• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MENGANALISIS KARYA SASTRA PUISI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKALAH MENGANALISIS KARYA SASTRA PUISI INDONESIA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH MENGANALISIS KARYA

SASTRA PUISI INDONESIA

MAKALAH MENGANALISIS KARYA SASTRA

PUISI INDONESIA

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. atas segala karunia yang tiada henti-hentinya pada hamba-Mu ini. Terima kasih untuk kedua orang tua yang memberikan dorongan dan bantuan baik secara moral maupun spiritual, saya berhasil menyelesaikan makalah dengan judul “Menganalisis Jenis Karya Sastra Puisi Indonesia” yang berisi pemahaman materi bagi teman-teman sebagai saran belajar agar siswa lebih aktif dan kreatif. Dalam penyusunan makalah ini, saya banyak sekali mengalami bayak kesulitan karena kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan meskipun banyak kekurangan.

Saya menyadari sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya belum seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan makalah ini.

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...1 DAFTAR ISI...2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah………3

1.2 Tujuan Penulisan………3- 4

1.3 Fokus Penelitian……….4

1.4 Sistematika Penulisan……….4

BAB II MENGANALISIS JENIS KARYA SASTRA PUISI INDONESIA 2.1 Pengertian Puisi...5- 6 2.2 Unsur-unsur Puisi...6- 7 2.3 Jenis-jenis Puisi...19

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan...20 3.1 Saran...20

(3)

BAB I

MAKALAH MENGANALISIS KARYA SASTRA PUISI

INDONESIA

1.1 Latar Belakang Masalah

Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποι (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis dimana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti

semantiknya.

Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.

Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru

Di Indonesia, puisi telah mulai ditulis oleh Hamzah Fansuri dalam bentuk syair Melau dan ditulis dengan huruf Arab di akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17 (Ismail, 2001:5).

Ahli-ahli sastra banyak yang membedakan dan membagi perpuisian Indonesia menjadi puisi lama dan puisi baru. Namun, apa yang disebut puisi lama itu masih tetap diapresiasi dan diproduksi sampai saat ini. Disamping itu, puisi baru juga tidak bisa melepaskan puisi lama karena ia bisa jadi ilham yang penuh keindahan untuk dikerjakan.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan-tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengertian dari puisi

2. Untuk mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra puisi 3. Untuk mengetahui jenis-jenis puisi di Indonesia

1.3 Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam makalah ini adalah : 1. Apakah yang dimaksud dengan puisi?

2. Unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam karya sastra puisi? 3. Apa sajakah jenis-jenis puisi di Indonesia?

1.4 Sistematika Penulisan

Makalah ini saya susun dalam tiga bab, yang tiap-tiap babnya terdiri atas :

BAB I PENDAHULUAN

 Latar Belakang Masalah

(4)

 Fokus Penelitian

 Sistematika Penulisan

BAB II

MENGANALISIS JENIS KARYA SASTRA PUISI

INDONESIA

2.1 Pengertian Puisi

Secara etimologis, kata puisi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kataPoesis yang artinya penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan poet dan poem. Mengenai kata poet, Coluter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunan yang berarti membuat atau mencipta.

Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepad dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglohatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.

Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993: 7) menyimpulkan bahwa pengertian puisi di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindra, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.

Menurut Kamus istilah Sastra (Sudjimanm 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.

Watt-Dunton (Situmorang, 1980: 9), Mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi yang konkret dan bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.

(5)

Samuel TaylorColeridge mengemukakan bahwa puisi adalah kata-kata yang teridah dalam susunan terindah.

Ralph Waido Emerson (Situmorang, 1980:8), menyatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.

Putu Arya Tirtawirja (1980: 9), menyatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit dan samar, dengan makna yang samar dimana kata-katanya condong pada kata konotatif.

Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran secara imajinasi dan disusun dengan mengkosentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengosentrasian struktur fisik dan struktur batinya.

Ada juga yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya, digubah dalam wujud dan bahasa yang paling berkesan.

2.2 Unsur-Unsur yang Terdapat dalam Puisi

Unsur-unsur puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi

Struktur Fisik Puisi

Struktur fisik puisi terdiri dari:

1. Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

2. Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya, karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

3. Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.

4. Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain-lain, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain.

5. Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas.

Adapun macam-macam majas antara lain

(6)

, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.

6. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:

1. Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.),

2. Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya

3. Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

Struktur Batin Puisi

Struktur batin puisi terdiri dari :

Tema (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.

 Amanat (itention); yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. 2.3 Jenis-Jenis Puisi

Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.

Puisi Lama

Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.

(7)

1. Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya. 2. Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.

3. Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.

Jenis-jenis puisi lama :

Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Contoh:

Assalammu’alaikum putri satulung besar Yang beralun berilir simayang

Mari kecil, kemari

Aku menyanggul rambutmu Aku membawa sadap gading Akan membasuh mukamu

Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi,

agama/nasihat, teka-teki, jenaka. Contoh:

Kalau ada jarum patah

Jangan dimasukkan ke dalam peti Kalau ada kataku yang salah Jangan dimasukkan ke dalam hati

Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek. Contoh:

Dahulu parang sekarang besi (a) Dahulu sayang sekarang benci (a) adalah pantun berkait.

Lurus jalan ke Payakumbuh, Kayu jati bertimbal jalan Di mana hati tak kan rusuh, Ibu mati bapak berjalan

Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.

Kurang pikir kurang siasat (a) Tentu dirimu akan tersesat (a)

Barangsiapa tinggalkan sembahyang (b) Bagai rumah tiada bertiang (b)

(8)

Istri pun kelak menjadi kurus (c)

Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.

Contoh:

Pada zaman dahulu kala (a) Tersebutlah sebuah cerita (a)

Sebuah negeri yang aman sentosa (a) Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)

Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.

Kalau anak pergi ke pekan

Yu beli belanak pun beli sampiran Ikan panjang beli dahulu

Kalau anak pergi berjalan Ibu cari sanak pun cari isi Induk semang cari dahulu

Puisi Baru

Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.

Ciri-ciri Puisi Baru:  Bentuknya rapi, simetris;

 Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);

 Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;  Sebagian besar puisi empat seuntai;

 Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)

 Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.

Jenis-jenis Puisi Baru Menurut isinya, puisi dibedakan atas :

Balada adalah puisi berisi kisah atau cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 bait, masing-masing dengan 8 larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.

(9)

Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.

Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang

pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.

Contoh:

Bahkan batu-batu yang keras dan bisu

Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri

Menggeliat derita pada lekuk dan liku bawah sayatan khianat dan dusta.

Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu menitikkan darah dari tangan dan kaki dari mahkota duri dan membulan paku Yang dikarati oleh dosa manusia. Tanpa luka-luka yang lebar terbuka dunia kehilangan sumber kasih Besarlah mereka yang dalam nestapa mengenal-Mu tersalib di datam hati.

(Saini S.K)

Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi

(metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.

Contoh:

Generasi Sekarang

Di atas puncak gunung fantasi Berdiri aku, dan dari sana

Mandang ke bawah, ke tempat berjuang Generasi sekarang di panjang masa Menciptakan kemegahan baru Pantun keindahan Indonesia Yang jadi kenang-kenangan Pada zaman dalam dunia (Asmara Hadi)

Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.

Contoh:

(10)

Sikap lamban berarti mati

Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas. (Iqbal)

Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa

Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra.

Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.

Contoh:

Senja di Pelabuhan Kecil

Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang

menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan

menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap (Chairil Anwar)

Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim, dan lain-lain.

Contoh: Aku bertanya

tetapi pertanyaan-pertanyaanku

membentur jidat penyair-penyair salon, yang bersajak tentang anggur dan rembulan, sementara ketidakadilan terjadi

di sampingnya,

dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan, termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.

(11)

Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:

Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).

Berkali kita gagal Ulangi lagi dan cari akal Berkali-kali kita jatuh

Kembali berdiri jangan mengeluh (Or. Mandank)

Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).

Dalam ribaan bahagia datang Tersenyum bagai kencana Mengharum bagai cendana

Dalam bah’gia cinta tiba melayang Bersinar bagai matahari

Mewarna bagaikan sari (Sanusi Pane)

Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai). Contoh :

Mendatang-datang jua Kenangan masa lampau Menghilang muncul jua Yang dulu sinau silau Membayang rupa jua Adi kanda lama lalu Membuat hati jua Layu lipu rindu-sendu (A.M. Daeng Myala)

, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai). Contoh :

Hanya Kepada Tuan Satu-satu perasaan

Hanya dapat saya katakan Kepada tuan

(12)

Hanya dapat saya kisahkan Kepada tuan

Yang pernah diresah gelisahkan Satu-satu kenyataan

Yang bisa dirasakan

Hanya dapat saya nyatakan Kepada tuan

Yang enggan menerima kenyataan (Or. Mandank)

 Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai). Contoh:

Indonesia Tumpah Darahku

Duduk di pantai tanah yang permai Tempat gelombang pecah berderai Berbuih putih di pasir terderai Tampaklah pulau di lautan hijau Gunung gemunung bagus rupanya Ditimpah air mulia tampaknya Tumpah darahku Indonesia namanya (Mohammad Yamin)

, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris.

Awan

Awan datang melayang perlahan Serasa bermimpi, serasa berangan Bertambah lama, lupa di diri Bertambah halus akhirnya seri Dan bentuk menjadi hilang Dalam langit biru gemilang Demikian jiwaku lenyap sekarang Dalam kehidupan teguh tenang (Sanusi Pane)

 Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari

(13)

lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).

Contoh:

Gembala

Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a ) Melihat anak berelagu dendang ( b ) Seorang saja di tengah padang ( b ) Tiada berbaju buka kepala ( a ) Beginilah nasib anak gembala ( a ) Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b ) Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b ) Pulang ke rumah di senja kala ( a )

Jauh sedikit sesayup sampai ( a ) Terdengar olehku bunyi serunai ( a ) Melagukan alam nan molek permai ( a ) Wahai gembala di segara hijau ( c )

Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c ) Maulah aku menurutkan dikau ( c )

(Muhammad Yamin)

Puisi Kontemporer

Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi iti sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.

Tokoh-tokoh puisi kontemporer di Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut:

 Sutardji Calzoum Bachri dengan tiga kumpulan puisinya O, Amuk, dan O Amuk Kapak

 Ibrahim Sattah dengan kumpulan puisinya Hai Ti  Hamid Jabbar dengan kumpulan puisinya Wajah Kita Puisi kontemporer dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :

Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah:

1. Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu.

(14)

3. Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.

Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main.

Ciri-ciri puisi mbeling adalah:

1. Mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).

Contoh:

Sajak Sikat Gigi

Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur Di dalam tidur ia bermimpi

Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka Ketika ia bangun pagi hari

Sikat giginya tinggal sepotong Sepotong yang hilang itu agaknya

Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali

Dan ia berpendapat bahwa, kejadian itu terlalu berlebih-lebihan (Yudhistira Ardi Nugraha dalam Sajak Sikat Gigi, 1974)

2. Menyampaikan kritik sosial terutama terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan.

3. Menyampaikan ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismailmenyebut puisi mbeling dengan puisi yang mengkritik puisi.

Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya

menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.

Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:

Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau

pengulangan-pengulangannya.

Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Waluyo (2002: 680) berpendapat bahwa karya sastra hadir sebagai wujud nyata imajinasi kreatif dari seorang sastrawan dengan proses yang berbeda antara pengarang yang satu

Kritik sosial yang terdapat dalam puisi esai “Manusia Gerobak” karya Elza Peldi Taher dapat diimplikasikan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada Kurikulum

Sehubungan dengan hal tersebut, karya sastra berupa antologi puisi yang diterbitkan ini bertajuk Genetik Budaya, yang terdiri atas 21 puisi (puisi pemenang dan

Itu bisa disebutkan sebagai komunikasi sastra karena puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya sesuai

Kata konkret termasuk unsur struktur fisik puisi jiuga. Salah satu cara penyair membengkitkan daya imajinasi para pembaca karya sastra, khususnya puisi, adalah dengan

karya sastra mempunyai ciri khas tersendiri terutama ciri dari karya sastra yang berbentuk puisi. Khas dari puisi jika dibandingkan dengan sastra lain puisi merupakan karya

Bahasa sastra bersifat konotatif karena banyak digunakan makna kias dan makna lambang (majas), dibandingkan dengan bentuk karya sastra yang lain, puisi lebih bersifat

Puisi merupakan salah satu karya sastra. Sebagai bagian dari karya sastra, puisi berisi ungkapan pikiran dan perasaan penulis dengan bahasa yang terikat oleh irama,