‘ al-wad}hiyyah, yaitu pihak penjual menyebutkan harga
pokok barang atau menjual barang tersebut dibawah harga
c) Bay‘ tawliyah, yaitu penjual menyebutkan harga pokok dan
menjualnya dengan harga tersebut, misalnya penjual berkata
: “barang ibu saya beli dengan harga Rp.10.000,- dan saya
menjual sama dengan harga pokok.” 7
B. Jual Beli Produk Kemasan menurut Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen
1. Pengertian jual beli
Jual beli adalah suatu perjanjian timbal balik antara penjual dan
pembeli, dimana pihak penjual mengikatkan diri untuk menyerahkan suatu
benda, sedangkan pihak pembeli mengikatkan diri untuk membayar harga
benda sebagai yang sudah diperjanjikan.8
Barang yang menjadi obyek jual beli harus cukup tertentu, setidak –
tidaknya dapat ditentukan wujud dan jumlahnya pada saat ia akan
diserahkan hak miliknya kepada pembeli.
2. Dasar hukum jual beli
Dalam jual beli atau perdagangan, pembeli maupun konsumen
mempunyai hak – hak yang harus didapat agar dapat menerima kepuasan
yang penuh dalam memiliki barang yang diinginkan, sesuai dengan pasal 4
ayat b Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Kon-
________________________
7 Yusuf Subaily, Fiqh Perbankan Syariah: Pengantar Fiqh Muamalah dan Aplikasinya dalam
Ekonomi Modern, (Jakarta: Kencana, 2012), 108.
sumen, yang berbunyi “ hak untuk memilih barang dan / atau jasa serta
mendapatkan barang dan / atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan
kondisi serta jaminan yang dijanjikan ”. Pasal 4 ayat c Undang – undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, berbunyi “ hak
atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan / atau jasa ”. Serta pasal 4 ayat h Undang – undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang berbunyi “ hak untuk
mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan / atau penggantian, apabila barang
dan / atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya ”.
Seluruh hak – hak tersebut harus didapatkan oleh calon pembeli, oleh
karena itu bagi penjual harus memiliki “ usaha bisnis yang terorganisasi
dan melembaga ”9 agar dapat menjual / menghasilkan barang atau jasa yang
dapat dipertanggungjawabkan, baik secara pengadaan barang maupun
dalam pertransaksiannya.
Untuk mendapatkan hak – hak tersebut tentulah seorang calon pembeli
tidak boleh bertindak semena – mena. Dia juga harus memenuhi kewajiban
– kewajiban yang harus dipenuhi pula. Hal ini dilakukan agar dalam sebuah
transaksi bisnis tidak terjadi diskriminasi dan atau agar penjual tidak dapat
selalu tersudut jika sewaktu – waktu terjadi masalah didalam sebuah tran-
_____________________
saksi jual beli yang dilakukan. Ini diatur dalam pasal 5 terutama pasal 5
ayat c Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, berbunyi “ membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
”
Sedangkan pelaku usaha atau yang biasa disebut penjual adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan atau berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersama – sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan
usaha dalam berbagai bidang ekonomi.10
Agar dalam setiap transaksi terjadi keseimbangan maka pelaku
usaha ini juga berhak mendapatkan hak – hak dalam menjalankan
usahanya. Seperti tertera dalam pasal 6 ayat a Undang – undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang berbunyi “ hak untuk
menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi
dan nilai tukar barang dan / atau jasa yang diperdagangkan. ”
Dan seperti halnya yang terjadi pada konsumen atau pembeli,
apabila penjual atau pelaku usaha ingin mendapatkan hak – haknya, maka
dia juga harus memenuhi kewajiban – kewajiban yang tidak boleh
dihindari. Ketetapan inipun di atur dalam pasal 7 ayat b Undang – undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, berbunyi “
memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
________________________
10 Bab I, Ketentuan Umum, Pasal 1, ayat 3, Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
jaminan barang dan / atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan.” Pasal 7 ayat d Undang – undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang berbunyi “ menjamin
mutu barang dan / atau jasa yang diproduksi dan / atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan / atau jasa yang berlaku. ”
Pasal 7 ayat e Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, berbunyi “ memberi kesempatan pada konsumen
untuk menguji, dan / atau mencoba barang dan / atau jasa tertentu serta
memberi jaminan dan / atau garansi atas barang yang dibuat dan / atau
yang diperdagangkan. ” Serta pasal 7 ayat g Undang – undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang berbunyi “ memberi
kompensasi, ganti rugi dan / atau penggantian apabila barang dan / atau
jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. ”
Kewajiban – kewajiban dan hak - hak diatas harus dilakukan dan
dipenuhi oleh pelaku usaha atau penjual maupun konsumen atau pembeli.
Untuk itulah Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dibuat, agar dipatuhi oleh semua pihak dan jika
tidak dipatuhi maka akan mendapatkan sanksi.
Dalam sebuah transaksi bisnis haruslah dimulai dengan unsur
kepercayaan dan berharap masing – masing pihak baik penjual atau
pembeli meniadakan penipuan.11 Untuk itulah dalam Undang – undang
______________________
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen juga memuat
aturan – aturan yang dilarang pelaku usaha atau penjual, dan itu tertera
dalam pasal 8 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, dimana pelaku usaha dilarang memproduksi dan
/ atau memperdagangkan barang dan / atau jasa yang tercantum dalam
ayat 1 d, berbunyi “ tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan
atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau
keterangan barang dan / atau jasa tersebut. ”
Perlu diketahui bahwa istilah label dalam pasal tersebut dapat juga
dikatakan sebagai segel. Hal ini sesuai dengan pengartian istilah dalam
kamus umum bahasa Indonesia, dimana segel merupakan tera, cap, atau
meterai.12 Sedangkan tera, cap, atau materai merupakan tanda yang
menerangkan keaslian, baik itu keaslian sebuah produk atau surat – surat
penting.13 Pengertian labelpun merupakan tanda atau cap yang berisi
informasi - informasi penting yang menandakan sebuah jaminan kualitas
atau keaslian produk. Untuk itu pemasangan sebuah label atau segel
dalam sebuah produk dagang sangatlah penting agar penjual dan pembeli
merasa aman dalam melakukan sebuah transaksi jual beli. Penjual merasa
aman karena barang yang dijualnya terjamin kualitasnya tanpa ditakuti
_____________________
12 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976),
886.
bayangan – bayangan ada komplain dari pembeli, pembelipun merasa
puas karena barang yang diinginkannya sesuai dengan standart mutu
produk layak pakai.
Berikutnya perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha dalam
memperdagangkan barangnya, tercantum dalam pasal 8 ayat 1e Undang –
undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, berbunyi
“ tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan,
gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam
label atau keterangan barang dan / atau jasa tersebut. ” Pasal 8 ayat 1f
Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
berbunyi “ tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,
keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan / atau jasa tersebut.
” Pasal 8 ayat 1i Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, berbunyi “ tidak memasang label atau membuat
penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat / isi bersih
atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat
sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk
penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang / dibuat. ” Pasal 8
ayat 2 Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen, berbunyi “ pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang
yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi
Apabila penjual atau pelaku usaha melakukan pelanggaran pasal –
pasal yang telah diatur diatas, maka yang harus dilakukan adalah
mengikuti aturan pasal 8 ayat 4 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, yang berbunyi “ pelaku usaha yang
melakukan pelanggaran pada ayat 1 dan ayat 2 dilarang
memperdagangkan barang dan / atau jasa tersebut serta wajib menariknya
dari peredaran. ” Apabila terdapat masalah atau sengketa terhadap
transaksi yang dilakukan, juga dapat diselesaikan dengan cara nonlitigasi
(nonformal) dan atau litigasi (formal).14
Didalam pasal 9 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen juga terdapat larangan bagi pelaku usaha,
diantaranya : pasal 9 ayat 1a, berbunyi “ pelaku usaha dilarang
menawarkan, memproduksi, mengiklankan suatu barang dan / atau jasa
secara tidak benar, dan / atau seolah – olah barang tersebut telah
memenuhi dan / atau memiliki potongan harga, harga khusus, standar
mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu, sejarah
atau guna tertentu. ” Pasal 9 ayat 1b, berbunyi “ pelaku usaha dilarang
menawarkan, memproduksi, mengiklankan suatu barang dan / atau jasa
secara tidak benar, dan / atau seolah – olah barang tersebut dalam keadaan
baik dan / atau baru. ”
________________________
14 Fitrotin Jamilah, Strategi Penyelesaian Sengketa Bisnis, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2014 ),
Pasal 9 ayat 1f, berbunyi “pelaku usaha dilarang menawarkan,
memproduksi, mengiklankan suatu barang dan / atau jasa secara tidak
benar, dan / atau seolah – olah barang tersebut tidak mengandung cacat
tersembunyi. ” Apabila pelaku usaha atau penjual terlanjur melakukan
pelanggaran yang telah disebutkan, maka yang perlu dilakukan adalah
mengikuti pasal 9 ayat 3 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, yang berbunyi “ pelaku usaha yang melakukan
pelanggaran terhadap ayat 1 dilarang melanjutkan penawaran, promosi,
dan pengiklankan barang dan / atau jasa tersebut. ”
Begitu banyak larangan – larangan yang perlu dipatuhi oleh pelaku
usaha atau penjual. Begitu banyak pula cara – cara atau strategi
menyelesaikan suatu sengketa atau masalah dalam bisnis, bisa dengan
cara negosiasi, mediasi, pengadilan, atau arbitrase.15
Cara negosiasi adalah cara penyelesaian perkara yang dilakukan
antara pihak – pihak yang bersengketa tanpa adanya pihak ketiga. Cara
mediasi adalah cara penyelesaian perkara yang dilakukan antara pihak –
pihak yang bersengketa dengan memerlukan adanya pihak ketiga. Cara
arbitrase adalah suatu tindakan hukum ketika ada pihak yang
menyerahkan sengketa atau selisih pendapat antara dua orang atau lebih
kepada seseorang atau ahli yang disepakati bersama dengan tujuan
memperoleh satu keputusan final dan mengikat.
_____________________
Sedangkan cara pengadilan adalah cara penyelesaian perkara yang
dilakukan antara pihak – pihak yang berperkara dengan mengajukan
perkara atau suatu sengketa kepada badan hukum supaya diadili secara
hukum yang berlaku.16
Larangan bagi pelaku usaha tidak berhenti hanya pada pasal 9
Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
tetapi dilanjutkan pada pasal 10 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, diantaranya diutamakan diatur dalam
pasal 10 ayat c Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, berbunyi “ pelaku usaha dalam menawarkan
barang dan / atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang
menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau membuat pernyataan
yang tidak benar atau menyesatkan mengenai kondisi, tanggungan,
jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang dan / atau jasa.
Dalam pasal 11 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, pelaku usaha dalam hal penjualan yang
dilakukan melalui cara obral atau lelang, dilarang mengelabui /
menyesatkan konsumen dengan, (ayat a), berbunyi “ menyatakan barang
dan / atau jasa tersebut seolah – olah telah memenuhi standar mutu
tertentu ”, dan (ayat b), berbunyi “ menyatakan barang dan / atau jasa
______________________
tersebut seolah – olah tidak mengandung cacat tersembunyi. ”
Dalam sebuah transaksi jual beli juga tidak boleh terjadi unsur
pemaksaan, terutama dari pihak pelaku usaha atau penjual, ini diatur
dalam pasal 15 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, berbunyi “ pelaku usaha dalam menawarkan
barang dan / atau jasa yang dilarang melakukan dengan cara pemaksaan
atau cara lain yang dapat menimbulkan gangguan baik fisik maupun
psikis terhadap konsumen. ”
Penggunaan strategi penyelesaian sengketa yang telah dijelaskan
sebelumnya apabila benar – benar mendesak perlu dilakukan, dapat
memberikan manfaat, diantaranya : dapat memenuhi tuntutan masyarakat
terhadap mekanisme yang efisien dan mampu memenuhi rasa keadilan
serta dapat mengimbangi meningkatnya daya kritis masyarakat yang
disertai dengan tuntutan berperan secara aktif dalam proses pembangunan
( terutama pengambilan keputusan terhadap urusan – urusan publik ).17
Dan apabila penyelesaian – penyelesaian sengketa tersebut benar – benar
dilaksanakan, maka hasil umumnya pihak pelaku usahalah atau penjual
yang bertanggung jawab terhadap apa – apa yang berdampak merugikan
dipihak konsumen atau pembeli.
___________________
17 Runtung Sitepu, Keberhasilan dan Kegagalan Penyelesaian Sengketa Alternatif, (Yogyakarta:
Tanggung jawab pelaku usaha atau penjual ini diatur dalam pasal 19
ayat 1 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, berbunyi “ pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti
rugi atas kerusakan, pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.
” Pasal 19 ayat 2 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, berbunyi “ ganti rugi sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan
/ atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan
/ atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan yang berlaku. ”
Akan tetapi tanggung jawab tersebut tidak perlu dilakukan oleh
palaku usaha apabila dalam transaksi yang melakukan kesalahan adalah
pihak konsumen atau pembeli, ini diatur dalam pasal 19 ayat 5 Undang –
undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, berbunyi
“ ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak berlaku
apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut
merupakan kesalahan konsumen. ”
Dalam sebuah transaksi bisnis sangat dituntut kejujuran masing –
masing pelaku transaksi. Apabila tidak mampu memenuhi tuntutan
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, berbunyi “ pelaku
usaha yang menolak dan atau tidak memberi tanggapan dan atau tidak
memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud
dalam pasal 19 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, dapat digugat melalui badan
penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di
tempat kedudukan konsumen. ”
Menyelesaikan sengketa melalui badan penyelesaian sengketa atau
badan peradilanpun juga tidak mudah, pasti ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan karena mempunyai kelebihan – kelebihan dan
kelemahan – kelemahan, dalam hal ini bisa diambil contoh misalnya
BANI ( Badan Arbitrase Nasional Indonesia ).18
Pada umumnya, lembaga arbitrase mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan lembaga peradilan umum, diantaranya:19
1. Sidang arbitrase adalah tertutup untuk umum sehingga kerahasiaan
sengketa para pihak terjamin.
2. Para pihak yang bersengketa dapat memilih arbiter yang menurut
keyakinannya mempunyai pengalaman, pengetahuan, jujur, dan adil.
Serta latar belakang yang cukup mengenai masalah yang
disengketakan.
3. Pilihan hukum untuk menyelesaikan sengketa serta proses dan tempat
penyelenggaraan arbitrase dapat ditentukan oleh para pihak.
___________________
4. Keterlambatan yang diakibatkan oleh hal prosedural dan administratif
dapat dihindari.
5. Sikap arbiter atau majelis arbiter dalam menangani perkara arbitrase
didasarkan pada sikap yang mengusahakan win – win solution ( saling
untung bagi pihak berperkara ) terhadap para pihak yang bersengketa.
6. Putusan arbitrase mengikat para pihak dan dengan melalui tata cara /
prosedur sederhana ataupun langsung dapat dilaksanakan.
7. Suatu perjanjian arbitrase tidak menjadi batal karena berakhir atau
batalnya perjanjian pokok.
8. Didalam proses arbitrase, arbiter atau majelis arbitrase harus
mengutamakan perdamaian diantara pihak yang bersengketa.
Selain kelebihan – kelebihan tersebut di atas, terdapat juga
kelemahan – kelemahan dari arbitrase, yaitu:
1. Putusan arbitrase ditentukan oleh kemampuan teknis arbiter untuk
memberikan keputusan yang memuaskan dan sesuai dengan rasa
keadilan para pihak.
2. Apabila pihak yang kalah tidak mau melaksanakan putusan arbitrase,
maka diperlukan perintah dari pengadilan untuk melakukan eksekusi
atas putusan arbitrase tersebut.
3. Pada praktiknya pengakuan dan pelaksanaan keputusan arbitrase asing
4. Pada umumnya pihak – pihak yang bersengketa di arbitrase adalah
perusahaan – perusahaan besar. Oleh karena itu, untuk
mempertemukan kehendak para pihak yang bersengketa dan
membawanya ke badan arbitrase tidaklah mudah.
Meskipun keputusan majelis arbitrase bersifat final dan mengikat
kedua belah pihak, namun dalam hal – hal tertentu dapat dimintakan
pembatalan, yaitu sebagai berikut:20
1. Majelis tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Majelis nyata – nyata melebihi wewenangnya.
3. Adanya korupsi pada salah satu anggota majelis.
4. Adanya penyimpangan yang serius terhadap rule and procedure yang
bersifat fundamental.
5. Keputusan tersebut gagal memberi alasan yang layak untuk mana
keputusan tersebut didasarkan.
Sementara itu, dalam sebuah transaksi bisnis misalnya jual beli,
penjual bukanlah pihak yang satu – satunya harus bertanggung jawab
terhadap barang yang diperdagangkan. Dengan kata lain yang bisa
dimintai tanggung jawab bisa dari pihak agen atau distributor barang
dagangan. Ini dibuktikan dengan adanya aturan pasal 24 ayat 1a Undang –
undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, berbunyi
“ pelaku usaha yang menjual barang dan atau jasa kepada pelaku usaha
_________________
lain bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan atau gugatan
konsumen apabila pelaku usaha lain menjual kepada konsumen tanpa
melakukan perubahan apapun atas barang dan / atau jasa tersebut. ” Dan
pasal 24 ayat 1b Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, berbunyi “ pelaku usaha yang menjual barang
dan atau jasa kepada pelaku usaha lain bertanggung jawab atas tuntutan
ganti rugi dan atau gugatan konsumen apabila pelaku usaha lain, didalam
transaksi jual beli tidak mengetahui adanya perubahan barang dan / atau
jasa yang dilakukan oleh pelaku usaha atau tidak sesuai dengan contoh,
mutu, dan komposisi. ”
Pelaku usaha yang berperan sebagai agen atau distributor juga dapat
terbebas dari tanggung jawab, ini diatur dalam pasal 24 ayat 2 Undang –
undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, berbunyi
“ pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dibebaskan dari
tanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan / atau gugatan konsumen
apabila pelaku usaha lain yang membeli barang dan / atau jasa menjual
kembali kepada konsumen dengan melakukan perubahan atas barang dan /
BAB III
DESKRIPSI PELAKSANAAN JUAL BELI MP3 BERSEGEL DI TOKO HIKMAH CELL DARMO SATELIT SURABAYA
A. Gambaran tentang Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya
1. Sejarah berdirinya Toko Hikmah Cell
Berawal dari perkembangan teknologi alat pemutar musik, dari
yang paling sederhana seperti MP3, kemudian berkembang menjadi
MP4, kemudian berkembang lagi menjadi MP5. Semua itu
perkembangannya telah dirasakan oleh masyarakat, tidak hanya
masyarakat kota tetapi juga masyarakat desa. Dengan perkembangan
MP3 tersebut, dimana harganya juga relatif terjangkau bentuknyapun
juga relatif minimalis, masyarakat tidak perlu repot lagi jika ingin
mendengarkan musik. Baik kalangan muda maupun tua sangat banyak
yang suka mendengarkan musik.
Melihat fenomena ini, maka sekitar tahun 2010, Mas Dendi berniat
ingin menyewa sebuah ruko di pinggir jalan Darmo Satelit Surabaya.
Ruko tersebut ingin dia membuat usaha menjual beberapa MP3 dan
ditambah beberapa peralatan telepon selluler seperti batteray, headset,
pulsa atau voucher isi ulang, dan lain – lain.
Ruko tersebut dia beri nama Hikmah Cell. Dua tahun kemudian,
Menyadari hal itu maka Mas Dendi tidak mau berpikir panjang lagi
untuk memperpanjang masa kontrakan rukonya. Tidak sampai disitu, dia
juga menambah beberapa koleksi dagangannya agar lebih lengkap.1
2. Lokasi toko
Toko Hikmah Cell terletak di jalan Darmo Satelit nomor 7
Surabaya. Dengan batas – batas sebagai berikut :
Sebelah utara : Depot air isi ulang
Sebelah selatan : Ruko makanan
Sebelah barat : Jalan Darmo Indah Satelit Surabaya
Sebelah timur : Pemukiman penduduk Darmo Satelit Surabaya
3. Permodalan
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan pemilik toko
Hikmah cell, maka dapat diambil kesimpulan bahwa permodalan toko
berasal dari modal pinjaman orang tua. Dimana usaha ini dikelola
sendiri.
4. Struktur organisasi
Karena toko tersebut hanya dikelola oleh satu orang yaitu mas
Dendi sendiri, maka seluruh tugas atau wewenang atau peran, dia sendiri
yang mengisinya. Seluruh peran yang dia jalankan sebagai pengusaha
tunggal diantaranya sebagai :
_________________
a. Pemilik : Bertindak mengawasi atau menjalankan semua kegiatan
jual beli di Toko Hikmah Cell
b. Bagian Pembelian : Mengurusi barang – barang yang masuk dalam
toko, biasanya barang – barang tersebut berasal
dari sales.
c. Bagian Penjualan : Mengurusi barang – barang yang dijual dalam toko
dan juga melayani pembeli.
d. Kasir : Bertanggung jawab membuatkan nota penjualan dan menerima
pembayaran dari pembeli.2
5. Jenis Pelayanan di Toko Hikmah cell
a. Jual beli MP3
Jual beli MP3 di Toko Hikmah Cell yaitu MP3 berkemasan segel
atau baru. Dalam hal ini pihak penjual jarang mengambil barang dalam
jumlah banyak karena keterbatasan modal dan ketakutan jika banyak
yang tidak laku.
MP3 yang diambilpun dari pihak sales semuanya adalah barang
baru atau tidak ada yang bekas, dan penjual selalu memastikan bahwa
MP3 yang dibeli dari pihak sales adalah MP3 yang bersegel dan
merupakan barang asli. Hal ini dilakukan agar dapat menyakinkan baik
dari pihak penjual atau pembeli terhadap kualitas sebuah produk.
Karena MP3 baru tidak semuanya bersegel, maka penjual hanya
___________________
menjual MP3 yang bermerk HXYT. Karena penjual merasa merk
tersebut sedikit bisa diandalkan kualitasnya daripada merk lain.
Hasil penjualan MP3 HXYT bersegel di toko Hikmah cell 5 bulan
terakhir tahun 2015:
Tabel 1.1:
No. Bulan Jumlah Pembeli
1 Januari 2
2 Februari 3
3 Maret 5
4 April 1
5 Mei 2
Dari total 13 barang yang terjual atau 13 pembeli ada 2 orang atau
pembeli yang komplain. Pembeli pertama yang komplain itu tentang
kerusakan pada suara MP3, suara itu tidak terdengar dengan jelas
meski telah dicoba dengan berganti – ganti airphone / headset.
Sedangkan pembeli kedua yang komplain itu tentang kerusakan pada
tombol MP3, tombol itu tidak berfungsi dengan baik, meski ditekan
berkali – kali terkadang berfungsi terkadang tidak berfungsi.
b. Pengisian pulsa
Pada Toko Hikmah Cell juga memberikan pelayanan bagi
konsumen pengguna ponsel berupa pengisian pulsa dengan 2 cara,
1. Pulsa gesek / fisik
Yaitu pengisian pulsa dengan cara menggosok hologram pada kartu
pengisian lalu masukkan nomor seri yang ada dibalik hologram
kartu pada ponsel sesuai dengan petunjuk yang ada pada kartu
pengisian. Dan pastikan nomor yang anda masukkan dengan benar,
jika berhasil maka pulsa ponsel anda akan terisi sesuai dengan
nominal yang anda beli. Adapun pengisian pulsa gesek / fisik yang
ditawarkan oleh Toko Hikmah Cell adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2: Data diambil tanggal 11 Juni 2015
2. Pulsa elektrik
Yaitu pengisian pulsa dengan cara menulis nomor ponsel
pembeli pada buku yang disediakan oleh pihak toko, lalu pihak
diinginkan, pihak toko akan mengirim nomor ponsel pada
pelanggan pulsa dari Toko Hikmah Cell. Setelah terisi pulsanya,
pembeli keluar tanpa atau dengan diberi nota pembelian pulsa oleh
pihak toko. Adapun pengisian pulsa elektrik yang ditawarkan oleh
Toko Hikmah Cell sebagai berikut :
Tabel 1.3: Data diambil tanggal 11 Juni 2015
c. Barang – barang yang dijual
Untuk memenuhi kebutuhan pengguna ponsel maka Toko Hikmah
Cell menjual beberapa macam komponen atau aksesori.
Adapun barang – barang yang dijual antara lain :3
__________________
1. Headset / airphone merk Oppo, Nokia, Blackberry
2. Baterai
a. Nokia : BLC-2, BLC-3, BLC-5
b. Samsung : ZTE
3. Memori eksternal, seperti micro SD :
a. Merk V-GEN
b. Merk Evercooss
4. Charger
Charger merupakan sebagai alat perantara untuk mengisi
baterai ponsel dengan menggunakan arus listrik, merk yang
ditawarkan antara lain : Nokia, Samsung, Blackberry, LF.
5. Aksesoris lainnya
a. Tas pinggang ponsel
b. Baju karet ponsel
c. Kabel data
6. Kartu perdana
Adapun kartu perdana, kartu perdana adalah kartu yang
pertama kali digunakan sebelum diadakan pengisian ulang.
Tabel 1.4:
No. Jenis Pulsa Pulsa Harga
1 Simpati / AS Rp. 5.000 Rp. 7.000
2 IM3 Rp. 3.000
Rp. 10.000
3 3 Rp. 3.000 Rp. 7.000
Data diambil tanggal 15 Juni 2015
6. Segmen pasar
Segmen pasar merupakan kegiatan membagi – bagi pasar dalam hal
ini adalah pengunjung yang datang ke Toko Hikmah Cell Darmo Satelit,
namun tidak semua pengunjung yang akan penulis golongkan, disini
penulis akan menggolongkan hanya pada pembeli MP3 bersegel saja.
Karena lokasi Toko Hikmah Cell dekat dengan jalan raya, dan daerah
pemukiman penduduk, maka dari hasil wawancara penulis dengan bagian
penjualan adalah sebagai berikut:
a. Pelajar : 80%
b. Pekerja : 20%
B. Praktik Penjualan dan Pembelian MP3 Berkemasan Segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya
1. Tata cara akad
Para ulama fikih sepakat menyatakan bahwa unsur utama dari jual
kan.4 Seperti halnya pada jual beli MP3 bersegel diperlukan adanya ijab
kabul antara penjual dan pembeli.
Adapun tata cara akad dalam jual beli MP3 bersegel di Toko
Hikmah Cell adalah sebagai berikut 5:
a. Cara melakukan ijab kabul
Ijab kabulperlu diungkapkan secara jelas dalam transaksi yang
mengikat kedua belah pihak seperti halnya pada jual beli MP3
bersegel, walaupun ada kalanya ijab kabul hanya berupa isyarat
yang menunjukkan kerelaan kedua belah pihak. Dalam melakukan
ijab kabul pada transaksi jual beli MP3 bersegel tersebut dilakukan
dengan jelas, secara lisan setelah pembeli memilih MP3 bersegel
yang kriterianya telah disebutkan penjual, dan harganyapun telah
disetujui pembeli, maka disini telah terjadi ijab kabul antara penjual
dan pembeli.
Apabila MP3 yang dipilih pembeli sudah diserah terimakan
oleh penjual maka telah terjadi perpindahan kepemilikan barang dari
penjual kepada pembeli dengan kewajiban pembeli membayar
kepada penjual sesuai dengan akad yang telah disepakati kedua
belah pihak. Kemudian penjual menyerahkan nota atau kwitansi
sebagai bukti pembayaran atas pembelian MP3.
_____________________