• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JUAL BELI MP3 BERKEMASAN SEGEL DI TOKO HIKMAH CELL DARMO SATELIT SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JUAL BELI MP3 BERKEMASAN SEGEL DI TOKO HIKMAH CELL DARMO SATELIT SURABAYA."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

Rachmad Charis A NIM.C02211099

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syariah Dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah Surabaya

2016

(2)
(3)
(4)
(5)

Skripsi dengan judul “ Tinjauan Hukum Islam dan Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli MP3

Berkemasan Segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya ” merupakan

hasil penelitian lapangan untuk menjawab pertanyaan : bagaimana praktik jual beli MP3 berkemasan segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya dan

bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang perlindungan konsumen terhadap praktik jual beli MP3 berkemasan segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya.

Data penelitian dihimpun melalui observasi, wawancara dengan pemilik toko, dan pembeli, serta melalui studi dokumentasi, selanjutnya data yang berhasil dihimpun dianalisis dengan metode deskriptif yaitu membuat deskripsi, gambaran atau menjelaskan secara sistematis atas data yang berhasil dihimpun terkait dengan pembahasan.

Praktik jual beli MP3 berkemasan segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya menerapkan ijab kabul yang dilakukan dengan jelas, secara lisan setelah pembeli memilih MP3 bersegel yang kriterianya telah disebutkan penjual, dan harganyapun telah disetujui pembeli. Adapun bentuk akad atau perjanjian jual beli MP3 berkemasan segel di toko Hikmah cell adalah bentuk jual beli yang pembayarannya dilakukan secara tunai, jika ada komplain terhadap MP3 yang dibeli, maka penjual tidak dapat berbuat banyak seperti mengganti rugi jika barang MP3 tersebut ada cacat, karena penjual beranggapan bahwa MP3 yang berkemasan segel sudah terjamin secara kualitas dan kalaupun ada cacat maka hal tersebut merupakan kesalahan pihak produksi dan bukan merupakan tanggung jawab pihak penjual. Adanya produk kemasan segel juga tidak dapat disalahkan karena untuk melindungi konsumen dari produk palsu, dan apabila suatu produk tidak diberi segel atau label maka akan melanggar pasal larangan

pelaku usaha yaitu pasal 8 Undang – undang nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

Pelaksanaan praktik jual beli MP3 berkemasan segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya menurut Hukum Islam merugikan konsumen karena konsumen tidak mendapat kualitas barang yang diinginkan ( barang mengandung gharar ) disertai tetap disarankan membeli barang meskipun tidak sesuai keinginan, karena telah membuka kemasan segel. Akan tetapi keberadaan produk

kemasan segel menurut Undang – undang nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen boleh diadakan.

Adapun saran yang dapat diberikan pertama kepada penjual diharapkan memberikan garansi kepada pembeli, serta dengan meminta jaminan kualitas terlebih dahulu kepada distributor terhadap barang dagangan sebelum

menjualnya kepada konsumen. Kedua bagi pembeli agar hati – hati dan

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR TRANSLITERASI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Kajian Pustaka ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 11

G. Definisi Operasional ... 11

H. Metode Penelitian ... 12

I. Sistematika Pembahasan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG JUAL BELI PRODUK BERKEMASAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG – UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Jual Beli Produk Kemasan Menurut Hukum Islam 1. Pengertian jual beli ... 17

2. Dasar hukum jual beli ... 18

(7)

4. Rukun jual beli ... 22

5. Batalnya jual beli ... 22

6. Macam – macam jual beli ... 22

B. Jual Beli Produk Kemasan Menurut Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 1. Pengertian jual beli ... 24

2. Dasar hukum jual beli ... 24

BAB III DESKRIPSI PELAKSANAAN JUAL BELI MP3 BERSEGEL DI TOKO HIKMAH CELL DARMO SATELIT SURABAYA A. Gambaran tentang Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya 1. Sejarah berdirinya Toko Hikmah Cell ... 39

2. Lokasi Toko ... 40

3. Permodalan ... 40

4. Struktur organisasi ... 40

5. Jenis pelayanan di Toko Hikmah Cell ... 41

6. Segmen pasar ... 46

B. Praktik Penjualan dan Pembelian MP3 Berkemasan Segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya 1. Tata Cara Akad ... 46

a. Cara melakukan ijab kabul ... 47

b. Waktu pelaksanaan ijab kabul ... 48

c. Bentuk perjanjian jual beli MP3 bersegel ... 48

(8)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG – UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JUAL BELI MP3 BERKEMASAN SEGEL DI TOKO HIKMAH CELL DARMO SATELIT SURABAYA

A. Analisis terhadap Praktik Jual Beli MP3 Berkemasan Segel di

Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya ... 53

B. Analisis Hukum Islam dan Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Praktik Jual Beli MP3 Berkemasan Segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya 1. Hukum Islam ... 56

2. Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ... 59

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(9)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum Islam adalah “seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah

dan sunah Rasul tentang tingkah laku manusia mukalaf yang diakui dan

diyakini berlaku dan mengikat untuk semua umat yang beragama Islam”.1

Supaya semua peraturan yang terdapat dalam hukum Islam dapat dikerjakan

oleh manusia, maka manusia harus bisa memahami semua peraturan yang

diinginkan oleh Allah dan merasa takut akan kekuasaan Allah Swt.

Allah Swt., memberi manusia akal pikiran untuk memahami segala

sesuatu dalam hidup di dunia terutama untuk memahami peraturan-peraturan

Allah. Akal pikiran pulalah yang harus digunakan oleh manusia untuk

menentukan langkah hidupnya ingin sesuai atau tidak dengan yang

diinginkan Allah Swt., serta membuat peraturan berdasarkan hukum Islam.

Dalam bisnis misalnya, terdapat pula aturan yang dibuat manusia

berdasarkan hukum Islam, disebut fikih muamalah. Ruang lingkup fikih

muamalah terdapat sifat adabbi@yah dan maddi@yah.

Adabbi@yah adalah ijab dan kabul, saling meridai, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, penimbunan dan segala sesuatu yang bersumber dari indra manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta dalam hidup bermasyarakat. Sedangkan maddi@yah adalah mencangkup segala aspek

_______________

1 Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Hukum Islam (Surabaya: IAIN Sunan

(10)

kegiatan ekonomi manusia diantaranya yaitu buyu@‘ (tentang jual beli).2

Agama Islam mensyariatkan transaksi jual beli sebagai alat untuk

memperoleh barang dan jasa. Adapun firman Allah tentang jual beli terdapat

dalam surah Albaqarah ayat 275:

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat): “Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,” padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang meng-ulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di

dalamnya.3

Maksud ayat tersebut, orang-orang yang melakukan praktik riba,

usaha, tindakan dan seluruh keadaan mereka akan mengalami kegoncangan,

jiwanya tidak tentram. Perumpamaannya seperti orang yang dirusak akalnya

oleh setan sehingga terganggu akibat gila yang dideritanya. Mereka

melakukan itu, sebab mereka mengira jual beli sama dengan riba, sama-sama

____________

2 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), 3.

3 Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, ( Semarang: PT Kumudasmoro Grafindo,

(11)

mengandung unsur pertukaran dan usaha. Kedua-duanya halal. Allah

membantah dugaan mereka itu dengan menjelaskan bahwa masalah halal dan

haram bukan urusan mereka. Dan persamaan yang mereka kira tidaklah

benar. Allah menghalalkan praktik jual beli dan mengharamkan praktik riba.

Barangsiapa telah sampai kepadanya larangan praktik riba lalu

meninggalkannya, maka baginya riba yang diambilnya sebelum turun

larangan, dengan tidak mengembalikannya. Dan urusannya terserah kepada

ampunan Allah. Dan orang yang mengulangi melakukan riba setelah

diharamkan, mereka itu adalah penghuni neraka dan akan kekal didalamnya.4

Keunggulan hukum Islam dalam tata cara jual beli adalah dengan

memberikan hak memilih (dalam Islam disebut khiya@r) bagi pihak yang

melakukan akad jual beli terutama bagi pihak pembeli. Hal ini diharapkan

agar pembeli memperoleh hasil maksimal sesuai barang yang diinginkan

tanpa mengalami kekecewaan dengan membeli barang cacat atau tidak

sesuai harapan.

Meskipun dalam hukum Islam sudah mengatur tata cara jual beli,

masih banyak pelanggaran yang terjadi. Hal ini disebabkan karena hanya

masalah keinginan untuk mendapat untung besar. Dalam jual beli, ada

barang yang dapat dilihat secara langsung, adapula yang tidak dapat dilihat

secara langsung karena kemasan barangnya tidak dapat ditembus mata

(berwarna gelap) serta disegel dengan rapat, sehingga yang ditunjukkan ke-

__________________

(12)

pada konsumennya hanyalah spesifikasinya (ciri-ciri atau keunggulannya).

Saat ingin membeli barang yang tidak dapat dilihat isinya tersebut,

maka pembeli seharusnya dapat melakukan khiya@r. Dari sisi kebaikan

khiya@r-pun juga memkhiya@r-punyainya “pembeli yang menemukan cacat ada barang yang

dibeli mempunyai hak untuk mengembalikannya kepada penjual, kecuali dia

mengetahui tentang cacat barang itu sebelum dibelinya”.5 Akan tetapi khiya@r

akan sulit diterapkan apabila produk yang dipilih adalah produk kemasan

bersegel yang tidak boleh dibuka untuk menjaga keaslian produk, dan harus

jadi dibeli dahulu atau berpindah hak milik ke tangan pembeli jika ingin

dibuka dan diujicoba, dan ini berpotensi besar merugikan pembeli atau

konsumen. Hal ini mengakibatkan pembeli tidak dapat memilih-pilih barang

keinginannya dikarenakan juga rasa ketakutan barang yang tidak dapat

dibuka kemasannya, dilihat isinya, dan atau dicoba tersebut ternyata cacat

atau rusak, sehingga pembeli ragu untuk membelinya.

Dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan

konsumen memandang adanya produk kemasan bersegel inipun juga tidak

dapat dipersalahkan. Ini diperuntukkan agar konsumen atau pembeli tidak

tertipu dengan produk tiruan atau bajakan yang sangat merugikan serta

kualitasnyapun jauh dibawah standart kelayakan penggunaan. Untuk itu para

_______________

5 Muhammad Tahir Mansory, Shariah Maxim on Financial Matter, Kaidah-kaidah Keuangan dan

(13)

produsen beramai-ramai membuat produk dengan kemasan segel bahkan ada

juga penambahan ciri atau logo unik pada kemasan sebagai tanda bahwa

produknya merupakan barang asli.

Undang-undang ini terbentuk untuk melengkapi hukum Islam yang

mengatur tentang dunia bisnis dengan kata lain dalam fikih muamalah.

Sehingga peraturan dalam dunia bisnispun menjadi lebih kompleks, hal ini

semuanya dibuat baik fikih muamalah serta Undang-undang adalah untuk

melindungi hak dan kewajiban produsen, penjual, maupun konsumen.

“Undang-undang merupakan setiap peraturan atau ketetapan yang

isinya berlaku mengikat kepada umum”.6 Sehingga dengan adanya

Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 maka hal ini wajib dipatuhi baik oleh produsen,

penjual, maupun konsumen. Serta dengan adanya Undang-undang Nomor 8

tahun 1999 tentang perlindungan konsumen adalah untuk khususnya dalam

perdagangan agar berjalan dengan sehat.

Setiap pihak dalam hal perdagangan pasti mempunyai tujuan utama

yaitu mencari untung, sayangnya dalam mencari untung tersebut banyak

terjadi kecurangan terutama berasal dari baik pihak produsen maupun

penjual. Oleh sebab itu perlu diingat salah satunya dalam pasal 3 ayat (e)

Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang

berbunyi perihal tujuan perlindungan konsumen yaitu “menumbuhkan

kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen se-

_______________________

6 Siswati, Sistem Hukum Indonesia, (Surabaya: Tim Penyusun Diktat Kuliah Universitas Wijaya

(14)

hingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha”.7

Dengan adanya poin tersebut diharap tujuan perlindungan konsumen dapat

terwujud dan dipatuhi terutama pihak penjual. Karena jika tidak dipatuhi,

maka setiap poin dalam suatu Undang-undang pasti terdapat sanksi tegas.

Setelah adanya baik fikih muamalah dan Undang-undang Nomor 8 tahun

1999 tentang perlindungan konsumen maka sangat diharapkan bagi seluruh

pelaku usaha untuk saling menghargai, bertanggung jawab dan bersikap

jujur.

Setelah menjelaskan pemaparan diatas, kemudian perlu diketahui

produk bersegel masih layak atau tidak diperdagangkan. Dalam hal ini pada

Toko Hikmah Cell yang bergerak dalam bisnis perdagangan khususnya MP3,

di mana pembeli bebas memilih MP3 baru dalam keadaan kemasan segel.

Sejak dalam waktu 1 tahun berdirinya Toko Hikmah Cell sudah ada 2

pembeli yang merasa kecewa dengan sistem praktek jual beli MP3 di toko

tersebut. Pembeli merasa dipaksa untuk tetap membeli barang pilihannya

meskipun barang tersebut ternyata cacat saat dibuka kemasan segel untuk

diuji coba.

Dengan paparan atau masalah di atas, maka penulis tertarik untuk

membahas dalam skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Islam dan

Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Jual

Beli MP3 Berkemasan Segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya”.

____________________

(15)

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi masalah

“Identifikasi masalah dilakukan untuk menjelaskan kemungkinan

kemungkinan cakupan masalah yang dapat muncul dalam penelitian dengan

melakukan identifikasi dan inventarisasi sebanyak-banyaknya yang

kemudian dapat diduga sebagai masalah”.8 Berdasarkan latar belakang yang

telah dipaparkan di atas, maka penulis mengidentifikasi permasalahan yang

muncul di dalamnya, yaitu:

1. Tidak ada transparansi barang yang diperdagangkan.

2. Faktor yang menyebabkan adanya produk kemasan.

3. Syarat-syarat terhadap produk yang perlu dikemas.

4. Praktik jual beli terhadap produk kemasan.

5. Adanya asumsi yang bertentangan dengan Hukum Islam dan

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap

Jual Beli MP3 Berkemasan.

2. Batasan masalah

Jual beli memiliki cakupan yang luas, baik teori, syarat dari berbagai

segi, maupun penerapannya. Berbicara tentang syarat, “ada syarat yang di-

______________________

8 Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi Edisi

(16)

benarkan agama dan ada yang dilarang agama”.9 Untuk menghindari

pembahasan yang terlalu melebar, maka peneliti batasi dalam penelitian

tentang:

1. Praktik jual beli MP3 berkemasan segel di Toko Hikmah Cell Darmo

Satelit Surabaya.

2. Tinjauan hukum Islam dan Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen terhadap praktek jual beli MP3 berkemasan

segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya.

C. Rumusan Masalah

Setelah memaparkan baik identifikasi dan batasan masalah diatas, penulis

memberi batasan agar tidak melenceng dari pembahasan yaitu dengan

memberi rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik jual beli MP3 berkemasan segel di Toko Hikmah Cell

Darmo Satelit Surabaya?

2. Bagaimana tinjauan Hukum Islam dan Undang-undang Nomor 8 tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap praktik jual beli MP3

berkemasan segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah untuk “menunjukkan jalan pemecahan

permasalahan penelitian. Apabila peneliti mengetahui apa yang telah dilaku-

_______________

9 Yusuf Subaily, Fiqh Perbankan Syariah: Pengantar Fiqh Muamalah dan Aplikasinya dalam

(17)

kan oleh peneliti lain, maka peneliti akan lebih siap dengan pengetahuan yang

lebih dalam dan lengkap.”10 Banyak kajian tentang masalah jual beli kemasan

segel yang mempengaruhi khiya@r dari segi pembeli yang dilakukan oleh

beberapa peneliti terdahulu hanya saja sudut pandang dan pendekatan yang

diambil berbeda, sehingga menyebabkan hasil yang diperoleh juga berbeda.

Penelitian tentang jual beli tersebut antara lain dilakukan oleh Gustaf Ari

Fajar Jurusan Muamalah Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel Surabaya pada

tahun 2006 juga membahas tentang jual beli yang mempengaruhi khiya@r

pembeli dengan judul Skripsi “Hak Pilih dan Pembatalan Perikatan Jual Beli

di Pasar Sepanjang Menurut Mazhab Syafi’i”. Hasil penelitian yang didapat,

praktek hak pilih dan iqalah memiliki karakteristik yang cukup kompleks.

Praktek khiya@r majlis di pasar merupakan hak pilih yang diberikan kepada

pembeli ketika masih berada dalam lingkungan toko. Sedangkan khiya@r syarat

sebagai peluang memilih dengan batas waktu satu hari, untuk khiya@r aib

sebagai konpensasi terhadap barang cacat dengan cara mengurangi harganya.

Iqalah ada dua yaitu pembatalan dengan harga baru, dan tanpa perubahan

harga baru.

Berikutnya adalah penelitian dalam skripsi tentang jual beli yang berjudul

“Status Hukum Khiya@r Majlis Dalam Jual Beli Menurut Madzhab Hanafi dan

Syafi’i” yang dilakukan oleh Moh. Syaifullah Fakultas Syari’ah Jurusan Mua-

_______________

(18)

malah IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2000. Hasil penelitian yang

didapat, dalam transaksi jual beli di pasar penerapan yang sesuai ialah khiya@r

majlis, sedang khiya@r syarat dan khiya@r aib belum berprinsip karena tidak

dapat dikembalikan barangnya. Batas khiya@r tidak boleh lebih dari tiga hari,

justru ketika terjadi kerusakan / pengembalian barang dianjurkan segera

dilakukan.

Penelitian berikutnya adalah skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum

Islam dan Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen Terhadap Mekanisme Penjualan Nada Sambung Pada Provider

Selular” yang dilakukan oleh Nur Alifah Hayati Akbar Fakultas Syari’ah

Jurusan Muamalah IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2011. Hasil penelitian

yang didapat, penjualan nada sambung tidak boleh dilakukan jika dilakukan

dengan cara yang salah dan melanggar ketentuan yang telah ditetapkan,

penggunaan nada sambung juga sama, tidak boleh dilakukan jika dengan

menggunakannya menyebabkan kerugian pihak lain. Metode penelitian yang

digunakan ketiga penulis adalah studi lapangan yaitu mempelajari dan atau

mengamati peristiwa yang ada di lapangan yang dapat dijadikan permasalahan

yang kemudian dikaji dari pendapat ulama maupun hukum positif.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui praktik jual beli MP3 bersegel di Toko Hikmah Cell

(19)

2. Untuk mengetahui jual beli MP3 bersegel menurut hukum Islam dan

Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen di

Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Kegunaan teoritis, dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong

perkembangan ilmu pengetahuan manajemen sumber daya manusia,

khususnya yang terkait dengan pengaruh motivasi dan kompensasi

terhadap kinerja pemilik Toko Hikmah Cell.

2. Kegunaan praktis, dapat memberikan masukan yang berarti bagi Toko

Hikmah Cell dalam meningkatkan kinerja pemilik, khususnya melalui

perspektif motivasi dan kompensasi.

G. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini ada beberapa variable yang perlu didefinisikan,

diantaranya:

Hukum Islam dalam jual beli : Sebagian besar pelaku transaksi jual beli

baik penjual atau pembeli kurang

mengetahui cara berbisnis menurut syariah.

Undang-undang Nomor 8 : Penerapan “ peraturan yang mengikat ”11

tahun 1999 tentang Perlin- ini tidak sepenuhnya diterapkan, barang te-

dungan Konsumen dalam lah disegel tetapi tidak ada garansi yang di-

jual beli berikan kepada pembeli.

__________________

(20)

Jual Beli MP3 bersegel : Pertransaksian “ alat digital pemutar music ”12 ini

tidak diberikan garansi serta pada kemasan segel

produknya tidak terdapat tanda SNI.

Toko Hikmah Cell : Toko yang menjual pulsa, aksesoris HP, MP3 di

jalan Darmo Satelit Surabaya.

Penelitian ini mencari data yang terkait dengan Tinjauan Hukum Islam

dan Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

terhadap sistem jual beli MP3 bersegel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit

Surabaya.

H. Metode Penelitian

1. Data yang dikumpulkan

Sesuai dengan rumusan masalah, maka dalam penelitian ini data yang

akan dikumpulkan adalah sebagai berikut:

a. Data tentang praktik jual beli MP3 di Toko Hikmah Cell.

b. Data tentang ketentuan yang berlaku, baik hukum Islam maupun hukum

positif terkait dengan jual beli.

2. Sumber data

Untuk mendapatkan sebuah data, penulis akan menggunakan sumber

data sebagai berikut:

____________________

(21)

a. Sumber data primer

Yaitu sumber data yang berasal dari pelaku transaksi, antara lain:

1. Dendi : Pemilik toko

2. Rudi : Pembeli I

3. Tati : Pembeli II

4. Charis : Pembeli III

b. Sumber data sekunder

Yaitu sumber data pembantu paling penting yang berasal dari

referensi buku, antara lain:

1. Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya

2. Undang - undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen

3. Ibnu Hajar ‘Asqalani, Bulughul Maram

4. An-Nawawy, Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf, Terjemah Riadhus

Shalihin II

5. Mardani, Fiqh Muamalah

6. Dijan Widijowati, Hukum Dagang

7. Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah

8. Wahbah Zuhayli, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu ( Jilid 5 )

9. Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah ( Jilid 5 )

(22)

3. Subyek penelitian

Subyek penelitian ini adalah pemilik Toko Hikmah Cell Darmo Satelit

Surabaya, dan pembeli.

4. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut

lingkungan fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang

sedang berjalan.

b. Interview atau wawancara, yaitu peneliti bertanya secara langsung dan

bertatap muka kepada responden termasuk pemilik dan pembeli di Toko

Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya.

5. Teknis analisis data

Dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu membuat

deskripsi, gambaran atau menjelaskan secara sistematis atas data yang

berhasil dihimpun terkait dengan pembahasan.13 Dalam hal ini

menggambarkan ketentuan hukum Islam dan Undang-undang nomor 8

tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tentang praktek jual beli

barang berkemasan, sehingga dapat diperoleh kronologi peristiwa serta

aspek jual beli dalam pengungkapan kasus tersebut.

_____________________

(23)

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab sebagai

berikut :

Bab pertama diawali dengan pendahuluan yang merupakan ulasan

penjelasan yang dibuat diawal penyusunan skripsi.14 Bab ini memuat: latar

belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian

pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,

metode penelitian, dan diakhiri dengan sistematika pembahasan maupun

daftar pustaka.

Bab kedua berisi landasan teori yang dipakai sebagai dasar yang kuat

dalam sebuah penelitian yang akan dilakukan.15 Bab ini membahas tentang:

pengertian jual beli, dasar hukum jual beli, syarat, rukun dan batalnya jual

beli, dan macam-macam jual beli (menurut hukum Islam dan Undang-undang

Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen).

Bab ketiga memuat data sebagai hasil penelitian yang berkenaan dengan

pelaksanaan jual beli MP3 berkemasan segel di Toko Hikmah Cell Darmo

Satelit Surabaya, yang berisi: gambaran tentang Toko Hikmah Cell Darmo

Satelit Surabaya, praktik penjualan dan pembelian MP3 berkemasan segel di

Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya.

___________________

14 M. Amin Amrullah, Panduan Menyusun Proposal Skripsi Tesis dan Disertasi, (Jakarta: Smart

Pustaka, 2013), 26.

15 Ibid., 35.

(24)

Bab keempat berisi analisis terhadap data penelitian yang telah

dideskripsikan dalam bab tiga, menemukan jawaban masalah penelitian yang

berisi tentang analisis terhadap praktik jual beli MP3 berkemasan segel di

Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya dan analisis hukum Islam dan

Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

terhadap pelaksanaan jual beli tersebut.

(25)

JUAL BELI PRODUK BERKEMASAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG – UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Jual Beli Produk Kemasan Menurut Hukum Islam

1. Pengertian jual beli

Secara terminologi fikih jual beli disebut dengan bay‘ yang berarti

menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.

Lafal bay‘ dalam terminologi fikih terkadang dipakai untuk pengertian

lawannya, yaitu lafal al-syira yang berarti membeli. Dengan demikian,

bay‘ mengandung arti menjual sekaligus membeli atau jual beli.

Menurut Hanafiah pengertian jual beli (al-bay‘) secara definitif yaitu

tukar menukar harta benda atau sesuatu yang diinginkan dengan sesuatu

yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat. Adapun menurut

Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah, bahwa jual beli (al-bay‘) yaitu

tukar – menukar harta dengan harta pula dalam bentuk pemindahan

milik dan kepemilikan. Dan menurut pasal 20 ayat 2 Kompilasi Hukum

Ekonomi Syariah, bay‘ adalah jual beli antara benda dan benda, atau

(26)

“ Berdasarkan definisi diatas, maka pada intinya jual beli itu adalah

tukar – menukar barang.”1

2. Dasar hukum jual beli

Jual beli telah disahkan oleh Alqur’an, Sunah, dan Ijma’. Adapun

dalil Alqur’an adalah QS. Annisaa’ : 29 :

اَي

َبْلاِب ْمُكَْ يَ ب ْمُكَلاَوْمَأ اوُلُكْأَت ََ اوَُمَآ َنيِذلا اَه يَأ

ْنَع ًةَراَِِ َنوُكَت ْنَأ َِإ ِلِطا

لا نِإ ْمُكَسُفْ نَأ اوُلُ تْقَ ت َََو ْمُكِْم ٍضاَرَ ت

ًميِحَر ْمُكِب َناَك َهل

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan harta-harta kalian di antara kalian dengan cara yang batil, kecuali dengan perdagangan yang kalian saling ridha. Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian, sesungguhnya Allah itu Maha Kasih Sayang kepada kalian.”2

Maksud ayat tersebut, Allah Swt., melarang mengambil harta

orang lain dengan jalan yang bathil (tidak benar) kecuali dengan

perdagangan yang berlaku dengan suka sama suka. Jalan yang bathil

menurut syara’ adalah mengambil dengan cara yang tidak disetujui oleh

pemiliknya dan menggunakan harta bukan pada tempatnya.

Islam menghormati hak milik (harta) dan menentukan hak-hak

tertentu atas harta tersebut dengan kewajiban zakat atau amalan-amalan

sunnah lainnya. Karena harta benda mempunyai kedudukan dibawah

_____________________

1Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana, 2012), 101.

2 Departemen Agama RI, Alqur’an dan Terjemahnya, ( Semarang: PT Kumudasmoro Grafindo,

(27)

nyawa, bahkan terkadang nyawa dipertaruhkan untuk memperoleh atau

mempertahankannya. Maka pesan atau kandungan ayat ini selanjutnya

adalah dan janganlah kamu membunuh diri kamu sendiri atau orang lain

secara tidak hak. Karena orang lain sama dengan kamu, bila kamu

membunuhnya maka kamupun terancam dibunuh.3

Kemudian ada juga dalil sunnah diantaranya, dari Jabir r.a. bahwa Rasulullah bersabda:

membeli dan jika menagih hutang. (HR. Bukhary).4

Maksud hadist tersebut, ringan (lapang dada) adalah perkara yang

tersembunyi, maka ketergantungan hukum sah tidaknya jual beli itu

dilihat dari cara – cara yang nampak yang menunjukkan suka sama suka,

seperti adanya ucapan penyerahan dan penerimaan.

Dan jika didapati adanya ketidaksesuaian yang diinginkan pembeli

terhadap kriteria barang yang diinginkan pembeli, maka seharusnya hal

itu menjadi tanggungan penjual, karena jika tidak maka transaksi jual

___________________

3 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, ( Jakarta: Lentera hati, 2000 ), 24.

4 An-Nawawy, Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf, Riadhus Shalihin II, Salim Bahreisy,

(28)

beli tersebut tidak sah karena terkesan mengandung unsur penipuan /

pemaksaan yang dilarang, hal ini sesuai dengan hadis Nabi riwayat

Muslim :

.

ِرَرَغْلا ِعْيَ ب ْنَعَو

،

ِةاَصَْْا ِعْيَ ب ْنَع َملَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىلَص ِهللا ُلوُسَر

ىَهَ ن

َلاَق َة

َرْ يَرُ َِِْا ْنَع

.ٌمِلْسُم ُاَوَر

“ Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Muhammad saw., melarang

jual beli hashah dan jual beli gharar (penipuan).” 5

Maksud hadist tersebut, jual beli hashah ada tiga macam. Pertama,

jika seseorang berkata “ bila aku campak batu kepadamu, berarti jual

beli itu jadi ”. Kedua, jika seseorang berkata “ jadi jual beli barang yang

jatuh atasnya batu lemparanmu ”. Dan yang ketiga, jika seseorang

berkata “ Jadi jual beli tanah sejauh batu lemparanmu ”. Sedangkan

gharar merupakan jual beli yang belum tentu harganya, rupanya,

waktunya, tempatnya, bagaikan jual kucing di dalam karung.

3. Syarat jual beli

Suatu jual beli tidak sah bila tidak terpenuhi dalam suatu akad tujuh

syarat, yaitu :

1. Saling rela antara kedua belah pihak. Kerelaan antara kedua belah

pihak untuk melakukan transaksi syarat mutlak keabsahannya.

2. Pelaku akad adalah orang yang dibolehkan melakukan akad, yaitu

________________

(29)

orang yang telah balig, berakal, dan mengerti. Maka, akad yang

dilakukan oleh anak dibawah umur, orang gila, atau idiot tidak sah

kecuali dengan seizin walinya, kecuali akad yang bernilai rendah

seperti membeli kembang gula, korek api dan lain – lain.

3. Harta yang menjadi obyek transaksi telah dimiliki sebelumnya oleh

kedua pihak. Maka, tidak sah jual beli barang yang belum dimiliki

tanpa seizin pemiliknya.

4. Objek transaksi adalah barang yang dibolehkan agama. Maka, tidak

oleh menjual barang haram seperti khamar (minuman keras) dan lain

– lain.

5. Objek transaksi adalah barang yang bisa diserahterimakan. Maka

tidak sah jual mobil hilang, burung diangkasa karena tidak dapat

diserahterimakan.

6. Objek jual beli diketahui oleh kedua belah pihak saat akad. Maka

tidak sah menjual barang yang tidak jelas. Misalnya, pembeli harus

melihat terlebih dahulu barang tersebut dan / atau spesifikasi barang

tersebut.

7. Harga harus jelas saat transaksi. Maka, tidak sah jual beli dimana

penjual mengatakan : “ Aku jual mobil ini kepadamu dengan harga

(30)

4. Rukun jual beli

Rukun jual beli ada tiga, yaitu:

1. Pelaku transaksi, yaitu penjual dan pembeli.

2. Objek transaksi, yaitu harga dan barang.

3. Akad ( transaksi ), yaitu segala tindakan yang dilakukan kedua belah

pihak yang menunjukkan mereka sedang melakukan transaksi, baik

tindakan itu berbentuk kata – kata maupun perbuatan.

5. Batalnya jual beli

Pada umumnya jual beli dapat batal jika tidak memenuhi seluruh

rukun – rukun dan syarat – syarat sahnya yang berlaku, yaitu 3 rukun

dan 7 syarat yang telah dijelaskan diatas sebelumnya.

6. Macam – macam jual beli

Dari berbagai tinjauan, bay‘ dapat dibagi menjadi berberapa

bentuk. Berikut ini bentuk-bentuk bay‘ :

1. Ditinjau dari sisi objek akad bay‘ yang menjadi :

a. Tukar-menukar uang dengan barang.

b. Tukar-menukar barang dengan barang.

c. Tukar-menukar uang dengan uang. 6

2. Ditinjau dari sisi waktu serah terima, bay‘ dibagi menjadi empat

bentuk :

_______________________

6 Wahbah Zuhayli, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu, Syed Ahmad Syed Hussain,(Malang: Gema

(31)

a. Barang dan uang serah terima dengan tunai, ini bentuk asal bay‘.

b. Uang dibayar dimuka dan barang menyusul pada waktu yang

disepakati, ini dinamakan salam.

c. Barang diterima dimuka dan uang menyusul, disebut dengan jual

beli tidak tunai. Misalnya jual beli kredit.

d. Barang dan uang tidak tunai, disebut bay‘ dayn bi dayn (Jual beli

utang dengan utang).

3. Ditinjau dari menetapkan harga, bay‘ dibagi menjdi :

a. Bay‘ musa>wamah, (jual beli dengan tawar - menawar) yaitu jual

beli dimana pihak penjual tidak menyebutkan harga pokok

barang, akan tetapi menetapkan tertentu dan membuka peluang

untuk ditawar.

b. Bay‘ ama>nah, yaitu jual beli dimana pihak penjual menyebutkan

harga jual barang tersebut. Bay‘ jenis ini terbagi lagi menjadi

tiga bagian:

a) Bay‘ murabahah, yaitu pihak penjual menyebutkan harga

pokok barang dan laba.

b) Bay‘ al-wad}hiyyah, yaitu pihak penjual menyebutkan harga

pokok barang atau menjual barang tersebut dibawah harga

(32)

c) Bay‘ tawliyah, yaitu penjual menyebutkan harga pokok dan

menjualnya dengan harga tersebut, misalnya penjual berkata

: “barang ibu saya beli dengan harga Rp.10.000,- dan saya

menjual sama dengan harga pokok.” 7

B. Jual Beli Produk Kemasan menurut Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen

1. Pengertian jual beli

Jual beli adalah suatu perjanjian timbal balik antara penjual dan

pembeli, dimana pihak penjual mengikatkan diri untuk menyerahkan suatu

benda, sedangkan pihak pembeli mengikatkan diri untuk membayar harga

benda sebagai yang sudah diperjanjikan.8

Barang yang menjadi obyek jual beli harus cukup tertentu, setidak –

tidaknya dapat ditentukan wujud dan jumlahnya pada saat ia akan

diserahkan hak miliknya kepada pembeli.

2. Dasar hukum jual beli

Dalam jual beli atau perdagangan, pembeli maupun konsumen

mempunyai hak – hak yang harus didapat agar dapat menerima kepuasan

yang penuh dalam memiliki barang yang diinginkan, sesuai dengan pasal 4

ayat b Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Kon-

________________________

7 Yusuf Subaily, Fiqh Perbankan Syariah: Pengantar Fiqh Muamalah dan Aplikasinya dalam

Ekonomi Modern, (Jakarta: Kencana, 2012), 108.

(33)

sumen, yang berbunyi “ hak untuk memilih barang dan / atau jasa serta

mendapatkan barang dan / atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan

kondisi serta jaminan yang dijanjikan ”. Pasal 4 ayat c Undang – undang

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, berbunyi “ hak

atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan / atau jasa ”. Serta pasal 4 ayat h Undang – undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang berbunyi “ hak untuk

mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan / atau penggantian, apabila barang

dan / atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

sebagaimana mestinya ”.

Seluruh hak – hak tersebut harus didapatkan oleh calon pembeli, oleh

karena itu bagi penjual harus memiliki “ usaha bisnis yang terorganisasi

dan melembaga ”9 agar dapat menjual / menghasilkan barang atau jasa yang

dapat dipertanggungjawabkan, baik secara pengadaan barang maupun

dalam pertransaksiannya.

Untuk mendapatkan hak – hak tersebut tentulah seorang calon pembeli

tidak boleh bertindak semena – mena. Dia juga harus memenuhi kewajiban

– kewajiban yang harus dipenuhi pula. Hal ini dilakukan agar dalam sebuah

transaksi bisnis tidak terjadi diskriminasi dan atau agar penjual tidak dapat

selalu tersudut jika sewaktu – waktu terjadi masalah didalam sebuah tran-

_____________________

(34)

saksi jual beli yang dilakukan. Ini diatur dalam pasal 5 terutama pasal 5

ayat c Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, berbunyi “ membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.

Sedangkan pelaku usaha atau yang biasa disebut penjual adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan atau berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun

bersama – sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan

usaha dalam berbagai bidang ekonomi.10

Agar dalam setiap transaksi terjadi keseimbangan maka pelaku

usaha ini juga berhak mendapatkan hak – hak dalam menjalankan

usahanya. Seperti tertera dalam pasal 6 ayat a Undang – undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang berbunyi “ hak untuk

menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi

dan nilai tukar barang dan / atau jasa yang diperdagangkan. ”

Dan seperti halnya yang terjadi pada konsumen atau pembeli,

apabila penjual atau pelaku usaha ingin mendapatkan hak – haknya, maka

dia juga harus memenuhi kewajiban – kewajiban yang tidak boleh

dihindari. Ketetapan inipun di atur dalam pasal 7 ayat b Undang – undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, berbunyi “

memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

________________________

10 Bab I, Ketentuan Umum, Pasal 1, ayat 3, Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

(35)

jaminan barang dan / atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,

perbaikan dan pemeliharaan.” Pasal 7 ayat d Undang – undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang berbunyi “ menjamin

mutu barang dan / atau jasa yang diproduksi dan / atau diperdagangkan

berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan / atau jasa yang berlaku. ”

Pasal 7 ayat e Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, berbunyi “ memberi kesempatan pada konsumen

untuk menguji, dan / atau mencoba barang dan / atau jasa tertentu serta

memberi jaminan dan / atau garansi atas barang yang dibuat dan / atau

yang diperdagangkan. ” Serta pasal 7 ayat g Undang – undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang berbunyi “ memberi

kompensasi, ganti rugi dan / atau penggantian apabila barang dan / atau

jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. ”

Kewajiban – kewajiban dan hak - hak diatas harus dilakukan dan

dipenuhi oleh pelaku usaha atau penjual maupun konsumen atau pembeli.

Untuk itulah Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen dibuat, agar dipatuhi oleh semua pihak dan jika

tidak dipatuhi maka akan mendapatkan sanksi.

Dalam sebuah transaksi bisnis haruslah dimulai dengan unsur

kepercayaan dan berharap masing – masing pihak baik penjual atau

pembeli meniadakan penipuan.11 Untuk itulah dalam Undang – undang

______________________

(36)

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen juga memuat

aturan – aturan yang dilarang pelaku usaha atau penjual, dan itu tertera

dalam pasal 8 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, dimana pelaku usaha dilarang memproduksi dan

/ atau memperdagangkan barang dan / atau jasa yang tercantum dalam

ayat 1 d, berbunyi “ tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan

atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau

keterangan barang dan / atau jasa tersebut. ”

Perlu diketahui bahwa istilah label dalam pasal tersebut dapat juga

dikatakan sebagai segel. Hal ini sesuai dengan pengartian istilah dalam

kamus umum bahasa Indonesia, dimana segel merupakan tera, cap, atau

meterai.12 Sedangkan tera, cap, atau materai merupakan tanda yang

menerangkan keaslian, baik itu keaslian sebuah produk atau surat – surat

penting.13 Pengertian labelpun merupakan tanda atau cap yang berisi

informasi - informasi penting yang menandakan sebuah jaminan kualitas

atau keaslian produk. Untuk itu pemasangan sebuah label atau segel

dalam sebuah produk dagang sangatlah penting agar penjual dan pembeli

merasa aman dalam melakukan sebuah transaksi jual beli. Penjual merasa

aman karena barang yang dijualnya terjamin kualitasnya tanpa ditakuti

_____________________

12 W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta: PN Balai Pustaka, 1976),

886.

(37)

bayangan – bayangan ada komplain dari pembeli, pembelipun merasa

puas karena barang yang diinginkannya sesuai dengan standart mutu

produk layak pakai.

Berikutnya perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha dalam

memperdagangkan barangnya, tercantum dalam pasal 8 ayat 1e Undang –

undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, berbunyi

“ tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan,

gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam

label atau keterangan barang dan / atau jasa tersebut. ” Pasal 8 ayat 1f

Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

berbunyi “ tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,

keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan / atau jasa tersebut.

” Pasal 8 ayat 1i Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, berbunyi “ tidak memasang label atau membuat

penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat / isi bersih

atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat

sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk

penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang / dibuat. ” Pasal 8

ayat 2 Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen, berbunyi “ pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang

yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi

(38)

Apabila penjual atau pelaku usaha melakukan pelanggaran pasal –

pasal yang telah diatur diatas, maka yang harus dilakukan adalah

mengikuti aturan pasal 8 ayat 4 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen, yang berbunyi “ pelaku usaha yang

melakukan pelanggaran pada ayat 1 dan ayat 2 dilarang

memperdagangkan barang dan / atau jasa tersebut serta wajib menariknya

dari peredaran. ” Apabila terdapat masalah atau sengketa terhadap

transaksi yang dilakukan, juga dapat diselesaikan dengan cara nonlitigasi

(nonformal) dan atau litigasi (formal).14

Didalam pasal 9 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen juga terdapat larangan bagi pelaku usaha,

diantaranya : pasal 9 ayat 1a, berbunyi “ pelaku usaha dilarang

menawarkan, memproduksi, mengiklankan suatu barang dan / atau jasa

secara tidak benar, dan / atau seolah – olah barang tersebut telah

memenuhi dan / atau memiliki potongan harga, harga khusus, standar

mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu, sejarah

atau guna tertentu. ” Pasal 9 ayat 1b, berbunyi “ pelaku usaha dilarang

menawarkan, memproduksi, mengiklankan suatu barang dan / atau jasa

secara tidak benar, dan / atau seolah – olah barang tersebut dalam keadaan

baik dan / atau baru. ”

________________________

14 Fitrotin Jamilah, Strategi Penyelesaian Sengketa Bisnis, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2014 ),

(39)

Pasal 9 ayat 1f, berbunyi “pelaku usaha dilarang menawarkan,

memproduksi, mengiklankan suatu barang dan / atau jasa secara tidak

benar, dan / atau seolah – olah barang tersebut tidak mengandung cacat

tersembunyi. ” Apabila pelaku usaha atau penjual terlanjur melakukan

pelanggaran yang telah disebutkan, maka yang perlu dilakukan adalah

mengikuti pasal 9 ayat 3 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, yang berbunyi “ pelaku usaha yang melakukan

pelanggaran terhadap ayat 1 dilarang melanjutkan penawaran, promosi,

dan pengiklankan barang dan / atau jasa tersebut. ”

Begitu banyak larangan – larangan yang perlu dipatuhi oleh pelaku

usaha atau penjual. Begitu banyak pula cara – cara atau strategi

menyelesaikan suatu sengketa atau masalah dalam bisnis, bisa dengan

cara negosiasi, mediasi, pengadilan, atau arbitrase.15

Cara negosiasi adalah cara penyelesaian perkara yang dilakukan

antara pihak – pihak yang bersengketa tanpa adanya pihak ketiga. Cara

mediasi adalah cara penyelesaian perkara yang dilakukan antara pihak –

pihak yang bersengketa dengan memerlukan adanya pihak ketiga. Cara

arbitrase adalah suatu tindakan hukum ketika ada pihak yang

menyerahkan sengketa atau selisih pendapat antara dua orang atau lebih

kepada seseorang atau ahli yang disepakati bersama dengan tujuan

memperoleh satu keputusan final dan mengikat.

_____________________

(40)

Sedangkan cara pengadilan adalah cara penyelesaian perkara yang

dilakukan antara pihak – pihak yang berperkara dengan mengajukan

perkara atau suatu sengketa kepada badan hukum supaya diadili secara

hukum yang berlaku.16

Larangan bagi pelaku usaha tidak berhenti hanya pada pasal 9

Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

tetapi dilanjutkan pada pasal 10 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen, diantaranya diutamakan diatur dalam

pasal 10 ayat c Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, berbunyi “ pelaku usaha dalam menawarkan

barang dan / atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang

menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau membuat pernyataan

yang tidak benar atau menyesatkan mengenai kondisi, tanggungan,

jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang dan / atau jasa.

Dalam pasal 11 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, pelaku usaha dalam hal penjualan yang

dilakukan melalui cara obral atau lelang, dilarang mengelabui /

menyesatkan konsumen dengan, (ayat a), berbunyi “ menyatakan barang

dan / atau jasa tersebut seolah – olah telah memenuhi standar mutu

tertentu ”, dan (ayat b), berbunyi “ menyatakan barang dan / atau jasa

______________________

(41)

tersebut seolah – olah tidak mengandung cacat tersembunyi. ”

Dalam sebuah transaksi jual beli juga tidak boleh terjadi unsur

pemaksaan, terutama dari pihak pelaku usaha atau penjual, ini diatur

dalam pasal 15 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, berbunyi “ pelaku usaha dalam menawarkan

barang dan / atau jasa yang dilarang melakukan dengan cara pemaksaan

atau cara lain yang dapat menimbulkan gangguan baik fisik maupun

psikis terhadap konsumen. ”

Penggunaan strategi penyelesaian sengketa yang telah dijelaskan

sebelumnya apabila benar – benar mendesak perlu dilakukan, dapat

memberikan manfaat, diantaranya : dapat memenuhi tuntutan masyarakat

terhadap mekanisme yang efisien dan mampu memenuhi rasa keadilan

serta dapat mengimbangi meningkatnya daya kritis masyarakat yang

disertai dengan tuntutan berperan secara aktif dalam proses pembangunan

( terutama pengambilan keputusan terhadap urusan – urusan publik ).17

Dan apabila penyelesaian – penyelesaian sengketa tersebut benar – benar

dilaksanakan, maka hasil umumnya pihak pelaku usahalah atau penjual

yang bertanggung jawab terhadap apa – apa yang berdampak merugikan

dipihak konsumen atau pembeli.

___________________

17 Runtung Sitepu, Keberhasilan dan Kegagalan Penyelesaian Sengketa Alternatif, (Yogyakarta:

(42)

Tanggung jawab pelaku usaha atau penjual ini diatur dalam pasal 19

ayat 1 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, berbunyi “ pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti

rugi atas kerusakan, pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat

mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.

” Pasal 19 ayat 2 Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, berbunyi “ ganti rugi sebagaimana dimaksud

pada ayat 1 dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan

/ atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan

/ atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang – undangan yang berlaku. ”

Akan tetapi tanggung jawab tersebut tidak perlu dilakukan oleh

palaku usaha apabila dalam transaksi yang melakukan kesalahan adalah

pihak konsumen atau pembeli, ini diatur dalam pasal 19 ayat 5 Undang –

undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, berbunyi

“ ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak berlaku

apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut

merupakan kesalahan konsumen. ”

Dalam sebuah transaksi bisnis sangat dituntut kejujuran masing –

masing pelaku transaksi. Apabila tidak mampu memenuhi tuntutan

(43)

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, berbunyi “ pelaku

usaha yang menolak dan atau tidak memberi tanggapan dan atau tidak

memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud

dalam pasal 19 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, dapat digugat melalui badan

penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di

tempat kedudukan konsumen. ”

Menyelesaikan sengketa melalui badan penyelesaian sengketa atau

badan peradilanpun juga tidak mudah, pasti ada beberapa hal yang perlu

dipertimbangkan karena mempunyai kelebihan – kelebihan dan

kelemahan – kelemahan, dalam hal ini bisa diambil contoh misalnya

BANI ( Badan Arbitrase Nasional Indonesia ).18

Pada umumnya, lembaga arbitrase mempunyai kelebihan

dibandingkan dengan lembaga peradilan umum, diantaranya:19

1. Sidang arbitrase adalah tertutup untuk umum sehingga kerahasiaan

sengketa para pihak terjamin.

2. Para pihak yang bersengketa dapat memilih arbiter yang menurut

keyakinannya mempunyai pengalaman, pengetahuan, jujur, dan adil.

Serta latar belakang yang cukup mengenai masalah yang

disengketakan.

3. Pilihan hukum untuk menyelesaikan sengketa serta proses dan tempat

penyelenggaraan arbitrase dapat ditentukan oleh para pihak.

___________________

(44)

4. Keterlambatan yang diakibatkan oleh hal prosedural dan administratif

dapat dihindari.

5. Sikap arbiter atau majelis arbiter dalam menangani perkara arbitrase

didasarkan pada sikap yang mengusahakan win – win solution ( saling

untung bagi pihak berperkara ) terhadap para pihak yang bersengketa.

6. Putusan arbitrase mengikat para pihak dan dengan melalui tata cara /

prosedur sederhana ataupun langsung dapat dilaksanakan.

7. Suatu perjanjian arbitrase tidak menjadi batal karena berakhir atau

batalnya perjanjian pokok.

8. Didalam proses arbitrase, arbiter atau majelis arbitrase harus

mengutamakan perdamaian diantara pihak yang bersengketa.

Selain kelebihan – kelebihan tersebut di atas, terdapat juga

kelemahan – kelemahan dari arbitrase, yaitu:

1. Putusan arbitrase ditentukan oleh kemampuan teknis arbiter untuk

memberikan keputusan yang memuaskan dan sesuai dengan rasa

keadilan para pihak.

2. Apabila pihak yang kalah tidak mau melaksanakan putusan arbitrase,

maka diperlukan perintah dari pengadilan untuk melakukan eksekusi

atas putusan arbitrase tersebut.

3. Pada praktiknya pengakuan dan pelaksanaan keputusan arbitrase asing

(45)

4. Pada umumnya pihak – pihak yang bersengketa di arbitrase adalah

perusahaan – perusahaan besar. Oleh karena itu, untuk

mempertemukan kehendak para pihak yang bersengketa dan

membawanya ke badan arbitrase tidaklah mudah.

Meskipun keputusan majelis arbitrase bersifat final dan mengikat

kedua belah pihak, namun dalam hal – hal tertentu dapat dimintakan

pembatalan, yaitu sebagai berikut:20

1. Majelis tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

2. Majelis nyata – nyata melebihi wewenangnya.

3. Adanya korupsi pada salah satu anggota majelis.

4. Adanya penyimpangan yang serius terhadap rule and procedure yang

bersifat fundamental.

5. Keputusan tersebut gagal memberi alasan yang layak untuk mana

keputusan tersebut didasarkan.

Sementara itu, dalam sebuah transaksi bisnis misalnya jual beli,

penjual bukanlah pihak yang satu – satunya harus bertanggung jawab

terhadap barang yang diperdagangkan. Dengan kata lain yang bisa

dimintai tanggung jawab bisa dari pihak agen atau distributor barang

dagangan. Ini dibuktikan dengan adanya aturan pasal 24 ayat 1a Undang –

undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, berbunyi

“ pelaku usaha yang menjual barang dan atau jasa kepada pelaku usaha

_________________

(46)

lain bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan atau gugatan

konsumen apabila pelaku usaha lain menjual kepada konsumen tanpa

melakukan perubahan apapun atas barang dan / atau jasa tersebut. ” Dan

pasal 24 ayat 1b Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, berbunyi “ pelaku usaha yang menjual barang

dan atau jasa kepada pelaku usaha lain bertanggung jawab atas tuntutan

ganti rugi dan atau gugatan konsumen apabila pelaku usaha lain, didalam

transaksi jual beli tidak mengetahui adanya perubahan barang dan / atau

jasa yang dilakukan oleh pelaku usaha atau tidak sesuai dengan contoh,

mutu, dan komposisi. ”

Pelaku usaha yang berperan sebagai agen atau distributor juga dapat

terbebas dari tanggung jawab, ini diatur dalam pasal 24 ayat 2 Undang –

undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, berbunyi

“ pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dibebaskan dari

tanggung jawab atas tuntutan ganti rugi dan / atau gugatan konsumen

apabila pelaku usaha lain yang membeli barang dan / atau jasa menjual

kembali kepada konsumen dengan melakukan perubahan atas barang dan /

(47)

BAB III

DESKRIPSI PELAKSANAAN JUAL BELI MP3 BERSEGEL DI TOKO HIKMAH CELL DARMO SATELIT SURABAYA

A. Gambaran tentang Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya

1. Sejarah berdirinya Toko Hikmah Cell

Berawal dari perkembangan teknologi alat pemutar musik, dari

yang paling sederhana seperti MP3, kemudian berkembang menjadi

MP4, kemudian berkembang lagi menjadi MP5. Semua itu

perkembangannya telah dirasakan oleh masyarakat, tidak hanya

masyarakat kota tetapi juga masyarakat desa. Dengan perkembangan

MP3 tersebut, dimana harganya juga relatif terjangkau bentuknyapun

juga relatif minimalis, masyarakat tidak perlu repot lagi jika ingin

mendengarkan musik. Baik kalangan muda maupun tua sangat banyak

yang suka mendengarkan musik.

Melihat fenomena ini, maka sekitar tahun 2010, Mas Dendi berniat

ingin menyewa sebuah ruko di pinggir jalan Darmo Satelit Surabaya.

Ruko tersebut ingin dia membuat usaha menjual beberapa MP3 dan

ditambah beberapa peralatan telepon selluler seperti batteray, headset,

pulsa atau voucher isi ulang, dan lain – lain.

Ruko tersebut dia beri nama Hikmah Cell. Dua tahun kemudian,

(48)

Menyadari hal itu maka Mas Dendi tidak mau berpikir panjang lagi

untuk memperpanjang masa kontrakan rukonya. Tidak sampai disitu, dia

juga menambah beberapa koleksi dagangannya agar lebih lengkap.1

2. Lokasi toko

Toko Hikmah Cell terletak di jalan Darmo Satelit nomor 7

Surabaya. Dengan batas – batas sebagai berikut :

Sebelah utara : Depot air isi ulang

Sebelah selatan : Ruko makanan

Sebelah barat : Jalan Darmo Indah Satelit Surabaya

Sebelah timur : Pemukiman penduduk Darmo Satelit Surabaya

3. Permodalan

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan pemilik toko

Hikmah cell, maka dapat diambil kesimpulan bahwa permodalan toko

berasal dari modal pinjaman orang tua. Dimana usaha ini dikelola

sendiri.

4. Struktur organisasi

Karena toko tersebut hanya dikelola oleh satu orang yaitu mas

Dendi sendiri, maka seluruh tugas atau wewenang atau peran, dia sendiri

yang mengisinya. Seluruh peran yang dia jalankan sebagai pengusaha

tunggal diantaranya sebagai :

_________________

(49)

a. Pemilik : Bertindak mengawasi atau menjalankan semua kegiatan

jual beli di Toko Hikmah Cell

b. Bagian Pembelian : Mengurusi barang – barang yang masuk dalam

toko, biasanya barang – barang tersebut berasal

dari sales.

c. Bagian Penjualan : Mengurusi barang – barang yang dijual dalam toko

dan juga melayani pembeli.

d. Kasir : Bertanggung jawab membuatkan nota penjualan dan menerima

pembayaran dari pembeli.2

5. Jenis Pelayanan di Toko Hikmah cell

a. Jual beli MP3

Jual beli MP3 di Toko Hikmah Cell yaitu MP3 berkemasan segel

atau baru. Dalam hal ini pihak penjual jarang mengambil barang dalam

jumlah banyak karena keterbatasan modal dan ketakutan jika banyak

yang tidak laku.

MP3 yang diambilpun dari pihak sales semuanya adalah barang

baru atau tidak ada yang bekas, dan penjual selalu memastikan bahwa

MP3 yang dibeli dari pihak sales adalah MP3 yang bersegel dan

merupakan barang asli. Hal ini dilakukan agar dapat menyakinkan baik

dari pihak penjual atau pembeli terhadap kualitas sebuah produk.

Karena MP3 baru tidak semuanya bersegel, maka penjual hanya

___________________

(50)

menjual MP3 yang bermerk HXYT. Karena penjual merasa merk

tersebut sedikit bisa diandalkan kualitasnya daripada merk lain.

Hasil penjualan MP3 HXYT bersegel di toko Hikmah cell 5 bulan

terakhir tahun 2015:

Tabel 1.1:

No. Bulan Jumlah Pembeli

1 Januari 2

2 Februari 3

3 Maret 5

4 April 1

5 Mei 2

Dari total 13 barang yang terjual atau 13 pembeli ada 2 orang atau

pembeli yang komplain. Pembeli pertama yang komplain itu tentang

kerusakan pada suara MP3, suara itu tidak terdengar dengan jelas

meski telah dicoba dengan berganti – ganti airphone / headset.

Sedangkan pembeli kedua yang komplain itu tentang kerusakan pada

tombol MP3, tombol itu tidak berfungsi dengan baik, meski ditekan

berkali – kali terkadang berfungsi terkadang tidak berfungsi.

b. Pengisian pulsa

Pada Toko Hikmah Cell juga memberikan pelayanan bagi

konsumen pengguna ponsel berupa pengisian pulsa dengan 2 cara,

(51)

1. Pulsa gesek / fisik

Yaitu pengisian pulsa dengan cara menggosok hologram pada kartu

pengisian lalu masukkan nomor seri yang ada dibalik hologram

kartu pada ponsel sesuai dengan petunjuk yang ada pada kartu

pengisian. Dan pastikan nomor yang anda masukkan dengan benar,

jika berhasil maka pulsa ponsel anda akan terisi sesuai dengan

nominal yang anda beli. Adapun pengisian pulsa gesek / fisik yang

ditawarkan oleh Toko Hikmah Cell adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2: Data diambil tanggal 11 Juni 2015

2. Pulsa elektrik

Yaitu pengisian pulsa dengan cara menulis nomor ponsel

pembeli pada buku yang disediakan oleh pihak toko, lalu pihak

(52)

diinginkan, pihak toko akan mengirim nomor ponsel pada

pelanggan pulsa dari Toko Hikmah Cell. Setelah terisi pulsanya,

pembeli keluar tanpa atau dengan diberi nota pembelian pulsa oleh

pihak toko. Adapun pengisian pulsa elektrik yang ditawarkan oleh

Toko Hikmah Cell sebagai berikut :

Tabel 1.3: Data diambil tanggal 11 Juni 2015

c. Barang – barang yang dijual

Untuk memenuhi kebutuhan pengguna ponsel maka Toko Hikmah

Cell menjual beberapa macam komponen atau aksesori.

Adapun barang – barang yang dijual antara lain :3

__________________

(53)

1. Headset / airphone merk Oppo, Nokia, Blackberry

2. Baterai

a. Nokia : BLC-2, BLC-3, BLC-5

b. Samsung : ZTE

3. Memori eksternal, seperti micro SD :

a. Merk V-GEN

b. Merk Evercooss

4. Charger

Charger merupakan sebagai alat perantara untuk mengisi

baterai ponsel dengan menggunakan arus listrik, merk yang

ditawarkan antara lain : Nokia, Samsung, Blackberry, LF.

5. Aksesoris lainnya

a. Tas pinggang ponsel

b. Baju karet ponsel

c. Kabel data

6. Kartu perdana

Adapun kartu perdana, kartu perdana adalah kartu yang

pertama kali digunakan sebelum diadakan pengisian ulang.

Tabel 1.4:

No. Jenis Pulsa Pulsa Harga

1 Simpati / AS Rp. 5.000 Rp. 7.000

2 IM3 Rp. 3.000

Rp. 10.000

(54)

3 3 Rp. 3.000 Rp. 7.000

Data diambil tanggal 15 Juni 2015

6. Segmen pasar

Segmen pasar merupakan kegiatan membagi – bagi pasar dalam hal

ini adalah pengunjung yang datang ke Toko Hikmah Cell Darmo Satelit,

namun tidak semua pengunjung yang akan penulis golongkan, disini

penulis akan menggolongkan hanya pada pembeli MP3 bersegel saja.

Karena lokasi Toko Hikmah Cell dekat dengan jalan raya, dan daerah

pemukiman penduduk, maka dari hasil wawancara penulis dengan bagian

penjualan adalah sebagai berikut:

a. Pelajar : 80%

b. Pekerja : 20%

B. Praktik Penjualan dan Pembelian MP3 Berkemasan Segel di Toko Hikmah Cell Darmo Satelit Surabaya

1. Tata cara akad

Para ulama fikih sepakat menyatakan bahwa unsur utama dari jual

(55)

kan.4 Seperti halnya pada jual beli MP3 bersegel diperlukan adanya ijab

kabul antara penjual dan pembeli.

Adapun tata cara akad dalam jual beli MP3 bersegel di Toko

Hikmah Cell adalah sebagai berikut 5:

a. Cara melakukan ijab kabul

Ijab kabulperlu diungkapkan secara jelas dalam transaksi yang

mengikat kedua belah pihak seperti halnya pada jual beli MP3

bersegel, walaupun ada kalanya ijab kabul hanya berupa isyarat

yang menunjukkan kerelaan kedua belah pihak. Dalam melakukan

ijab kabul pada transaksi jual beli MP3 bersegel tersebut dilakukan

dengan jelas, secara lisan setelah pembeli memilih MP3 bersegel

yang kriterianya telah disebutkan penjual, dan harganyapun telah

disetujui pembeli, maka disini telah terjadi ijab kabul antara penjual

dan pembeli.

Apabila MP3 yang dipilih pembeli sudah diserah terimakan

oleh penjual maka telah terjadi perpindahan kepemilikan barang dari

penjual kepada pembeli dengan kewajiban pembeli membayar

kepada penjual sesuai dengan akad yang telah disepakati kedua

belah pihak. Kemudian penjual menyerahkan nota atau kwitansi

sebagai bukti pembayaran atas pembelian MP3.

_____________________

Gambar

Tabel 1.2:
Tabel 1.3:

Referensi

Dokumen terkait

Disebut dengan penyakit akar merah karena jika tanah di daerah perakaran tanaman yang sakit dibongkar akan terlihat miselia jamur berwarna merah muda sampai merah tua

“Proses perencanaan, implementasi dan pengendalian aliran barang masuk (inbound flow) secara efektif dan efisien serta penyimpanan barang bekas (secondary goods) dan

Berdasarkan Peraturan Mentri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata terbagi menjadi 4 komponen yaitu aspek

Peningkatan dosis perlakuan limbah cair biogas dan pupuk N, P, K menunjukkan pertumbuhan tinggi bibit yang kurang optimal, hal ini dikarenakan dosis yang diberikan

Perbedaan penelitiannya dari peneliti adalah variabel terikatnya yaitu penelitiannya dengan variabel kenakalan remaja broken home sedangkan peneliti variabel terikatnya

Menjatuhkan pidana denda kepada pelanggar yang bersangkutan dengan pidana denda sebagaimana terlampir dalam putusan ini, dengan ketentuan apabila denda tersebut

Fokus penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh Penghindaran Pajak (tax avoidance) terhadap Biaya Utang (Cost of Debt), dengan mengikutsertakan variabel

Di SMPN 7 Kotabumi merupakan salah satu sekolah yang diunggulkan, namun nilai luhur (karakter) belum tertanam dengan baik pada diri dan prilaku peserta didik