• Tidak ada hasil yang ditemukan

bab i pendahuluan revisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "bab i pendahuluan revisi"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Standar Kompetensi

Mahasiswa memahami konsep sistem bilangan real (R) sebagai semesta dalam

menentukan selesaian persamaan dan pertidaksamaan dan dapat mengembangkan dalam bentuk persamaan dan pertidaksamaan yang memuat harga mutlak serta menentukan gradien dan persamaan garis lurus.

Kompetensi Dasar

Setelah mempelajari pokok bahasan ini diharapkan:

1. Mahasiswa dapat menyatakan bilangan rasional

b a

Q  sebagai bentuk desimal

berulang atau sebaliknya.

2. Mahasiswa dapat menentukan selesaian persamaan. 3. Mahasiswa dapat menentukan selesaian pertidaksamaan.

4. Mahasiswa dapat menetukan selesaian persamaan dan pertidaksamaan yang memuat harga mutlak.

5. Mahasiswa dapat menyatakan letak suatu titik dengan sistem koordinat. 6. Mahasiswa dapat menentukan gradien suatu persamaan garis lurus. 7. Mahasiswa dapat menentukan persamaan garis lurus.

Bab I, dalam buku ini memuat hal-hal pokok yang berkaitan dengan sistem bilangan real (R) antara lain (1) sistem bilangan real, (2) persamaan dan

pertidaksamaan , (3) nilai mutlak sifat-sifatnya, (4) sistem koordinat , dan (5) persamaan garis lurus

1.1 Sistem Bilangan Real

Sebelum penulis menguraikan konsep sistem bilangan real (R), terlebih

(2)

mempunyai ciri-ciri, kriteria dan syarat yang tertentu serta terdefinisi dengan jelas. Objek atau unsur sesuatu himpunan A dinamakan anggota atau elemen. Anggota suatu himpunan dinyatakan dengan huruf a, b, c, d, …, atau 1, 2, 3, 4, …. , sedangkan nama himpunan dinyatakan dengan huruf kapital A, B, C, D, dan seterusnya. Misal kita mendefinisikan suatu himpunan A dengan menyatakan secara jelas anggota-anggotanya yang terdiri dari a, b, c , d, dan e, himpunan A tersebut dapat ditulis dalam bentuk

} , , , ,

{a b c d e

A dengan masing-masing anggota himpunan A dipisahkan oleh tanda

baca koma dan terdapat dua tanda kurung { }. Jika himpunan A mempunyai anggota yang banyaknya tak hingga maka unsur-unsurnya tidak ditulis semuanya akan tetapi cukup dituliskan beberapa anggotanya dan titik-titik sebanyak 3 atau 5 titik. Misalnya

,...} 5 , 4 , 3 , 2 , 1 {

B . Selanjutnya jika a anggota suatu himpunan A, maka dituliskan

A

a dan dibaca “a anggota A”. Jika a bukan anggota himpunan A, maka dituliskan

A

a dan dibaca “a bukan anggota A. Jika suatu himpunan A tidak memiliki anggota,

maka A disebut himpunan kosong. Himpunan kosong dinotasikan dengan  atau { }.

Himpunan sebagai telah disebutkan di atas, dalam penulisannya dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode pencirian (notasi) dan metode perincian (tabulasi). Metode pencirian dilakukan dengan cara menuliskan syarat keanggotaan yang dimiliki oleh seluruh anggota suatu himpunan akan tetapi tidak dimiliki oleh unsur-unsur yang bukan anggota himpunan tersebut. ,

Contoh:

1) A{y ybilangan primakurangdari10} 2) B {xx faktorganjildari 21}

3) C {xx2 1,xbilangan prima}

4) D {xx faktor genapdari 21} 5) E {xx2 3x 40}

6) F {xx2 3x 40}

7) G{xx42}

8) H {(x,y)x2 y2 4}

Metode perincian dilakukan dengan cara mendaftar seluruh anggota himpunan yang memenuhi syarat dan ketentuan yang diberikan dalam suatu himpunan.

(3)

1) A{1,2,3,4,5,...}

2) B{senin,selasa,rabu,kamis, jum'at,sabtu}

3) C {2,3,5,7,11,13,17,19,...}

4) D {merah,kuning,hijau}

5) E {0}

6) F {}

7) G {1,x}

8) H {(1,2),(2,3),(3,4),...}

Misal A dan B suatu himpunan, himpunan A disebut himpunan bagian

himpunan B, ditulis dengan notasi AB, jika setiap anggota A merupakan anggota B. Kiranya tidaklah sulit untuk dipahami bahwa A untuk sebarang himpunan A. Jika

setiap anggota himpunan anggota A juga merupakan anggota setiap himpuna B maka dinotasikan dengan AB

Selanjutnya untuk memudahkan para pembaca dalam memahami konsep system bilangan real berikut ini diberikan beberapa bilangan dan himpunan bilangan yang pada bab-bab selanjutnya dalam buku ini sering ditemukan. Bilangan dan himpunan bilangan tersebut adalah:

1. Himpunan bilangan Asli (Natural)

Himpunan bilangan asli dinotasikan dengan N dan anggota-anggota bilangan asli adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, ... sehingga N{1,2,3,4,5,6,...}

Bilangan asli tertutup terhadap operasi penjumlahan dan perkalian, artinya untuk setiap a, b bilangan asli maka (a+b) dan (a.b) bilangan asli. Oleh karena itu, himpunan semua bilangan asli membentuk suatu sistem sistem bilangan asli.

2. Bilangan cacah (whole)

Bilangan cacah dilambangkan dengan W dan anggota-anggota bilangan cacah adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, ..., sehingga W{0,1,2,3,4,5,6,...}. Bilangan cacah

(4)

3. Sistem bilangan asli bersama-sama dengan bilangan nol dan lawan dari bilangan-bilangan asli membentuk sistem bilangan-bilangan bulat, Bilangan bulat dinotasikan dengan Z yang anggota-anggotanya adalah ...-3, -2, -,1, 0, 1, 2, 3, ..., sehingga

Z{... 3,2,2,0,1,2,3,...}.

4. Bilangan pecahan atau bilangan rasional (quotient). Bilangan rasional adalah

bilangan yang secara umum dinyatakan dengan  .a,bZ,b0 b

a Q

Contoh

1)

3 1  p

2)

11 2   q

3)

7 22  r

Bilangan-bilangan rasional di atas, dapat dinyatakan dalam bilangan-bilangan desimal, yaitu

1) 0,33333333... 3

1   p

2) 0,285714285714285714... 11

2     q

3) 3,142857142857148... 7

22   r

Jika kita cermati lebih mendetail, bilangan-bilangan desimal sebagai mana tersebut di atas selalu berulang angka-angkanya, sehingga bilangan rasional juga disebut bilangan desimal berulang. Sebaliknya bilangan desimal berulang dapat dinyatakan sebagai bilangan rasional. Untuk menyatakan bentuk desimal menjadi bilangan rasioan adalah dengan cara melihat angka yang berulang pada bilangan tersrsebut. Jika terdapat

1 angka yang berulang maka kalikan bilangan dimaksud dengan 101. Jika terdapat 2

angka yang berulang maka kalikan bilangan tersebut dengan 102. dan seterusnya.

(5)

Contoh:

Ubahlah bilangan desimal berikut ini menjadi bentuk rasional  .a,bZ,b0 b

a Q

1.

b a  ... 1212121212 ,

0

Tentukan a dan b. Jawab

Bilangan 0,12121212... adalah bilangan desimal dengan 2 angka berulang yaitu angka 1 dan angka 2. Karena banyaknya angka berulang sebanyak 2

angka maka kalikan bilangan semula dengan 102, sehingga diperoleh: x = 0,1212121...

100 x = 12,12121212...

100x – x = (12,12121212…) – (0,12121212..) 99 x = 12

x =

99 12

Bentuk rasional 0,1212121… adalah

99 12

2.

b a  ... 33 4123333333 ,

1

Tentukan a, b.

. Jawab

Bilangan 1,41233333333... adalah desimal dengan 1 angka berulang yaitu

angka 3, sehingga kalikan bilangan semula dengan101 dan diperoleh x = 1,412333333...

10 x = 14,123333333...

10x – x = (14,12333333...) – (1,412333333…) 9 x = 12,711

x = , 9

711 , 12

karena pembilang bukan bilangan bulat maka

9 711 , 12

=

9000 12711

Bentuk rasional 1,41233333333... adalah

(6)

3.

b a   0,9826273273273...

Tentukan a dan b. Jawab

Bilangan = -0,9826273273273... adalah desimal dengan 3 angka berulang yaitu angka 2, angka 7, dan angka 3, sehingga kalikan bilangan semula dengan

3

10 sehingga diperoleh: x = -0,9826273273273... 1000x = -982,6273273273...

1000x – x = (-982,6273273…) – (0,9826273273…) 999 x = -981,6447

x =

999 6447 , 981

, pembilang bukan bilangan bulat, maka:

999 6447 , 981

=

999000 9816447 

Bentuk rasional -0,9826273273273... adalah

999000 9816447 

4.

b a  ... 432 0543254325 ,

0

Tentukan a dan b Jawab

Bilangan 0,0543254325432...adalah bilangan desimal dengan 4 angka berulang yaitu angka 5, angka 4, angka 3, dan angka 2 sehingga kalikan

bilangan semula dengan 104 sehingga x = 0,0543254325432...

10000x = 543,254325432…..

10000x – x = (543,254325432…) - (0,054325432…) 9999 x = 543,2

x =

9999 2 , 543

=

99990 5432

Bentuk rasional 0,0543254325432... adalah

(7)

5. Bilangan Irasional (Q_ ) atau disebut juga bilangan tidak rasional yaitu bilangan

yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk  .a,bZ,b0 b

a

Q . Karena bilangan

rasional dapat dinyatakan dengan bilangan desimal yang angka-angkanya berulang, maka bilangan irasional adalah bilangan desimal yang angka-angkanya tidak ada yang berulang. Bilangan irasional juga disebut dengan bilangan bentuk akar.

Persoalan dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai adanya

bilangan-bilangan irasional. Contoh bilangan-bilangan irasional antara lain adalah 2 dan . Bilangan

2 adalah panjang sisi miring segitiga siku-siku dengan panjang sisi-sisi tegaknya

masing-masing adalah 1. Perhatikan gambar berikut.

Gambar 1.1

Sedangkan bilangan  merupakan hasil bagi antara keliling sebarang lingkaran dengan panjang garis tengah lingkaran tersebut. Perhatikan gambar berikut ini.

Gambar 1.2

Contoh

1) 2 = 1,41421356237...

2) 3 = 1,73205080756...

d1

l1 l2

d2

  

2 2 1 1

d l d

l

1

2

(8)

3) 11 = 3,316625790355...

4) π = 3.14159265358979….

5) e = 2,71828 18284 59045 23536 02874 71352…

Berdasarkan contoh di atas, tampak bilangan-bilangan dalam bentuk akar umumnya adalah bilangan desimal yang angka-angkanya tidak ada yang berulang. Sehingga bilangan akar juga disebut bilangan irasional. Dengan demikian apa yang

selama ini dianggap sama yaitu

7 22

=

tidaklah selalu benar. Karena

7 22

adalah

bilangan rasional, sedangkan

adalah bilangan irasional.

6. Himpunan semua bilangan irasional bersama-sama dengan bilangan rasional membentuk himpunan semua bilangan real (R), sehingga RNWZQQ Seperti telah diketahui, untuk menyatakan sebarang bilangan real seringkali digunakan cara desimal.

Contoh

Bilangan-bilangan

66 7 dan , 3 5 , 4 3

masing-masing dapat dinyatakan dalam desimal

sebagai

0,75

 

, 1,666...

, dan 0,1060606.... Dapat ditunjukkan bahwa bentuk desimal bilangan-bilangan rasional adalah salah satu dari 2 tipe berikut:

i. berhenti ( dst.

8 1 , 2 5 , 4 3

), atau

ii. berulang beraturan ( ,dst.

66 7 , 3 5

).

Sifat-sifat Sistem Bilangan Real

Untuk sebarang a,b,c, dbilangan real berlaku sifat-sifat sebagai berikut: 1) Sifat komutatif

(i). abba (ii).a.bb.a

2) Sifat asosiatif

((iii).).aa.

  

b

.cb c

 

a.b

.ac ba

.b.cc a b c

 

       

(9)

a.(bc)(a.b)(a.c)

4) (i).  .1, b0 b

a b a

(ii). , 0, 0

. ) . ( ) . (

  

b d

d b

c b d a d c b a

(iii). , 0, 0

. .

.  bd

d b

c a d c b a

5) (i). a.(b)(a).b (a.b)

(ii). (a).(b) a.b

(iii).  ( a) a

6) (i). 0 0

a , untuk setiap bilangan a 0.

(ii).

0 a

tak terdefinisikan.

(iii). 1 a a

, untuk setiap bilangan a0.

7) Hukum kanselasi

(i). Jika a.cb.c dan c 0 maka ab.

(ii). Jika b,c0 maka

b a c b

c a

 . .

.

8) Sifat pembagi nol

Jika a.b0 maka a 0 atau b0.

Sifat-sifat terurut bilangan Real

Prinsip adalah aturan atau sifat yang digunakan sebagai dasar atau landasan dalam uraian yang berkaitan dengan bukti sesuatu. Prinsip dapat diambil dari definisi, aksioma, atau dalil-dalil yang “dimunculkan” kembali untuk digunakan pada bagian lain suatu konsep yang memerlukan. Diantara prinsip dalam matematika adalah prinsip urutan (well ordering principle).

(10)

Definisi

Misalkan P himpunan bagian R dan P. Untuk selanjutnya P disebut bilangan real positip kuat, maka berlaku sifat-sifat berikut ini:

(1) Jika a,bP maka (ab)P

(2) Jika a,bP maka (a.b)P

(3) Jika aR, maka tepat dari salah satu yang berikut dipenuhi aP,a0,aP

Dua sifat yang pertama menjamin kesesuaian dari urutan dengan operasi penjumlahan dan perkalian secara berurutan. Sifat (3) biasanya disebut sifat trikotomi karena membagi R menjadi 3 jenis unsur yang berbeda. Dinyatakan bahwa

}

{aaP dari bilangan real negatip tidak mempunyai unsur persekutuan dengan P,

dan selanjutnya himpunan R merupakan gabungan dari tiga himpunan yang saling asing.

Definisi

1) Jika aP, kita mengatakan bahwa a adalah suatu bilangan real positip kuat (strictly positip) dan dituliskan dengan a0, Jika aP{0} , maka a disebut

bilangan real tidak negatip dan dituliskan dalam bentuk a0.

2) Jika  aP, kita mengatakan bahwa a adalah suatu bilangan real negatip kuat (strictly negatip) dan dituliskan dalam bentuk a0, Jika  aP{0}, maka a

disebut bilangan real tidak positip dan dituliskan dalam bentuk a0.

3) Jika a,bRdan jika abP maka dituliskan dalam bentuk ab atau ba. 4) ika a,bRdan jika abP{0} maka dituliskan dalam bentuk ab atau

a b .

Untuk kesepakatan bersama kita akan menuliskan abcyang berarti abdan

c

b . Demikian juga jika abc yang berarti ab maka bc dan seterusnya. Berikut ini diberikan beberapa teorema yang berkaitan dengan prinsip keterurutan

Teorema 1

Misalkan a,b,cR

1. Jika ab dan bc maka

a

c

.

(11)

ab,ab,ab

3. Jika ab dan ab maka ab

Bukti

1) abmaka menurut definisi ab0atau abP c

b maka menurut definisi bc0 atau bcP

Karena abPdan bcPmaka menurut definisi diperoleh (ab)(bc)P

sehingga acPatau

a

c

2) Dengan sifat trikotomi dalam definisi, maka tepat salah satu dari yang berikut mungkin terjadi

0

  b

a , atau ab0atau  (ab)0sehingga abatau abatau ab

3) Jika ab, maka ab0, sehingga dari bukti (b) kita dapatkan abPatau

P c

b  yakni abatau ba. Dalam kasus lainnya salah satu dari hipotesisi tersebut kontradiksi. Jadi haruslah ab

Teorema 2

1. Jika aRdan a0maka a2 0.

2. 10

3. Jika nN maka n0

Bukti

1. Dengan sifat trikotomi jika a0, maka aPatau  aP. Jika aPmaka

dengan definisi kita mempunyai a2 a.a, untuk aP. Dengan cara yang sama

Jika -a

P maka dengan definisi sebelumnya diperoleh bentuk

P a a

a    

 ) ( )( )

( 2 . Berdasarkan teorema sebelumnya berakibat bahwa:

( 1)



( 1)

( 1)( 1) 2

) )(

(aa   aa    a . Akibatnya bahwa a2P. Jadi kita

simpulkan bahwa jika aP, maka a2 0.

2. Karena 1 (1)2

 , menurut bukti di atas akan menyebabkan bahwa 1 > 0.

(12)

Karena 1 > 0 dan 1P, maka k1P, sehingga pernyataan di atas benar adanya dengan menggunakan definisi sebelumnya.

Teorema 3

Misalkan a,b,cR

1. Jika ab, maka acbc

2. Jika ab, dan bc maka acbd

3. Jika ab, c0 maka acbc

4. Jika ab, c0maka acbc

5. Jika a0maka 1 0 a

6. Jika a0 maka 1 0 a

Bukti teorema di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Karena ab berarti menurut definisi sebelumnya ab0. Karena ab0 sehingga abP.

) ( ) ( )

(ababcc

) ( ) ( ) ( )

(abccacbc

Sehingga (ac) (bc)P. Dengan kata lain (ac) (bc)0

Karena (ac) (bc)0berarti (ac)(bc)

2. Karena ab dan cd berarti ab0dan cd 0. Hal ini berarti abP dan cdP.

Menurut definisi bilangan real positip kuat (1) diperoleh

P d c b

a )(  )

( . Dengan kata lain (ab)(cd)0, atau

0 ) ( )

(abcd  sehingga berlaku (ab)(cd)

3. Karena ab dan cd berarti ab0dan cd 0. Hal ini berarti abP dan cdP.

Menurut definisi bilangan real positip kuat (2) diperoleh

P c b a ) 

( . Dengan kata lain (acbc)P, atau

0 )

(acbcsehingga berlaku acbc

4. Karena ab dan c0 berarti ab0dan c0atau  (c)0.

(13)

Menurut definisi bilangan real positip kuat (2) diperoleh

P c b

a )( )

( . Dengan kata lain (bcac)P, atau

P ac bc )

( sehingga berlaku bcac

5. Jika a0 maka a0(berdasarkan sifat trikotomi). Karena a0, berdasarkan

sifat sebelumnya maka berlaku 1 0,

a Jika 0

1 

a , berdasarkan teorema

sebelumnya diperoleh 1 10      

a

a .

Hal ini bertentangan dengan kenyataan bahwa 1 < 0. Jadi haruslah

0 1

a

6. Jika a0, maka a0 (berdasarkan sifat trikotomi). Karena a0, berdasarkan

sifat sebelumnya maka maka berlaku 1 0,

a Jika

1 0

a , berdasarkan teorema sebelumnya diperoleh 0

1

1 

     

a a

Hal ini bertentangan dengan kenyataan bahwa 1 < 0. Jadi haruslah

1 0 a

Teorema 4

Jika a,bR, maka a

ab

b 2

1

Bukti.

Karena ab, maka dapat diperoleh aaabatau 2aab

Demikian pula abmaka dapat diperoleh abbbatau ab2b

Dari ketaksamaan 2aabdan ab2bdidapatkan

b b a a  2

b b b

a a

a    

 (2 )

2 1 ) ( 2 1 ) 2 ( 2 1

b b a a  

 ( )

2 1

(14)

jika aR dan a0 maka  a (ab)b 2

1

Soal-soal

1) Misalkana,b,c,dRbuktikan pernyataan berikut:

a) Jika ab,bcmaka adbcacbd

b) Jika ab dan cd maka acbd

c) a2b2 0jika dan hanya jika a = 0 atau b = 0

2) Carilah bilangan a,b,c,dRyang memenuhi 0ab dan ad 0 dan berlaku a) acbd

b) acbd.

3) Tentukan bilangan real x, sedemikian sehingga: a) x2 3x4

b) 1x2 4

c) x

x  1

d) 7

2 1

x

e) 3

2 1

  x

Garis Bilangan

Secara geometris, sistem bilangan real (R) dapat digambarkan dengan garis lurus. Mula-mula diambil sebarang titik untuk dipasangkan dengan bilangan 0. Titik ini dinamakan titik asal (origin), ditulis dengan O. Pada kedua sisi dari O dibuat skala sama dan disepakati arah positif disebelah kanan O sedangkan arah negatif disebelah kiri O. Selanjutnya, bilangan-bilangan bulat positif 1, 2, 3, … dapat dipasangkan dengan masing-masing titik di kanan O dan bilangan-bilangan  1, 2, 3,... dengan titik-titik di sebelah kiri O. Dengan membagi setiap segmen, maka dapat ditentukan lokasi

untuk bilangan-bilangan , 2,

3 2 , 2 1

dst.

(15)

      

Dengan cara demikian, maka setiap bilangan real menentukan tepat satu titik pada garis lurus dan sebaliknya setiap titik pada garis lurus menentukan tepat satu bilangan real. Oleh sebab itu, garis lurus sering disebut pula garis bilangan real.

1.2 Persamaan dan Pertidaksamaan

Istilah persamaan dan pertidaksamaan umumnya berhubungan dengan peubah atau variabel. Peubah adalah lambang yang digunakan untuk menyatakan sebarang anggota suatu himpunan. Jika himpunannya real maka perubahnya disebut peubah real. Selanjutnya yang dimaksud dengan peubah dalam persamaan dan pertidaksamaan yang akan dibahas dalam buku ini adalah peubah real.

Persamaan adalah kalimat terbuka dalam matematika yang memuat satu peubah atau lebih dengan tanda sama dengan (=).

Contoh 1) 2x34

2) x32x2 7

3) x2 3x 40

4) 2  1 3 x

x

5) 2

1 

x

x x

6) x4 8x0

Pertidaksamaan adalah kalimat terbuka dalam matematika yang memuat satu

peubah atau lebih dan tanda ketidaksamaan (<, >, , ).

Contoh 1) 2x34

2) x32x2 3

2 1 0 1 2 3

Gambar 1.3

(16)

3) 2x3 2x2 5

4) x2 2x2 8

5) 0

2 3

  x

6) 2  13

x x

7) 2

1 

x

x x

8) 4

1 1

  x

Karena persamaan dan pertidaksamaan merupakan kalimat terbuka dan mempunyai peubah, maka peubah tersebut dapat ditentukan sehingga memenuhi persamaan atau pertidaksamaan dimaksud, sehingga persamaan atau pertidaksamaan mempunyai arti dan bernilai benar. Nilia peubah yang memenuhi persamaan atau pertidaksamaa disebut selesaian. Himpunan semua bilangan real yang merupakan selesaian dari suatu persamaan atau pertidaksamaan disebut himpunan selesaian. Sifat-sifat dan hukum dalam R sangat membantu dalam menentukan selesaian persamaan atau pertidaksamaan yang diberikan.

Contoh

Tentukan selesaian persamaan dan pertidaksamaan di bawah ini. 1) 2x43

Jawab 3 4 2x 

2 7

) 2 (

2 7 2 2

7 2

) 4 (

4 3 4 4 2

  

  

  

     

x

dibagi bagian

kedua x

x

dikurangi bagian

kedua x

Jadi selesaian persamaan 2x43adalah x =

(17)

2) x2 3x 40 pertidaksamaan-pertidaksamaan seperti pada contoh di atas.

Beberapa contoh diberikan sebagai berikut. 1) Tentukan selesaian x2 5x60

Jawab

Dengan memfaktorkan ruas kiri pertidaksamaan, maka diperoleh:

x 2



x 3

0

Telah diketahui bahwa hasil kali 2 bilangan real positif apabila ke dua faktor positif atau ke dua faktor negatif. Oleh karena itu,

(18)

Diperoleh: x2.

Jadi, selesaian persamaan x2 5x60 adalah x < 2 atau x > 3.

Selesaian pertidaksamaan di atas dapat pula diterangkan sebagai berikut: Ruas kiri pertidaksamaan bernilai nol jika x2 atau x3. Selanjutnya, ke dua bilangan ini

membagi garis bilangan menjadi 3 bagian: x2,2x3,dan x3.

     

Gambar 1.4

Pada bagian x2, nilai (x 2) dan (x 3) keduanya negatif, sehingga hasil kali

keduanya positif. Pada segmen 2x3, (x 2) bernilai positif sedangkan (x 3)

bernilai negatif. Akibatnya, hasil kali keduanya bernilai negatif. Terakhir, pada bagian 3

x , (x 2) dan (x 3) masing-masing bernilai positif sehingga hasil kali

keduanya juga positif. Rangkuman uraian di atas dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tanda nilai

Kesimpulan 2

x x 3 (x 2)(x 3)

x < 2 - - + Pertidaksamaan dipenuhi

2<x<3 + - - Pertidaksamaan tidak dipenuhi

x>3 + + + Pertidaksaman dipenuhi

Jadi, selesaian pertidaksamaan adalah x < 2 atau x > 3.

Metode penyelesaian seperti pada contoh 1 di atas dapat pula diterapkan pada bentuk-bentuk pertidaksamaan yang memuat lebih dari 2 faktor maupun bentuk-bentuk pecahan.

2) x3  2x2  x11. Jawab

Apabila ke dua ruas pada pertidaksamaan di atas ditambah 1, maka diperoleh:

0 2 3 4

(19)

0

Selanjutnya, perhatikan table berikut:

Nilai-nilai peubah x = -1, x = 1, x = 2 disebut titik kritis.

x = 1 2 0 -1 0 Pertidaksamaan dipenuhi

x = 2 3 1 0 0 Pertidaksamaan dipenuhi

Jadi, selesaian pertidaksamaanx3 2x2  x11 x 1 atau 1 x2.

Cara lain untuk menentukan selesaian pertidaksamaan x3  2x2  x11. adalah dengan menggunakan garis bilangan

2

Dengan memilih satu titik sebarang disetiap interval diatas diperoleh: - - - + + + + + + + - - - + + + + + + +

(20)

0

diperhatikan tabel

berikut:

terdefinisi Pertidaksamaan tidakdipenuhi

x = 5 7 3 0 0 Pertidaksamaan

dipenuhi

Jadi, selesaian pertidaksamaan adalah  2x2 atau x5 dan ditulis dengan notasi interval [2,2)[5,)

Berdasarkan contoh di atas, bahwa tampak selesaian suatu persamaan berupa titik (diskrit), sedangkan selesaian pertidaksamaan berupa selang/interval (kontinu).

Selang

(21)

1.3 Nilai Mutlak

Misal x suatu bilangan real, nilai mutlak x dinotasikan dengan x dan didefinisikan sebagai panjang atau jarak bilangan tersebut dari bilangan 0. Definisi Misal x real maka:

Bentuk lain dari definisi di atas adalah sebagai berikut:

2

Selanjutnya, sifat-sifat nilai mutlak diterangkan sebagai berikut.

Sifat-sifat Nilai Mutlak

(22)

Secara geometris, nilai mutlak xa dapat diartikan sebagai jarak dari a ke x. Sebagai contoh, jika x 3 7 maka artinya x berjarak 7 unit di sebelah kanan atau di sebelah kiri 3 (lihat Gambar 1.15).

                 

Dengan cara yang sama

2

(23)

Jadi selesaian pertidaksamaan adalah x 2atau x5

2) Tentukan semua nilai x yang memenuhi 3

2

maka, diperoleh: atau 6

(24)

Jawab

Jadi selesaian pertidaksamaan adalah ,2

2,6

5

Tentukan selesaian dari pertidaksamaan a. x 1 2x 3

Jawab

Menurut sifat 4 di atas, maka:

3

Titik kritis pertidaksamaan adalah x = 7/3 dan x = 5 sehingga gambar garis bilangan

+++++++++++ - - - +++++++

Jadi selesaian pertidaksamaan x 1 2x 3 adalah (-,7/5) (5,)

Soal Latihan

Tentukan selesaian pertidakasamaan dibawah ini!

1. 4x52 2. 6x39x 4 3. 3x 52

4. x2  5x 140 5. x2  3x10 6. x3  2x10

5 /

(25)

7. 1

Untuk soal 22 – 24 tentukan x sehingga masing-masing pernyataan mempunyai arti.

22. 2x2 3x 5 23.

disebut rata-rata

aritmatika dari bilangan a dan b.

27. Jika 0ab maka tunjukkan bahwa aabb. Bilangan ab disebut rata-rata geometri dari bilangan a dan b. Tunjukkan pula bahwa rata-rata geometri dari bilangan a dan b kurang dari rata-rata aritmatikanya.

28. Tunjukkan bahwa xyxy .

1.4 Sistem Koordinat

Sistem koordinat adalah suatu cara yang digunakan untuk menentukan letak

suatu titik pada garis ( 1)

R , bidang ( 2)

R atau ruang ( 3).

R Pada bidang dikenal

(26)

tabung dan koordinat bola. Pada bagian ini hanya akan dibicarakan tentang sistem koordinat kartesius dan sistem koordinat kutub pada bidang.

Sistem Koordinat Kartesius

Gambar 1.6

Pada gambar 1.6, terdapat 4 bidang simetris yang dibatasi oleh sumbu-sumbu koordinat (sumbu X dan Y), masing-masing bidang yang dibatasi oleh bidang dinamakan kwadran. Terdapat 4 kwadran, yaitu kuadran I (x0,y0), kwadran II

), 0 , 0

(xy kwadran III (x0,y0), dan kwadran IV(x0,y0).

Misalkan P(x,y) sebarang titik pada bidang XOY, maka titik tersebut

posisinya dapat dikwadran I, atau II, atau III, atau kwadran IV tergantung besaran x dan y. Misal P(x,y), maka x disebut absis, y disebut ordinat dan P(x,y) disebut

koordinat.

Perhatikan gambar berikut ini.

Misal P(x1,y1)dan terletak di kwadran I hal ini berarti x1 0 dan y1 0.

) , (x1 y1 P

1

y

0 , 0   y x 0

0   y x

0 , 0   y x

0 , 0   y x

X Y

Kwadran Kwadran

Kwadran Kwadran

I II

III IV

Y

(27)

Gambar 1.7

Berdasarkan gambar 1.7 di atas, terdapat segitiga yang salah satu sudutnya siku-siku dititik M (OPM). Menurut teorema Pythagoras

2 2

2 OM MP

OP  

2

1 2

1 0) ( 0)

(   

x y

x12 y12

2

1 2

1 y

x

OP  

Bentuk ini dinamakan rumus jarak dua titik yang menghubungkan titik O(0,0) dengan titik P(x1,y1)

Jarak antara Dua Titik pada Bidang

Misal titik P(x1,y1) dan titik Q(x2,y2) terletak pada bidang, maka jarak dua titik P

dan Q dapat dinyatakan dengan rumus

2 1 2 2 1

2 ) ( )

(x x y y

PQ    

Untuk membuktikan rumus tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan teorema Pythagoras.

Selanjutnya perhatikan gambar berikut ini! 1

x ( ,0)

1 x M )

0 , 0 ( O

) , (x1 y1 P

) , (x2 y2 Q

) , (x y M

m

n

) , ( ' x y1 M

) , ( ' x2 y Q

) , (x2 y1 S

X

(28)

Gambar 1.8

Berdasarkan gambar 1.8 di atas, pandang PSQ, dengan menggunakan teorema Pythagoras

2

Pada gambar 1.8 di atas M adalah sebarang titik pada garis PQ dengan perbandingan PM:MQ = m : n

Karena PM : MQ = m : n, maka diperoleh PM’ : MQ’ = m : n dan MM’ : QQ’ = m : n Selanjutnya akan dicari koordinat M.

Karena

Dengan cara yang sama

(29)

) ( ) (

1 2

n m

ny my n

m ny my

y Q P

      

Jika diketahui P(x1,y1),dan Q(x2,y2),Jika M(x,y) titik tengah PQ

maka

Koordinat M dapat ditentukan dengan humus

2

2 1 x

x

xM   dan

2

2 1 y

y yM  

Contoh

1) Tentukan jarak titik P(3,5) dan Q(1,-6). Jawab

Untuk menentukan jarak titik P dan Q dapat digunakan rumus

PQ( )2 ( )2

P Q p

Q x y y

x   

= (1 3)2 (6 5)2

= (2)2 (11)2

= 4121

= 5 3

2) Tunjukkan bahwa titik-titik A(3,8), B(-11,3), dan (-8,-2) adalah titik-titik sudut dari segitiga sama kaki ABC.

Jawab

Dengan menggunakan rumus jarak dua titik, diperoleh AB  221

BC = 34 dan AC = 221

3) Tunjukkan bahwa titik A(-3,-2), B(5,2) dan C(9,4). Jawab

Terlebih dahulu dicari panjang AB, BC, dan AC

Dengan humus jarak dua titik diperoleh AB = 4 5, BC = 2 5 dan

AC = 6 5, sehingga AC + BC = AC, hal ini berarti titik A, B, dan C terletak pada satu garis lupus

Gradien Garis Lurus

) , (x2 y2 Q

n

(30)

Gambar 1.9

Selanjutnya jika garis PQ pada gambar 1.9 diperpanjang, maka garis tersebut akan memotong sumbu X atau sumbu Y. Sudut yang dibentuk oleh garis PQ dengan sumb X disebut disebut inklinasi.

Selanjutnya perhatikan PQR, menurut perbandingan goniometri diperoleh

tan

=

PR QR

=

1 2

1 2

x x

y y

 

Perbandingan goniometri tersebut selanjutnya disebut kemiringan atau gradien atau tangensial dan dinotasian dengan

1 2

1 2

tan

x x

y y m

  

 

Dengan demikian gradien garis lurus didefinisikan sebagai tangen dari sudut inklinasi.

Misal l1 dan l2 dua garis yang terletak pada sumbu koordinat, maka beberapa hal

yang mungkin adalah kedua garis sejajar, berpotongan, atau saling tegak lurus. Jika l1

dan l2 sejajar maka ml1ml2

Jika l1 dan l2tegak lurus maka, perhatikan gambar di bawah ini )

, (x1 y1 P

m

) , ( ' x y1 M

) , ( ' x2 y Q

) , (x2 y1 R

X

Y

1

l

2

l

(31)

Gambar 1.10

Misal l1 dan l2dua garis dalam bidang yang sama, maka kemungkinan kedua garis

tersebut adalah:

1) Sejajar jika dan hanya jika ml1 ml2

2) Tegak lurus jika dan hanya jika ml1.ml2 1

3) Berimpit jika dan hanya ml1ml2dan koefisien-koefisiennya yang sejenis saling berkelipatan

Luas Poligon yang Titik Sudutnya Ditentukan

Perhatikan gambar berikut!

Misal P(x1,y1), Q(x2,y2), dan Q(x3,y3). Adalah titik sudut

segitiga yang terletak pada bidang XOY seperti berikut.

X 2

1

(32)

Gambar 1.11

Pada gambar 1.11, luas PQR adalah

= (Luas trapesium PP’Q’Q + luas trapesium QQ’R’R)- luas trapesium P’R’RP

= ½ (y1+y3)(x3- x1) + ½ (y3+ y2 )(x2-x3) – ½ (y1+y2 )(x2- x1)

= ½ {(y1+y3)(x3- x1) + (y3+ y2 )(x2 -x3) – (y1+y2 )(x2 - x1)}

=½{

y

1

x

3

y

1

x

1

y

3

x

3

y

3

x

1

y

3

x

2

y

3

x

3

y

2

x

2

y

2

x

3

y

1

x

2

y

1

x

1

y

2

x

2

y

2

x

1

}

)}

(

)

(

2

1

2 1 3 2 1 3 1 2 2 3 3

1

x

y

x

y

x

y

x

y

x

y

x

y

Bentuk di atas dapat dinyatakan dalam bentuk determinan matrik ordo 3 x 3

1

1

1

2

1

3

3

2

2

1

1

yx

yx

yx

A

Soal-soal

1. Buatlah ruas garis dan tentukan jarak antara pasangan titik yang diketahui berikut ini:

a. P(4,5) dan Q(-1,3) b. P(8,-2) dan Q(3,-1) c. P(-1,-2) dan Q(-3,-8) d. P(5,3) dan Q(2,-5)

) , (x1 y1 P

) , (x2 y2 R

X

'

(33)

2. Gambarlah luas suatu poligon yang titik-titik sudutnya adalah a. (-3,2), (1,5), (5,3), (1,-2)

b. (-5,0), (-3,-4), (3,-3), (7,2), (1,6)

3. Selidiki apakah segitiga yang titik-titik sudutnya di bawah ini adalah sama sisi. a. A(2,-2), B(-3,-4) dan C(1,6)

b. K(-2,2), L(6,6) dan M(2,-2) c. P(6,7), Q(-8,-1) dan R(-2,-7) d. U(2,4), V(5,1) dan W(6,5)

4. Tunjukkan bahwa segitiga berikut adalah siku-siku dan tentukan luasnya dengan menggunakan aturan yang ada.

a. A(0,9), B(-4,-1), dan C(3,2) b. P(10,5), B(3,2), dan C(6,-5) c. A(3,-2), B(-2,3), dan C(0,4) d. K(-2,8), L(-6,1), dan N(0,4)

5. Buktikan bahwa titik-titik berikut ini adalah paralelogram a. (-1,-2), (0,1), (-3,2), dan (-4,-1)

b. (-1,-5), (2,1), (1,5), dan (-2,-1) c. (2,4), (6,2), (8,6), dan (4,8)

6. Tunjukkan bahwa titik-titik berikut terletak pada satu garis lurus dengan menggunakan metode jarak.

a. (0,4), (3,-2), dan (-2,8) b. (-2,3), (-6,1), (-10,-1) c. (1,2), (-3,10), (4,-4) d. (1,3), (-2,-3), (3,7)

(34)

8. Tentukan koordinat titik P(x,y) yang membagi ruas garis dengan perbandingan diketahui:

a. A(4,-3), B(1,4) dengan AP:PB = r = 2 b. A(2,-5),B(6,3) dengan AP:PB = r = ¾ c. A(-5,2), B(1,4) dengan AP:PB = r = -5/3 d. A(0,3), B(7,4) dengan AP:PB = r = -2/7 e. A(-2,3), P(3,-2) dengan AP:PB = r = 2/5

9. Jika M (9,2) membagi ruas garis yang melalui P(6,8) dan Q(x,y) dengan perbandingan 3/7. Tentukan koordinat titik Q.

10. Tentukan titik pusat (centroid) setiap segitiga diketahui titik-titik sudutnya di bawah ini:

a. (5,7), (1,-3), (-5,1) b. (2,-1), (6,7), (-4,-3) c. (3,6), (-5,2), (7,-6) d. (7,4), (3-6), (-5,2) e. (-3,1), (2,4), (6,-2)

11. Tentukan luas poligon yang titik sudutnya adalah: a. (-3,2), (1,5), (5,3), (1,-2)

b. (-5,0), (-3,-4), (3,-3), (7,2), (1,6)

12. Tentukan koordinat titik-titik suatu segitiga, jika titik-titik tengah sisi-sisinya adalah: a. (-2,1), (5,2), (2,-3)

b. (3,2), (-1,-2), dan (5,-4)

13. Gradien dari garis lurus yang melalui titik A(3,2) adalah ¾. Lukislah titik-titik pada garis yang berjarak 5 satuan dari A.

14. Tentukan gradien suatu garis lurus yang membuat sudut 45o dengan titik (2,-1) dan

(35)

15. Garis p membentuk sudut 60o dengan garis s, Jika gradien p = 1, tentukan gradien

garis s.

16. Sudut yang dibentuk oleh garis l yang melalui titik A(-4,5), B(3,y) dan garis u yang melalui titik P(-2,4), Q(9,1). Tentukan konstanta y tersebut.

Sistem Koordinat Kutub (Polar)

Pada sistem koordinat Kartesius, letak titik pada bidang dinyatakan dengan pasangan (x,y), dengan x dan y masing-masing menyatakan jarak berarah ke sumbu-y

dan ke sumbu-x. Pada sistem koordinat kutub, letak sebarang titik P pada bidang dinyatakan dengan pasangan bilangan real

r,

, dengan r menyatakan jarak titik P ke

titik O (disebut kutub) sedangkan  adalah sudut antara sinar yang memancar dari titik

O melewati titik P dengan sumbu-x positif (disebut sumbu kutub)

Berbeda dengan sistem koordinat kartesius, dalam koordinat kutub letak suatu titik dapat dinyatakan dalam tak hingga banyak koordinat. Sebagai contoh, letak titik

) 3 , 3 ( 

P dapat digambarkan dengan cara terlebih dulu melukiskan sinar yang

memancar dari titik asal O dengan sudut sebesar

3 

radian terhadap sumbu mendatar

arah positif. Kemudian titik P terletak pada sinar tadi dan berjarak 3 satuan dari titik asal O (lihat Gambar 1.2.4 (a)). Titik P dapat pula dinyatakan dalam koordinat

3, 32k

, dengan k bilangan bulat. Mudah ditunjukkan pula bahwa koordinat

 3,4 3

pun juga menggambarkan titik P . Pada koordinat yang terakhir, jarak

bertanda negatif. Hal ini dikarenakan titik P terletak pada bayangan sinar OP.

O

) , (rP

(36)

Secara umum, jika

r,

menyatakan koordinat kutub suatu titik maka

koordinat titik tersebut dapat pula dinyatakan sebagai berikut:

r, 2k

atau

r, (2k1)

dengan k bilangan bulat.

Kutub mempunyai koordinat (0,) dengan sebarang bilangan.

Hubungan antara Sistem Koordinat Kartesius dan Sistem Koordinat Kutub

Suatu titik P berkoordinat (x,y) dalam sistem koordinat Kartesius dan (r,)

dalam sistem koordinat kutub. Apabila kutub dan titik asal diimpitkan, demikian pula 3

) 3 , 3 (  P

3 

(b)

3

) 2 3 , 3

(  k

P

  32k

(a)

Gambar 1.12 3

) 3 4 , 3 (  P

3 4

3

P

(37)

sumbu kutub dan sumbu-x positif juga diimpitkan, maka kedudukan titik dapat digambarkan sebagai berikut:

Dari rumus segitiga diperoleh hubungan sebagai berikut:

(1.1) xrcos yrsin

1) Nyatakan ke dalam system koordinat Kartesius.

a. 

Dengan menggunakan persamaan (1.1):

a. 2 3

Jadi, dalam sistem koordinat Kartesius 

(38)

Jadi, 

Apabila x0 maka persamaan (1.2) dapat dinyatakan sebagai:

(1.3) 2 2 2 arctan , 0

Hati-hati apabila menggunakan persamaan (1.3), karena

x y arctan 

 akan memberikan

2 nilai  yang berbeda, 0 2. Untuk menentukan nilai  yang benar perlu

diperhatikan letak titik P, apakah di kwadran I atau II, ataukah dikwadran II atau IV.

Apabila dipilih nilai  yang lain, maka r x2y2.

2) Nyatakan ke dalam sistem koordinat kutub: a. P

4,4

b. Q(4,4)

Penyelesaian: Dari persamaan (1.3), diperoleh:

a. r 42(4)2 4 2

Selanjutnya, karena letak titik P di kwadran IV, maka:

4

Selanjutnya, karena letak titik Q di kwadran II, maka:

(39)

Jadi,    

 

4 3 , 2

4 

Q atau

  

  

4 7 , 2

4 

Q .

3) Nyatakan persamaan r 2asin ke dalam sistem koordinat Kartesius. Jawab

Jika ke dua ruas persamaan di atas dikalikan dengan r maka diperoleh:

) sin ( 2

2 a r

r

Selanjutnya, karena r2 x2y2 dan rsin y maka:

, 0 2 2

2 2

2 2

   

 

ay y x

ay y

x

yaitu persamaan lingkaran dengan pusat (0,a) dan jari-jari a .

4) Nyatakan x24y2 16 ke dalam sistem koordinat kutub.

Penyelesaian: Dengan substitusi xrcos dan yrsin maka diperoleh:

16 sin

4 cos2 2 2

2 r

r

. 16 ) sin 3 1

( 2

2

r

Soal Latihan

Untuk soal 1 – 8, nyatakan masing-masing dengan dua koordinat yang lain, satu dengan 0

r dan yang lain dengan r0.

1.

6, 3

2.

 3,2 5

3.

5, 4

4.

5,7 4

5.

2,5 2

6.

 7, 5 6

7.

6, 7 3

8.

4,6 7

Untuk soal 9 – 16, nyatakan dalam sistem koordinat Kartesius.

9.

6,2 3

10.

 4, 8

11.

5, 4

12.

6,7 4

13.

2,5 2

14.

 7, 5 6

15.

6, 7 3

16.

4,7 8

Untuk soal 17 – 23, ubahlah ke dalam sistem koordinat kutub.

17.

 3,3

18.

2,2

19.

 2,2 3

20.

3,1

(40)

Untuk soal 24 – 29, nyatakan masing-masing persamaan ke dalam sistem koordinat Kartesius.

24. r3cos 25. r2 1sin 26.

 cos 1

4   r

27. r 4 28.

4 7

  29. r2

Nyatakan persamaan pada soal 30 – 32 ke dalam sistem koordinat kutub.

30. xy0 31. y2 1 4x 32. xy 1

33. Tunjukkan bahwa jarak titik P(r,) dan Q(R,) adalah:

) cos( 2

2

2

r R rR d

1.5 Persamaan Garis Lurus

`

Gambar 1.14

Menurut definisi kemiringan (gradien), garis PQ pada gambar diatas mempunyai kemiringan

1 2

1 2

tan

x x

y y m

   

,

X ) , (x2 y2 Q

Y

) , (x1 y1 P

) , (x y M

(41)

Misal M(x,y)sebarang titik pada garis lurus PQ, maka dengan cara yang sama dapat

ditentukan gradien garis lurus PM.

1 1

tan

x x

y y

   

1 1

tan

x x

y y m

   

 

)

( 1

1 m x x y

y   

1 1 y

mx mx

y  

Karenam,x1,y1R, maka persamaan tersbut dapat ditulis dalam bentuk

R c c mx

y  ,  .

Dengan kata lain, persamaan garis lurus yang melalui dua titik dengan gradien m dapat dinyatakan dengan ymxc

Atau secara umum ditulis dalam bentuk AxByC0 dengan gradien

B A m

Soal-soal

1) Tentukan gradien dan persamaan garis lurus yang melalui titik-titik a) (1,2) dan (2,3)

b) (3,5) dan (7,-1) c) (3,0) dan (3,3) d) (3,5) dan (6,5) e) (2,-4) dan (4,9)

2) Buktikan bahwa segitiga yang titik-titik sudutnya (5,3), (-2,4), dan (10,8) adalah segitiga sama sisi.

3) Tunjukkan bahwa segitiga yang titik-titik sudutnya (2,-4), (4,0), dan (8,2) adalah segitiga siku-siku.

4) Tentukan nilai k sedemikian rupa sehingga garis 3x + ky = 5 a) melalui titik (3,1)

b) sejajar sumbu x

c) sejajar garis 2x + y = -1 d) tegak lurus garis y-2 = 3(x+3)

(42)

Gambar

Gambar 1.6Pada gambar 1.6,  terdapat 4 bidang simetris yang dibatasi oleh sumbu-sumbu
Gambar 1.9Selanjutnya jika garis PQ pada gambar 1.9 diperpanjang, maka garis tersebut
Gambar 1.11P
PSecara  umum,  jika  Gambar 1.12r, menyatakan  koordinat  kutub  suatu  titik  maka
+2

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur dan terima kasih Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya yang berlimpah, maka Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

Boedi (2008) mengungkapkan bahwa kecilnya pelaporan intellectual capital yang tidak disajikan secara eksternal akan berdampak kurangnya informasi bagi investor

Selanjutnya fraksi utama ketiga (90 mg), difraksinasi menggunakan kromatografi radial dengan MeOH : diisopropil eter : n-heksan (17,5 : 52,5 : 30), menghasilkan tiga fraksi

Di bidang pencegahan agar seseorang tidak jatuh dalam keadaan stres, cemas, dan atau depresi maka sebaiknya kekebalan yang bersangkutan perlu ditingkatkan agar mampu

Manfaat penelitian ini ialah secara teoretis diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu bahasa dan sastra, secara

Apabila pada suatu saat jasad makhluk hidup tersebut ditemukan dalam bentuk fosil, usia dari fosil dapat diketahui melalui pengukuran kadar 14 C yang masih tertinggal di

Siswa pada tingkat ini diharapkan untuk menguasai semua hasil belajar tetapi harus menerima penyesuaian yang dapat membantu mereka untuk mempelajari berbagai konsep..

Pada area pabrik ini akan diterapkan penggunaan sel surya yang berguna untuk mengolah cahaya alami matahari menjadi energi listrik untuk mengurangi penggunaan