PESAN DAKWAH RUBRIK CERPEN ANAK
MAJALAH NURUL HAYAT EDISI BULAN MARET, APRIL 2017 (Analisis Semiotik Model Charles Sanders Peirce)
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Nur Chafshoh (B01213017)
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
▸ Baca selengkapnya: diskusikan tema dan pesan dalam cerpen sepasang sepatu tua
(2)(3)(4)PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Nur Chafshoh
NIM : B01213017
Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Judul : Pesan Dakwah Rubrik Cerpen Anak Majalah Nurul HayatEdisi
Bulan Maret, April 2017 (Analisis Semiotik Model Charles
Sanders Peirce)
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan
.
ABSTRAK
Nur Chafshoh, B01213017, 2017. Pesan Dakwah Rubrik Cerpen Anak Majalah Nurul Hayat Edisi Bulan Maret, April 2017 (Analisis Semiotik Model Charles Sanders Peirce). Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Jurusan Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: Analisis Semiotik, Rubrik Cerpen Anak,
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah, (1) Bagaimana tanda pesan dakwah yang ada dalam rubrik cerpen anak edisi bulan Maret, April 2017?, (2) Bagaimana objek pesan dakwah rubrik cerpen anak Majalah Nurul Hayat edisi bulan Maret dan April 2017?, dan (3) Bagaimana makna pesan dakwah rubrik cerpen anak edisi bulan Maret dan April 2017?. Dengan tujuan mengetahui tanda, objek, dan makna pesan dakwah rubrik cerpen anak Majalah Nurul Hayat edisi bulan Maret dan April 2017.
Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh, penelitian ini menggunakan metode analisis isi semiotik, yaitu model Charles Sanders Peirce, dengan pendekatan kualitatif. Sehingga dalam mengumpulkan data tidak disajikan berupa angka-angka, tetapi kata-kata dan gambar. Dengan sumber data primer dan sekunder. Di antaranya, rubrik cerpen anak Majalah Nurul Hayat, Majalah Nurul Hayat, buku-buku literatur, dokumentasi, dan website Nurul Hayat.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa pesan dakwah yang terdapat dalam rubrik cerpen anak Majalah Nurul Hayat edisi bulan Maret dan April 2017 adalah pesan dakwah akidah dan akhlak. Tanda pesan dakwah akidah dan akhlak meliputi penjelasan tokoh dalam kutipan langsung, pernyataan keyakinan tokoh terhadap Allah SWT dan rasulnya, pernyataan perilaku perduli, pernyataan memberikan benda berharga yang ia miliki, serta pernyataan nasihat dari tokoh tentang keutamaan berbicara baik. Objek pesan dakwah akidah dan akhlak meliputi keyakikan dari tokoh bahwa Allah SWT yang selalu menjaga hambanya dimanapun berada, serta keyakinan tokoh terhadap rasulnya, dan berani memberikan nasihat kepada teman-temannya. Sedangkan makna pesan dakwah akidah dan akhlak adalah memberikan interpretasi kepada peneliti bahwa tokoh-tokoh dalam cerpen percaya kepada Allah dan senantiasa menjadi contoh yang baik dengan memberikan bantuan kepada yang membutuhkan, serta saling menasihati.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...v
ABSTRAK...vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR... xii
BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah... .01
B.Rumusan Masalah... .07
C.Tujuan Penelitian... .07
D.Manfaat Penelitian... .08
E. Definisi Konseptual... .08
F. Sistematika Pembahasan... .11
BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN TENTANG CERPEN DALAM MEDIA DAKWAH A.Pesan Dakwah... .13
1. Pengertian Pesan Dakwah... .13
2. Macam-macam Sumber Pesan Dakwah... .14
3. Tema Pesan Dakwah... .19
4. Pesan Dakwah dalam Cerpen Anak... .21
5. Media Pesan Dakwah... .24
B.Analisis Semiotik Charles Sanders Peirce... .27
C.Penelitian Terdahulu yang Relevan... .30
BAB III : METODE PENELITIAN A.Pendekatan dan Jenis Penelitian... .32
B.Jenis dan Sumber Data... .34
C.Unit Analisis... .35
D.Tahapan Penelitian... .35
E. Teknik Pengumpulan Data... .37
F. Teknik Analisis Data... .38
1. Profil dan Program Yayasan... 45
2. Majalah Nurul Hayat... 48
B.Penyajian Data... 56
C.Analisis Data... 58
D.Temuan dan KonfirmasiTeori... 73
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan... 76
B.Saran... 76
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan salah satu media yang baik untuk menyisipkan pesan
dakwah. Bagi penulis sastra prosa, khususnya jenis fiksi, banyak yang sukses
menyelipkan pesan-pesan positif dalam cerita karangannya. Keahlian dalam
merangkai kata-kata dan mengombinasikan dengan fantasi serta imajinasi yang
dimiliki, kemudian dipadukan dengan pengalaman pengarang.1
Putu Wijaya mengungkapkan definisi sastra adalah cerita tentang manusia,
atau cerita tentang apa saja yang memberi kepada manusia tentang pengalaman
batin, merenungi kehidupan masa lalu, masa kini dan masa datang, untuk
mengantar manusia kepada kehidupan yang lebih baik, lebih sempurna, lebih
membahagiakan manusia secara bersama-sama.2
Orang-orang Islam Indonesia yang mampu menggunakan karya sastranya
sebagai senjata dalam berdakwah, dan mau menerapkannya, merupakan bukti
tanggungjawab terhadap amanat dakwah yang mereka emban. Karena pada
dasarnya, dakwah adalah beban setiap muslim. Tetapi Allah SWT telah
memberikan keringanan kepada hambanya, bahwa Allah SWT tidak akan
membebankan sesuatu di luar kemampuannya.
Hal ini sesuai dengan ayat Allah dalam Al-Qur’annya, Qs. Al-Baqarah: 286 yang berbunyi:
1
Heru Kurniawan Sutardi, Sastra Anak dalam Kajian Strukturalisme, Sosiologi, Semiotika,hingga
Penulisan Sastra Kreatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 18.
2
2
اا اعْس اَإ اًسْفان ه فِلاكي اَ
. آا ةي
Artinya: Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya.3(QS. Al-Baqarah: 286).
Kemampuan menyampaikan pesan dakwah melalui karya sastra adalah
sebuah kelebihan. Tidak semua orang dapat membuat karya sastra, kelebihan
tersebut hanya dimiliki oleh orang-orang yang sudah terbiasa dan memiliki
kemampuan pada bidang tulis-menulis, terlebih lagi kemampuan mengolah
bahasa, dan penguasaan terhadap materi dakwah Islam.
Allah telah memberikan keistimewaan terhadap sebagian manusia, yang
memberikan kemampuan khusus tentang dunia sastra, memberikan kekayaan
imajinasi dan kecerdasan tangan. Setiap karya sastra membutuhkan seni, dan seni
dalam pengertian agama adalah ungkapan rasa syukur manusia atas kebesarannya
dalam memberikan instrumen-instrumen estetika dalam diri manusia. Oleh karena
itu, seni juga dapat bernilai ibadah. Ada banyak macam seni, di antaranya seni
mengarang, seni melukis, seni sastra, seni kaligrafi, seni peran, seni suara dan lain
sebagainya.4
Menulis karya sastra setidak-tidaknya mampu menggunakan pena dalam
kegiatan mengarang. Keistimewaan manusia menggunakan pena, daripada
makhluk Allah yang lain telah tertulis di dalam Al-Qur’an Surat Al-Alaq ayat 4,
dan 5.
امالاع مالاقْلاب امالاع يذالا
ْمالْعاي ْمال اام انااسْن ْْا
3
Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), h. 61.
4
Euis Sri Mulyani, Panduan Pengajaran Seni dalam Islam, (Jakarta: Departemen Agama RI,
3
Artinya: “(Allah) yang mengajar (manusia) dengan perantara pena (baca
tulis). Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.5”(Qs. Al-Alaq: 4-5)
Kegiatan berdakwah dalam agama Islam dengan menggunakan pena telah
dipopulerkan sebagian penulis Indonesia. Pengalaman-pengalaman batin yang
dimiliki oleh penulis, kemudian dituangkan dalam karya mereka. Di antaranya,
Asma Nadia, Habiburrohman El-Syirazy, Helvy Tiana Rossa, dan lain
sebagainya. Mereka berhasil menanamkan pesan dakwah dalam karyanya.
Sehingga penulisan karya sastra di Indonesia kini telah banyak mengangkat
pesan-pesan religi.
Jauh sebelum penulisan karya sastra dapat mengangkat pesan religi sebagai
tema untuk ide mereka, orang-orang Islam sejak zaman Nabi Muhammad baru
pertama kali menyebarkan agama Islam, sastra telah menjadi bahan perbincangan
yang digandrungi oleh orang-orang Arab. Sebagai tempat lahirnya agama Islam,
negara Arab yang penuh dengan para penyair dan selalu memuja-muja kraya
sastra, Nabi Muhammad diamanati oleh Allah untuk membawa Islam dengan
bekal kitab suci Al-Qur’an yang dipenuhi bahasa-bahasa sastra, dan persaingan
orang-orang Arab untuk menggagalkan penyebaran agama Islam dengan
mengalahkan Al-Qur’an tidak satupun di antara mereka dapat menaklukkannya.
Beberapa tempat yang biasa dijadikan tempat berkumpul, ‘ukaz, Majinnah,
dan Dzu al Majaz,6 merupakan tempat para penyair berlomba-lomba
mendengarkan syair-syair mereka yang telah disiapkan, kemudian syair yang
terbaik akan digantungkan di sekitar Ka’bah bersama dengan patung-patung
5
Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006),h.
904.
6
4
sesembahan mereka, harus terkalahkan dengan Al-Qur’an, berhala atau patung
mereka pun berhasil dipindahkan dari sekitar Ka’bah.
Kemampuan orang-orang Islam dalam menggunakan karya sastra
merupakan keahlian para pelaku dakwah dalam memainkan tanda-tanda dalam
setiap kata yang menyusun cerita dalam karya sastra. Tanda dan simbol adalah
alat dan materi yang digunakan untuk berinteraksi. Komunikasi pesan dakwah
dapat terjalin, di mana pesan (tanda) tersebut dikirimkan dari seorang pengirim
(sender) kepada penerima (receiver).7Supaya pesan tersebut dapat diterima secara
efektif maka perlu adanya proses interpretasi terhadap pesan, karena hanya
manusialah yang memiliki kemampuan untuk menggunakan dan memakai
simbol-simbol. Dalam komunikasi istilah simbol biasa dipelajari dalam ilmu semiotika.
Permainan tanda yang dilakukan pendakwah melalui tulisannya, tidak lain
adalah permainan pesan yang disisipkannya terhadap teks. Teks sebagai media,
dapat berupa media majalah. Majalah merupakan salah satu media cetak yang
baik digunakan untuk berinteraksi dengan pembaca. Dengan periodesasi tertentu,
pembaca dapat memprediksi dan tertarik jika majalah tersebut memiliki
kedekatan, sehingga dapat menjadi pembaca yang setia.
Bahasa sastra yang digunakan dalam sebuah majalah salah satu faktor
ketertarikan pembaca. Bahasa ini memiliki ketergantungan dengan organisasi atau
nama media yang menaunginya. Jika yang ditonjolkan adalah media yang
bergenre Islam, maka pesan yang tersirat dalam tulisan majalah lebih
menggambarkan keislaman.
7
Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2015), h.
5
Pembaca terkadang adalah pembaca aktif, kadang pula pasif. Seorang
pembaca dikatakan aktif jika merespon atau terdapat feedback terhadap tulisan yang diterbitkan pada majalah. Pesan-pesan yang disampaikan pengarang kepada
pembaca, baik secara langsung maupun tidak dapat terserap terhadap daya ingat
pembaca. Meskipun tulisan yang terdapat pada majalah tidak mendapatkan
timbal-balik, komunikasi yang dijalin melalui bahasa verbal menggunakan sistem
lambang yang tersirat dan dapat memberikan makna kepada pembaca. Mereka
akan memberikan interpretasi pada setiap kata. Oleh karena itu, komunikasi dalam
bahasa sastra merupakan proses penggunaan tanda-tanda dan simbol-simbol yang
mendatangkan makna bagi orang lain.
Pesan dakwah dalam Islam dibagi menjadi tiga, pertama pesan akidah
(keyakinan) terhadap Allah dan Islam, kedua pesan syariah yang meliputi ajakan
untuk beribadah, dan ketiga pesan akhlak yaitu pesan dakwah dengan
perbuatan-perbuatan yang baik yang dilakukan oleh pelaku dakwah. Orang-orang Islam
dapat berdakwah melalui interaksi atau komunikasi yang dilakukannya dengan
respon yang baik, melalui pesan-pesan sastra dakwah.
Pesan dakwah dapat disisipkan dalam berbagai macam karya sastra. Jenis
karya sastra di antaranya cerita anak (cernak), teenlit, dan cerita dewasa. Cerita
dewasa berisikan kisah-kisah percintaan, atau segala cerita tentang kehidupan
orang dewasa. Teenlit adalah jenis cerita yang menceritakan kisah remaja, baik yang menyangkut tokoh-tokoh utama maupun permasalahannya.8 Dengan
tema-tema pertema-temanan, kisah cinta, impian, khayalan, cita-cita, konflik, dan lain
sebagainya, dan jenis cerita yang terakhir adalah cernak.
8
6
Dari ketiga jenis cerita, yang paling baik digunakan untuk menyisipkan
pesan dakwah adalah cerita anak. Sastra dalam cerita anak sejatinya berisikan
imajinasi-imajinasi pengarang layaknya sastra pada umumnya. Orang yang belajar
sastra, khususnya cerita anak berarti melatih imajinasi mereka. Imajinasi
merupakan suatu gambaran (citra) yang dihasilkan oleh otak seseorang, termasuk
otak anak. Sedangkan otak anak terdiri atas korteks (otak besar), limbik, dan
batang besar. Otak besar adalah bagian di mana perkembangan otak kanan dan
otak kiri ditentukan. Oleh karena itu, anak perlu rangsangan positif agar
perkembangan otaknya berlangsung optimal.9 Dengan memberikan rangsangan
positif sebuah nasihat yang tersirat dalam karya sastra, anak akan menjadi insan
yang memiliki pemikiran positif, dan dengan upaya mengenalkan karya sastra
sejak dini akan melatih imajinasi mereka sejak kecil.
Sajian cerpen anak dengan bahasa yang sederhana, menjadikan peneliti
tertarik untuk meneliti sebuah cerpen anak dalam segi makna pesan dakwah, yaitu
pesan akhlak, akidah, dan syariah. Sehingga peneliti lebih cenderung memilih
teori komunikasi analisis isi semiotik sebagai pisau analisis. Teori semiotik model
Charles Sanders Peirce, mengemukakan teori segitiga makna, melihat pesan
dakwah dari tiga sisi, yaitu tanda, objek, dan makna.
Dalam penelitian semiotik, diperlukan objek penelitian. Objek penelitian
dalam penelitian ini adalah media cetak majalah, tentunya harus mengandung
pesan dakwah dengan genre anak-anak. Oleh karena itu peneliti tertarik pada
Majalah Nurul Hayat rubrik cerpen anak edisi bulan Maret dan April 2017.
Dengan judul Sepatu Roda Untuk Siti, dan Teman Baru Adiba.
9
7
B.Rumusan Masalah
Penelitian ini adalah tentang pesan dakwah yang terkandung dalam Majalah
Nurul Hayat edisi bulan Maret dan April 2017 dengan menggunakan teori
semiotika model Charles Sanders Peirce, yang merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaiamana tanda pesan dakwah rubrik cerpen anak Majalah Nurul Hayat
edisi bulan Maret, April 2017?
2. Bagaimana objek pesan dakwah rubrik cerpen anak Majalah Nurul Hayat
edisi bulan Maret, April 2017?
3. Bagaimana makna pesan dakwah rubrik cerpen anak Majalah Nurul Hayat
edisi bulan Maret, April 2017?
C.Tujuan Penelitian
Sebuah penelitian, memiliki tujuan yang harus dicapai agar penelitian
menemukan hasil, dalam penelitian ini tujuannya adalah:
1. Mengetahui tanda pesan dakwah rubrik cerpen anak Majalah Nurul Hayat
edisi Maret, April 2017.
2. Mengetahui objek pesan dakwah rubrik cerpen anak Majalah Nurul Hayat
edisi Maret, April 2017.
3. Mengetahui makna pesan dakwah rubrik cerpen anak Majalah Nurul Hayat
8
D.Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah sesuatu yang harus ada dalam penelitian, baik
secara teoretis maupun praktis, oleh karena itu peneliti memaparkan manfaat
penelitian di bawah ini:
1. Secara Teoretis
a. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan akademik
tentang penelitian analisis isi pesan dakwah pada sebuah majalah.
b. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan literasi
dan wawasan untuk para akademisi yang sedang melakukan penelitian
dengan teori yang sama yakni, Charles Sanders Peirce.
2. Secara Praktis
a. Bagi peneliti, diharapkan dapat menjadi pengalaman yang bermanfaat
bagi masa depan peneliti, sekaligus dapat menerapkannya.
b. Bagi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, diharapkan
penelitian ini dapat menjadi tambahan literasi civitas akademika
tentang penelitian dakwah dengan menggunakan metode analisis isi.
c. Bagi Yayasan Nurul Hayat, diharapkan dapat menjadi dorongan untuk
dapat lebih memantapkan misi berdakwah menggunakan cerpen
sebagai media dakwah.
E.Definisi Konseptual
Definisi Konseptual adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
9
berdasarkan sifat atau atas cara bekerjanya, sehingga definisi konseptual dalam
penelitian ini adalah:10
1. Pesan Dakwah
Pesan dakwah adalah simbol-simbol yang disisipkan oleh seseorang
dalam melakukan dakwahnya kepada umatDalam buku Moh Ali Aziz, jenis
pesan dakwah dikelompokkan dalam kategori dari mana saja sumber pesan
itu didapatkan. Sumber pokok ajaran Islam, ada di dalam Al-Qur’an dan
hadis, atau bisa dari mana saja yang sumbernya dapat terpercaya, dan tidak
menyalahi Al-Qur’an dan hadis, di antaranya dari kisah-kisah pengalaman
hidup seseorang, dan karya sastra.
Sedangkan content yang ada di dalam pesan dakwah, atau yang bisa
disebut tema. Di dalam Islam, meliputi tiga pokok. Akidah, Syariah, dan
akhlak. Akidah adalah keimanan yang ada dalam diri seorang muslim
terhadap Allah.11 Objek keimanan menurut Al-Quran adalah hanya Allah
semata. Sedangkan dalam tema pesan dakwah syariah, adalah perintah
melakukan ibadah kepada Allah, dan tema pesan dakwah yang terakhir yaitu
akhlak, di mana seorang muslim berdakwah dengan pencerminan perbuatan
baik yang dilakukan seorang muslim dengan muslim lainnya.
2. Rubrik Cerpen Anak
Dari perkembangannya, media cetak merupakan media yang tidak
akan tertinggal dari sejarah pers. Pers yang menyangkut media massa kini
memang berkembang sangat pesat, dimulai dari media cetak sederhana pada
10
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Semarang: Penerbit Ghalia Indonesia, 2009), h. 127.
11
10
zaman Romawi bernama Acta Diurna dam Acta Senatus, sekarang sudah
menjadi mendunia dengan berbagai jenis, meliputi media cetak dan
elektronik. Dari segi bentuknya, media cetak ada yang berbentuk surat
kabar, tabloid dan majalah, sedangkan media elektronik berbentuk radio dan
televisi serta terakhir melalui internet, yang disebut e-news.12
Sedangkan Rubrik adalah kepala karangan (ruang tetap) dalam media
cetak baik surat kabar maupun majalah. Rubrik dalam surat kabar misalnya
tajuk rencana, surat pembaca, atau dongeng anak. Isi rubrik ada yang secara
jelas ditampilkan oleh penulis (tersurat) dan ada yang tidak secara jelas
ditampilkan oleh penulis (tersirat). Isi rubrik merupakan pokok masalah
yang dibicarakan dalam rubrik. Rubrik memuat isi dan pesan yang ingin
disampaikan penulis kepada pembaca. Isi rubrik merupakan hal pokok yang
dibahas dalam rubrik. Sementara itu pesan rubrik merupakan anjuran atau
nasihat penulis yang terdapat dalam rubrik yang ditujukan kepada pembaca.
Dalam sebuah majalah, terdiri dari banyak rubrik. Rubrik berguna
untuk memudahkan pembaca tentang apa yang akan dibacanya. Karena
dalam sebuah rubrik, pasti ada penamaan untuk rubrik tersebut sebagai
pembeda dengan rubrik-rubrik yang lain. Serta dengan adanya penamaan
rubrik, dapat menentukan jenis penulisan isi rubrik. Contoh rubrik pada
sebuah majalah di antaranya, rubrik artikel, esai, tajuk rencana, features,
kolom, dan juga cerpen. Pembagian atau penamaan rubrik biasanya
tergantung visi-misi sebuah lembaga yang mendirikan kantor redaksi.
12
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2016), h.
11
Secara umum struktur perusahaan media cetak dapat dibagi menjadi
beberapa bagian, di antaranya adalah Pimpinan Umum, Pimpinan Redaksi,
Pimpinan Perusahaan, Redaktur Pelaksana, Kepala Percetakan, Kepala Pemasaran dan Iklan, Kepala Distribusi dan Sirkulasi13
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan adalah bagian penelitian yang terdiri dari sub-sub
pembahasan di dalam bab per bab. Yaitu ada lima bab, dijelaskan di bawah ini:
Pada bab satu peneliti akan memaparkan tentang langkah awal dalam
penelitian skripsi, di antaranya menjelaskan, a) Latar belakang masalah, b)
Rumusan masalah, c) Tujuan penelitian, d) Manfaat penelitian, e) Definisi
konseptual, dan f) Sistematika pembahasan.
Pada bab dua adalah kajian kepustakaan tentang pesan dakwah pada
cerpen anak, untuk dapat mengerti isi dan analisis semiotiknya, maka peneliti
merincikan dalam sub-sub bab yaitu terdiri dari, a) Pesan Dakwah, b) Analisis Isi
Semiotik Charles Sanders Peirce, c) Penelitian Terdahulu yang Relevan
Pada bab tiga, membahas tentang metode penelitian yang digunakan oleh
peneliti. Di antaranya, menggunakan metode analisis isi semiotik dan pendekatan
penelitian kualitatif, yaitu bagaimana cara peneliti mendekati objek penelitian,
sehingga hal-hal yang perlu dipaparkan dalam skripsi ini adalah berbentuk data,
gambar, dan dokumen.
Bab empat adalah bab tentang analisis dari penelitian yang dilakukan. Dari
13
12
pencarian data dengan dokumentasi, dan analisisnya tentang pesan dakwah dalam
Cerpen Anak Majalah Nurul Hayat, hingga bagaimana hasil analisis cerpen
tersebut.
Pada bab lima adalah penutup. Akan ditarik kesimpulan penelitian.
Bagaimana tanda, objek, dan makna pesan dakwah dalam rubrik cerpen anak, dan
bagaimana analisis isi semiotik pesan, serta akan dipaparkan saran-saran kepada
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN TENTANG PESAN DAKWAH DALAM CERPEN ANAK
A.Pesan Dakwah
1. Pengertian Pesan Dakwah
Pesan dakwah dalam ilmu komunikasi adalah massage, yaitu
simbol-simbol. Dalam literatur bahasa Arab, pesan dakwah disebut maudlu’ al
-da’wah.Istilah ini lebih tepat dibanding dengan istilah “materi dakwah” yang
diterjemahkan dalam bahasa Arab menjadi maaddah al-dakwah. Istilah pesan
dakwah dipandang lebih tepat untuk menjelaskan, “isi dakwah berupa kata,
gambar, lukisan dan sebagainya yang diharapkan dapat memberikan
pemahaman bahkan perubahan sikap dan perilaku mitra dakwah.” Jika dakwah
melalui tulisan umpamanya, maka yang ditulis itulah pesan dakwah. Jika
melalui lisan, maka yang diucapkan pembicara itulah pesan dakwah. Jika
melalui tindakan, maka perbuatan baik yang dilakukan itulah pesan dakwah.1
Allah SWT dalam memberikan perintah berdakwah kepada setiap muslim,
tidaklah membebani hambanya, tetapi disesuaikan dengan kemampuannya.
Berikut ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tugas berdakwah:Qs. Al-A’raf Ayat
42:
ل
ذ ي
ن
م ن
و
ع
ل
و
صل
ل
ح
ت
ل
ُ
ك ل
ف
ُ
ف
س
إ
ل
س
ع
ل
كـ
ص
ح
ب
جل
ن ة
ۚ.
ه
م
ف ي
خ
ل د
۞
1
14
Artinya: Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan kebajikan, kami tidak akan membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.2 (Qs. Al-A’raf: 42).
Pesan dakwah dapat dilakukan melalui apa saja, dan dengan cara apa
saja. Nabi Muhammad melakukan dakwah di Makkah dengan mad’u yang
berbeda-beda karakter. Curah perhatian Nabi ada pada pembinaan umat, baik
internal umat Islam maupun pengintegrasian semua umat dalam ikatan
kehidupan bersama sebagai satu kesatuan ummah wahidah.3
Pesan apapun yang dijadikan sebagai pesan dakwah selama tidak
bertentangan dengan sumber utamanya, yaitu Al-Qur’an dan hadis dapat
disebut pesan dakwah. Dengan demikian, semua pesan yang bertentangan
terhadap Al-Qur’an dan hadis tidak disebut sebagai pesan dakwah. Semua
orang dapat berbicara tentang moral, bahkan dengan mengutip ayat Al-Qur’an
sekalipun. Akan tetapi jika hal itu dimaksudkan untuk pembenaran atas
kepentingan nafsunya semata, maka demikian itu bukan termasuk pesan
dakwah. Pesan dakwah pada garis besarnya terbagi menjadi dua, yaitu pesan
utama (Al-Qur’an dan hadis) dan pesan tambahan atau penunjang (selain
Al-Qur’an dan hadis).
2. Macam-macam Sumber Pesan Dakwah
Sebuah pesan dapat disisipkan melalui sebuah media, dapat berupa apa
saja yang memiliki nilai kebaikan untuk mengajak kepada Islam.
Macam-macam sumber pesan dakwah menurut Moh Ali Aziz adalah sebagai berikut4:
2
Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), h.
209.
3
Abdullah Khozin Afandi, Melacak Awal Sejarah Islam, (Surabaya: Penerbit Dakwah Digital
Press, tt), h. 38.
4
15
a. Ayat-ayat Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah wahyu penyempurna. Seluruh wahyu yang
diturunkan oleh Allah SWT, kepada nabi-nabi terdahulu termaktub dan
teringkas dalam Al-Qur’an. Dengan mempelajari Al-Qur’an, seseorang
dapat mengetahui kandungan Kitab Taurat, Kitab Zabur, Kitab Injil,
Shahifah (lembaran wahyu) Nabi Nuh a.s, Shahifah Nabi Ibrahim a.s,
Shahifah Nabi Musa a.s, dan Shahifah yang lain. Selain itu, Al-Qur’an juga memuat keterangan di luar wahyu-wahyu yang terdahulu. Menjadikan
Al-Qur’an sebagai pesan dakwah, dengan mengutip ayat-ayatnya untuk
menjadikan landasan pesannya, dapat diterapkan dalam berdakwah. Karena
hakikat dakwah adalah untuk menyampaikan pesan-pesan agama Islam,
salah satunya melalui wahyu (Allah).
b. Hadis Nabi SAW
Hadis Nabi SAW adalah segala ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat,
bahkan ciri fisik dari seorang nabi. Hadis Nabi dapat digunakan sebagai
materi pesan dakwah. Untuk mengutip hadis Nabi, tidak serta merta seluruh
hadis yang diriwayatkan oleh sahabat dapat dijadikan, karena ada tingkatan
menurut kesahihannya. Seorang pendakwah tidak perlu untuk menelitinya
sendiri, pendakwah tidak perlu juga untuk menghafal keseluruhan hadis,
tetapi cukup membuat klasifikasi hadis berdasarkan kualitas dan temanya.
c. Pendapat Para Sahabat Nabi SAW
Orang yang hidup semasa dengan Nabi SAW., pernah bertemu dan
beriman kepadanya adalah sahabat Nabi SAW. Pendapat sahabat Nabi
16
belajarnya yang langsung dari beliau. Untuk dapat mengutip perkataan
sahabat Nabi, harus mengikuti etika, tidak bertentangan dengan Al-Qur’an
dan hadis, menyebutkan nama sahabat yang dikutip, menyebut sumber
rujukan, membaca do’a dengan kata radliyallahu ‘anhu ‘anha atau menulis
dengan singkatan r.a di belakang nama sahabat.
d. Pendapat Para Ulama
Pendapat para ulama, merupakan sebuah pendapat yang diutarakan
oleh ulama dengan hasil pemikiran yang diperoleh dari ilmu pengetahuan
agama yang mendalam. Untuk dapat mengutip pendapat ulama sebagai
pesan dakwah, kita menghindari pendapat ulama yang buruk (ulama’ al
-su’), yakni ulama yang tidak berpegang pada Al-Qur’an dan hadis
sepenuhnya dan tidak ada kesesuaian antara ucapan dan perbuatannya.
e. Hasil Penelitian Ilmiah
Tidak sedikit ayat Al-Qur’an yang bisa kita pahami lebih mendalam
dan luas setelah dibantu hasil sebuah penelitian ilmiah. Inilah hasil
penelitian yang menjadi salah satu sumber pesan dakwah. Masyarakat
modern sangat menghargai hasil penelitian. Sifat dari hasil penelitian ilmiah
adalah relatif dan reflektif. Relatif, karena nilai kebenarannya dapat
berubah. Reflektif, karena ia mencerminkan realitasnya.
f. Kisah dan Pengalaman Teladan
Ketika mitra dakwah merasa kesulitan dalam mencerna
konsep-konsep yang pendakwah sampaikan, pendakwah berusaha mencari
upaya-upaya yang memudahkannya. Ketika mereka kurang antusias dan kurang
17
menguatkan argumentasinya atau bukti-bukti nyata dalam kehidupan. Salah
satu di antaranya adalah menceritakan pengalaman seseorang atau pribadi
yang terkait dengan topik.
Pengalaman yang baik tentu saja akan menambah semangat para
mad’u yang sedang dituju, tetapi alangkah baiknya jika pendakwah juga
menyadarkan bahwa di dalam pengalaman batin dari para mad’u yang
kurang baik, akan bisa memperbaiki diri dengan pengalaman yang ditulis di
dalam karangan. Pengarang seperti Jalaludin Arrumi, dan Kahlil Gibran ia
mampu menuliskan pengalaman buruknya untuk diungkapkan dengan
syair.5
g. Berita dan Peristiwa
Pesan dakwah bisa berupa berita tentang suatu kejadian. Peristiwanya
lebih ditonjolkan daripada pelakunya. Berita (kalam khabar)menurut istilah
‘ilmu al-Balaghahdapat benar atau dusta. Berita dikatakan benar jika sesuai
dengan fakta. Jika tidak sesuai dengan fakta, disebut berita bohong. Hanya
berita yang diyakini kebenarannya yang dapat dijadikan pesan dakwah.
Dalam Al-Qur’an, berita sering diistilahkan dengan kata al-naba’, yakni berita yang penting, terjadinya sudah pasti, dan membawa manfaat yang
besar. Berbeda dengan kata al-khabar yang berarti berita sepele dan sedikit manfaatnya.
h. Karya Sastra
Pesan dakwah kadangkala perlu ditunjang dengan karya sastra yang
bermutu sehingga lebih indah dan menarik. Karya sastra ini bisa berupa:
5
18
syair, cerita sastra (cerpen), puisi, pantun, nasyid atau lagu dan sebagainya.
Tidak sedikit para pendakwah yang menyisipkan karya sastra dalam pesan
dakwahnya.6 Hampir semua karya sastra mempunyai pesan-pesan bijak.
Nilai sastra adalah nilai keindahan dan kebijakan. Keindahannya
menyentuh perasaan, sementara kebijakannya menggugah hati dan pikiran.
Pesan yang bijak akan mudah diterima dengan perasaan yang halus. Orang
yang tidak memiliki perasaan sulit untuk menerima kebijakan. Bukankah
ayat suci Al-Qur’an mengandung nilai sastra yang tinggi. Hati yang sedang
sakit, seperti sombong, dengki, kikir, dan sebagainya sulit menerima
kebenaran Al-Qur’an.
Karya sastra mengungkapkan tanda-tanda yang dapat digunakan oleh
komunikator untuk berkomunikasi dengan komunikan (mad’u) nya. Setiap
pengarang karya sastra memiliki kemampuan untuk mengolah bahasa,
sedangkan popularitas karya untuk menarik pembaca adalah sebagai akibat
dari daya tarik pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.7
i. Karya Seni
Karya seni juga memuat nilai keindahan yang tinggi. Jika karya sastra
menggunakan komunikasi verbal (diuucapkan), karya seni banyak
mengutarakan komunikasi nonverbal (diperlihatkan). Pesan dakwah jenis ini
mengacu pada lambang yang terbuka untuk ditafsirkan oleh siapapun. Jadi,
bersifat subjektif. Tidak semua orang mencintai atau memberikan apresiasi
karya seni. Bagi pencinta karya seni, pesan dakwah jenis ini lebih banyak
6
Euis Sri Mulyani, Panduan Pengajaran Seni dalam Islam, (Jakarta: Departemen Agama RI,
2003), h. xxi
77
19
membuatnya berpikir tentang Allah SWT, dan makhluk-Nya, lebih daripada
ketika hanya mendengar ceramah agama, sehingga ketika berdakwah
dengan materi menggunakan seni sebagai pesan dakwah, adalah kepada
para pencinta seni.
3. Tema Pesan Dakwah
Menurut arti katanya tema berarti “sesuatu yang telah diuraikan” atau
“sesuatu yang telah ditempatkan.” Kata ini berasal dari kata Yunani titheinai
yang berarti menempatkan atau meletakkan. Untuk dapat memberikan
pengertian tema, ada yang mengatakan bahwa tema bisa diartikan dari dua
sudut. Yaitu sudut sebuah karangan yang telah selesai, dan dari sudut karangan
yang belum selesai.8
Mengartikan tema dari sudut karangan yang telah selesai, tema adalah
suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya.
Amanat utama ini dapat diketahui, bila seseorang membaca suatu teks hingga
selesai. Karena setelah membaca karangan hingga selesai, seseorang akan tahu
intisari dari sebuah bacaan.
Mengetahui tema karangan dalam sebuah karya cerpen Islami pun juga
demikian. Perlu kiranya membaca karya hingga akhir, maka tema atau dalam
karangan cerpen disebut dengan amanat, akan diketahui apa tema atau amanat
itu. Dalam agama Islam, tema-tema dalam berdakwah dibagi menjadi tiga,
yaitu:
8
20
a. Akidah, yang meliputi iman kepada Allah SWT, iman kepada
malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-rasul
Allah, dan iman kepada qadla dan qadar.
b. Syariah, yang meliputi ibadah dalam arti khas (thaharah, shalat, as-shaum, zakat, haji) dan muamalah dalam arti luas (qanun al-khas/hukum perdata dan al-qanun al-‘am/hukum publik).
c. Akhlak, yang meliputi akhlak kepada al-khaliq dan makhluq (manusia dan non manusia).
Hal ini juga terdapat dalam materi atau pesan dakwah yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad ketika berdakwah di Makkah. Materi yang disampaikan
kala itu adalah tentang tauhid, iman kepada hari kiamat, pembersih jiwa
dengan menjauhi segala kemungkaran dan kekejian yang menimbulkan akibat
buruk, dengan melakukan hal-hal yang baik dan utama, penyerahan segala
urusan kepada Allah, semua itu dilakukan setelah beriman kepada risalah Nabi
Muhammad.9
Pesan dakwah yang terdapat pada sebuah karya sastra dapat meliputi
tema-tema Islam yang berupa akidah, syariah, dan akhlak. Tema tersebut
bersembunyi di balik simbol-simbol yang disusun oleh penulis karya melalui
kata-kata dalam karangan. Sehingga untuk membedah tema atau amanat dalam
cerita harus mengamati, dan mengklasifikasi termasuk tema Islam yang mana.
Orang-orang muslim mendapatkan perintah menyebarkan kebajikan, juga
merupakan sebuah tema dalam cerita Islam, perilaku baik yang dilakukan
muslim juga merupakan gerakan dakwah dengan metode bil hal, tema akhlak
9
21
yang baik dalam Islam berarti menebarkan kebaikan, perintah ini terdapat pada
ayat Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 110:
م ر ي خ م ت ن ك
نل ل ت ج ر خ ٍة
أ ت س
ف ر ع ل ب ر م
ت
ـ ت ر ك ن ل ن ع و ن
ٶ
ل ب و ن م
ۗ.
و ل
ه ن م
ل ر ي خ ك ل ت ك ل ل
م ۗ.
ل م ن م
ٶ
فل م ه ر ث ك و ن م
۞ و ق س
Artinya: Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah, sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.10(Qs. Ali Imran: 110).
4. Pesan Dakwah dalam Cerpen Anak
Karya seni sastra merupakan sebuah hasil karangan dari seorang penulis
yang penuh dengan simbol-simbol kalimat untuk menyusun pesan. Pesan dapat
disampaikan dengan baik, tergantung keahlian dari penulis karya itu. Kognisi
atau pemikiran yang bersumber dari pengalaman yang dimiliki penulis,
membuat enak tidaknya karya dibaca.
Ada banyak jenis karya sastra. Jika pesan dibungkus dengan seorang ahli
syair maka yang muncul adalah puisi, jika pesan itu disampaikan oleh orang
yang ahli beretorika, maka yang muncul adalah kesenian berkata-kata, tetapi
jika yang muncul adalah orang yang ahli dalam menulis cerita (cerpen) maka
terangkailah sebuah cerpen yang berisi simbol-simbol kata dalam sebuah
kalimat.
Semua pesan dakwah yang disampaikan dalam kegiatan apapun,
bergantung pada niat dari para pelaku dakwah. Bahasa yang disampaikan da’i
10
Departemen Agama, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), h.
22
melalui karya sastra itu yang dapat dikegorikan dalam pesan dakwah, seperti
dalam hadis yang mengungkapkan tentang keutamaan niat dalam melakukan
tindakan apapun,
ا ن
م
لا ا
مع
ا
ب
نل ا
ي
ت ا
و ا
ن
م
ل ا
ل
رما
ئ
م
ن ا
Artinya: Segala perbuatan itu bergantung pada niat, dan sesungguhnya bagi tiap-tiap orang ada (sesuatu) yang dia niatkan. (Bukhori-Muslim).11
Bahasa dalam karya sastra cerpen tidak sama dengan karya sastra
lainnya. Puisi hanya terdiri dari beberapa kata dalam satu baris. Sedangkan
cerpen, terangkai dalam cerita yang memiliki beberapa paragraf, dan terdiri
dari suatu kejadian yang ditulis oleh pengarangnya, dengan menggunakan
karya seni bahasa yang khas.
Adapun unsur-unsur yang membentuk cerpen di antaranya:12Tema
adalah pokok pikiran yang menjadi dasar cerita. Apa yang hendak kita
sampaikan dalam cerita. Pada umumnya pengarang menyusun karangan setelah
mempunyai tema. Dalam cerita anak-anak atau dongeng, tema sering
dinyatakan di akhir cerita.
Seperti halnya karya sastra cerpen anak, dalam bahasa anak, merupakan
bahasa yang sederhana. Seorang anak adalah makhluk kecil yang lugu, polos,
11
Tohir Rahman, Terjemah Hadis Arbain AnNawawiyah, (Surabaya: Penerbit Al-Hidayah, tt), h.
15-16.
12
Hermawan Aksan, Proses Kreatif Menulis Cerpen, (Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia, 2015),
23
dan apa adanya. Karena itu pula anak-anak melihat kehidupan dengan apa
adanya, sekaligus memberikan penilaian yang juga apa adanya.13
Kemudian Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin
sedemikian rupa sehingga menggerakkan jalan cerita, dari awal, tengah, hingga
mencapai klimaks dan akhir cerita. Tetapi biasanya ada dua cara, yaitu secara
kronologis, dan cara flashback.
Karakterisasi atau perwatakan merupakan gambaran tentang tokoh
cerpen. Bisa tentang gambaran fisik (jenis kelamin, wajah, mata, rambut,
pakaian, umur, pekerjaan, caranya berjalan, dan sebagainya) bisa juga
gambaran kejiwaan dan emosinya (perilaku, kesedihan, kemarahan, dan
sebagainya).
Rubrik cerpen biasanya digunakan sebagai hiburan, dan dimanfaatkan
oleh para da’i sebagai media untuk berdakwah. Hal ini sangat efektif, cerpen
dapat digunakan sebagai media hiburan karena di dalam cerpen adalah cerita
pendek yang berisikan imajinasi yang menggunakan bahasa tidak baku.
Sehingga pembaca tidak mudah lelah, dan tidak bosan membacanya. Ketika
disisipkan pesan dakwah, pembaca tidak akan mudah merasa jenuh.
Bahasa cerpen yang kentara dengan imajinasi-imajinasi yang khas,
membedakan dengan rubrik lain dalam majalah. Cerpen cenderung
menampakkan khayalan yang tiba-tiba terbesit di dalam pikiran pembaca.
Sehingga untuk berdakwah lebih cocok pada kalangan anak-anak.
13
Dewanto Nugroho, 200 Ide Gila Menulis Buku, (Jakarta: PT. Grafindo Media Pratama, 2008), h.
24
Tetapi problemnya adalah anak-anak lebih menyukai rubrik yang
memiliki gambar-gambar, untuk memunculkan imajinasi, akan lebih mudah
dengan media visual yang memiliki banyak warna, daripada bentuk tulisan.
Semiotika (tanda-tanda) yang ada di dalam gambar akan lebih mudah
ditangkap oleh anak-anak, sedangkan tulisan tidak.
Cerpen anak berbeda dengan dongeng. Cerpen anak berkisah tentang
kehidupan nyata sehari-hari yang dialami anak-anak, sedangkan dongeng
umumnya bercerita tentang peristiwa-peristiwa yang tidak nyata, misalnya
tentang binatang yang berbicara seperti manusia, tentang para dewa, tentang
legenda, dan lain-lain.
Ada beberapa pengarang Inggris terkenal, Enid Blyton, misalnya, sangat
mahir menulis cerita untuk anak-anak. Karyanya yang terkenal antara lain
Empat Sekawan. Di Indonesia, banyak pengarang senior yang menulis juga
cerita anak-anak, misalnya Arswendo Atmowiloto, Joko Lelono, dan Dwianto
Setiawan. Dari angkatan yang lebih baru ada nama Ali Muakhir, pengarang
yang sudah menghasilkan ratusan buku anak-anak.
Semiotika merupakan ilmu tentang tanda-tanda, ada juga yang
mengatakan studi tentang bagaimana masyarakat memproduksi makna dan
nilai-nilai dalam sebuah sistem komunikasi.14 Di dalam semiotika yang berupa
gambar, anak-anak cenderung lebih paham, karena memainkan imajinasi atau
khayalan mereka. Sedangkan yang berbentuk tulisan harus melalui proses
kognisi mereka terlebih dahulu, baru akan memunculkan pemahaman.
14
25
5. Media Pesan Dakwah
Media berasal dari bahasa latin, yaitu kata medium bentuk kata tunggal, sedangkan media sudah merupakan bentuk jamak dari kata medium, sehingga
penyebutannya tidak perlu media-media. Ada banyak makna yang diberikan,
namun yang cocok dan relevan dengan konteks media cetak adalah perantara,
alat, jalur (of Communication). Media juga berasal dari bahasa latin “median”
yang artinya perantara.15
Dalam sarana dakwah, Al Bayanuni mendefinisikan media sebagai
wasa’il (sarana) dakwah yang memiliki arti sesuatu yang dimanfaatkan oleh
da’i dalam rangka menerapkan manhaj dakwah baik sarana maknawiyah (non
fisik) maupun maddiyah (fisik)16, dan setiap orang memiliki cara tersendiri,
seperti halnya berdakwah dengan menggunakan media fisik di zaman sekarang
ini adalah media cetak, media cetak adalah media pers yang digunakan untuk
menampilkan realistas sosial, berita faktual, komentar pendapat, pada dasarnya
merefleksikan realitas masyarakat,17 yang dakangkala dapat berupa pendapat
dalam bentuk sastra, di antaranya majalah.
Media majalah, merupakan media yang menggunakan bentuk tulisan.
Untuk dapat memahami media ini adalah dengan memahami ragam jenis isi,
semisal gambar, tabel, bagan, dan tulisan. Tulisan berbentuk huruf, tanda baca,
15
Fajar Junaedi, Manajemen Media Massa; Teori, Aplikasi dan Riset, (Yogyakarta: Buku Litera,
tt), h. 14.
16
Ibid, h. 51.
17
26
bentuk tulisan paragraf, maupun sistematika yang dipakai pengarang dalam
memaparkan gagasannya.18
Di dalam sebuah majalah terdapat banyak rubrik, rubrik adalah kepala
karangan (ruang tetap) dalam sebuah media cetak (majalah). Untuk itu dapat
digunakan sebagai media dakwah. Di dalam majalah terdapat beberapa rubrik,
pembaca dapat memilih rubrik yang mereka sukai untuk dibaca. Rubrik-rubrik
yang menarik di dalam majalah, salah satunya adalah cerpen.
Pada majalah komersial, banyak terdapat gambar-gambar yang
mendominasi, baik dari gambar anak-anak hingga ilustrasi unik, bahkan
Majalah Bobo hanya menggunakan gambar sebagai media untuk bercerita
kepada anak. Tidak seperti cerpen, yang mengalirkan ceritanya dengan
tulisan-tulisan.
Bahasa yang dipakai sederhana. Kata-katanya mudah dipahami dan
kalimat-kalimatnya pendek. Persoalan yang diangkat biasanya tentu saja
berkaitan dengan sehari-hari yang dialami anak-anak. Panjang cerpen anak
umumnya sekitar dua-tiga halaman kuarto ketik spasi ganda. Namun cerpen
anak pada surat kabar dan tabloid biasanya lebih pendek daripada majalah.
Aspek tulisan huruf pada media majalah atau tabloid, sangat perlu
dipahami dengan seksama. Karena berisikan paragraf yang tersusun dari kata
per kata, yang disusun untuk memberikan arti menjadi sebuah kalimat yang
dapat dipahami. Setiap tulisan dalam bacaan merupakan code yang
18
Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra, (Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo,
27
merepresentasikan atau menjadi pengungkap suatu gagasan yang menggunakan
media bahasa lewat teks. Pemahaman huruf merupakan kunci awal dalam
memahami bacaan.19
Karya sastra yang menampilkan cerpen anak misalnya, ia akan
memberikan makna-makna dalam kata, kalimat, paragraf terhadap pemahaman
anak-anak. Dunia anak memang berbeda dengan dunia orang dewasa, sehingga
penyusunan kata paling tidak, harus dipahami oleh anak-anak yang sedang
membacanya.
Dalam sebuah media massa, walaupun namanya cerpen anak, siapa pun,
usia berapa pun, bisa menulis dan mengirimkan cerpen anak. Kecuali kalau
redaksi media massa tertentu hanya membatasi halamannya khusus buat para
pengarang anak/remaja pemula.
B. Analisis Semiotik Charles sanders Peirce
Komunikasi adalah negosiasi dan pertukaran makna di mana pesan
dibangun oleh masyarakat berdasarkan budaya dan realitas, yang mampu
berinteraksi karena menggunakan makna yang mereka bangun dan mereka
pahami bersama untuk menumbuhkan saling pengertian.
Semiotik sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami
dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan
tanda. Dengan demikian semiotik mempelajari hakekat tentang keberadaan
suatu tanda. Menurut Saussure, persepsi dan pandangan kita tentang realitas,
19
28
dikonstruksikan dengan kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam
konteks sosial.
Roland Barthes, memberi pelajaran berharga tentang bagaimana
menganalisis tanda-tanda komunikasi yang ia sebut semiologi komunikasi,
yaitu mementingkan hubungan antara tanda dengan pengirim dan penerimanya.
Dengan begitu seorang peneliti menganalisis setiap teks berdasarkan
konteksnya, refrensinya dan dapat menggunakan penjelasan sintaksis
(ketatabahasaan) dan analisis semantik (makna tanda-tanda) bahkan historical events dan objects, termasuk teks tertulis. Oleh karena semiologi, analisis teks,
demikian Roland Barthes, berarti menganalisis tentang segala hal yang
berhubungan dengan sistem simbolik dan semantik dari peradaban manusia
seluruhnya.
Sedangkan dalam semiotika menurut Charles Sanders Peirce
mendefinisikan semiotika sebagai studi tentang tanda dan segala sesuatu yang
berhubungan dengannya, yakni cara berfungsinya, hubungannya dengan
tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang
mempergunakannya.20
Berdasarkan lingkup pembahasannya, menurut Mansoer Pateda ada
sembilan macam semiotik:
1. Semiotika analitik, yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce
menyatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya
menjadi ide, objek, dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang,
20
29
sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang
mengacu kepada objek tertentu.
2. Semiotik deskriptif, yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda
yang dapat dialami oleh setiap orang, meskipun ada tanda yang sejak
dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang. Misalnya, langit mendung
sebagai tanda bahwa hujan akan segera turun, merupakan tanda permanen
dengan interpretasi tunggal (monosemiotik).
3. Semiotik Faunal, yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda dari
hewan-hewan ketika berkomunikasi di antara mereka dengan
menggunakan tanda-tanda tertentu, yang sebagian dapat dimengerti oleh
manusia. Misalnya ketika ayam berkokok pada malam hari, dapat
dimengerti sebagai petunjuk waktu.
4. Semiotik kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu. Oleh karena semua suku,
bangsa, atau negara memiliki kebudayaan masing-masing, maka semiotika
berguna untuk menganalisis keunikan, kronologi, kedalaman makna yang
terkandung dalam setiap kebudayaan tersebut.
5. Semiotik naratif, yakni semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi
yang berwujud mitos dan cerita lisan.
6. Semiotik natural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh alam. Misalnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika.
7. Semiotik normatif, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda
30
8. Semiotik Sosial, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh manusia berwujud lambang, baik lambang berwujud kata
maupun kalimat. Ancangan ini dipraktikkan oleh Halliday, dengan
membuat buku Language and Social Semiotik, sebagai semiotik sosial yang menelaah sistem tanda yang terdapat dalam bahasa.
9. Semiotik struktural, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda
yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Tujuan memaparkan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan, adalah
untuk menghindari penelitian dengan permasalahan yang sama yang pernah
dilakukan seseorang, dan menghindari adanya plagiarisme maka peneliti
sampaikan beberapa hasil penelitian terdahulu dengan memaparkan
[image:38.595.127.526.266.751.2]persamaan dan perbedaan, sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu yang Relevan
No Nama
Peneliti, Tahun
Judul Persamaan Perbedaan
1. Abdul
Chalim, 2017.
Pesan Akidah Dalam Syair Lagu Grup Band Letto (Analisis Semiotik Model Charless Sanders Peirce) Persamaan dalam penelitian Abdul Chalim dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan teori model Charles sanders Peirce. Perbedaan pada penelitian Abdul Chalim dengan penelitian ini adalah pada objek
penelitiannya, yaitu mengkaji lagu Letto, sedangkan dalam penelitian ini
31
2. Achmad
Muhaimin , 2015 Kontroversi Pesan Dakwah dalam Film NOAH: Analisis Semiotik Model Charles Sanders Peirce. Persamaan dalam penelitian Muhaimin dengan penelitian ini adalah pada model teori yang digunakan, yaitu Charles Sanders Peirce. Perbedaan dalam penelitian Muhaimin dengan penelitian ini terletak pada objek penelitian, yaitu Film NOAH, sedangkan penelitian ini
mengkaji cerpen pada majalah
3. Nawal
Karomi, 2016
Konstruksi Dakwah dalam Film Ku Kejar Cinta ke Negeri Cina (Analisis Semiotik Charles Sanders Peirce tentang Konstruksi Pesan dan Metode Dakwah) Persamaan dalam penelitian Nawal dengan penelitian ini adalah pada model teori yang digunakan, yaitu Charles Sanders Peirce. Perbedaan penelitian Nawal dengan penelitian ini adalah berbeda objek penelitian, yaitu meneliti Film Ku Kujar Cinta ke Negeri Cina, sedangkan penelitian ini mengkaji cerpen dalam majalah.
4. Nonik
Maulidiya h, 2015
Representasi Pesan Dakwah Sabar dan Ikhlas dalam FTV Religi Mahabah Terindah (Analisis Semiotik Charles Sanders Peirce) Persamaan penelitian Nonik dengan penelitian ini adalah pada model teori semiotik yang digunakan, yaitu Charles Sanders Peirce. Perbedaan penelitian Nonik dengan penelitian ini adalah pada objek penelitian, yaitu mengkaji Film FTV, sedangkan penelitian ini mengkaji rubrik cerpen dalam majalah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode adalah sebuah cara-cara, strategi untuk memahami realitas.1Sebuah
metode dapat terdiri dari dua metode yang tidak bertentangan. Jenis penelitian
dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode penelitian, yaitu gabungan
dari dua metode yang tidak bertentangan, analisis isi dan analisis semiotik dengan
kajian media cetak, sehingga dapat dikatakan jenis penelitiannya adalah analisis
teks media, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dapat
dilakukan dengan cara mendeskripsikan dan menganalisis data-data yang berupa
kata-kata, dokumen, dan gambar.
Metode Analisis semiotik yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data analisis terhadap objek
penelitian. Sedangkan metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat
gambaran mengenai suatu situasi atau kejadian, hingga berkehendak mengadakan
akumulasi data dasar.2 Pendekatan kualitatif yang digunakan peneliti, yaitu
sebuah pendekatan penelitian tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya. Karakteristik metode penelitian terdiri atas ciri-ciri penelitian
1
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2015), h. 34.
2
Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian Dalam Prespektif Ilmu Komunikasi dan Sastra, (Yogyakarta:
33
yang meliputi, latar alamiah, sehingga data yang diperoleh didapat secara utuh.
Manusia sebagai instrumen utama, terjadi hubungan langsung antara peneliti
dengan analisis data dilakukan secara induktif, menghendaki arah bimbingan
penyusunan teori substansif yang berasal dari data, dan bersifat deskriptif dalam
bentuk kata, gambar/simbol, catatan pengamatan lapangan, serta pengkajian
dokumen.3
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain
merupakan alat pengumpul data utama. Hal itu dilakukan karena, jika
memanfaatkan alat yang bukan manusia dan mempersiapkan dirinya terlebih
dahulu sebagai yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, maka sangat tidak
mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada
di lapangan. Selain itu hanya manusia yang dapat berhubungan dengan responden
atau objek yang ada di lapangan.
Sehingga keberhasilan penelitian ini bergantung pada peneliti dan dibantu
orang lain dalam hal ini orang-orang yang terlibat dalam aktivitas Nurul Hayat
sebagai informasi tambahan untuk mendeskripsikan media yang menerbitkan
Majalah Nurul Hayat sebagai bahan analisis, di antaranya informasi dari HRD
Nurul Hayat yang sering ditemui oleh peneliti, dan intensitas keseringan peneliti
mengamati objek.
Dalam teori analisis isi semiotik yang dikemukakan oleh Peirce, adalah ia
menginterpretasikan sebuah tanda dengan konsep triadic, yaitu konsep segitiga
makna. Konsep tersebut menggambarkan analisisnya untuk dapat memberikan
3
34
makna terhadap suatu teks. Sebagai analisis isi semiotik, dengan menggunakan
pendekatan kualitatif, peneliti berusaha memaparkan hasil interpretasi makna
pesan dakwah dengan mendeskripsikan melalui kata-kata.
B.Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data adalah pengklasifikasian yang dilakukan oleh peneliti
untuk mengetahui jenis data apa saja yang akan dianalisis, dan bersumber dari
mana saja data itu ada, yakni:
1. Jenis Data
a. Data Primer
Sumber primer adalah tempat atau gudang penyimpanan data yang
dibutuhkan untuk penelitian semiotik, data primer juga merupakan sumber
dasar yang akan digunakan untuk keperluan analisis. Sehingga data primer
pada penelitian ini terdiri dari data-data yang wajib diadakan peneliti, yaitu
teks rubrik cerpen anak Majalah Nurul Hayat, edisi Maret, April 2017.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dihadirkan untuk menyertai data
primer. Data ini merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung oleh
peneliti, atau sebagai data pelengkap dan pendukung penelitian, data ini di
antaranya data-data yang digunakan untuk tambahan refrensi dalam
memperkuat penelitian.
2. Sumber Data
Sumber data adalah sumber-sumber yang dicari oleh peneliti saat
35
maupun sekunder. Dalam hal ini peneliti menemukan data dari Majalah Nurul
Hayat, buku-buku literatur, tutur pihak yang terlibat dalam lingkungan
penelitian, dan website Nurul Hayat.
C.Unit Analisis
1. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sebuah benda atau sasaran yang sedang
diteliti. Dalam penelitian ini berupa teks yang dianalisis menggunakan
sebuah teori. Teks tersebut adalah teks rubrik cerpen yang terdapat dalam
Majalah Nurul Hayat. Yaitu rubrik cerpen anak Majalah Nurul Hayat edisi
bulan Maret, April, 2017 dengan judul Sepatu Roda untuk Siti, dan Teman Baru Adiba.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam proses penelitian ini adalah tempat proses
produksi Majalah Nurul Hayat, yaitu Yayasan Nurul Hayat yang berada di
Perum IKIP Gunung Anyar B-48 Surabaya. Lokasi tersebut adalah kantor
pusat Nurul Hayat se-Indonesia, sehingga data-data yang digali pada tempat
utama akan dapat memberikan data yang lebih akurat.
D.Tahapan Penelitian
Tahapan Penelitian adalah langkah yang diambil peneliti untuk melakukan
kegiatan penelitian yang meliputi:
36
Tahapan pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah mencari tema yang
ingin dikaji. Karena penelitian ini adalah tentang komunikasi dalam
berdakwah, maka yang muncul adalah tentang mempelajari teks-teks dalam
sebuah karya sastra dengan genre Islam.
2. Merumuskan Masalah
Dalam penelitian, sangat penting untuk meembentuk rumusan masalah.
Karena esensi dari sebuah penelitian adalah menjawab sebuah permasalahan
yang muncul secara ilmiah, sehingga langkah kedua peneliti adalah
merumuskan masalah.
3. Merumuskan Manfaat
Setelah merumuskan masalah, penelitian sudah selayaknya memberikan
manfaat, baik bagi individu maupun institusi atau lembaga. Langkah yang
ketiga, yang dilakukan peneliti adalah merumuskan manfaat.
4. Menentukan Metode Penelitian
Metode penelitian adalah sebuah metode yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data, hingga menganalisisnya. Oleh peneliti dilakukan pada
tahap ke empat, setelah fokus dan masalah penelitian terbentuk.
5. Melakukan Analisis Data
Pada tahap ini, adalah peneliti melakukan analisis data, yaitu kegiatan
peneliti untuk memberikan makna pada data-data yang terkumpul dengan
alat analisis yang telah ditentukan.
37
Mengecek keabsahan data adalah upaya peneliti menghasilkan penelitian
yang baik dan mendapat hasil yang maksimal, upaya tersebut dilakukan
dengan:
a. Ketekunan/Kejegan Pengamatan
Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi
dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan
atau tentatif.
b. Triangulasi
Yaitu melakukan triangulasi dengan teori digunakan untuk mengkonfirmasi hasil penelitian dengan teori penelitian. Dan
melakukan triangulasi dengan informan yang diwawancarai dalam
penelitian ini, hal ini untuk mengetahui kevalidan yang dilakukan
dalam penelitian. Serta melakukan pembandingan dengan penelitian
lain untuk keperluan pengecekan terhadap kevalidan data. Yaitu dengan
adanya penelitian terdahulu yang relevan.
7. Menarik Kesimpulan
Tahap yang terakhir, setelah dilakukannya observasi data, pengumpulan
data, hingga analisis, peneliti berupaya menarik kesimpulan untuk
memberikan hasil akhir penelitian.
E.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara peneliti untuk
mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam hal ini peneliti menggunakan cara
38
1. Observasi
Secara umum observasi berarti pengamatan, penglihatan.
Sedangkan menurut H.B. Sutopo mengemukakan bahwa teknik observasi
digunakan untuk menggali data dari sumber data berupa peristiwa, tempat,
lokasi dan benda serta rekaman gambar.4
Melakukan penelitian dengan objek media majalah, yaitu pada
rubrik cerpen anak Majalah Nurul Hayat membutuhkan pendalaman
terhadap data, baik untuk dianalisis atau dideskripsikan.
2. Dokumentasi
Dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai peristiwa atau
kegiatan penelitian. Dokumen dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi
peneliti dalam memahami obyek penelitiannya. Bahkan literatur-literatur
yang relevan juga dapat dikatakan dokumen.
Dokumen dapat berupa otobiografi, memoar, catatan harian,
surat-surat pribadi, catatan pengadilan, berita koran, artikel majalah, brosur dan
foto-foto.5 Dokumen inti dalam penelitian ini adalah rubrik cerpen anak
yang ada di Majalah Nurul Hayat, beserta dokumen-dokumen yang lain.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses peneliti memberikan makna sesuai dengan
metode dan teori yang diterapkan. Dengan metode penelitian Content Analysis,
dan pendekatan kualitatif, peneliti mencari model teori yang cocok digunakan.
4
Prihananto, Penelitian Komunikasi Dakwah, (Surabaya: Penerbit Dakwah Digital Press, 2009), h.
111.
5
39
Teknik analisis isi adalah teknik yang paling abstrak untuk menganalisis
data kualitatif. Content Analysis berangkat dari anggapan dasar dari ilmu-ilmu sosial bahwa studi tentang proses dan isi komunikasi adalah dasar dari
studi-studi ilmu sosial. Deskripsi yang diberikan para ahli sejak Janis (1949),
Barelson (1952) sampai Lindzey dan Aronson (1968) tentang Content Analysis, selalu menampilkan tiga syarat, yaitu: obyektivitas, pendekatan
sistematis dan generalisasi.
Secara teknik, Content Analysis mencakup upaya-upaya; klasifikasi
lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria
dalam klasifikasi, dan menggunakan teknik analisis tertentu dalam membuat
prediksi.6
Peneliti memulai analisisnya dengan menggunakan lambang-lambang
tertentu, mengklasifikasi data tersebut dengan kriteria-kriteria tertentu, serta
melakukan prediksi dengan teknik analisis tertentu pula. Secara lebih jelas, alur
[image:47.595.113.514.222.718.2]analisis dengan menggunakan teknik Content Analysis terdapat pada gambar berikut:
Gambar 3.1 Teknik Content Analysis
6
Neong Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000), h. 68.
Menemukan Lambang/Simbol
Klasifikasi Data Berdasrkan Lambang/Simbol
40
Setelah dapat menemukan simbol-simbol, ada prosedur yang digunakan
peneliti agar penelitian semakin valid. Metode analisis isi semiotik adalah metode
yang digunakan dengan menggantungkan keahlian peneliti, semakin peneliti
membuat prosedur penelitian yang benar dengan meningkatkan keabsahan data,
maka semakin valid hasil penelitian. Oleh karena itu, setelah peneliti berusaha
memutuskan metode, langkah selanjutnya adalah strategi apa yang digunakan
peneliti untuk melakukan penelitian yang ketat.
Langkah itu adalah dengan mengadakan teknik analisis komponen analisis
[image:48.595.117.508.249.599.2]data model interaktif:
Gambar. 3.2
Komponen Analisis Data Model Interaktif
Proses-proses analisis kualitatif tersebut dijelaskan ke dalam tiga langkah
berikut:7
7
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Penerbit Tiara Wacana,
2006), h. 23.
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
41
1. Reduksi data (data reduction), yaitu proses pemilihan. Pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh
di lapangan studi.
2. Penyajian data (data display), yaitu deskripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif yang lazim digunakan
adalah dalam bentuk teks naratif.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conlusion drawing and verification).
Dari permulaan pengumpulan data, periset kualitatif mencari makna dari
setiap gejala yang diperolehnya di lapangan. Selama penelitian masih
berlangsung, setiap kesimpulan yang ditetapkan akan terus menerus
diverivikasi hingga benar-benar diperoleh konklusi yang valid dan kokoh.
Dalam tahap penelitian komponen analisis data model interaktif, akan ada
analisis data, karena pada dasarnya penelitian ini adalah analisis isi semiotik
model Peirce, sehingga sebelum menemukan hasil yang telah diverifikasi, peneliti
berusaha melakukan tahap analisis yang ketat pula. Dengan model Peirce, terdapat
perbedaan-perbedaan dengan penelitian semiotik model lain. Untuk dapat
mengetahui perbedaan tersebut, sekilas peneliti akan memberikan perbedaannya.
Dalam teori analisis isi, ada banyak para ahli yang mengemukakan teorinya.