• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba: studi multikasus di pondok pesantren Inabah XIX Surabaya dan yayasan Darud Dawam Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba: studi multikasus di pondok pesantren Inabah XIX Surabaya dan yayasan Darud Dawam Surabaya."

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PEMBINAAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN DALAM

PROSES REHABILITASI BAGI PECANDU NARKOBA

(Studi Multikasus di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh

FATIHUL KHOIR

NIM. F1.23.15.207

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Fatihul Khoir, 2017. Pola Pembinaan Pendidikan Keagamaan Dalam Proses Rehabilitasi Bagi Pecandu Narkoba (Studi Multikasus di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya), Program Studi Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Pola, Pembinaan Pendidikan Keagamaan, Pecandu Narkoba. Pembimbing: Dr. Muhammad Salik, M.Pd

Di era globalisasi ini, banyak orang yang terjerumus untuk menggunakan narkotika. Salah satu penyebabnya yaitu lemahnya ilmu keagamaan. Sehingga ketika sudah mengenal narkotika, maka ia akan kecanduan. Salah satu cara penyembuhannya yaitu melalui rehabilitasi dan pembinaan keagamaan.

Maka ada tiga permasalahan dalam penelitian ini, pertama, bagaimana pola pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX dan Yayasan Darud Dawam Surabaya. kedua,

Bagaimana hasil yang dicapai dalam pembinaan pendidikan keagamaan. ketiga,

Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat proses pembinaan pendidikan keagamaan.

Adapun yang menjadi fokus lokasi penelitian dalam tesis ini adalah Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Dengan metode pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dokumentasi serta analisis deskriptif.

Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa: pertama, bahwa pola pembinaan pendidikan keagamaan bagi pecandu narkoba di Pondok Pesantren Inabah

XIX yaitu terapi mandi taubat, terapi shalat berjama’ah, dan yang menjadi pokok dari

pembinaan keagamaan yaitu terapi dzikir. Sedangkan di Yayasan Darud Dawam Surabaya yaitu pembinaan shalat berjama’ah, belajar membaca Al-Qur’an, dan mengkaji kitab kuning. Kedua, hasil dari pembinaan pendidikan keagamaan di dua lokasi tersebut yaitu perubahan perilaku dan perkembangannya dalam menjalankan ibadah. Ada yang sudah menjalankan shalat lima waktu berjama’ah, membaca

Al-Qur’an dan dzikir setelah shalat, namun ada pula yang belum melaksanakan hal-hal

(7)

x

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi dan Batasan Masalah ... 8

C.Rumusan Masalah ... 9

D.Tujuan Penelitian ... 9

E. Kegunaan Penelitian ... 10

F. Kerangka Teoretik ... 11

G.Penelitian Terdahulu ... 19

H.Metode Penelitian ... 24

(8)

xi BAB II : KERANGKA TEORETIK

A.Narkoba ... 32

1. Pengertian Narkoba ... 32

2. Jenis-jenis Narkoba ... 33

3. Bahaya Narkoba ... 35

4. Ciri-ciri Pecandu Narkoba... 36

5. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba ... 37

6. Konsep Islam Tentang Narkoba ... 38

B.Rehabilitasi Pecandu Narkoba ... 40

1. Pengertian Rehabilitasi... 40

2. Landasan Rehabilitasi ... 42

3. Metode Rehabilitasi ... 42

4. Tahapan Rehabilitasi ... 44

5. Materi Rehabilitasi ... 47

C. Pembinaan Pendidikan Keagamaan bagi Pecandu Narkoba ... 48

1. Pengertian Pembinaan Pendidikan Keagamaan bagi Pecandu Narkoba ... 48

2. Dasar Pembinaan Pendidikan Keagamaan bagi Pecandu Narkoba ... 52

(9)

xii

Narkoba ... 57

4. Fungsi Pembinaan Pendidikan Keagamaan bagi Pecandu Narkoba ... 60

5. Metode Pembinaan Pendidikan Keagamaan bagi Pecandu Narkoba ... 64

6. Pola Pembinaan Pendidikan Keagamaan bagi Pecandu Narkoba ... 70

BAB III : PROFIL PONDOK PESANTREN INABAH XIX SURABAYA DAN YAYASAN DARUD DAWAM SURABAYA A.Profil Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya ... 74

1. Letak Geografis ... 74

2. Sejarah Berdirinya ... 75

3. Struktur Organisasi ... 77

4. Sarana Prasarana ... 78

5. Tata Tertib ... 79

6. Aktifitas yang Dilakukan ... 80

7. Latar Belakang Pecandu Narkoba ... 83

B.Profil Yayasan Darud Dawam Surabaya ... 85

1. Letak Geografis ... 85

2. Sejarah Berdirinya ... 86

(10)

xiii

4. Sarana Prasarana ... 87

5. Tata Tertib ... 89

6. Aktivitas yang Dilakukan ... 90

7. Latar Belakang Pecandu Narkoba ... 92

BAB IV : PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA A.Paparan Data ... 94

1. Pola Pembinaan Pendidikan Keagamaan dalam Proses Rehabilitasi Bagi Pecandu Narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX dan Yayasan Darud Dawam Surabaya ... 94

2. Hasil Pembinaan Pendidikan Keagamaan dalam Proses Rehabilitasi Bagi Pecandu Narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX dan Yayasan Darud Dawam Surabaya ... 106

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembinaan Pendidikan Keagamaan Bagi Pecandu Narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX dan Yayasan Darud Dawam Surabaya ... 108

B.Analisis Data ... 112

1. Pola Pembinaan Pendidikan Keagamaan dalam Proses Rehabilitasi Bagi Pecandu Narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX dan Yayasan Darud Dawam Surabaya ... 112

a. Terapi Mandi Taubat ... 112

(11)

xiv

c. Terapi Dzikir... 118 d. Belajar Membaca Al-Qur’an ... 121

e. Mengkaji Kitab Kuning ... 125

2. Hasil Pembinaan Pendidikan Keagamaan dalam Proses

Rehabilitasi Bagi Pecandu Narkoba di Pondok Pesantren

Inabah XIX dan Yayasan Darud Dawam Surabaya ... 127

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembinaan

Pendidikan Keagamaan Bagi Pecandu Narkoba di Pondok

Pesantren Inabah XIX dan Yayasan Darud Dawam Surabaya ... 128

BAB V : PENUTUP

A.Simpulan ... 133

B. Saran ... 135

DAFTAR PUSTAKA

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah mahluk yang diciptakan Allah dalam bentuk paling

sempurna. Namun sudah menjadi sunnatullah bahwa dibalik

kesempurnaannya sebagai makhluk Allah, manusia mempunyai

kekurangan dan keterbatasan, sehingga tidak jarang manusia terjerumus ke

dalam lembah hitam. Seperti pelacuran, penggunaan narkoba dan zat

adiktif lainnya.

Problematika individu dengan dirinya sendiri, ialah kegagalan

bersikap disiplin dan bersahabat dengan hati nuraninya sendiri, yakni hati

nurani yang selalu mengajak, membimbing dan menyeru kepada kebaikan

serta kebenaran kepada Tuhannya, sehingga muncul sikap was-was, ragu,

prasangka buruk, lemah motivasi dan tidak mampu bersikap mandiri

dalam melakukan segala hal.1

Dalam konteks kecenderungan perilaku baik dan buruk seseorang,

setidaknya ada dua faktor yang mempengaruhinya, yakni: pertama, faktor internal yang mengarahkan akal dan mengendalikan hawa nafsunya dan

kedua, faktor external yaitu berupa kondisi lingkungan sosial masyarakat, keluarga dan pergaulan sehari-hari. Kedua faktor tersebut saling

mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

Terjadinya aksi tindak kekerasan (violence) dan kenakalan remaja

1

(13)

2

akhir-akhir ini merupakan fenomena yang seringkali kita saksikan. Bahkan

hampir selalu menghiasi informasi media massa. Sebagai contoh adalah

terjadinya tawuran antar pelajar, pemerkosaan, pembunuhan, perdagangan

anak dibawah umur, peredaran narkoba, hamil di luar nikah dan masih

banyak lagi yang lainnya. Itulah beberapa fenomena krisis akhlak yang

kini tengah melanda bangsa kita.

Krisis multidimensi yang menimpa bangsa ini, salah satunya

karena adanya krisis moral atau akhlak. Krisis moral atau akhlak terjadi

karena sebagian orang tidak lagi mau mengindahkan tuntunan agama.2

Mereka banyak yang sudah keluar dari jalur agama, sehingga banyak yang tidak lagi menjalankan syari’at agama Islam. Agama secara normatif

mengajarkan kepada pemeluknya untuk berbuat baik serta menjalankan

semua perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.

Fenomena globalisasi, tak bisa dipungkiri akan berdampak pada

perubahan sikap dan akhlaq bagi masyarakat, khususnya di kalangan

remaja dan anak muda. Hal ini tampak pada berbagai gaya mereka, baik

dalam hal cara berpakaian, bersikap dan cara berbicara. Bahkan

kecenderungan kehidupan global yang glamour dan mewah membuat

masyarakat kehilangan kontrol dan pegangan diri yang mengakibatkan

konflik internal, ujungnya adalah stress dan frustasi.

Perilaku remaja yang menyimpang dalam berbagai dimensi,

seringkali berkaitan dengan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan

2

(14)

3

bahan-bahan adiktif atau yang lebih dikenal dengan istilah narkoba.3

Istilah lain dari narkoba ini adalah Napza (Narkotika, Alkohol,

Psikotropika dan zat adiktif lainnya).4

Tidak hanya di kalangan remaja yang menggunakan narkoba ini,

dikalangan orang yang mengenal agama pun juga bisa terjerumus untuk

menggunakan barang haram ini. berita terbaru menyebutkan bahwa di

Mojokerto ada seorang guru dan ustadz yang mengkonsumsi narkoba jenis

sabu-sabu. Mereka menggunakan narkoba itu di balai desa, dekat tempat

tinggal mereka.5 Selain itu di daerah lombok juga ada seorang ustadz

yang tertangkap polisi sedang pesta narkoba yang berjenis sabu dan ganja

kering bersama 6 orang temannya.6

Narkoba, sebagai obat-obatan berbahaya, dapat menurunkan

ambang untuk mengendalikan dorongan-dorongan (impulse) agresivitas baik fisik maupun seksual.7 Keadaan ini membuat penggunanya mudah

melakukan perbuatan-perbuatan yang lepas kontrol dan bertentangan

dengan nilai-nilai agama, norma-norma kesusilaan, dan hukum. Abudin

Nata menyatakan:

Penggunaan narkoba secara kontinyu dapat menimbulkan ketergantungan bagi pemakainya. Keadaan ini dapat berakibat bagi terjangkitnya penyakit psikologi lainnya, seperti malas bekerja, malas beribadah dan bahkan melakukan tindak kriminal untuk

3

Madjid Tawil,dkk, Narkoba Dikenal untuk Dijauhi (Surabaya: BNP JATIM), 1.

4

Juliana Lisa dan Nengah Sutrisna W, Narkoba, Psikotropika dan Gangguan Jiwa. Tinjauan

Kesehatan dan Hukum (Yogyakarta: Nuha Medika, 2013), 1.

5

Ishomuddin, Ustadz dan Guru Nyabu Bareng di Balai Desa, dalam http. M.tempo.co.id (24Februari 2016)

6

Karsiman, Pak Ustadz Dibekuk Saat Pesta Narkoba, Lombok Post, dalam http. Sulsel.pojoksatu.co.id (24 Februari 2017)

7

(15)

4

mendapat sebutir ekstasi.8

Peranan teman sebaya juga memiliki andil yang cukup besar dalam

mekanisme terjadinya penyalahgunaan narkoba. Perkenalan anak terhadap

narkoba ini terjadi dari teman sebaya dan lama kelamaan anak itu

mempunyai keinginan untuk mencoba lagi kemudian menjadi ketagihan

atau ketergantungan dengan narkoba. Apabila sudah muncul dalam dirinya

sikap ketergantungan narkoba, maka jika tidak dipenuhi gejala-gejala “Sakau” atau sakit akan muncul yaitu ketagihan yang terus menerus dan

sulit dihentikan. Pecandu narkoba, dalam keadaan sakau, merasa tidak

tahan lagi dan berupaya dengan cara apapun tanpa menghiraukan resiko

yang akan menimpanya untuk mendapatkan kembali kebutuhan

barang-barang tersebut.9

Motivasi para pengguna narkoba diantaranya adalah membuktikan

keberanian melakukan hal-hal yang membahayakan, menentang atau

melawan suatu otoritas, mempermudah penyaluran, atau perbuatan seks

dan kebanyakan dari pemakainya adalah sebagai pelarian dari rasa frustasi

dan kegelisahan masalah.10

Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya

pemberantasan narkoba yakni dengan menerbitkan UU No. 35 tahun 2009

tentang narkotika dan membentuk Badan Narkoba Nasional (BNN) serta

8

Abuddin Nata, Ilmu Kalam Filsafat dan Tasawuf (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), 192.

9

Dadang Hawari, Do’a dan Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2003), 55.

10

(16)

5

mendorong segenap elemen bangsa, pemerintah pusat dan daerah serta

masyarakat unruk lebih aktif dan agresif lagi dalam memberantas

peredaran narkoba di Indonesia.

Larangan dan bahaya pemakaian narkoba baik melalui ceramah

agama, media cetak maupun media elektronik sudah sering disampaikan,

tetapi penggunaan dan peredaran narkoba ini masih tetap berlanjut dan

malah semakin parah. Padahal sudah jelas dalam Al-Qur’an, Allah SWT

berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 90 yang berbunyi:













































Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya

(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib

dengan panah adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah

perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.11

Islam telah memberikan penjelasan bahwa meminum khamr adalah

termasuk perbuatan syaitan. Syaitan adalah musuh umat Islam yang nyata

dan jelas, dan Allah pun memberikan perintah kepada umat Islam agar

menjauhi perbuatan yang demikian itu agar kita termasuk golongan yang

beruntung. Secara eksplisit ayat diatas juga menjelaskan bahwa khamr

harus benar-benar dijauhi. Hal ini sama dengan posisi narkoba sebagai

bahan yang bisa memabukkan. Sebagai obat-obatan yang memiliki daya

agar para pemakainya tidak sadarkan diri, narkoba juga memiki kekuatan

11

(17)

6

yakni membuat ketagihan atau kecanduan bagi para pemakainya, sehingga

akan terus menerus bisa mengkonsumsi narkoba.

Hasil survey BNN tahun 2009 menunjukan bahwa rata-rata usia

pertama kali mengkonsumsi narkoba adalah usia yang sangat muda yakni

12-15 tahun, dan semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin tinggi pula

angka penyalahgunaan narkoba.12

Berbagai usaha pencegahan dan penyadaran terus menerus

dilakukan agar mereka kembali ke jalan yang benar, dan akhirnya

terciptalah kehidupan yang bersih, tenteram, dan bahagia sebagai

manifestasi dari kehidupan yang ma’ruf secara Islami. Karena itulah

mereka harus diseru menuju jalan yang lurus dengan cara yang bijaksana

sehingga dapat menimbulkan kesadaran untuk selalu berpikiran dan

berperilaku positif, sehingga bisa merubah pola kehidupan mereka

menjadi lebih baik.

Sangatlah wajar jika para pecandu didekatkan dengan ilmu agama.

Karena memang kebanyakan penyebab dari pecandu narkoba adalah

kurangnya pengetahuan ilmu agama. Dalam diri pecandu yang dari rasa

ingin tahu mereka yang besar, dari coba-coba sampai ketergantungan

maka layaklah jika dengan didekatkan ilmu agama mereka merasa damai

dan tenang.

Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya merupakan salah satu

tempat rehabilitasi bagi para korban penyalahgunaan narkoba. lembaga

12

(18)

7

yang dinaungi oleh yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya ini,

berseketariat di Jl. Sidotopo Kidul nomor 146 Surabaya. Sedangkan

tempat rehabilitasinya sendiri bertempat di Jl. Raya Semampir nomor 46

Surabaya. Letaknya yang jauh dari hingar bingar kota ini tentu sangat

mendukung dalam pemulihan para pecandu. Penulis memilih tempat ini

karena dasar pemikiran yang bersifat religi terutama dalam menggunakan

metode dzikir serta penanaman ilmu tauhid agar keimanan pecandu narkoba semakin bertambah dan menekankan pada pemulihan diri para

korban agar lepas dari ketergantungan dari narkoba melalui pendekatan

secara islami.

Yayasan Darud Dawam merupakan yayasan yang menjadi tempat

peralihan bagi korban NAPZA dari Unit Pelayanan Teknis Rehabilitasi

Sosial Anak Nakal dan Korban NAPZA Dinas Sosial Provinsi Jawa

Timur. Tempat ini beralamat di Jl. Manukan Kasman 16 A Surabaya.

Tempat rehabilitasi ini berfungsi untuk melaksanakan tugas di bidang

Pelayanan dan Rehabilitasi serta pembinaan bagi korban NAPZA yang

telah di vonis Hakim, sehingga ia wajib melaksanakan proses rehabilitasi

ini karena usianya masih dibawah umur. Salah satu alasan penulis memilih

tempat ini adalah karena di tempat ini program rehabilitasi yang diberikan

meliputi beberapa bimbingan, yaitu: bimbingan kedisiplinan, bimbingan

mental dan psikologis, bimbingan spiritual, bimbingan sosial, serta

bimbingan keterampilan.

(19)

8

masalah tersebut dalam penelitian yang berjudul “Pola Pembinaan

Pendidikan Keagamaan dalam Proses Rehabilitasi bagi Pecandu Narkoba”

(Studi Multikasus di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan

Darud Dawam Surabaya).

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi

masalah pada penelitian ini adalah :

1. Saat ini kemerosotan moral manusia semakin memprihatinkan terutama

pada generasi muda yang diharapkan untuk meneruskan pembangunan

bangsa ini.

2. Arus globalisasi yang semakin berkembang perlahan mempengaruhi

sikap keberagamaan masyarakat. Masyarakat mulai melupakan

nilai-nilai agama.

3. Lunturnya agama membuat hidup manusia menjadi tidak beraturan dan

menjadi penyebab kehancuran hidup manusia itu sendiri.

4. Korban penyalahgunan narkoba semakin meningkat dari tahun ke

tahun, sampai berakibat pada kematian.

Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka

menjadi inspirasi kami untuk meneliti lebih jauh tentang pola pembinaan

pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba

(studi multikasus di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan

Darud Dawam Surabaya).

Sesuai dengan judul yang diangkat, maka pokok permasalahan

(20)

9

keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba, hasil yang

dicapai dalam pembinaan pendidikan keagamaan, serta faktor yang

mendukung dan menghambat proses pembinaan pendidikan keagamaan.

C.Rumusan Masalah

Berangkat dari uraian latar belakang masalah di atas, agar

pembahasan lebih terarah, maka disusun rumusan-rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pola pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX

Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya ?

2. Bagaimana hasil yang dicapai dalam pembinaan pendidikan keagamaan

dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya ?

3. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat proses pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya ?

D.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sasaran hasil yang ingin dicapai

dalam penelitian ini, sesuai dengan fokus yang telah ditentukan.13 Sesuai

dengan formulasi di atas, maka tujuan pokok dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan pola pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses

13

(21)

10

rehabilitasi bagi pecandu narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya

2. Mengetahui hasil yang dicapai dalam pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya

3. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya

E.Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara

teoritis maupun praktis.

Adapun secara teoritis penelitian ini memungkinkan untuk

memberikan manfaat bagi beberapa kalangan, antara lain:

1. Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya

Hasil penelitian ini, bagi Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dapat dijadikan sebagai bahan pengayaan ataupun evaluasi dalam proses pembinaan pendidikan keagamaan bagi santri pecandu narkoba. 2. Yayasan Darud Dawam Surabaya

Hasil penelitian ini, bagi lembaga ini dapat dijadikan sebagai bahan pengayaan ataupun evaluasi dalam proses pembinaan pendidikan keagamaan bagi korban NAPZA.

3. Bagi peneliti

Penelitian ini akan menjadi tambahan pengalaman dalam khazanah

(22)

11

penelitian ini juga sangat bermanfaat untuk mengetahui lebih jauh

tentang pola pembinaan pembinaan pendidikan keagamaan santri

korban narkoba hingga bisa menjadi insan yang normal sebagaimana

umumnya.

4. Bagi pembaca

Hasil penelitian ini akan menjadi tambahan pengalaman dalam

ilmu pengetahuan, serta dapat dijadikan bahan penelitian lanjutan

sebagai tugas akhir perkuliahan.

Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman atau

acuan bagi satuan pendidikan yang ingin mengetahui pola pembinaan

pendidikan keagamaan bagi pecandu narkoba. Dengan adanya penelitian

ini, maka dapat dijadikan sebagai pedoman pelengkap ataupun rujukan

utamanya.

F. Kerangka Teoretik

Terdapat kata kunci (key word) dalam judul tesis ini yang perlu dijelaskan, agar diperoleh pengertian yang jelas dan batasan-batasan yang

tegas terhadap permasalahannya, yaitu:

1. PolaPembinaan Keagamaan

Pola mengandung arti sistem kerja.14 Sedangkan pembinaan berasal dari kata dasar “bina” yang mendapatkan awalan “pe” dan

akhiran “an” yang mempunyai arti perbuatan, cara. Pembinaan berarti

kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh

14

(23)

12

hasil yang lebih baik.15 Dalam difinisi lain pembinaan adalah suatu

proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan

mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan

membantu orang yang menjalaninya untuk membetulkan dan

mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada serta

mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan

hidup dan kerja yang sedang dijalani secara efektif.16

Pembinaan adalah Suatu tindakan, proses, hasil, atau pernyataan

yang lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan,

peningkatan pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan,

berkembang atau peningkatan atas sesuatu. Selain itu, pembinaan

merupakan suatu hal yang merubah sesuatu sehingga menjadi baru yang

memiliki nilai-nilai sangat tinggi.17

Jadi, pola pembinaan adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan

untuk mengembangkan pengetahuan dan kecakapan seseorang agar

menjadi lebih baik untuk menuju pada tujuan hidup yang mulia.

Adapun indikator pola pembinaan antara lain :

a. Pembinaan Akidah

1) Membina anak agar terbiasa mengucapkan kalimat-kalimat

tauhid

2) Membina anak agar terbiasa berdo’a sehabis shalat

15

Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 152.

16

Mangunhardjana, Pembinaan: Arti dan Metodenya (Yogyakarta: Kanisius, 1991), 12.

17

(24)

13

3) Memberikan siraman-siraman rohani dengan mengadakan

pengajian rutin

b. Pembinaan Akhlaq

1) Menanamkan kebiasaan anak berperilaku saling menghormati

dan menghargai orang lain

2) Membina anak untuk bersikap jujur, hemat dan sederhana dalam

kehidupan sehari-hari

3) Membina anak untuk senantiasa taat dan patuh pada orang tua

dan guru.18

Mangunhardjana menjelaskan lebih lanjut bahwa fungsi pembinaan

mencakup tiga hal, yaitu:

a. Menyampaikan informasi dan pengetahuan

b. Perubahan dan pengembangan sikap

c. Latihan dan pengembangan kecakapan serta keterampilan.19

Sedangkan keagamaan berasal dari kata dasar “agama”. Agama

berasal dari bahasa Sansekerta, terdiri dari “a” yang berarti tidak dan “gama” berarti kacau. Jadi, “agama” berarti tidak kacau (teratur). Ada

juga yang mengatakan bahwa “a” berarti yang dan “gama” berarti suci,

sehingga “agama” berarti yang suci.20

Sebagaimana yang dikutip oleh Jalaluddin Rahmat, menurut Harun

Nasution, intisari agama adalah ikatan. Karena itu, agama mengandung

18

Zakiah Darojat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), 302.

19

Mangunhardjana, Pembinaan: Arti dan Metodenya, Ibid, 14.

20

(25)

14

arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan dimaksud

berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai

kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera, namun

mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia

sehari-hari.21

Jadi, pola pembinaan keagamaan merupakan suatu bentuk kegiatan

yang dilakukan dalam bidang keagamaan untuk mengarahkan seseorang

ke jalan yang lebih baik.

Dalam konteks kehidupan beragama, pembinaan keagamaan

bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan memelihara norma

agama secara terus-menerus agar perilaku hidup manusia senantiasa

berada pada tatanan. Namun secara garis besar, arah atau tujuan dari

pembinaan keagamaan adalah meliputi dua hal, yaitu: a) Tujuan yang

berorientasi pada kehidupan akhirat, yaitu membentuk seorang hamba

yang bertakwa kepada Allah Swt, b) Tujuan yang berorientasi pada

kehidupan dunia, yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi

segala bentuk kebutuhan dan tantang kehidupan agar hidupnya lebih

layak dan bermanfaat bagi orang lain.22

2. Rehabilitasi

21

Jalaluddin Rahmat, Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), 12.

22

(26)

15

Rehabilitasi menurut Kamus Ilmiah Populer, merupakan pemulihan

(perbaikan atau pembetulan); seperti sedia kala; pengembalian nama

baik secara hukum, pembaharuan kembali.23

Pengertian rehabilitasi menurut Dadang Hawari adalah :

“upaya memulihkan dan mengembalikan kondisi mantan penyalahgunan/ketergantungan NAZA (Narkoba) kembali sehat dan psikologik, sosial, dan spiritual/agama (keimanan). Dengan kondisi seperti tersebut diharapkan mereka akan kembali berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik dirumah, di sekolah/kampus, di tempat kerja dan di lingkungam sosialnya.24

Jadi, rehabilitasi merupakan tahapan penting bagi pecandu narkoba

untuk lepas dari ketergantungan narkoba. pemulihan ini merupakan

proses panjang dan sering diibaratkan perjalanan dari pikiran (adiktif)

ke hati. Program rehabilitasi ini menurut Kadarmanta dikenal sebagai “Konversi Hati dan perubahan internal”.25

Pada dasarnya proses dan teknik rehabilitasi/psikoterapi Islam ada

tiga tahap yaitu tahap pembersihan diri, pengembangan diri, dan

penyempurnaan diri. Keterampilan dan keahlian tidak akan datang dan

bertambah dengan sendirinya tanpa adanya suatu latihan-latihan.

Adapun tahapan-tahapan rehabilitasi/psikoterapi Islam yaitu:

a. Tahap Takhalli yaitu pembersihan dan penyucian diri dari segala sifat dan sikap yang buruk yang bisa mengotori hati dan pikiran.

b. Tahap tahalli yaitu merupakan tahap pengisian diri dengan kebaikan.

23

Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Gitamedia Press, 2006), 404.

24

Dadang Hawari, Penyalahguna dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, danZat Adiktif

(Jakarta: Penerbit FKUI, 2006), 132.

25

(27)

16

c. Tahap Tajalli yaitu tahap ini adalah kelahiran/munculnya eksistensi yang baru dari manusia yaitu perbuatan, ucapan, sikap, gerak-gerik,

martabat dan status yang baru.26

3. Pecandu Narkoba

Pecandu narkoba adalah orang yang menggunakan atau

menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada

narkotika baik secara fisik maupun non fisik yang menyebabkan

adiksi.27

Narkoba memiliki dampak buruk pada setiap penggunanya. Baik

secara individu maupun masyarakat. Ada berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi setiap orang tertarik mengunakannya, terutama

anak-anak dan pelajar aktif.

Seorang pengguna narkoba memiliki ciri-ciri berbeda saat

dihadapkan dengan tingkat kecanduan mereka. Tingkatan itu sendiri

dibedakan menjadi tiga macam, yakni coba-coba, pengguna tetap dan

pengguna yang kecanduan. Berikut adalah ciri-ciri pengguna yang

coba-coba:

a. Suka menyendiri

b. Cara bergaulnya berubah

c. Cara berpakaiannya berubah

d. Prestasi belajar menurun

26

Hamdan Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, Ibid, 327.

27

Undang-undang Bidang Hukum, Sosial dan Budaya, Kesehatan,Psikotropika dan Narkotika

(28)

17

e. Pola makannya berubah.28

Sedangkan bagi pengguna yang sudah dinyatakan tetap, mereka

memiliki cirri-ciri yang sedikit ekstrim dan berbeda dengan tingkat

sekedar coba-coba. Ciri-ciri pengguna tetap adalah:

a. Mempunyai problema keuangan

b. Berat badan menurun

c. Sering memberontak

d. Dikamar mandi berlama-lama

e. Sering bangun terlambat

Tingkat paling parah adalah jika pegguna sudah menjadi pecandu

narkoba. Ciri-ciri pengguna yang sudah kecanduan adalah sebagai

berikut:

a. Bicara pelo, bicara tidak karuan

b. Jalan sempoyongan, gemeteran dan penglihatan kabur.

c. Suka berbohong, mudah marah dan suka merayu

d. Jarang mandi, pakaian kumuh

e. Tidak peduli dengan norma kesopanan dan lain sebagainya.29

Setiap pengguna yang memiliki ciri-ciri diatas maka harus segera

merujuk ke dokter atau ke pusat rehabilitasi, jika ingin anak mereka

sembuh dari kecanduannya.

28

Madjid Tawil, Penyalahgunaan Narkoba Dan Penanggulangannya (Surabaya: BNP JATIM, 2010), 27.

29

(29)

18

4. Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan

bahan-bahan adiktif. Sedangkan secara istilah narkoba adalah obat, bahan-bahan, atau

zat dan bukan tergolong makanan. Jika diminum, diisap, dihirup,

ditelan atau disuntikkan, bepengaruh terutama pada kerja otak dan

sering kali menyebabkan ketergantungan.30 Akibatnya kerja otak

berubah meningkat atau menurun demikian pula fungsi organ tubuh

lain.

Sebagian jenis narkoba dapat digunakan, tetapi karena

menimbulkan ketergantungan, penggunaannya sangat terbatas sehingga

harus berhati-hati dan harus mengikuti petunjuk dokter atau aturan

pakai. Menurut Lydia Harlina dan Satya Joewana contoh narkoba

yang dapat dimanfaatkan di dunia medis diantaranya: “morfin yang

berasal dari opium mentah), petidin (opioda sintetik), untuk

menghilangkan rasa sakit pada penyakit kanker, amfetamin untuk

mengurangi nafsu makan, serta berbagai jenis pil tidur dan obat

penenang. Kodein, yang merupakan bahan alami yang terdapat pada

candu, secara luas dan digunakan pada pengobatan sebagai obat

batuk.31

Penulis menggunakan beberapa sumber buku primer, diantaranya

yaitu buku karangan Hamdan Bakran Adz-Dzaki yang berjudul

Konseling dan Psikoterapi Islam, yang berisi tentang proses pengobatan

30

Madjid Tawil, Penyalahgunaan Narkoba dan Penanggulangannya, Ibid, 3.

31

Lydia Harlina M & Satya Joewana, Pencegahan Dan PenanggulanganPenyalahgunaan

(30)

19

dan penyembuhan suatu penyakit, baik mental, spiritual, moral, maupun

fisik melalui bimbingan Al-Qur’an dan Hadist. serta buku karangan

Dadang Hawari yang berjudul Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan

Kesehatan Jiwa, yang berisi tentang pemecahan masalah di zaman

modern ini seperti stres, depresi, NAPZA,HIV/AIDS dan lain

sebagainya yang dikaji dari dua pendekatan yaitu pendekatan ilmu

pengetahuan serta pendekatan agama. Selain itu penulis juga merujuk

pada buku yang berjudul Inabah karangan Kharisudin Aqib, yang berisi

metode dan tehnik terapi spiritual bagi pecandu narkoba.

G.Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu di sini adalah beberapa penelitian yang pernah

dilakukan oleh peneliti sebelumnya, yang masih ada kaitan dengan rencana

penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Beberapa penelitian tersebut

adalah:

1. Penelitian (Tesis, 2014) yang dilakukan oleh Ibnu Chudaifah, alumnus

Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya, dengan judul: Pola Pembinaan Mental Santri Narkoba: Studi

Kasus di Pondok Pesantren Ulul Albab Nganjuk.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu mengenai pola

pembinaan mental santri narkoba, faktor apa yang mendukung

pembinaan mental, serta tanggapan masyarakat sekitar tentang

pembinaan mental di pondok pesantren Ulul Albab Nganjuk.

(31)

20

dengan metode pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

Hasil dari penelitian ini bahwa pola yang digunakan dalam

pelaksanaan pembinaan mental berupa keteladanan, nasihat, dan

kedisiplinan. Kemudian materi yang diberikan dalam pelaksanaan

pembinaan mental yaitu berupa mandi taubat, shalat, dan dzikir.32

2. Penelitian (Tesis, 2009) yang dilakukan oleh Abdur Rokib, alumnus

Program Pasca Sarjana konsentrasi Pemikiran Islam, Institut Agama

Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, dengan judul: Penyembuhan

Pecandu Narkoba dan Stress di Pondok Sapu Jagad Yayasan Pesantren

Raudlatul Ulum Kencong, Kepung, Kediri, Jawa Timur.

Pondok Sapu Jagad, merupakan salah satu tempat yang

menerapkan model psikoterapi religius. Pondok tersebut ada

dilingkungan penganut Terekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah. Dalam

pandangan Terekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah, jiwa (nafs), adalah

kelembutan (latifat) yang bersifat ketuhanan (rabbaniyah).

Latifat ini sebelum bersatu dengan badan jasmani manusia disebut

dengan al-ruh, dan jiwa adalah ruh yang telah masuk dan bersatu

dengan jasad yang menimbulkan potensi kesadaran (ego). Dengan

demikian sembuhnya pecandu narkoba juga karena faktor lingkungan,

dimana pecandu itu pindah domisili dari sebelumnya. Serta didukung

oleh faktor terkait bagi kesehatan mental dan fisik.

32

Ibnu Chudaifah, Pola Pembinaan Mental Santri Narkoba: Studi Kasus di Pondok Pesantren

(32)

21

Selain hal tersebut, sadarnya pecandu narkoba juga disebabkan

karena bangkitnya kembali potensi-potensi dalam diri manusia, yakni:

a. Fitrah.

Fitrah manusia adalah kejadian sejak semula atau bawaan sejak lahir

yakni potensi beragama yang lurus.

b. Nafs

Secara umum dapat dikatakan bahwa nafs dalam konteks

pembicaraan tentang manusia, merujuk pada sisi dalam diri manusia

yang berpotensi baik dan buruk.

c. Qalb

Kalbu adalah wadah dari pengajaran, kasih sayang, takut dan

keimanan.

d. Ruh

Ruh adalah himpunan yang terorganisasi, yang saling mengenal akan

bergabung dan yang tidak saling mengenal akan saling berselisih.33

3. Penelitian (Tesis, 2015) yang dilakukan oleh Edi Sunawan, alumnus

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul:

Pendidikan Spiritual pada Santri Gangguan Mental dan Pecandu Obat

Terlarang di Pondok Pesantren Al-Qodir Yogyakarta.

Gagasan dalam penelitian ini adalah bagaimana pendidikan

spiritual pada santri penderita gangguan mental dan pecandu obat

terlarang di Pondok Pesantren Al-Qodir Sleman Yogyakarta. Penelitian

33

Abdur Rokib, “Penyembuhan Pecandu Narkoba dan Stress di Pondok Sapu Jagad Yayasan

(33)

22

ini merupakan jenis penelitian field research dengan pendekatan humanisasi dalam ilmu pendidikan spiritual.

Penulis meneliti aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktifitas (activities) dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah observasi, wawancara,

dokumentasi, dan triangulasi data. Adapun analisis data secara

komprehensif dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses

penelitian dilaksanakan sampai pada akhir penelitian yaitu kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkkan bahwa : pertama, pendidikan spiritual yang diterapkan pada santri penderita gangguan mental dan

pecandu obat terlarang merupakan penerapan berbasis ala Pesantren dan

ala Kiai. Kedua, penerapan metode tirakat. Ketiga, penyebab dari gangguan mental dan pecandu obat terlarang adalah dimulai dari

keluarga, lingkungan, pergaulan, ekonomi, menghayal berlebihan,

mencoba-coba dan depresi.34

4. Penelitian (Tesis, 2014) yang dilakukan oleh Aqilatul Munawaroh,

alumnus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan

judul: Peranan Pendidikan Agama Islam Bagi Pecandu Narkoba di

Madani Mental Healt Care

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peranan

pendidikan agama Islam dalam proses rehabilitasi di Madani Mental

Health Care. Adapun jenis penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,

34

Edi Sunawan, Pendidikan Spiritual pada Santri Gangguan Mental dan Pecandu Obat Terlarang

(34)

23

metode deskriftif analisis. Dengan proses wawancara, observasi,

dokumentasi serta angket, fokus penelitiannya adalah pada peranan

pendidikan agama Islam dalam proses rehabilitasi pecandu narkoba di

Madani Mental Health Care.

Hasil dari penelitian ini bahwa keadaan santri narkoba di Madani

mengalami ketergantungan narkoba dan pada umumnya mempunyai

pengetahuan agama yang kurang. Adapun materi pendidikan agama

Islam yang diterapkan secara umum adalah pendidikan keimanan,

pendidikan akhlak, dan pendidikan ibadah Dengan metode yang

bervariasi diantaranya ceramah, simulasi, diskusi. Sedangkan teknik

penerapan pendidikan agama Islam dengan keteladanan, nasehat, kisah,

hadiah dan hukuman, menjadikan santri narkoba memahami dan

menghayati pendidikan keagamaan.35

Berdasarkan penelitian yang ada, terdapat perbedaan antara

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut terletak

pada konteks keilmuannya, pada penelitian sebelumnya membahas

tentang pendidikan spiritual serta rehabilitasi mental dan jiwa bagi

pecandu narkoba. Sedangkan pada penelitian ini, penulis akan membahas

tentang pola pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi

pecandu narkoba di pondok pesantren Inabah XIX dan Yayasan Darud

Dawam Surabaya.

35

Aqilatul Munawaroh, Peranan Pendidikan Agama Islam Bagi Pecandu Narkoba di Madani

(35)

24

H.Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Pada umumnya ada dua metodologi penelitian yang biasa

digunakan dalam sebuah penelitian yaitu penelitian kualitatif dan

penelitian kuantitatif. Adapun Metodologi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metodologi penelitian kualitatif.

Menurut Lexy J. Moleong, penelitian kualiatif adalah penelitian

yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang difahami

oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan

dan lain-lain secara holistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.36

2. Pendekatan Penelitian

Penulis menggunakan dua pendekatan kualitatif untuk mencari

jawaban atas semua persoalan pokok di atas dalam penelitian ini, yaitu

pendekatan fenomenologis dan pendekatan interaksi simbolik.

Pertama, kualitatif fenomenologis yaitu penelitian yang lebih menekankan pada aspek subyektif dari perilaku orang. Peneliti

berusaha masuk dalam dunia konseptual dimana para subyek yang

diteliti sedemikian rupa dalam hal ini santri korban narkoba, sehingga

mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan

mereka di sekitarnya sehari-hari. Para Fenomenolog percaya bahwa

36

(36)

25

pada diri makhluk hidup tersedia berbagai cara untuk

menginterpretasikan pengalaman melalui interaksi dengan orang lain

dan bahwa pengertian pengalaman kita-lah yang membentuk

kenyataan.37

Kedua, interaksi simbolik yang berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa

perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan

manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan

mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra mereka.

Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek, dan

bahkan diri mereka sendiri-lah menentukan perilaku mereka.

Interaksi simbolik menjadi paradigma konseptual melebihi

dorongan dari dalam, sifat-sifat pribadi, motivasi yang tidak disadari,

kebetulan, status sosial ekonomi, kewajiban-peran, resep budaya,

mekanisme pengawasan masyarakat, atau lingkungan fisik lainnya.

Faktor-faktor tersebut sebagian adalah konstrak yang digunakan para

ilmuan sosial dalam usahanya untuk memahami dan menjelaskan

perilaku.38

3. Subyek Penelitian dan Sumber Data

Subyek penelitian dari penelitian ini adalah pengurus Pondok

Pesantren dan panti rehabilitasi sosial serta korban penyalahgunaan

narkoba. Selain itu penulis juga mengkaji berbagai literatur yang

37

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ibid, 14.

38

(37)

26

berhubungan erat dengan narkoba, baik itu secara teoritik ataupun yang

praktis dan ditambah lagi dari hasil penelitian tentang narkoba.

4. Metode Pengumpulan Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata

dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan. Pengumpulan data di sini

dimaksudkan untuk memperoleh data yang akurat. Dalam pengumpulan

data penelitian, penulis menggunakan beberapa metode yang saling

mendukung dan melengkapi dalam pengumpulan data yang sesuai

dengan metodologi penelitian, diantaranya:

a.Observasi

Metode observsi ini penulis gunakan untuk mendapatkan

informasi secara langsung dari lapangan agar hasil yang diperoleh

lebih akurat dan objektif. Metode ini dilakukan dengan mengadakan

sebuah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.

b.Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti

dan responden.39 Wawancara dilakukan kepada pengasuh, pengurus,

santri pondok dan masyarakat sekitar pondok dan yayasan Darud

Dawam Surabaya. Wawancara yang penulis gunakan di sini adalah

wawancara bebas terpimpin yang artinya, disamping menggunakan

pedoman wawancara yang memimpin jalannya wawancara, juga

39

(38)

27

mengarah pada pertanyaan-pertanyaan khusus pokok persoalan

penelitian. Wawancara digunakan untuk memperoleh data mengenai

sejarah berdirinya, keadaan lingkungan, masalah yang di alami korban

narkoba dan usaha yang dilakukan pengasuh, pengurus pondok dan

panti dalam menangani kenakalan dari santri narkoba dan mengetahui

tanggapan santri serta masyarakat sekitar tentang adanya pembinaan

pedidikan keagamaan bagi korban narkoba di Pondok Pesantren

Inabah XIX dan Yayasan Darud Dawam Surabaya

c.Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang.40Metode ini penulis gunakan sebagai

bahan untuk mencari data mengenai hal-hal yang berupa transkrip

keadaan santri, pengurus, pengasuh, gambaran umum pondok

pesantren Inabah XIX dan Yayasan Darud Dawam serta data lainnya

yang dianggap perlu sebagai pendukung bagi kelengkapan dan

kesempurnaan dalam penelitian ini, sehingga diperoleh data-data yang

relevan dan valid.

5. Metode Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, tehnik analisis data lebih banyak

dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data dengan menggunakan

metode deskripsi-analitis. Adapun langkah-langkah analisis secara rinci

40

(39)

28

mengikuti prosedur yang sudah lazim yaitu: reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan atau verivikasi. hal ini menurut Miles and

Huberman dilakukan secara interaktif melalui proses data reduction, data

display, dan verivication.41

Reduksi data atau penyederhanaan data, disini peneliti menyederhanakan data, memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan

penelitian.

Display data atau penyajian data, peneliti memroses pengorganisasian guna memudahkan data untuk dianalisis dan

disimpulkan.

Verivikasi atau penarikan kesimpulan merupakan langkah terakhir yang dilakuakan peneliti dalam proses analisis.

Dengan demikian, analisis pengolahan data yang penulis lakukan

adalah berawal dari observasi dan wawancara (interview), serta

pengolahan data yang berbentuk dokumen. Kemudian mereduksi data,

dalam hal ini penulis memilih dan memilah data mana yang dianggap

relevan dan penting yang berkaitan dengan masalah penelitian. Setelah

itu, penulis menyajikan hasil penelitian, bagaimana temuan-temuan baru

itu dihubungkan atau dibandingkan dengan penelitian terdahulu.

6. Teknik Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data yang penulis gunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan trianggulasi data yaitu salah satu

41

(40)

29

teknik pemeriksaan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data

tersebut.

Dalam penelitian ini, trianggulasi dilakukan dengan menggunakan

sumber ganda dan metode ganda. Trianggulasi dengan sumber ganda

dilakukan dengan cara:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dan hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan di hadapan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

d. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua cara yaitu

membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara dan

membandingkan hasil wawancara dengan dengan dokumen yang

ada.42

Sedangkan trianggulasi dengan metode ganda yaitu:

a. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan

beberapa teknik pengumpulan data.

b. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan

metode yang sama.43

42

Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ibid, 326.

43

(41)

30

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam tesis ini terbagi menjadi lima bab

yang secara ringkas diuraikan sebagai berikut:

Bab pertama memuat tentang pendahuluan, mencakup latar

belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teoretik, penelitian

terdahulu, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua membahas tentang kerangka teori dan konsep yang

terbagi menjadi 3 pembahasan. meliputi: pertama, narkoba, meliputi: pengertian narkoba, jenis-jenis narkoba, bahaya narkoba, faktor penyebab

penyalahgunaan narkoba, konsep Islam tentang narkoba. Kedua,

rehabilitasi pecandu narkoba, meliputi: pengertian rehabilitasi, landasan

rehabilitasi, tahapan rehabilitasi, metode rehabilitasi, pengertian pecandu

narkoba, ciri-ciri pecandu narkoba. Ketiga, pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi pecandu narkoba, meliputi:

pengertian pembinaan pendidikan keagamaan bagi pecandu narkoba, dasar

dan tujuan pendidikan keagamaan bagi pecandu narkoba, fungsi

pendidikan keagamaan bagi pecandu narkoba, metode pendidikan

keagamaan bagi pecandu narkoba, dan pola pembinaan pendidikan

keagamaan bagi pecandu narkoba.

Bab ketiga adalah memuat tentang Profil Pondok Pesantren Inabah

XIX Surabaya dan Yayasan Darud Dawam Surabaya, meliputi: Letak

(42)

31

tertib, aktivitas yang dilakukan, latar belakang pecandu narkoba.

Bab keempat memuat paparan data dan analisis data, diantaranya:

pola pembinaan pendidikan keagamaan dalam proses rehabilitasi bagi

pecandu narkoba di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya dan Yayasan

Darud Dawam Surabaya, hasil pembinaan pendidikan keagamaan bagi

pecandu narkoba, serta faktor pendukung dan penghambat dalam

pembinaan pendidikan keagamaan bagi pecandu narkoba.

Bab kelima adalah penutup yang memuat tentang simpulan dan

(43)

32

BAB II

KERANGKA TEORETIK

A. Narkoba

1. Pengertian Narkoba

Istilah Narkoba secara etimologi adalah singkatan dari Narkotika,

Psikotropika dan bahan-bahan adiktif. Sedangkan secara terminologi

narkoba adalah obat, bahan, atau zat dan bukan tergolong makanan. Jika

diminum, diisap, dihirup, ditelan atau disuntikkan, berpengaruh terutama

pada kerja otak dan sering kali menyebabkan ketergantungan.44 Akibatnya

kerja otak berubah meningkat atau menurun demikian pula fungsi organ

tubuh lain. Pendapat ini sejalan dengan yang ada dalam UU RI No 17

tahun 1997 tentang narkotika, pada pasal satu mendefinisikan bahwa

narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis (buatan) maupun semisintetis (campuran) yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, serta dapat menimbulkan

kecanduan atau ketergantungan.45

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Narkotika merupakan suatu zat yang

dapat mempengaruhi cara kerja otak sehingga orang yang

menkonsumsinya bisa menyebabkan ketergantungan dan jika tidak

menggunakan maka pecandu narkoba tersebut akan mengalami rasa sakit

dan itu bisa diatasai dengan cara di rehabilitasi.

44

Madjid Tawil, Penyalahgunaan Narkoba dan Penanggulangannya, Ibid, 3.

45

(44)

33

2. Jenis-jenis Narkoba

Narkotika atau NAZA atau NAPZA adalah obat atau zat-zat yang

berbahaya apabila disalahgunakan atau apabila penggunaannya tanpa

pengawasan medis. Jenis-jenis Narkotika yang umum dibahas yaitu

Narkotika, Psikotropika, dak zat adiktif/obat-obat berbahaya.

Adapun penggolongan jenis-jenis dari narkotika berdasarkan pasal 6

UU RI No 35 tahun 2009 tentang narkotika yang menjelaskan mengenai

maksud dari golongan-golongan narkotika, yaitu:

a) Narkotika golongan I: narkotika yang hanya dapat digunakan untuk

tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam

terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi yang mengakibatkan

ketergantungan. Adapun contohnya yaitu: heroin, ganja, opium,

sabu-sabu, extacy, dan kokain.

b) Narkotika golongan II: Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan,

digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi

atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Adapun contohnya yaitu:

morfin, fentamil, alfametadol, dan bezetidin.

c) Narkotika golongan III: narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan

dan banyak digunakan dalam terapi atau untuk tujuan pengembanagan

(45)

34

ketergantungan. Adapun contohnya yaitu: kodein, propiram,

norkedenia, dan etilmorfina.46

Kharisudin Aqib dalam buku Inabah menjelaskan bahwa jenis-jenis

narkoba yaitu:

a) Morphin dan Heroin

Mereka yang mengkonsumsi jenis ini, baik dengan cara menghirup

asap setelah bubuknya dibakar atau disuntikan setelah bubuk dilarutkan

dalam air, akan mengalami hal-hal berikut ini: pertama, biji mata mengecil seperti ujung jarum, kedua, pernafasan mendangkan tidak teratur, ketiga, mental dan fisiknya rusak.

b) Kokain

Mereka yang mengkonsumsi jenis ini maka akan mengalami biji

mata melebar, keracunan kronis, pembohong, dan mental dan fisiknya

rusak.

c) Ganja

Mereka yang mengkonsumsi jenis ini maka akan mengalami biji

mata melebar, rasa kering pada mulut dan kerongkongan, sering buang

air kecil, bersikap acuh tak acuh, tak dapat memberikan reaksi yang

cepat dan mental dan fisiknya rusak.

d) Alkohol

Alkohol termasuk zat adiktif, artinya: zat yang dapat menimbulkan

dampak ketagihan dan ketergantungan.

46

(46)

35

e) Ekstasi dan Sabu-sabu

Mereka yang mengkonsumsi jenis ini maka akan mengalami gejala

hiperaktif, muncul uforia, harga diri meningkat, bicaranya melantur,

dan halusinasi penglihatan.47

3. Bahaya Narkoba

Memang tidak bisa dikesampingkan bahwa zat-zat narkotika dan

sejenis memiliki manfaat yang cukup besar di dunia kedokteran, bidang

penelitian, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan berikut

aplikasinya pemakaian dalam dosis yang teratur akan memberikan

manfaat. Akan tetapi pemakaian zat-zat jenis narkotika dalam dosis yang

tidak teratur lebih-lebih disalahgunakan akan membawa efek-efek yang

negatif.48

Penggunaan narkoba secara berlebih akan dapat mengakibatkan

dampak yang sangat berbahaya bagi si pemakai maupun masyarakat

setempat. Adapun bahaya-bahaya dari penggunaan narkoba adalah:

a) Pengaruh narkoba terhadap hati, hati adalah tempat mendistribusikan

apa saja yang diperlukan otot, penyakit liver yang terkenal pembunuh

manusia, banyak disebabkan karena orang tersebut pecandu miras.

b) Pengaruh terhadap hidung, telingan dan tenggorokan. Penggunaan

koakain dan heroin menimbulkan dampak yang membahayakan dan

merusak urat syaraf serta peredaran darah. Penggunaan yang secara

47

Kharisudin Aqib, Inabah (Surabaya: Bina Ilmu, 2012), 148-149.

48

(47)

36

terus menerus akan menyebabkan pengikisan selaput lendir dalam

hidung, keringnya tenggorokan dan dengungan di telinga.

c) Pengaruh narkoba terhadap bayi dan janin. Pada umumnya narkoba

masuk ke dalam kandungan melalui plasenta, jika ibu hamil

menggunakan narkoba, maka secara otomatis bayinya juga akan terkena

narkoba.

d) Ketagihan narkoba dan penyempitan otak. Bagian pertama yang akan

terpengaruhi oleh narkoba ialah daerah yang menghubungkan antara

dua belahan otak kanan dan kiri, daerah itulah yang menjalankan fungsi

emosi, berfikir dan bertindak. Penggunaan narkoba akan mempengaruhi

daya kerja sistem tersebut.

e) Pengaruh narkoba terhadap darah. Jika darah mendapatkan racun dari

narkoba maka akan terjadi penyempitan atau arteroselerisis yang dapat menyebabkan pembekuan darah untuk otak.49

Permasalahan narkoba mempunyai dimensi yang luas dan komplek.

Baik diri sendiri, medik, psikiatrik, dan psikososial. Menurut Dadang

hawari, penyalahgunaan NAPZA adalah penyakit endemik dalam

masyarakat modern dan merupakan penyakit kronik yang berulag kali

kambuh.50

4. Ciri-ciri Pecandu Narkoba

Dalam usaha menaggulangi penyalahgunaan narkoba, bahwa gejala

dini sikap dan perilaku remaja atau pemuda baik laki-laki maupun

49

Dadang Hawari, Al Qur’an Ilmu KedokteranJiwa dan Kesehatan Jiwa (Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 1998), 133.

50

(48)

37

perempuan yang terlihat dalam penyalahgunaan narkoba adalah sebagai

berikut:

a) Prestasi belajar menurun dan bagi yang sudah bekerja, prestasi

pekerjaannya menurun.

b) Pola tidurnya berubah menjadi larut malam dan sulit untuk

dibangunkan.

c) Banyak menghindari pertemuan dengan anggota keluarga lain yang

serumah, makan tak mau bersama dan banyak mengurung diri di kamar.

d) Wataknya lebih kasar dan berani menentang orang yang lebih tua dan

lebih mempunyai sifat tempramen.

e) Sering dijumpai dalam keadaan mabuk, bicara nglantur dan mata sering

terlihat sayup.51

5. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba

Jika dilihat dari faktor pencetus terjadinya, penyalahgunaan narkoba

dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:

a) Rasa takut yang timbul karena ketidakmampuan dan kegagalan dalam

berinteraksi dan bersaing dengan teman sekelompok yang lebih mapan.

b) Induksi dari teman kelompok penyalahgunaan narkotika untuk ikut

dalam praktek penyalahgunaan narkotika.

c) Kegagalan untuk mengukur kemampuan dirinya baik dalam bidang

sosial, akademik, dan perikehidupan lain dengan kelompok yang

tingkat kehidupan sosialnya lebih tinggi darinya.52

51

(49)

38

Menurut Dadang Hawari, faktor-faktor yang berperan dalam

penyalahgunaan narkoba diantaranya:

a) Faktor kepribadian (antisosial/psikopatik)

b) Kondisi kejiwaan kecemasan atau depresi

c) Kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga, kesibukan orang

tua, dan hubungan antara orang tua dan anak

d) Kelompok teman sebaya

e) Dan NAPZA nya itu sendiri, mudah diperoleh dan tersedia di pasaran

baik resmi maupun tidak resmi (easy availability).53

6. Konsep Islam Tentang Narkoba

Istilah Narkotika dalam pandangan Agama Islam yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadist yaitu berupa khamr. Ini

berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW :

ِْيَلَع ُه يلَص ِه ُلْوُسَر َلاَق : َلاَق َرَمُع ِنْبا ْنَع

ٌرََْ ٍرِكْسُم لُك : َملَسَو

ٌماَرَح ٍرِكْسُم لُكَو

Artinya: semua yang memabukkan adalah khamr, dan semua khamr

adalah haram.54

Menurut pendapat Sayyid Sabiq yang mengutip penjelasan dari Ibn

Taimiyah mengatakan bahwa Narkoba lebih berbahaya dari khamr,

sebagaimana penjelasan berikut:

Sesungguhnya ganja itu haram, diberikan sangsi had orang yang menyalahgunakannya, sebagaimana diberi had peminum khamr ditinjau dari segi sifatnya yang dapat merusak otak, sehingga

52

Harsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Ibid, 55.

53

Dadang Hawari, Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Ibid, 149..

54

(50)

39

pengaruhnya dapat menjadikan laki-laki menjadi banci dan pengaruh jelek lainnya. Ganja dapat menyebabkan orang berpaling dari mengingat Allah dan Shalat. Dan ia termasuk dalam kategori khamr

yang secara lafdzi dan maknawi telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.55

Menurut hasil konsensus ulama’ telah sepakat bahwasannya

keharaman mengkonsumsi minuman keras adalah karena minuman keras

banyak memiliki dampak negative bagi tubuh, dan mengkonsumsinya

merupakan perbuatan yang menghasilkan dosa besar, karena berdampak

pada hilangnya kesadaran akal walaupun hanya sementara.56

Larangan mengkonsumsi khamr juga telah dijelaskan didalam Al-Qur’an Surat Al Maidah ayat 90, Allah SWT berfirman:























































Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.57

Selain itu dalam surat Al-Baqarah ayat 219, Allah SWT berfirman:

















































































55

Sayyid Sabiq, Fiqh al-sunnah (Beirut: Dar al-fikr, 1981), jilid 2, 328.

56

Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004), 439.

57

(51)

40

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.58

Selain itu, mengkonsumsi khamr juga bisa mengakibatkan permusuhan dan kebencian diantara sesama manusia. Hal ini sebgaimana

dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 91:































































Artinya: Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembah

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini memberikan perhatian khusus, bahwa sudah seharusnya konfigurasi politik yang terbentuk dalam pembentukan regulasi pemilu selalu mengedepankan

Risiko pasar dalam investasi Obligasi Negara Ritel Seri ORI018 dapat dihindari apabila pembeli Obligasi Negara Ritel Seri ORI018 tetap memiliki Obligasi Negara

Telah dirancang suatu sistem otomatisasi untuk buka tutup atap rumah serta pengontrol kelembaban udara menggunakan Raspberry Pi 3, motor DC, SHT30, limit switch,

Rerata pencapaian kompetensi kemampuan berpikir kritis responden pada masing-masing kelompok OMP dan SNAPPS sebelum dan sesudah perlakuan- secara statistik menunjukkan hasil

putaran kedua menggunakan level ba- wah, pada putaran terakhir banting ba- dan, buka kedua tangan secara per- lahan, mincid kombinasi diantaranya tum- pang tali cindek

Ciri-ciri dari hewan dalam golongan ini adalah struktur giginya yang terdiri atas gigi seri, gigi taring, dan gigi geraham secara lengkap. Gigi seri berbentuk pipih digunakannya

Oleh karena itu, marilah kita belajar untuk dapat semakin menjadi pribadi yang ekaristis supaya Kristus semakin mempribadi dalam hidup kita setiap hari

pengumpulan data dan informasi (lanjutan) b. analisis awal Progress Kinerja; 50% Poklitt 1 Kajian Kebijakan Ekosistem Industri Kedirgantaraan I. Uraian Detail Kegiatan :